• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS OLEH : DERRY CHANDRA PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS OLEH : DERRY CHANDRA PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS PENJUALAN HARTA BERSAMA TANPA DIHADIRI SALAH SATU AHLI WARIS YANG TIDAK BERADA DITEMPAT (AFWEZIGHEID) (STUDI

PENETAPAN PENGADILAN JAKARTA TIMUR NO.

242/PDT /P/2014/PN.JKT.TIM DAN 459/PDT.P/2014/PN.JKT.TIM)

TESIS OLEH :

DERRY CHANDRA 157011131

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALISIS YURIDIS PENJUALAN HARTA BERSAMA TANPA DIHADIRI SALAH SATU AHLI WARIS YANG TIDAK BERADA DITEMPAT (AFWEZIGHEID) (STUDI

PENETAPAN PENGADILAN JAKARTA TIMUR NO.

242/PDT /P/2014/PN.JKT.TIM DAN 459/PDT.P/2014/PN.JKT.TIM)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DERRY CHANDRA 157011131/ M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

Telah diuji pada Tanggal: 4 Juni 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr.BudimanGinting.SH,M.Hum Anggota : 1. Dr.Utari Maharani Barus.SH,M.Hum

2. Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,M.Hum 3. Dr.Idha Aprilyana Sembiring,SH,M.Hum 4. Dr.Yefrizawati,SH,M.Hum

(5)
(6)

ABSTRAK

Dengan keadaan seseorang yang tidak diketahui keberadaannya maka akan timbul suatu masalah mengenai status hukum orang tersebut dan hal ini akan berhubungan dengan kepentingan orang lain yakni keluarga yang ditinggalkan dan juga akan bersinggungan dengan berbagai aspek hukum antara lain harta bersama yang akan dijual.

Akan menjadi masalah apabila ingin menjual harta bersama akan tetapi salah satu pihak tidak berada di tempat (afwezighed). Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Perlindungan Hukum Terkait Dengan Putusan Terhadap Harta Orang Yang Tidak Berada Di Tempat (Afwezig)? Bagaimanakah dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara dalam penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim? Bagaimanakah Akibat hukum dari penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim?

Jenis penelitian hukum dengan metode yuridis normatif,dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach), penelitian hukum doktriner yang mengacu kepada norma-norma hukum. Dengan Sifat penelitian deskriptif analitis dengan menggunakan Data sekunder. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif.

Perlindungan Hukum Terhadap Harta Bersama Orang Yang Tidak Berada Di Tempat (Afwezig) yaitu dalam setiap peralihan harta bersama orang yang tidak berada di tempat harus melalui penetapan pengadilan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Menteri Agraria No 3 Tahun 1997 bahwa adanya campur tangan pengadilan dan adanya penunjukan pengurus untuk mengurus seluruh atau sebagian harta orang yang tidak berada ditempat dikarenakan adanya permintaan dari yang berkepentingan atas harta orang yang tidak berada ditempat tersebut. Dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara permohonan penetapan pengadilan jakarta timur No. 242/Pdt /P/2014/Pn.Jkt.tim adalah berdasarkan kondisi dan kesehatan pemohon yang sedang sakit dan di satu sisi lainnya Pemohon mempunyai harta bersama berupa tanah dan bangunan yang dapat ia jual untuk membiaya atas sakitnya tersebut oleh sebab itu hakim mengizinkan kepada Nyonya J.E.B untuk menjual harta bersama nya dengan suami untuk membiayai pengobatannya. Akibat hukum dari penetapan pengadilan jakarta timur No. 459/Pdt.p/2014/Pn.Jkt.tim yaitu dikarenakan suami pemohon telah hilang selama 5 tahun maka telah adanya dugaan hukum telah meninggal dunia dan timbul wewenang barangkali ahli waris untuk mengelolah harta peninggalannya, dalam kasus ini hakim mengizinkan kepada Nyonya D untuk menjual harta bersamanya dengan suami berupa tanah dan bangunan untuk membiayai kehidupan ia dan kedua anaknya yang masih dibawah umur.

Kata Kunci : Ketidakhadiran (Afwezeigh), Perkawinan , Harta bersama

(7)

ABSTRACT

A problem concerning with someone’s legal status will occur if his existence is unknown because it relates to other people’s sake, namely his family left andvarious legal aspects, such as the joint property that will be sold but one of the parties is absent (afwezigheid). The research problems are how the legal protection is related to the ruling for the property belonging to a person who is not around (afwezig); what the ground for the judges’ legal consideration isto settle the case in the stipulation of Jakarta Timur District Court No. 242/PDT/P/2014/PN.Jkt.Tim and 459/Pdt.P/2014/P.Jkt.Tim; and how the legal consequence for the stipulation of Jakarta Timur District Court No.

242/PDT/P/2014/PN.Jkt.Tim and 459/Pdt.P/2014/P.Jkt.Tim is.

The research uses normative juridical method with statue approach,a doctrinaire legal research which refers to the legal norms. The research isanaliticaldescriptive whichuses secondary data. A conclusion is drawn by deductive reasoning method.

The legal protection for the joint property of a person who is not around (Afwezig) is that the transfer of the joint property has to be made by the stipulation of the court; it is in line with Government Regulation No. 24/1997 on Land Registration and Regulation of the Minister of Agriculture No. 3/1997 which states that court interferesto appoint a manager to manage all or some of someone’s property who is not around in caseit is requested by a person concerning it. The ground for the judge’s legal consideration toanswer the request inthe stipulation of Jakarta Timur District Court No.

242/PDT/P/2014/PN.Jkt.Timis the applicant’s condition and health who is ill in one side, and on other sideshe has a joint propertyi.e. a piece of land and a building on it that can be sold to pay for the treatment for her illness; therefore, the judge allows Mrs. J.E.B to sell her joint property with her husband for her treatment cost. The legal consequence for the stipulation of Jakarta Timur District Court No. 459/Pdt.P/2014/P.Jkt.Tim is that her husband has been missing for 5 years and is legally alleged to have passed away and it grants an authority to his heirs to manage his inheritance, in this case the judge allows Mrs. D to sell her joint property with her husband i.e. a piece of land and a building on it to financially support her life with their two under-age children.

Keywords: Absence (Afwezeigh), Marriage, Joint Property

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul tesis ini adalah “Analisis Yuridis Penjualan Harta Bersama Tanpa Dihadiri Salah Satu Ahli Waris Yang Tidak Berada Ditempat (Afwezigheid) (Studi Penetapan Pengadilan Jakarta Timur Nomor 242/PDT/P/2014/PN.JKT.TIM Dan Nomor 459/PDT.P/2014/PN.JKT.TIM).

Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan Program Studi S2 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik berupa masukan maupun saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat Prof.Dr.BudimanGinting.SH,M.Hum selaku Pembimbing utama penulis, Bapak Dr.Utari Maharani Barus.SH,M.Hum selaku Pembimbing II penulis, dan Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn, selaku Pembimbing III penulis yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, kepada Dosen Penguji yang terhormat Dr.Idha Aprilyana

Sembiring,SH,M.Hum dan Dr.Yefrizawati,SH,M.Hum yang telah berkenan memberi

masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium,

(9)

seminar hasil sampai pada tahap sidang meja hijau sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Dalam kesempatan ini penulis juga dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Edy Ikhsan,SH, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak dan Ibu Guru Besar juga Dosen Pengajar pada Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai kepada tingkat Magister Kenotariatan.

6. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang selalu membantu kelancaran dalam hal

manajemen administrasi yang dibutuhkan.

Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis 7. Orang tua Penulis serta Saudara dan Saudari Penulis yang telah memberikan

dukungan-dukungannya kepada penulis setiap hari nya.

(10)

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun tak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, 4 Juni 2018

Derry Chandra

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Derry Chandra

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Desember 1992

3. Agama : Buddha

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Status : Belum Menikah

II. KELUARGA

1. Nama Ayah : Alm. Sunario Chandra 2. Nama Ibu : Min Tju Alias Roslina

III. PENDIDIKAN

1. TK : Garuda Jakarta

2. SD : Sultan Iskandar Muda Medan

3. SMP : Sultan Iskandar Muda Medan

4. SMA : Methodist-2 Medan

5. Perguruan Tinggi (S1) : Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara 2010-2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK--- i

ABSTRACT--- ii

KATA PENGANTAR--- iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP--- vi

DAFTAR ISI --- vii

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar belakang --- 1

B. Rumusan masalah --- 13

C. Tujuan penelitian--- 14

D. Manfaat penelitian --- 14

E. Keaslian penelitian --- 15

F. Kerangka teori dan Konsepsi --- 17

1.Kerangka Teori --- 17

2. Konsepsi --- 23

G. Metode penelitian --- 24

1. Jenis dan Sifat Penelitian--- 25

2.Sumber data --- 27

3.Teknik dan Alat pengumpulan data --- 28

4. Analisa data --- 28

(13)

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA BERSAMA

ORANG YANG TIDAK BERADA DI TEMPAT (AFWEZIG) ---30

A. Harta Bersama Dalam Perkawinan ... 30

1. Pengertian Harta Bersama dalam perkawinan ... 33

2. Ruang Lingkup harta bersama ... 39

3. Jenis-Jenis Harta Bersama ... 41

B. Tinjauan umum tentang Orang Hilang (Afwezig) ... 47

1. Orang Hilang (afwezig) pada Umumnya ... 47

2. Pengajuan Permohonan Pernyataan Meninggal Dunia bagi Orang Hilang ... 52

C. Perlindungan Hukum Terhadap Harta Bersama Orang Yang Tidak Berada Di Tempat (Afwezig) ... 63

1. Peralihan harta bersama orang yang tidak berda di tempat (Afwezig) ... 63

2. Tahap-Tahap Penyelesaian Ketidakhadiran serta Akibat Hukumnya ... 69

BAB III DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA PERMOHONAN PENETAPAN PENGADILAN JAKARTA TIMUR NO. 242/PDT /P/2014/PN.JKT.TIM DAN 459/PDT.P/2014/PN.JKT.TIM...85

A. Deskripsi Kasus No. 242/Pdt/P/PN.Jkt.Tim dan No 459/Pdt.P2014/Pn.Jkt.Tim ... 85

B. Dasar Pertimbangan hakim dalam Penetapan No. 242/Pdt/P/PN.Jkt.Tim dan No 459/Pdt.P2014/Pn.Jkt.Tim ... 93

C. Analisa Pertimbangan Hakim dalam Penetapan No. 242/Pdt/P/PN.Jkt.Tim dan No 459/Pdt.P2014/Pn.Jkt.Tim ... 105

BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PENETAPAN PENGADILAN JAKARTA TIMUR NO. 242/PDT /P/2014/PN.JKT.TIM DAN 459/PDT.P/2014/PN.JKT.TIM.--- ---110

A. Jual Beli Hak atas tanah ... 110

(14)

1.

Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Hak Atas Tanah

... 110

2.

Syarat Jual beli Tanah

... 115

3.

Peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pembuatan Akta Jual Beli Oleh Harta Bersama Tanpa Dihadiri Salah Satu pihak Yang Tidak Berada Di Tempat (Afwezig).

... 119

B. Akibat Hukum Dari Penetapan Pengadilan Jakarta Timur No 242/PDT/P/2014/PN.JKT.TIM dan 459/PDT.P/ 2014/PN. JKT.Tim... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

A. Kesimpulan ... 133

B. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keadaan tidak hadir atau yang dikenal sebagai Afwezigheid dalam KUHPerdata yaitu suatu keadaan dimana seseorang meninggalkan tempat tinggal dan tidak diketahui dimana keberadaanya baik didalam maupun diluar Indonesia dan tidak dapat dibuktikan ia telah meninggal dunia tanpa menunjukkan kuasanya, maka untuk mengurus harta kekayaan dan kepentingannya tersebut didasarkan pada Penetapan Pengadilan Negeri.1

Keadaan tidak hadir (Afwezigheid) diatur dalam Bab ke-delapan belas BW.Dalam Pasal 463 BW terdapat beberapa unsur keadaan tidak hadir, yaitu:

1. Meninggalkan tempat kediamannya ;

2. Tanpa memberikan kuasa kepada orang lain untuk mewakilinya ;

3. Tidak menunjuk atau memberikan kepada orang lain untuk mengurus kepentingannya ; 4. Kuasa yang pernah diberikan telah gugur ;

5. Jika timbul keadaan yang memaksa untuk menanggulangi pengurusan harta bendanya secara keseluruhan atau sebagian ;

6. Untuk mengangkat seorang wakil harus diadakan tindakan-tindakan hukum untuk mengisi kekosongan sebagai akibat ketidakhadiran tersebut ;

7. Mewakili dan mengurus kepentingan orang yang tidak hadir,tidak hanya meliputi kepentingan harta kekayaan saja,melainkan juga untuk kepentingan-kepentingan pribadinya.2

Menurut Tan Thong Kie, keadaan tidah hadir dapat dibagi kedalam tiga masa,yaitu: masa pengambilan tindakan sementara, masa ada dugaan hukum mungkin telah meninggal dan masa pewarisan definitif.3

1. Masa pengambilan tindakan sementara

Masa yang pertama terjadi apabila seseorang meninggalkan tempat tinggalnya tanpa

1H.Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum perdata, PT. Alumni, Jakarta, 2006, h. 47

2R.Soetojo Prwirohamidjojo, Hukum Orang dan keluarga, Airlangga, Univeritas Press, Surabaya, 1991, h. 242.

3H.Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum perdata, PT. Alumni, Jakarta, 2006, h. 44

(16)

diwakilkan kepentingannya kepada seseorang. Pada keadaan ini tindakan sementara hanya diambil jika ada alasan mendesak untuk mengurus seleuruh atau sebagian hartanya. Tindakan sementara tersebut dimintakan kepada Pengadilan Negeri oleh orang yang mempunyai kepentingan terhadap harta kekayaan orang yang meninggalkan tempat tersebut.Selanjutnya hakim akan memerintahkan kepada Balai Harta Peninggalan untuk mengurus seluruh atau sebagian harta serta kepentingan orang yang tidak hadir.4

2. Masa ada dugaan hukum mungkin telah meninggal

Masa kedua yaitu masa ada dugaan telah meninggal dunia terjadi,jika;

a. Ia tidak hadir selama 5 tahun tanpa meninggalkan surat kuasa :

b. Ia tidak hadir selama 10 tahun dan memiliki surat kuasa namun masa berlaku surat kuasa tersebut telah habis ;

c. Ia tidak hadir selama 1 tahun apabila orangnya termasuk awak atau penumpang kapal laut atau pesawat udara ;

d. Ia tidak hadir selama 1 tahun jika orangnya hilang pada peristiwa fatal yang menimpa sebuah kapal laut atau pesawat udara.5

Permohonan persangkaan meninggal dunia tersebut diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan kepada Pengadilan Negeri ditempat tinggal orang yang tidak hadir dan dilakukan pemanggilan sebanyak tiga kali.Panggilan tersebut dilakukan melalui harian yang ditentukan oleh hakim dan ditempelkan di pintu Pengadilan Negeri serta kantor Walikota.6 Akibat-akibat dari keterangan persangkaan meninggal dunia adalah timbul wewenang dari orang-orang yang dianggap sebagai ahli waris untuk mengambil harta kekayaan dan meminta penyerahan barang- barang dan perincian perhitungan serta pertanggungjawaban kepada pengurusan Balai Harta Peninggalan.

4Ibid, h. 44

5Ibid, h. 45.

6 Ibid, h. 45.

(17)

Selain itu istri/suami yang ditinggalkan dengan telah kawin dengan harta bersama atau dengan perjanjian kawin diberikan dua pilihan, yaitu:

a. Meneruskan keadaan yang telah ada untuk jangka waktu maksimum 10 tahun ; b. Segera dilakukan pembagian harta kekayaan.7

Masa Kedua atau masa ada dugaan telah meninggal dunia dapat berakhir dalam hal:

a. Orang yang diduga sudah meninggal tersebut ternyata hadir kembali atau ada kabar tentang hidupnya ;

b. Ia meninggal dunia, atau;

c. Masa pewarisan definitif dimulai.8 3. Masa pewarisan definitif

Masa pewarisan definitif ini dimulai setelah tiga puluh tahun pernyataan persangkaan meninggal dunia tercantum dalam putusan pengadilan atau seratus tahun setelah kelahiran orang yang tidak hadir. Akibat dari mulainya masa pewarisan definitif adalah:

a. Semua jaminan dibebaskan ;

b. Para ahli waris dapat mempertahankan pembagian harta warisan sebagaimana telah dilakukan atau membuat pemisahan dan pembagian definitif ;

c. Hak menerima warisan secara terbatas berhenti dan para ahli waris dapat diwajibkan menerima warisan atau menolaknya.9

Apabila orang yang tidak hadir tersebut kembali atau memberikan tanda-tanda tentang masih hidupnya setelah masa pewarisan definitf, maka ia berhak untuk meminta kembali harta yang telah dipindah tangankan, semuanya tanpa hasil dan pendapatan dari hartanya, serta tanpa bunga.

Meskipun orang yang meninggalkan tempat kediamannya tidaklah kehilangan statusnya sebagai persoon atau sebagai subyek hukum namun mengenai keadaan ketidakhadiran

7R.Soetojo Prwirohamidjojo, Op.cit, h. 144-145

8Tan Thong Kie, Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Cet. II, Ichtiar Baru , Jakarta, 2011,, H. 46.

9Ibid, h. 47

(18)

(afwezigheid) dirinya di tempat kediamannya tersebut menimbulkan ketidakpastian hukum, sehingga oleh karena itu pembuat undang-undang merasa akan dibutuhkan adanya peraturan yang mengaturnya.10 Ketidakpastian hukum yang dimaksud contohnya adalah timbulnya masalah bagi seorang istri/ suami yang perlu mengetahui keberadaan pasangannya tersebut untuk dapat melindungi kepentingan-kepentingannya.

Dalam keadaan yang demikian ini diperlukan adanya perantaraan hakim untuk dapat melindungi kepentingan dari orang-orang yang ditinggalkan dengan prosedur tertentu, untuk dapat menentukan masih dianggap ada atau tidaknya (meninggal) secara hukum seseorang yang dalam keadaan tidak hadir tersebut. Mengenai pengaturan tentang keadaan tidak hadir (afwezigheid) ini diatur dalam Bagian I Bab XVII Buku I Burgerlijk Wetboek (KUHPerdata) yang selajutnya disebut sebagai BW tentang Keadaan Tidak Hadir pasal 463 sampai dengan Pasal 495.

Pada Burgerlijk Wetboek (KUHPerdata) kondisi hilang tersebut disebut dengan “keadaan tidak hadir” (afwezigheid). 11Secara umum dan menurut bahasa sehari-hari, tidak hadir adalah keadaan di mana orang meninggalkan tempat tinggalnya, atau singkatnya, tidak berada di tempat.

Selain itu akan ada akibat hukum yang timbul dari keadaan tidak hadir orang tersebut terhadap perbuatan-perbuatan hukum yang telah dilakukannya pada saat sebelum terjadinya keadaan tidak hadir (Afwezigheid) dan pada harta benda yang dimilikinya tersebut. Salah satu akibat hukum lain yang timbul dari keadaan tersebut yaitu berkenaan dengan harta bersama dalam perkawinan yang akan dijual.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Perkawinan mengakibatkan suatu ikatan hak dan kewajiban, juga menyebabkan suatu bentuk kehidupan

10Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, Hukum Badan Pribadi, Yogyakarta, Gajah Mada, h. 25

11J. Satrio,S.H. Hukum Pribadi Bagian I (Persoon Alamiah, Cipta Aditya Bakti, Bandung,1999, h.

205

(19)

bersama dari para pribadi yang melakukan hubungan perkawinan itu, yaitu membentuk suatu keluarga atau somah (gezin atau household).12

Salah satu akibat hukum dari suatu perkawinan yang sah adalah terciptanya harta benda perkawinan.Harta atau kekayaan perkawinan diperlukan guna memenuhi segala keperluan yang dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga. 13 Harta tersebut ada yang diperoleh sebelum perkawinan dan sesudah dilangsungkannya perkawinan. Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu :

a. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

b. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Berdasarkan pendapat ahli hukum lainnya, dalam suatu perkawinan terdapat tiga macam harta kekayaan, yaitu :14

a) Harta pribadi Suami ialah harta bawaan suami, yaitu yang dibawa sejak sebelum perkawinan, dan harta yang diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.

b) Harta pribadi istri ialah Harta bawaan istri, yaitu yang dibawanya sejak sebelum perkawinan, dan harta yang diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.

c) Harta bersama suami-istri ialah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami-istri selama dalam ikatan perkawinan, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun.

Menurut Abdul Manan harta bersama adalah harta yang diperoleh selama ikatan perkawinan berlangsung tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun.15

12Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta, PT Raja GrafindoPersada, 2002, h.. 244

13Sonny Dewi Judiasih, Kajian Terhadap Kesetaraan Hak dan Kedudukan Suami dan Istri atas Kepemilikan Harta Dalam Perkawinan, Bandung, PT.Refika Aditama,2015, h.. 23

14Arto Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, h. 70.

15 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Kencan, Jakarta,

(20)

Gambaran ruang lingkup harta bersama dalam suatu perkawinan, diantaranya adalah sebagai berikut:16

1. Harta Yang Dibeli Selama Perkawinan

Patokan pertama untuk menentukan apakah suatu barang termasuk obyek harta bersama atau tidak, ditentukan pada saat pembelian. Setiap barang yang dibeli selama perkawinan, harta tersebut menjadi obyek harta bersama suami istri tanpa mempersoalkan apakah suami atau istri yang membeli, apakah harta tersebut terdaftar atas nama suami atau istri dimana harta tersebut terletak. Apa saja yang dibeli selama perkawinan berlangsung otomatis menjadi harta bersama.

Tidak menjadi soal siapa dianatara suami istri yang membeli. Juga tidak menjadi masalah atas nama suami atau istri harta tersebut terdaftar. Juga tidak peduli apakah harta itu terletak dimanapun. Yang penting, harta tersebut dibeli dalam masa perkawinan, dengan sendirinya menurut hukum menjadi obyek harta

bersama.17

Lain halnya jika uang yang digunakan untuk membeli barang tersebut berasal dari harta pribadi suami atau istri, jika uang pembelian barang tersebut secara murni berasal dari harta pribadi, barang yang dibeli tidak termasuk obyek harta bersama. Harta yang seperti itu tetap menjadi miliki pribadi suami atau istri.

2. Harta Yang Dibeli Dan Dibangun Sesudah Perceraian Yang Dibiayai Dari Harta Bersama Patokan untuk menentukan sesuatu barang termasuk obyek harta bersama, ditentukan oleh asal usul uang biaya pembelian atau pembangunan barang yang bersangkutan, meskipun barang itu dibeli atau dibangun sesudah terjadi perceraian.18 Misalnya suami istri selama perkawinan berlangsung mempunyai harta dan uang simpanan, kemudian terjadi perceraian.

2006, h.108-109

16 Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, h. 275-278

17Ibid, h. 275

18 Ibid, h. 275

(21)

Semua harta dan uang simpanan dikuasai suami dan belum dilakukan pembagian. Dari uang simpanan tersebut suami membeli atau membangun rumah. Dalam kasus yang seperti ini, rumah yang dibeli atau dibangun oleh suami sesudah terjadi perceraian, namun jika uang pembelian atau biaya pembangunan berasal dari harta bersama, maka barang hasil pembelian atau pembangunan yang demikian tetap masuk kedalam obyek harta bersama.

3. Harta Yang Dapat Dibuktikan Dan Diperoleh Selama Perkawinan

Patokan ini sejalan dengan kaidah hukum harta bersama. Semua harta yang diperoleh selama perkawinan dengan sendirinya menjadi harta bersama. Namun kita sadar bahwa dalam sengketa perkara harta bersama, tidak semulus dan sesederhana itu. Pada umumnya, pada setiap perkara harta bersama, pihak yang digugat selalu mengajukan bantahan bahwa harta yang digugat bukan harta bersama, tetapi harta pribadi. Hak pemilikan tergugat bisa dialihkannya berdasarkan atas hak pembelian, warisan atau hibah. Apabila tergugat mengajukan dalih yang seperti itu, patokan untuk menentukan apakah suatu barang termasuk harta bersama atau tidak, ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilan penggugat membuktikan bahwa harta-harta yang digugat benar-benar diperoleh selama perkawinan berlangsung, dan uang pembeliannya tidak berasal dari uang pribadi.19

4. Penghasilan Harta Bersama Dan Harta Bawaan

Penghasilan yang tumbuh dari harta bersama atau berasal dari harta bersama akan menjadi harta bersama. Akan tetapi, bukan hanya yang tumbuh dari harta bersama yang jatuh menjadi obyek harta bersama diantara suami istri, namun juga termasuk penghasilan yang tumbuh dari harta pribadi suami istri akan jatuh menjadi obyek harta bersama.20

Dengan demikian, fungsi harta pribadi dalam perkawinan, ikut menopang dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sekalipun hak dan kepemilikan harta pribadi mutlak

19Ibid, h. 277

20Ibid, h. 277

(22)

berada di bawah kekuasaan pemiliknya, namun harta pribadi tidak terlepas dari fungsinya dan dari kepentingan keluarga.

Barang pokoknya memang tidak diganggu gugat, tapi hasil yang tumbuh dari padanya jatuh menjadi obyek harta bersama. Ketentuan ini berlaku sepanjang suami istri tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Jika dalm perjanjian perkawinan tidak diatur mengenai hasil yang timbul dari harta pribadi seluruh hasil yang diperoleh dari harta pribadi suami istri jatuh menjadi harta bersama. Misalnya rumah yang dibeli dari harta pribadi, bukan jatuh menjadi harta pribadi, tetapi jatuh menjadi harta bersama. Oleh karena itu, harus dibedakan harta yang dibeli dari hasil penjualan harta pribadi dengan harta yeng diperoleh dari hasil yang timbul dari harta pribadi. Dalam hal harta yang dibeli dari hasil penjualan harta pribadi, tetapi secara mutlak menjadi harta pribadi.21

5. Segala Penghasilan Pribadi Suami Istri

Segala penghasilan suami atau istri, baik yang diperoleh dari keuntungan melalui perdagangan masing-masing ataupun hasil perolehan masing-masing pribadi sebagai pegawai menjadi yurisdiksi harta bersama suami atau istri. Jadi sepanjang mengenai penghasilan pribadi suami atau istri tidak terjadi pemisahan, maka dengan sendirinya terjadi penggabungan ke dalam harta bersama. Penggabungan penghasilan pribadi suami atau istri ini terjadi demi hukum, sepanjang suami atau istri tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan.

Dengan keadaan seseorang yang tidak diketahui keberadaannya maka akan timbul suatu masalah mengenai status hukum orang tersebut dan hal ini akan berhubungan dengan kepentingan orang lain yakni keluarga yang ditinggalkan dan juga akan bersinggungan dengan berbagai aspek hukum antara lain harta bersama yang akan dijual.

Dalam hal ini yang menjadi masalah adalah apabila suami/isteri ingin menjual harta bersama untuk keperluan yang sangat mendesak sementara salah satu pemilik harta bersama

21Ibid, h. 278

(23)

tersebut tidak berada di tempat (afwezig). Adapun contoh kasus dalam Penetapan Pengadilan Jakarta Timur NO. 242/PDT /P/2014/PN.JKT.TIM yaitu :

1. Pemohon JEB, isteri

Dasar Permohonan

a. Tanpa diketahui alasan dan latar belakang yang jelas, secara seketika pada sekitar tahun 2010 Suami Pemohon meninggalkan rumah kediaman bersama. Pemohon dan anggota keluarga Pemohon yang lainnya telah berusaha mencari dan menelusuri keberadaan Suami Pemohon akan tetapi hingga Permohonan ini Pemohon ajukan, Pemohon dan anggota keluarga Pemohon yang lainnya belum juga mengetahui keberadaan Suami Pemohon. Tidak ada satupun keluarga, baik Pemohon, anggota keluarga Pemohon lainnya serta kerabat dan tetangga di sekitar rumah kediaman bersama yang mengetahui keberadaan Suami Pemohon.

b. Selama Suami Pemohon meninggalkan rumah kediaman bersama, Pemohon sama sekali tidak pernah mendapatkan nafkah dari Suami Pemohon sehingga Pemohon harus memikul tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjadi kepala keluarga, yang mempunyai kewajiban untuk bekerja, mencari nafkah agar dapat mencukupi kebutuhan hidup Pemohon dan anggota keluarga Pemohon yang belum bekerja dan belum mempunyai penghasilan. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, tidak jarang Pemohon dengan sangat terpaksa harus meminjam uang kepada pihak ketiga.

c. Pada saat ini Pemohon juga sedang menderita sakit jantung yang membuat pemohon tidak dapat berjalan pada jarak tertentu dan harus selalu dibantu dengan menggunakan kursi roda. Hal tersebut membuat Pemohon secara terus menerus harus menjalani pengobatan-pengobatan pada rumah sakit dan terapi pengobatan alternatif

(24)

lainnya yang mana pengobatanpengobatan yang harus dijalani oleh Pemohon tersebut tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar.

d. Keputusan untuk menjual Tanah dan Bangunan yang merupakan rumah kediaman bersama bagi Pemohon dan Suami Pemohon tersebut telah Pemohon musyawarahkan pula dengan 4 (empat) anak Pemohon dan ke-4 (empat) anak Pemohon tersebut telah sepakat dan menyetujui penjualan Tanah dan Bangunan.

e. Dikarenakan Tanah dan Bangunan tersebut merupakan Harta Bersama Pemohon dengan Suami Pemohon yang diperoleh Pemohon selama menjalani ikatan perkawinan dengan Suami Pemohon, maka Pemohon sadari bahwa penjualan Tanah dan Bangunan tentunya harus dengan persetujuan Suami Pemohon. Akan tetapi tidak diketahuinya keberadaan Suami Pemohon hingga saat ini tentunya menjadi hambatan bagi Pemohon untuk mendapatkan persetujuan dari Suami Pemohon untuk menjual Tanah dan Bangunan.

f. Karena tidak diketahuinya keberadaan Suami Pemohon, maka Pemohon menyadari bahwa Pemohon harus meminta izin kepada Pengadilan Negeri untuk dapat menjual Tanah dan Bangunan. Persetujuan dari Suami Pemohon untuk menjual Tanah dan Bangunan tentunya dapat diubah dengan adanya izin dari Pengadilan Negeri untuk menjual Tanah dan Bangunan. Hal ini yang menjadi alasan utama bagi Pemohon dalam mengajukan Permohonan Penetapan ini kepada Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Berdasarkan kejadian tersebut diatas maka penelaahan ini nantinya akan dilakukan melalui penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Penjualan harta bersama tanpa dihadiri salah satu ahli waris yang tidak berada ditempat (Afwezig) (Studi Penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan untuk memfokuskan didalam pembahasan

(25)

penelitian,maka diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Perlindungan Hukum Terkait Dengan Putusan Terhadap Harta Bersama Orang Yang Tidak Berada Di Tempat (Afwezig)?

2. Bagaimanakah dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara dalam penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim?

3. Bagaimanakah Akibat hukum dari penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim?

C. Tujuan Penelitian

Perumusan tujuan penilitian selalu berkaitan erat dalam menjawab permasalahan yang menjadi fokus penulisan, sehingga penulisan hukum yang akan dilaksanakan tetap terarah.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Perlindungan Hukum Terhadap Harta Bersama Orang Yang Tidak Berada Di Tempat (Afwezig).

2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara dalam penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim.

3. Untuk mengetahui Akibat hukum dari penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim.

D. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis, seperti yang dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, dan harta bersama perkawinan serta penjualan

(26)

harta bersama jika salah satu suami/isteri tidak berada ditempat.

2. Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

masyarakat, akademisi, praktisi hukum, Notaris/PPAT, khususnya kepada kalangan keluarga yang dimana suami/isteri tidak berada ditempat namun harta bersama harus segera dijual.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik hasil-hasil penelitian yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan di Program Studi Magister Kenotariatan Universitan Sumatera Utara, belum ada penelitian yang membicarakan penelitian

“Analisis Yuridis Penjualan harta bersama tanpa dihadiri salah satu ahli waris yang tidak berada

ditempat (Afwezig) (Studi Penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim)”

Dari hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut “Analisis Yuridis Penjualan harta bersama tanpa dihadiri salah satu ahli waris yang tidak berada ditempat (Afwezig) (Studi Penetapan Pengadilan Jakarta Timur No. 242/PDT /P/2014/PN.Jkt.Tim dan 459/Pdt.P/2014/PN.Jkt.Tim)” yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Magister

Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yaitu:

1. Tesis yang berjudul : “Kedudukan Anak Angkat Perempuan Terhadap Harta Warisan di Kalangan Etnis Tionghoa di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan oleh Edy Mayor, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana USU (NIM: 117011116).

Dengan rumusan masalah:

a. Bagaimanakah syarat-syarat dan prosedur pengangkatan anak perempuan pada masyarakat Etnis Tionghoa di Kota Medan?

b. Bagaimanakah kedudukan anak angkat perempuan dalam hukum waris yang berlaku bagi warga Negara Indonesia Etnis Tionghoa?

(27)

c. Bagaimana akibat hukum dari pengangkatan anak perempuan tersebut terhadap hubungan dengan orang tua kandung dan orang tua angkat dalam hal nafkah, pemeliharaan dan warisan?

2. Tesis yang berjudul: “ Kedudukan Janda Terhadap Harta Bersama dan Harta Warisan Menurut Kompilasi Hukum Islam”. Penelitian ini dilakukan oleh Dinda Lestari.

Mahasiswa Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana USU (107011118). Dengan rumusan masalah:

a. Apakah yang menjadi dasar hukum dalam menetapkan harta bersama dalam perkawinan menurut hukum islam?

b. Bagaimana kedudukan janda terhadap harta bersama dan harta warisan ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam?

c. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pengadilan agama nomor 646/Pdt.G/2010/PA.Mdn?

3. Tesis yang berjudul: “Pembagian Harta Warisan Orang Yang Berbeda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam”. Penelitian ini dilakukan oleh Sahriani, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana USU (077011084). Dengan rumusan masalah:

a. Hak-hak apakah yang didapat oleh ahli waris yang berbeda agama dengan pewaris?

b. Dapatkah diberlakukan wasiat wajibah bagi orang yang berbeda agama?

c. Berapakah bagian harta pewaris yang dapat diterima melalui wasiat wajibah untuk orang yang berbeda agama?

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka Teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau

(28)

tidak disetujui.22 Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.23

Kerangka teori juga merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis menjadi landasan, acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan.24 Konsep teori menurut M.Solly Lubis ialah: “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan yang bagi pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin setuju maupun tidak setuju, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti.25

Menurut Soerjono Soekanto, kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai beberapa kegunaan sebagai berikut :

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.26

Apabila di kaitkan dengan judul penelitian ini yang berkaitan dengan hak ahli waris yang tidak berada ditempat maka teori yang akan digunakan dalam penulisan tesis ini adalah:

a. Teori Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum berarti bahwa dengan adanya hukum setiap orang mengetahui mana dan seberapa besar hak dan kewajibannya.Kepastian bukan hanya berupa pasal-pasal dalam

22 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, h. 80.

23 M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, FE UI, Jakarta, 1996, h. 203.

24Muhammad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, h. 72-73

25 M.Solly Lubis, Opcit, h. 80.

26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, h. 121.

(29)

Undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.27

Menurut Jan Michiel Otto, untuk menciptakan kepastian hukum harus memenuhi syarat- syarat, yaitu :

1) Ada aturan hukum yang jelas dan konsisten ;

2) Instansi pemerintah menerapkan aturan hukum secara konsisten, tunduk dan taat terhadapnya;

3) Masyarakat menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan hukum tersebut;

4) Hakim-hakim yang mandiri, tidak berpihak dan harus menerapkan aturan hukm secara konsisten serta teliti sewaktu menyelesaikannya sengketa hukum;

5) Putusan pengadilan secara konkret dilaksanakan. 28

Kelima syarat yang dikemukakan oleh Jan Michiel Otto tersebut menunjukkan bahwa kepastian hukum dapat dicapai jika substansi hukumnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, aturan hukum yang mampu menciptakan kepastian hukum adalah hukum yang lahir dan mencerminkan budaya masyarakat. Kepastian hukum yang seperti inilah yang disebut dengan kepastian hukum yang sebenarnya (realistic legal certainly), yaitu mensyaratkan adanya keharmonisan antara negara dengan rakyat dalam berorientasi dan memahami sistem hukum.

Menurut Utrecht, Kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh di bebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.29

Menurut Sudikno Mertokusumo Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan putusan dapat dilaksanakan , walau kepastian hukum erat kaitannya dengan keadilan namun hukum tidak

27Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, h. 158.

28Jan Michiel Otto, Reele Rechtszekerheidin Ontwikkelingslanden, Kepastian Hukum Yang Nyata di Negara Berkembang, Penerjemah Tristam Moeliono, Cetakan Pertama, Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, Bandung, 2003, H. 5.

29Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, h. 158.

(30)

identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum, mengikat setiap orang, sedangkan keadilan bersifat subyektif, individualistis dan tidak menyamaratakan.30

Soerjono Soekanto berpendapat bagi kepastian hukum yang penting adalah peraturan dilaksanakan sebagimana ditentukan. Apakah hukum itu harus adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakat adalah diluar pengutamaan kepastian hukum.31

Teori kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu yang pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu megetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena adanya aturan hukum yang bersifat umum dari individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.32

Teori kepastian hukum digunakan dalam penelitian ini dengan alasan untuk mengetahui keamanan hukum bagi suami/isteri yang tidak berada ditempat didalam penjualan harta bersama.

b. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.33

Menurut Satjipto Raharjo hukum melindungi kepentigan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur , dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak disetiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut dengan hak,melainkaan kekuasaan tertentu yang

30Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2002, h. 160.

31Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial, Alumni, Bandung, 1982, h. 21.

32Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, h. 137.

33Setiono, Rule Of Law, Magister Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, h. 3.

(31)

menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.34

Perlindungan menurut konsepnya, berarti mewajibkan pemerintah melalui berbagai instrumennya untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap hak individu masyarakat dengan menegakkan hukum yang berlaku, maka perlindungan itu dianggap ada.

Soedikno Mertokusumo menyebutkan kepastian hukum sebagai perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang- wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.35

Menurut Muchsin perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan meyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.36

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui aturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu saksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Perlindungan Hukum Preventif Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

2) Perlindungan Hukum Represif Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

Teori perlindungan hukum digunakan dalam penelitian ini dengan alasan untuk dapat memberikan jawaban terhadap hak suami/isteri yang harus mendapatkan perlindungan akan hak nya didalam menerima harta bersama.

Jadi menurut teori ini hak suami/isteri yang tidak berada ditempat perlu mendapat perlindungan hukum dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum,keadilan serta ketertiban

34Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum,Cetakan ke-v, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 53

35E. Fernando M.Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan, Tinjauan Hukum Kodrat dan Antinomi Nilai, Cet. I, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,2007, h.99.

36Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, h. 14.

(32)

hukum. Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaualan manusia dan hubungan-hubungan dalam pergaulan kemasyarakatan.Hukum menjamin kepastian hukum pada pihak yang satu terhadap pihak yang lain. Van Apeldoorn juga sependapat dimana, dengan adanya kepastian hukum berarti ada perlindungan hukum.37

Teori Perlindugan Hukum dipakai dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perlindungan bagi suami/isteri yang akan menjual harta warisan bersama apabila salah satu dalam keadaan tidak hadir (afwezig) serta bagaimana perlindungan hukum bagi salah satu suami/isteri dalam keadaan tidak hadir (afwezig) terhadap harta warisan bersama yang dijual seandainya kembali lagi.

2. Kerangka Konsepsi

Suatu kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin akan diteliti akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala ini sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan uraian mengenai hubungan dalam fakta tersebut.38

Konsepsi merupakan definisi operasional dari intisari objek penelitian. Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian dan penafsiran dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini dirumuskan serangkaian kerangka konsepsi atau definisi operasional sebagai berikut:

a. Harta bersama adalah seluruh harta benda / kekayaan yang diperoleh selama periode perkawinan berlangsung,apakah harta tersebut diperoleh dari hasil kerja bersama atau dari jerih payah salah satu suami atau isteri tetap menjadi harta bersama. 39

b. Harta Bawaan adalah harta masing-masing suami/isteri dan harta yang diperoleh

37E.Fernando M .Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum Kodrat dan Antinomi Nilai, Buku Kompas, Jakarta, 2007, h. 91-92.

38Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1989, h. 132.

39 UU Perkawinan No 1 Tahun 1974

(33)

masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing- masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.40

c. Afwezigheid (keadaan tidak hadir), seorang adalah tak hadir (afwezig) jika ia meninggalkan tempat tinggalnya tanpa membuat surat kuasa untuk mewakilinya dalam usaha serta kepentingannya atau dalam mengurus harta serta kepentingannya, atau jika kuasa yang diberikan tidak berlaku lagi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 463 KUHPerdata.41

d. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai suami dan isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.42

e. Pewaris adalah orang yang meninggal dan meninggalkan harta kekayaan.

f. Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik itu berupa pasiva maupun aktiva.

G. Metode Penelitian

Penelitian (research) sesuai dengan tujuannya dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menentukan, mengembangkan dan menguji kebenaram suatu pengetahuan. Usaha mana dilakukan dengan metode-metode ilmiah yang disebut dengan metodologi penelitian.43 Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu “methods” yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.44

Meneliti pada hakekatnya berarti mencari, yang dicari dalam penelitian hukum adalah

40 ibid

41Undang-undang Hukum Perdata

42UU Perkawinan No 1 Tahun 1974

43Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1973, h. 5.

44Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, h. 16.

(34)

kaedah, norma atau das sollen, bukan peristiwa, perilaku dalam arti fakta atau das sein. 45

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan tertentu didalam penulisan tesis ini. Penulisan sebagai salah satu jenis karya tulis ilmiah yang membutuhkan data-data yang mempunyai nilai kebenaran yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data-data sebagaimana yang dimaksud maka dilakukan suatu metode tertentu, karena setiap cabang ilmu pengetahuan mempunyai metode penulisan sendiri.

Sebagai suatu penelitian yang ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian diawali dengan pengumpulan data sehingga analisis data yang dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah yuridif normatif dengan sifat penelitian deskriptif analitis, yaitu memaparkan dan menganalisa tentang kedudukan suami/isteri yang tidak berada di tempat dalam harta warisan bersama yang akan dijual. Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya.46Menggambarkan masalah-masalah hukum dan menganalisa masalah-masalah tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Penelitian hukum dibedakan dalam dua bentuk , yakni penelitian kepustakaan ( library research) atau penelitian yuridis normatif dan penelitian lapangan (field research).47 Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang merupakan penelitian kepustakaan dengan pendekatan historis dan perundang-undangan (statute approach) serta sinkronisasi vertical dan horizontal dalam hukum positif di Indonesia.48

Penelitian hukum normatif atau kepustakaan menurut Soerjono Soekanto mencakup :

45Soedikno Mertokesumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2001, h. 29

46Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, h. 43

47Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, h.

12.

48Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, h. 39.

(35)

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum;


b. Penelitian terhadap sitematik hukum;

c. Penelitian terhadap sinkronisasi vertical dan horizontal;

d. Perbandingan hukum;

e. Sejarah hukum. 49

Penelitian ini menekankan kepada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, yang memfokuskan pengumpulan semua perundang-undangan yang terkait didalam buku, melakukan pengkajian peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan pengaturan hukum dam implikasi pelaksanaanya di Indonesia maupun hukum yang diputuskan melalui proses penelitian.

Penelitian hukum normatif ini bertujuan untuk mengetahui hukum apa saja yang saat ini berlaku sebagai aturan umum atau khusus dalam mengatur kedudukan suami/isteri didalam menerima hak harta perkawinan bersama.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.50

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum yang berkaitan dengan penelitian ini.

3) Bahan Hukum tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti kamus

49Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, h. 7

50Ibid, h. 39.

(36)

ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan penelitian ini.

b. Penelitian Lapangan (field research) untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian ini untuk mendukung analisis permasalahan yang telah dirumuskan.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, Menurut Bambang Waluyo “ sebagai penelitian hukum yang bersifat normatif, teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan yakni upaya untuk memperoleh data dari penelusuran literature kepustakaan, peraturan perundang-undangan, majalah, Koran, artikel, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian.51

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: Studi dokumen ini dimaksudkan untuk memperoleh data, berupa bahan hukum primer, sekunder, maupun bahan hukum tersier, dengan mengunjungi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara.

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya analisis terhadap data yang ditemukan yang gunanya akan memberikan jawaban terhadap permasalahan dari penelitian yang dilakukan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka- angka tetapi berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandangan-pandangan responden hingga dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini.

51Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, h. 14.

(37)

Semua data yang diperoleh kemudian dikelompokkan atas data yang sejenis untuk kepentingan analisis, dan disusun secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif. Kesimpulan adalah merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti, sehingga diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini. 52

52 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h. 24.

(38)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA BERSAMA ORANG YANG TIDAK BERADA DI TEMPAT (AFWEZIG)

A. Harta Benda Perkawinan

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Perkawinan mengakibatkan suatu ikatan hak dan kewajiban, juga menyebabkan suatu bentuk kehidupan bersama dari para pribadi yang melakukan hubungan perkawinan itu, yaitu membentuk suatu keluarga atau somah (gezin atau household).53

Salah satu akibat hukum dari suatu perkawinan yang sah adalah terciptanya harta benda perkawinan.Harta atau kekayaan perkawinan diperlukan guna memenuhi segala keperluan yang dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga. 54 Harta tersebut ada yang diperoleh sebelum perkawinan dan sesudah dilangsungkannya perkawinan. Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu :

a. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

b. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing- masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Berdasarkan pendapat ahli hukum lainnya, dalam suatu perkawinan terdapat tiga macam harta kekayaan, yaitu :

a. Harta pribadi Suami ialah harta bawaan suami, yaitu yang dibawa sejak sebelum perkawinan, dan harta yang diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.

b. Harta pribadi istri ialah Harta bawaan istri, yaitu yang dibawanya sejak sebelum perkawinan, dan harta yang diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.

53Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta, PT Raja GrafindoPersada, 2002, h.. 244

54Sonny Dewi Judiasih, Kajian Terhadap Kesetaraan Hak dan Kedudukan Suami dan Istri atas Kepemilikan Harta Dalam Perkawinan, Bandung, PT.Refika Aditama,2015, h.. 23

(39)

c. Harta bersama suami-istri ialah harta yang diperoleh baik sendirisendiri atau bersama suami-istri selama dalam ikatan perkawinan, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun. 55

Mengenai pengurusan harta benda dalam perkawinan Selanjutnya Pasal 36 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan :

a. Mengenai harta bersama suami atau isteri dapat bertindak ataspersetujuan kedua belah pihak.

b. Mengenai harta bawaan masing-masing suami isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

Secara normatif, terdapat perbedaan yang tajam antara penguasaan harta bersama dan penguasaan harta bawaan, harta hadiah dan atau harta warisan selama perkawinan berlangsung.

Harta bawaan, harta hadiah, harta warisan berada di bawah pengawasan masing-masing suami atau istri, artinya pihak yang menguasai harta tersebut dengan bebas dapat melakukan apa saja terhadap hartanya itu, tanpa memerlukan persetujuan pihak lain. Sedangkan harta bersama berada di bawah penguasaan bersama suami-istri, sehingga jika salah satu pihak, suami atau istri, ingin melakukan perbuatan hukum atas hartanya itu, seperti menjual, menggadaikan, dan lain-lain, harus mendapat persetujuan dari pihak lainnya (Pasal 35 dan 36 Undang Undang-Undang Perkawinan).

Menurut Abdul Kadir Muhammad bahwa konsep harta bersama yang merupakan harta kekayaan dapat ditinjau dari segi ekonomi dan dari segi hukum, walaupun kedua segi tinjauan dari segi ekonomi berbeda, keduanya ada hubungan satu sama lain. Tinjauan dari segi ekonomi menitikberatkan pada aturan hukum yang mengatur.56

M. Yahya Harahap menyatakan bahwa pada dasarnya semua harta yang diperoleh selama ikatan perkawinan menjadi yurisdiksi harta bersama yang dikembangkan dalam proses peradilan.

55Arto Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, h. 70.

56Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Bandung, PT Citra Aditya, 1994, h. 9.

(40)

Berdasarkan pengembangan tersebut maka harta perkawinan yang termasuk yurisdiksi harta bersama adalah sebagai berikut:57

a. Harta yang dibeli selama dalam ikatan perkawinan berlangsung. Setiap barang yang dibeli selama dalam ikatan perkawinan menjadi yurisdiksi harta bersama. Siapa yang membeli, atas nama siapa terdaftar dan dimana letaknya tidak menjadi persoalan.

b. Harta yang dibeli dan dibangun pasca perceraian yang dibiayai dari harta bersama. Suatu barang termasuk yurisdksi harta bersama atau tidak ditentukan oleh asal-usul biaya pembelian atau pembangunan barang yang bersangkutan, meskipun barang itu dibeli atau dibangun pasca terjadinya perceraian.

c. Harta yang dapat dibuktikan diperoleh selama dalam ikatan perkawinan. Semua harta yang diperoleh selama ikatan perkawinan dengan sendirinya menjadi harta bersama.

d. Penghasilan harta bersama dan harta bawaan. Penghasilan yang berasal dari harta bersama menjadi yurisdiksi harta bersama, demikian pula penghasilan dari harta pribadi suami-istri juga masuk dalam yurisdiksi harta bersama. Segala penghasilan pribadi suami-istri tidak terjadi pemisahan,bahkan dengan sendirinya terjadinya penggabungan sebagai harta bersama. Penggabungan penghasilan pribadi suami-istri ini terjadi demi hukum, sepanjang suami-istri tidak menentukan lain dalam perjanjian kawin.

1. Harta Benda Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pengaturan harta benda perkawinan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mempunyai ketentuan yang berlainan dengan Undang-Undang Perkawinan. Dalam pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata “mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum berlakukah persatuan bulat antara harta kekayaan suami dan istri sepanjang tidak di tentukan lain”. Persatuan itu meliputi harta kekayaan suami dan istri, bergerak dan tidak bergerak, baik

57M. Yahya Harahap dalam Abdul Manaf, Aplikasi Asas Equalitas Hak dan Kedudukan Suami Istri dalam Penjaminan Harta Bersama Pada Putusan Mahkamah Agung, Bandung, Mandar Maju, h. 23

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab pribadi berkaitan dengan maladministrasi dalam penggunaan wewenang maupun public service. Seorang pejabat yang melaksanakan tugas dan kewenangan

Saya minta kepada Pengurus ORARI, baik di Pusat, Daerah, maupun Lokal serta anggota ORARI untuk secara aktif mengirimkan informasi dan berita serta foto dan/atau video

37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU merupakan prosedur dan tata cara dalam melakukan renvoi terhadap perbedaan atau selisih dari jumlah hutang debitor pailit yang

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan

sehingga membuat warna tersendiri dalam tesis pada Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap semoga semua bantuan

Metode backpropagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data masa lalu dan dengan metode backpropagation

Output model Jaringan Syaraf Tiruan pada posisi koordinat pengukuran titik ke 1 sampai titik ke 77, dan intensitas bunyi hasil pengukuran pada titik ke-k

Berdasarkan pasal 16 ayat (1) butir (a) UUJN, dalam menjalankan jabatannya notaris berkewajiban bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak