• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 160 MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 160 MEDAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEK KIMIA FARMA 160 MEDAN

Idolasari Br Sitepu, S.Farm.

073202038

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

Idolasari Br Sitepu : Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 160 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 160 MEDAN

Disusun Oleh:

Idolasari Br Sitepu, S. Farm.

073202038

Disetujui Oleh:

Pembimbing,

Hendra Farma Johar, M.Si., Apt.

Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma 160 Medan

Disahkan Oleh : Dekan Fakultas Farmasi,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

NIP 131 283 716

(3)

RINGKASAN

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara tersendiri atan bersama-sama dalam suatu organisasi dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat.

Salah satu tempat pelayanan kesehatan adalah apotek. Apotek adalah salah satu bisnis eceran yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan. Apotek Kimia Farma merupakan apotek BUMN yang memberikan pelayana kesehatan kepada masyarakat.

Kepuasan pelanggan adalah hal yang sangat penting dalam dunia bisnis.

Oleh karena itu Apotek Kimia Farma 160 Medan telah melakukan survey kepuasan pelanggan dengan metode serqual. Responden yang digunakan 104 orang. Untuk lebih memuaskan pelanggan pada Apotek Kimia Farma 160, ada beberapa hal prioritas utama untuk diperbaiki, yaitu kelengkapan obat, konsultasi obat dan kenyamana menunggu. Hal-hal tersebut merupakan harapan terbesar para pelanggan Apotek Kimia Farma 160 Medan.

Terlalu banyaknya item obat yang beredar dipasaran dinilai menjadi salah satu hambatan utama dalam memenuhi kelengkapan obat di apotek. Konsultasi obat pada umumnya lebih cenderung ke dokter, sehinggga diharapkan apoteker dapat melayani konsultasi obat dengan baik dan meyakinkan. Apotek Kimia Farma berusaha memberikan pelayanan berdasarkan budaya perusaan yang ada, yang senantiasa memperhatikan kebutuhan dan memenuhi keinginan para

(4)

pelanggan. Apotek Kimia Farma 160 Medan sebaiknya memfungsikan kotak saran untuk pelanggan guna memuaskan memuaskan pelanggan melalui komplain.

(5)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Puji dan syukur Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Praktek Kerja Profesi dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 160 Medan.

Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi. Terlaksananya Praktek Kerja Profesi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hendra Farma Johar, M.Si., Apt., selaku Manager Bisnis PT. Kimia Farma Apotek Medan dan pembimbing, yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi, serta seluruh staf karyawan Apotek Kimia Farma 160 Medan yang telah memberi petunjuk dan bantuan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Wiryanto, MS., Apt. selaku koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas dan sarana kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

(6)

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik Bapak dan Ibu, serta laporan ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Mei 2008

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

RINGKASAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

II TINJAUAN UMUM APOTEK... 3

2.1 Apotek ... 3

2.2 Manajemen ... 4

2.3 Titik Impas/Break Evev Point (BEP)... 8

2.4 Manajemen Keuangan ... 9

2.5 Sumber Daya Manusia ... 10

2.6 Perpajakan ... 10

2.6.1 Pajak Penghasilan (PPh) ... 11

2.6.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 12

III KIMIA FARMA ... 13

3.1 Sejarah Kimia Farma ... 13

(8)

3.2 Bisnis Kimia Farma ... 13

3.2.1 Holding... 13

3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi) ... 15

3.2.3 Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan... 16

3.2.4 Anak Perusahaan... 17

3.2.4.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution ... 17

3.2.4.2 PT. Kimia Farma Apotek ... 19

3.3 Store Manager Apotek Kimia Farma ... 20

3.4 Apotek kimia Farma 160 Setia Budi Medan... 21

3.4.1 Sejarah dan lokasi ... 21

3.4.2 Pengadaan perbekalan farmasi dan kelengkapan produk... 22

3.4.2.1 Pembuatan Buku Defecta... 22

3.4.2.2 Perencanaan Pembelian... 22

3.4.2.3 Prosedur pembelian... 22

3.4.2.4 Prosedur Penerimaan Barang ... 23

3.4.2.5 Penyimpanan ... 23

3.4.2.6 Pelayanan ... 23

1.5 Kecepatan Pelayanan ... 24

IV KEPUASAN PELANGGAN ... 26

4.1 Kepuasan Pelanggan ... 26

4.2 Pentingnya Kepuasan Pelanggan ... 27

4.3 Pengukuran Kepuasan Pelanggan ... 30

4.4 Menetapkan TQM untuk Meningkatkan Kepuasan ... 34

(9)

4.5 Prinsip Unsur TQM ... 36

4.6 Menetapkan Budaya Kualitas ... 38

4.7 Dimensi Kualitas ... 40

V PELAYANAN RESEP DAN SWAMEDIKASI ... 43

5.1 Pelayanan Resep ... 43

5.2 Pelayanan Swamedikasi ... 58

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

6.1 Hasil ... 66

6.2 Perhitungan ... 67

6.3 Pembahasan ... 77

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

7.1 Kesimpulan ... 81

7.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Cartesius survei kepuasan pelanggan ... 77

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Apotek Kimia Farma yang Ada di Indonesia ... 20

2 Spesialite Obat Untuk Pasien Namira ... 33

3 Spesialite Obat Untuk Pasien Abdi ... 47

4 Spesialite Obat Untuk Pasien Novelli ... 50

5 Spesialite Obat Untuk Pasien Lenny... 53

6 Spesialite Obat Dari Kasus Maag ... 58

7 Spesialite Obat Dari Kasus Demam ... 59

8 Spesialite Obat Dari Kasus Jamuran ... 59

9 Spesialite Obat Dari Kasus Sariawan... 60

10 Spesialite Obat Dari Kasus Cacingan ... 61

11 Spesialite Obat Dari Kasus Mata ... 62

12 Spesialite Obat Dari Kasus Gatal-Gatal... 62

13 Spesialite Obat Dari Kasus Sembelit ... 63

14 Spesialite Obat Dari Kasus Sakit Gigi ... 64

15 Spesialite Obat Dari Kasus Anemia... 64

16 Data Mentah Penilaian Harapan Responden padaFaktor-faktor yang Mempengaruhi kepuasan Pelanggan ... 66

17 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap kecepatan pelayanan ... 67

(12)

18 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap keramahan

petugas ... 68 19 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap kelengkapan

obat... 68 20 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap cepat

tanggap ... 69 21 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap pemberian

solusi ... 69 22 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap pengetahuan dan

kecakapan... 69 23 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap komunikasi

efektif ... 70 24 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap informasi

obat... 70 25 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap konsultasi

obat... 71 26 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap kualitas

produk ... 71 27 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap kesesuaian

produk obat ... 71 28 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap perhatian

petugas ... 72

(13)

29 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap keamanan dan kenyaman ... 72 30 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap kenyamanan

menunggu... 73 31 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap eksterior dan

interior ... 73 32 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap kebersihan

apotek ... 74 33 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap pengetahuan

petugas mengenai obat-obatan dan khasiatnya ... 74 34 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap kerapihan

petugas ... 75 35 Tingkat kepentingan dan penilaian responden terhadap keseragaman

petugas ... 75

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

Untuk mengelola apotek dibutuhkan seorang apoteker sebagai tenaga profesional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melalukan pekerjaan kefarmasian, karena telah memiliki pengetahuan tentang obat-obatan serta managemen apotek mulai dari studi kelayakan hingga pengelolaan apotek.

PT Kimia Farma apotek adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT Kimia Farma tbk. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, seperti praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan). Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga apoteker yang bekerja fulltimer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

Berdasarkan itu, Praktek Kerja Profesi (PKP) dilakukan di Apotek Kimia Farma dalam rangka memberikan perbekalan, ketrampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung pengelolaan suatu apotik serta

(15)

melihat peran dan tugas Apoteker Pengelola Apotik (APA) dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek.

1.2 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma adalah :

a. Untuk mengetahui dan melihat fungsi dan peranan apotek Kimia Farma sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam memberikan pelayanan informasi obat.

b. Untuk mengetahui peranan Kimia Farma dalam menjalankan fungsinya yaitu fungsi bisnis dan sosial

c. Untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan dan tugas apoteker sebagai Apoteker Pengelola Apotek sehingga nantinya mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai apoteker pengelola apotek yang professional sesuai dengan kode etik

d. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 160 medan.

(16)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Apotek

Menurut Kepmenkes RI No 1332/Menkes/Sk/X/2002 tentang Perubahan Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Jadi apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan).

Bisnis eceran (retail) sendiri menurut Kamus Ekonomi Edisi kedua memiliki pengertian sebagai bisnis yang menyediakan satu jenis produk tertentu atau produk yang berbeda yang di jual kepada pemakai akhir (konsumen).

Sebagai perantara, apotek dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari pemasok kepada konsumen, memiliki 5 fungsi kegiatan yaitu kegiatan : pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan dan pembukuan. Sehingga agar dapat dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Peneglola Apotek (APA), disamping ilmu kefarmasian yang telah dikuasai, juga diperlukan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting).

Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga cara mengelola fungsi- fungsi manajemen dalam menyusun rencana kerja (planning) untuk mencapai

(17)

suatu tujuan. Karena untuk melaksanakan rencana kerja tidak mungkin dilakukan oleh satu fungsi, maka organisasi (apotek) membagi-bagi pekerjaan (organisation) yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap fungsi. Kemudian masing-masing fungsi melaksanakan rencana kerja (actuating) sesuai dengan fungsi pekerjaan dan sasaran yang akan dicapai. Umumnya fungsi pengawasan (controlling) dilakukan oleh fungsi pencatatan (accounting) (Umar, M, 2005).

2.2. Manajemen

Manajemen adalah istilah yang lebih dikenal saat ini baik oleh kalangan masyarakat, para professional ataupun kalangan perguruan tinggi. Ada beberapa definisi manajemen, diantaranya adalah :

a. Management is decision making; manajemen adalah pengambilan keputusan, yang dapat diartikan bagaimana pimpinan harus mengambil keputusan untuk menentukan misalnya pengembangan produk baru, memperluas usaha dengan membuat pabrik baru, dan lain-lain membuat strategi pemasaran bahkan dalam menerima ataupun mengeluarkan karyawan, melakukan hubungan dengan mitra bisnisnya, juga dengan pelanggan potensial dan berbagai pekerjaan yang lain (dapat dikatakan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan akan menggunakan bantuan/melalui orang lain).

b. Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapaintujuan organisasi (definisi

(18)

Perencanaan merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik. Sebelum perencanaan ditetapkan, umumnya didahului oleh prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan dating. Khusus menyangkut pengelolaan logistic, fungsi perencanaan mencakup kegiatan dalam menetapkan sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, garis-garis besar apa yang akan dituju dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan merupakan perincian dari fungsi perencanaan, bilamana perlu semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan terutama menyangkut keterbatasan organisasi. Dalam penentuan kebutuhan adalah menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah kebutuhan persediaan barang/obat perjenisnya di apotek atau rumah sakit.

Penentuan kebutuhan dapat dikatakan adalah merupakan perincian yang kongkrit dan detail dari perencanaan logistik.

Fungsi penganggaran adalah menyangkut kegiatan-kegiatan dan usaha- usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar yaitu dengan skala mata uang (Dollar, Rupiah, dan lain-lain).

Para pelanggan selalu berharap menemukan apa yang mereka cari disetiap toko. Jika pilihan A tidak ada, mungkin mereka akan melihat pilihan B. Selain itu, mungkin mereka juga akan membeli barang lain yang yang tadinya tidak direncanakan. Kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat beragam, dan toko diharapkan dapat memenuhinya. Untuk dapat memuaskan harapan-harapan di

(19)

atas, fungsi operasional setiap toko harus saling terkoordinasi secara rapi.

Perencanaan barang yang baik dapat memberikan keakuratan dalam menentukan apa yang sebaiknya kita beli, bagaimana menyimpannya, kapan barang itu datang, kapan membeli lagi atau bagaimana kita memajangnya.

Fungsi pengadaan adalah merupakan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan (dengan peramalan yang baik), maupun penganggaran. Di dalam pengadaan dilakukan proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan fungsi kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi penganggaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam fungsi pengadaan adalah pengadaan tersebut haruslah memenuhi syarat, yaitu :

a. Doelmatig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana.

Haruslah sesuai kebutuhan yang sudah direncanakan sebelumnya.

b. Rechmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

Untuk pengadaan obat, WHO memperkenalkan system VEN (Vital, Esensial, Non Esensial), dengan mengatur pengadaan dari hanya item-item

“V”, kemudian item-item “E”, yang apabila diperlukan, tentukan dengan tepat prioritas dantar item-item tersebut dan akhirnya apabila dana yang tidak dialokasikan tersisa/tersedia, diatur untuk pengadaan item-item “N”.

Perlu diingat bahwa VEN untuk tiap Negara akan berbeda penggolongannya.

(20)

c. Wetmatig, artinya system/cara pengadaan haruslah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Pengendalian persediaan adalah berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan persediaan bahan-bahan agar dapat menjamin kelancaran proses persediaan obat di apotek, serta menjamin kelancaran pelayanan terhadap pasien secara efektif dan efisien. Dalam pemesanan perlu ditentukan bagaimana cara pemesanannya, berapa jumlah yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis dan kapan pemesanan tersebut dilakukan. Sedangkan dalam penyimpanan perlu ditentukan berapa besarnya persediaan pengaman yang merupakan persediaan minimum, besarnya persediaan pada waktu pemesanan kembali dilakukan dan berapa besarnya persediaan maksimum.

Kegiatan dari penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan yang dilakukan secara mendasar adalah sebagai berikut :

a. Menerima barang dan dokumen-dokumen pendukungnya.

b. Memeriksa barang dengan dokumen-dokumen yang bersangkutan.

c. Menyimpan barang sesuai dengan ketentuan.

d. Memeriksa (secara berkala) dan menjaga barang dari kerusakan/hilang yang merupakan fungsi pemeliharaan dan pengendalian.

e. Memilih dan melakukan pengepakan untuk persiapan pengiriman barang dan menyiapkan dokumen-dokumennya.

f. Mengirim barang dengan dokumen-dokumen pendukungnya dan mengarsipkannya.

g. Mengadministrasikan ke luar masuknya barang dengan tertib.

(21)

h. Menjaga kebersihan dan kerapian ruang kerja dan tempat penyimpanan.

Pencatatan dalam persediaan adalah untuk menjamin barang yang ada dalam persediaan dipergunakan secara efisien, maka perlu dilakukan pencatatan- pencatatan atas persediaan barang tersebut. Pencatatan tersebut meliputi penerimaan, persediaan di gudang dan pengeluaran barang, barang pembantu, inventaris, dan lain-lain. Sistem pengawasan dengan pencatatan ini perlu selalu ditingkatkan untuk memenuhi usaha pengawasan yang optimal.

Pekerjaan memuaskan pelanggan hendaknya harus dijiwai oleh setiap karyawan disetiap bagian. Dengan demikian, semua karyawan harus berpikir bahwa apa pun yang dikerjakan, harus menjunjung tinggi pelayanan kepada pelanggan. Bagian gudang berpikir bagaimana pelanggan bisa puas dengan ketersediaan barang dengan biaya yang hemat. Bagian penjualan berpilir bahwa penjelasannya dapat mempercepat proses pengmbilan keputusan si pelanggan.

Bagian pembelian harus memuaskan pelanggan dengan pilihan barang yang sesuai dengan harga yang layak. Kasir harus berkonsentrasi, gesit, akurat dalam rangka mempercepat proses pembayaran dan mempercepat antrean. Bahkan, sampai direktur harus berpikir tentang pelayanan yang memuaskan pelanggan.

2.3. Titik Impas/Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah suatu titik yang menggambarkan bahwa keadaan kinerja usaha berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. BEP merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mnegetaui hubungan antara variable pendapatan, biaya, dan keuntungan yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu.

(22)

Apotek dikatakan Break-even apabila didalam laporan perhitungan laba ruginya pada periode tertentu, apotek tersebut tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. Dari analisa BEP, maka dapat diketahui pada volume (jumlah) penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan.

Dalam menghitung penjualan pada BEP dapat menggunakan beberapa rumus sebagai berikut:

BEP (Rp) =

p v F

− 1

Keterangan:

F = Biaya tetap V = Biaya variable P = Penjualan

Jadi, apabila diketahui jumlah biaya tetap, jumlah biaya variable serta penjualan maka penjualan BEP dapat diketahui.

2.4. Manajemen Keuangan

Laporan akuntansi keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang penting yang dapat digunakan oleh berbagai pihak sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Pembukuan adalah sistem pencatatan dan pengikhtisaran transaksi dagang dan keuangan serta penganalisaan, pembuktian dan pembuatan laporan.

Dalam melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan keuangan yang benar menurut sistem akuntansi Indonesia, maka fungsi tata usaha harus memperoleh penctatan yang sah. Jadi fungsi tata usaha dalam melaksanakan tugasnya memiliki 2 fungsi, yaitu:

(23)

a. Sebagai pelaksana fungsi pencatatan yaitu yang mencatat, memeriksa, membuat laporan dan mengarsipkan dokumen.

b. Sebagai pengendali, yaitu mengawasi dan mengendalikan jalannya sistem prosedur operasional yang berlaku pada setiap fungsi kegiatan yang ada.

Laporan akuntansi keuangan pada hakekatnya adalah berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengelola mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur kekayaan yang dimiliki, dari kondisi neraca pada aawal kegiatan perusahaan, sebagai akibat adanya kegiatan transaksi jual beli barang atau jasa selama pada kurun waktu tertentu.

2.5. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) dianggap sebagai aset termahal suatu perusahaan. Perusahaan memang akan semakin bergantung dengan kemampuan SDM-nya. Bahkan, sebagus apapun lokasi yang dimiliki, tidak akan menjamin bila perusahaan tidak didukung oleh SDM yang kuat. Jadi, kini SDM bukan sekedar aset, tapi juga pelan-pelan akan menjadi aset termahal, sekaligus juga yang terpenting.

Rekrutmen karyawan merupakan gerbang awal yang menentukan bagaimana selanjutnya mengelola SDM yang baik dan kemudian mempertahankannya. Untuk dapat mengelola SDM yang baik maka perlu dilakukan pelatihan dan pengembangan SDM.

2.6. Perpajakan

Apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran yang melakukan transaksi jual beli perbekalan farmasi secara langsung kepada konsumen atau pengguna akhir.

(24)

Mengingat dalam transaksi jual beli farmasi bertujuan untuk memperoleh laba, menggaji karyawan, menggunakan gedung, sarana transportasi, memasang papan nama, maka di apotek tredapat beberapa jenis pajak yang harus disetorkan ke kas negara.

Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya atau penghasilannya kepada negara menurut Peraturan Perundang-Undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat. Jenis-jenis pajak yang harus disetorkan ke kas negara antara lain, yaitu:

a. Pajak yang dipungut oleh negara (Pemerintah Pusat) yaitu:

- Pajak Penghasilan (PPh)

- Pajak Pertambahan Nilai (PPN) - Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) b. Pajak yang dipungut oleh daerah, yaitu

- Pajak reklame/iklan (papan nama apotek) - Surat Keterangan Tempat Izin Usaha (SKTIU) 2.6.1. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh pasal 21 adalah pajak atas gaji/upah/honorarium, imbalan jasa dan lainnya yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang oleh pemberi kerja (majikan, bendaharawan pemerintah, perusahaan dan lain-lain) sehubungan dengan pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia.

(25)

2.6.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Undang-Undang PPN 1994 tarif PPN secara umum adalah 10%

untuk semua barang yang kena pajak. PPN yang disetorkan ke kas negara oleh pengusaha kena pajak merupakan selisih dari Pajak Pertambahan Nilai dari pajak masukan dan pajak keluaran. Dimana pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak.

(26)

BAB III KIMIA FARMA

3.1 Sejarah Kimia Farma

Kimia Farma merupakan pioneer dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co, perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan.

Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi Bhinneka Kimia Farma (PNF). Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 juli 2001, Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

3.2 Bisnis Kimia Farma 3.2.1 Holding

PT. Kimia Farma Tbk dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan jalur usaha pelayanan kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus Badan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kimia Farma berkomitment penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus

(27)

kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 19/2003 tentang BUMN.

PT. Kimia Farma Tbk., merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir yaitu: industri, marketing, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.

Budaya perusahaan ini mengandung tiga nilai utama : a. Profesionalisme

Profesionalisme merupakan nilai intelektual yang terwujud dalam bekerja lebih giat, cerdik dan kreatif serta jeli mengamati dan memanfaatkan peluang bisnis. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk diterapkan secara profesional dalam melaksanakan tugas menjadi komitmen untuk mencapai hasil tersebut.

b. Integritas

Totalitas dalam berkarya adalah budaya kerja kami, integritas merupakan nilai spiritual yang mempunyai makna kepercayaan, menekankan integritas sebagai landasan utama dalam menerapkan totalitas kerja dengan didukung ketulusan hati dan semangat untuk mempersembahkan yang terbaik bagi kesehatan masyarakat.

c. Kerja Sama

Kerja sama merupakan nilai emosional yang melandasi semangat kerja sama melalui keterbukaan dan kepercayaan, serta mensinergikan kemampuan tiap individu untuk saling melengkapi dalam membangun tim yang tangguh untuk mencapai sukses.

(28)

3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi)

Dengan dukungan kuat Riset & Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat, yaitu: Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001.

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunanya, rifampisin, obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirop, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini telah menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

Plant Semarang mengkhususkan diri pada minyak jarak, minyak nabati (bedak). Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan US-FDA Approval.

(29)

Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di Indonesia. Unit ini memproduksi yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirop, dan cairan obat luar/dalam. Unit ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9002 dan ISO-14001.

Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-4002 dan ISO-14001 ini meliputi tablet, krim, kapsul lunak, salep, sirop dan cairan obat luar/dalam.

3.2.3 Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan

Sejak tahun 2004, Kimia Farma mencanangkan perubahan arah bisnis dari perusahaan farmasi menjadi perusahaan pelayanaan kesehatan. Perubahan paradigma ini untuk mengantisipasi munculnya kesadaran baru di masyarakat, dari mengobati penyakit dan mengelola penyakit menjadi mencegah penyakit dan mengelola kesehatan. Oleh sebab itu, Kimia Farma melakukan pengembangan usaha baru yang meliputi Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan.

Menangkap peluang dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan, pembentukan unit usaha baru ini terutama ditujukan untuk memberikan layanan pemeriksaan Laboratorium Klinik dan Pemeriksaan

(30)

Mikrobiologi Industri. Layanan yang diberikan, yaitu: Pemeriksaan Atas Permintaan Sendiri (APS), Pemeriksaan Atas Permintaan Dokter (APD), Medical Check Up, pemeriksaan mikrobiologi industri dan pemeriksaan rujukan.

Sebagai salah satu upaya mewujudkan visi perusahaan menjadi Healthcare Company, maka Kimia Farma merintis infrastruktur bisnisnya memasuki usaha jaringan penyedia layanan kesehatan (klinik kesehatan) yang terpadu dan terintegrasi dengan membangun sistem informasi yang mendukung.

Klinik Kesehatan Kimia Farma dengan konsep one stop healthcare services menyediakan layanan klinik dokter yang didukung dengan layanan pemeriksan kesehatan (laboratorium), layanan farmasi (apotek) dan layanan pendukung lainnya.

Jasa layanan kesehatan yang akan diberikan meliputi konsultasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan layanan medical check up dan untuk perorangan dan perusahaan, serta perencanaan administrasi pelayanan kesehatan dan pengelolaan medical record untuk karyawan. Layanan tersebut diatas juga akan diupgrade sesuai dangan kebutuhan konsumen melalui layanan care service.

Klinik Kimia Farma ke depan dihadirkan oleh perusahaan sebagai suatu solusi total kesehatan.

3.2.4 Anak Perusahaan

3.2.4.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution

Dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003, dengan jalur usaha distribusi obat dan alat kesehatan. PT. Kimia Farma Trading & Distribution, sebagai anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Kimia Farma Trading &

(31)

Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan divisi yang bergerak di bidang yang sama, yaitu perdagangan dan distribusi. Oleh karena itu pengalamannya bukan baru satu tahun, tetapi sama dengan umur PT. Kimia Farma (Persero) Tbk sendiri.

Hampir sepanjang sejarahnya sejak sebagai Divisi PBF, perusahaan lebih menonjol dalam bidang perdagangan, terlihat dari data tahun ke tahun, komposisi penjualan kepada institusi baik melalui tender atau langsung, lebih dominan daripada penjualan reguler, yang mencerminkan kepada bisnis distribusi.

Di masa yang lalu, divisi/SBU PBF ini terfokus lebih banyak menyalurkan atau menjadi keagenan dari produk perusahaan induk, yaitu produk Kimia Farma sebagai satu satunya prinsipal. Setelah lahir menjadi anak perusahaan, serta melihat kondisi ke depan, perusahaan telah bertekad untuk merubah visi, tidak lagi hanya menyalurkan produk dari perusahaan induk, tetapi akan menyalurkan produk-produk prinsipal lain. Oleh karena itu, perusahaan telah merubah visinya akan menjadi perusahaan distributor pilihan utama bagi prinsipal. Visi ini mengandung arti ke depan perusahaan akan lebih fokus kepada penjualan reguler, tanpa meninggalkan penjualan kepada institusi/tender dan menjadi perusahaan distribusi multi prinsipal.

Jalur Usaha :

a. Jasa pelayanan distribusi produk Prinsipal Kimia Farma dan prinsipal Non Kimia Farma serta Non Prinsipal terdiri dari: Consumer Health Product (OTC Chemical, OTC Herbal, kosmetik, body care, food supplement), ethical, generik, lisensi, narkotika, kontrasepsi, bahan baku, alat kesehatan dan consumer goods.

(32)

b. Jasa Perdagangan atau Trading.

PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 41 cabang yang mendistribusikan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, baik yang diproduksi sendiri maupun yang diproduksi oleh pihak ketiga. Operasionalnya didukung dengan fasilitas pergudangan yang besar dan peralatan yang efisien serta armada transportasi yang terintegrasi dengan sistem informasi untuk mendukung

kelancaran pengiriman barang ke seluruh Indonesia.

3.2.4.2 PT. Kimia Farma Apotek

Dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Farmasi.

PT. Kimia Farma Apotek mengelola sebanyak 323 Apotek yang tersebar di seluruh tanah air, yang memimpin pasar di bidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19% dari total penjualan apotek di seluruh Indonesia.

Apotek kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.

PT. Kimia Farma Apotek, adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola Apotek-apotek milik perusahaan yang ada,

(33)

dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk.

Tabel 1. Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia :

No. Provinsi No. Provinsi

1. Bali 16. Kepulauan Bangka Belitung

2. Banten 17. Lampung

3. Bengkulu 18. Maluku

4. DIY 19. Maluku Utara

5. DKI 20. Nanggroe Aceh Darusalam

6. Gorontalo 21. NTB

7. Irian Jaya 22. NTT

8. Jambi 23. Riau

9. Jawa Barat 24. Sulawesi Selatan 10. Jawa Tengah 25. Sulawesi Tengah 11. Jawa Timur 26. Sulawesi Tenggara 12. Kalimantan Barat 27. Sulawesi Utara 13. Kalimantan Selatan 28. Sumatera Barat 14. Kalimantan Tengah 29. Sumatera Selatan 15. Kalimantan Timur 30. Sumatera Utara

(34)

3.3 Store Manager Apotek Kimia Farma Medan

Apotik Kimia Farma Medan memiliki 23 store yang tersebar di seluruh

sumatera yaitu : Kimia Farma Pel 2 R.S. Inalum, Kimia Farma Pel 14 R.S. Pirngadi, Kimia Farma 27 Palang merah Medan, Kimia Farma 28 Belawan,

Kimia Farma 29 P. Siantar, Kimia Farma 30 Tebing Tinggi, Kimia Farma pel 41 R.S. Tebing Tinggi, Kimia Farma 39 Sei Kambing Medan, Kimia Farma 41 Kaban Jahe, Kimia Farma Pel 54 RS. Rantau Prapat, Kimia Farma 84 Tanjung Balai, Kimia Farma 85 P. Siantar, Kimia Farma 90 Kisaran, Kimia Farma 106 Aksara Medan, Kimia Farma 107 Gatot Subroto 72 C Medan, Kimia Farma 160 Setia Budi Medan, Kimia Farma 162 Pematang Siantar, Kimia Farma 255 Sisingamangaraja Medan, Kimia Farma Basri Medan, Kimia Farma Namso P. Siantar, Kimia Farma 313 Padang Sidimpuan, Kimia Farma 96 Rantau Prapat, dan Kimia Farma 314 Binjai.

3.4 Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan 3.4.1 Sejarah dan Lokasi

Apotek Kimia Farma 160 berdiri pada tanggal 14 Februari 2001, bertempat di Jalan Setia Budi No. 140 A dan pada tanggal 01 Januari 2007 direlokasi ke jalan Setia Budi No. 102 Medan yang berada di daerah strategis karena terletak di daerah arus lalu lintas dua arah, mudah dijangkau kendaraan, terletak di pinggir jalan, dekat dengan pusat perbelanjaan dan rumah penduduk serta praktek dokter. Apotek Kimia Farma 160 juga bekerja sama dengan dokter yang praktek di ruangan-ruangan tersendiri di bangunan apotek.

(35)

Apotek Kimia Farma 160 merupakan apotek pelayanan, pengelolaannya dipimpin oleh seorang apoteker dan empat orang karyawan yang terdiri dari tiga orang asisten apoteker dan satu orang petugas penjualan bebas dan sekaligus menangani pembelian obat kredit.

3.4.2 Pengadaan Perbekalan Farmasi dan Kelengkapan Produk 3.4.2.1 Pembuatan Buku Defekta Barang

Pembuatan buku defekta barang dilakukan sebagai berikut: setiap hari petugas memeriksa barang yang kosong atau hampir habis, lalu melakukan pencatatan dalam buku defekta meliputi nama barang, dosis, satuan, dan jumlah yang dibutuhkan, kemudian menyerahkan buku defekta ke petugas pembelian.

3.4.2.2 Perencanaan Pembelian

Perencanaan pembelian dilakukan seminggu dua kali, kecuali barang- barang yang dibeli secara mendesak karena adanya permintaan pasien.

Perencanaan pembelian dilakukan sebagai berikut: petugas pengadaan menerima informasi mengenai kebutuhan perbekalan farmasi melalui defekta barang, kemudian petugas menetapkan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan defekta dengan memperhatikan jumlah kebetuhan per bulan.

3.4.2.3 Prosedur Pembelian

Prosedur pembelian di apotek Kimia Farma No. 160 dilakukan sebagai berikut: petugas membuat defekta mengenai kebutuhan perbekalan farmasi dan menyerahkannya ke bagian pengadaan di apotek Kimia Farma No. 160, lalu bagian pengadaan Kimia Farma No. 160 merekapitulasi defekta dan membuatnya dalam bentuk Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) dan dikirim kepada bagian

(36)

Pengadaan di BM Palang Merah, lalu bagian pengadaan di BM Palang Merah mengirim Surat Pemesanan (SP) kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF), kemudian PBF mengirim barang dan faktur kepada masing-masing Apotek Kimia Farma, dan barang diterima dan dicocokkan oleh petugas Kimia Farma.

3.4.2.4 Prosedur Penerimaan Barang

Penerimaan barang di apotek Kimia Farma No. 160 dilakukan sebagai berikut: petugas menerima barang dari pemasok disertai dengan Surat Pengantar Barang/Faktur (SPB/F), petugas memeriksa kesesuaian permintaan barang yang ada di SP dan SPB/F, petugas menandatangani dan membubuhkan stempel Kimia Farma No. 160 pada faktur asli. Faktur asli diserahkan kepada pemasok dan foto copy faktur sebagai pertinggal, kemudian petugas memberikan nomor urut barang, lalu petugas mencatat barang masuk pada kartu stok masing-masing barang.

3.4.2.5 Penyimpanan

Penyimpanan dapat dilakukan di etalase atau ruang peracikan.

Penyimpanan perbekalan farmasi di apotek Kimia Farma No.160 dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan efek farmokoliginya yang disusun menurut abjad dengan menggunakan prinsip FIFO (first in first out), yaitu obat yang lebih awal masuk dikeluarkan lebih dahulu.

Untuk obat generik penyimpanannya disusun berdasarkan abjad. Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus. Obat- obat yang penyimpanannya harus dibawah suhu kamar, disimpan dalam lemari pendingin.

(37)

3.4.2.6 Pelayanan

Pelayanan di Apotek Kimia Farma 160 sudah cukup baik karena melayani konsumen dengan ramah, sopan, santun, dan siap membantu selama konsumen berada di apotek. Pelayanan di Apotek Kimia Farma 160 telah memakai system komputerisasi sehingga memudahkan dalam pelayanan dan pengadaan barang.

Sistem komputerisasi yang digunakan sekaligus berperan sebagai mesin kasir.

Apotek Kimia Farma No.160 memberikan pelayanan khusus kepada konsumen yang tidak mendapatkan obat yang dibutuhkannya secara lansung.

Untuk kondisi seperti ini, maka petugas apotek akan mengantar obat tersebut ke alamat konsumen (delivery order). Terobosan ini memberikan hasil yang baik, pelanggan akan tetap datang untuk membeli perbekalan farmasi di apotek ini akan lebih meningkat dan image apotek yang mengutamakan kepuasan pelanggan akan tercipta.

3.4.3 Kecepatan Pelayanan

Kecepatan pelayanan di Apotek Kimia Farma 160 diusahakan seefektif mungkin, yaitu dengan mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing petugas. Namun, dalam pelaksanaanya belum berjalan dengan baik. Kadang kasir juga menyiapkan obat, sehingga pelanggan lain yang ingin membayar tidak dapat dilayani dengan cepat.

Pelanggan di apotek Kimia Farma 160 sering kecewa dan mengeluh dalam hal kurang cepatnya pelayanan di apotek ini, karena persedian obat di apotek Kimia Farma 160 pemesanan yang sudah dilakukan selalu datang terlambat sehingga obat-obat yang dibutuhkan jumlahnya selalu terbatas. Namun untuk

(38)

mengobati kekecewaan pelanggan tersebut apotek Kimia Farma 160 telah membuat Instutional sign didekat meja kasir, yang memberitahukan kepada pelanggan bahwa Apotek Kimia Farma 160 akan memberikan diskon 5% bila pelayanan resep dilakukan lebih dari 15 menit. Pemberian diskon ini otomatis dilakukan oleh komputer jika resep tersebut tidak selesai dikerjakan dalam 15 menit oleh petugas. Kebijakan ini memberikan keuntungan untuk pelanggan dan juga Apotek Kimia Farma 160.

(39)

BAB IV

KEPUASAN PELANGGAN

4.1 Arti kepuasan

Pada umumnya orang kurang konsern dengan kata “kepuasan” jika itu dikaitkan dengan persoalan bisnis, sebab sebagian besar orang lebih mengindikasikannya kepada persoalan subjektivitas pribadi masing-masing. Oleh karena itu kepuasan dinilai sebagai sesuatu yang memiliki standar relatif, artinya saling berbeda bagi setiap orang atau kelompok.

Kepuasan pelanggan memiliki makna yang beragam. Day (Tse dan Wilton, 1998) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan respons pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma kinerja lainnya) dengan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.

Selain itu Wilkie (1990) juga mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi dari suatu produk dan jasa yang dipakainya. Selain pendapat-pendapat di atas ada pakar lain yang juga sejalan dengan pemikirian sebelumnya, diantaranya adalah Engel (1990) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidak puasan timbul apabila hasil (out come) tidak memenuhi harapan. Demikian juga dengan Kotler (1994) yang menegaskasn bahwa kepuasan pelanggan adalah “the level of a person’s felt state

(40)

resulting from comparing a product’s perceived performance in relation to the person’s expectations”.

Dengan mencermati berbagai pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pelanggan dalam arti semua yang ia butuhkan dapat dia terima sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Makin tinggi kapasitas kebutuhan yang terpenuhi maka makin tinggi pula kepuasan yang diterimanya.

Kepuasan tidak selamanya diukur dengan uang, tetapi lebih didasarkan kepada pemenuhan perasaan tentang apa yang dibutuhkan seseorang. Kartono (1987) menyatakan, uang tidak selamanya menjadi motif primer bagi seorang, tetapi kebanggaan dan minat yang besar terhadap sesuatu akan memberi kepuasan tersendiri baginya. Kepuasan juga dapat dipandang sebagai suatu perbandingan apa yang dibutuhkan dengan apa yag diperolehnya. Berdasarkan teori, seseorang akan terpenuhi kepuasan jika perbandingan tersebut cukup adil. Adanya ketidak seimbangan perbandingan khususnya yang merugikan akan menimbulkan ketidakpuasan. Perbandingan yang tidak seimbang dapat juga menimbulkan kepuasan bagi seseorang apabila dinilai menguntungkan mereka, akan tetapi tidak demikian halnya bagi orang-orang moralitas atau idealis.

4.2 Pentingnya Kepuasan Pelanggan

Pelanggan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang bertindak sebagai pembeli atau pengguna jasa suatu perusahaan/organisasi perlu diperhatikan kebutuhannya. Identifikasi semua kebutuhan pelanggan harus dilakukan secara cermat dan diupayakan dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Jika

(41)

tidak, maka pelanggan akan lari ke perusahaan lain yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai perusahaan saingan.

Prinsip utama dalam suatu “penjualan” adalah makin meningkatnya dominasi (penguasaan) pasar sehingga perusahaan produsen akan makin kokoh (Feigenbaum, 1992). Dalam hal ini pelanggan baik itu konsumen individu, perusahaan, badan atau lembaga makin menekankan kepuasan yang mereka cari dalam barang atau jasa yang mereka beli dalam suatu konsep “nilai total” mutu per unit dari harga yang mereka bayar dengan konsentrasi baru pada ekonomi produk dan jasa terbaik, keaman, kamampulayanan serta keterandalannya. Kehati- hatian dalam membeli dari pihak pelanggan semakin meningkat melebihi faktor- faktor lainnya.

Pada dasarnya yang harus kita pertahankan dan tingkatkan adalah besarnya pelanggan. Artinya, adanya pelanggan akan menyebabkan produk yang dihasilkan dapat digunakan oleh pelanggan tanpa pelanggan maka produk tersebut tidak laku.

Untuk itu tidak ada alternatif lain bagi pihak produsen untuk memahami kebutuhan pelanggan yang dalam hal ini dikonotasikan kepada standar mutu.

Semua usaha manajemen harus diarahkan pada tujuan utama, yakni terciptanya kepuasan pelanggan. Apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila akhirnya tidak menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat. Menurut Tjiptono (1994) manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut :

a. Hubungan antar perusahaan dan para pelanggannya menjadi lebih harmonis.

(42)

b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.

c. Mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.

d. Membentuk suatu rekomendasi informal dari mulut ke mulut (word of mouth) yang akan sangat menguntungkan bagi perusahaan.

e. Reputasi peursahaan menjadi baik di mata pelanggan f. Laba yang diperoleh dapat meningkat.

Pelanggan adalah pihak yang menerima atau memakai produk atau jasa, oleh karena itu maka hanya merekalah yang dapat menentukan kualitas seperti apa dan hanya mereka yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka. Setiap orang dalam perusahaan harus bekerja dengan pelanggan internal dan eksternal untuk menentukan kebutuhan mereka, dan bekerja sama dengan pemasok internal dan eksternal. Ada beberapa unsur yang penting di dalam kualitas yang ditetapkan pelanggan yaitu :

a. Pelanggan merupakan prioritas utama organisasi. Kelangsungan hidup organisasi tergantung pada pelanggan .

b. Perlu mengidentifikasi pelanggan yang dapat membeli berkali-kali (melakukan pembelian ulang) dari organisasi yang sama. Pelanggan yang puas dengan kualitas produk atau jasa yang dibeli dari suatu organisasi menjadi pelanggan yang dapat diandalkan, karena itu kepuasan pelanggan tersebut sangat penting untuk diperhatikan.

c. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas mutu untuk menjamin kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan akan berimplikasi kepada perbaikan terus

(43)

menerus sehingga kualitas harus diperbaharui setiap saat agar pelanggan tetap puas dan loyal.

Pihak manajemen perlu memfokuskan pada karyawan untuk berhubungan dengan pelanggan dan memberdayakan mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka memuaskan para pelanggan. Jadi unsur yang paling penting dalam membentuk fokus pada pelanggan adalah interaksi antar karyawan dan pelanggan.

4.3 Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Berkaitan dengan kepuasan pelanggan tersebut, pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan juga menjadi hal yang sangat essensial bagi setiap perusahaan untuk terus diperhatikan. Hasil pemantauan itu dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan itu dapat di ukur dengan berbagai macam metode dan tekhnik. Menurut Kotler (1994) ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, diantaranya :

a. Menangkap Keluhan dan Saran

Perusahaan yang berpusat pelanggan (customer centered) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan, misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, customer hot lines, dan sebagainya. Informasi-informasi ini dapat memberikan ide-ide cemerlang bagi perusahaan dan memungkinkannya untuk bereaksi secara tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.

(44)

b. Ghost Shopping

Untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam membeli produk-produk tersebut. Selain itu para ghost shopper juga dapat mengamati cara penanganan setiap keluhan.

c. Lost customer Analysis

Alasan para pelanggan yang telah pindah ke produsen lain perlu dikumpulkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai evaluasi kelemahan yang mengabaikan terjadinya perpindahan pelanggan tersebut. Untuk itu pihak produsen sebaiknya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi.

d. Survei Kepuasan pelanggan

Penelitian atau survei tentang kepuasan pelanggan perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana reaksi atau tanggapan langsung para pelanggan terhadap produk atau jasa yang kita jual. Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan di lakukan dengan penelitian survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung. Metode yang digunakan untuk penelitian kepuasan pelanggan tersebut dapat menggunakan beberapa cara seperti :

1). Pengukuran secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan yang didalamnya telah disediakan option jawaban misalnya dengan

(45)

menggunakan skala Likert seperti sangat memuaskan, cukup memuaskan, kurang memuaskan dan tidak memuaskan.

2). Memberi kesempatan pelanggan responden untuk mengajukan pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan (derived satisfaction).

3). Meminta responden untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka temui dengan penawaran dari perusahaan dan untuk menuliskan saran-saran perbaikan yang mereka anggap penting.

4). Memberi kesempatan kepada responden untuk meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan derajat pentingya setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen (importance/performance ratings).

Apabila kita tinjau dari sisi keberhasilan pihak produsen dalam mempertahankan pelanggannya ada beberapa hal yang perlu dicermati. Menurut Peters (1989) dari penelitiannya sekian lama disimpulkan bahwa tujuh dari 10 kunci sukses dalam pengukuran kepuasan pelanggan perlu diperhatikan yaitu :

a. Frekuensi survei

Pihak produsen perlu melakukan survei kepada pelanggan dalam kurun waktu tertentu, baik yang bersifat formal maupun informal. Dengan cara ini kondisi kepuasan pelanggan dapat terus dideteksi sehingga produsen dapat menjaga dan mempertahankannya dengan baik

(46)

b. Format

Pihak yang melakukan survei sebaiknya independent dan tidak memihak kepada kelompok tertentu untuk keperluan yang tidak proporsional.

c. Isi (content)

Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan-pertanyaan standar yang dapat di kuantitatifikasikan sehingga mudah diinterprestasikan.

d. Desain isi

Pihak produsen perlu melakukan pendekatan sistematis dalam memperhatikan setiap pandangan yang ada. Untuk itu perlu dilakukan rechek terhadap informasi yang berhasil dikumpulkan untuk menjamin validirtas informasi tersebut.

e. Melibatkan setiap orang

Perlu menyertakan semua pihak yang terkait sehingga dapat mewakili kepentingan semua pihak, semua level dan kelompok-kelompok pelanggan dan distributor untuk pengukuran kepuasan.

f. Mengukur kepuasan setiap orang

Semua pihak harus diukur kepuasannya, baik pelanggan langsung maupun pelanggan tidak langsung, pemakai akhir dan setiap anggota saluran distribusi, seperti dealer, pengecer, wholesaler, franchises, dan lain sebagainya.

g. Hubungan dengan kompensasi dan reward lainnya

Hasil pengukuran kepuasan pelanggan harus dikaitkan atau dihubungkan dengan system kompensasi dan reward lainnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai variable utama dalam penentuan kompensasi insentif dalam penjualan.

(47)

Pengukuran kepuasan pelanggan harus mencakup deskripsi kualitatif yang secara kuantitatif susah dipastikan. Beberapa hal memang perlu diperhatikan dengan pendekaan kualiatif sebab mungkin akan lebih dapat diungkap secara lebih spesifik dan tidak bersifat pukul ratsa pada umumnya. Dengan pendekatan kualitatif ini faktor-faktor esensial akan dapat terungkap mengenai kepuasan pelanggan yang antara satu pelanggan dengan pelanggan lain relatif tidak sama.

Berdasarkan kajian ini selanjutnya diambil jalan tengah yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan sehingga tuntutan semua pelanggan dapat terwakili.

4.4 Menerapkan TQM untuk Meningkatkan Kepuasaan

TQM adalah singkatan dari Total Quality Management. Total artinya keseluruhan, tanpa kecuali, baik dalam arti abstraksi maupun dalam arti konten atau isi. Quality merupakan dasar putusan akhir dari pelanggan (konsumen) tentang suatu produk dan jasa yang dinikmatinya. Menurut Doetsch dan Davis (1994) kualitas (quality) merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Berdasarkan arti kata di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas bukan hanya sebatas pengetian “the best” atau yang terbaik dari produk sejenis, akan tetapi lebih merupakan pemberian kepuasan terhadap konsumen atau pelanggan dengan ukuran-ukuran tertentu. Hal ini merupakan suatu totalitas yakni sebagai keseluruhan dari sifat suatu produk atau jasa yang mencakup keamanan, ketersediaan, terpelihara, tahan uji, kepantasan harga dan kepedulian lingkungan.

(48)

Manajemen merupakan kesatuan fungsi yang terikat, terpadu, simbiotik dan saling mengukuhkan. Dalam hal ini setiap fungsi menjadi sub system yang tidak berjalan sendiri-sendiri melainkan menjadi gerakan dinamis dari totalitas fungsional dimana keputusan ditetapkan dan di implementasikan sebagai upaya bersama dalam mencapai tujuan kolektif. Menurut Santoso (1992) TQM merupakan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Hal itu dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan.

Dari pengertian di atas TQM dapat diartikan sebagai suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk mengoptimalkan daya saing organisasi melalui berbagai perbaikan kontinu terhadap produk, jasa, manusia proses dan lingkungannya. Pendekatan manajemen kualitas dapat dicapai apabila kita konsern pada karakteristik TQM, yang menurut Tjiptono dan Diana (1995) perlu memperhatikan karateristik mencapai manajemen kualitas yaitu :

a. Memfokuskan kepada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal b. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas

c. Pendekatan ilmiah harus digunakan dalam mengambil keputusan dan pemecahan masalah.

d. Komitmen yang dirumuskan harus untuk keperluan jangka panjang e. Membutuhkan kerja sama tim

f. Senantiasa memperbaiki proses secara berkesinambungan

(49)

g. Menyamakan dan menyatukan visi, persepsi tentang tujuan yang hendak dicapai oleh setiap tingkat manajemen.

h. Memberdayakan DM melalui diklat terprogram

i. Memberikan kebebasan kepada setiap lapis manajemen dalam mengoptimalkan sasaran

j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan secara konsepsional 4.5 Prinsip Unsur TQM

Berdasarkan uraian di atas di temui beberapa prinsip dasar yang mencitrai kekhasan TQM. Menurt Hansler dan Brunell (Tjiptono dan Diana, 1995) dalam hubungan total quality management terdapat empat prinsip utama yakni :

a. Kepuasan pelanggan

Manajemen mutu menempatkan kepuasaan pelanggan pada porsi penting dan memperoleh perluasaan dimensi arti, sebab kualitas bukan hanya bermakna sebagai hal kesesuain dengan spesifikasi produk tertentu tetapi lebih diartikan sebagai memberi kepuasaan kepada pelanggan. Aspek kepuasaan pelanggan (customer) diantaranya mencakup harga, keamanan, ketepatan waktu jual beli dan waktu purna jual serta aspek lain yang mendukung kepuasaan pelangan. Dengan demikian dapat dikatakn bahwa semakin tinggi nilai kualitas yang diberikan oleh pihak produsen maka akan semakin besar pula nilai kepuasaan yang akan diterima oleh pihak pelanggan.

Pemberian kepuasaan pelanggan tidak boleh diartikan sebagai pemberian bonus reduksi, rabat, atau berupa janji sosial lainnya. Kepuasaan pelanggan tetap pada koridor pemenuhan keperluan pelanggan dari dua aspek yakni fisi material

(50)

yang ditimbulkan oleh benda produk yang dijual, dan kepuasaan batin berupa jaminan keamanan, kenyamanan, kehalalan (misalnya kala makanan) kecakupan jumlah yang dibeli dan lebih dari itu kepauasaan hati yang tak dapat terukur merupakan aspek utama yang harus diperhatikan.

b. Menghargai setiap orang

Setiap individu yang ada dalam organisasi memiliki potensi meski di batasi pemanfaatannya karena dinding jabatan, kewenangan, dan sebagainya.

Namun demikian setiap karyawan menjadi faktor penting, dominan, dan menentukan bagi pemberdayaan fungsi-fungsi manajemen lainnya dalam sistem TQM. Dalam manjemen mutu setiap orang di hargai dan diperlakukan sama dalam arti kemanusiaan dan dalam arti hukum ekonomi. Dalam pengambilan keputusan tim, setiap individu mendapat hak yang sama untuk memberi masukan, usul dan saan yang konkrit dan relevan dengan program kerja organisasi.

c. Manajemen berdasarkan fakta

Dalam manajemen mutu dasar pertimbangan untuk pengambilan suatu keputusan atau pemecahan masalah harus didasarkan kepada fakta, seperti tergambar melalui angka-angka atau balok-balok statistika yang memformulasikan keadaan nyata situasi dan suatu kondisi organisasi.

d. Perbaikan berkesinambungan

Manajemen perlu menerapkan siklus PDCA (Plan-do-check-act), yakni berupa langkah-langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksana perencanaan, dan melakukan tindakan korektif pada tahap kegiatan yang di perlukan.

(51)

Untuk perusahaan, manajemen harus terus menerus melakukan perbaikan dengan memeperhatikan segala perubahan perilaku konsumen. Sebagai misal, kalau memang pelanggan mereka bosan dengan kemasan produk, kenapa tidak diganti?. Ini merupakan poin kunci dan mampu memenuhi kepuasan pelanggan.

Sifat dari perbaikan yang dilakukan adalah lebih bersifat dinamis, elegan, realistis dan bisa memberikan dukungan kepada manajemen. Dalam hal ini manajamen tidak terkesan memiliki birokrasi yang berbelit-belit sehingga dapat mengurangi jalur kerja yang memang tidak diperlukan.

Iklim persaingan mutu akan menerapkan kepada kita bahwa tidak dapat lagi bergantung pada oang lain, dalam arti ketergantungan primer (tidak dapat berbuat apa-apa tanpa bantuan pihak lain). Para bawahan harus didorong dan diarahkan untuk mengembangkan diri secara sukarela. Merupakan tugas seorang penyelia untuk tidak hanya melatih atau menyiapkan penggantinya, tetapi juga menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka dapat mengembangkan diri mereka sendiri.

4.6 Menerapkan Budaya Kualitas

Kualitas tidak identik dengan perubahan, akan tetapi menjadi siginifikan tehadap modernisasi perilaku organisasi. Oleh sebab itu, rencana pembentukan budaya kualitas di lingkungan organisasi sangat di tentukan oleh keahlian manjemen di dalam melihat berbagaim hal yang cukup esensial seperti :

a.Mengidentifikasi perubahan-perubahan b.Melakukan penilaina secara komprenhensif c.Kerjasama tim dalam mengatasi masalah

(52)

d.Pelibatan dan pemberdayaan karyawan e.Menjaring masukan dari para pelanggan

f.Mengembangkan komunikasi terbuka yang berkesinambungan g.Kemitraan intenal yang saling menguat/terkait

Untuk menerapkan budaya kualitas, salah satu terobosan yang dilakukan ialah melakukan aksi pembaharuan. Dalam hal ini pola kerja, produksi dan semua aktiivtas pihak produsen harus dilakukan inovasi ke arah yang lebih baik khususnya kepada orientasi pelanggan. Kepuasan pelanggan menajadi sasaran utama yang dijadikan sebagai acuan perubahan.

Ada satu filosofi Jepang yang dapat cermati dalam upaya menerapkan gugus mutu dalam lingkungan perusahaan yaitu pendekatan KAIZEN. Filosofi tersebut menawarkan gagasan perubahan dalam arti perbaikan dan peningkatkan kualitas dengan cara terus menerus. Dalam hubungan ini yang menjadi sasaan KAIZEN terformulasi dalam rencana perubahan yang terus menerus tanpa mengenal terminal untuk berhenti, melainkan semua aspek organisasi mendapat perlakuan dalam hal perubahan. dalam hal ini berlaku prinsip “good enough is never goood enough”.

Konsep Kaizen ini merupakan penyempurnaan terhadap gagasan yang sama yang pernah ada dan diperkenalkan di lingkungan industriawan Jepang, misalnya pengendalian mutu terpadu, dan lain-lain. Unsur-unsur utama yang harus ada ialah :

a. Difokusksan kepada pelanggan

b.Bernuanasa pengontrolan kualitas secara terpadu

(53)

c.Robotik

d.Gugus kendali mutu e.Sistem saran

f.Otomatisasi

g.Disiplin di tempat kerja

h.Pemeliharaan produktivitas terpadu j.Penyempurnaan kualitas

k.Tepat waktu (just in time) l.Tanpa cacat (zero defect) m.Aktivitas kelompok kecil

n.Hubungan kerja sama yang erat di antara karyawan dengan manajemen o.Pengembangan produk baru tanpa behenti.

Upaya meningkatkan kepuasan pelanggan tidak lain adalah mengupayakan agar pelanggan dapat menikmati produk atau jasa yang dijual suatu produsen.

Tingkat kepuasan itu didasarkan kepada ketercapaian pemenuhan kebutuhan pelanggan berdasarkan kualitas produk atau jasa yang dibeli tersebut. Untuk itu tidak ada alternatif lain kecuali menjaga dan tetap meningkatkan mutu agar kepuasan pelanggan dapat dijamin.

4.7 Dimensi Kualitas

Kualitas dapat diklasifikasikan dalam beberapa dimensi. Menurut Garvin (Tjiptono dan Diana, 1995) ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan sebagai keangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur, yaitu :

(54)

a. Kinerja (performance) karateristik operasi pokok dari produk inti.

b. Sifat-sifat atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karateristik sekunder atau pelengkap

c. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformancfe to specification), yaitu sejauh mana karateristik desain dan operasi mampu memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tesebut dapat terus digunakan.

f. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah di reparasi, penagna keluahan yang memuaskan.

g. Estetika yaitu daya tarik produk

h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya .

Dimensi-dimensi diatas lebih banyak di terapkan pada perusahaan manufaktur, dan dengan berdasarkan berbagai penelitian terhadap berbagai jenis jasa, Berry dan Parasuraman (1985) berhasil mengidentifikasi lima kelompok karateristik yang sering digunakan oleh para pelanggan yang mengevaluai kualitas jasa, yaitu :

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi

(55)

b. Kehandalan (reliability), yakini kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjkan dengna segera dan sangat memuaskan.

c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan untuk memberikan pelayanan dengan tanggap

d. Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimilik para staf, bebas dari bahaya, resiko, atau keragu- raguan.

e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Dengan memahami bebagai tuntunan kebutuhan dari para pelanggan dan mengagendakan sebagia sesuatu yang harus direalisasikan dalam porses produksi maka tidak disangkal lagi produk atau jasa yang dijual akan mampu memenuhi tuntunan kebutuhan dan selera pelanggan. Setelah semua kebutuhan pelanggan terpenuhi maka tercapailah pemenuhan kepuasan pelanggan sehingga aktivitas penjualan akan lebih meningkat dan dapat dipertahankan pada titik optimal yang menguntungkan.

(56)

BAB V

PELAYANAN RESEP DAN SWAMEDIKSI

5.1 Pelayanan Resep RESEP 1

(57)

A. Resep

R / Amoxsan 500 mg cap no XII S 3 dd cap 1

R / Mefinal 500 mg cap no VI S3 dd cap 1

Pro : Namira Umur : 19 tahun B. Kasus

Berdasarkan obat yang diberikan dalam resep-resep tersebut diperkirakan pasien menderita sakit gigi atau pasca pencabutan gigi.

C. Tabel 1. Spesialit Obat untuk Namira Nama Obat

(Pabrik) Komposisi Produk Lain Gol Khasiat Amoxsan ®

(Sanbe Farma)

Amoksisillin 500 mg

Duazat® Intermoxil® Kalmoxillin®

K Antibiotik

Mefinal® (Sanbe Farma)

Asam

Mefenamat 500 mg

Omestan® Ponstan® Mefinter®

K Analgetik

D. Three Prime Question

1. Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda: Obat yang diberikan adalah penghilang rasa sakit dan antibiotik.

2. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara pakai obat anda: -

3. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah memakai obat ini: -

(58)

E. Pelaksanaan Informasi

1. Amoxsan®

Kegunaan: untuk mengatasi terjadinya infeksi (antibiotik), bentuk sediaan: kapsul, cara pakai: 3 kali sehari 1 kapsul, hal yang perlu diinformasikan: gunakan obat secara teratur, obat harus dihabiskan walaupun sudah merasa sembuh, simpan pada tempat kering dan terlindung dari cahaya.

2. Mefinal®

Kegunaan : menghilangkan rasa sakit dan nyeri, bentuk sediaan : kaplet, cara pakai : 3 kali sehari 1 kaplet jika terasa sakit, hal-hal yang perlu di informasikan : Jangan dimakan dalam keadaan perut kosong, jika rasa sakit telah hilang maka pemakaian obat dapat dihentikan.

(59)

RESEP 2

(60)

A. Resep

R / Tab Loran no X S 2 dd tab 1

R / Cap Ciflos 500 no X S 2 dd cap 1

R/ Tab Combantrin no X S pulvis

Pro : Abdi Perangin-angin Umur : 55 tahun

B. Kasus

Berdasarkan obat yang diberikan dalam resep-resep tersebut diperkirakan pasien menderita penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh cacing.

C. Tabel 4. Spesialit Obat untuk Pasien Abdi Nama Obat

(Pabrik) Komposisi Produk Lain Gol Khasiat Loran®

(Guardian Pharmatama)

Loratadin 5 mg

Clarihis® Alloris® Lesidas®

K Antialergi

Ciflos® (Guardian Pharmatama)

Ciprofloxacin 500 mg

Ciproxin® Baquinor®

K Antibiotik

Combantrin®

(Bayer) Pirantel

pamoat 25 mg/ml

Konvermex®

Omegfantrin®

Fantrin®

W Antelmintik

D. Three Prime Question

1. Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda: Loran untuk menghilangkan gatal-gatal pada kulit, ciflos sebagai antibiotik dan serbuk yang digunakan untuk membunuh cacing pada kulit.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka yaitu penelitian yang dilakukan penulis di perpustakaan untuk mendapatkan data yang teoritis, seperti pengumpulan data

Sri Lita Tarigan : Peranan struktur organisasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan..., 2000 USU Repository © 2008.... Sri Lita Tarigan : Peranan struktur organisasi

Stakeholders Performance Planning Measurement and Analysis Performance Reporting & Reviews Management Team Assist the Executive Committee in  providing strategic

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang “ Perbedaan motivasi berobat pada penderita TB paru pada wilayah

Berdasarkan hasil uji korelasi bivariat antara variabel bebas tingkat stres dan variabel terikat nilai SDLR dengan metode Spearman diperoleh nilai signifikansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh pendidikan kesehatan Pertolongan Pertama

Hal ini terlihat bahwa t hitung t tabel yaitu 2,62 2,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

aliran sungai (Metode F.J. Mock) dari tahun 1999 sampai dengan 2013 pada Pos AWLR Belencong diperoleh besarnya debit yang dihasilkan oleh Model Mock lebih kecil

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya keterampilan membaca siswa kelas I di SDN 1 Taman Sari, disebabkan pembelajaran masih terpusat pada guru dan siswa kurang tertarik