• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SHIFT SHARE DAN TIPOLOGI DAERAH PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN I (SWP I) PROVINSI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SHIFT SHARE DAN TIPOLOGI DAERAH PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN I (SWP I) PROVINSI JAWA TIMUR."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Analisis Shift Share dan Tipologi Daerah pada Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) Provinsi Jawa Timur”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. Ec. Wiwin Priana, MT, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(2)

ii

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusuna skripsi ini.

6. Ayahanda, ibunda, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(3)

iii

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Agustus 2010

(4)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 17

2.2.1. Teori Lokasi ... 17

2.2.2 Perencanaan Pembangunan ... 19

2.2.2.1 Indikator Pembangunan ... 22

2.2.2.2 Perencanaan Pembangunan Daerah ... 23

2.2.3 Produk Domestik Regional Bruto ... 29

(5)

v

Konstan ... 33

2.2.3.5 Sektor-sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto ... 36

2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi ... 44

2.2.4.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 44

2.2.4.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 45

2.2.5 Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) ... 47

2.2.6 Analisis Shift Share ... 48

2.2.7 Analisis Tipologi Daerah ... 53

2.2.7.1 Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pendapatan 56

2.2.7.2 Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 57

2.3 Kerangka Pikir ... 58

2.4 Hipotesis ... 60

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 61

3.1.Pendekatan Penelitian ... 61

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 61

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 63

(6)

vi

(7)

Ildia Ayu Izzati ABSTRAKSI

Suatu pembangunan daerah merupakan motor dari pembangunan nasional. Karena tanpa dukungan dari daerah – daerah yang ada maka pembangunan nasional akan sulit untuk tercapai. Sama halnya dengan motto yang diusung oleh pembangunan nasional, pembangunan daerah pun juga dari, oleh dan untuk daerah tersebut. Jadi pembangunan daerah adalah buah dari inovasi dan kombinasi daerah itu sendiri untuk pencapaian kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Salah satu indikator tercapainya suatu pembangunan daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat kearah signifikan. Artinya pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat seiring dengan perbaikan-perbaikan yang ada pada sektor pendorong ekonomi. Keberhasilan pembangunan daerah juga dinilai dari kemampuan daerah tersebut untuk mencukupi kebutuhan masyarakatnya dan mengembangkan segala potensi yang ada.

Setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda, ini dapat terlihat dari keunggulan masing-masing sektor ekonomi. Tentu saja dengan keanekaragaman karakter daerah yang ada, maka berbeda pula keunggulan dari sektor-sektor ekonomi tersebut. Contohnya saja pada daerah Kabupaten Bangkalan sektor pertanian sangatlah nampak dominan baik, tetapi berbeda lagi bila dibandingkan dengan sektor pertanian di Kota Surabaya yang cenderung tumbuh dengan lambat. Ini membuktikan bahwa potensi daerah memnglah berbeda-beda.

(8)

yang termasuk kuadran I atau tipe daerah cepat maju dan cepat tumbuh (lihat Bab IV dan V).

Kata kunci : sektor yang mendorong pertumbuhan produksi di Provinsi Jawa Timur (Proportional Regional), sektor ekonomi yang pertumbuhannya relatif cepat (Propotional Share), sektor yang mempunyai keuntungan lokasional (Differential Share), dan Tipologi Daerah.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Unsur utama pembangunan terletak pada usaha melakukan kombinasi baru dalam kegiatan perekonomian yang didalamnya terkandung berbagai kemungkinan yang ada dalam keadaan yang berkembang dan mantap. Kombinasi baru ini muncul dalam bentuk apa yang disebut sebagai inovasi.(Anonim, 2000 : 103)

(10)

Pembangunan nasional adalah dari, oleh dan untuk rakyat yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan dan diarahkan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Pembangunan dilakukan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat.

Pembangunan nasional menitik beratkan pada bidang ekonomi yang merupakan motor penggerak utama pembangunan dan didorong dengan pembangunan bidang lain yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu. Jadi pada dasarnya, pembangunan ekonom adalah :

1. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, dimana tingkat pertumbuhan GDP melebihi tingkat pertambahan penduduk pada suatu tahun.

2. Usaha untuk melakukan perombakan dan modernisasi dalam struktur perekonomian yang umumnya masih bersifat tradisional.

(Aditia, 2010 : 2) Salah

satuindikasidaripembangunanadalahterjadinyapertumbuhanekonomi

(economic growth) yang di tujukanolehpertambahanproduksiataupendapatannasional.Keberhasilanpe

mbangunanakandapatmempertinggikemampuanbangsadalamperubahan di

(11)

erciptanyastabilitasekonomi di bidangpertaniandanindustri.(Aditia, 2010 :8)

Pembangunan daerah merupakan sub-sistem dari pembangunan nasional dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional.Oleh karena itu pembangunan daerah dilaksanakan pada berbagai aspek kehidupan, yang antara lain diupayakan dengan melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi.

(BPS Provinsi Jawa Timur 2006 : 2)

Sehubungan dengan keinginan untuk mewujudkan pembangunan seperti apa yang diharapkan, ada dua kondisi yang perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu: (1) tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya; (2) kenyataannya bahwa perekonoiam daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami penurunan. Inilah yang menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah mengenai arah dan makna pembangunan daerah.(Kuncoro, 2005 : 47)

(12)

pembangunan suatu daerah, makin kecil suatu wilayah akan makin mudah dalam mengidentifikasi berbagai permasalahan dan sumber-sumber potensialnya, sehingga akan memudahkan dalam penyusunan rencana secara komprehensif (multisektoral) dan makin mudah untuk menetapkan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.

Ada sembilan sektor ekonomi atau kelompok lapangan usaha yang umumnya dapat dihitung dalam PDB atau PDRB jika dalam lingkup regional/daerah. Adapun kesembilan sektor tersebut yaitu:

1. Sektor pertanian

2. Sektor pertambangan dan penggalian 3. Sektor industri pengolahan

4. Sektor listrik, gas dan air bersih 5. Sektor bangunan

6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran 7. Sektor pengangkutan dan komunikasi

8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Sektor jasa-jasa

(BPS Provinsi Jawa Timur, 2004:12).

(13)

Provinsi Jawa Timur adalah kontributor terbesar dalam PDRB setelah Jawa Barat, karena letak sumber-sumber ekonomi yang senantiasa dipisahkan oleh spasial / ruang, maka perkembangan ekonomi suatu daerah senantiasa berbeda dengan daerah lainnya. Demikian juga halnya dengan permasalahan perwilayahan pembangunan di Provinsi Jawa Timur.(Anonim, 2004 : 1)

Oleh karena dalam rangka pemerataan pembangunan, untuk mengurangi ketimpangan dan mengembangkan pembangunan wilayah berdasarkan potensi masing-masing maka pengembangan struktur wilayah Jawa Timur telah dibagi dalam 9 Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) yang tertuang dalam pasal 33 sampai pasal 43 Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 4 tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 1997/1998-2011/2012. Sembilan SWP tersebut, diantaranya adalah : SWP I Gerbangkertosusila; SWP II Madura dan kepulauan; SWP III Banyuwangi; SWP IV Jember sdan sekitarnya; SWP V Probolinggo-Lumajang; SWP VI Malang-Pasuruan; SWP VII Kediri dan sekitarnya; SWP VIII Madiun dan sekitarnya; dan SWP IX Tuban-Bojonegoro.(Aditya, 2010 : 2)

(14)

Kotamadya Mojokerto; Kotamadya Surabaya; Kabupaten sidoarjo; dan Kabupaten Lamongan.

Penerapan konsep pengembangan struktrur wilayah Jawa Timur diharapkan secara efektif akan memperkecil kepincangan-kepincangan pembangunan dan perbedaan kemakmuran antar wilayah/daerah. Sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan lebih dapat tersebarkan ke segenap wilayah Provinsi Jawa Timur.

Pertumbuhan ekonomi diperlukan guna menggerakkan dan memacu pembangunan di berbagai bidang sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Dalam penelitian ini dijelaskan gambaran secara umumnya, berkaitan dengan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten-kabupaten dalam SWP I Provinsi Jawa Timur. Dari data laju pertumbuhan ekonomi kabupaten / kota se-Provinsi Jawa Timur 2004-2008, dapat dilihat bahwa tingkat laju pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya (SWP I) menduduki peringkat kedua tertinggi yakni sebesar 6,80 %. Kemudian pada tahun 2005 Gresik (SWP I) selama tiga tahun berturut-turut sampai tahun 2007 menduduki peringkat kedua dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,88 %. Tahun 2008 terjadi penurunan pada SWP I karena tingkat pertumbuhan ekonomi tak lagi berkisar pada angka pertumbuhan yang signifikan.

(BPS Provinsi Jawa Timur, 2008 : 50 )

(15)

tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding daerah lain dalam SWP I. Terbukti pada tahun 2005 laju pertumbuhan Gresik sebesar 7,88 % dan tertinggi untuk kategori daerah yang termasuk dalam SWP I. Begitu juga pada tahun 2006 hingga 2007 berturut-turut sebesar 6,94 % dan 6,99 % masih lebih tinggi diantara kabupaten / kota lainnya. Tingginya laju pertumbuhan ekonomi Gresik dipengaruhi oleh peran beberapa sektor penting yang memberi kontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Gresik sendiri. Hal ini dibuktikan oleh sektor industri pengolahan Kabupaten Gresik yang menjadi primadona dari tahun 2004 sebesar 7.875.392,50 (juttaan rupiah), hingga pada tahun 2008 masih unggul sebesar 15.069.358,35 (jutaan rupiah) diantara sektor-sektor lainnya.( BPS Provinsi Jawa Timur, 2008 : 70)

Dalam penelitian ini juga mempergunakan analisis tipologi daerah untuk mengetahui gambaran tentang struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Berdasarkan Tipologi Daerah, klasifikasi daerah dibagi menjadi empat jenis diantaranya yaitu: daerah cepat maju dan cepat tumbuh; daerah maju tapi tertekan; daerah berkembang cepat; dan daerah relatif tertinggal.(Kuncoro 2005 : 223)

(16)

Tipologi Daerah pada Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) Provinsi Jawa Timur“.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada pertumbuhan produksi sektoral di daerah tersebut (SWP I)

yang cenderungmenghambatataumendorongpertumbuhan di provinsiJawaTimur?

2. Apakah ada sektor-sektor di masing-masing kabupaten (SWP I), yang tumbuh lebih cepat atau lambat di bandingkan di tingkat Provinsi Jawa Timur?

3. Apakah ada sektor di masing-masing kabupaten yang tumbuhnya cepat atau mempunyai keuntungan lokasional baik di banding sektor yang sama di daerah lain dalam lingkup SWP I?

4. Apakah kabupaten-kabupaten di SWP I dapat digolongkan kedalam tipologi daerah jenis cepat maju dan cepat tumbuh?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sektor mana yang mendorong/menghambat

pertumbuhan ekonomi di daerahnya pada SWP I Provinsi Jawa Timur. 2. Untuk mengetahui sektor mana yang memiliki pertumbuhan cepat/lambat

(17)

3. Untuk mengetahui sektor yang mempunyai keuntungan lokasional baik/buruk bila dibanding sektor yang sama di daerah lain pada masing-masing kabupaten di SWP I Provinsi Jawa Timur.

4. Untuk mengetahui jenis tipologi pada SWP I Provinsi Jawa Timur. 1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya agar dapat menlengkapi

kekurangan – kekurangan yang ada dalam penelitian ini.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi intansi-instansi terkait dalam mengambil kebijaksanaan yang berhubungan dengan pengembangan daerah.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Hasil - hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah ekonomi regional atau mengenai analisis shift share yang pernah disampaikan oleh :

1. Bagus Herwindro (UNAIR, 2000 : 14)

(19)

pertumbuhan suatu sektor dibandingkan daerah acuan serta untuk mengetahui daya dukung suatu sektor terhadap daerah acuan.

Dari kedua analisis tersebut diatas, maka dapat disusun skala prioritas pengembangan sektor terpilih di Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa Timur, maupun di tiap daearah tingkat II dalam SWP VII Jawa Timur serta penentuan lokasi pengembangna tiap-tiap sektor.

2. Idham Nurcholid (UNAIR, 2000 : 7)

Dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Sektor Basis dalam Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur Dengan Menggunakan Pendekatan

Export Base Model”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis

(20)

sektor jas-jasa. Sedangkan sektor bangunan dan sektor penga tan dan komunikasi menjadi sektor basis hanya pada tahun 1987-1989.

Untuk mengetahui dan menguji pengaruh ekspor sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, digunakan analisis regresi sederhana melalui dua model, yaitu model liniar dan model log-ganda. Hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh ekspor sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah signifikan, baik yang dibentuk secara linier maupun non linier (model log-ganda). Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa hubungan antara ekspor sektor basis dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah positif. Hal ini berarti ekspor basis benar-benar berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

3. Zakik (UNAIR, 2002 : 5)

Dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Pembangunan Regional Di Jawa Timur Dalam Rangka Implementasi Otonomi Daerah Tahun 1990-2000”. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 37 Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur, dilakukan dari tahun 1990 sampai tahun 2000. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan alat analisis berupa formula-formula yang berhubungan dengan permasalahan yaitu Location Quotient, Wilkinson Indeks, dan Shift share.

(21)

letak geografis, potensi daerah, investasi swasta, penerapan kebijaksanaan pembangunan daerah yang kurang tepat serta tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Sedangkan penerapan kebijaksanaan otonomi daerah belum menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pembangunan dan kemandirian daerah. Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam menetapkan kebijaksanaan daerahnya seiring dengan pelimpahan wewenang serta perimbangan dana dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan keadaan yang sama antara adanya kebijakan otonomi daerah ataupun tidak.

4. Ramli ( UPN, 2004 : 52 )

(22)

(rij), laju pertumbuhan sektor di Propinsi (rin), laju pertumbuhan propinsi (rn), pendapatan sektor diwilayah teliti (Yij), pendapatan sektor di propinsi (Yin), pendapatan propinsi (Yn). Variabel yang digunakan dalam menentukan sektor basis adalah besaran suatu kegiatan tertentu didaerah yang diteliti (vi), besaran total seluruh kegiatan didaerah yang diteliti (vt), besaran suatu kegiatan tertentu dalam daerah yang lebih luas (Vi), besaran total seluruh kegiatan didaerah yang lebih luas (Vt). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu PDRB Kabupaten Sidoarjo dan PDRB Propinsi Jawa Timur atas dasar harga konstan 1993 dari tahun 1991-2002 diperoleh dari BPS Jawa Timur. Alat analisis menggunakan pendekatan analisis shift share dengan model LQ (Location Quotient). Hasil analisis shift share menunjukan bahwa petumbuhan sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, yang dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan propinsi, bauran industri, dan keunggulan kompetitif menunjukan tingkat perubahan yang positif di Kabupaten Sidoarjo.

5. Ari Sulistiawan ( Unair, 2005 : 18 )

(23)

sektor ekonomi basis, dan sektor ekonomi non basis. Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient dan analisis shift share. Kompilasi dua analisis tersebut dapat mengidentifikasi sektor terpiih tersebut adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Belu, Kabupaten sikka, Kabupaten ende, dan Kota Kupang. Sektor listrik, gas dan air minum di Kabupaten sikka, Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada dan Kota Kupang. Hasil lainnya adalah daerah yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan yaitu Kabupaten Sikka, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Alor dan Kota Kupang.

6. Yanuar Chumaidy Affan ( Unair, 2006 : 90 )

Dengan penelitian yang berjudul “Analisis potensi sektoral dalam pengembangan satuan wilayah pembangunan VI tahun 1998-2003”. Dari penelitian yang menggunakan analisis LQ (Location Quotient) dan shift

share ini dapat diketahui bahwa sektor yang menjadi prioritas

(24)

selanjutnya akan lebih menumbuhkan perekonomian daerah Kabupaten/kota SWP VI, maupun dalam tingkat regional Jawa Timur.

7. Ristyo Adi ( Unair, 2008 : 28 )

(25)

2.2 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian - penelitian sebelumnya. Secara umum perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, dan teknik analisis yang dipergunakan. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis shift Share dan Tipologi Daerah pada Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) Provinsi Jawa Timur”, dengan menggunakan dua model analisis yakni Shift share dan Tipologi Daerah nantinya penelitian ini akan mencari Potensi Regional (PR), Pergeseran Proporsional (PS), Pergeseran yang berbeda (DS) dan pembagian daerah-daerah dalam SWP I kedalam beberapa kuadran Tipologi Daerah. Dan diharapkan dari hasil penelitian ini akan dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Lokasi

Terdapat beberapa teori lokasi yang cukup mewakili untuk menunjang landasan teori dalam penelitian ini, diantaranya adalah :

1. Space Cost Theory

(26)

suatu pendekatan yang terbukti lebih praktis terhadap berbagai rumusan tentang teori lokasi industri. Menurut Adam Smith, lokasi yang paling menguntungkan/efisien bagi suatu industri adalah dimana penerimaan total lebih besar daripada biaya total atas dasar asumsi maksimalisasi laba dan output konstan dan sebaliknya bila biaya total ternyata lebih besar dari penerimaan total, maka lokasi tersebut adalah merugikan / tidak efisien. Analisis ini dapat dipergunakan pula untuk menentukan lokasi industri dengan memperhitungkan antara faktor biaya dan pasar / permintaan. Dari segi pasar / permintaan antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat, letak industri terhadap bahan mentah, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, sarana transportasi dan komunikasi, faktor lingkungan dan pemerintah (pajak dan subsidi).

2. Teori Lokasi Industri

Weber (1909) adalah orang yang pertama menggarap teori tentang lokasi industri scara komprehensif. Teori lokasi dari weber ini didasarkan dari penerapan teori Von Thunen yang berprinsip bahwa pengusaha akan memilih lokasi yang paling kecil. Untuk itu Weber mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri atau terbagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Regional Factors, yang terdiri ayas biaya pengangkutan dan tenaga

(27)

b. Local Factors, yaitu kekuatan-kekuatan aglomerasi dan deglomerasi, terutama letak dan sifat bahan mentah.

3. Teori Tempat Sentral

Teori ini diperkenalkan oleh seorang geograf Jerman yang bernama Christaller pada tahun 1933. Ia mengemukakan konsep tentang pembentukan sistem kota, dari studi empirik konsep tersebut dikembangkan teori-teori yang sudah ada pada waktu itu yakni dari Weber (1909) dan Thunnen (1826). Dikatakan bahwa kota adalah sebagai pusat atau sentralisasi kegiatan dari daerah sekitar yang kemudian disebut sebagai tempat sentral, yang menghubungkan perdagangan setempat dengan dunia luar. Sistem yang diciptakan didasarkan pada dua faktor lokasi yaitu biaya transfer dan aglomerasi ekonomi. (Bayu, 2009 : 15-17)

2.3.2 Perencanaan Pembangunan

Perencanaan adalah suatu persiapan langkah dan kegiatan yang disusun atas pemikiran yang logis untuk mencapai tujuan yang ditentukan. (Sitanggang, 1999 : 63)

(28)

(Adisasmita, 2010 : 171)

Perencanaan ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja untuk mengkordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang serta mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan laju pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya. (Todaro dan Smith, 2006 : 64)

Ada empat elemen dasar dalam suatu perencanaan, yaitu : 1) merencanakan berarti memilih, 2) perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, 3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, 4) perencanaan berorientasi ke masa depan.

(Arsyad, 1999 : 19)

Dapat dilihat dari beberapa definisi perencanaan diatas, maka secara singkat dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. (Anonim, 2000 : 4)

Tujuan dari suatu perencanaan menurut Hatta, adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya dan jalannya. (Arsyad, 1999 : 21)

(29)

untuk mentransmisikan pengetahuan yang dianggap efektif dan efisien sekaligus memperkenalkan dan menerapkan lembaga yang merupakan wadah pembangunan tersebut. (Anonim, 2009 : 2)

Pendapat lain dari Myrdal, mengartikan pembangunan sebagai pergerakan keatas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang lebih menekankan terhadap pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth

with change), terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. (Kuncoro,

2006 : 11)

Proses pembangunan di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut :

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan; sandang; papan; kesehatan; dan perlindungan keamanan.

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa penigkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga membuat membuatkan harga diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

(30)

orang atau negara / bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

(Todaro dan Smith, 2006 : 28)

Salah satu aspek ppembangunan regional adalah pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur ekonomi. Hoover dan Fisher berpendapat bahwa pembangunan ekonomi regional dapat melalui beberapa tahapan yang meliputi :

1. Subsistensi ekonomi

Dalam tahapan ini masyarakat hanya dapat memenuhi kebutuhannya sendiri pada tingkat cukup untuk hidup sehari-hari. Kehidupan penduduk sebagian besar masih tergantung pada sektor pertanian dan mengumpulkan hasil alam lainnya.

2. Pengembangan transportasi dan spesialisasi lokal

Pada tahap ini telah terdapat peningkatan baik dalam prasarana maupun sarana transportasi yang berakibat pada terjadinya spesialisasi baru diluar pertanian, dimana hasil produksi, bahan dasar, dan pemasarannya masih terbatas dan tergantung pada daerah pertanian yang bersangkutan

3. Perdagangan antar daerah

(31)

produksi jenis ekstensifikasi menjadi pertanian yang lebih dititik beratkan pada intensifikasi.

4. Industrialisasi

Dengan makin bertambahnya penduduk dan menurunnya potensi produksi pertanian serta kegiatan ekstratif lainnya, daerah dipaksa untuk mengembangkan sumber pendapatan dan lapangan kerja, yaitu melalui industrialisasi dengan lebih menitikberathan pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut industri manufaktur serta pertambangan dan galian.

5. Spesialisasi daerah

Pada tahap ini daerah telah sampai pada tingkat spesialisasi kegiatan, baik barang dan jasa untuk keperluan penjualan kedaerah lain termasuk tenaga ahli dan jasa-jasa khusus.

6. Aliran faktor produksi antar daerah

Peningkatan infrastruktur dan arus informasi pada akhirnya menaikkan tingkat mobilisasi faktor produksi antar daerah. (Fembyantara, 2009 : 18)

(32)

masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual. (Todaro dan Smith, 2004 : 21)

2.3.3 Perencanaan Pembangunan Daerah

Daerah merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. (Adisasmita, 2010 : 65)

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain. (Kuncoro, 2004 : 46)

(33)

semua sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut, adapun tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Sehingga perlu diperhatikan juga aspek ruang (space) atau lokasi dalam pelaksanaannya, dengan demikian pembangunan ekonomi selain bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan juga untuk meningkatkan target pemerataan. (Arsyad, 1999 : 109)

(34)

Tabel 1. Proses Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Tahap Tugas

1 Pengumpulan dan Analisis Data

• Penentuan basis ekonomi

• Analisis struktur tenaga kerja

• Evaluasi kebutuhan tenaga kerja

• Analisis peluang dan kendala pembangunan

• Analisis kapasitas kelembagaan

2 Pemilihan Strategi Pembangunan Daerah

• Penentuan tujuan dan kriteria

• Penentuan kemungkinan-kemungkinan tindakan

• Penyusunan target strategi

3 Pemilihan Proyek-Proyek Pembangunan

• Identifikasi proyek potensial

• Penilaian kelayakan proyek 4 Pembuatan Rencana Tindakan

• Prapenilaian hasil proyek

• Pengembangan input proyek

• Penentuan alternatif sumber pembiayaan

• Identifikasi struktur proyek 5 Penentuan Rincian Proyek

• Pelaksanaan studi kelayakan secara rinci

• Penyiapan rencana bisnis (business plan)

• Penyeimbangan, pemantauan, dan pengevaluasian program

6 Persiapan Perencanaan Secara Keseluruhan dan Implementasi

• Penyiapan skedul implementasi rencana proyek

• Penyusunan rencana program pembangunan secara keseluruhan

• Targeting dan marketing aset-aset masyarakat

• Pemasaran kebutuhan keuangan

(35)

Setidaknya ada tiga unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah jika dikaitkan dengan hubungan pusat dan daerah :

1) Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional di mana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut. 2) Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk

daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belm tentu baik secara nasional.

3) Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya, administrasi; proses pengambilan keputusan; otoritas juga biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan berbagai sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap dan tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan objek perencanaan. (Kuncoro, 2004 : 47)

(36)

meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam merencanakan dan mengelola pembangunan di daerah dan makin terkoordinasinya pembangunan antar sektor dan antar daerah serta antar pembangunan sektoral dengan pembangunan daerah.

Masalah pokok pembangunan daerah terletak pada penekanan-penekanan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endegeneous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Terdapat dua teori mengenai konsep pembangunan, yaitu :

1. Konsep pembangunan Top down planning

Timbulnya pembangunan dalam teori ini karena adanya dorongan dari luar dan tuntutan inovasi. Dengan melalui beberapa kelompok sektoral yang dinamis atau kelompok geografis, pembangunan diharapkan dapat merembes ke daerah-daerah sekitarnya, baik merata spontan maupun secara diarahkan. Dengan konsep ini, memungkinkan terjdinya pembangunan proyek-proyek besar dan padat modal (capital intensive

system). Konsep pembangunan dari atas ini memerlukan pengaruh dari

(37)

2. Konsep Pembangunan Bottom-Up Planning

Konsep pembangunan ini didasarkan pada mobilitas maksimal sumber-sumber daya alam, sumber-sumber daya manusia, kelembagaan yang tujuan utamanya adalah pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat daerah itu. Adapun wujud pembangunannya adalah proyek-proyek kecil dengan sistem padat karya (labor intensive system), menggunakan teknologi tepat guna dan potensi-potensi daerah itu sendiri, perencanaan pembangunannya dilakukan dari bawah.

(Anonim, 2009 : 17 - 18)

2.3.4 ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB)

2.3.4.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Produk Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka waktu tertentu.

2. Ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau balas jasa yang diterima oleh factor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

(38)

pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stock dan ekspor netto

(BPS Jawa Timur, 2006 : 4-5).

Definisi-definisi yang berhubungan dengan Produk Domestik Regional Bruto menurut beberapa pendapat, diantaranya :

1. Produk Domestik Regional Bruto adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksikan di suatu daerah tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam 1 tahun. Oleh karena itu maka produk domestik regional bruto menunjukan kemampuan suatu daerah tertentu dalam menghasilkan pendapatan atau jasa kepada faktor-faktor yang ikut berperan serta dalam proses produksi didaerah setempat. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang tercermin dalam produk domestik regional bruto sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya konsumsi masyarakat.

(Kuncoro, 2006 : 27)

2. Produk Domestik Bruto (GDP-Gross Domestic Products) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik yang dilakukan oleh penduduk warga negara maupun orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara tersebut).

(Todaro dan Smith, 2004 : 56)

3. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto menurut Badan Pusat Statistik adalah nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu dalam satu tahun.

(39)

2.3.4.2 Teori Produk Domestik Regional Bruto

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi AD atau AS. Titik perpotongan anatara kurva AD dengan AS adalah titik keseimbangan ekonomi (equilibrium) yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (Produk Domestik Bruto) tertentu dengan tingkat harga umum tertentu.

Gambar a dan b. Permintaan agregat dan penawaran agregat didalam posisi ekonomi waktu yang seimbang

a) b)

Sumber : Tambunan 2001, Transfer ekonomi Indonesia Salemba Empat.

Melalui hasil gambar bisa dilihat bahwa pertumbuhan tersebut bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS) (bagian a) dan pergeseran kurva permintaan (AD) (bagian b).

Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan permintaan didalam ekonomi meningkat bisa terjadi karena pendapatan agregat (PN), yang terdiri dari permintaan masyarakat (konsumer), perusahaan dan pemerintah, meningkat, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen yakni konsumsi rumah tangga (c), investasi domestik bruto (pembentukan modal tetap dan perubahan stock) dari

(40)

sektor swasta dan pemerintah (I) konsumsi / pengeluaran (G) dan ekspor netto, yakni ekspor barang dan jasa (X) minus impor barang dan jasa (M). (Tambunan, 2001 : 4)

2.3.4.3 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di suatu wilayah, maka akan diperoleh suatu Produk Domestik Regional Bruto per kapita. Dari keterangan diatas, maka dapat dinotasikan sebagai berikut :

PDRB Perkapita =

(Anonim, 2010 : 35)

2.3.4.4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

(41)

Pada dasarnya dikenal empat cara untuk memperoleh nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, yaitu :

1. Revaluasi

Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 1993. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 1993. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan 1993. dalam praktek snagat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beragam, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan.

2. Ekstrapolasi

(42)

juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

3. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan 1993 dapat diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya. Tergantung indeks mana yang dianggap lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks tersebut. 4. Deflasi Berganda

(43)

di dalam perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini.

Perhitungan komponen penggunaan produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara diatas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara-cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai.

(Aditya, 2010 : 27 - 30)

2.3.4.5 Sektor - sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto

Dalam perhitungan nilai PDRB menurut pendekatan produksi, unit-unit produksi dikelompokkan menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha. Komonen-komponen yang terdapat dalamkesembilan sektor tersebut, terdiri atas :

1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian ini terbagi menjadi lima bagian subsektor yaitu : a. Tanaman Bahan Makanan

Subsektor ini mencakup komiditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, dan tanaman pangan lainnya.

b. Tanaman Perkebunan Rakyat

(44)

produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau olahan, kopi olahan, dan teh olahan.

c. Tanaman Perkebunan Besar

Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawi, tebu, dan tanaman lainnya.

d. Peternakan dan Hasil-hasilnya

Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternah kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan eksport netto ternak.

e. Kehutanan

(45)

f. Perikanan

Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari perikanan laut, perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengolahan sederhana (penggaraman dan pengeringan ikan).

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak mentah dan gas bumi yodium, biji besi, belerang serta segala jenis penggalian.

3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor industri berat/sedang, kerajinan rumah tangga dan industri pengilangan minyak.

a. Industri Berat dan Sedang

Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survey tahunan.

b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga

(46)

c. Industri Pengilangan Minyak

Data produksi industri pengilangan minyak seperti premium, minyak tanah, minyak diesel, avigas, avtur, dan sebagainya.

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Data produksi yang disajikan adalah data dari perusahaan Listrik Negara, Produksi Perubahan Negara Gas, dan Perusahaan Daerah Air Minum. a. Listrik

Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara maupun non Perusahaan Listrik Negara.

b. Gas

Komoditi yang dicakup subsektor ini adalah gas produksi Perusahaan Negara Gas Surabaya.

c. Air Bersih

Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan perusahaan air minum.

5. Sektor Konstruksi

(47)

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini mencakup tiga subsektor yang akan diuraikan sebagai berikut dibawah ini :

a. Perdagangan besar dan eceran

Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta komoditi import yang diperdagangkan.

b. Hotel

Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak serta berbagai jenis penginapan lainnya.

c. Restoran

Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari subsektor ini diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang bekerja di restoran dari hasil sensus penduduk tahun 1980 dan survey penduduk antar sensus 1985 (SUPAS 1985) beserta pertumbuhannya dengan output per tenaga kerja dari hasil survey khusus pendapatan regional.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

(48)

a. Angkutan Kereta Api

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Perusahaan Umum Kereta Api. b. Angkutan Jalan Raya

Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik bermotor seperti bus, truk, becak, taksi, dokar dan sebagainya.

c. Angkutan Laut/Air

Subsektor angkutan laut/air meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional.

d. Angkutan Udara

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh penerbangan milik nasional.

e. Jasa Penunjang Angkutan

Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, ekspedisi, dan bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya.

(49)

1) Terminal dan Perparkiran

Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan terminal, dan parkir, pelabuhan laut, pelabuhan udara.

2) Bongkar/Muat

Kegiatan bongkar/muat mencakup pemberian pelayanan bongkar muat angkutan barang melalui laut dan darat.

f. Komunikasi

Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos dan giro serta komunikasi. 1) Pos dan Giro

Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.

2) Telekomunikasi

Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap, dan teleks.

3) Jasa Penunjang Komunikasi

Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, speerti wesel, warpostel, radio pager, telepon seluler/ponsel.

(50)

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.

1) Bank

Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia.

2) Lembaga Keuangan Bukan Bank

Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun, pegadaian.

3) Jasa Penunjang Keuangan

Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain : Bursa Efek Surabaya (BES), perdagangan valuta asing, perusahaan anjak piutang dan modal ventura.

4) Sewa Bangunan

Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa.

5) Jasa Perusahaan

(51)

9. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa dibagi lagi menjadi bebetapa subsektor, yaitu : 1) Jasa Pemerintahan Umum

Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah.

2) Jasa Sosial dan Kemasyarakatan

Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadah. (Anonim, 2004 : 12 - 17)

2.3.5 Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesesuian kelembagaan dari ideologi yang diperlukannya. (Sonny, 2006 : 9)

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikkan dalam Gross

Domestic Product (GDP), tanpa memandang apakah kenaikkan tersebut

lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak.

(52)

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2004 : 9)

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 2004 : 99)

2.3.5.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi ini bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan tetapi banyak teori pertumbuhan, beberapa contohnya antara lain :

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang, modal, luas tanah,kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno, 2004 : 273).

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

(53)

bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula dan sesuai dengan yang diperlukan. (Sukirno, 2004 : 259)

c. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Menurut Harrod-Domar pertumbuhan ekonomi dapat tercipta karena adanya penanaman modal. Oleh karena itu usaha ekonomi harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Teori ini menitik beratkan pada investasi, karena investasi menaikkan kapasitas produksi dan juga menaikkan pendapatan. (Todaro, 2006 : 126)

2.3.5.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat Pertumbuhan Ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlulah dihitung Pendapatan riil, yaitu produk nasional bruto riil atau produk domestic bruto riil.Dalam perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponennya menurut harga tetap yaitu pada harga-harga barang yang berlaku ditahun dasar yang dipilih.

Formula yang digunakan untuk menentukan tingkat Pertumbuhan Ekonomi adalah :

GNPt = GNPt - GNP t-1

GNP

x 100%

Dimana :

t-1

GNP t = Pendapatan Nasional tahun t

(54)

2.3.6 Satuan Wilayah Pembangunan (SWP)

Prioritas lokasi pembangunan dilakukan dengan melihat kondisi fisik alami dan sosial ekonmi penduduknya, sehingga diusahakan laju pertumbuhan dan pengembangan daerah dapat berjalan secara seimbang, sedangkan perwilayahan pembangunan membagi Jawa Timur menjadi sembilan sektor wilayah pembangunan dan masing-masing pusat pengembangannya.

Daerah penelitian difokuskan pada Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) Jawa Timur, karena salah satu daerah yang tergabung dalam SWP I adalah ibukota Provinsi Jawa Timur yakni kota Surabaya. Kota surabaya sekaligus juga sebagai pusat ekonomi di Jawa Timur dan kawasan Indonesia Timur. Di Surabaya banyak kebijakan-kebijakan strategis yang dibuat secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi daerah lainnya. Sehingga mampu menggerakkan banyak sektor di tiap wilayah kabupaten / kota di Jawa Timur khususnya wilayah yang tergabung dalam SWP I. Wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto, Lamongan, serta Kota Mojokerto, yang dikenal dengan kawasan Gerbangkertasusila menjadi wilayah / kawasan penyanggah (buffer zone) dari kota Surabaya. Diantaranya masing-masing Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) dalam lingkup Jawa Timur, antara lain :

1. Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) : meliputi Kabupaten

(55)

Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kotamadya Surabaya.

2. Satuan Wilayah Pembangunan II (SWP II) : meliputi Kabupaten

Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.

3. Satuan Wilayah Pembangunan III (SWP III) : Meliputi Kabupaten

Banyuwangi.

4. Satuan Wilayah Pembangunan IV (SWP IV) : meliputi Kabupaten

Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabuparen Situbondo.

5. Satuan Wilayah Pembangunan V (SWP V) : meliputi Kabupaten

Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kotamadya Probolinggo.

6. Satuan Wilayah Pembangunan VI (SWP VI) : meliputi Kabupaten

Malang, Kotamadya Malang, Kabupaten Pasuruan dan Kotamadya Pasuruan.

7. Satuan Wilayah Pembangunan VII (SWP VII) : meliputi Kabupaten

Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kotamadya Blitar, Kabupaten Kediri, Kotamadya Kediri, Kabupaten Jombang, danKabupaten Nganjuk.

8. Satuan Wilayah Pembangunan VIII (SWP VIII) : meliputi Kabupaten

Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kotamadya Madiun, Kabupaten Magetan, danKabupaten Ngawi.

9. Satuan Wilayah Pembangunan IX (SWP IX) : meliputi Kabupaten

(56)

2.3.7 Analisis Shift Share

Alat analisa ini berasumsi bahwa perubahan perekonomian suatu periode merupakan kumulatif dari perubahan tahun-tahun sebelumnya. Alat ini menganalisa beberapa komponen perubahan regional maupun daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perubahan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh variabel dari kesatuan wilayah yang lebih luas yaitu dalam hal ini kabupaten atas komponen pertumbuhan perekonomian, bauran industri, dan keunggulan kompetitif.

Analisis shift share dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.

Metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset pembangunan pedesaan (Taufiq, 2007 : 5).

Data yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan perkapita (Y/P), PDRB (Y) atau tenaga kerja (e) dengan tahun pengamatan pada rentang waktu tertentu, misalnya 1997-2002.

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen :

1. Provincial share (Sp), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

(57)

dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonoian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wlayah provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap provinsi tetap.

2. Proportional (Industry-Mix) share adalah pertumbuhan nilai tambah bruto

suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat propinsi.

3. Differential share (DS), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi

daerah (kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat propinsi.

Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat. Teknik analisis ini diawali dengan perubahan PDRB suatu sektor di suatu daerah antara 2 periode, yaitu :

Rumus :

Q

tij

= Q

tij

- Q

0

Dimana :

ij

Q

t

Q

ij = Perubahan PDRB sektor Kabupaten

t

Q

ij = PDRB Kabupaten sektor tahun t 0

(58)

Dalam analisis ini, dapat dipisahkan menjadi 3 komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah, diantaranya adalah :

1. Potensi Regional (PR) Rumus :

2. Pergeseran Proporsional / Proportional Share (PS) Rumus :

3. Pergeseran yang berbeda / differential share (DS) Rumus :

Y = PDRB Propinsi Jawa Timur pada periode tahun dasar

(59)

Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. PS < 0

maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat kabupaten

2. PS > 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat kabupaten

3. DS < 0

maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut tidak mempunyai keuntungan lokasional yang baik

4. DS > 0

maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut mempunyai keuntungan lokasional yang baik

5. PR < ∆

Q

t

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan Kabupaten

ij

6. PR > ∆

Q

t

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan menghambat pertumbuhan Kabupaten (Taufiq, 2007 : 6)

(60)

Bukan hanya karena keunggulan dari analisis ini sangat membantu terutama diperlukan dalam analisis ekonomi regional maupun penelitian yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan, namun juga analisis ini tidak terlepas dari kekurangannya, diantaranya :

Keunggulan Analisis Shift share :

a) Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana.

b) Memungkinkan seseorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.

c) Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

Kelemahan Analisis Shift Share :

a) Hanya dapat digunakan untuk anlisis ex-post

b) Masalah benchmark berkenan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak dapat dijelaskan dengan baik.

c) Ada data periode waktu tertentu di tengan tahun pengamatan yang tidak terungkap.

d) Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.

(61)

2.3.8 Analisis Tipologi Daerah

Analisis tipologi daerah merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Dalam hal ini analisis tipologi daerah dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional. Hasil analisis tipologi daerah akan menunjukan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah. Tipologi daerah juga merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

(62)

I. Kuadran I, daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high

income growing region).

Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi tertentu.

II. Kuadran II, daerah maju tapi tertekan (high income low growth/retarted

region).

Daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan dengan provinsi tertentu.

III. Kuadran III, daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (rapid

growth region).

Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibandingkan dengan provinsi tertentu,

IV. Kuadran IV, daerah relatif tertinggal (relatively backward region).

Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibandingkan dengan provinsi tertentu (Kuncoro, 2004 : 223).

Klasifikasi penggolongannya adalah sebagai berikut :

• yi > y, ri > r

(63)

dari rata-rata pertumbuhan ekonomi darah atau bisa disebut daerah cepat maju dan cepat tumbuh.

• yi > y, ri < r

Keadaan dimana PDRB perkapita daerah i lebih besar daripada PDRB rata-rata daerah akan tetapi laju pertumbuhan ekonomi daerah i lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi, daerah ini bisa disebut daerah maju tapi tertekan.

• yi < y, ri > r

Keadaan dimana PDRB perkapita daerah i lebih kecil daripada PDRB rata-rata daerah, tetapi laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi. Daerah tersebut adalah daerah berkembang cepat.

• yi < y, ri < r

kedua indikator baik PDRB maupun pertumbuhan ekonominya meunjukkan tingkat yang lebih rendah dari rata-rata PDRB daerah maupun rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah. Daerah seperti ini tergolong relatif tertinggal.

Keterangan :

r : Pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi racun y : PDRB daerah yang menjadi acuan

(64)

2.3.8.1 Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pendapatan

Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu HDI (human development index) sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu :

• Daerah dengan pendapatan dan pembangunan manusia yanng tinggi (kuadran I).

• Daerah dengan pendapatan tinggi namun pembangunan manusianya rendah (kuadran II)

• Daerah dengan pembangunan manusia tinggi namun pendapatannya rendah (kuadran III)

• Daerah relatif tertinggal, baik dalam pendapatan maupun pembangunan manusia (kuadran IV)

2.3.8.2 Tipologi Daerah Berdasarkan HDI dan Pertumbuhan Ekonomi

Daerah

(65)

• Daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia yang tinggi (kuadran I)

• Daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi namun pembangunan manusianya rendah (kuadran II)

• Daerah dengan pembangunan manusia tinggi namun petumbuhan ekonominya rendah (kuadran III)

(66)

2.4 Kerangka Pikir

(67)

Gambar 2

Sektor – Sektor PDRB

di SWP I Jawa Timur

Kebijakan

Sumber : Peneliti

Analisis Shift Share Analisis Tipologi Daerah

1. Sektor mendorong atau menghambat

2. Sektor tumbuh cepat atau lambat

3. Sektor tumbuh cepat atau lambat dilihat dari lokasionalnya

1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh

2. Daerah maju tapi tertekan

3. Daerah berkembang cepat

(68)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, melihat dari latar belakang, hasil-hasil penelitian terdahulu dan juga landasan teori yang telah dijelaskan seperti diatas. Maka dapat ditarik beberapa hipotesis dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Diduga ada pertumbuhan produksi sektoral di daerah tersebut (SWP I) yang cenderung mendorong atau menghambat pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur

2. Diduga ada sektor-sektor di masing-masing kabupaten (SWP I), yang tumbuh lebih cepat atau lambat di bandingkan di tingkat Provinsi Jawa Timur

3. Diduga ada sektor di masing-masing Kabupaten yang tumbuhnya cepat / mempunyai keuntungan lokasional baik dibanding sektor yang sama di daerah lain dalam lingkup (SWP I)

4. Diduga terdapat beberapa kabupaten di dalam SWP I, yang dapat

(69)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui secara jelas perkembangan perekonomian dalam Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) Provinsi Jawa Timur. Data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam rumus-rumus matematis sederhana yang telah ada. Dari hasil pengolahan data-data tersebut akan diperoleh gambaran tentang daerah-daerah dalam SWP I yang mungkin pertumbuhannya yang tergolong lambat agar dapat diprioritaskan dalam pembangunan dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang potensional supaya lebih mempercepat pertumbuhan daerah, sehingga dapat menunjang perekonomian nasional.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

(70)

variabel yang dibahas serta memudahkan dalam penerapan data yang digunakan.

Untuk memperjelas terhadap masing-masing variabel yang diamati, maka pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Analisis Shift Share

Didalam analisis ini dipergunakan beberapa data dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur, dan PDRB per sektor. Selain itu dipergunakan PDRB dari masing-masing Kabupaten di SWP I, dan juga per sektor. PDRB dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah.

2) Analisis Tipologi Daerah a. PDRB perkapita daerah

Adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi disuatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu (dalam waktu satu tahun) daerah yang diteliti. Dalam hal ini adalah daerah dalam lingkup Satuan Wilayah Pembangunan I (SWP I) Provinsi Jawa Timur. PDRB perkapita daerah dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah.

b. PDRB daerah yang menjadi acuan

(71)

Dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur dan dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah.

c. Pertumbuhan ekonomi daerah

Adalah kenaikkan PDRB perkapita daerah tanpa memandang apakah kenaikkan tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk daerah yang diteliti. Dalam hal ini adalah daerah Satuan Wilayah Pembangunan (SWP I) Provinsi Jawa Timur, dinyatakan dalam satuan persen.

d. Pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan

Adalah kenaikkan PDRB perkapita daerah tanpa memandang apakah kenaikkan tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk daerah yang menjadi acuan. Dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Timur dan dinyatakan dalam satuan persen.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa data time series yang diambil dari tahun 2007 sampai dengan 2008. 3.2.2 Sumber Data

(72)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, diantaranya yaitu :

1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur sebagai bahan pustaka yang dapat menunjang masukan yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Studi Lapangan

Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan untuk penulisan skripsi, data-data laporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas pada lembaga-lembaga yang telah disebutkan diatas.

3.4 Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Data yang berhubungan dengan obyek penelitian disusun untuk selanjutnya diolah dengan menggunakan alat analisis matematis yakni berupa Analisis Shift share dan Analisis Tipologi daerah yang kemudian dilakukan pengamatan selama kurun waktu tertentu.

Notasi yang digunakan dalam kedua teknik analisis dari penelitian ini adalah :

1. Analisis Shift Share

(73)

PSij = Qij0 0

Y = PDRB Propinsi Jawa Timur periode tahun t 0

Y = PDRB Propinsi Jawa Timur pada periode tahun dasar t

i

Q = PDRB Propinsi Jawa Timur sector i pada tahun t 0

i

Q = PDRB Propinsi Jawa Timur sector i pada tahun dasar t

2. Analisis Tipologi Daerah

Kuadran I Kuadran II

Daerah Maju dan Tumbuh Daerah Maju tapi Tertekan dengan Pesat

yi > y , ri > r yi > y , ri < r

Kuadran III Kuadran IV

Daerah yang Masih dapat Daerah Relatif Tertinggal Berkembang dengan Pesat

yi < y , ri > r yi < y , ri < r

(74)

Keterangan :

r : Pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi racun y : PDRB daerah yang menjadi acuan

(75)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Dari Provinsi Jawa Timur

Merupakan suatu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0 hingga 114,4 bujur timur dan 7,12 hingga 8,48 lintang selatan.

Batas daerah disebelah utara berbatasan dengan Pulau Kalimantan atau tepatnya dengan Provinsi Kalimantan Selatan. Disebelah timur berbatasan dengan Pulau Bali. Disebelah selatan bersebelahan dengan perairan terbuka yakni Samudra Indonesia. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Jawa Tengah. Secara umum Jawa Timur terbagi menjadi kedua bagian yakni wilayah Jawa Timur daratan dan Pulau Madura. Wilayah Jawa Timur mencakup kurang lebih 90% dari Provinsi Jawa Timur, sedangkan sisanya 10% adalah Pulau Madura. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur mencapai 47.156 km². Terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota.

Gambar

Tabel 1. Proses Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Gambar a dan b. Permintaan agregat dan penawaran agregat didalam posisi ekonomi waktu yang seimbang
Gambar 2
Tabel 2 :  Produk Domestik Regioanl Bruto Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan tahun 2007 - 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap kinerja keuangan pada Pemerintah

[r]

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

[r]

Pada penelitian dengan judul “Kesadaran Hukum Berjilbab Studi Komparasi Mahasiswi STAIN Kudus Dan UNISNU Jepara (Angkatan 2013)” ini peneliti menfokuskan penelitiannya

Bimbingan belajar nonformal dan kemampuan pemecahan masalah matematika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA N 2 Sragen

فئاظولا عاونأ عيم نم ذيفنتلا فقو عم حَرمو راهنلا ءانثأ ادج ليم براقأاو ةرسأا نم ةلماكلا ةمد ا ىلع لوص

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa baik eksplan yang berasal dari tunas aksilar maupun tunas adventif yang ditanam pada media dasar MS dengan penambahan zat pengatur