ANALISIS PENILAIAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD
(Studi Kasus di RSUD Sleman)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri NIM: 122114124
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2017
ANALISIS PENILAIAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD
(Studi Kasus di RSUD Sleman)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri NIM: 122114124
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2017
Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak
dapat menyangkal dirinya
(2 Timotius 2:13)
Lakukanlah hari ini, jangan tunggu hari esok. Karena kau
tak pernah tahu, kapan kau harus mengakhiri perjalanan
dan perjuanganmu.
Skripsi ini kupersembahkan untuk sosok-sosok yang sangat hebat:
> Allah Bapa yang selalu membimbing dan menyelamatkanku > Orang Tuaku yang terkasih > Adik-adikku sebagai motivasiku > Teman-temanku yang luar biasa
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bawa skripsi dengan judul: ANALISIS PENILAIAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
BALANCED SCORECARD (Studi Kasus di RSUD Sleman) dan dimajukan untuk
diuji pada tanggal 12 Januari 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri itu. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 28 Februari 2017
Yang membuat pernyataan, Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri
Nomor Mahasiswa : 122114124
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PENILAIAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD
(Studi Kasus di RSUD Sleman)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Februari 2017
Yang menyatakan
Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Tuhan Allah Bapa yang senantiasa membimbing dan melindungi aku setiap
harinya.
2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D, selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
3. Lisia Apriani, S.E., M. Si., Ak., CA selaku pembimbing untuk semangat dan
bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
4. Orang Tua terkasih Ibu Monika Kurniawati dan Bapak F. X. Sumber
Vyharyoso atas perjuangan dan pengorbanannya.
5. Adik-adik tersayang Ignasius Dimas Putra Pangestu dan Georgius Satria Putra
Pamungkas yang telah memberikan semangat dan motivasi.
6. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dan Manajemen RSUD Sleman atas
bantuannya selama proses penelitian.
7. Teman-teman kos Grinjing yang terhebat atas semangat, dorongan, dan
bimbingannya selama penyelesaian penelitian.
8. Sahabat dan teman Akuntansi angkatan 2012 yang terkasih atas dukungan
yang diberikan selama proses penyelesaian.
9. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 28 Februari 2017
Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Pengukuran kinerja... 8
B. Macam-Macam Penilaian Kinerja... 10
C. Balanced Scorecard untuk Organisasi Publik... 14
D. Karakteristik Badan Layanan Umum Rumah Sakit ... 21
E. Penelitian Terdahulu ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 26
C. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi ... 27
D. Metode Pengumpulan Data ... 31
E. Populasi dan Sampel ... 33
F. Pengujian Instrumen Penelitian... 33
G. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Sleman ... 44
B. Visi dan Misi ... 45
C. Pelayanan yang Tersedia ... 46
D. Sumber Daya Manusia ... 47
E. Struktur Organisasi ... 48
F. Tugas Pokok Kepala Bagian ... 48
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 55
B. Analisis Data ... 59
BAB VI PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Keterbatasan ... 90
C. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 95
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 34
Tabel 3.2 Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan ... 34
Tabel 3.3 Skala Pengukuran Kuesioner Perspektif Pelanggan ... 35
Tabel 3.4 Skala Pengukuran Kuesioner Perspektif Proses Bisnis Internal ... 37
Tabel 3.5 Skala Pengukuran Kuesioner Perspektif Pertumbuhan dan Perkembangan ... 40
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Kinerja RSUD Sleman ... 43
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kondisi Ideal ... 56
Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kondisi Ideal ... 57
Tabel 5.3 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 57
Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kondisi Belief ... 58
Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kondisi Belief ... 59
Tabel 5.6 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 59
Tabel 5.7 Current Ratio RSUD Sleman ... 60
Tabel 5.8 Rasio Modal Sendiri Terhadap Total AsetRSUD Sleman ... 62
Tabel 5.9 Periode Perputaran Piutang RSUD Sleman Periode 2012–2015 ... 64
Tabel 5.10 Perhitungan Perputaran Total Aset RSUD Sleman... 65
Tabel 5.11 Perhitungan CRR RSUD Sleman ... 66
Tabel 5.12 Perhitungan Return on Equity RSUD Sleman ... 68
Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Pelanggan atau Sleman ... 70
Tabel 5.14 Urutan Kepentingan Kepuasan Pelanggan atau Pasien ... 73
Tabel 5.15 Urutan Tingkat Kepentingan ... 73
Tabel 5.16 Hasil Kuesioner Kepala Bagian dan Kasubag ... 76
Tabel 5.17 Urutan Kepentingan Kepala Bagian dan Kasubag ... 78
Tabel 5.18 Urutan Tingkat Kepentingan ... 78
Tabel 5.19 Hasil Kuesioner Karyawan ... 81
Tabel 5.20 Urutan Kepentingan Karyawan ... 83
Tabel 5.21 Urutan Tingkat Prioritas... 83
Tabel 5.22 Hasil Penilaian Kinerja RSUD Sleman ... 85
Tabel 5.23 Hasil Penilaian Kinerja RSUD Sleman (Lanjutan) ... 86
Tabel 5.24 Hasil Penilaian Kinerja RSUD Sleman (Lanjutan) ... 87
Tabel 5.25 Hasil Penilaian Kinerja RSUD Sleman (Lanjutan) ... 88
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur Organisasi RSUD Sleman ... 48
ABSTRAK
ANALISIS PENILAIAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD
(Studi Kasus di RSUD Sleman)
Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri NIM: 122114124
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Rumah sakit umum daerah sebagai salah satu instansi pemerintah harus mampu memberikan pertanggungjawaban baik secara keuangan maupun non keuangan kepada pemerintah daerah dan masyarakat sebagai pengguna jasa. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penilaian kinerja yang mencakup semua aspek.
Balanced scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan penilaian kinerja baik dari aspek keuangan maupun non keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja dari RSUD Sleman dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Jenis dari penelitian ini menggunakan studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis rasio keuangan dan
Multiattribute Attitude Model (MAM).
Hasil analisis data adalah sebagai berikut: (1) Perspektif keuangan yang mencakup rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, return on equity, dan cost recovery rate menunjukkan kondisi yang cukup baik. (2) Perspektif pelanggan menunjukkan kondisi yang baik. (3) Perspektif proses bisnis internal menunjukkan kondisi cukup baik. (4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan kondisi sangat baik.
Kata Kunci: Balanced Scorecard, penilaian kinerja, rumah sakit
ABSTRACT
PERFORMANCE ASSESSMENT ANALYSIS BASED ON THE BALANCED SCORECARD METHOD
(A Case Study at Sleman General Hospital)
Maria Anastasia Vyka Pangudi Putri Student Number: 122114124
Sanata Dharma University Yogyakarta
2017
Sleman General Hospital as one of the government agencies must be able to provide accountability for both financial and non financial to local governments and communities as the users of its services. Therefore, they need for a performance assessment for financial and non financial aspects. The balanced scorecard is the appropriate choice to assess the performance.
This research aims to assess the performance at Sleman General Hospital based on balanced scorecard method. Type of this research is a case study. Data collection techniques were questionnaire, documentation, and interviews. Data analysis techniques used were financial ratio analysis and Multiattribute Attitude Model (MAM).
The results of this research were as follows: (1) From the financial perspective, which includes the ratio of solvency, liquidity, activity, return on equity, and cost recovery rate were quite well performance. (2) From the costumer perspective, it considered in a good performance. (3) From internal business processes perspective, it considered in a quite well performance. (4) From learning and growth perspective it considered in a very good performance.
Keywords: Balanced Scorecard, performance assessment, hospital
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
teknologi yang ada. Adanya perkembangan teknologi ini telah mengakibatkan
iklim persaingan bisnis yang semakin ketat. Persaingan yang kompetitif antara
lain meraih kepercayaan konsumen, meningkatkan efisiensi kinerja
perusahaan, dan memberikan layanan prima kepada konsumen.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu
organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak
manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan
tolak ukur yang telah diterapkan.
Hal ini mendorong Kaplan dan Norton untuk merancang suatu sistem
pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut dengan balanced
scorecard. Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa:
“Balanced scorecard provides executives with a comprehensive framework that translates a company’s strategic objectives into a coherent set of performance measures”.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa balanced scorecard
menyediakan tujuan-tujuan strategis organisasi ke dalam seperangkat tolak
ukur kinerja yang saling berhubungan. Balanced scorecard merupakan suatu
metode pengukuran kinerja yang tidak hanya mencerminkan pada kinerja
keuangan saja, tetapi juga non keuangan. Aspek non keuangan mendapat
perhatian yang cukup serius, karena pada dasarnya peningkatan kinerja
keuangan bersumber dari aspek non keuangan, sehingga apabila perusahaan
akan melakukan pelipatgandaan kinerja, maka fokus perhatian perusahaan
akan ditujukan kepada peningkatan kinerja non keuangan, karena dari situlah
keuangan berasal.
“The Balanced Scorecard (BSC)-Measures That Drive Performance”
sebuah artikel yang muncu tahun 1992 daam Harvard Business Review tuilsan
Robert P. Kapan dan David S. Norton menjadi awal munculnya konsep
penilaian kinerja menggunakan balanced scorecard. Balanced scorecard
memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak manajemen untuk
menerjemahkan misi dan strategi organisasi ke dalam tujuan-tujuan dan
ukuran-ukuran yang dapat dilihat dari empat perspektif (Kaplan dan Norton,
1996).
Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang didirikan dengan
tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat bukan mendapatkan
keuntungan. Meskipun organisasi publik bukan bertujuan mencari
keuntungan, organisasi ini dapat mengukur efektifitas dan efisiensinya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Balanced scorecard dapat
Keempat perspektif tersebut daam sektor publik di rumah sakit secara umum
digambarkan sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan, untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
keuangan rumah sakit.
2. Perspektif Pelanggan, untuk mengetahui bagaimana kepuasan pelanggan
terhadap kualitas rumah sakit.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal, untuk mengetahui bagaimana rumah
sakit membangun keunggulan dalam proses bisnisnya.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran, untuk mengetahui bagaimana
rumah sakit terus melakukan perbaikan dan menambah nilai bagi
pelanggan dan stakeholder.
Rumah sakit umum daerah merupakan salah satu instansi pemerintah
daerah yang bergerak di bidang sektor publik dalam hal jasa kesehatan.
Kegiatan usaha rumah sakit umum daerah bersifat sosial dan ekonomi yang
mengutamakan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Rumah
sakit umum daerah sebagai salah satu instansi pemerintah harus mampu
memberikan pertanggungjawaban baik secara keuangan maupun non
keuangan kepada pemerintah daerah dan masyarakat sebagai pengguna jasa.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang mencakup semua
aspek. Balanced scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan
pengukuran kinerja baik dari aspek keuangan maupun non keuangan.
Perspektif yang akan dinilai adalah perspektif pelanggan, perspektif
pertumbuhan. Fakta membuktikan bahwa perusahaan yang mengadopsi
konsep balanced scoreca rd menunjukkan banyak perubahan yang mengadopsi
konsep balanced scorecard menunjukkan banyak perubahan kinerja yang
signifikan, antara lain: manajemen semakin berorientasi pada pelanggan,
waktu respon terhadap pelanggan semakin cepat, perbaikan kualitas produk,
penekanan pada kerja tim, waktu untuk launching produk baru berkurang, dan
manajemen lebih berorientasi pada masa depan (Mahmudi, 2005).
Rumah sakit yang baik tentu saja memberikan pelayanan berdasarkan
kebutuhan pasien, bukan atas dasar untuk meningkatkan pemasukan keuangan
rumah sakit atau penghasilan karyawan (Bose dan Keith dalam Handayani,
2011). Perubahan-perubahan yang terjadi pada organisasi kesehatan saat ini
karena adanya tekanan untuk menurunkan biaya, meningkatkan kualitas
pelayanan serta mengikuti petunjuk-petunjuk dan peraturanperaturan yang
ketat, telah memaksa profesional di bidang kesehatan menguji ulang tentang
bagaimana cara mereka mengevaluasi kinerja dari organisasi pelayanan itu
(Gasperz dalam Handayani, 2011).
Selain hal itu RSUD Sleman belum pernah dinilai kinerjanya
menggunakan metode balanced scorecard, sehingga hal tersebut menjadi kali
pertama RSUD Sleman mengetahui kinerjanya secara kompleks dan dapat
melihat lebih jelas hubungan sebab akibat antar perspektif untuk menjadi
bahan pertimbangan manajemen dalam memperbaiki kinerjanya ke depan.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan oleh penulis di atas,
menggunakan metode balanced scorecard. Penelitian ini selanjutnya
dituangkan dalam judul “ANALISIS PENILAIAN KINERJA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD: Studi Kasus di
RSUD Sleman”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan, yaitu:
“Bagaimana kinerja dari RSUD Sleman dengan penilaian menggunakan
metode Balanced Scorecard?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kinerja RSUD Sleman
dengan penilaian menggunakan balanced scoreca rd.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil
bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh
dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi RSUD Sleman
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu rumah sakit sebagai
organisasi sektor pubik dalam melakukan pengukuran kinerja yang mampu
mencerminkan seluruh aspek, baik tangible maupun intangible dengan
menggunakan konsep ba lanced scorecard yang mungkin dapat diterapkan
2. Bagi Penulis
Dapat memberikan wawasan dan pengalaman untuk memahami
bagaimana penggunaan metode pengukuran kinerja balanced scorecard,
terutama pada RSUD Sleman.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai penelitian ini, maka
sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi 6 (enam) bab yang
dijelaskan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN, bab ini membahas mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini membahas mengenai
dasar-dasar teori yang melandasi penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN, bab ini membahas perihal jenis
penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel penelitian dan
operasionalisasi, metode pengumpulan data, populasi dan
sampel, pengujian instrumen penelitian, dan teknik analisis
data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, bab ini membahas
seputar profil RSUD Sleman yang meliputi sejarah singkat
RSUD Sleman, visi dan misi, pelayanan yang tersedia, sumber
daya manusia, struktur organisasi, dan tugas pokok kepala
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN, bab ini berupa hasil
dari penelitian dan analisis data yang diperoleh dari RSUD
Sleman dengan metode teknik yang sesuai dengan teori-teori
yang sudah ada pembahasannya.
BAB VI PENUTUP, bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang
dilakukan, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengukuran Kinerja
1. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic
planning suatu organisasi. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau
kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang
ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target
tertentu yang hendak dicapai (Mahsun, dkk, 2011: 141).
Menurut Silalahi (2011), pengukuran kinerja merupakan suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa dan ketepatan barang
dan jasa yang dihasilkan dan efektivitas tindakan untuk menghasilkannya
serta kualitas yang dihasilkan.
2. Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Fahmi (2010: 66) bagi pihak manajemen perusahaan ada
banyak manfaat dengan dilakukannya pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja dimanfaatkan untuk:
a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti: prmosi, transfer, dan pemberhentian.
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
d. Menyediakan umpan bailk bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
3. Organisasi Sektor Publik dan Pengukuran Kinerja Sektor Pubik
Menurut Mahsun (2006) organisasi sektor publik adalah organisasi
yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau
jasa kepada publik yang dibayar mealui pajak atau pendapatan negara lain
yang diatur dengan hukum.
Tujuan utama organisasi sektor publik adalah pemenuhan kebutuhan
dan keinginan masyarakat sebagai pengguna/pelanggan atas jasa atau
produk yang dihasilkan. Maka dari itu, fokus pengukuran kinerja sektor
publik justru terletak pada hasil dan bukan pada input dan proses (Mahsun,
4. Tujuan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Tujuan dilakukannya penilaian kinerja di sektor publik menurut
Mahmudi (2011) adalah:
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi.
b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.
c. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya.
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward dan punishment.
e. Memotivasi pegawai.
f. Menciptakan akuntabilitas publik.
B. Macam-Macam Penilaian Kinerja 1. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nmr
1981/MENKES.SK.XII/2010 tentang Pedoman Akuntansi BLU Rumah
Sakit, rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan rumah sakit untuk
menilai kinerja suatu rumah sakit berdasarkan perbandingan data
keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan. Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
Jenis-jenis rasio keuangan menurut Hery (2015) dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya
yang akan segera jatuh tempo. Jenis-jenis rasio yang digunakan yaitu
current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjang. Jenis-jenis rasio yang digunakan
yaitu debt to asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity
ratio, times interest earned ratio dan ratio of owner’s equity to total
assets.
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
menggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat
efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Adapun jenis-jenis rasio yang digunakan, yaitu accounts receivable
turn over, inventory turn over, working capital turn over, fixed assets
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio
profitabilitas juga merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber daya yang dimiliki, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan,
penggunaan aset, maupun penggunaan modal. Adapun jenis-jenis rasio
yang digunakan, yaitu return on assets, return on equity, gross profit,
operating profit margin, dan net profit margin.
2. Balanced Scorecard
Balanced scorecard mengarahkan perhatian dan usaha personel ke
sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan karena, di perspektif
nonkeuangan itulah pemacu sesungguhnya kinerja keuangan perusahaan
berada. Pemacu sesungguhnya berada di perspektif non keuangan karena,
nilai pasar perusahaan-perusahaan di era teknologi informasi sekarang ini
lebih dipacu oleh aktiva tidak berwujud daripada aktiva berwujud
(Mulyadi, 2007).
Balanced scorecard juga memiliki beberapa keunggulan menurut Luis
dan Biromo (2007), sebagai berikut.
a. Balanced scorecard dapat berfungsi sebagai alat untuk
mengkomunikasikan strategi di antara pihak manajemen, karyawan,
b. Balanced scorecard memberikan peluang untuk merumuskan
faktor-faktor kunci penentu keberhasilan melalui konsep strategic map, baik
yang tangible maupun intangible.
c. Balanced scorecard menghubungkan logika antara strategi dan kinerja.
Konsep ini memungkinan organisasi yang mengaitkan strategi yang
dibangun dengan proses penerapannya. Proses itu pun dapat dipantau
tingkat pencapaiannya dengan menyimak Key P erformance Indicator
(KPI) di tiap perspektif.
d. Dalam balanced scorecard dikenal dengan istilah hubungan sebab
akibat. Setiap perspektif mempunyai serangkaian sasaran strategik
yang kemudian dijelaskan hubungan sebab akibatnya. Hal tersebut
menjadikan konsep ini memiliki sifat konherensi di antara
variabel-variabel pemicu pertumbuhan. Masing-masing pelaku organisasi
mendapat gambaran yang jelas tentang tanggung jawab mereka dalam
mencapai sukses dan keterkaitannya satu sama lain dalam organisasi
secara keseluruhan. Maka dari itu, setiap pelaku organisasi akan
berupaya meningkatkan kerja sama tim, karena keberhasilan satu
bagian akan mempengaruhi bagian lain.
e. Oleh karena balanced scorecard menerjemahkan strategi ke dalam
inisiatif-inisiatif strategik yang konkrit, maka organisasi dapat
memanfaatkannya sebagai rujukan dalam menyusun anggaran yang
terkait dengan strategi. Organisasi dapat mengetahui kegiatan apa saja
mengalokasikan sumber daya yang cocok untuk dimasukkan dalam
anggaran.
C. Balanced Scorecard untuk Organisasi Publik
Pada awalnya balanced scorecard didesain untuk organisasi bisnis
yang bergerak di sektor swasta, namun pada perkembangannya balanced
scorecard dapat diterapkan pada organisasi sektor publik dan organisasi
nonprofit lainnya. Tujuan organisasi sektor publik adalah maksimisasi
pelayanan publik. Manajer pada sektor swasta berfokus pada
ukuran-ukuran kuantitatif-finansial, misalnya laba bersih, laba per lembar saham,
ROI, dan sebagainya (Mahmudi, 2011). Rumah Sakit Umum Daerah yang
merupakan bagian dari instansi pemerintah merupakan pure nonprofit
organizations, sehingga balanced scorecard dapat diterapkan dengan
memodifikasi perspektif pelanggan ditempatkan di puncak, diikuti
perspektif finansial, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (Mahsun, 2006).
1. Perspektif Keuangan
Perspektif ini terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja
keuangan dengan cara meningkatkan pendapatan dan mengurangi
biaya (Mahmudi, 2011). Menurut Riyanto dalam Mahsun (2006)
Kinerja keuangan dapat diukur dari rasio laporan keuangan, antara lain
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan/organisasi dalam memenuhi kewajiban keuangannya
pada saat ditagih/kewajiban jangka pendek. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan, current ratio merupakan perbandingan antara
aset lancar dengan kewajiban lancar, dengan rumus sebagai
berikut.
Current ratio =
x 100%
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan/organisasi dalam memenuhi kewajiban keuangannya
baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio yang
dipakai untuk mengukur solvabilitas rumah sakit adalah rasio
modal sendiri terhadap total aset (Hartati, 2012). Rasio ini
menjelaskan besarnya pembiayaan kekayaan total rumah sakit yang
dibiayai dari modal sendiri, dengan rumus sebagai berikut.
Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset =
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan/organisasi dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Rasio ini digunakan oleh rumah sakit untuk menganalisis
dalam berbagai bentuk aktiva antara lain periode perputaran
piutang dan perputaran total aset (Hartati, 2012).
1) Collection Period (Periode Perputaran Piutang)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
rasio ini untuk mengukur berapa lamanya dana ditanamkan
dalam piutang atau berapa lama penagihan piutang. Semakin
kecil rasio ini maka semakin baik, karena semakin cepat
piutang dilunasi/terkumpul.
Collection Period =
2) Total Assets Turnover (Perputaran Total Aset)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
rasio ini untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan
dalam aset berputar dalam satu tahun. Semakin besar rasio ini
maka semakin baik, karena semakin efektif rumah sakit
memanfaatkan keseluruhan hartanya untuk memperoleh
pendapatan.
Total Assets Turnover =
Menurut Permendagri No. 61 Tahun 2007 rumah sakit pemerintah
daerah yang berstatus BLUD, penilaian kinerja keuangannya dapat
diukur berdasarkan tingkat kemampuan BLUD dalam:
a. Memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang
b. Memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas)
c. Memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas)
d. Kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai
pengeluaran, biasa disebut dengan cost recovery rate (CRR).
Adapun rumus dari CRR sebagai berikut.
CRR =
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya (Hery,
2015). Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan rumah sakit yaitu Return on Equity (ROE). Return on
Equity merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui seberapa
jauh hasil yang diperoleh dari penanaman modal (Khoirunisa,
2014). Berikut persamaan menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Return on Equity =
2. Perspektif Pelanggan
Menurut Zeithaml, Parasuraman, dan Berry (dalam Hartati, 2012),
terdapat lima dimensi penentu kualitas layanan yang dinamakan
konsep Servqual. Kelima dimensi tersebut adalah:
a. Tangibles (wujud fisik) adalah bentuk fisik dari gedung, peralatan,
b. Reliabiity (keandalan) adalah kemampuan dalam
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
c. Responsiveness (daya tanggap) adalah kerelaan untuk mendorong
customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
d. Assurance (kepastian/jaminan) adalah pengetahuan dan kesopanan
para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan
kepercayaan kepada customers.
e. Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan
oleh providers kepada customers.
Maka dari itu, dalam penelitian ini pengukuran untuk perspektif
pelanggan akan diukur berdasarkan kelima dimensi yang sudah
dijelaskan tersebut.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Tujuan perspektif ini adalah membangun keunggulan organisasi
melalui perbaikan proses internal organisasi secara berkelanjutan.
Beberapa sasaran strategik pada perspektif ini misalnya peningkatan
proses layanan, perbaikan siklus layanan, peningkatan kapasitas
infrastruktur, pemutakhiran teknologi, dan pengintegrasian proses
layanan pelanggan.
Untuk dapat meningkatkan kinerja pada perspektif proses bisnis
internal, organisasi sektor publik perlu mengidentifikasi dan mengukur
kompetensi inti organisasi, mengindentifikasi proses pelayanan utama,
ukuran dan target kinerja. Identifikasi proses pelayanan diperlukan
untuk mengetahui tahap yang menyebabkan pelayanan yang lambat
dan proses yang tidak menambah nilai. Jika proses atau siklus utama
telah teridentifikasi, organisasi dapat melakukan penyederhanaan
siklus pelayanan dengan cara menghilangkan proses yang tidak
menambah nilai sehingga proses pelayanan menjadi lebih cepat
(Mahmudi, 2005).
Dalam penelitian ini untuk mengukur perspektif proses bisnis
internal akan dinilai dari proses, pelayanan, sarana dan prasarana, serta
kualitas.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Beberapa sasaran strategik untuk perspektif ini antara lain
peningkatan keahlian pegawai, peningkatan komitmen pegawai,
peningkatan kemampuan membangun jaringan, dan peningkatan
motivasi pegawai (Mahmudi, 2011). Sasaran strategik ini sejalan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah
faktor kemampuan dan faktor motivasi, dengan uraian sebagai berikut
(Keith Davis dalam Hartati, 2012).
a. Kemampuan
Kemampuan pegawai dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan
keterampilan (Keith Davis dalam Hartati, 2012). Secara psikologis,
kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan
di atas rata-rata dengan pendidikan dan pengetahuan yang
memadai untuk menjalankan pekerjaan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
mencapai kinerja (prestasi) yang diharapkan.
b. Motivasi
Pegawai mempunyai energi potensial. Bagaimana
energi-energi dilepaskan tergantung kekuatan dorongan motivasi
seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan
dimanfaatkan oleh pegawai karena didorong oleh motif, harapan,
dan insentif. Pengertian dari motif, harapan, dan insentif sebagai
berikut (a) Motif merupakan suatu perangsang keinginan dan daya
penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai
tujuan tertentu yang ingin dicapai, (b) Harapan merupakan suatu
kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk
tercapainya tujuan, (c) Insentif merupakan memotivasi
(merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan)
kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan
demikian semangat kerja bawahan akan meningkat karena
umumnya manusia senang menerima yang baik-baik Mc. Clelland
(1961 dalam Hartati, 2012).
Jadi, bisa dikatakan bahwa peningkatan kemampuan pegawai dan
motivasi pegawai merupakan variabel penting dalam menambah nilai
kemampuan pegawai dan motivasi pegawai digunakan dalam
mengukur perspektif pembelaaran dan pertumbuhan.
D. Karakteristik Badan Layanan Umum Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1981/MENKES/SK/XII/2010, BLU rumah sakit memiliki karakteristik,
sebagai berikut:
1. BLU rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip efisiensi dan
produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang etis dan sehat, serta
tidak semata-mata mencari keuntungan.
2. BLU rumah sakit merupakan unit pelaksana teknis Kementerian
Kesehatan yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan
kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan
serta usaha lain dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.
3. Untuk mendukung pembiayaan kegiatan sesuai dengan tugas dan
wewenangnya, BLU rumah sakit:
a. Dapat menerima bantuan dan atau subsidi yang berasal dari
b. Berhak menerima pembayaran hasil jasa pelayanan, pendidikan,
dan penelitian di bidang kesehatan serta hasil usaha-usaha lain
yang sah;
c. Dapat menerima hasil kerja sama dengan pihak lain yang terkait;
d. Penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan jasa yang diberikan
BLU rumah sakit merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNPB).
4. Dalam rangka pengembangan usaha, BLU rumah sakit dapat:
a. Menerima hibah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku;
b. Menerima pinjaman dari bank, lembaga keuangan lain dan atau
pinjaman dari luar negeri berdasarkan usulan BLU atas persetujuan
Menteri Keuangan; dan
c. Bekerja sama dengan lembaga lain yang mempunyai keterkaitan
fungsi.
5. Kekayaan BLU rumah sakit merupakan kekayaan Negara yang tidak
dipisahkan, yang dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
membiayai kegiatan operasional BLU rumah sakit.
6. Modal BLU rumah sakit tidak terbagi atas saham-saham.
E. Penelitian Terdahulu
Penulis telah mempelajari beberapa penelitian yang terkait dengan
pengukuran kinerja sektor publik menggunakan metode Balanced
1. Pada tahun 2012, Hartati melakukan penelitian mengenai penilaian
kinerja RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan menggunakan metode
Balanced Scorecard. Hasil dari penelitian Hartati tersebut yaitu: (1)
pengolahan jawaban kuesioner responden pada perspektif pelanggan
menggunakan uji normaitas, distribusi frekuensi, dan nilai rata-rata.
Pada penilaian masing-masing variabel perspektif pelanggan, total
nilai secara keseluruhan perspektif pelanggan sebesar 3,74. Nilai
tersebut masuk dalam kategori cukup baik, (2) pengukuran kinerja
perspektif keuangan didasarkan pada laporan keuangan RSUD Dr.
Moewardi tahun 2010. Dari laporan keuangan neraca dan laporan
operasional, untuk perspektif keuangan dilakukan penghitungan rasio
likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan cost recovery rate (CRR), (3)
pengolahan jawaban kuesioner responden pada perspektif proses bisnis
internal menggunakan uji normalitas, distribusi frekuensi, dan nilai
rata-rata. Pada penilaian masing-masing variabel, secara keseluruhan
nilai kinerja perspektif proses bisnis internal sebesar 3,79, yang dapat
dikategorikan cukup baik, (4) pengolahan jawaban kuesioner
responden pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
menggunakan uji normalitas, distribusi frekuensi, dan nilai rata-rata.
Berdasarkan distribusi jawaban responden masing-masing variabel
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perhitungan nilai
keseluruhan sebesar 3,90. Nilai tersebut masuk dalam kategori cukup
kuantitatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menganalisis data
ordinal dari hasil jawaban kuesioner responden dan data-data angka
(rasio) yang diperoleh dalam pengumpulan data. Setelah data
dianalisis, kemudian hasilnya dipaparkan secara deskriptif.
2. Pada tahun 2015, Bunga Putri Gemilang melakukan penelitian
mengenai kinerja Rumah Sakit Palang Biru Gombong menggunakan
balanced scorecard. Hasil penelitian dari Bunga Putri Gemilang, yaitu:
(1) perspektif pelanggan dianalisis menggunakan Multiatribute
Attitude Model (MAM) dengan menggunakan tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit. Hasil perhitungan
sikap pelanggan atau pasien secara keseluruhan sebesar 66,7 yang
berada di range 0 – 80, sehingga menunjukkan hasil sangat puas, (2)
perspektif keuangan dianalisis dengan menggunakan value for money.
Hasil perhitungan rasio ekonomis menunjukkan angka 124%, angka
tersebut di atas 100%, artinya kinerja rumah sakit sangat tidak
ekonomis. Hasil perhitungan rasio efektivitas menunjukkan angka
123%, angka tersebut di atas 100% artinya kinerja keuangan rumah
sakit sangat efektif. Rasio efisiensi menunjukkan angka 99%, angka
tersebut di bawah 100% artinya kinera keuangan rumah sakit cukup
efisien, (3) perspektif proses bisnis internal dianalisis menggunakan
MAM dan hasil perhitungan sikap kepala bagian dan kasubag secara
keseluruhan diperoleh hasil sebesar 208,2. Nilai tersebut berada di
pembelajaran dan pertumbuhan dianaisis dengan cara yang sama yaitu
MAM dan hasil perhitungan sikap karyawan secara keseuruhan
diperoeh hasil sebesar 60,69. Nilai tersebut berada di range 0 – 80,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus merupakan
penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam
suatu waktu dan kegiatan, serta mengumpulkan informasi yang rinci dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama suatu periode
tertentu (Hermawan, 2009). Penelitian akan dilakukan di RSUD Sleman.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini, yaitu:
a. Kepala bagian dan kasubag RSUD Sleman diantaranya, Kabag Tata
Usaha, Kasie Keperawatan, Kasie Pelayanan Medik, Kasubbag Umum
dan Rumah Tangga, Kasuubag Keuangan dan Akuntansi, Kasuubag
Perencanaan dan Evaluasi, Kasuubag Kepegawaian, dan Koordinator
Diklat Non Medik.
b. Karyawan RSUD Sleman.
c. Pelanggan atau pasien rawat jalan RSUD Sleman.
2. Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kuesioner untuk kepala bagian dan kepala sub bagian (kasubag),
karyawan, dan pelanggan atau pasien rawat jalan RSUD Sleman.
b. Profil SKPD tahun 2014.
c. Neraca dan Laporan Surplus Defisit RSUD Sleman tahun 2012 – 2015.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1981/MENKES/SK.XII/2010.
e. Peraturan Bupati Sleman Nomor 11 Tahun 2013.
C. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi
Penelitian ini akan menggunakan empat variabel yang terdapat di
dalam perspektif balanced scorecard dan dengan definisi operasional
sebagai berikut:
1. Perspektif Pelanggan
Perspektif ini menggunakan 5 dimensi dalam penilaiannya, antara
lain tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty
(Hartati, 2012).
a. Tangibles merupakan bentuk fisik dari gedung, peralatan, para
pegawai dan fasilitas-fasilitas yang dilihat dan dirasakan
pengunjung atau pasien rumah sakit. Aspek ini meliputi:
1) Peralatan operasional rumah sakit yang baik.
2) Kejelasan papan petunjuk/informasi pelayanan.
3) Ketersediaan fasilitas pendukung rumah sakit di lingkungan
rumah sakit.
4) Kenyamanan dan kebersihan ruang tunggu pelayanan.
b. Reliability merupakan kemampuan pegawai rumah sakit dalam
memberikan pelayanan secara akurat dan terpercaya. Aspek ini
meliputi:
1) Kecepatan dan kemudahan dalam memberikan prosedur
pelayanan.
c. Responsiveness merupakan ketanggapan dan kerelaan para
pegawai rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Aspek ini meliputi:
1) Petugas segera memberikan bantuan bila dibutuhkan pasien.
2) Tanggapan positif terhadap keluhan pasien.
3) Kejelasan penyampaian informasi kepada pasien.
d. Assurance merupakan pengetahuan dan kesopanan para pegawai
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Aspek
ini meliputi:
1) Perilaku petugas menimbulkan rasa aman dan percaya.
2) Keramahan dan kesopanan petugas daam memberikan
pelayanan kepada pasien.
3) Keterampilan para dokter, perawat, dan petugas lainnya dalam
melayani pasien.
e. Emphaty merupakan perlakuan atau perhatian pribadi yang
diberikan oleh para pegawai rumah sakit kepada pasien. Aspek ini
meliputi:
1) Pemberian informasi kepada pasien apabila ada hal baru dalam
pelayanan kesehatan.
2) Ketersediaan waktu bagi pasien/keluarga pasien untuk
2. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal diukur berdasarkan tiga variabel
(Hartati, 2012):
a. Sarana dan prasarana merupakan variabel yang menggambarkan
sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit dalam mendukung
kegiatan operasional rumah sakit. Aspek ini meliputi prasarana
yang tersedia dalam kondisi baik untuk menunjang efisiensi dan
keefektivitasan bekerja.
b. Proses merupakan variabel yang menggambarkan kemampuan
pegawai rumah sakit dalam menjalankan rangkaian kegiatan
pelayanannya.
1) Target dan waktu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
kemampuan pegawai.
2) Pegawai mampu mengatasi hambatan dalam pekerjaan.
c. Pelayanan merupakan variabel yang menggambarkan kemampuan
pegawai rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Aspek ini meliputi pegawai yang mampu memberikan
pelayanan sesuai dengan prosedur.
d. Kualitas merupakan variabel yang menggambarkan kualitas
pegawai rumah sakit dalam memberikan pelayanan.
1) Pegawai rumah sakit mempunyai kemampuan sesuai
kebutuhan.
2) Pegawai rumah sakit mempunyai keterampian yang kompeten
3) Tingkat kesalahan dalam pekerjaan yang dilakukan pegawai
rumah sakit rendah.
3. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki dua variabel
(Hartati, 2012):
a. Kemampuan merupakan variabel yang menggambarkan tingkat
kepuasan pegawai atas kebijakan-kebijakan yang diambil
manajemen rumah sakit dalam meingkatkan keterampilan dan
pengetahuan pegawai. Aspek ini meliputi:
1) Kesempatan diklat bagi pegawai.
2) Lingkungan kerja yang kondusif untuk belajar pekerjaan yang
baru.
3) Adanya pengarahan tugas pokok dan fungsi.
4) Pengarahan yang jelas sebelum melaksanakan tugas.
5) Kesempatan mengembangkan bakat dan prakarsa.
b. Motivasi merupakan variabel yang menggambarkan tingkat
kepuasan pegawai atas kebijakan-kebijakan manajemen dalam
meningkatkan motivasi kerja pegawai rumah sakit. Aspek ini
meliputi:
1) Tunjangan sesuai tanggung jawab dan profesionalisme.
2) Promosi berjalan baik sesuai dengan kebutuhan.
3) Ruangan kerja nyaman dan memadai.
4) Pimpinan memberikan motivasi dan contoh baik kepada
5) Keterbukaan dalam menyampaikan pendapat.
6) Teguran kepada pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan
standar pelayanan.
7) Kerjasama antar tim maupun antar bagian dalam
menyelesaikan pekerjaan berjalan dengan baik.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Kuesioner akan dibagikan kepada pelanggan atau pasien,
karyawan, dan kepala bagian dan kasubag. Teknik yang digunakan
dalam pengambilan sampel adalah samping insidental. Menurut
Sugiyono (2010) sampling insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan pengumpulan dan pengambilan
data yang dibutuhkan untuk menilai perspektif pelanggan, keuangan,
proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Data yang
dibutuhkan adalah laporan keuangan RSUD Sleman tahun 2012
3. Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengkonfirmasi hasil
kuesioner yang telah dibagikan dan untuk mengetahui kondisi apa saja
yang berhubungan dengan rumah sakit. Wawancara ini dilakukan
kepada Kabag Tata Usaha dan Kasuubag Keuangan dan Akuntansi.
E. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi dibagi menjadi tiga
populasi yang digunakan, antara lain populasi pasien RSUD Sleman,
populasi kepala bagian rumah sakit, dan populasi karyawan selain kepala
bagian rumah sakit.
1. Populasi pasien digunakan untuk menilai perspektif pelanggan. Sampel
yang diambil sebanyak 52 responden dikarenakan dari 70 kuesioner
yang dibagikan, kuesioner yang kembali dan dapat diolah hanya
sejumlah 52 responden.
Adapun kebijakan yang diambil untuk pengisian kuesioner bagi pasien,
antara lain:
a. Pasien yang diberikan kuesioner terdiri dari pasien rawat jalan.
b. Bagi pasien yang tidak memungkinkan untuk mengisi kuesioner,
maka dapat diwakili oleh orang yang merawat pasien secara
intensif.
c. Bagi pasien anak-anak maka responden adalah orang tua atau wali
2. Populasi kepala bagian dan kasubag digunakan untuk menilai
perspektif proses bisnis internal. Jumlah Kepala Bidang, Kasubag,
Kepala Seksi sebanyak 11 orang, oleh karena yang bersedia
mengisikan kuesioner hanya 8 responden, maka jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 8 responden.
3. Populasi karyawan selain kepala bagian dan kasubag digunakan untuk
menilai kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Sampel
yang digunakan berjumlah 31 responden dikarenakan dari 40
kuesioner yang dibagikan, hanya 31 kuesioner yang kembali dan dapat
diolah.
F. Pengujian Instrumen Penelitian
a) Uji validitas yang dipilih yaitu validitas konstruk (Constuct Validity),
dimana suatu instrumen penelitian dikatakan valid, bila koefisien
korelasi product moment melebihi 0,3 (Soegiyono, 2009). Dalam
penelitian ini validitas instrumen penelitian akan dihitung
menggunakan SPSS versi 20.
b) Uji reliabilitas yang digunakan yaitu Teknik Cronbach Alpha.
Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas (r11) >
0,6. Dalam penelitian ini reliabilitas instrumen penelitian akan dihitung
Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 – 0,40 Agak Reliabel
> 0,40 – 0,60 Cukup Reliabel
> 0,60 – 0,80 Reliabel
> 0,80 – 1,00 Sangat Reliabel
G. Teknik Analisis Data
Untuk mencapai rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti,
maka dengan data-data yang telah terkumpul kemudian peneliti akan
melakukan analisis data. Adapun metode yang digunakan untuk
menganalisis data adalah sebagai berikut:
a) Perspektif Keuangan
Teknik analisis data untuk menilai perspektif keuangan dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dan Cost Recovery Rate (CRR).
Tabel 3.2 Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan
No. Tolok Ukur Cara Pengukuran
1. Current Ratio
2. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset
Setelah mendapatkan nilai masing-masing tolok ukur kinerja
perspektif keuangan, kemudian hasilnya dibandingkan setiap tahunnya.
b) Perspektif Pelanggan
Pada perspektif pelanggan, dalam menganalisis datanya dari hasil
pengolahan kuesioner pelanggan dengan metode Multiattribute
Attitude Model (MAM). Metode ini menilai sikap secara keseluruhan.
Adapun cara perhitungannya sebagai berikut:
1. Membuat tabel skala likert 1-5 baik untuk kolom ideal maupun
belief.
Tabel 3.3 Skala Pengukuran Kuesioner Perspektif Pelanggan
Skala Kategori
5 Sangat Puas
4 Puas
3 Cukup Puas
2 Tidak Puas
1 Sangat Tidak Puas
2. Mencari nilai ideal dan belief dengan cara:
a. Nilai ideal = skor x jumlah absolut ideal pada masing-masing
alternatif jawaban.
b. Nilai belief = skor x jumlah absolut belief pada masing-masing
alternatif jawaban.
Kemudian nilai ideal dan belief rata-rata:
a. Nilai ideal rata-rata =
3. Menghitung kesenjangan rata-rata nilai ideal dengan nilai belief,
dengan cara mengurangkan rata-rata nilai ideal dengan rata-rata
nilai belief.
4. Menghitung rata-rata kesenjangan nilai ideal dengan nilai belief
dari masing-masing atribut. Perhitungan ini untuk mengetahui
atribut yang paling mendekati keinginan pelanggan.
5. Menghitung total nilai dari masing-masing atribut yang sudah
dirangking. Urutan pertama akan diberi skor 5, kedua diberi skor 4,
ketiga diberi skor 3, keempat diberi skor 2, dan kelima diberi skor
1. Kemudian dicari skor totalnya.
6. Menghitung bobot nilai masing-masing atribut dari perhitungan
urutan prioritas tersebut, dengan cara:
Wi =
x 100%
7. Menghitung sikap pelanggan secara keseluruhan dengan rumus:
∑
Keterangan:
Ab = sikap seseorang secara keseluruhan terhadap suatu objek
Wi = bobot rata-rata yang diberikan responden terhadap atribut
Ii = nilai ideal rata-rata pelanggan pada atribut i
Xib = nilai belief rata-rata pelanggan pada atribut i
8. Membuat range nilai dari skala likert yang ada. Dengan cara (sikap
– 1) x 100 dan hasilnya (5 – 1) x 100 = 400. Kemudian nilai 400
tersebut dibagi menjadi 5 bagian.
0 80 160 240 320 400
Keterangan:
0 – 80 = Sangat Puas (Kinerja Sangat Baik) 80 – 160 = Puas (Kinerja Baik)
160 – 240 = Cukup Puas (Kinerja Cukup Baik) 240 – 320 = Tidak Puas (Kinerja Tidak Baik)
320 – 400 = Sangat Tidak Puas (Kinerja Sangat Tidak Puas)
Tingkat kepuasan yang terdapat dalam penilaian sikap secara
keseluruhan menunjukkan kinerja rumah sakit, sehingga hasil
perhitungan menunjukkan angka yang mendekati 0 maka kinerja
rumah sakit menunjukkan hasil yang baik. Begitu juga sebaliknya.
c) Perspektif Proses Bisnis Internal
Adapun cara perhitungannya sebagai berikut:
1. Membuat tabel skala likert 1-5 baik untuk kolom ideal maupun
untuk kolom belief.
Tabel 3.4 Skala Pengukuran Kuesioner Perspektif Proses Bisnis Internal
Skala Kategori
5 Sangat Puas
4 Puas
3 Cukup Puas
2 Tidak Puas
2. Mencari nilai ideal dan belief dengan cara:
a. Nilai ideal = skor x jumlah absolut ideal pada masing-masing
alternatif jawaban.
b. Nilai belief = skor x jumlah absolut belief pada masing-masing
alternatif jawaban
Kemudian nilai ideal dan belief rata-rata:
a. Nilai ideal rata-rata =
b. Nilai belief rata-rata =
3. Menghitung kesenjangan rata-rata nilai ideal dengan nilai belief,
dengan cara mengurangkan rata-rata nilai ideal dengan rata-rata
nilai belief.
4. Menghitung rata-rata kesenjangan nilai ideal dengan nilai belief
dari masing-masing atribut.
5. Menghitung total nilai dari masing-masing atribut yang sudah
dirangking. Urutan pertama akan diberi skor 3, kedua diberi skor 2,
dan ketiga diberi skor 1. Kemudian dicari skor totalnya.
6. Menghitung bobot nilai masing-masing atribut dari perhitungan
urutan prioritas tersebut dengan cara:
Wi =
7. Menghitung sikap kepala bagian dan kasubag secara keseluruhan.
Menggunakan rumus:
∑
Keterangan:
Ab = sikap seseorang secara keseluruhan terhadap suatu objek
Wi = bobot rata-rata yang diberikan responden terhadap atribut
Ii = nilai ideal rata-rata kepala bagian dan kasubag pada atribut i
Xib = nilai belief rata-rata kepala bagian dan kasubag pada atribut i
n = jumlah atribut
8. Membuat range nilai dari skala likert yang ada. Dengan cara (sikap
– 1) x 100 dan hasilnya (5 – 1) x 100 = 400. Kemudian nilai 400
tersebut dibagi menjadi 5 bagian.
0 80 160 240 320 400
Keterangan:
0 – 80 = Sangat Puas (Kinerja Sangat Baik) 80 – 160 = Puas (Kinerja Baik)
160 – 240 = Cukup Puas (Kinerja Cukup Baik) 240 – 320 = Tidak Puas (Kinerja Tidak Baik)
320 – 400 = Sangat Tidak Puas (Kinerja Sangat Tidak Baik)
Tingkat kepuasan yang terdapat dalam penliaian sikap secara
keseluruhan menunjukkan kinerja rumah sakit. Sehingga, jika hasil
perhitungan menunjukkan angka yang mendekati 0, maka kinerja
d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Adapun cara perhitungannya sebagai berikut:
1. Membuat tabel skala likert 1-5 baik untuk kolom ideal maupun
untuk kolom belief.
Tabel 3.5 Skala Pengukuran Kuesioner Perspektif Pertumbuhan dan Perkembangan
Skala Kategori
5 Sangat Puas
4 Puas
3 Cukup Puas
2 Tidak Puas
1 Sangat Tidak Puas
2. Mencari nilai ideal dan belief dengan cara:
a. Nilai ideal = skor x jumlah absolut ideal pada masing-masing
alternatif jawaban.
b. Nilai belief = skor x jumlah absolut belief pada masing-masing
alternatif jawaban.
Kemudian nilai ideal dan belief rata-rata:
a. Nilai ideal rata-rata =
b. Nilai belief rata-rata =
3. Menghitung kesenjangan rata-rata nilai ideal dengan nilai belief,
dengan cara mengurangkan rata-rata nilai ideal dengan rata-rata
nilai belief.
4. Menghitung rata-rata kesenjangan nilai ideal dengan nilai belief
5. Menghitung total nilai dari masing-masing atribut yang sudah
dirangking. Urutan pertama akan diberi skor 3, kedua diberi skor 2,
dan ketiga diberi skor 1. Kemudian dicari skor totalnya.
6. Menghitung bobot nilai masing-masing atribut dari perhitungan
urutan prioritas tersebut dengan cara:
Wi =
x 100%
7. Menghitung sikap karyawan secara keseluruhan. Menggunakan
rumus:
∑
Keterangan:
Ab = sikap seseorang secara keseluruhan terhadap suatu objek
Wi = bobot rata-rata yang diberikan responden terhadap atribut
Ii = nilai ideal rata-rata karyawan pada atribut i
Xib = nilai belief rata-rata karyawan pada atribut i
n = jumlah atribut
8. Membuat range nilai dari skala likert yang ada. Dengan cara (sikap
– 1) x 100 dan hasilnya (5 – 1) x 100 = 400. Kemudian nilai 400
tersebut dibagi menjadi 5 bagian.
Keterangan:
0 – 80 = Sangat Puas (Kinerja Sangat Baik) 80 – 160 = Puas (Kinerja Baik)
160 – 240 = Cukup Puas (Kinerja Cukup Baik) 240 – 320 = Tidak Puas (Kinerja Tidak Baik)
320 – 400 = Sangat Tidak Puas (Kinerja Sangat Tidak Baik)
Tingkat kepuasan yang terdapat dalam penliaian sikap secara
keseluruhan menunjukkan kinerja rumah sakit. Sehingga, jika hasil
perhitungan menunjukkan angka yang mendekati 0, maka kinerja
rumah sakit menunjukkan hasil yang baik. Begitu juga sebaliknya.
e) Penentuan Kriteria Penilaian Kinerja Rumah Sakit secara Keseluruhan
Setelah mengetahui hasil analisis kuantitatif dan kualitatif, langkah
selanjutnya yaitu menilai kinerja RSUD Sleman secara keseluruhan
berdasarkan metode Balanced Scorecard. Kriteria baik dan buruk
kinerja rumah sakit secara keseluruhan yaitu sebagai berikut:
a. Kinerja sangat baik : jika 4 perspektif dinilai baik
b. Kinerja baik : jika 3 perspektif dinilai baik
c. Kinerja kurang baik : jika 2 perspektif dinilai baik
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Kinerja RSUD Sleman
Perspektif BSC Kriteria Keadaan
RSUD Sleman
Ket.
1. Perspektif Keuangan
Meningkatnya nilai current ratio
Meningkatnya nilai rasio modal sendiri terhadap total aset
Nilai collection period semakin singkat Meningkatnya nilai total assets turnover
Meningkatnya nilai cost recovery rate
Meningkatnya nilai return on equity
2. Perspektif Pelanggan
Meningkatnya kualitas wujud fisik dan fasilitas yang digunakan pelanggan (tangibles/wujud fisik), meningkatkan pelayanan yang akurat dan
terpercaya (reliability/kendala), meningkatkan ketanggapan dan kerelaan pelayanan
(responsiveness/daya tanggap), meningkatkan pengetahuan dan kesopanan dalam memberikan pelayanan (assurance/jaminan), dan meningkatkan perlakuan dan perhatian yang baik dalam
memberikan pelayanan (emphaty/empati) 3. Perspektif
Proses Bisnis Internal
Meningkatnya mutu sarana dan prasarana rumah sakit (sarana dan prasarana), meningkatkan mutu kemampuan pegawai dalam menjalankan tugas (proses), meningkatkan mutu pelayanan pegawai terhadap pasien (pelayanan), dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien (kualitas). 4. Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Meningkatnya kepuasan pegawai dalam memberikan keterampilan dan pengetahuan (kemampuan) dan meningkatkan kepuasan pegawai dalam memberikan motivasi kerja (motivasi).
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman saat ini merupakan Satuan
Kerja Organisasi Peringkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Sleman yang berlokasi di jalur strategis Jalan Raya
Yogyakarta-Magelang atau jalan Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo, Sleman.
RSUD Sleman yang sejak awal lebih dikenal sebagai “Rumah Sakit
Murangan” memiliki sejarah eksistensi yang panjang sejak zaman penjajahan
Belanda, Jepang hingga masa kemerdekaan. Pada zama Kolonial Belanda
dikenal pula sebagai Klinik Pabrik Gula di Medari, hingga kemudian sempat
dikenal pula sebagai Klinik Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, di Medari.
Akan tetapi semenjak Proklamasi kemerdekaan, masyarakat Kabupaten
Sleman, Kulon Progo, hingga Magelang wilayah timur lebih mengenal
sebagai “Rumah Sakit Murangan”. Bahkan, hingga sekarang meskipun nama
“RSUD Sleman” sudah ditetapkan sejak tahun 19, namun nama “Rumah Sakit
Murangan” lebih lekat bagi masyarakat stakeholder.
Tahun 1977 RSUD Sleman dinyatakan berdiri secara resmi sebagai
Rumah Sakit Umum Pemerintah dengan tipe D berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor: 01065/Kanwil/1977. Status tipe D ini dimiliki RSUD
Sleman selama lebih dari sepuluh tahun. Perubahan tipe/kelas D ke kelas C
diperoleh pada tanggal 15 Februari 1988. Setelah berjalan selama 13 tahun