SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Uversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh :
Moch Afandi 0612010169 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Uversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh :
Moch Afandi 0612010169 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi
dengan judul “Pengaruh brand trust Terhadap brand loyalty pada konsumen obat
flu mixagrip Di Surabaya” dapat diselesaikan dengan dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
mahasiswa jenjang pendidikan strata-1 (Sarjana) Jurusan Ekonomi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
guna memperoleh gelar kesarjanaan.
Dalam penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhajir Anwar, MS., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec, Malicha selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah membekali kami
Agustine dan Dinding, yang selalu mendampingiku hingga penelitian ini
dapat diselesaikan.
8. Pihak-pihak yang terkait yang mendukung dan membantu kami dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surabaya, Mei 2011
DAFTAR ISI………... iii
DAFTAR GAMBAR………... vii
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR LAMPIRAN………... x
ABSTRAKSI………... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Perumusan Masalah……… 7
1.3. Tujuan Penelitian……… 7
1.4. Manfaat Penelitian……… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu……… 8
2.2. Landasan Teori……… 10
2.2.1. Pengertian Pemasaran………... 10
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran………... 11
2.2.3. Konsep Pemasaran……… 12
2.2.4. Pengertian Prilaku Konsumen ……… 13
2.2.4.1. Model Prilaku Konsumen ………. 14
2.2.6.1. Fiability ………. 20
2.2.6.2. Intentionality ... 21
2.2.7. Loyalitas merek (Brand Loyalty)……….. 22
2.2.8. Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty……. 24
2.3. Model Konseptual……….. 26
2.4. Hipotesis……… 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Oprasional………..……… 28
3.1.1. Teknik Penentuan Sampel……… 32
3.1.2. Populasi……… 32
3.1.3. Sampel………... 32
3.2. Teknik Pengumpulan Data……… 33
3.2.1. Jenis Data……….. 33
3.2.2. Sumber Data……….. 34
3.2.3. Metode Pengumpulan Data………. 34
3.3. Teknik Analisis Data ………... 35
3.3.1. Asumsi Model (Structure Equation Modeling)…… 36
3.3.2. Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal……… 38
4.1.2. Analisis Karakteristik Responden……… 43
4.1.3. Deskripsi Variabel Brand Trust (X)………. 45
4.1.3.1. Deskripsi Variabel Fiability (X1)…………... 45
4.1.3.2. Deskripsi Variabel Intentionality (X2)……... 48
4.1.4. Deskripsi Variabel Brand Loyalty(Y)………... 50
4.2. Deskripsi Hasil Dan Uji Hipotesis……… 52
4.2.1. Evaluasi Outlier……… 52
4.2.2. Evaluasi Reliabilitas……… 54
4.2.3. Evaluasi Validitas………. 55
4.2.4. Evaluasi Construct Reability Dan Variance Extracted. 56 4.2.5. Evaluasi Normalitas……….. 57
4.2.6. Evaluasi Model SEM……… 59
4.2.7. Uji Kausalitas……… 60
4.2.8. Analisis Unidimensi First Order………... 61
4.2.9. Analisis Unidimensi Second Order………... 62
4.3. Pembahasan……… 62
faktor fiability ……… 32
Gambar 4.1: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach – Base
Tabel 3.1. Goodness Of Fit Index ………... 40
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………… 44
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 44
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 45
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Fiability (X1)………... 45
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Intentionality (X2)... 48
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Brand Loyalty (Y)………... 50
Tabel 4.7. Outlier Data………... 53
Tabel 4.8. Reliabilitas Data……….. 54
Tabel 4.9. Validitas Data... 55
Tabel 4.10. Construct Reliability dan Variance Extracted…………... 57
Tabel 4.11. Normalitas Data………... 58
Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach-Base Model………... 60
Tabel 4.13. Hasil Uji Kausalitas………... 61
(X2) ………... 64
Tabel 4.18. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Brand Loyalty
Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 Data Outlier
Lampiran 4 Data Uji Reabilitas
Lampiran 5 Data Uji Normalitas
Oleh:
Moch Afandi
Abstraksi
Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus mengharap pelanggan-pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan-pelanggan meninggalkan perusahaan menjadi pelanggan perusahaan lain. Pasar obat flu boleh dibilang merupakan salah satu kategori produk dengan tingkat pesaing yang kian hari semakin sesak. Tapi, Cuma beberapa saja yang tampak bertarung ketat memperebutkan lahan yang semakin luas tersebut. Salah satu merek yang sudah dianggap mapan dan mampu bertahan didalam persaingan adalah Mixagrip. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah brand trust berpengaruh terhadap brand loyalty pada produk obat flu mixagrip.
Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang ada di Surabaya yang potensial terhadap obat flu mixagrip. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara
Accidental Sampling dan untuk pengujian data digunakan analisis SEM
(structural Equation model), dengan menggunakan satu variabel bebas yaitu brand trust (X) dan satu variabel terikat yaitu brand loyalty(Y)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui pengaruh brand trust terhadap brand loyalty, hasil penelitian yang diperoleh adalah brand trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty. Brand trust merupakan serangkaian aset dan liabilitas yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari merek tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan
harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat berkembang. Salah satu
hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan
adalah mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus menggarap
pelanggan-pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan
meninggalkan perusahaan menjadi pelanggan perusahaan lain.
Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep
yang sangat penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang
sangat ketat dengan pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian
loyalitas pada merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan
hidup. Di samping itu, upaya mempertahankan loyalitas merek ini
merupakan upaya strategis yang lebih efektif dibandingkan dengan upaya
menarik pelanggan baru.
Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yangh harus
dipantau secara terus-menerus oleh setiap perusahaan. Merek-merek yang
kuat, teruji, dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan
building activity yang bukan sekedar berdasarkan komunikasi, tetapi
merupakan segala macam usaha lain untukmemperkuat merek tersebut.
Brand disebut juga dengan pelabelan, Brand memiliki kekuatan
untuk membantu penjualan. Demikian pula bahwa brand dihubungkan
dengan sebuah kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa yang
dipercaya tidak saja untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun dapat
memberikan kepuasan yang lebih baik dan jaminan. Brand banyak
membantu perusahaan besar mengusai pasar, konsumen justru lebih hafal
nama brand dari pada merek barang itu sendiri. (Soemanagara, 2006:98)
Dari komunikasi, merek bisa menjanjikan sesuatu, bahkan lebih
dari janji, merek juga mensinyalkan sesuatu (brand signaling). Merek
akan mempunyai reputasi jika ia memiliki kualitas dan karisma. Agar
memiliki karisma, merek harus mempunyai aura, harus konsisten,
kualitasnya harus dijaga dari waktu ke waktu, selain tentunya juga harus
mempunyai kredibilitas. (Riana, 2008:185)
Agar tampil yang terbaik tentu suatu merek terlihat menarik di
pasar hingga mampu membuat konsumen tertarik membelinya. Agar
terlihat menarik, merek tersebut harus memiliki costumer value jauh diatas
merek-merek yang lain. Selai itu, harus mampu meningkatkan keterliban
emosi pelanggan sehingga pelanggan mempunyai ikatan dan keyakinan
terhadap merek tersebut.
Menurut ballestar (2001), mengemukakan bahwa Brand Trust
dengan merek yang didasarkan pada persepsi bahwa merek tersebut dapat
diandalkan dan memenuhi kepentingan serta keselamatan konsumen. Trust
didefinisikan sebagai persepsi konsumen mengenai reliabilitas yang
didasarkan pada pengalaman atau serangkaian transaksi/ interaksi yang
dikarakteristikkan oleh konfirmasi dari harapan atas kinerja produk dan
kepuasan.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan
penetrasi pasar dan reinforce product atau jasa salah satunya dilakukan
dengan cara branding. Istilah ini cukup popular dikalangan marketing
karena memberikan efek yang besar terhadap peningkatan penjualan.
Branding adalah sebuah usaha untuk memperkuat posisi produk dalam
benak konsumen yang dilakukan dengan cara menambah equality dari
nama sekumpulan produk. (Soemanagara, 2006:98)
Pasar obat flu boleh dibilang merupakan salah satu kategori produk
dengan tinggkat pesaing yang kian hari semakin sesak. Tapi, Cuma
beberapa saja yang tampak bertarung ketat memperebutkan lahan yang
semakin luas tersebut. Bisa dikatakan pemain baru obat flu selalu hadir
karena kategori penyakit ini memang sering dialami oleh banyak orang.
Menurut riset AC Nielson, market size untuk flu sendiri sekitar Rp. 500
Milyar. Rata-rata dewasa saja menderita flu sebanyak 2 kali dalam
setahun. Kendati demikian, merek-merek tersebut selalu kalah dalam
yang sudah mapan. Salah satu merek yang sudah dianggap mapan dan
mampu bertahan didalam persaingan adalah Mixagrip.
Semakin banyak merek obat flu atau analgesic dipasaran membuat
konsumen memiliki berbagai macam pilihan obat flu yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Setiap jenis obat flu memiliki cirri khas yang
berbeda-beda. Produsen harus mengetahui dengan benar apa yang menjadi
keinginan konsumen, karena jika tidak bisa mengikuti keinginan
konsumen maka konsumen akan berganti merek.
Melihat persaingan yang kuat pada kategori obat flu dipasaran,
membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan obat flu sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Obat flu produksi PT Kalbe Farma
memposisikan diri sebagai salah satu obat flu yang dipercaya oleh
konsumen. Kualitas produk, kredibilitas pabrikan, distribusi, dan
ketersedian produk diberbagai tempat merupakan factor yang penting bagi
PT Kalbe Farma
Para pimpinan puncak perusahaan dan marketer pasti menyadari
bahwa merek merupakan asset yang nilainya sangat besar, bisa mencapai
puluhan kali lipat dari nilai buku perusahaan. Dari sudut pandang
konsumen, yang mereka beli ketika melakukan pembelian bukanlah
produk. Mereka membeli kepercayaan yang terkandung dalam sebuah
merek, yaitu kepercayaan akan value, kualitas, dan lain-lain yang
kekuatan merek dari sudut pandang konsumen dan kemudian
mengolahnya menjadi sangat krusial dalam upaya membangun merek.
Table 1.1 Top Brand Index obat flu (2008 – 2010)
NO MEREK TBI 2008 MEREK TBI 2009 MEREK TBI 2010
1 Mixagrip 14,2 % Ultraflu 15,2% Ultraflu 13,0%
2 Ultraflu 14,1% Mixagrip 14,7% Neozep 10,1%
3 Decolgen 10,6% Decolgen 10,0% Mixagrip 9,4% 4 Neozep 9,8% Sanaflu 9,9% Decolgen 9,1% 5 Bodrex 9,7% Neozep 9,2% Sanaflu 8,4% 6 Procold 9,1% Bodrex 9,0% Procold 7,3% 7 Sanaflu 8,7% Panadol 7,3% Bodrex 7,2% 8 Panadol 7,6% Procold 6,6% Panadol 6,5%
9 Inza 3,5% Inza 3.9% Inza 4,2%
10 - - - - Paramex 2,6%
Keterangan : Top : cetak tebal
Diduga rendahnya loyalitas konsumen akan obat flu merek
Mixagrip disebabkan rendahnya tingkat brand trust dibenak konsumen.
Rendahnya tingkat brand trust tersebut dapat dilihat dari table top brand
index diatas dalam 3 tahun terakhir sejak tahun 2008.
Pada tahun 2008 obat flu mixagrip menduduki urutan pertama
dalam jajaran TBI. Kemudian pada tahun berikutnya mixagrip turun ke
urutan ke dua digeser oleh ultra flu. Di urutan pertama. Kemudian pada
tahun 2010, mixagrip kembali turun ke urutan ketiga dan posisinya digeser
Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya
menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian,
merek sangat penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi
konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan
pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaiknya, bagi
produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk membangun
loyalitas dan hubungan berkelanjutan dengan konsumen. Loyalitas merek
menunjukan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan merek tertentu
dan ini sering kali ditandai dengan adanya pembelian ulang dari pelanggan
(mowen, 2002:109)
Dalam upaya meningkatkan loyalitas merek, pihak perusahaan
harus senantiasa meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan. fiability, dan intentionality sebagai salah
satu variable yang berpengaruh harus tetap dapat dikendalikan secara
langsung oleh perusahaan. ( Prawitowati:7).
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul :
“ Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Pada
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apakah brand trust berpengaruh terhadap brand loyalty pada produk
obat flu mixagrip ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui apakah brand trust berpengaruh terhadap brand
loyalty pada produk obat flu mixagrip”.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:.
Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang berkaitan
dengan produknya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian yang dilakukan oleh:
A. Tjahjani Prawitowati (Vol.11,No,1,2008)
1. Judul: Pengaruh Overall Satisfaction Terhadap Brand Trust
Dalam membentuk Purchase Loyality Dan attitudinal Loyality
pada Konsumen Produk Shampoo Di Surabaya.
2. Perumusan masalah:
a) Apakah overall satisfaction mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap brand trust?
b) Apakah brand trust mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap purchase loyality?
c) Apakah brand trust mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap attitudinal loyality?
3. Hasil penelitian:
Overall satisfaction mempengaruhi brand trust, dimana brand trust dilihat dari 1 dimensi saja, yaitu intentionality, brand trust memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase loyality dan attitudinal loyalty, dari estimasi yang diperoleh dapat
loyalty lebih besar dari pada attitudinal loyalty dan pengaruh
tidak langsung overall satisfaction terhadap purchase loyalty
melalui brand trust dan pengaruh tidak langsung overall
satisfaction terhadap attitudinal loyalty melalui brand trust.
B. Gede Riana (Vol.13,No,2,2008)
1. Judul: Pengaruh Trust In a brand Terhadap Brand loyalty Pada
Konsumen Air minum Aqua Di Kota Denpasar.
2. Perumusan Masalah:
a) Apakah variable brand characteristic, company
characteristic dan consumer brand characteristic secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap brand
loyality pada konsumen air minum Aqua ?
b) Apakah variable brand characteristic, company
characteristic dan consumer brand characteristic secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty pada
konsumen air minum aqua serta variable mana yang
berpengaruh dominan?
3. Hasil penelitian
a) Secara bersama-sama variable brand characteristic,
company characteristic dan consumer brand characteristic
b) Secara parsial variable brand characteristic, company
characteristic dan consumer brand characteristic
berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian pemasaran
Apabila masyarakat berbicara mengenai pemasaran, pada
umumnya yang dimaksud adalah permintaan atau pembelin dan harga.
Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang
ini, walaupun masing-masing memberikan penekanan yang berbeda
namun pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Sofjan (2007:5) pemasaran sebagai kegiatan manusia
yang di arahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan melalui proses pertukaran.
Sedangkan menurut Kotler (2000:9) pemasaran yaitu suatu proses
sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah suatu kegiatan individu atau kelompok yang di arahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk
2.2.2. Pengertian Manajemen pemasaran
Pemasaran adalah proses social yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
Defenisi manajerial, pemasaran yang sering digambarkan sebagai
“seni menjual produk”,. Peter Dructer, ahli tero manajemen mengatakan
sebagai berikut (Sunarto,2003:7):
“orang dapat mengamsumsikan bahwa akan selalu ada kebutuhan
akan menjual. Akan tetapi, tujuan pemasaran adalah untuk
mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga
produk dan jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjurnya
menjadi diri sendiri. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan
seorang pelanggan yang siap untuk membeli. Semua yang
dibutuhkan adalah menyediakan produk atau jasa itu”.
Pemasaran berurusa dengan pengidentifikasian dan pemenuhan
kebutuhan manusia. Salah satu defenisi paling singkat tentang pemasaran
adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
Memahami masalah pemasaran tidak kalah pentingnya
dibandingkan memahami masalah-masalah lain, seperti masalah
permodalan, personalia maupun kegiatan produksi, apabila seseorang
ingin mempelajari kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Masalah
pemasaran ini merupakan salah satu mata rantai yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan-kegiatan perusahaan sehari-hari yang lain. (Asri
dan Suprihanto, 1986:177)
Manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisa,
merencanakan, mengimplementasikan, dan mengawasi segala kegiatan
(program) guna mencapai tingkat pemasaran sesuai degan tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan utamanya terletak pada
merancang penawaran yang dilakukan perusahaanagar dapat memenuhi
keinginan dan kebutuhan pasar dengan menggunakan politik harga,
cara-cara komunikasi, cara-cara distribusi, menyajikan informasi, memotivasidan
melayani pasar. (Alma, 2002:86).
2.2.3. Pengertian Konsep pemasaran
Pemasaran berperan dalam memusatkan semua kegiatan organisasi
yang diarah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Kotler (2000:19) menyebutkan konsep pemasaran
(marketing concept) merupakan kunci untuk organisasi, yaitu perusahaan
menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value)
pada pasar sasaran telah ditentukan oleh perusahaan.
Secara sederhana, konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu
organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar
dapat menguntungkan. Untuk menerapkan konsep pemasaran, perusahaan
harus memahami dan tetap dekat dengan konsumen dan menyajikan
produk serta pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan digunakan oleh
konsumen (Peter dan Olson, 2002:3).
2.2.4. Pengertian Prilaku konsumen
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk protes keputusan yang mendahului (Engel, Balckwell,
Miniard, 1994:3).
Loundon dan Bitta lebih menekankan konsumen sebagai suatu
proses sebagai pengambil keputusan. Merek mengatakan bahwa perilaku
konsumen adalah proses pengambil keputusan yang mensyaratkan
aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau
mengatur barang dan jasa (Simamora, 2002:2) menurut Kotler dan
Amstrong (1997) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku
pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang
2.2.4.1.Model Prilaku Konsumen
Model perilaku konsumen menurut Assael (1995:14) terdapat tiga
faktor yang berpengaruh pada proses pengambilan keputusan seseorang
konsumen yaitu:
1. Faktor Individu (individual consumer)
Pemilihan suatu produk / merek dipengaruhi oleh motivasi untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan, persepsi terhadap atribut
produk, proses belajar berdasarkan pengalaman, sikap terhadap
produk, iklan, wiraniaga, perusahaan, dan gaya hidup konsumen
sehari-harinya.
2. Pengaruh lingkungan (environment influences)
Lingkungan yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
konsumen adalah keluarga, kelas social, kelompok referensi dan
budaya.
3. Strategi Pemasaran (market strategies)
Proses pembelian seorang konsumen dipengaruhi juga oleh alasan
membeli. Saat pembelian, dan situasi saat membeli. Ketiga factor
berpengaruh diatas di pengaruhi juga oleh strategi pemasaran yang
dilakukan perusahaan. Adapun strategi pemasaran itu sendiri
meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi.
Ketiga factor diatas merupakan suatu proses pemecahan masalah,
dengan konsumen sebagai pemecah masalahnya. Setelah proses pembelian
Bagi konsumen umpan balik ini merupaka evaluasi dan kemungkinan
melakukan pembelian ulang. Sedangkan umpan balik pemasar adalah
berupa kritik atau complain dari konsumen.
2.2.4.2. Persepsi konsumen
Menurut Assael (1995:44) persepsi didefinisikan sebagai suatu
cara yang dilakukan konsumen dalam memilih, mengorganisasi, dan
menterjemahkan rangsangan untuk membuat pemahaman terhadap
rangsangan yang diterima. Stimuli pemasaran meliputi semua komunikasi
dan stimuli fisik yang dirancang untuk memikat konsumen. Produk dan
komponen-komponennya (kemasan, isi, dan cirri fisik lainnya) merupakan
stimuli primer. Komunikasi merupakan stimuli sekunder yang disajikan
dalam bentuk kata-kata, gambar, dan symbol atau dalam bentuk stimuli
yang lainnya yang berkaitan dengan produk (harga, toko, tenaga penjual)
(Assael, 1995:186).
Menurut Kotler dan Amstrong (1997), persepsi adalah proses,
yang dengan proses itu konsumen memilih, mengorganisasi, dan
menginterpretasikan stimuli untuk membentuk gambaran dunia yang
penuh arti. Stimuli adalah sikap input yang dapat ditangkap oleh indera,
seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain. Stimuli
tersebut diterima oleh pancaindera, seperti mata, telinga, mulut, hidung
2.2.4.3. Sikap Konsumen
Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan
pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi secara konsisten
(Sutisna,2001:99). Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen
(preference) atas suatu merek merupakan sikap konsumen. Dalam banyak
hal, sikap terhadap merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen
akan membeli atau tidak. Sikap positif terhadap merek akan
memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu,
sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen dalam pembelian.
Menurut Schifman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa sikap
adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah
seorang senang atau tidak, suka atau tidak, dan setuju atau tidak terhadap
obyek. Obyek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer,
perilaku tertentu, dan lain-lain. Sedangkan menurut Paul dan Olson (1999)
menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh yang
dilakukan oleh seseorang. Evaluasi adalah tanggapan pada tingkat
intensitas dan gerakan relatif rendah (Simamora: 152-153)
Sikap berguna bagi pemasaran dalam banyak cara. Sikap ini kerap
digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sikap dapat
pula membantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan
di dalam pasar. Sikap juga berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan
memilih target pasar. Menurut Asseal (1995:267) sikap memiliki tiga
1. Komponen kognitif/berfikir: kepercayaan merek (brand belief)
.komponen ini menunjukan pengetahuan dan keyakinan seseorang
terhadap suatu atribut manfaat (benefit) dan suatu obyek (persepsi).
Umumnya persepsi akan membentuk kepercayaan.
2. Komponen Afektif/ perasaan: evaluasi merek (brand evaluation)
Komponen ini menunjukan perasaan dan keseluruhan evaluasi
seseorang terhadap suatu merek atau obyek tertentu
3. Komponen Konatif/ tindakan: maksud untuk membeli (intention to buy)
Komponen ini menunjukan kecenderungan seseorang atau
konsumen untuk bertindak suatu obyek.
Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah
karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan
konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu.
Kepercayaan merek datang sebelum dan mempengaruhi evaluasi merek,
dan evaluasi merek terutama menentukan perilaku kehendak. Dalam
faktanya, evaluasi merek sesuai dengan defenisi dari sikap terhadap
merek yaitu untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak
2.2.5. Merek
Menurut American Marketing Associattion (Kotler, 2000:460)
mendefinisikan merek sebagai berikut:
“Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau
kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
asing.”
Merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan
pengalaman dari pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh
perusahaan tentang produk tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji
penjual untuk secara konsisten member tampilan, manfaat, dan jasa
tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu merek muncul dari persepsi dan
asosiasi positif yang dipegang oleh seseorang dan tidak hanya terdiri dari
ide tentang fungsi perasaan dan asosiasi. Merek dapat memiliki enam
tingkatan pengertian : (Kotler, 2000:460)
1. Atribut (attributes)
Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen merek
mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
2. Manfaat (benefits)
Atribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan
fungsional. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat
emosional.
3. Nilai (value)
Merek menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen.
Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
4. Budaya (culture)
Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili
budaya jerman : terorganisasi, efesien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian (personality)
Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa
yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (obyek).
6. Pemakai (user)
Merek menunjukan konsumen mana yang membeli atau menggunakan
produk tersebut.
Merek berkaitan dengan atribut atau manfaat dari produk itu
sendiri, dalam kasus tertentu merek berkaitan dengan citra tidak nyata
(intangible image). Kekuatan merek dapat dilihat dari kuat tidaknya
ekuitas merek. Merek yang paling berharga memiliki nilai ekuitas merek
yang dipandang sebagai aktiva perusahaan yang sangat penting. Nama
merek yang terbaik menyatakan sesuatu tentang manfaat produk, mutu
2.2.6. Brand Trust
“Trust In a Brand is consumer’ willingness to rely on the brand in
the face of risk, hoping that the brand can give positive results for them”,
Lau and Lee (1999). (Kepercayaan pada merek adalah kemauan konsumen
mempercayai merek dengan segala resikonya, karena ada harapan bahwa
merek tersebut dapat memberikan suatu hasil yang positif baginya).
Pengertian brand trust menurut Ballestar (2001), merupakan
perasaan aman yang diperoleh konsumen dalam interaksinya dengan
merek yang didasarkan pada persepsi bahwa merek tersebut dapat
diandalkan dan memenuhi kepentingan serta keselamatan konsumen. Trust
didefinisikan sebagai persepsi konsumen mengenai reabilitas yang
didasarkan pada pengalaman atau serangkaian transaksi/ interaksi yang
dikarakteristikkan oleh konfirmasi dari harapan atas kinerja produk dan
kepuasan.
2.2.6.1.Fiability
Dimensi yang bercirikan teknikal, dimana didalamnya brand trust
mencakup persepsi bahwa merek dapat memenuhi atau memuaskan
kebutuhan konsumen, merek mampu memenuhu janji dalam operasi
produk. Pada dimensi ini ada kemampuan untuk memprediksikan bahwa
merek memuaskan kebutuhan konsumen secara konsisten dengan cara
Indikator Brand fiability yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yang dikembangkan oleh Prawitowati (2008:7):
a. Merek dapat memenuhi kebutuhan
b. Merek selalu memenuhi tingkat harapan konsumsi
c. Merek memberi keyakinan dan kepastian dalam konsumsi produknya
d. Merek tidak pernah mengecewakan
2.2.6.2.Intentionality
Dimensi ini merefleksikan suatu perasaan yang aman yang
membuat individu merasa ada jaminan bahwa merek akan bertanggung
jawab dan memperhatikan konsumen walaupun terjadi perubahan situasi
dan lingkungan konsumsi produk. Keyakinan pada ciri-ciri ini
menimbulkan keyakinan bahwa kejadian-kejadian pada masa yang akan
datang dapat diselesaikan oleh merek secara benar. Dengan demikian,
dimensi ini juga menjelaskan bahwa merek tidak mengambil keuntungan
dari kelamahan konsumen. (Ballestar, 2001)
Indikator Brand intentionality yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yang dikembangkan oleh Prawitowati (2008:7):
a. Merek memberikan penjelasan/ keterangan sesungguhnya
b. Merek akan melakukan upaya untuk membuat responden puas
c. Responden yakin dengan merek
2.2.7. Loyalitas merek (Brand loyalty)
membeli ulang merek yang sama meskipun ada pengaruh
situasional dan usa pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralian.
(Riana, 2008:187)
Anker (1996) dalam Riana (2008:187), mendefinisikan brand
loyality sebagai “ A measure of the attachment that a costumer has a brand”. Loyalitas merek menunjukan adanya suatu ikatan antara
pelanggan dengan merek tertentu dan ini seri kali ditandai dengan adanya
pembelian ulang dari pelanggan. Mowen (2002) dalam Riana (2008:187),
mengemukakan bahwa loyalitas dapat didasarkan pada perilaku pembelian
actual produk yang dikaitkan dengan proporsi pembelian.
Kesetiaan merek pada pelanggan adalah inti ekuitas merek. Jika
seseorang pelanggan masih mempersoalkan harga, kenyamanan, dan
lain-lain, maka sesungguhnya merek tersebut belum memiliki ekuitas yang
cukup tinggi. Ada beberapa tingkatan kesetian terhadap merek: yang
paling mendasar yaitu pembeli yang beranggapan bahwa semua merek
sama. Jadi, merek hanya memiliki pesan yang kecil dalam keputusan
pembelian. Mereka sering disebut switchers / price buyer atau orang yang
tidak setia terhadap merek (no brand loyality). Tingkat kedua, mereka
sangat puas dengan produk yang telah mereka beli atau tidak dikecewakan
penjual. Mereka sering disebut satisfied / habitual buyer. Mereka masih
mungkin pindah pindah kepesaing, tetapi harus disertai tawaran yang lebih
terhadap penjual yang lama. Tingkat ketiga, yaitu pembeli yang puas
terhadap suatu produk dan disertai biaya untuk pindah (switching cost)
yang cukup tinggi. Merek sering disebut swiching-cost loyal. Pada tingkat
keempat, pembeli sudah sangat menyukai pada merek tertentu. Pilihan
terhadap merek tersebut mungkun karena suatu symbol yang
membanggakan, pengalaman menggunakan merek tersebut atau persepsi
yang cukup tinggi terhadap kualitas merek tersebut. Oleh karena itu,
mereka biasanya tidak dapat menjelaskan mengapa memilih merek
tersebut. Ini disebabkan factor emosional. Mereka sangat bangga
menggunakan merek tersebut dan merekomendasikan kepada orang lain
untuk menggunakan merek tersebut. (Tandjung, 2004:67)
Brand loyality menciptakan nilai terhadap barang/jasa dalam empat
cara sebagai berikut (Tandjung, 2004:68):
1. Mengurangi Biaya-Biaya Pemasaran
Kesetian pelanggan terhadap merek tertentu kan mengurangi
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pelanggan
baru. Di samping itu, akan merupakan kendala bagi pesaing untuk
merebut pelanggan yang sudah ada.
2. Pengungkit Perdagangan / Trade Leverange
Kesetiaan terhadap merek akan mendorong pelanggan untuk membeli
produk dengan ukuran yang baru, variasi baru atau produk-produk
3. Menarik Pelanggan Baru
Pembelian suatu merek produk tertentu menimbulkan resiko yang
cukup tinggi. Misalnya, peralatan elektronik. Oleh karena itu,
diperlukan referensi dari pelanggan yang setia terhadap merek
tertentu.
4. Waktu untuk Menanggapi Ancaman Persaingan
Bila pesaing mengeluarkan produk unggulan, maka pelanggan yang
setia terhadap merek tertentu masih mau menunggu sampai
perusahaan tersebut mengeluarkan produk yang sama.
Indicator loyalitas merek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yang dikembangkan oleh Riana (2008:197):
a. Tidak melakukan pembelian bila tidak tersedia
b. Mencari di tempat-tempat yang tersedia
c. Merekomendasikan kepada konsumen yang lain
d. Bersedia membayar lebih tinggi
2.2.8. Pengaruh Brand Trust terhadap Brand Loyalty
Menurut Hess seperti yang dikutip Balleasstar (2001), memandang
trust sebagai konstruk utama dalam hubungan konsumen dan merek, trust
menjadi kontributor penting bagi timbulnya komitmen emosional
konsumen yang mengarah pada loyalitas jangka panjang. Brand trust
berperan dalam menjelaskan loyalitas merek, tergantung pada perbedaan
Konsumen termotivasi untuk mencari merek yang dapat diandalkan
sebagai criteria penentu keputusan pembelian jika konsumen menghadapi
ketidak pastian dalam harapan atas kepuasan konsumsinya. Dengan
demikian , adanya brand trust dalam model loyalitas merek memberi
penjelasan yang lebih baik mengenai adanya keikatan konsumen dan
merek.
Dari uraian diatas dan dapat disimpulkan bahwa Brand trust
berpengaruh positif terhadap brand loyalty. hal Ini didukung oleh jurnal
Prawitowati Tjahjani, yang mengatakan bahwa: brand trust memiliki
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
“Diduga Brand Trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty pada
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu
defenisi yang memberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan
cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak
atau variable tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan dua
variable, yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas dari
penelitian ini adalah Fiability (X1), Intentionality (X2), diduga
berpengaruh terhadap variable terikat yaitu Brand Loyality (Y)
Defenisi oprasional dari variable-variable tersebut diatas antara
lain adalah :
A. Brand Trust (X)
Adalah keandalan merek untuk dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan secara konsisten dan memberi rasa aman
tentang jaminan bahwa merek akan memberi perhatian pada
1. Fiability (X1)
Fiability adalah kemampuan merek dalam memenuhi
atau memuaskan kebutuhan konsumen, merek mampu
memenuhi janji. Dalam Indikator dari fiability menurut
(Prawitowati, 2008:5) adalah sebagai berikut:
a. Merek dapat memenuhi kebutuhan (X1.1)
Yang dimaksud adalah obat flu mixagrip dapat memenuhi
kebutuhan dalam meredakan flu
b. Merek selalu memenuhi tingkat harapan konsumsi (X1.2)
Yang dimaksud adalah obat flu mixagrip selalu memenuhi
tingkat harapan agar cepat meredakan flu
c. Merek memberi keyakinan dan kepastian dalam
mengkonsumsi produknya (X1.3).
Obat flu mixagrip memberi keyakinan dan kepastian dalam
meredakan flu.
d. merek tidak pernah mengecewakan (X1.4)
yang dimaksud adalah obat flu mixagrip tidak pernah
2. Intentionality (X2)
Intentionality adalah kemampuan merek dalam
memberikan perasaan aman yang membuat konsumen merasa
ada jaminan bahwa merek akan bertanggung jawab dan
memperhatikan konsumen walaupun terjadi perubahan situasi
dan lingkungan konsumsi produk. Indikator dari intentionality
adalah (Prawitowati, 2008:5)
a. Merek memberikan penjelasan/ keterangan yang
sesungguhnya (X2.1)
Merupakan usaha dari obat flu mixagrip dalam memberikan
penjelasan dan keterangan yang sesungguhnya.
b. Merek akan melakukan upaya agar flu cepat reda (X2.2)
Merupakan usaha dari obat flu mixagrip untuk melakukan
upaya agar flu cepat reda
c. Merek akan memberi jalan keluar atas problem yang terkait
dengan produk (X2.3)
Merupakan usaha obat flu mixagrip member jalan keluar
atas semua problem tentang penyakit flu.
B. Brand Loyalty (Y)
Merupakan komitmen internal dalam diri konsumen untuk
membeli dan membeli ulang suatu merek. Indicator yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Riana, 2008:197):
a. Tidak melakukan pembelian bila tidak tersedia (Y1)
Merupakan kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu dan
apabila tidak tersedia konsumen lebih memilih untuk tidak
membeli merek lain
b. Selalu membeli produk yang sama (Y2)
Merupakan usaha konsumen untuk melakukan pembelian ulang
c. Merekomendasikan kepada konsumen lain (Y3)
Merupakan pemberi informasi oleh konsumen kepada konsumen
lainnya untuk memilih merek tersebut
Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mengunakan skala interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala
interval merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan
data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik
pengukurannya menggunakan Semantic Differential Scale (skala
oleh seseoran, yaitu responden menilai prilaku objek dengan bipolar dari 2
kutub kata sifat yang saling berlawanan. Analisis ini dilakukan dengan
meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap
suatu konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah 1
sampai 7
1 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
3.1.1. Teknik Penentuan Sampel
3.1.2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah
membeli dan menggunakan produk obat flu merek Mixagrip. Yang ada di
surabaya khususnya wilayah kedung baruk dan sekitarnya.
3.1.3. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Penelitian ini menggunakan
non probability sampling Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini
menggunakan accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
2003:60). Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah
membeli dan menggunakan obat flu Mixagrip.
Penentuan sample mengguanakan pedoman dari Ferdinand
(2002:48) yaitu:
a. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variable laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.
Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
d. Sedangkan jeenis pengambilan sampel didasarkan oleh analisis SEM
bahwa besarnya sampel yaitu 5-10 kali parameter yang diestimasi
pada penelitian ini terdapat 10 indikator, maka 10 x 10 = 100.
Dibulatkan menjadi 110.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Suatu penelitian pada umumnya merupakan suatu usaha untuk
membuat fakta-fakta mengembangkan dan menguji kebenarannya dengan
cara mengumpulkan dan mencatat, serta menganalisis data yang diperoleh
dari perusahaan.
Data Primer
Data primer yang akan diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner dilokasi yang telah ditentukan sebelumnya.
3.2.2. Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari
konsumen sebagai responden dalam penelitian.
3.2.3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Wawancara
Merupakan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data
dengan mewawancari langsung kepada responden untuk keterangan
yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang diperlukan dalam
penelitian.
b. Metode kuisioner
Merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan
daftar pertanyaan (angket) kepada responden untuk memperoleh
3.3. Teknik Analisis Data
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian
ini adalah Structual Equation Modeling (SEM). Model pengukuran factor
menggunakan Confirmatory Faktor Analisis. Penaksiran pengaruh
masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan
koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran
dengan contoh factor fiability dilakukan sebagai berikut :
Contoh: persamaan dimensi factor fiability:
X11 = λ1 fiability + er_1
X12 = λ2 fiability + er_2
X13 = λ3 fiability + er_3
X14 = λ4 fiability + er_4
Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model
untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis,
maka model pengukuran dengan contoh factor fiability akan tampak
[image:48.612.201.487.596.752.2]sebagai berikut :
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor fiability
er_1 X1.1
er_1 X1.1 Fiability
3.3.1. Asumsi Model (structural Equation Modeling)
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram
data atau dapat diuji dengan metode-metode statistic.
2. Menggunakan Critical Ratio yang memperoleh dengan
membagi koefisien sampel dengan standar errornya dan
Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik
deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas
itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%,
jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga
bahwa distribusi data adalah tidak normal.
3. Normal Probability Plot (SPSS 10.1)
4. Linearitas dengan mengamati scatterplot dari data yaitu
dengan memilih pasangan data dan dilihat pola
penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.
b. Evaluasi atas Outlier
1. Mengamati nilai Z-score: ketentuan diantara ± 3.0 non
outlier.
2. Multivariate outlier diuji dengan kinerja jarak Mahalanobis
pada df sebesar jumlah variable bebasnya. Ketentuan : bila
Mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate outlier 3. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki
karakteristik yang unik yang terlihat sangat berbeda jauh
dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk
nilai ekstrim untuk sebuah variable tunggal atau variable
kombinasi (Hair. 1998)
c. Deteksi Multicolinearity dan singaularity
Dengan mengamati Determinan matriks cavarians.
Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix
mendekati angka 0 (kecil). Maka terjadi multikolineariatas dan
singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998).
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh
sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya
pengukuran apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas
adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari
indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai
dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah
melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed
variable dan latent variable construct reliability dan variance-extracted dihitung dengan rumus berikut:
Construct Liability = (∑S tan dardize Loading)2 (∑S tan dardize loading)2 + ∑εj Variance Liability = (∑S tan dardize Loading)2
(∑S tan dardize loading)2 + ∑εj
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1
(Standardize loading)2 secara umum, nilai construct reability yang dapat diterima adalah ≤ 0,7 dan variance extracted ≥ 0.5
(hair et al.,1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari
output AMOS 4.01 dengan melihat nilai estimasi construct
standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai
indikatornya.
3.3.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaryh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot
regresi terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai
CR (Critical Ratio) atau ρ (probability) yang sama dengan nilai t
hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti
3.3.3. Evaluasi Model
Hair et.al., (1998) menjelaskan bahwa pola “confirmatory”
menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan
data emperis. Jika model teoritis menggambarkan “good fit”
dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat.
Sebaliknya, suatu “poor fit” jadi, “good fit” model yang diuji
sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai
kriteria goodness of fit, yakni chi-square, probability, RMSEA,
GFI, TLI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit
dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two
Tabel 3.1. GOODNESS OF FIT INDEX
GOODNESS OF FIT INDEX
KETERANGAN OUT-OFF VALUE
Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)
Diharapkan Kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2
Probabilitiy Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
Minimum 0.1 atau 0.2 atau ≥ 0.05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-square pada sample besar
≤ 0.08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang
dijelaskan oleh matriks covariance populasi diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda)
0 sampai dengan 1
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0.90
CMIN/DE Kesesuaian antara data dan model ≤ 2.00
TLI Perbandingan antara model yang diuji terhadap baseline
≥ 0.95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.
[image:53.612.133.508.259.652.2]4.1.
Deskriptif Hasil Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Kalbe Farma
PT. Kalbe Farma Tbk (
IDX
:
KLBF
) merupakan
perusahaan
multinasional
yang memproduksi
farmasi
, suplemen, nutrisi dan layanan
kesehatan yang bermarkas di
Jakarta
,
Indonesia
. Perusahaan ini didirikan
pada tahun
1966
. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam
bahan
farmasi
.
PT. Kalbe Farma Tbk (“Perseroan” atau “Kalbe”) didirikan pada tahun
1966, oleh 6 bersaudara, yaitu Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw
Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto. PT Kalbe
Farma telah jauh berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang
dikelola di garasi rumah pendirinya di wilayah Tanjung Priok
Jakarta Utara
.
Kalbe memiliki 10 cabang di luar negeri yaitu: negara ASEAN (Singapura,
Filipina, Malaysia, Thailand, Kambodia, Vietnam, Myanmar), Sri Lanka,
Nigeria dan Afrika Selatan.
Didirikan pada 10 September 1966, PT Kalbe Farma Tbk.
Jakarta Utara. Selama lebih dari 40 tahun sejarah Perseroan, pengembangan
usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap
perusahaan-perusahaan farmasi lainnya, membangun merek-merek produk yang unggul
dan menjangkau pasar internasional dalam rangka transformasi Kalbe
menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan
daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan
keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit
ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk
kehidupan yang lebih baik. Grup Kalbe telah menangani portofolio merek
yang handal dan beragam untuk produk obat resep, obat bebas, minuman
energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan
dan distribusi yang menjangkau lebih dari 1 juta outlet. Perseroan telah
berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam
masing-masing kategori terapi dan segmen industri tidak hanya di Indonesia namun
juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk kesehatan dan
obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti Promag,
Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss. Lebih jauh, pembinaan
dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja internasional telah mendorong
pengembangan usaha Kalbe di pasar internasional dan partisipasi dalam
proyek-proyek riset dan pengembangan yang canggih serta memberi
kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan dan farmasi
tahun 2005 telah memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan
keuangan Perseroan sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka
memperluas usaha Kalbe baik di tingkat lokal maupun internasional. Saat ini,
Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara yang
sahamnya telah dicatat di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas
US$ 1 miliar dan penjualan melebihi Rp 7 triliun. Posisi kas yang sangat baik
saat ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha
Kalbe di masa mendatang.
4.1.2. Analisis Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuisioner yang
telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti
dibawah ini.
a.
Jenis Kelamin
Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan
dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada table dibawah
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Persentasi (%)
1 Laki-laki 76 69%
2 Wanita 34 31%
110 100%
Sumber : Data kuisioner diolah
b.
Usia
Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan
[image:57.612.184.465.298.520.2]dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini.
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1 18-25 43 40%
2 26-35 31 28%
3 36-49 27 24%
4 ≥50 9 8%
Total 110 100%
Sumber : Data kuisioner diolah
c.
Pekerjaan
Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan
dapat diketahui jenis pekerjaan para responden yaitu pada table
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Pegawai negeri 26 24%
2 Pegawai swasta 39 35%
3 Wiraswasta 8 7%
4 Pelajar / Mahasiswa 20 19%
5 Lain – lain 17 15%
Total 110 100%
Sumber : Data Kuisioner diolah
4.1.3. Deskripsi Variabel Brand Trust (X)
4.1.3.1. Deskripsi Variabel Fiability (X
1)
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para
responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Fiability (X
1)
No Pertanyaan
Skor Jawaban
Skor 1 2 3 4 5 6 7
1 Obat flu mixagrip dapat memenuhi kebutuhan untuk meredakan flu 0 0% 0 0% 0 0% 18 17% 33 30% 42 38% 17 15% 110 100%
2 Obat flu mixagrip selalu memenuhi tingkat harapan agar cepat meredakan flu
[image:58.612.134.533.136.651.2]3 Obat flu mixagrip memberi keyakinan dan kepastian dalam meredahkan flu 0 0% 0 0% 0 0% 16 14% 45 41% 37 34% 12 11% 110 100%
4 Obat flu mixagrip tidak pernah mengecewakan bagi yang menggunakan 0 0% 0 0% 0 0% 17 15% 42 38% 37 34% 14 13% 110 100%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dijelaskan sebagai berikut :
a.
Indikator pertama dari fiability , yaitu obat flu mixagrip dapat memenuhi
kebutuhan untuk meredakan flu, mendapat respon terbanyak pada skor 6
dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 38% kemudian
terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%.
Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 42
responden atau 38%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak
33 responden atau 30%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0
atau 0%.
b.
Indikator kedua dari fiability , yaitu obat flu mixagrip selalu memenuhi
tingkat harapan agar cepat meredakan flu, mendapat respon terbanyak
pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 44%
kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 37 atau
48 responden atau 44%. Kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 37 responden atau 33%. Dan yang menjawab kurang setuju
sebanyak 0 atau 0%.
c.
Indikator ketiga dari fiability , yaitu obat flu mixagrip memberikan
keyakinan dan kepastian dalam meredahkan flu, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 45 responden
atau 41% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah
responden 37 atau 34%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab
setuju sebanyak 45 responden atau 41%. Kemudian yang menjawab
sangat setuju sebanyak 37 responden atau 34%. Dan yang menjawab
kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.
d.
Indikator keempat dari fiability , yaitu obat flu mixagrip tidak pernah
mengecewakan bagi yang menggunakan, mendapat respon terbanyak pada
skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 38%
kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 37 atau
34%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak
42 responden atau 38%. Kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 37 responden atau 34%. Dan yang menjawab kurang setuju
4.1.3.2. Deskripsi Variabel Intentionality (X
2)
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para
[image:61.612.145.543.253.583.2]responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Intentionality
(X
2)
No Pertanyaan
Skor Jawaban Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Obat flu mixagrip memberikan penjelasan/ keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalam meredahkan flu. 0 0% 0 0% 0 0% 13 12% 47 43% 35 32% 15 13% 110 100%
2 Obat flu mixagrip akan melakukan upaya agar penyakit flu cepat reda
0 0% 0 0% 0 0% 19 17% 33 30% 37 34% 21 19% 110 100%
3 Obat flu mixagrip akan memberikan jalan keluar problem yang dihadapi
terutama dalam meredakan penyakit flu
0 0% 0 0% 0 0% 23 21% 33 30% 36 33% 18 16% 110 100%
Sumber : Data diolah.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Indikator pertama dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip memberikan
penjelasan/ keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalam
responden sebanyak 47 responden atau 43% kemudian terbanyak kedua
pada skor 6 dengan jumlah responden 35 atau 32%. Artinya sebagai besar
responden yang menjawab setuju sebanyak 47 responden atau 43%.
Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 35 responden atau
33%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.
b.
Indikator kedua dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip akan melakukan
upaya agar penyakit flu cepat reda, mendapat respon terbanyak pada skor
6 dengan jumlah responden sebanyak 37 responden atau 34% kemudian
terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%.
Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 37
responden atau 34%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak
33 responden atau 30%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0
atau 0%.
c.
Indikator ketiga dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip akan
memberikan jalan keluar problem yang dihadapi terutama dalam
meredakan penyakit flu , mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan
jumlah responden sebanyak 36 responden atau 33% kemudian terbanyak
kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagai
besar responden yang menjawab setuju sebanyak 36 responden atau 33%.
4.1.4. Deskripsi Variabel Brand Loyalty (Y)
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para
[image:63.612.145.544.240.552.2]responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Brand loyalty
No Pertanyaan
Skor Jawaban Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Saya tidak akan membeli merek lain selain mixagrip bila terkena penyakit flu
0 0% 0 0% 0 0% 25 23% 35 32% 31 28% 19 17% 110 100%
2 Saya akan melakukan pembelian ulang ketika terkena penyakit flu
0 0% 0 0% 0 0% 17 16% 44 40% 30 27% 19 17% 110 100%
3 Saya akan
memberitahukan kepada orang lain untuk menggunakan obat flu mixagrip ketika terkena penyakit flu 0 0% 0 0% 0 0% 22 20% 36 33% 33 30% 19 17% 110 100%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Indikator pertama dari brand loyalty, saya tidak akan membeli merek lain
selain mixagrip bila terkena penyakit flu, mendapat respon terbanyak pada
kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 31 atau
28%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 35
responden atau 32%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 31
responden atau 28%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau
0%.
b.
Indikator kedua dari brand loyalty, saya akan melakukan pembelian ulang
ketika terkena penyakit flu, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan
jumlah responden sebanyak 44 responden atau 40% kemudian terbanyak
kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 30 atau 27%. Artinya sebagai
besar responden yang menjawab setuju sebanyak 44 responden atau 40%.
Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 responden atau 27%.
Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.
c.
Indikator pertama dari brand loyalty, saya akan memberitahukan kepada
orang lain untuk menggunakan obat flu mixagrip ketika terkena penyakit
flu, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden
sebanyak 36 responden atau 33% kemudian terbanyak kedua pada skor 6
dengan jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagai besar responden
yang menjawab setuju sebanyak 36 responden atau 33%. Kemudian yang
menjawab sangat setuju sebanyak 33 responden atau 30%. Dan yang
4.2.
Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis
4.2.1. Evaluasi
Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul
dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998).
Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan
sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada
tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling
dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat
dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua
variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick
& Fidel, 1996).
Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak
Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan
menggunakan
χ
² (chi kuadrat) pada deraj