• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga T1 462012025 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga T1 462012025 BAB IV"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

56

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Partisipan Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil

primigravida maupun multigravida dengan usia kandungan 22 – 32

minggu. Adapun responden dalam penelitian ini tidak memiliki

penyakit penyerta ataupun sedang dalam perawatan tenaga

kesehatan. Penelitian ini diikuti oleh 31 ibu hamil yang telah

bersedia menjadi responden penelitian dan siap melakukan senam

hamil sebanyak 12 kali yang dilaksanakan selama 1 bulan.

4.2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua Rumah Sakit Swasta kota

Salatiga pada 11 April hingga 7 Mei 2016. Adapun pelaksanaan

penelitian meliputi persiapan dan proses pelaksanaan.

4.2.1. Persiapan

Setelah mendapat izin penelitian dari kedua Rumah

Sakit terkait, peneliti kemudian melakukan diskusi dengan

instruktur senam di kedua Rumah Sakit untuk

mengkonfirmasi tujuan, metode dan prosedur penelitian.

Pada saat yang sama juga dilakukan pendataan

(2)

memenuhi kriteria penelitian dan bersedia menandatangani

lembar persetujuan responden yang telah disediakan oleh

peneliti.

Seiring berjalannya proses penelitian ada beberapa

responden yang dengan alasan pribadi tidak bisa mengikuti

penelitian, sehingga responden yang awalnya berjumlah 38

berkurang menjadi 31 responden. Tiga puluh satu

responden merupakan jumlah akhir hingga penelitian

selesai.

Pemberian perlakuan senam hamil ini dipimpin oleh

peneliti dan dibantu oleh instruktur senam hamil yang

bertugas di kedua Rumah Sakit tersebut. Pelaksanaan

perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu, untuk

Rumah sakit pertama dijadwalkan pada hari Senin, Rabu

dan Jumat sedangkan Rumah Sakit kedua pemberian

perlakuan dilakukan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu.

Perlakuan senam hamil dimulai pada jam 07.00 a.m. dan

berlangsung selama 45 menit.

4.2.2. Proses pelaksanaan

Proses pelaksanaan diawali dengan absensi

responden yang mengikut senam hamil, setelah itu

(3)

menggunakan kuesioner kualitas tidur yang telah disediakan

oleh peneliti.

Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah mulai

menyiapkan instrumen yang digunakan untuk senam hamil,

seperti bantalan tipis atau matras untuk alas senam hamil,

kemudian senam hamil dimulai dari gerakan pada jari-jari

kaki dan telapak kaki berguna untuk mengurangi bengkak

pada kaki.

Gerakan senam hamil yang diberikan pada penelitian

ini merupakan gerakan yang pada umumnya digunakan oleh

banyak Rumah Sakit. Adapun gerakan yang diberikan

antara lain:

1. Senam untuk pinggang dalam kondisi terlentang dan

merangkak berguna untuk mengambalikan posisi

panggul agar dapat mencegah atau mengurangi rasa

pegal dipanggul pada umumnya.

2. Teknik pernapasan yang dilakukan dengan badan dalam

posisi merangkak. Sambil menarik nafas, perut dan

punggung diangkat keatas, tundukkan kepala sehingga

tubuh membentuk lingkaran sambil menghembuskan

napas. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan

(4)

sakit dan mengurangi nyeri saat kontraksi. Teknik ini

dilakukan terus hingga hitungan kedelapan selesai.

3. Senam pada satu lutut dipergunakan untuk mengurangi

ketegangan otot-otot panggul. Senam ini dilakukan

dengan menekuk lutut kanan kemudian dijatuhkan ke

kanan. Hitung hingga 8 kali kemudian lakukan

sebaliknya dengan menekuk kaki kiri dan jatuhkan kekiri.

4. Senam dengan kedua lutut dipergunakan untuk

menghilangkan rasa capek dari panggul dan pinggang

karena kehamilan dan memberi rasa nyaman pada

panggul. Tekuk kedua lutut kemudian jatuhkan kedua

lutut kesamping kanan - kembalikan ke posisi semula

kemudian jatuhkan ke sisi kiri. Dilakukan terus hingga

hitungan kedelapan selesai.

5. Teknik pernapasan saat persalinan. Cara ini digunakan

untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Duduk

bersandar, lutut ditekuk, lebarkan selebar mungkin,

letakkan tangan disamping perut, tarik tangan ke atas

sambil tarik napas, turunkan tangan sambil hembuskan

napas.

6. Cara mengejan. Gerakan ini untuk melatih cara

mengajan yang benar dan efektif. Posisikan badan

(5)

kepalkan kedua tangan, saat perut mulai terasa sakit,

tarik napas, hembuskan, berulang kali tari napas tahan,

tundukan kepala dan mengejan, kemudian ambil napas

kembali hingga sakit menghilang.

7. Cara pernapasan saat melahirkan. Gerakan ini dilakukan

dengan memposisikan badan antara duduk dan

berbaring kemudian kedua lutut diregangkan, kedua

tangan berada disamping tubuh. Saat perut mulai sakit

tarik napas perlahan, hembuskan, tarik lagi, hembuskan,

tarik napas, tahan, kepala menunduk, dan mengejan.

Jika ibu tidak kuat ambil napas lagi kemudian mengejan,

sampai sakit hilang. Cara ini berfungsi untuk mengurangi

perlukaan pada jalan lahir karena bayi dapat dibantu

keluar dengan perlahan. Buka mulut lebar-lebar,

bernapas (napas pendek) lewat mulut.

Senam hamil yang sama dilakukan hingga minggu

terakhir. Pada hari terakhir pemberian perlakuan, peneliti

melakukan post-test kualitas tidur pada seluruh responden, sehingga data penelitian telah lengkap didapatkan dengan

(6)

4.3. Hasil Penelitian

4.3.1. Analisisa Univariat

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden, usia kehamilan dan jumlah kehamilan.

Usia Responden Jumlah Presentase

< 20 1 3.2

20 – 35 30 96.8

> 35 0 0

Jumlah 31 100

Usia Kehamilan Jumlah Presentase

Trimester II 7 22.6

Trimester III 24 77.4

Jumlah 31 100

Jumlah Kehamilan Jumlah Presentase

Primigravida 12 38.8

Multigravida 19 61.2

Jumlah 31 100

Pada tabel 4.1 didapatkan persentase kualitas tidur

pada ibu hamil berdasarkan usia responden sebagian besar

adalah usia 20 – 35 tahun dengan 96,8 %, kualitas tidur

[image:6.516.85.437.167.534.2]
(7)

trimester III, sedangkan kualitas tidur berdasarkan jumlah

kehamilan berjumlah 61,2 % adalah ibu multigravida.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil Berdasarkan Usia Responden

Usia

Responden

Kualitas

Tidur

Frekuensi Presentase

Pre Test Post Test Pre Test Post Test

< 20 Baik

Sedang Buruk 1 0 0 1 0 0 3.2 0 0 3.2 0 0

20 – 35 Baik

Sedang Buruk 5 2 23 13 13 4 16.2 6.5 74.1 42 42 12.9

> 35 Baik

Sedang Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pada tabel 4.2 kualitas tidur buruk pada ibu hamil

berdasarkan usia responden sebagian besar dialami oleh

ibu hamil berusia 20 – 35 tahun berjumlah 23 responden

dengan 74,1 % dan menurun hingga 12,9 % setelah di beri

[image:7.516.86.465.185.526.2]
(8)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia

Kehamilan

Kualitas

Tidur

Frekuensi Presentase

Pre Test Post Test Pre Test Post Test

Trimester II Baik

Sedang Buruk 2 1 4 3 3 1 6.5 3.2 12.9 9.7 9.7 3.2

Trimester III Baik

Sedang Buruk 4 1 19 11 10 3 12.9 3.2 61.2 35.4 32.2 9.7

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa kualitas tidur yang buruk

dialami pada sebagian ibu hamil yang memasuki usia

kandungan trimester III yaitu 19 responden dengan 61,2 %

[image:8.516.86.464.122.536.2]
(9)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil Berdasarkan Jumlah Kehamilan

Jumlah

Kehamilan

Kualitas

Tidur

Frekuensi Presentase

Pre Test Post Test Pre Test Post Test

Primigravida Baik

Sedang Buruk 1 1 10 4 5 3 3.2 3.2 32.2 12.9 16.2 9.7

Multigravida Baik

Sedang Buruk 5 1 13 10 8 1 16.2 3.2 42 32.2 25.8 3.2

Pada tabel 4.4 didapatkan hasil ibu multigravida yang

mengalami penurunan kualitas tidur adalah sebanyak 13

responden dengan 42 % dan menurun hingga 3,2 % setelah

[image:9.516.88.463.138.544.2]
(10)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil

Kualitas Tidur

Frekuensi Persentase

Pre test Post test Pre test Post test

Baik

Sedang

Buruk

6

2

23

14

13

4

19.4

6.5

74.1

45.1

42

12.9

Jumlah 31 31 100 100

Pada tabel 4.5 diperoleh hasil ibu hamil yang

mengalami penurunan kualitas tidur sebanyak 23 responden

dengan 74,1 % dan menurun setelah diberikan perlakuan

berupa senam hamil hingga 12,9 %.

4.3.2. Uji Normalitas

4.6. Tabel Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan

Post-Test Saphiro Wilk

Saphiro Wilk

Statistic Df Sign.

Pre Test

Post Test

.742

.793

31

31

.824

[image:10.516.86.480.112.590.2]
(11)

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.6 di

atas kedua variabel memiliki signifikansi p > 0,05. Uji

normalitas dengan menggunakan statistik Saphiro Wilk pada

Variabel kualitas tidur sebelum diberikan perlakuan adalah

sebesar 0,742 dengan nilai probabilitas (p) atau nilai

signifikansi sebesar 0,824 (p > 0,05). Oleh karena nilai

signifikansi p > 0,05, maka distribusi data pre-test kualitas tidur pada ibu hamil berdistribusi normal. Hal yang sama

juga terjadi pada hasil post-test kualitas tidur ibu hamil yang menunjukan nilai statistik 0,793 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,719 yang berarti p > 0,05, sehingga dapat

disimpulkan data post-test kualitas tidur pada ibu hamil

(12)

4.3.3. Analisa Bivariat

Berikut ini tabel uji paired sampel t-test Pengaruh Tingkat Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam.

Tabel 4.7 Distribusi Pengaruh Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil

Variabel Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

T df P

Value

Pre-Test 51.4234 13.899 2.496

5.363 30 .000

Post-Test 28.6507 14.139 2.539

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa tingkat buruknya

kualitas tidur responden sebelum senam hamil adalah nilai mean

sebesar 51.4234 dan jauh mengalami penurunan dengan kata lain

kualitas tidur responden menjadi baik dengan nilai mean 28.6507.

Kriteria pengujian Jika t tabel < t hitung maka Ho diterima, dan Ha di

tolak dan jika t tabel > t hitung maka Ho ditolak, dan Ha diterima.

Pengujian hipotesis dengan uji paired sample t test menunjukkan nilai t hitung sebesar 5.363 > t 0,05 dengan nilai t tabel sebesar

2,042 atau nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Dengan demikian

hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh terhadap kualitas

tidur pada ibu hamil sebelum dan sesudah mengikuti senam hamil

[image:12.516.87.449.143.533.2]
(13)

pengujian : Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak, jika p value > 0,05 maka H0 diterima. Dari hasil pengujian paired sample t test pada penelitian ini, diketahui p value 0,000, karena p value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan tingkat kualitas tidur pada ibu hamil sebelum dan

sesudah mengikuti senam hamil dimana tergambar kualitas tidur

ibu hamil cenderung buruk sebelum diberikan perlakuan senam

sebanyak 12 kali dalam waktu 1 bulan dan mengalami peningkatan

setelah diberikan perlakuan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Puspitasari (2013) yang menyatakan bahwa latihan

aerobilk dan edukasi tidur pada ibu hamil yang baik juga akan

menurunkan gangguan tidur berupa insomnia. Gangguan tidur yang

dialami oleh wanita hamil juga berkaitan dengan adanya major depressive disorder (MDD), seperti energi, napsu makan, perubahan berat badan, tidur dan keluhan-keluhan somatik. Dari

hasil yang didapatkan dapat terlihat bahwa senam hamil memiliki

banyak manfaat bagi ibu hamil khususnya untuk meningkatkan

(14)

4.4. Pembahasan

Penelitian dilakukan di dua Rumah sakit Kota Salatiga,

dimana selama proses penelitian berlangsung peneliti mendapati

beberapa responden mengeluh bahwa semakin bertambahnya usia

kandungan mereka mengalami kesulitan tidur yang dikarenakan

beberapa hal yaitu sering Buang Air Kecil (BAK), merasa haus,

cemas yang berlebih, nyeri punggung dan beberapa faktor fisik

lainnya.

Asumsi dalam penelitian ini yaitu, ada pengaruh senam

hamil terhadap kualitas tidur ibu hamil dalam arti kualitas tidur ibu

yang buruk akan menjadi kualitas tidur baik atau sedang. Peneliti

berasumsi bahwa senam hamil merupakan salah satu terapi

relaksasi yang berguna untuk memberikan kenyamanan baik fisik

maupun psikis selama menjalani masa kehamilan.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Indiarti (2008),

bahwa pada latihan senam hamil terdapat teknik relaksasi yang

dapat mengurangi kecemasan. Saat individu mengalami

kecemasan bahkan ketegangan, sistem saraf simpatis akan lebih

aktif bekerja dibandingkan dengan sistem saraf parasimpatis yang

hanya bekerja saat individu merasa relaks. Jika sistem saraf

simpatis meningkatkan rangsangan atau memacu organ tubuh,

memacu meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta

(15)

pembesaran pembuluh darah pusat, maka sebaliknya sistem saraf

parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan

oleh sistem saraf simpatis dan menaikkan semua fungsi yang

diturunkan oleh sistem saraf simpatis. Maka relaksasi dapat

menekan rasa tegang dan cemas.

Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan karakteristik

responden yang dibagi dalam tiga hal yaitu usia responden, usia

kehamilan dan banyaknya kehamilan.

1. Usia Responden

Dalam hal ini usia dapat mempengaruhi produktivitas individu,

semakin tua usia seseorang maka tingkat produktivitas individu

akan semakin menurun. Dalam penelitian ini usia juga

mempengaruhi kualtas tidur yang dialami responden. Hasil ukur

usia dalam tahun dikelompokan : 1) Kurang dari 20 tahun; 2) 20 –

35 tahun; 3) Lebih dari 35 tahun (Nursalam, 2001)

2. Usia Kehamilan

Menurut Progestian (2010), usia kehamilan dibagi dalam 3

bulanan (trimester). Trimester I merupakan proses dari

pembentukan organ hingga tahap perkembangan, trimester II

merupakan tahap perkembangan dan pertumbuhan lanjutan,

sedangkan trimester III adalah tahap akselerasi tumbuh kembang

dan persiapan proses kelahiran. Usia kehamilan dapat digitung

(16)

(HPHT) sehingga dapat diketahui taksiran persalinan (Progestian,

2010)

3. Banyaknya Kehamilan

Kehamilan atau gravida adalah seorang ibu yang sedang

hamil. Primigravida adalah seorang ibu yang sedang hamil untuk

pertama kali. Multigravida adalah seorang ibu yang hamil lebih dari

1 sampai 5 kali. Tidak hanya tanda – tanda fisik psikologis seorang

ibu yang hamil pertama kali maupun yang sudah pernah hamil

tampak berbeda, hanya saja, biasanya ibu multigravida tampak

lebih tenang dan lebih siap dalam menjalani kehamilannya terutama

saat – saat persalinan jika dibandingkan ibu primigravida

(Nursalam, 2001).

4.4.1. Kualitas Tidur berdasarkan Karakteristik Responden Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan hasil penelitian

berdasarkan karakteristik yang di ambil. Dilihat dari tabel 4.1 jumlah

responden adalah 31 ibu hamil yang dibedakan dalam usia

responden < 20 berjumlah 1 orang atau 3,2 %, responden dengan

usia 20 – 35 berjumlah 30 ibu hamil dengan persentase 96,8 %. Karakteristik responden juga dibedakan dalam usia kehamilan dan

jumlah kehamilannya. Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester II

berjumlah 7 ibu hamil atau 22,6 % dan terdapat 24 atau 77,4 %

(17)

Responden berdasarkan jumlah kehamilan dibedakan dalam

primigravida dan multigravida. Ibu primigravida dalam penelitian ini

berjumlah 12 orang atau 38,8 %, sedangkan terdapat 19 atau 61,2

% ibu multigravida.

Pada tabel 4.2 kualitas tidur berdasarkan usia responden 20 – 35 tahun cenderung buruk dengan 74,1 % dibandingkan dengan

usia responden < 20 yang memiliki kualitas tidur yang baik dengan

angka 3,2 %. Sesudah diberikan perlakuan senam diperoleh

penurunan angka kualitas tidur yang buruk hingga 12,9 %.

Menurut Nursalam (2001), usia individu 20-35 tahun

merupakan usia reproduksi yang sempurna, dimana seorang wanita

berada dalam kondisi aman untuk menjalani masa kehamilan.

Terlepas dari kondisi sistem reproduksi yang sempurna dalam

menjalani kehamilan, wanita hamil akan mengalami perubahan

fisiologis dan psikologis yang dapat menyebabkan

ketidaknyamanan selama masa kehamilan.

Peristiwa hamil pada 20-35 tahun umumnya bukan

merupakan pengalaman pertama bagi seorang wanita tetapi

seringkali hal ini merupakan peristiwa yang tidak direncanakan

sebelumnya. Meskipun pada usia tersebut seorang wanita telah

siap menerima kehadiran seorang anak dan menjalankan tugasnya

sebagai seorang ibu tetap saja kehamilan pada usia tersebut

(18)

Perubahan fisik yang tak bisa dihindari bahkan hingga perubahan

mental ibu dalam penerimaan peran baru dalam keluarga

merupakan beberapa hal yang secara tidak langsung sangat

berdampak buruk pada kualitas tidur ibu bahkan hingga

berpengaruh pada kesiapan sang ibu memasuki tahap persalinan.

Berdasarkan tabel 4.3 kualitas tidur ibu hamil dibedakan

dalam usia kehamilan responden yaitu trimester II dan trimester III.

Terdapat 61,2 % ibu hamil yang memiliki kualitas tidur yang buruk

saat memasuki usia kehamilan trimester III dan didapatkan nilai

lebih kecil yaitu 12,9 % ibu hamil pada trimester II yang memiliki

kualitas tidur yang buruk sebelum diberi perlakuan. Sesudah diberi

perlakuan berupa senam, kualitas tidur yang buruk pada ibu hamil

trimester III mengalami penurunan hingga 9,7 % begitu juga dengan

responden trimester II dengan persentase 3,2 %.

Menurut penelitian yang dilakukan Wulandari (2006) dan

Komalasari (2012) yang meneliti hal yang sama menunjukan bahwa

buruknya kualitas tidur ibu saat memasuki trimester III adalah

sebagai akibat dari meningkatnya kecemasan dan

ketidaknyamanan fisik. Ibu hamil yang memasuki trimester III

menyadari akan kehamilannya yang telah memasuki tahap akhir

sehingga akan timbul kecemasan yang tidak normal.

(19)

kehamilan yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah, keram

pada kaki, bahkan pegal pada seluruh bagian tubuh.

Wulandari (2006) juga mengatakan bahwa kecemasan dan

ketidaknyamanan fisik merupakan stressor yang dapat merangsang

sistem syaraf simpatis dan modula kelenjar adrenal. Pada keadaan

ini akan terjadi peningkatan sekresi hormon adrenalin atau

epinefrin, sehingga dapat meningkatkan ketegangan pada ibu hamil

yang mengakibatkan ibu hamil menjadi lebih gelisah dan tidak

mampu berkonsentrasi. Kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan

dan ketidaknyamanan fisik lebih lanjut sehingga ibu hamil lebih sulit

untuk tidur. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) dan

Komalasari (2012) diperkuat dengan data hasil survei National Sleep Foundation (2007), bahwa 78% wanita hamil trimester III di Amerika mengalami gangguan tidur.

Penelitian diatas juga sesuai dengan teori Bobak (2005),

yang menyatakan bahwa tahap tidur pada kehamilan trimester III

merupakan suatu hal yang menjadi tantangan tersendiri pada ibu

hamil. Dengan adanya perubahan fisiologis yang menyebabkan

ketidaknyamanan fisik dan gangguan psikis seperti cemas yang

berlebihan akan membuat ibu hamil mengalami kesulitan tidur.

Kualitas tidur yang buruk terjadi pada sebagian besar ibu hamil

trimester III dikarenakan karena nyeri punggung yang dikarenakan

(20)

gravitasi dan postur tubuh ibu hamil sehingga tubuh ibu

cenderung menjadi lordosis dimana keadaan ini akan

meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau

nyeri.

Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan dan dari

beberapa penelitian serupa, peneliti berpendapat bahwa sebagian

besar ibu hamil trimester III mengalami gangguan tidur, hal serupa

dikemukakan oleh Wahyuni (2012) yang menekankan bahwa 80 %

ibu mengalami gangguan tidur selama masa kehamilan yang

disebabkan oleh karena perubahan fisiologis sehingga ibu hamil

kesulitan untuk mendapatkan kenyamanan saat tidur. Dalam proses

penelitian, peneliti menemukan beberapa responden mengatakan

bahwa semakin membesarnya uterus, ibu hamil kadang sukar

untuk menentukan posisi tidur, sering Buang Air Kecil (BAK), dan

minum air dimalam hari yang menyebabkan ibu sering terbangun.

Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa ibu hamil memiliki kualitas tidur yang buruk mungkin

dapat dipicu oleh adanya peningkatan frekuensi BAK, kesulitan

menentukan posisi tidur, kecemasan menghadapi persalinan dan

nyeri punggung.

Pada tabel 4.4. menunjukan angka kualitas tidur yang

dibedakan dalam jumlah kehamilan yang dialami responden. Dari

(21)

diantaranya memiliki kualitas tidur buruk dan diperoleh 13 dari 19

dengan persentase 68% ibu multigravida mengalami penurunan

kualitas tidur sebelum diberikan perlakuan. Dilihat dari frekuensi

responden, sebagian besar ibu primigravida cenderung memiliki

kualitas tidur yang buruk jika dibandingkan dengan ibu multigravida,

namun setelah diberikan perlakuan senam baik ibu primigravida

maupun multigravida mengalami peningkatan kualitas tidur atau

kualitas tidur ibu yang tadinya buruk menjadi baik.

Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ratnawati (2011) dan Arief Wibowo (2012) menyatakan bahwa

banyak wanita primigravida akan mengalami peningkatan beban

psikologis yang akan berdampak pada kualitas kesehatan ibu dan

janin. Bagi ibu primigravida kehamilan merupakan pengalaman

pertama sebagai seorang calon ibu, sehingga kecemasan

merupakan suatu keluhan pokok yang harus dilalui oleh para ibu

primigravida. Ketakutan mengenai penerimaan peran baru, takut

perdarahan saat melahirkan, takut bayi cacat hingga takut terjadi

komplikasi merupakan pengembangan reaksi kecemasan sehingga

sangat berdampak pada aktivitas keseharian ibu termasuk dalam

memenuhi kebutuhan tidur ibu.

Teori pendukung yang diungkapkan oleh Hamilton (1995)

bahwa dengan adanya pikiran-pikiran negatif atau beban psikologis

(22)

akan menyebabkan peningkatan kerja sistem saraf simpatik. Otak

akan melepaskan hormon kortisol, epinefrin dan adrenalin ke dalam

sistem tubuh sehingga memicu jantung untuk memompa darah

lebih cepat. Akibatnya sistem saraf otonom mengaktifkan kelenjar

adrenal yang mempengaruhi sistem pada hormon epinefrin. Adanya

peningkatan hormon adrenalin dan noradrenalin atau epinefrin dan

norepinefrin menimbulkan disregulasi biokimia tubuh, sehingga

timbul ketegangan fisik pada diri ibu hamil. Dampak dari proses ini

dapat timbul pada perilaku sehari-hari seperti ibu menjadi mudah

marah, tersinggung, gelisah, ragu-ragu bahkan tidak mampu

memusatkan perhatian.

Beban psikologis pada ibu hamil dapat memberikan dampak

negatif bagi perilaku ibu pada umumnya, ibu primigravida

cenderung akan mengalami peristiwa tentang kecemasan.

Kecemasan yang berlebihan akan mamicu otak dalam pelepasan

hormon kortisol yang tinggi sehingga akan memberikan dampak

negatif bagi ibu seperti ketegangan motorik dan hiperaktivitas

motorik dan otonom misalnya gemetar gugup, gelisah dan cepat

lelah. Ketegangan yang disebabkan oleh tekanan psikologis yang

dialami ibu dapat mempengaruhi perilaku sehari-hari ibu termasuk

ketidakcukupan dalam memenuhi kebutuhan tidur (Misri, 2002).

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(23)

paritas dengan kejadian nyeri punggung pada kehamilan dan

secara statistik tidak signifikan (p=0,770) Paritas yang tinggi akan

meningkatkan resiko kejadian nyeri punggung. Dengan demikian

semakin sering seorang wanita hamil dan melahirkan maka resiko

terjadinya nyeri punggung selama masa kehamilan semakin

meningkat dimana akan berdampak pada kualitas tidur ibu hamil.

Penelitian ini didukung oleh sebuah teori yang menyatakan

bahwa perubahan secara anatomis dan fisiologis yang terjadi

selama kehamilan tidak sepenuhnya bisa dipulihkan setelah masa

kehamilan dan selesai persalinan. Bahkan beberapa perubahan

yang terjadi akan menetap. Demikian halnya dengan perubahan

muskuloskeletal, tonus otot yang mengalami peregangan pada

kehamilan sebelumnya tidak bisa pulih seperti sebelum kehamilan

terutama jika setelah masa kehamilan tidak melakukan latihan fisik

yang tepat. Akibatnya otot-otot abdomen dan uterus akan

mengendur. Otot-otot abdomen wanita akan lemah dan gagal

menopang uterus yang membesar sehingga menyebabkan ibu

hamil mengalami ketidaknyamanan saat mengandung (Varney,

2007).

Pendapat yang sama disampaikan oleh Moseley (2002),

adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama hamil

berlangsung secara terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini

(24)

sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.

Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai ke 8 setelah

melahirkan akan tetapi jika tidak diimbangi dengan terapi fisik maka

ibu akan mengalami kelemahan otot uterus ketika mengandung

anak berikutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan adanya

dampak negatif dari perubahan psikologis yang dialami para

responden. Beberapa responden primigravida mengatakan bahwa

sering mengalami kesulitan tidur karena selalu mencemaskan

tentang proses persalinan kelak hingga cemas terhadap

penerimaan peran baru dalam keluarga, hal ini menimbulkan

perilaku negatif seperti gelisah dan sensitif di malam hari. Berbeda

dengan ibu multigravida yang merasa tidak begitu cemas karena

kehamilan yang dialami bukanlah kehamilan yang pertama.

Dilihat dari perilaku ibu primigravida yang sulit untuk

mendapatkan tidur yang nyenyak akibat respon terhadap

kecemasan, maka peneliti berpendapat bahwa mekanisme koping

yang dimiliki adalah maladaptif. Sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Keliat (2006), Mekanisme koping maladaptif

dapat menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Dengan adanya penyebab stress / stressor maka individu akan

(25)

Beban psikologis berupa stres terhadap suatu masalah dapat

mengakibatkan mekanisme koping negatif. Dari pembahasan ini

peneliti berpendapat bahwa mekanisme koping negatif yang timbul

akibat kecemasan berlebih dapat berpengaruh pada kualitas tidur

ibu hamil, dalam hal ini kualitas tidur ibu primigravida cenderung

menurun.

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh keseluruhan jumlah dan

persentase kualitas tidur pada ibu hamil. Sebelum diberi perlakuan

berupa senam hamil jumlah responden dengan kualitas tidur yang

buruk sebanyak 23 ibu hamil dengan 74,1 %, responden yang

memiliki kualitas tidur sedang berjumlah 2 orang dengan 6,5 %,

sedangkan responden dengan kualitas tidur baik sebanyak 6

responden dengan persentase 19,4 %. Sesudah diberi perlakuan

terdapat perubahan pada kualitas tidur ibu hamil dimana responden

yang memiliki kualitas tidur yang buruk berubah menjadi sebanyak

4 responden atau 12,9 %, kemudian terjadi peningkatan jumlah

responden yang memiliki kualitas tidur sedang sebanyak 13 ibu

hamil dengan persentase 42 % sedangkan meningkat sebanyak 14

responden dengan persentase 45,1 % ibu hamil yang mempunyai

(26)

4.4.2. Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 31

responden di dua Rumah Sakit Kota Salatiga didapatkan adanya

pengaruh senam hamil dalam meningkatkan kualitas tidur

responden. Dimana diperoleh 74,1 % kualitas tidur ibu hamil buruk,

setelah diberi perlakuan senam sebanyak 12 kali diperoleh data

12,9 % atau kualitas tidur ibu hamil yang buruk mengalami

penurunan. Sehingga peneliti menganggap hasil penelitian ini

sesuai dengan asumsi awal yang menyatakan bahwa senam hamil

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas tidur pada ibu

hamil.

Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh

Mulyani (2005), menurut Mulyani senam hamil dapat dilakukan

sekali seminggu atau maksimal 3 kali dalam seminggu selama

kurang lebih 45 menit sekali senam. Senam hamil merupakan terapi

gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik maupun psikis

dalam menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan

(Widianti, 2010). Hal ini terjadi karena semakin tinggi frekuensi

senam, maka semakin elastis pula otot-otot panggul. ibu-ibu yang

melakukan senam hamil, otot-otot panggul sudah dipersiapkan

untuk memberikan sensasi nyaman termasuk meningkatkan

kualitas tidur pada ibu hamil dalam menghadapi usia kandungan

(27)

Begitu banyak manfaat terapi fisik bagi otot dan tulang. Salah

satu sumber yang di sampaikan oleh Sumaryanti (2005)

mengatakan bahwa latihan fisik akan menambah kekuatan otot Hal

ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan

meningkatnya sistem penyediaan energi di otot. Lebih dari itu

perubahan otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan

kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat

dihindari. Sedang bagi tulang latihan fisik akan menambah aktivitas

enzim, tulang akan meningkatkan kepadatan, kekuatan, dan

besarnya tulang, selain mencegah keroposan tulang. Permukaan

tulang akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang

terus-menerus.

Pendapat dengan makna yang sama di kemukakan oleh

Peter (1997) dan Moseley (2002), pemberian terapi fisik baik aktif

maupun secara pasif dapat mengurangi ketegangan otot atau

berguna untuk membina kekuatan otot dan koordinasi otot dengan

anggota gerak lainnya sehingga semakin tubuh menerima latihan

fisik maka semakin baik pola aktivitas yang hasilkan. Semakin

banyak otot menerima latihan fisik berarti kebutuhan zat asam (O2)

dan zat makanan akan meningkat. Zat asam diperoleh melalui

pernapasan, kemudian diangkut oleh darah ke jaringan otot yang

(28)

darah. Hal ini akan memberikan daya tahan pada otot tubuh

manusia.

Penurunan kualitas tidur yang disebabkan oleh

ketidaknyamanan fisik yang dialami oleh wanita hamil merupakan

masalah yang paling menonjol yang sering dihadapi ibu hamil.

Nyeri punggung yang terjadi pada sebagian besar ibu hamil adalah

sebagai akibat dari kelemahan otot pinggang dalam menopang

postur tubuh ibu ataupun karena kekakuan otot yang disebabkan

oleh beban psikologis ibu. Senam hamil merupakan cara yang

sangat efektif untuk meningkatkan kualitas otot rahim dan

sendi-sendi panggul untuk dapat menopang postur tubuh ibu yang

semakin membesar (Nala, 2002).

Menurut Newmen (2009), Sebagian besar wanita yang tidak

terlatih saat hamil, otot dasar panggulnya akan menjadi lemah,

terulur, menipis, dan bahkan robek dan saraf yang mensarafinya

ikut cidera atau terganggu. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari

menahan beban janin dalam kandungan. Senam hamil akan

melatih otot dasar panggul secara menyeluruh dan berkelanjutan,

terutama otot levator ani kususnya pada otot pubococcygeus yang

mendapat persarafan dibawah kontrol voluntair serta meningkatkan

tonus dan fungsi otot dasar panggul pada wanita hamil sehingga

(29)

Senam hamil yang merupakan salah satu pelayanan

antenatal dan merupakan sebuah alternatif terapi yang diberikan

pada ibu hamil dan menimbulkan efek relaks yang melibatkan

syaraf parasimpatis dalam sistem syaraf pusat. Dimana salah satu

fungsi syaraf parasimpatis ini adalah menurunkan produksi hormon

adrenalin atau epinefrin (hormon stress) dan meningkatkan sekresi

hormon endorfin sehingga terjadi penurunan kecemasan serta

ketegangan pada ibu hamil yang membantu ibu hamil menjadi lebih

relaks dan tenang (Wulandari, 2006).

Pelaksanaan senam hamil yang teratur juga dapat

menurunkan hormon-hormon stress yaitu dengan mengaktifkan

hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan relaks,

memperbaiki sistem kimia tubuh, sehingga menormalkan tekanan

darah serta menormalkan pernapasan, detak jantung, denyut nadi

dan aktivitas gelombang otak (Heru, 2008)

Sejalan dengan teori yang di paparkan oleh Siahaan (2013),

terapi fisik berupa senam bagi ibu hamil dapat memberikan sensasi

relaks dimana dapat memberikan banyak manfaat yang

dikhususkan pada laju pernapasan individu yang lebih dalam dan

lebih lambat sehingga sangat baik menimbulkan ketenangan, dapat

mengendalikan emosi, pemikiran yang lebih dalam dan

(30)

Dari pembahasan diatas dan dari pengalaman yang

ditemukan peneliti dalam proses penelitian, peneliti memiliki

pendapat bahwa senam hamil merupakan pelayanan antenatal

yang efektif dan sangat bermanfaat khususnya dalam

meningkatkan kualitas tidur pada ibu hamil yang cenderung

mengalami ketidaknyamanan fisik maupun psikis terkait adanya

perubahan fisiologi dan psikologis. Dalam pembahasan diatas juga

terlihat jelas bahwa adanya pengaruh senam hamil yang signifikan

terhadap kualitas tidur ibu.

Pendapat peneliti juga didukung oleh konsep senam hamil

yang dikemukakan oleh Hilal (2009), dijelaskan bahwa senam hamil

dilakukan untuk mempersiapkan fisik dan psikis ibu hamil dalam

proses kehamilan dan persalinan. Melalui latihan senam hamil akan

menghasilkan kehamilan yang sehat, persalinan dapat berjalan

secara normal, memberikan kenyamanan dalam beraktivitas

dengan mengurangi semua keluhan-keluhan yang terjadi selama

masa kehamilan yang menjadi faktor penyebab menurunnya

(31)

4.5. Keterbatasan Penelitian

Selama proses pelaksanaan terdapat beberapa hal yang

peneliti anggap sebagai hambatan dalam proses pengambilan data.

Berikut adalah beberapa hal yang peneliti maksudkan sebagai

hambatan dalam penelitian.

1. Selama berjalannya proses perlakuan beberapa ibu hampir

tidak sempat hadir dikarenakan terkendala sarana

transportasi.

2. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan senam seringkali

mundur hingga 30 menit dikarenakan keterlambatan

beberapa responden. Sambil menunggu responden yang

sedang dalam perjalanan, peneliti menggunakan waktu

yang ada untuk sharing seputar kehamilan para ibu.

3. Sebagian responden dalam penelitian ini telah mendapatkan

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan usia
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant on Economic, Social, and Cultural Rights ( Konvenan

[r]

Kemasan Minyak Goreng Bimoli apa yang paling sering Anda gunakan (pilih salah satu).. Di mana Ibu sekaraang bertempat tinggal (pilih

Ali Mansyur, 2007 Penegakan Hukum tentang Tanggung Gugat Produsen dalam Perwujutan Perlindungan Konsumen, Genta Press, Yogyakarta,. Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010,

Semakin banyak kegunaan yang didapatkan konsumen dari suatu produk, maka tingkat penggunaan atau konsumsi terhadap produk tersebut akan semakin tinggi..

Yang bikin menarik karena khas dengan budaya Jawa, ya seperti kita liat ya, yang dari luar Jogja kaya wisatawan atau apa gitu kebanyakannya kan lebih tertarik dengan hal-hal yang

1.. dapat menimbulkan bahaya terhadap keamanan umat manusia, karena telah merambah ke dunia pendidikan, kesehatan, penyediaan sandang pangan rakyat, keagamaan,

“ Penyidik atas kekuatan sumpah jabatannya segera membuat berita acara yang diberi tanggal dan memuat tindak pidana yang dipersangkakan, dengan menyebut waktu, tempat