• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA DAN KONSERVASI KARBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DINAMIKA DAN KONSERVASI KARBON"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA DAN KONSERVASI KARBON DI LAHAN SUB OPTIMAL SUMATERA SELATAN

Muh Bambang Prayitno dan Bakri

Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Kampus Inderalaya. E-mail: prayitno_muhbambang@yahoo.com. Mobile Phone: 081373291625.

ABSTRAK

Sumatera Selatan mempunyai sumberdaya lahan berlimpah. Lahan sub optimal telah dimanfaatkan sebagai transmigrasi, lahan pertanian dan tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kesejahteraan rakyat. Data pada makalah ini adalah bagian dari Penelitian Fundamental DIKTI 2013 dengan judul “Dinamika Karbon dan Pengembangan Model Allometri Pada Lahan Sub Optimal di Sumatera Selatan”. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa petani Telang II menaman jagung danAir Sugihan Kiri petani cenderung beralih ke tanaman kelapa sawit dan karet, sebagai dampak dari dari kondisi lahan dan ketersediaan air di lahan. Tanaman jagung menghasilkan C massa 14,247 ton C/ha (28,494 ton CO2 e/ha), padi menghasilkan C massa 5,612 ton C/ha (11,223 ton CO2

e/ha). Tanaman kelapa sawit menghasilkan 16,11 ton C/ha (59,034 ton CO2 e/ha) pada umur tanaman 4 tahun. Dampak alih fungsi lahan adalah hilangnya cadangan karbon dan rendahnya penambatan karbon selama 40 tahun. Prakiraan kedalaman gambut adalah dengan membandingkan kedalaman gambut lokasi sekitarnya yakni 50 cm (Air Sugihan Kanan) hingga 300 cm (Riding). Prakiraan kehilangan karbon dengan kedalaman gambut 1 meter adalah 430.686.482,4 ton C atau setara dengan 861.372.964,8 ton CO2 e.

Kata kunci: Alih fungsi lahan, dinamika karbon, lahan suboptimal. ABSTRACT

South Sumatra has abundant land resources. Sub-optimal land has been used as transmigration, agriculture and plantation crops to fulfill food needs and welfare of the people.The data in this paper is part of the Fundamental Research of Higher Education in 2013 with the title "Carbon Dynamics and Land Development Model Allometri In Sub Optimal in South Sumatra".The results show that Telang farmers planting corn and Air Sugihan Kiri farmers tend to switch to oil palm and rubber, as the impact of the condition of the land and availability of water in the soil. Corn plant C mass produce 14.247 ton C / ha (28.494 ton CO2 e / ha), paddy yield C mass of 5.612 tonnes C / ha (11,223 tonnes of CO2 e / ha).Palm plant produces 16.11 tonnes C / ha (59.034 ton CO2 e / ha) at the age of 4 years old plants. The impact of land use change is the loss of carbon stocks and low carbon sequestration for 40 years. Forecasts by comparing the depth of peat is peat depth surrounding the location that is 50 cm (Air Sugihan Kanan) to 300 cm (Riding). Forecast peat carbon loss with depth of 1 meter is 430686482.4 ton C or equivalent to 861372964.8 tonnes of CO2 e.

(2)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumatera Selatan mempunyai sumberdaya lahan, khususnya lahan sub optimal sebagai lahan rawa dan gambut dengan luasan yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber papan dan pangan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat. Namun disisi lain seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan keperluaannya, maka perubahan peruntukan lahan dan kerusakan lahan tidak dapat dihindari dan terus terjadi hingga sekarang.

Hutan rawa gambut di pantai Timur Sumatera Selatan telah dikembangkan sejak tahun 1969 oleh Pemerintah Pusat untuk transmigrasi berbasis tanaman pangan dengan total luas areal yang telah direklamasi sampai tahun 2004 ini adalah 373.000 ha (PIRA Sumsel, 2004). Hutan di sekitar pantai timur juga telah dieksploitasi baik secara legal dan illegal untuk diambil kayunya secara besar-besaran dari tahun 1970 hingga 1990 an, dan pengambilan kayu terus terjadi hingga sekarang.

Pembukaan lahan sub optimal rawa gambut untuk dimanfaatkan sebagai pemukiman transmigrasi, lahan pertanian dan perkebunan dan kehutanan membawa dampak terhadap kehilangan sumber hayati, terjadi perubahan hidrologi dan iklim mikro. Dampak utama pada lahan adalah terjadinya degradasi lahan dan sekaligus kehilangan karbon tanah dalam jumlah sangat besar dan dimungkinkan sebagai salah satu sumber emisi karbon di Sumatera Selatan

Siklus karbon pada hutan rawa gambut alami adalah selalu terjadi keseimbangan karbon dalam ekosistem, atau bahkan akan terjadi penambatan dan penimbunan karbon lebih besar dari pada kehilangan karbon dalam ekosistem tersebut. Terbentuknya gambut pada suatu bentang lahan adalah salah satu contoh proses penambatan dan penimbunan karbon lebih besar daripada kehilangan karbon pada lahan Kondisi terbalik, dimana emisi karbon lebih besar daripada penambatan dan penimbunan karbon akan terjadi pada lahan pertanian dan perkebunan yang menggunakan lahan rawa gambut.

Dampak alih fungsi hutan rawa gambut untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan adalah terjadinya proses degradasi lahan yang diikuti munculnya permasalahan kekeringan yang rentan kebakaran lahan, kerusakan ekosistem lahan rawa dan turunnya produkrivitas karbon tanaman secara drastis di lahan.

Hasil beberapa penelitian Prayitno (2007a,b dan 2008) memperlihatkan bahwa pada beberapa daerah tranmsigrasi di lahan sub optimal di Sumatera Selatan telah kehilangan tanah gambutnya dan horison tanah didominasi oleh Ah, Bt dan Btg atau Bt dan Btg. Hilangnya lapisan gambut akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara alami, dan kegiatan pertanian dan perkebunan di lahan sub optimal akan sangat tergantung pada pupuk buatan.

B. Tujuan Penelitian

(3)

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan subbagian dari Penelitian Fundamental Dikti tahun 2013. Lokasi penelitian adalah Rawa Pasang Surut Telang II dan Air Sugihan Kiri, Kab. Banyuasin sebagai pewakil dari pengembangan lahan rawa gambut sebagai daerah transmigrasi di Sumatera Selatan (Gambar 1). Waktu penelitian adalah bulan Juli hingga Oktober 2013. B. Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan adalah berkaitan dengan pengukura biomasa dan cadangan karbon baik di lapangan dan analisis di laboratorium.

C. Metodologi

Upaya untuk mendapatkan data terbaik dan mampu menghasilkan volume gambut pada lokasi penelitian diperlukan sebaran titik pengamatan yang dapat mewakili lokasi penelitian. Metoda interpolasi banyak digunakan untuk menduga volume dalam sebuah kubah gambut (Siegert dan Annete, 2005; Ballhorn dan Siegert, 2007), yakni dengan sebaran titik pengamatan secara merata dan mewakili areal lahan gambut.

1. Biomasa Tanaman Atas Pemukaan (Above Ground Biomass)

Pendekatan yang dilakukan dalam menentukan biomasa tanaman adalah perpaduan antara interpretasi tataguna lahan pada citra landsat dengan dilanjutkan pengecekan vegetasi pada tiap tataguna lahan di lapangan. Penentuan jumlah biomasa untuk setiap jenis vegetasi menggunakan data penelitian yang dipublikasi ditingkat Sumatera Selatan dan Indonesia.

2. Cadangan Karbon

Cadangan karbon pada lahan gambut dapat dihitung dengan persamaan yang dikemukakan oleh Agus (et al., 2007). Parameter yang diamati adalah luas lahan gambut (A, ha), kedalaman gambut (D, meter), kerapatan isi (BD, g/cm3) dan kandungan karbon (C-organik, %) pada setiap jenis tanah gambut Persamaan yang digunakan tersebut adalah:

Cadangan Karbon (ton/ha) = (B x A x D x C)/102 ... (Agus., et al., 2007) 3. Data Sekunder Karbon

Data sekunder dalam tulisan ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan di lahan rawa gambut dan pasang surut di Sumatera Selatan selama beberapa tahun terakhir.

III. HASIL DAN PEMBASAN A. Tataguna Lahan Rawa Pasang Surut

Alih fungsi lahan dari hutan primer rawa gambut menjadi lahan pertanian dan perkebunan memberikan pengaruh besar terhadap siklus karbon pada lahan. Hutan primer rawa gambut dengan siklus karbon yang relatif baik, yakni proses penambatan karbon pada tanaman dan penambahan cadangan karbon pada tanah akan terus bertambah setiap saat, disisi lain proses kehilangan karbon sebagai emisi karbon adalah jauh relatif sedikit.

(4)

lain potensi emisi karbon adalah cukup besar, yakni sebagai akibat dari proses pembakaran lahan dalam membantu pembersihan lahan dalam persiapan lahan.

Lahan pertanian dan perkebunan di pasang surut Telang II dan Air Sugihan Kiri memperlihatkan bahwa tanaman utama yang dilakukan adalah tanaman semusim (padi, jagung, sayuran) dan tanaman tahunan (kelapa).

Bentang lahan Air Sugihan Kiri sejalan dengan kegiatan pengelolaan air di saluran maka terjadi perubahan muka air tanah yakni semakin dalam. Dampak perubahan muka air tanah adalah terjadi perubahan jenis tanaman yang dipilih petani, yakni tanaman perkebunan (kelapa sawit dan karet) lebih banyak diusahakan dari pada tanaman semusim.

B. Cadangan Karbon Tanah di Lahan Pertanian Rawa Pasang Surut

Kondisi lahan pertanian pada daerah Pasang surut Telang II dan Air Sugihan Kiri mempunyai kesamaan ditinjau dari cadangan karbon tanah dan penambatan karbon tanaman bila dibandingkan dengan karbon pada kondisi aslinya (hutan rawa gambut pasang surut).

Pengamatan cadangan karbon pada tanah pada lahan pertanian Telang II dan Air Sugihan Kiri adalah telah hilamngnya lapisan gambut dan tersisa horison Ah tipis (Ah/Bt/Btg) dan bahkan sebagian besar telah muncul horison Bt (Bt/Btg). Kondisi tersebut memperlihatkan pengaruh kegiatan pertanian mmberikan pengaruh yang nyata terhadap hilangnya cadangan karbon (gambut) yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kedalaman Gambut pada Lahan Transmigrasi Di Sumatera Selatan

No. Lokasi

Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2013

2. Delta Telang II Tidak ada Terdegradasi/ AB/Bt/Btg Prayitno, 2013 3. Air Sugihan Kiri

P20-16

Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007

4. Air Sugihan Kanan 32-29

Ah 30-50 Terdegradasi/ Ah/Bt/Btg Prayitno, 2007

5. Delta Telang I, Banyuasin

Tidak ada Terdegradasi/ B/Btg Prayitno, 2007

6. Delta Saleh, Banyuasin Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007 7. Delta Upang, Banyuasin Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007

8. Pulau Rimau,

Banyuasin

Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007

Sumber: Data diolah dari Beberapa Penelitian Prayitno (2007-2013).

(5)

Hasil perhitungan cadangan karbon pada lahan gambut Bentang Lahan Gambut Kayuagung adalah sekitar 1.687,2 ton/ha (Prayitno, 2012). Nilai kandungan karbon tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Page et al, (2002), yakni gambut dengan kedalaman 1 meter mempunyai kandungan karbon sekitar 600 t/ha dan Agus et al., (2009) bahwa gambut mampu menyimpan karbon antara 30 hingga 70 kg C m-3 atau setara dengan 300 hingga 700 ton C ha-1 per satu metar kedalaman.

Tabel 2. Kedalaman Gambut pada Lahan Sekitar Transmigrasi Sumatera Selatan

No. Bentang Lahan Kedalaman Gambut (m)

Kondisi Bentang lahan

Sumber

1. HPT Kayuagung, OKI 4-8,5 Terdegradasi Prayitno, 2013 2. HPT Kayuagung, OKI 4-6,5 Terdegradasi Prayitno, 2005

3. Riding, OKI 3 Terdegradasi Prayitno, 2011

4. Penyambungan, OKI 3-5 Terdegradasi Prayitno, 2005 5. Sungai Bungin, OKI 3-5 Terdegradasi Prayitno, 2011 6. Pampangan, OKI 3-4 Terdegradasi Prayitno, 2009

Sumber: Data diolah dari Penelitian Prayitno (2005-2013).

Kehilangan gambut pada lahan sub optimal tidal dapat dihitung secara pasti, karena ketebalan gambut awal tidak diketahui. Prakiraan kehilangan gambut lahan sub optimal di Sumatera Selatan pada kedalaman 1 meter adalah mencapai 430.686.482,4 ton C dan 861.372.964,8 ton C02 e (Tabel 3). Jumlah kehilangan baik karbon massa dan CO2e adalah sangat besar dan sangat sulit untuk dikembalikan seperti semula. Disisi lain karbon adalah unsur hara makro yang sangat penting bagi kehidupan termasuk tanaman pertanian.

Kondisi karbon diatas perlu menjadi perhatian bagi peneliti, petani dan pemerintah, yakni kegiatan pertanian dan perkebunan di lahan sub optimal mampu meningkatkan penambatan karbon oleh tanaman dan ketersediaan cadangan karbon di lahan untuk tetap menjaga dan meningkatkan produktivitas lahan.

C. Penambatan Karbon di Lahan Pertanian Rawa Pasang Surut

Lahan sub optimal di Sumatera Selatan adalah salah satu lahan pertanian sebagai penghasilkan utama padi dan palawija. Namun dengan perubahan kondisi lahan, maka sebagian lahan telah ditanam kelapa sawit dan karet sebagai tanaman tahunan, dengan umur tanaman sekitar 5 tahun dan belum menghasilkan.

(6)

Tabel 3. Prakiraan Kehilangan Karbon pada Lahan Transmigrasi Di Sumatera Selatan

Total 255.267 430.686.482,4 861.372.964,8

Sumber : *) PIRA Sumsel, 2004.

Keterangan: Bentang Lahan Gambut Kayuagung: Ketebalan gambut = 1-4 meter, BD gambut = 0,3-0,4 (Prayitno, 2012). C gambut = 0,46 %. Cadangan Karbon = 1.687,2 ton/ha (Prayitno, 2013).

Tabel 4. Kemampuan Penambatan Karbon Tanaman di Lahan Transmigrasi Sumatera Selatan

Tabel 4 memperlihatkan bahwa potensi penamabtan karbon pada kegiatan pertanian dan perkebunan adalah tidak sebesar penambatan karbon pada hutan. Page et al, (2002) menyatakan biomassa hutan gambut hanya mengandung sekitar 200 t C/ha.

Hutan tropis di Asia tenggara berperan penting dalam penyimpanan karbon, yakni dengan kandungan karbon lebih dari 500 Mg/ha (Lasco, 2002) dan hutan primer mampu menghasilkan 1.300 Mg CO2 per hektar (Germer dan Sauerborn, 2008).

(7)

Kehilangan karbon pada lahan sub optimal adalah terjadi secara perlahan dan terus menerus, sebagai akibat dari segala kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan. Namun disisi lain proses yang terjadi juga sebagai akibat dari kemampuan pengetahuan petani tentang pengelolaan lahan yang baik dan juga kurang perhatiannya pihak terkait dalam membina para petani dalam menjalankan kegiatannya.

Lahan suboptimal adalah lokasi terbaik penyimpan karbon secara alami. Berdasarkan atlas Gambut Indonesia (Wahyunto et al., 2003) memperlihatkan bahwa Papua mempunyai lahan gambut terluas dengan ketebalan gambut lebih tipis, sehingga prakiraan cadangan (stock) karbon sekitar 3,623 Mega ton (Mt) atau 3,6 Giga ton (Gt), Sumatera dengan ketebalan antara 0,5-12 m, dengan cadangan karbon 22,3 Giga ton, dan Kalimantan cadangan karbon 11,3 Giga ton. Prakiraan cadangan karbon gambut di Indonesia mencapai 37 Gt.

Kemampuan kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan dalam menambat dan menyimpan karbon adalah lebih rendah dari hutan primer rawa gambut, sehingga kehilangan karbon yang telah terjadi tidak mungkin akan kembali seperti semula. Disisi lain kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan juga diperlukan untuk kesejahteraan dan kemamkmuran masyarakat Indonesia, sehingga hal terbaik yang segera dan harus dilakukan adalah memperbaiki dan meningkatkan penambatan dan ketersediaan karbon di lahan sub optimal Sumatera Selatan.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Lahan pertanian Telang II dengan tanaman jagung mampu menghasilkan C massa jagung sekitar 14.247,187 kg C /ha atau 28.494,373 kg CO2 e/ha, sedangkan bila ditanam padi menghasilkan C massa sekitar 5.611,746 kg C /ha atau 11.223,493 kg CO2 e/ha.

2. Kegiatan perkebunan di Air Sugihan Kiri dengan tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan sekitar 16,11 ton C/ha atau setara 59,034 ton CO2 e/ha dengan pada umur tanaman 4 tahun.

3. Dampak nyata alih fungsi lahan adalah hilangnya cadangan karbon di lahan sub optimal. Prakiraan kehilangan karbon dengan kedalaman gambut 1 meter adalah 430.686.482,4 ton C atau setara dengan 861.372.964,8 ton CO2 e.

B. Saran

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., E. Runtunuwu, T. June, E. Susanti, H. Komara, H. Syahbuddin, I. Las, dan M. Van Noordwijk. 2009. Carbon Dioxide Emmision in Land Use Transitions to Plantation. Jurnal Litbang Pertanian 28(4) : 119-126.

Hairiah, K., D. Suprayogo, Widianto, Berlian, E. Suhara, A. Mardiastuning, R. H. Widodo , C. Prayogo, dan S. Rahayu. 2004. Alih Guna Lahan Hutan menjadi Lahan Agroforestri Berbasis Kopi: Ketebalan Serasah, populasi Cacing Tanah dan Makroporositas Tanah. Agrivita 26:68-80.

Lasco, R. D. 2002. Forest Carbon Budgets in Southeast Asia Following Harvesting and Land Cover Change. Scince in China (Series C). Vol. 45 supp. October 2002. Page, S.E., F. Siegert, J.O. Rieley, H.V. Boehm, dan A. Jaya, dan S Limin. 2002. The

Amount of Carbon Released from Peat and Forest Fires in Indonesia during 1997. Nature; Nature 420, 61-65. 10.1038/nature01131.

Proyek Irigasi dan Rawa Andalan (PIRA). 2004. Data Pengembangan Rawa di Sumatera Selatan.

Prayitno, M. B. 2007a. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin. Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi.

Prayitno, M. B. 2007b. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Air Sugihan, OKI. Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi.

Prayitno, M. B. 2007c. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Pampangan, OKI. Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi.

Prayitno, M. B. 2008. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu di Delta Saleh, Kecamatan Air Saleh dan Air Kumbang Padang, Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan dilakukan oleh Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi.

Prayitno, M.B. 2012. Dampak Degradasi Lahan Gambut Terhadap Karakteristik Lahan dan Hidrologi Di Hutan HPT Kayuagung, OKI. Laporan Akhir Penelitian Fundamental, DIKTI. Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasi.

Prayitno, M.B, Sabaruddin, D. Setyawan, dan Yakup. 2013. Dampak Perubahan Tataguna Lahan terhadap Biomassa dan Cadangan Karbon di Lahan Gambut. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lahan Sub Optimal Universitas Sriwijaya. Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional. Palembang, 20-21 September 2013.

Gambar

Tabel 1. Kedalaman Gambut pada Lahan Transmigrasi Di Sumatera Selatan
Tabel 3. Prakiraan Kehilangan Karbon pada Lahan Transmigrasi Di Sumatera Selatan selama 40 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Budidaya tanaman mendong sebagai bahan baku kerajinan banyak tersebar di Kecamatan Manonjaya. Tanaman ini tumbuh produktif pada lahan-lahan sawah milik petani.

Budidaya tanaman mendong sebagai bahan baku kerajinan banyak tersebar di Kecamatan Manonjaya. Tanaman ini tumbuh produktif pada lahan-lahan sawah milik petani.

Pembangunan hutan tanaman industri dengan jenis Acacia mangium yang ditanam pada lahan gambut tidak layak untuk diusahakan walaupun terdapat insentif ekonomi serapan karbon, hal

Melalui perubahan ini diharapkan tujuan penyelenggaraan Budidaya Tanaman untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya budidaya pertanian secara optimal, bertanggung

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui emisi karbon dioksida (CO2) pada lahan gambut yang dijadikan perkebunan kelapa sawit yang ditumpangsari dengan

M KHOLIS HAMDY BATUBARA : Inventarisasi Simpanan Karbon Pada Lokasi Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur (Studi Kasus Resort

yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan pada lahan pertanian setelah tanaman budidaya tumbuh di lahan tersebut, dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kandungan karbon pada setiap bagian tanaman bambu belangke (Gigantochloa pruriens Widjaja),