• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BRAND TRUST TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN OBAT FLU MIXAGRIP DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BRAND TRUST TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN OBAT FLU MIXAGRIP DI SURABAYA."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Uversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

Moch Afandi 0612010169 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Uversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

Moch Afandi 0612010169 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(3)

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi

dengan judul “Pengaruh brand trust Terhadap brand loyalty pada konsumen obat

flu mixagrip Di Surabaya” dapat diselesaikan dengan dengan lancar.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh

mahasiswa jenjang pendidikan strata-1 (Sarjana) Jurusan Ekonomi Manajemen,

Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

guna memperoleh gelar kesarjanaan.

Dalam penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhajir Anwar, MS., selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec, Malicha selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah membekali kami

(4)

Agustine dan Dinding, yang selalu mendampingiku hingga penelitian ini

dapat diselesaikan.

8. Pihak-pihak yang terkait yang mendukung dan membantu kami dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan

dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka kami mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Mei 2011

(5)

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR GAMBAR………... vii

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………... x

ABSTRAKSI………... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumusan Masalah……… 7

1.3. Tujuan Penelitian……… 7

1.4. Manfaat Penelitian……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu……… 8

2.2. Landasan Teori……… 10

2.2.1. Pengertian Pemasaran………... 10

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran………... 11

2.2.3. Konsep Pemasaran……… 12

2.2.4. Pengertian Prilaku Konsumen ……… 13

2.2.4.1. Model Prilaku Konsumen ………. 14

(6)

2.2.6.1. Fiability ………. 20

2.2.6.2. Intentionality ... 21

2.2.7. Loyalitas merek (Brand Loyalty)……….. 22

2.2.8. Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty……. 24

2.3. Model Konseptual……….. 26

2.4. Hipotesis……… 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Oprasional………..……… 28

3.1.1. Teknik Penentuan Sampel……… 32

3.1.2. Populasi……… 32

3.1.3. Sampel………... 32

3.2. Teknik Pengumpulan Data……… 33

3.2.1. Jenis Data……….. 33

3.2.2. Sumber Data……….. 34

3.2.3. Metode Pengumpulan Data………. 34

3.3. Teknik Analisis Data ………... 35

3.3.1. Asumsi Model (Structure Equation Modeling)…… 36

3.3.2. Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal……… 38

(7)

4.1.2. Analisis Karakteristik Responden……… 43

4.1.3. Deskripsi Variabel Brand Trust (X)………. 45

4.1.3.1. Deskripsi Variabel Fiability (X1)…………... 45

4.1.3.2. Deskripsi Variabel Intentionality (X2)……... 48

4.1.4. Deskripsi Variabel Brand Loyalty(Y)………... 50

4.2. Deskripsi Hasil Dan Uji Hipotesis……… 52

4.2.1. Evaluasi Outlier……… 52

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas……… 54

4.2.3. Evaluasi Validitas………. 55

4.2.4. Evaluasi Construct Reability Dan Variance Extracted. 56 4.2.5. Evaluasi Normalitas……….. 57

4.2.6. Evaluasi Model SEM……… 59

4.2.7. Uji Kausalitas……… 60

4.2.8. Analisis Unidimensi First Order………... 61

4.2.9. Analisis Unidimensi Second Order………... 62

4.3. Pembahasan……… 62

(8)
(9)

faktor fiability ……… 32

Gambar 4.1: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach – Base

(10)

Tabel 3.1. Goodness Of Fit Index ………... 40

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………… 44

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 44

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 45

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Fiability (X1)………... 45

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Intentionality (X2)... 48

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Brand Loyalty (Y)………... 50

Tabel 4.7. Outlier Data………... 53

Tabel 4.8. Reliabilitas Data……….. 54

Tabel 4.9. Validitas Data... 55

Tabel 4.10. Construct Reliability dan Variance Extracted…………... 57

Tabel 4.11. Normalitas Data………... 58

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach-Base Model………... 60

Tabel 4.13. Hasil Uji Kausalitas………... 61

(11)

(X2) ………... 64

Tabel 4.18. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Brand Loyalty

(12)

Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 Data Outlier

Lampiran 4 Data Uji Reabilitas

Lampiran 5 Data Uji Normalitas

(13)

Oleh:

Moch Afandi

Abstraksi

Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus mengharap pelanggan-pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan-pelanggan meninggalkan perusahaan menjadi pelanggan perusahaan lain. Pasar obat flu boleh dibilang merupakan salah satu kategori produk dengan tingkat pesaing yang kian hari semakin sesak. Tapi, Cuma beberapa saja yang tampak bertarung ketat memperebutkan lahan yang semakin luas tersebut. Salah satu merek yang sudah dianggap mapan dan mampu bertahan didalam persaingan adalah Mixagrip. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah brand trust berpengaruh terhadap brand loyalty pada produk obat flu mixagrip.

Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang ada di Surabaya yang potensial terhadap obat flu mixagrip. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara

Accidental Sampling dan untuk pengujian data digunakan analisis SEM

(structural Equation model), dengan menggunakan satu variabel bebas yaitu brand trust (X) dan satu variabel terikat yaitu brand loyalty(Y)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui pengaruh brand trust terhadap brand loyalty, hasil penelitian yang diperoleh adalah brand trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty. Brand trust merupakan serangkaian aset dan liabilitas yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari merek tersebut.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan

harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat berkembang. Salah satu

hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

adalah mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus menggarap

pelanggan-pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan

meninggalkan perusahaan menjadi pelanggan perusahaan lain.

Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep

yang sangat penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang

sangat ketat dengan pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian

loyalitas pada merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan

hidup. Di samping itu, upaya mempertahankan loyalitas merek ini

merupakan upaya strategis yang lebih efektif dibandingkan dengan upaya

menarik pelanggan baru.

Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yangh harus

dipantau secara terus-menerus oleh setiap perusahaan. Merek-merek yang

kuat, teruji, dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan

(15)

building activity yang bukan sekedar berdasarkan komunikasi, tetapi

merupakan segala macam usaha lain untukmemperkuat merek tersebut.

Brand disebut juga dengan pelabelan, Brand memiliki kekuatan

untuk membantu penjualan. Demikian pula bahwa brand dihubungkan

dengan sebuah kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa yang

dipercaya tidak saja untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun dapat

memberikan kepuasan yang lebih baik dan jaminan. Brand banyak

membantu perusahaan besar mengusai pasar, konsumen justru lebih hafal

nama brand dari pada merek barang itu sendiri. (Soemanagara, 2006:98)

Dari komunikasi, merek bisa menjanjikan sesuatu, bahkan lebih

dari janji, merek juga mensinyalkan sesuatu (brand signaling). Merek

akan mempunyai reputasi jika ia memiliki kualitas dan karisma. Agar

memiliki karisma, merek harus mempunyai aura, harus konsisten,

kualitasnya harus dijaga dari waktu ke waktu, selain tentunya juga harus

mempunyai kredibilitas. (Riana, 2008:185)

Agar tampil yang terbaik tentu suatu merek terlihat menarik di

pasar hingga mampu membuat konsumen tertarik membelinya. Agar

terlihat menarik, merek tersebut harus memiliki costumer value jauh diatas

merek-merek yang lain. Selai itu, harus mampu meningkatkan keterliban

emosi pelanggan sehingga pelanggan mempunyai ikatan dan keyakinan

terhadap merek tersebut.

Menurut ballestar (2001), mengemukakan bahwa Brand Trust

(16)

dengan merek yang didasarkan pada persepsi bahwa merek tersebut dapat

diandalkan dan memenuhi kepentingan serta keselamatan konsumen. Trust

didefinisikan sebagai persepsi konsumen mengenai reliabilitas yang

didasarkan pada pengalaman atau serangkaian transaksi/ interaksi yang

dikarakteristikkan oleh konfirmasi dari harapan atas kinerja produk dan

kepuasan.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan

penetrasi pasar dan reinforce product atau jasa salah satunya dilakukan

dengan cara branding. Istilah ini cukup popular dikalangan marketing

karena memberikan efek yang besar terhadap peningkatan penjualan.

Branding adalah sebuah usaha untuk memperkuat posisi produk dalam

benak konsumen yang dilakukan dengan cara menambah equality dari

nama sekumpulan produk. (Soemanagara, 2006:98)

Pasar obat flu boleh dibilang merupakan salah satu kategori produk

dengan tinggkat pesaing yang kian hari semakin sesak. Tapi, Cuma

beberapa saja yang tampak bertarung ketat memperebutkan lahan yang

semakin luas tersebut. Bisa dikatakan pemain baru obat flu selalu hadir

karena kategori penyakit ini memang sering dialami oleh banyak orang.

Menurut riset AC Nielson, market size untuk flu sendiri sekitar Rp. 500

Milyar. Rata-rata dewasa saja menderita flu sebanyak 2 kali dalam

setahun. Kendati demikian, merek-merek tersebut selalu kalah dalam

(17)

yang sudah mapan. Salah satu merek yang sudah dianggap mapan dan

mampu bertahan didalam persaingan adalah Mixagrip.

Semakin banyak merek obat flu atau analgesic dipasaran membuat

konsumen memiliki berbagai macam pilihan obat flu yang sesuai dengan

kebutuhan konsumen. Setiap jenis obat flu memiliki cirri khas yang

berbeda-beda. Produsen harus mengetahui dengan benar apa yang menjadi

keinginan konsumen, karena jika tidak bisa mengikuti keinginan

konsumen maka konsumen akan berganti merek.

Melihat persaingan yang kuat pada kategori obat flu dipasaran,

membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan obat flu sesuai

dengan kebutuhan konsumen. Obat flu produksi PT Kalbe Farma

memposisikan diri sebagai salah satu obat flu yang dipercaya oleh

konsumen. Kualitas produk, kredibilitas pabrikan, distribusi, dan

ketersedian produk diberbagai tempat merupakan factor yang penting bagi

PT Kalbe Farma

Para pimpinan puncak perusahaan dan marketer pasti menyadari

bahwa merek merupakan asset yang nilainya sangat besar, bisa mencapai

puluhan kali lipat dari nilai buku perusahaan. Dari sudut pandang

konsumen, yang mereka beli ketika melakukan pembelian bukanlah

produk. Mereka membeli kepercayaan yang terkandung dalam sebuah

merek, yaitu kepercayaan akan value, kualitas, dan lain-lain yang

(18)

kekuatan merek dari sudut pandang konsumen dan kemudian

mengolahnya menjadi sangat krusial dalam upaya membangun merek.

Table 1.1 Top Brand Index obat flu (2008 – 2010)

NO MEREK TBI 2008 MEREK TBI 2009 MEREK TBI 2010

1 Mixagrip 14,2 % Ultraflu 15,2% Ultraflu 13,0%

2 Ultraflu 14,1% Mixagrip 14,7% Neozep 10,1%

3 Decolgen 10,6% Decolgen 10,0% Mixagrip 9,4% 4 Neozep 9,8% Sanaflu 9,9% Decolgen 9,1% 5 Bodrex 9,7% Neozep 9,2% Sanaflu 8,4% 6 Procold 9,1% Bodrex 9,0% Procold 7,3% 7 Sanaflu 8,7% Panadol 7,3% Bodrex 7,2% 8 Panadol 7,6% Procold 6,6% Panadol 6,5%

9 Inza 3,5% Inza 3.9% Inza 4,2%

10 - - - - Paramex 2,6%

Keterangan : Top : cetak tebal

Diduga rendahnya loyalitas konsumen akan obat flu merek

Mixagrip disebabkan rendahnya tingkat brand trust dibenak konsumen.

Rendahnya tingkat brand trust tersebut dapat dilihat dari table top brand

index diatas dalam 3 tahun terakhir sejak tahun 2008.

Pada tahun 2008 obat flu mixagrip menduduki urutan pertama

dalam jajaran TBI. Kemudian pada tahun berikutnya mixagrip turun ke

urutan ke dua digeser oleh ultra flu. Di urutan pertama. Kemudian pada

tahun 2010, mixagrip kembali turun ke urutan ketiga dan posisinya digeser

(19)

Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya

menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian,

merek sangat penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi

konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan

pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaiknya, bagi

produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk membangun

loyalitas dan hubungan berkelanjutan dengan konsumen. Loyalitas merek

menunjukan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan merek tertentu

dan ini sering kali ditandai dengan adanya pembelian ulang dari pelanggan

(mowen, 2002:109)

Dalam upaya meningkatkan loyalitas merek, pihak perusahaan

harus senantiasa meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan

pelanggan terhadap perusahaan. fiability, dan intentionality sebagai salah

satu variable yang berpengaruh harus tetap dapat dikendalikan secara

langsung oleh perusahaan. ( Prawitowati:7).

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul :

“ Pengaruh Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Pada

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah brand trust berpengaruh terhadap brand loyalty pada produk

obat flu mixagrip ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui apakah brand trust berpengaruh terhadap brand

loyalty pada produk obat flu mixagrip”.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:.

Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang berkaitan

dengan produknya

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian yang dilakukan oleh:

A. Tjahjani Prawitowati (Vol.11,No,1,2008)

1. Judul: Pengaruh Overall Satisfaction Terhadap Brand Trust

Dalam membentuk Purchase Loyality Dan attitudinal Loyality

pada Konsumen Produk Shampoo Di Surabaya.

2. Perumusan masalah:

a) Apakah overall satisfaction mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap brand trust?

b) Apakah brand trust mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap purchase loyality?

c) Apakah brand trust mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap attitudinal loyality?

3. Hasil penelitian:

Overall satisfaction mempengaruhi brand trust, dimana brand trust dilihat dari 1 dimensi saja, yaitu intentionality, brand trust memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase loyality dan attitudinal loyalty, dari estimasi yang diperoleh dapat

(22)

loyalty lebih besar dari pada attitudinal loyalty dan pengaruh

tidak langsung overall satisfaction terhadap purchase loyalty

melalui brand trust dan pengaruh tidak langsung overall

satisfaction terhadap attitudinal loyalty melalui brand trust.

B. Gede Riana (Vol.13,No,2,2008)

1. Judul: Pengaruh Trust In a brand Terhadap Brand loyalty Pada

Konsumen Air minum Aqua Di Kota Denpasar.

2. Perumusan Masalah:

a) Apakah variable brand characteristic, company

characteristic dan consumer brand characteristic secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap brand

loyality pada konsumen air minum Aqua ?

b) Apakah variable brand characteristic, company

characteristic dan consumer brand characteristic secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty pada

konsumen air minum aqua serta variable mana yang

berpengaruh dominan?

3. Hasil penelitian

a) Secara bersama-sama variable brand characteristic,

company characteristic dan consumer brand characteristic

(23)

b) Secara parsial variable brand characteristic, company

characteristic dan consumer brand characteristic

berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian pemasaran

Apabila masyarakat berbicara mengenai pemasaran, pada

umumnya yang dimaksud adalah permintaan atau pembelin dan harga.

Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang

ini, walaupun masing-masing memberikan penekanan yang berbeda

namun pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada

kebutuhan dan keinginan konsumen.

Menurut Sofjan (2007:5) pemasaran sebagai kegiatan manusia

yang di arahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan

keinginan melalui proses pertukaran.

Sedangkan menurut Kotler (2000:9) pemasaran yaitu suatu proses

sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemasaran adalah suatu kegiatan individu atau kelompok yang di arahkan

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk

(24)

2.2.2. Pengertian Manajemen pemasaran

Pemasaran adalah proses social yang didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain.

Defenisi manajerial, pemasaran yang sering digambarkan sebagai

“seni menjual produk”,. Peter Dructer, ahli tero manajemen mengatakan

sebagai berikut (Sunarto,2003:7):

“orang dapat mengamsumsikan bahwa akan selalu ada kebutuhan

akan menjual. Akan tetapi, tujuan pemasaran adalah untuk

mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga

produk dan jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjurnya

menjadi diri sendiri. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan

seorang pelanggan yang siap untuk membeli. Semua yang

dibutuhkan adalah menyediakan produk atau jasa itu”.

Pemasaran berurusa dengan pengidentifikasian dan pemenuhan

kebutuhan manusia. Salah satu defenisi paling singkat tentang pemasaran

adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.

(25)

Memahami masalah pemasaran tidak kalah pentingnya

dibandingkan memahami masalah-masalah lain, seperti masalah

permodalan, personalia maupun kegiatan produksi, apabila seseorang

ingin mempelajari kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Masalah

pemasaran ini merupakan salah satu mata rantai yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan-kegiatan perusahaan sehari-hari yang lain. (Asri

dan Suprihanto, 1986:177)

Manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisa,

merencanakan, mengimplementasikan, dan mengawasi segala kegiatan

(program) guna mencapai tingkat pemasaran sesuai degan tujuan yang

telah ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan utamanya terletak pada

merancang penawaran yang dilakukan perusahaanagar dapat memenuhi

keinginan dan kebutuhan pasar dengan menggunakan politik harga,

cara-cara komunikasi, cara-cara distribusi, menyajikan informasi, memotivasidan

melayani pasar. (Alma, 2002:86).

2.2.3. Pengertian Konsep pemasaran

Pemasaran berperan dalam memusatkan semua kegiatan organisasi

yang diarah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam

rangka mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Kotler (2000:19) menyebutkan konsep pemasaran

(marketing concept) merupakan kunci untuk organisasi, yaitu perusahaan

(26)

menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value)

pada pasar sasaran telah ditentukan oleh perusahaan.

Secara sederhana, konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu

organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar

dapat menguntungkan. Untuk menerapkan konsep pemasaran, perusahaan

harus memahami dan tetap dekat dengan konsumen dan menyajikan

produk serta pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan digunakan oleh

konsumen (Peter dan Olson, 2002:3).

2.2.4. Pengertian Prilaku konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung

terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk

dan jasa, termasuk protes keputusan yang mendahului (Engel, Balckwell,

Miniard, 1994:3).

Loundon dan Bitta lebih menekankan konsumen sebagai suatu

proses sebagai pengambil keputusan. Merek mengatakan bahwa perilaku

konsumen adalah proses pengambil keputusan yang mensyaratkan

aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau

mengatur barang dan jasa (Simamora, 2002:2) menurut Kotler dan

Amstrong (1997) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku

pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang

(27)

2.2.4.1.Model Prilaku Konsumen

Model perilaku konsumen menurut Assael (1995:14) terdapat tiga

faktor yang berpengaruh pada proses pengambilan keputusan seseorang

konsumen yaitu:

1. Faktor Individu (individual consumer)

Pemilihan suatu produk / merek dipengaruhi oleh motivasi untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan, persepsi terhadap atribut

produk, proses belajar berdasarkan pengalaman, sikap terhadap

produk, iklan, wiraniaga, perusahaan, dan gaya hidup konsumen

sehari-harinya.

2. Pengaruh lingkungan (environment influences)

Lingkungan yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan

konsumen adalah keluarga, kelas social, kelompok referensi dan

budaya.

3. Strategi Pemasaran (market strategies)

Proses pembelian seorang konsumen dipengaruhi juga oleh alasan

membeli. Saat pembelian, dan situasi saat membeli. Ketiga factor

berpengaruh diatas di pengaruhi juga oleh strategi pemasaran yang

dilakukan perusahaan. Adapun strategi pemasaran itu sendiri

meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi.

Ketiga factor diatas merupakan suatu proses pemecahan masalah,

dengan konsumen sebagai pemecah masalahnya. Setelah proses pembelian

(28)

Bagi konsumen umpan balik ini merupaka evaluasi dan kemungkinan

melakukan pembelian ulang. Sedangkan umpan balik pemasar adalah

berupa kritik atau complain dari konsumen.

2.2.4.2. Persepsi konsumen

Menurut Assael (1995:44) persepsi didefinisikan sebagai suatu

cara yang dilakukan konsumen dalam memilih, mengorganisasi, dan

menterjemahkan rangsangan untuk membuat pemahaman terhadap

rangsangan yang diterima. Stimuli pemasaran meliputi semua komunikasi

dan stimuli fisik yang dirancang untuk memikat konsumen. Produk dan

komponen-komponennya (kemasan, isi, dan cirri fisik lainnya) merupakan

stimuli primer. Komunikasi merupakan stimuli sekunder yang disajikan

dalam bentuk kata-kata, gambar, dan symbol atau dalam bentuk stimuli

yang lainnya yang berkaitan dengan produk (harga, toko, tenaga penjual)

(Assael, 1995:186).

Menurut Kotler dan Amstrong (1997), persepsi adalah proses,

yang dengan proses itu konsumen memilih, mengorganisasi, dan

menginterpretasikan stimuli untuk membentuk gambaran dunia yang

penuh arti. Stimuli adalah sikap input yang dapat ditangkap oleh indera,

seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain. Stimuli

tersebut diterima oleh pancaindera, seperti mata, telinga, mulut, hidung

(29)

2.2.4.3. Sikap Konsumen

Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan

pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi secara konsisten

(Sutisna,2001:99). Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen

(preference) atas suatu merek merupakan sikap konsumen. Dalam banyak

hal, sikap terhadap merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen

akan membeli atau tidak. Sikap positif terhadap merek akan

memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu,

sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen dalam pembelian.

Menurut Schifman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa sikap

adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah

seorang senang atau tidak, suka atau tidak, dan setuju atau tidak terhadap

obyek. Obyek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer,

perilaku tertentu, dan lain-lain. Sedangkan menurut Paul dan Olson (1999)

menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh yang

dilakukan oleh seseorang. Evaluasi adalah tanggapan pada tingkat

intensitas dan gerakan relatif rendah (Simamora: 152-153)

Sikap berguna bagi pemasaran dalam banyak cara. Sikap ini kerap

digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sikap dapat

pula membantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan

di dalam pasar. Sikap juga berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan

memilih target pasar. Menurut Asseal (1995:267) sikap memiliki tiga

(30)

1. Komponen kognitif/berfikir: kepercayaan merek (brand belief)

.komponen ini menunjukan pengetahuan dan keyakinan seseorang

terhadap suatu atribut manfaat (benefit) dan suatu obyek (persepsi).

Umumnya persepsi akan membentuk kepercayaan.

2. Komponen Afektif/ perasaan: evaluasi merek (brand evaluation)

Komponen ini menunjukan perasaan dan keseluruhan evaluasi

seseorang terhadap suatu merek atau obyek tertentu

3. Komponen Konatif/ tindakan: maksud untuk membeli (intention to buy)

Komponen ini menunjukan kecenderungan seseorang atau

konsumen untuk bertindak suatu obyek.

Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah

karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan

konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu.

Kepercayaan merek datang sebelum dan mempengaruhi evaluasi merek,

dan evaluasi merek terutama menentukan perilaku kehendak. Dalam

faktanya, evaluasi merek sesuai dengan defenisi dari sikap terhadap

merek yaitu untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak

(31)

2.2.5. Merek

Menurut American Marketing Associattion (Kotler, 2000:460)

mendefinisikan merek sebagai berikut:

“Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau

kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau

sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk

asing.”

Merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan

pengalaman dari pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh

perusahaan tentang produk tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji

penjual untuk secara konsisten member tampilan, manfaat, dan jasa

tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu merek muncul dari persepsi dan

asosiasi positif yang dipegang oleh seseorang dan tidak hanya terdiri dari

ide tentang fungsi perasaan dan asosiasi. Merek dapat memiliki enam

tingkatan pengertian : (Kotler, 2000:460)

1. Atribut (attributes)

Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen merek

mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

2. Manfaat (benefits)

Atribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan

(32)

fungsional. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat

emosional.

3. Nilai (value)

Merek menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen.

Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.

4. Budaya (culture)

Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili

budaya jerman : terorganisasi, efesien, bermutu tinggi.

5. Kepribadian (personality)

Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa

yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (obyek).

6. Pemakai (user)

Merek menunjukan konsumen mana yang membeli atau menggunakan

produk tersebut.

Merek berkaitan dengan atribut atau manfaat dari produk itu

sendiri, dalam kasus tertentu merek berkaitan dengan citra tidak nyata

(intangible image). Kekuatan merek dapat dilihat dari kuat tidaknya

ekuitas merek. Merek yang paling berharga memiliki nilai ekuitas merek

yang dipandang sebagai aktiva perusahaan yang sangat penting. Nama

merek yang terbaik menyatakan sesuatu tentang manfaat produk, mutu

(33)

2.2.6. Brand Trust

“Trust In a Brand is consumer’ willingness to rely on the brand in

the face of risk, hoping that the brand can give positive results for them”,

Lau and Lee (1999). (Kepercayaan pada merek adalah kemauan konsumen

mempercayai merek dengan segala resikonya, karena ada harapan bahwa

merek tersebut dapat memberikan suatu hasil yang positif baginya).

Pengertian brand trust menurut Ballestar (2001), merupakan

perasaan aman yang diperoleh konsumen dalam interaksinya dengan

merek yang didasarkan pada persepsi bahwa merek tersebut dapat

diandalkan dan memenuhi kepentingan serta keselamatan konsumen. Trust

didefinisikan sebagai persepsi konsumen mengenai reabilitas yang

didasarkan pada pengalaman atau serangkaian transaksi/ interaksi yang

dikarakteristikkan oleh konfirmasi dari harapan atas kinerja produk dan

kepuasan.

2.2.6.1.Fiability

Dimensi yang bercirikan teknikal, dimana didalamnya brand trust

mencakup persepsi bahwa merek dapat memenuhi atau memuaskan

kebutuhan konsumen, merek mampu memenuhu janji dalam operasi

produk. Pada dimensi ini ada kemampuan untuk memprediksikan bahwa

merek memuaskan kebutuhan konsumen secara konsisten dengan cara

(34)

Indikator Brand fiability yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yang dikembangkan oleh Prawitowati (2008:7):

a. Merek dapat memenuhi kebutuhan

b. Merek selalu memenuhi tingkat harapan konsumsi

c. Merek memberi keyakinan dan kepastian dalam konsumsi produknya

d. Merek tidak pernah mengecewakan

2.2.6.2.Intentionality

Dimensi ini merefleksikan suatu perasaan yang aman yang

membuat individu merasa ada jaminan bahwa merek akan bertanggung

jawab dan memperhatikan konsumen walaupun terjadi perubahan situasi

dan lingkungan konsumsi produk. Keyakinan pada ciri-ciri ini

menimbulkan keyakinan bahwa kejadian-kejadian pada masa yang akan

datang dapat diselesaikan oleh merek secara benar. Dengan demikian,

dimensi ini juga menjelaskan bahwa merek tidak mengambil keuntungan

dari kelamahan konsumen. (Ballestar, 2001)

Indikator Brand intentionality yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yang dikembangkan oleh Prawitowati (2008:7):

a. Merek memberikan penjelasan/ keterangan sesungguhnya

b. Merek akan melakukan upaya untuk membuat responden puas

c. Responden yakin dengan merek

(35)

2.2.7. Loyalitas merek (Brand loyalty)

membeli ulang merek yang sama meskipun ada pengaruh

situasional dan usa pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralian.

(Riana, 2008:187)

Anker (1996) dalam Riana (2008:187), mendefinisikan brand

loyality sebagai “ A measure of the attachment that a costumer has a brand”. Loyalitas merek menunjukan adanya suatu ikatan antara

pelanggan dengan merek tertentu dan ini seri kali ditandai dengan adanya

pembelian ulang dari pelanggan. Mowen (2002) dalam Riana (2008:187),

mengemukakan bahwa loyalitas dapat didasarkan pada perilaku pembelian

actual produk yang dikaitkan dengan proporsi pembelian.

Kesetiaan merek pada pelanggan adalah inti ekuitas merek. Jika

seseorang pelanggan masih mempersoalkan harga, kenyamanan, dan

lain-lain, maka sesungguhnya merek tersebut belum memiliki ekuitas yang

cukup tinggi. Ada beberapa tingkatan kesetian terhadap merek: yang

paling mendasar yaitu pembeli yang beranggapan bahwa semua merek

sama. Jadi, merek hanya memiliki pesan yang kecil dalam keputusan

pembelian. Mereka sering disebut switchers / price buyer atau orang yang

tidak setia terhadap merek (no brand loyality). Tingkat kedua, mereka

sangat puas dengan produk yang telah mereka beli atau tidak dikecewakan

penjual. Mereka sering disebut satisfied / habitual buyer. Mereka masih

mungkin pindah pindah kepesaing, tetapi harus disertai tawaran yang lebih

(36)

terhadap penjual yang lama. Tingkat ketiga, yaitu pembeli yang puas

terhadap suatu produk dan disertai biaya untuk pindah (switching cost)

yang cukup tinggi. Merek sering disebut swiching-cost loyal. Pada tingkat

keempat, pembeli sudah sangat menyukai pada merek tertentu. Pilihan

terhadap merek tersebut mungkun karena suatu symbol yang

membanggakan, pengalaman menggunakan merek tersebut atau persepsi

yang cukup tinggi terhadap kualitas merek tersebut. Oleh karena itu,

mereka biasanya tidak dapat menjelaskan mengapa memilih merek

tersebut. Ini disebabkan factor emosional. Mereka sangat bangga

menggunakan merek tersebut dan merekomendasikan kepada orang lain

untuk menggunakan merek tersebut. (Tandjung, 2004:67)

Brand loyality menciptakan nilai terhadap barang/jasa dalam empat

cara sebagai berikut (Tandjung, 2004:68):

1. Mengurangi Biaya-Biaya Pemasaran

Kesetian pelanggan terhadap merek tertentu kan mengurangi

biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pelanggan

baru. Di samping itu, akan merupakan kendala bagi pesaing untuk

merebut pelanggan yang sudah ada.

2. Pengungkit Perdagangan / Trade Leverange

Kesetiaan terhadap merek akan mendorong pelanggan untuk membeli

produk dengan ukuran yang baru, variasi baru atau produk-produk

(37)

3. Menarik Pelanggan Baru

Pembelian suatu merek produk tertentu menimbulkan resiko yang

cukup tinggi. Misalnya, peralatan elektronik. Oleh karena itu,

diperlukan referensi dari pelanggan yang setia terhadap merek

tertentu.

4. Waktu untuk Menanggapi Ancaman Persaingan

Bila pesaing mengeluarkan produk unggulan, maka pelanggan yang

setia terhadap merek tertentu masih mau menunggu sampai

perusahaan tersebut mengeluarkan produk yang sama.

Indicator loyalitas merek yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yang dikembangkan oleh Riana (2008:197):

a. Tidak melakukan pembelian bila tidak tersedia

b. Mencari di tempat-tempat yang tersedia

c. Merekomendasikan kepada konsumen yang lain

d. Bersedia membayar lebih tinggi

2.2.8. Pengaruh Brand Trust terhadap Brand Loyalty

Menurut Hess seperti yang dikutip Balleasstar (2001), memandang

trust sebagai konstruk utama dalam hubungan konsumen dan merek, trust

menjadi kontributor penting bagi timbulnya komitmen emosional

konsumen yang mengarah pada loyalitas jangka panjang. Brand trust

berperan dalam menjelaskan loyalitas merek, tergantung pada perbedaan

(38)

Konsumen termotivasi untuk mencari merek yang dapat diandalkan

sebagai criteria penentu keputusan pembelian jika konsumen menghadapi

ketidak pastian dalam harapan atas kepuasan konsumsinya. Dengan

demikian , adanya brand trust dalam model loyalitas merek memberi

penjelasan yang lebih baik mengenai adanya keikatan konsumen dan

merek.

Dari uraian diatas dan dapat disimpulkan bahwa Brand trust

berpengaruh positif terhadap brand loyalty. hal Ini didukung oleh jurnal

Prawitowati Tjahjani, yang mengatakan bahwa: brand trust memiliki

(39)
(40)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

“Diduga Brand Trust berpengaruh positif terhadap brand loyalty pada

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Defenisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu

defenisi yang memberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan

cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak

atau variable tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan dua

variable, yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas dari

penelitian ini adalah Fiability (X1), Intentionality (X2), diduga

berpengaruh terhadap variable terikat yaitu Brand Loyality (Y)

Defenisi oprasional dari variable-variable tersebut diatas antara

lain adalah :

A. Brand Trust (X)

Adalah keandalan merek untuk dapat memenuhi atau

memuaskan kebutuhan secara konsisten dan memberi rasa aman

tentang jaminan bahwa merek akan memberi perhatian pada

(42)

1. Fiability (X1)

Fiability adalah kemampuan merek dalam memenuhi

atau memuaskan kebutuhan konsumen, merek mampu

memenuhi janji. Dalam Indikator dari fiability menurut

(Prawitowati, 2008:5) adalah sebagai berikut:

a. Merek dapat memenuhi kebutuhan (X1.1)

Yang dimaksud adalah obat flu mixagrip dapat memenuhi

kebutuhan dalam meredakan flu

b. Merek selalu memenuhi tingkat harapan konsumsi (X1.2)

Yang dimaksud adalah obat flu mixagrip selalu memenuhi

tingkat harapan agar cepat meredakan flu

c. Merek memberi keyakinan dan kepastian dalam

mengkonsumsi produknya (X1.3).

Obat flu mixagrip memberi keyakinan dan kepastian dalam

meredakan flu.

d. merek tidak pernah mengecewakan (X1.4)

yang dimaksud adalah obat flu mixagrip tidak pernah

(43)

2. Intentionality (X2)

Intentionality adalah kemampuan merek dalam

memberikan perasaan aman yang membuat konsumen merasa

ada jaminan bahwa merek akan bertanggung jawab dan

memperhatikan konsumen walaupun terjadi perubahan situasi

dan lingkungan konsumsi produk. Indikator dari intentionality

adalah (Prawitowati, 2008:5)

a. Merek memberikan penjelasan/ keterangan yang

sesungguhnya (X2.1)

Merupakan usaha dari obat flu mixagrip dalam memberikan

penjelasan dan keterangan yang sesungguhnya.

b. Merek akan melakukan upaya agar flu cepat reda (X2.2)

Merupakan usaha dari obat flu mixagrip untuk melakukan

upaya agar flu cepat reda

c. Merek akan memberi jalan keluar atas problem yang terkait

dengan produk (X2.3)

Merupakan usaha obat flu mixagrip member jalan keluar

atas semua problem tentang penyakit flu.

(44)

B. Brand Loyalty (Y)

Merupakan komitmen internal dalam diri konsumen untuk

membeli dan membeli ulang suatu merek. Indicator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Riana, 2008:197):

a. Tidak melakukan pembelian bila tidak tersedia (Y1)

Merupakan kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu dan

apabila tidak tersedia konsumen lebih memilih untuk tidak

membeli merek lain

b. Selalu membeli produk yang sama (Y2)

Merupakan usaha konsumen untuk melakukan pembelian ulang

c. Merekomendasikan kepada konsumen lain (Y3)

Merupakan pemberi informasi oleh konsumen kepada konsumen

lainnya untuk memilih merek tersebut

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mengunakan skala interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala

interval merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan

data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik

pengukurannya menggunakan Semantic Differential Scale (skala

(45)

oleh seseoran, yaitu responden menilai prilaku objek dengan bipolar dari 2

kutub kata sifat yang saling berlawanan. Analisis ini dilakukan dengan

meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap

suatu konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah 1

sampai 7

1 7

Sangat tidak setuju Sangat setuju

3.1.1. Teknik Penentuan Sampel

3.1.2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah

membeli dan menggunakan produk obat flu merek Mixagrip. Yang ada di

surabaya khususnya wilayah kedung baruk dan sekitarnya.

3.1.3. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Penelitian ini menggunakan

non probability sampling Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini

menggunakan accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

(46)

2003:60). Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah

membeli dan menggunakan obat flu Mixagrip.

Penentuan sample mengguanakan pedoman dari Ferdinand

(2002:48) yaitu:

a. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variable laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.

Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

d. Sedangkan jeenis pengambilan sampel didasarkan oleh analisis SEM

bahwa besarnya sampel yaitu 5-10 kali parameter yang diestimasi

pada penelitian ini terdapat 10 indikator, maka 10 x 10 = 100.

Dibulatkan menjadi 110.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian pada umumnya merupakan suatu usaha untuk

membuat fakta-fakta mengembangkan dan menguji kebenarannya dengan

cara mengumpulkan dan mencatat, serta menganalisis data yang diperoleh

dari perusahaan.

(47)

Data Primer

Data primer yang akan diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan

menyebarkan kuesioner dilokasi yang telah ditentukan sebelumnya.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari

konsumen sebagai responden dalam penelitian.

3.2.3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Merupakan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data

dengan mewawancari langsung kepada responden untuk keterangan

yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang diperlukan dalam

penelitian.

b. Metode kuisioner

Merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan

daftar pertanyaan (angket) kepada responden untuk memperoleh

(48)

3.3. Teknik Analisis Data

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian

ini adalah Structual Equation Modeling (SEM). Model pengukuran factor

menggunakan Confirmatory Faktor Analisis. Penaksiran pengaruh

masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan

koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran

dengan contoh factor fiability dilakukan sebagai berikut :

Contoh: persamaan dimensi factor fiability:

X11 = λ1 fiability + er_1

X12 = λ2 fiability + er_2

X13 = λ3 fiability + er_3

X14 = λ4 fiability + er_4

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model

untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis,

maka model pengukuran dengan contoh factor fiability akan tampak

[image:48.612.201.487.596.752.2]

sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor fiability

er_1  X1.1 

er_1  X1.1 Fiability

(49)

3.3.1. Asumsi Model (structural Equation Modeling)

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram

data atau dapat diuji dengan metode-metode statistic.

2. Menggunakan Critical Ratio yang memperoleh dengan

membagi koefisien sampel dengan standar errornya dan

Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik

deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas

itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%,

jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga

bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3. Normal Probability Plot (SPSS 10.1)

4. Linearitas dengan mengamati scatterplot dari data yaitu

dengan memilih pasangan data dan dilihat pola

penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.

b. Evaluasi atas Outlier

1. Mengamati nilai Z-score: ketentuan diantara ± 3.0 non

outlier.

2. Multivariate outlier diuji dengan kinerja jarak Mahalanobis

(50)

pada df sebesar jumlah variable bebasnya. Ketentuan : bila

Mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate outlier 3. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki

karakteristik yang unik yang terlihat sangat berbeda jauh

dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk

nilai ekstrim untuk sebuah variable tunggal atau variable

kombinasi (Hair. 1998)

c. Deteksi Multicolinearity dan singaularity

Dengan mengamati Determinan matriks cavarians.

Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix

mendekati angka 0 (kecil). Maka terjadi multikolineariatas dan

singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998).

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh

sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya

pengukuran apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas

adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai

dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah

(51)

melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed

variable dan latent variable construct reliability dan variance-extracted dihitung dengan rumus berikut:

Construct Liability = (∑S tan dardize Loading)2 (∑S tan dardize loading)2 + ∑εj Variance Liability = (∑S tan dardize Loading)2

(∑S tan dardize loading)2 + ∑εj

Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1

(Standardize loading)2 secara umum, nilai construct reability yang dapat diterima adalah ≤ 0,7 dan variance extracted ≥ 0.5

(hair et al.,1998). Standardize Loading dapat diperoleh dari

output AMOS 4.01 dengan melihat nilai estimasi construct

standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai

indikatornya.

3.3.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaryh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot

regresi terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai

CR (Critical Ratio) atau ρ (probability) yang sama dengan nilai t

hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti

(52)

3.3.3. Evaluasi Model

Hair et.al., (1998) menjelaskan bahwa pola “confirmatory”

menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas

hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan

data emperis. Jika model teoritis menggambarkan “good fit”

dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat.

Sebaliknya, suatu “poor fit” jadi, “good fit” model yang diuji

sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai

kriteria goodness of fit, yakni chi-square, probability, RMSEA,

GFI, TLI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit

dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two

(53)

Tabel 3.1. GOODNESS OF FIT INDEX

GOODNESS OF FIT INDEX

KETERANGAN OUT-OFF VALUE

Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)

Diharapkan Kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probabilitiy Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0.1 atau 0.2 atau ≥ 0.05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-square pada sample besar

≤ 0.08

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang

dijelaskan oleh matriks covariance populasi diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda)

0 sampai dengan 1

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0.90

CMIN/DE Kesesuaian antara data dan model ≤ 2.00

TLI Perbandingan antara model yang diuji terhadap baseline

≥ 0.95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.

[image:53.612.133.508.259.652.2]
(54)

4.1.

Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Kalbe Farma

PT. Kalbe Farma Tbk (

IDX

:

KLBF

) merupakan

perusahaan

multinasional

yang memproduksi

farmasi

, suplemen, nutrisi dan layanan

kesehatan yang bermarkas di

Jakarta

,

Indonesia

. Perusahaan ini didirikan

pada tahun

1966

. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam

bahan

farmasi

.

PT. Kalbe Farma Tbk (“Perseroan” atau “Kalbe”) didirikan pada tahun

1966, oleh 6 bersaudara, yaitu Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw

Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto. PT Kalbe

Farma telah jauh berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang

dikelola di garasi rumah pendirinya di wilayah Tanjung Priok

Jakarta Utara

.

Kalbe memiliki 10 cabang di luar negeri yaitu: negara ASEAN (Singapura,

Filipina, Malaysia, Thailand, Kambodia, Vietnam, Myanmar), Sri Lanka,

Nigeria dan Afrika Selatan.

Didirikan pada 10 September 1966, PT Kalbe Farma Tbk.

(55)

Jakarta Utara. Selama lebih dari 40 tahun sejarah Perseroan, pengembangan

usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap

perusahaan-perusahaan farmasi lainnya, membangun merek-merek produk yang unggul

dan menjangkau pasar internasional dalam rangka transformasi Kalbe

menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan

daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan

keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit

ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk

kehidupan yang lebih baik. Grup Kalbe telah menangani portofolio merek

yang handal dan beragam untuk produk obat resep, obat bebas, minuman

energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan

dan distribusi yang menjangkau lebih dari 1 juta outlet. Perseroan telah

berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam

masing-masing kategori terapi dan segmen industri tidak hanya di Indonesia namun

juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk kesehatan dan

obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti Promag,

Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss. Lebih jauh, pembinaan

dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja internasional telah mendorong

pengembangan usaha Kalbe di pasar internasional dan partisipasi dalam

proyek-proyek riset dan pengembangan yang canggih serta memberi

kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan dan farmasi

(56)

tahun 2005 telah memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan

keuangan Perseroan sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka

memperluas usaha Kalbe baik di tingkat lokal maupun internasional. Saat ini,

Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara yang

sahamnya telah dicatat di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas

US$ 1 miliar dan penjualan melebihi Rp 7 triliun. Posisi kas yang sangat baik

saat ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha

Kalbe di masa mendatang.

4.1.2. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuisioner yang

telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti

dibawah ini.

a.

Jenis Kelamin

Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada table dibawah

(57)
[image:57.612.170.507.140.196.2]

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentasi (%)

1 Laki-laki 76 69%

2 Wanita 34 31%

110 100%

Sumber : Data kuisioner diolah

b.

Usia

Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan

[image:57.612.184.465.298.520.2]

dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 18-25 43 40%

2 26-35 31 28%

3 36-49 27 24%

4 ≥50 9 8%

Total 110 100%

Sumber : Data kuisioner diolah

c.

Pekerjaan

Dari 110 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis pekerjaan para responden yaitu pada table

(58)
[image:58.612.141.499.135.391.2]

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Pegawai negeri 26 24%

2 Pegawai swasta 39 35%

3 Wiraswasta 8 7%

4 Pelajar / Mahasiswa 20 19%

5 Lain – lain 17 15%

Total 110 100%

Sumber : Data Kuisioner diolah

4.1.3. Deskripsi Variabel Brand Trust (X)

4.1.3.1. Deskripsi Variabel Fiability (X

1

)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para

responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Fiability (X

1

)

No Pertanyaan

Skor Jawaban

Skor 1 2 3 4 5 6 7

1 Obat flu mixagrip dapat memenuhi kebutuhan untuk meredakan flu 0 0% 0 0% 0 0% 18 17% 33 30% 42 38% 17 15% 110 100%

2 Obat flu mixagrip selalu memenuhi tingkat harapan agar cepat meredakan flu

[image:58.612.134.533.136.651.2]
(59)

3 Obat flu mixagrip memberi keyakinan dan kepastian dalam meredahkan flu 0 0% 0 0% 0 0% 16 14% 45 41% 37 34% 12 11% 110 100%

4 Obat flu mixagrip tidak pernah mengecewakan bagi yang menggunakan 0 0% 0 0% 0 0% 17 15% 42 38% 37 34% 14 13% 110 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan sebagai berikut :

a.

Indikator pertama dari fiability , yaitu obat flu mixagrip dapat memenuhi

kebutuhan untuk meredakan flu, mendapat respon terbanyak pada skor 6

dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 38% kemudian

terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%.

Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 42

responden atau 38%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak

33 responden atau 30%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0

atau 0%.

b.

Indikator kedua dari fiability , yaitu obat flu mixagrip selalu memenuhi

tingkat harapan agar cepat meredakan flu, mendapat respon terbanyak

pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 44%

kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 37 atau

(60)

48 responden atau 44%. Kemudian yang menjawab sangat setuju

sebanyak 37 responden atau 33%. Dan yang menjawab kurang setuju

sebanyak 0 atau 0%.

c.

Indikator ketiga dari fiability , yaitu obat flu mixagrip memberikan

keyakinan dan kepastian dalam meredahkan flu, mendapat respon

terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 45 responden

atau 41% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah

responden 37 atau 34%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab

setuju sebanyak 45 responden atau 41%. Kemudian yang menjawab

sangat setuju sebanyak 37 responden atau 34%. Dan yang menjawab

kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

d.

Indikator keempat dari fiability , yaitu obat flu mixagrip tidak pernah

mengecewakan bagi yang menggunakan, mendapat respon terbanyak pada

skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 42 responden atau 38%

kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 37 atau

34%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak

42 responden atau 38%. Kemudian yang menjawab sangat setuju

sebanyak 37 responden atau 34%. Dan yang menjawab kurang setuju

(61)

4.1.3.2. Deskripsi Variabel Intentionality (X

2

)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para

[image:61.612.145.543.253.583.2]

responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Intentionality

(X

2

)

No Pertanyaan

Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

1 Obat flu mixagrip memberikan penjelasan/ keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalam meredahkan flu. 0 0% 0 0% 0 0% 13 12% 47 43% 35 32% 15 13% 110 100%

2 Obat flu mixagrip akan melakukan upaya agar penyakit flu cepat reda

0 0% 0 0% 0 0% 19 17% 33 30% 37 34% 21 19% 110 100%

3 Obat flu mixagrip akan memberikan jalan keluar problem yang dihadapi

terutama dalam meredakan penyakit flu

0 0% 0 0% 0 0% 23 21% 33 30% 36 33% 18 16% 110 100%

Sumber : Data diolah.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

Indikator pertama dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip memberikan

penjelasan/ keterangan yang sebenarnya dan tidak berbohong dalam

(62)

responden sebanyak 47 responden atau 43% kemudian terbanyak kedua

pada skor 6 dengan jumlah responden 35 atau 32%. Artinya sebagai besar

responden yang menjawab setuju sebanyak 47 responden atau 43%.

Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 35 responden atau

33%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

b.

Indikator kedua dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip akan melakukan

upaya agar penyakit flu cepat reda, mendapat respon terbanyak pada skor

6 dengan jumlah responden sebanyak 37 responden atau 34% kemudian

terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%.

Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 37

responden atau 34%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak

33 responden atau 30%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0

atau 0%.

c.

Indikator ketiga dari intentionality, yaitu obat flu mixagrip akan

memberikan jalan keluar problem yang dihadapi terutama dalam

meredakan penyakit flu , mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan

jumlah responden sebanyak 36 responden atau 33% kemudian terbanyak

kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagai

besar responden yang menjawab setuju sebanyak 36 responden atau 33%.

(63)

4.1.4. Deskripsi Variabel Brand Loyalty (Y)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para

[image:63.612.145.544.240.552.2]

responden yang berjumlah 110 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Brand loyalty

No Pertanyaan

Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5 6 7

1 Saya tidak akan membeli merek lain selain mixagrip bila terkena penyakit flu

0 0% 0 0% 0 0% 25 23% 35 32% 31 28% 19 17% 110 100%

2 Saya akan melakukan pembelian ulang ketika terkena penyakit flu

0 0% 0 0% 0 0% 17 16% 44 40% 30 27% 19 17% 110 100%

3 Saya akan

memberitahukan kepada orang lain untuk menggunakan obat flu mixagrip ketika terkena penyakit flu 0 0% 0 0% 0 0% 22 20% 36 33% 33 30% 19 17% 110 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

Indikator pertama dari brand loyalty, saya tidak akan membeli merek lain

selain mixagrip bila terkena penyakit flu, mendapat respon terbanyak pada

(64)

kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 31 atau

28%. Artinya sebagai besar responden yang menjawab setuju sebanyak 35

responden atau 32%. Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 31

responden atau 28%. Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau

0%.

b.

Indikator kedua dari brand loyalty, saya akan melakukan pembelian ulang

ketika terkena penyakit flu, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan

jumlah responden sebanyak 44 responden atau 40% kemudian terbanyak

kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 30 atau 27%. Artinya sebagai

besar responden yang menjawab setuju sebanyak 44 responden atau 40%.

Kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 responden atau 27%.

Dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

c.

Indikator pertama dari brand loyalty, saya akan memberitahukan kepada

orang lain untuk menggunakan obat flu mixagrip ketika terkena penyakit

flu, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden

sebanyak 36 responden atau 33% kemudian terbanyak kedua pada skor 6

dengan jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagai besar responden

yang menjawab setuju sebanyak 36 responden atau 33%. Kemudian yang

menjawab sangat setuju sebanyak 33 responden atau 30%. Dan yang

(65)

4.2.

Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis

4.2.1. Evaluasi

Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul

dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel

kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998).

Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan

sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada

tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling

dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat

dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick

& Fidel, 1996).

Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak

Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan

menggunakan

χ

² (chi kuadrat) pada deraj

Gambar

Gambar 4.1: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach – Base
Tabel 4.18. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Brand Loyalty
Table 1.1 Top Brand Index obat flu (2008 – 2010)
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor fiability
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar Matematika Materi Garis Singgung Lingkaran. Belajar matematika merupakan suatu proses pembelajaran

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akutansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

Fungsi dari dinas RANGTIKA adalah untuk penyelenggaraan kegiatan pelayanan jasa penerbangan aeronautika sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dipimpin oleh

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan, kesempatan, bimbingan serta pengarahan baik secara

Aplikasi Monitoring Pembebanan Trafo PT PLN WS2JB Rayon Ampera adalah suatu program berbasis web yang menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai database, yang

pelanggan akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yang diberikan memberikan suatu jaminan kepercayaan yang maksimal. 9) Competence (kompetensi) yaitu keterampilan yang

Non Performing Loan (NPL) untuk menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan bank, sehingga apabila semakin tinggi rasio ini maka

At all &#34;water-filled window&#34; construction with water thickness of 5 mm in window type-2, and type-5, the water will be difficult to reach the saturation point calorific,