• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

Kadek Yuni Artati

1

, A. A. Gede Agung

2

, I Md. Citra Wibawa

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: dekyuniartati@gmail.com

1

,agungtps2056@gmail.com

2

, imadecitra.wibawa@undiksha.ac.id

3

Abstrak

Penelitian dilakukan berdasarkan pada beberapa masalah yang ditemukan, yaitu: 1) Guru kurang menggunakan model pembelajaran yang mampu mengajak siswa untuk aktif mengikuti proses pembelajaran. 2) Hasil belajar IPA pada siswa kelas V masih dibawah nilai KKM sekolah. 3) Guru kurang mengajak siswa dalam kegiatan diskusi kelompok saat proses pembelajaran. 4) Guru kurang mengajak siswa bermain dalam proses pembelajaran. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan rancangan post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng yang berjumlah 141 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Penglatan berjumlah 30 siswa dan siswa kelas V SD Negeri 2 Alasangker berjumlah 29 siswa, yang ditentukan dengan teknik random sampling.

Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan metode tes berbentuk pilihan ganda.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t polled parians). Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan rata–rata kelompok eksperimen adalah 21,7 sedangkan rata-rata kelompok kontrol adalah 17,24 hal ini berarti rata-rata eksperimen > rata-rata kontrol. Selanjutnya hasil analisis statistik inferensial menunjukkan hasil thitung 3,07 > ttabel 1,67. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di Gugus IV Kecamatan Buleleng.

Kata-kata kunci: kooperatif tipe tgt, hasil belajar IPA

Abstract

The study was conducted based on several problems found, namely: 1) Teachers are less use of learning models that can invite students to actively follow the learning process. 2) The results of science learning in grade V students are still below the value of school KKM.

3) Teachers do not invite students in group discussion activities during the learning process. 4) Teachers do not invite students to play in the learning process. The purpose of this study is to determine the significant effect of cooperative learning model type TGT to science learning outcomes of grade V students even semester of 2016/2017 in SD Gugus IV Buleleng District. This research is a quasi experiment (quasi experiment) research with post-test only control group design. The population of this research is the students of grade V of elementary school in Gugus IV Buleleng subdistrict which amounts to 141 students.

The sample of this study is the students of grade V of SD Negeri 1 Penglatan amounting to 30 students and students of grade V SD Negeri 2 Alasangker amounted to 29 students, determined by random sampling technique. Student learning outcomes data were collected by multiple choice-shaped test method. The data obtained were analyzed using descriptive and inferential statistical analysis techniques (t-test polled parians). The result of descriptive statistic analysis shows that the experiment group average is 21.7 while the control group average is 17.24 this means the average of the experiment > the average

(2)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

2

control. Furthermore, the result of inferential statistical analysis shows the result tcount 3.07

> ttable 1.67. Thus it can be concluded that cooperative learning model type TGT has a significant influence on the results of science learning in grade V SD in Gugus IV Buleleng District.

Keywords: cooperatif type TGT, learning outcome of science.

PENDAHULUAN

Pendidikan selalu berperan penting, karena pendidikan melepaskan kita dari kebodohan jaman. Selain itu pendidikan dapat melindungi kita dari hal-hal yang bersifat pembodohan yang dapat merugikan diri dan mental. Apalagi di zaman modern seperti ini semua telah berkembang dengan pesat, jika tidak memiliki dan menyentuh pendidikan maka kita tidak bisa mengikuti perkembangan zaman yang begitu pesat seperti sekarang ini.

Silberman (dalam Suardi, 2010) pentingnya pendidikan sebagai sebuah konsep yang perlu ditanamkan pada anak- anak sejak usia dini. Mereka perlu diberitahu bahwa pendidikan tidak hanya berarti pengetahuan atau hanya mengenal buku dan tulisan atau hal-hal belajar dengan hafalan dan juga berhitung, tapi memegang makna yang jauh lebih dalam.

Ini berarti membuka pikiran mereka untuk mempelajari hal-hal baru dan mengejar pilihan yang berbeda. Tidak sama dengan pengajaran karena pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha pengembangan intelektualitas manusia.

Sebaliknya, pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik.

Sehubungan dengan hal tersebut, upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya didukung oleh dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemajuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Susanto (2013) masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya suasana yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, guru perlu memerhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan tersebut, yaitu: prinsip motivasi, latar belakang, pemusatan perhatian, keterpaduan, pemecahan masalah, menemukan, belajar sambil bekerja, belajar sambil bermain, perbedaan individu, dan hubungan sosial.

Satu hal yang juga tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar ini adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya. Karena anak yang berada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini, terutama anak yang berada di kelas awal. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang.

Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Seperti yang di atur dalam UU No.

41 tahun 2005 Pasal 8 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

(3)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

3 sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dan dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa, Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru untuk memahami dinamika proses pembelajaran dengan baik. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan baik. Guru akan dapat mengelola pembelajaran apabila menguasai; materi pelajaran, mengelola kelas dengan baik, memahami berbagai strategi dan metode pembelajaran, menggunakan media dan sumber belajar yang ada. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru untuk menunjukkan sikap dan pribadi yang dapat ditiru dan dipatuhi. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berinteraksi dan berkomunikasi sosial yang baik.

Terdapat berbagai mata pelajaran yang dibelajarkan di Sekolah Dasar. Salah satu mata pelajaran yang dianggap memiliki peran vital bagi perkembangan mental dan pola pikir siswa kedepannya adalah Sains/IPA. Dalam pembelajaran IPA, seorang guru mengajar IPA dengan cara mentransfer begitu saja apa-apa yang diuraikan dalam buku teks kepada anak didiknya, itu merupakan suatu tindakan yang keliru. Dalam pembelajaran IPA sendiri ada dua dimensi, yaitu dimensi produk dan simensi proses. Untuk peserta didik pada jenjang sekolah dasar tidak diajarkan bagaimana membuat penelitian secara lengkap, tetapi dapat mulai diperkenalkan secara komponensial dan bertahap, misalnya melakukan pengamatan secara cermat, kemudian melaporkan hasil pengamatannya itu kepada teman-teman sekelasnya, sebagai upaya tahap pertama (Sudana, 2016).

Namun mewujudkan pembelajaran IPA yang diharapkan, tidaklah mudah. Hal tersebut dapat dillihat dari tingkat pencapaian hasil belajar IPA itu sendiri.

Pada beberapa kasus, masih kerap ditemui hasil belajar IPA siswa yang cenderung rendah. Hal tersebut menandakan bahwa di

beberapa tempat, pembelajaran IPA yang diharapkan belum dapat terwujud dengan maksimal. Hal tersebut dapat ditinjau dari hasil belajar IPA yang diperoleh siswa secara klasikal. Masalah serupa juga ditemukan di Gugus IV kecamatan Buleleng.

Hasil belajar IPA siswa di SD Gugus IV kecamatan Buleleng jika konversikan dengan penilaian acuan patokan skala-5 berada pada rentang skor 40-64 sehingga masih berada pada kategori rendah (Agung, 2015:97). Pembelajaran IPA belum terwujud sebagaimana yang di harapkan, sehingga hasil yang dicapai belum maksimal. setelah dilakukan pengamatan lebih lanjut, ditemukan permasalahan rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus IV kecamatan Buleleng adalah rendahnya keaktivan siswa dalam proses belajar. Siswa cenderung pasif, dan hanya memusatkan perhatian pada penjelasan dari guru dalam belajar.

Setelah digali lebih dalam, ternyata pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan penjelasan verbal oleh guru. Tidak ditemukan kegiatan belajar yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa, sehingga pembelajaran tidak berkesan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan kurang mampu diterjadikan di kelas, sehingga materi pelajaran kurang dapat dicerna dan dipahami dengan baik. Alhasil, hasil belajar siswa menjadi rendah. Diduga, akar dari permasalahan tersebut terletak pada desain pembelajaran yang diterapkan.

Desain pembelajaran secara implementatif berhubungan langsung dengan model pembelajaran. Diketahui bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat teacher center dan lebih dominan menggunakan metode ceramah.

Pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya memberikan penjelasan materi di depan kelas, sedangkan siswa hanya duduk diam sambil mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Dengan kata lain, pembelajaran hanya berfokus pada guru. jadi, minat belajar siswa cenderung rendah sehingga penerimaan penyampaian guru kurang baik.

Upaya yang dapat segera dilakukan pendidik adalah merancang model

(4)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

4 pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan pada hasil belajar. Penentuan model pembelajaran menjadi solusi utama untuk menjawab permasalahan tersebut.

Terdapat berbagai jenis model pembelajaran inovatif yang dikenal, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure permainan. Slavin (dalam Rusman, 2010)

“pembelajaran kooperatif tipe (TGT) terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (Class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition)”.

Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini akan membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran dan secara tidak langsung membuat siswa mampu belajar lebih mandiri dan aktif.

Ditempat lain terdapat penelitian yang mengungkapkan bahwa The effects of Teams Games Tournaments on achievement, retention, and attitudes of economics education students tahun 2011.

Hasil penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif TGT pada prestasi, retensi, dan sikap menunjukkan bahwa skor tes prestasi untuk kelompok TGT adalah 52,99, sedangkan kelompok kontrol adalah 50,13.

Ini berarti bahwa pembelajaran TGT hasilnya lebih signifikan di banding kelompok kontrol untuk pendidikan ekonomi.

Maka dari itu tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus IV kecamatan Buleleng.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Gugus IV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat selama 24 jam. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng, dengan jumlah 141 siswa, dibagi menjadi 6 SD yaitu (1) SD Negeri 1 Penglatan 30 siswa, (2) SD Negeri 2 Penglatan 17 siswa, (3) SD Negeri 3 Penglatan 19 siswa (4) SD Negeri 1 Alasangker 23 siswa. (5) SD Negeri 2 Alasangker 29 siswa. (6) SD Negeri 3 Alasangker 23 siswa. Penentuan sampel kelas dilakukan dengan teknik random sampling. Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan akademik pada populasi penelitian maka dilakukan uji ANAVA terhadap data hasil belajar IPA siswa kelas V pada semester I (ganjil).

Data hasil belajar IPA semester I pada siswa SD kelas V tersebut dilakukan uji kesetaraan yang dianalisis dengan uji ANAVA. Dari hasil uji ANAVA yang dilakukan diperoleh ke-6 SD yang ada di Gugus IV Kecamatan Buleleng memiliki kemampuan akademik setara. Langkah selanjutnya ialah melakukan teknik random sampling terhadap keenam sekolah tersebut. Dari teknik random sampling dengan teknik undian diperoleh SD Negeri 1 Penglatan sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 2 Alasangker sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelompok kontrol tidak diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Desain Penelitian yang digunakan adalah post-test only kontrol group design. Pemilihan desain ini karena peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan menngunakan metode posttest.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA ranah kognitif yang dikumpulkan melalui tes pilhan ganda. Tes tersebut telah di uji coba

(5)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

5 lapangan, sehingga teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil tes uji lapangan tersebut selanjutnya diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebagai post-test.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan data dianalisis dengan menghitung nilai mean, median, modus, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum.

Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kurva poligon. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan.

Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus

bersifat homogen. Untuk dapat membuktikan dan mememenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pengukuran dilakukan setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sebanyak enam kali pertemuan dengan materi ajar yang sama. Analisis data dilakukan pada masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi data hasil belajar kolompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Statistik Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean 21,7 17,24

Median 22,1 16,04

Modus 24,25 15,76

Varians 4,78 5,05

Standar Deviasi 22,9 25,6

Skor minimum 12 9

Skor maxsimum 29 26

Rentangan 17 17

Selanjutnya data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan ke dalam polygon seperti pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1.Poligon data hasil belajar IPA kelompok eksperimen

Berdasarkan Tabel 1 diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih bedar dari mean (Mo>Md>M). dengan demikian, polygon pada Gambar 1 membentuk kurva juling negative yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.

Sedangkan pada kelompok

siswa yang tidak dibelajarkan dengan

model kooperatif tipe TGT banyak

siswa yang mendapat nilai sekitar rata-

rata kelompok yang dibelajrkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

TGT M= 21,7 berada pada kategori

tinggi. Rata-rata hitung data hasil

belajar IPA kelompok siswa yang tidak

dibelajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT M =

(6)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

6

17,24. Jadi, rata-rata hitung data hasil belajar IPA kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikategorikan sedang. Data hasil belajar IPA siswa kelas kontrol disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Poligon data hasil belajar IPA kelompok kontrol

Berdasarkan Tabel 1 diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, poligon pada Gambar 2 membentuk kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah.

Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. Terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap data skor hasil belajar IPA siswa. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal.

Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas yaitu kelompok yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Kelompok Eksperimen) diperoleh

(𝜒

2

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)

adalah 2,70 dan

(𝜒

2

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙)

dengan taraf signifikansi 5%

dan db = 3 adalah 7,81. Hal ini berarti,(

𝜒

2

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒

2

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

) sehingga data hasil post–test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Kelompok yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Kelompok Kontrol) diperoleh

(𝜒

2

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)

adalah 5,35 dan

(𝜒

2

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙)

dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,81. Hal ini berarti, (

𝜒

2

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒

2

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

) sehingga data hasil post–test kelompok kontrol berdistribusi normal

Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas varians. Uji homogenitas varians data hasil belajar IPA dianalisis menggunakan uji F (Fisher) dengan kriteria kedua kelompok memiliki varians homogen jika Fhitung<Ftabel dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1–1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2–

1. Hasil uji homogenitas varians data yang telah dianalisis adalah Fhitung adalah 1,11, sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 1, dbpenyebut = 57, dan taraf signifikansi 5%

adalah 1,87. Hal ini berarti nilai Fhitung<Ftabel

sehingga varians kedua kelompok homogen.

Setelah diketahui data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis. Hipotesis penelitian yang diuji adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng Tahun.

Dengan hasil analisis perhitungan uji–t diperoleh thitung sebesar 3,07. Sedangkan ttabel dengan db = 57 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,67. Hal ini berarti ttabel lebih kecil dari thitung (thitung > ttabel).

Dengan demikian, dapat diinterpetasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelompok yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 3,07 dan ttabel (db = 57 dan taraf

(7)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

7 signifikansi 5%) = 1,67. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan.

Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelompok yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Hal tersebut juga dapat dilihat dari rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 21,7 berkategori tinggi sedangkan rata–rata skor hasil belajar IPA siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 17,24 berkategori sedang.

Perbandingan hasil perhitungan rata–rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 21,7 lebih besar dari rata–rata hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 17,24. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng.

PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan tanpa model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 21,7 berada pada kategori sangat tinggi dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 17,24 berada pada kategori sedang.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan kepada siswa dan guru melalui langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT meliputi lima langkah tahapan, yaitu: “1) Penyajian Kelas (class presentation). 2) Pembentukan Kelompok (Team). 3) Permainan (Game). 4) Pertandingan (Tournament). 5) Pengakuan Kelompok (Team recognize)” Mulyatiningsih (2011:244). Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan siswa aktif dengan kelompok untuk berdikusi kemudian masing-masing anggota kelompok akan bertanding di meja turnamen.

Faktor pertama, dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran diawali dengan penjelasan materi oleh guru, selanjutnya siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok.

Setelah pembentukan kelompok, siswa diberikan masalah-masalah terkait materi yang diajaarkan melalui LKS yang dibagikan oleh guru untuk selanjutnya didiskusikan bersama kelompok masing- masing. Siswa melakukan diskusi dengan aktif dan saling bekerjasama dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS untuk menjawab dengan optimal pada saat game dan turnamen. Hal ini juga akan berdampak terhadap peningkatannya hasil belajar siswa.

Setelah selesai menyelesaikan LKS bersama kelompoknya, masing-masing perwakilan kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan mendapat skor terbanyak, kemudian skor tersebut dikumpulkan untuk tournament yang akan dipertandingkan di meja tournament. Tahap berikutnya yaitu, siswa melakukan permainan (game) akademik yaitu dengan cara berkompetisi dengan anggota tim lain yang memiliki kemampuan yang sama. Siswa ditempatkan dalam meja tournament untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh pembaca soal. Tahap akhir dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah melakukan pengakuan kelompok (Team Recognize) dengan pemberian penghargaan (reward).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Trianto

(8)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

8 (2009:83) menyatakan bahwa, “TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu sosial, maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi.

TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar”.

Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa menjadi lebih baik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Faktor kedua, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan kesan yang berbeda pada pembelajaran. Dalam pelaksaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini suasana belajar yang menyenangkan dan tumbuhnya semangat belajar siswa diakibatkan oleh adanya kegiatan tournament akademik yang memacu siswa untuk bersaing secara sehat dalam menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru. Setiap siswa akan mendapat kesempatan yang sama untuk mewakili kelompoknya dalam mengikuti tournament sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2008:163) bahwa, “model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, para siswa akan berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain untuk memenangkan permaianan dan semua siswa ikut berperan aktif dalam tournament”. Dengan demikian, hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah siswa aktif bertanya, menjawab, bermain, dan mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari penelitian dengan variable sejenis yang dilakukan oleh Wyk dengan judul The effects of Teams Games Tournaments on achievement, retention, and attitudes of economics education students (2011) menyatakan bahwa hasil dari penelitian hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif TGT pada prestasi, retensi, dan sikap menunjukkan bahwa skor tes prestasi untuk kelompok TGT adalah 52,99, sedangkan kelompok kontrol adalah 50,13. Ini berarti bahwa

pembelajaran TGT hasilnya lebih signifikan di banding kelompok kontrol untuk pendidikan ekonomi.

Implikasi dari hasil penelitian mencakup dua hal, yaitu implikasi teoritis dan praktis. Impilkasi teoritis berhubungan dengan kontribusinya bagi perkembangan teori-teori tentang model-model pembelajaran inovatif, seperti model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusinya penelitian ini terhadap siswa, dan meningkatkan pemahaman guru tentang model pembelajaran inovatif yang bisa diaplikasikan di SD. Kususnya guru SD kelas V di Gugus IV Kecamatan Buleleng.

Implikasi praktis dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe TGT memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa, antara kelompok yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe TGT dan kelompok yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Peran model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, dan bekerjasama dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru, peran guru disini sangat besar untuk membimbing siswa karena apabila guru memberikan bimbingan maka hasil penemuan dari siswa akan semakin bagus, model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga memberikan pembelajaran yang menyenangkan kepada siswa, karena dalam proses pembelajaran IPA penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat membantu siswa untuk memahami materi dengan maksimal, karena siswa dilibatkan langsung untuk memahami sendiri materi yang sedang berlangsung dengan cara bermain di meja tournamen, guru hanya meluruskan dan membimbing pengetahuan siswa yang masih keliru.

Dalam Implikasi praktis dapat memberikan kesempatan kepada guru kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng untuk mengembangkan model pembelajaran yang inovatif, contohnya model pembelajaran kooperatif tipe TGT,

(9)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

9 meningkatkan pemahaman siswa, dan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Buleleng menjadi meningkat, dan memberikan kontribusi kepada peneliti lainnya, sebagai bahan referensi yang relevan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus IV Kecamatan Buleleng. (thitung = 3,07 > ttabel = 1,67), Ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus IV Kecamatan Buleleng.

Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini ada empat antara lain:

(1) Disarankan kepada peserta didik, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peserta didik mampu memahami setiap mata pelajaran yang disampaikan guru sehingga dapat meningkatkan potensi diri, mampu berinteraksi dengan teman, dan meningkatkan minat belajar yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar secara maksimal. (2) Disarankan kepada guru, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menggunakan model pembelajaran pada setiap mata pembelajaran untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa cepat memahami dan mengerti materi yang disampaikan. (3) Disarankan kepada kepala sekolah, sebagai acuan dalam mengambil kebijakan untuk mengusahakan peningkatan kualitas mutu pendidikan di sekolah dengan memberikan bimbingan kepada guru-guru terutama dalam menggunakan model

pembelajaran yang inovatif. (4) Disarankan kepada peneliti lain agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian baik dalam variabel yang sama ataupun variabel yang berbeda.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional.

Pemerintah Repubublik Indonesia. 2005.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Mulia MandiriPers.

Salam, Abdul dkk. 2015. Effects of using Teams Games Tournament (TGT) Cooperative Technique of Learning Mathematics in Secondary School of Bangladesh. Jurnal of Educational Technology. Institute of Education and Research, University of Dhaka, Bangladesh. Tersedia pada:

https://eric.ed.gov/?id=EJ1085938 (diakses tangga 2 Februari 2017).

Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks .

Sudana, dkk. 2016. Pendidikan IPA SD.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

(10)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

10 Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah dasar.

Jakarta: Predana Media Group.

Wyk, Micheal M.van. 2011. The Effects of Teams games Tournaments on Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Students”. School of Social Science, Language Education and Early Child Development, Faculty of Education, University of the Free State, Bloemfontein, South Africa.

Tersedia pada:

http://www.krepublishers.com/02- Journals/JSS/JSS-26-0-000-11- Web/JSS-26-3-000-11-Abst- PDF/JSS-26-3-183-11-1132-Van- Wyk-M-M/JSS-26-3-183-11-1132- Van-Wyk%20-M-M-Tt.pdf (diakses tanggal 2 Februari 2017).

(11)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

11

Gambar

Tabel 1. Deskripsi data hasil belajar kolompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Gambar 2. Poligon data hasil belajar IPA  kelompok kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung &gt; ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa materi cahaya dalam mata pelajaran IPA siswa yang mendapatkan pembelajaran

Oleh sebab itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif STAD

Hasil penelitian ini membenarkan hipotesis yang telah diajukan yaitu, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model

Hasil uji hipotesis di dapat bahwa t hitung &gt; t tabel , yaitu (3,29 &gt; 2,000) pada taraf signifikan α 0,05, yang berarti terdapat perbedaan yang