• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Repelen Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis L.) terhadap Aedes sp. Betina.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya Repelen Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis L.) terhadap Aedes sp. Betina."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DAYA REPELEN LOSIO MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L.) TERHADAP Aedes sp. BETINA

Gabriela Anggraini, 2015, Pembimbing 1 : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Rosnaeni, Dra., Apt.

Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. DBD termasuk salah satu arthropod borne disease dengan vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Salah satu upaya pencegahan DBD adalah dengan menggunakan repelen untuk mencegah cucukan nyamuk. Repelen yang banyak beredar di masyarakat adalah N,N-diethyl-m-toluamide (DEET). Selain DEET, tumbuhan yang mengandung minyak atsiri dapat digunakan sebagai repelen, diantaranya adalah rosmarini. Tujuan penelitian ini untuk menilai daya repelen Losio Minyak Rosmarini (LMR) terhadap Aedes sp.

Desain penelitian eksperimental laboratorik sungguhan dengan cross over design dan wash out 1 hari, menggunakan LMR 15%, 30%, dan 60%. Durasi repelen diuji dengan metode Fradin dan Day. Subjek penelitian perempuan dewasa (n=5), masing-masing mendapat 5 perlakuan berbeda, menggunakan hewan coba Aedes sp. betina turunan kedua berumur 7-24 hari.

Data yang diukur adalah durasi (menit) sejak lengan masuk ke dalam kandang penelitian sampai nyamuk hinggap ke lengan subjek selama 2-5 detik. Analisis data rerata durasi (menit) diolah menggunakan ANAVA, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α=0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05.

Hasil penelitian rerata durasi LMR 30% (42,89 menit) dan 60% (55,08 menit) memiliki perbedaan sangat bermakna (p<0,01) terhadap kontrol negatif (0,38 menit), namun lebih lemah dari DEET 12,5% (60,11 menit), dengan perbedaan sangat bermakna (p≤0,01).

Simpulan penelitian ini adalah losio minyak rosmarini 30% dan 60% berefek sebagai repelen, tetapi memiliki daya lebih lemah daripada DEET 12,5% terhadap Aedes sp. betina.

(2)

ABSTRACT

REPELLENCY DURABILITY OF ROSEMARY (Rosmarinus officinalis L.) OIL LOTIO AGAINST FEMALE Aedes sp.

Gabriela Anggraini, 2015, 1st Advisor : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. 2nd Advisor : Rosnaeni, Dra., Apt.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) has a high morbidity and mortality in Indonesia. Vectors of DHF are Aedes aegypti and Aedes albopictus. One method to control DHF is preventing mosquito bite by using repellent. The most common repellent is N,N-diethyl-m-toluamide (DEET). Besides DEET, plants that contain volatile oil can also be used. One of the plants that can be used is rosemary. The purpose of this study is to assess the repellency durability of rosemary oil lotion against Aedes sp.

This is a real laboratory experimental research with cross over design and 1 day wash out, using 15%, 30%, and 60% rosemary oil lotion. Repellency durability tested using Fradin and Day methods. Adult female subjects (n=5) got five different treatment each. This study used 7-24 day old second strain female Aedes sp.

We measured the duration (minutes) since subject’s arm inserted into the cage until the first mosquito alight for 2-5 seconds. Data analyzed by ANOVA, followed by Tukey HSD with α=0,05, statistical significant was set at p<0,05.

The mean duration of rosemary oil lotion 30% (42,89 minutes) and 60% (55,08 minutes) compared to negative control (0,38 minutes) had a highly significant difference (p<0,01), but the repellency durability was less than DEET 12,5% (60,11 minutes), with a highly significant difference (p≤0,01).

The conclusions of this research is that 30% and 60% rosemary oil lotion has a repellency effect against female Aedes sp., with less durability than DEET 12,5%.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 6

2.1.1 Etiologi dan Transmisi ... 6

2.1.1.1 Etiologi ... 6

2.1.1.2 Transmisi ... 7

(4)

2.1.3 Epidemiologi ... 9

2.1.4 Upaya Pengendalian DBD ... 11

2.2 Nyamuk Sebagai Vektor DBD ... 13

2.2.1 Taksonomi Aedes sp. ... 13

2.2.2 Distribusi Aedes sp. ... 14

2.2.3 Siklus Hidup dan Morfologi Aedes sp. ... 15

2.2.4 Perilaku Aedes sp. ... 19

2.2.4.1 Perilaku Makan ... 19

2.2.4.2 Perilaku Istirahat ... 19

2.2.4.3 Jarak Terbang ... 20

2.2.4.4 Ketertarikan terhadap Host ... 20

2.3 Repelen Serangga ... 21

2.3.1 Mekanisme Kerja Repelen ... 21

2.3.2 Diethyltoluamide (DEET) ... 22

2.3.2.1 Mekanisme Kerja DEET ... 23

2.3.2.2 Toksikologi dan Pengaruh DEET terhadap Kesehatan ... 23

2.3.3 Repelen dari Bahan Herbal ... 25

2.4 Minyak Atsiri (Minyak Esensial) ... 26

2.5 Rosmarini (Rosmarinus officinalis L.) ... 28

2.5.1 Taksonomi Rosmarini ... 29

2.5.2 Manfaat Rosmarini ... 29

2.5.3 Minyak Rosmarini (Oleum Rosmarini) ... 30

(5)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan, Alat, Subjek Penelitian, dan Hewan Coba ... 32

3.1.1 Bahan Penelitian ... 32

3.1.2 Alat Penelitian ... 32

3.1.3 Subjek Penelitian ... 33

3.1.4 Hewan Coba ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.3 Metodologi Penelitian ... 33

3.3.1 Desain Penelitian ... 33

3.3.2 Variabel Penelitian ... 34

3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 34

3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 34

3.3.3 Besar Sampel Penelitian ... 35

3.4 Prosedur Kerja ... 35

3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 35

3.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 36

3.4.3 Cara Pemeriksaan ... 37

3.5 Analisis Data ... 38

3.6 Hipotesis Statistik ... 38

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.2 Pembahasan ... 42

(6)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 51

(7)
[image:7.595.115.512.238.583.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Distribusi Aedes aegypti dan daerah epidemik dengue di dunia ... 9

2.2 Grafik distribusi kasus dengue di negara-negara Asia (2000-2009) ... 10

2.3 Grafik angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk tahun 2008-2013 ... 11

2.4 Perbandingan morfologi nyamuk Aedes aegypti dewasa (kanan) dengan nyamuk Aedes albopictus dewasa (kiri)... 14

2.5 Siklus hidup nyamuk Aedes sp. ... 15

2.6 Telur Aedes sp. ... 16

2.7 Larva Aedes aegypti dalam air ... 16

2.8 Pupa Aedes aegypti dalam air ... 17

2.9 Morfologi Aedes aegypti dewasa ... 18

2.10 Perbandingan morfologi kepala nyamuk betina (atas) dan jantan (bawah) subfamili culicine (kanan) dan anopheline (kiri) ... 18

2.11 Struktur Kimia DEET ... 22

(8)
[image:8.595.145.481.264.585.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Durasi daya repelen LMR berbagai kelompok perlakuan ... 39

4.2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk ... 40

4.3 Hasil ANAVA rerata durasi daya repelen... 40

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Prosedur Kerja Metode Fradin dan Day ... 51

Lampiran 2. Formulasi Pembuatan 100 ml Losio Minyak Rosmarini (LMR) ... 52

Lampiran 3. Kandungan Minyak Rosmarini pada PenelitianBerdasarkan Analisis Oleh Lansida Herbal Technology ... 53

Lampiran 4. Uji Normalitas Saphiro-Wilk... 54

Lampiran 5. Uji ANAVA Satu Arah... 55

Lampiran 6. Uji Komparasi Multiple Post Hoc Test... 56

Lampiran 7. Homogenous Subset ... 57

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ... 58

Lampiran 9. Surat Keputusan Komisi Etik ... 60

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit menular dapat menyebar dengan berbagai cara, salah satunya melalui perantara serangga (vector borne disease). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah utama penyakit virus yang ditransmisikan oleh nyamuk (CDC, 2014). Menurut World Health Organization (WHO), terdapat 5-10 juta kasus DBD setiap tahun, dengan 500.000 kasus yang dirawat di rumah sakit (WHO, 2011).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan tahun 2011, DBD merupakan urutan kedua dari seluruh kasus perawatan di rumah sakit. Pada tahun 2013, angka kematian disebabkan oleh demam berdarah dengue adalah 871 kematian (Aditama, 2014).

Nyamuk merupakan perantara utama vector borne disease di daerah subtropis dan tropis. Penyakit DBD ditularkan melalui cucukan nyamuk Aedes sp. betina pada manusia. Nyamuk Aedes sp., terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vektor dari penyakit virus yang berhubungan erat dengan lingkungan manusia karena dapat berkembangbiak dengan baik di lingkungan bersih sekalipun. Aedes sp. merupakan vektor primer dari penyakit viral seperti demam berdarah, chikungunya, filariasis limfatik (elephantiasis), Japanese encephalitis, dan Yellow fever (CDC, 2014). Nyamuk dewasa mencucuk manusia di dalam maupun luar ruangan terutama saat terang (CDC, 2012).

Kasus DBD dapat diantisipasi dengan memutus siklus perkembangan nyamuk Aedes sp. dengan berbagai cara. Salah satunya secara fisik, seperti menggunakan

kelambu saat tidur dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular

demam berdarah dengan cara “3M”: Menguras, Menutup, dan Mengubur atau

(11)

nyamuk, dan menggunakan repelen. Repelen yang banyak beredar adalah repelen sintetik yang mengandung N,N-diethyl-m-toluamide (DEET) dengan kadar 12,5% (Hidayat et al., 2010).

Penelitian In S. Kim et al (2011) menyimpulkan DEET berefek sitotoksik, neurotoksik, menyebabkan dermatitis, dan reaksi alergi pada hewan dan manusia yang diuji secara in vivo selama 24-48 jam. Efek samping neurotoksik sangat berbahaya dan terutama dapat ditemukan pada anak-anak (Roberts, 2013). Mengingat efek samping penggunaan repelen sintetik tersebut, diperlukan penelitian dan pengembangan repelen alami (Kim, 2011; Roberts, 2013).

Salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai repelen adalah minyak atsiri (volatile oil/essential oil). Minyak atsiri dari tiap tanaman memiliki aroma yang berbeda-beda. Aroma dari bahan aktif dalam minyak atsiri dapat mengacaukan indra taktil dan pembau nyamuk sehingga nyamuk akan menghindar (Cox, 2005). Repelen alami menggunakan tanaman yang mengandung minyak atsiri, antara lain citronella, eucalyptus, lavender, serai wangi, cinnamon, rosmarini, dan lain-lain.

Bahan aktif yang memiliki efek repelen pada tanaman rosmarini (Rosmarinus officinalis L.) adalah minyak atsiri dengan kandungan α-pinene, camphor, cineole, borneol, dan camphene (Bruneton, 2008).

Penelitian terdahulu tentang efek minyak rosmarini sebagai repelen telah dilakukan oleh Sylvi Anggraini (2008) Meilinah Hidayat et al. (2010) dengan metode one side test yang diadopsi dari penelitian Joel Coats dan Chris Petersson. Dalam penelitian tersebut, Sylvi Anggraini menggunakan air perasan herba rosmarini dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 60%. Penelitian tersebut menyebutkan air perasan herba rosmarini pada kadar 40% dan 60% berefek repelen serta memiliki potensi repelen setara DEET 12,5% terhadap nyamuk Aedes aegypti betina dewasa. Meilinah Hidayat et al. membandingkan potensi

(12)

rosmarini memiliki potensi paling mendekati DEET 12,5% jika dibandingkan dengan minyak mawar dan minyak lavender (Anggraini, 2008; Hidayat, 2010).

Penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian tersebut pada manusia dengan penambahan basis losio dengan tujuan akan menghambat penguapan dari minyak atsiri. Sehingga durasi daya repelen minyak rosmarini dapat lebih panjang. Dalam penelitian ini digunakan kadar minyak rosmarini 15%, 30%, dan 60% dengan pertimbangan dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Meilinah Hidayat et al. (2010) dan penambahan bahan pembawa basis losio (Agoes, 2007).

Losio adalah suspensi, larutan, atau emulsi yang bersifat encer dan digunakan sebagai obat luar (Ansel, 2011). Penambahan bahan pembawa basis losio bertujuan agar minyak rosmarini sebagai repelen memiliki duration of action yang lebih panjang daripada minyak atsiri (Agoes, 2007).

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah losio minyak rosmarini kadar 15%, 30%, 60% berefek repelen

terhadap Aedes sp. betina, minimal pada salah satu kadar.

2. Apakah durasi daya repelen losio minyak rosmarini kadar 15%, 30%, 60% setara dengan DEET 12,5%, minimal pada salah satu kadar.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui bahan alami yang dapat digunakan sebagai repelen.

Tujuan Penelitian :

1. Menilai efek repelen losio minyak rosmarini terhadap Aedes sp. betina pada manusia.

(13)

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis : menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang parasitologi khususnya tentang vektor nyamuk Aedes sp. dan dalam bidang farmakologi tentang manfaat tanaman herbal rosmarini terutama sebagai repelen.

Manfaat praktis : memberi informasi tentang rosmarini sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes sp.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Tubuh manusia menghasilkan karbondioksida dari pernapasan, panas tubuh, asam laktat, dan bau khas (senyawa 6-methyl-5-hepten-2-one dan 1-Octen-3-ol) yang merupakan kairomone bagi serangga haematophagus seperti nyamuk. Komponen-komponen host tersebut berperan menstimulasi reseptor antennal nyamuk betina sehingga nyamuk betina dapat mendeteksi keberadaan host dalam jarak 20 meter. (Becker et al., 2003; Logan et al., 2008; Cook et al., 2011).

Repelen sintetik yang mengandung N,N-diethyl-m-toluamide (DEET) bekerja dengan memengaruhi reseptor gustatorius nyamuk pada jarak dekat atau memengaruhi sistem penciuman nyamuk dengan cara menghambat reseptor kimia karbondioksida dan asam laktat pada antena nyamuk serta menyamarkan bau khas dari host sehingga nyamuk tidak dapat mendeteksi keberadaan host (Maia, 2011; Kim et al., 2011).

(14)

al., 2010). Senyawa aktif tersebut bekerja dengan menghambat reseptor

penciuman pada antena serta menutupi pori-pori sensila yang terdapat pada antena nyamuk sehingga nyamuk tidak dapat mendeteksi keberadaan host (Gillij et al., 2008; Nerio et al., 2010; Maia, 2011).

Minyak atsiri memiliki sifat yang spesifik, yaitu memiliki aroma yang khas dan mudah menguap pada suhu kamar. Oleh karena itu dibutuhkan penambahan bahan pembawa yang dapat mencegah penguapan. Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pembawa untuk minyak atsiri antara lain adalah basis losio yang memiliki fase minyak dan fase air (Agoes, 2007).

Penelitian Sylvi Anggraini (2008) menyebutkan air perasan herba rosmarini konsentrasi 40% dan 60% memiliki potensi setara dengan DEET 12,5% dalam menghalau nyamuk Aedes aegypti betina dewasa. Selain itu, hasil penelitian Meilinah Hidayat et al. (2010) dengan metode one side test menyebutkan bahwa potensi repelen minyak rosmarini 60% terhadap nyamuk Aedes aegypti betina dewasa setara dengan DEET 12,5% (Anggraini, 2008; Hidayat, 2010).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Losio minyak rosmarini kadar 15%, 30%, 60% berefek repelen terhadap Aedes sp. betina, minimal pada salah satu kadar.

(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Losio minyak rosmarini 30% dan 60% berefek repelen terhadap Aedes sp. betina, sedangkan losio minyak rosmarini 15% tidak berefek repelen terhadap Aedes sp.

2. Durasi daya repelen losio minyak rosmarini tidak setara dengan DEET 12,5%.

5.2 Saran

Penelitian Daya Repelen Losio Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis L.) terhadap Aedes sp. Betina perlu dilanjutkan dengan:

1. Menggunakan nyamuk genus lain (Culex dan Anopheles) 2. Bentuk sediaan obat selain losio, contohnya krim.

3. Kombinasi dengan tanaman atau pelarut lain yang mungkin dapat meningkatkan peningkatan durasi daya repelen, seperti daun selasih (Ocimum basilicum L.)

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adifan, Ishak H, Ane RL. 2011. Kemampuan Adaptasi Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus Dalam Berkembang Biak berdasarkan Jenis Air. Jurnal UNHAS Makassar.

Aditama TY. 2015. Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari., http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demamberdarahbiasany a-mulai-meningkat-di-januari.html#sthash.Ltf8QLkC.dpuf.,8 Oktober 2015.

Aditama TY. 2014. Penyakit yang disebabkan oleh Nyamuk dan cara Pencegahannya serta Target yang akan dicapai oleh Pemerintah., http://pppl.depkes.go.id/focus?id=1374., 6 Maret 2015.

Agoes G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB. h118-31.

Anggraini S. 2008. Efek Perasan Herba Rosemary (Rosmarinus officinalis) Sebagai Penghalau Nyamuk Aedes aegypti Betina Dewasa. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Ansel HC, Allen LV, Popovich NG. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems Ninth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p274.

Becker N, Petric D, Zgomba M, Boase C, Dahl C, Lane J, et al. 2003. Mosquitoes and Their Control 1st ed. New York: Springer Science+Business Media. p25.

BPOM. 2014. Bahaya DEET pada Insect – Repellent., http:// ik.pom.go.id /v2014/artikel/BahayaDEETpadaInsect.pdf., 15 Oktober 2016.

Bruneton J. 2008. Pharmacognosy, Phytochemistry, Medicinal Plants. 2e ed. - retirage broch. Paris(FR): Lavoisier. p484-540.

Caesar RY, Hapsari I, Dhiani BA. 2014. Formulasi dan Aktivitas Antibakteri Lotion Minyak Atsiri Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill). Media Farmasi, 11(1): 41-54.

CDC. 2012. Life cycle: the mosquito., http://www.cdc.gov/dengue/ resources/ fact Sheets/MosquitoLifecycleFINAL.pdf., 6 November 2015.

(17)

____. 2015. Dengue Homepage: Photos/Infographics., http://www.cdc.gov/ dengue/training/dengue101.html#Images., 5 November 2015

Cook JI, Majeed S, Ignell R, Pickett JA, Birkett MA, Logan JG. 2011. Enantiomeric selectivity in behavioural and electrophysiological responses of Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus mosquitoes. Bulletin of Entomological Research, 101(5): 541-50.

Cox C. 2005. Plant-bassed Mosquito Repellents: Making A Careful Choice. Journal of Pesticide Reform, 25(3): 6-7.

___________. Repellent Factsheet: DEET. Journal of Pesticide Reform, 25(3): 10-3.

Djunaedi D. 2006. Demam Berdarah (Dengue DBD) Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah. h32-45.

FDA. 2003. Guidance for industry photosafety testing, pharmacology toxycology coordinating committee in the centre for drug evaluation and research (CDER) at the FDA, USA:New Hampsire Avenue.

Fradin MS, Day JF. 2002. Comparative Efficacy Of Insect Repellents Against Mosquito Bites. N Engl J Med, 347(1): 13-8.

Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi W. 1998. Parasitologi kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gillij YG, Gleiser RM, Zygadlo JA. 2008. Mosquito repellent activity of essential oils of aromatic plants growing in Argentina. Bioresour. Technol, 99:2507– 15.

Goldman L, Ausiello D. 2007. Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia:Saunders Elsevier. ch405.

Hanafiah KA. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hidayat M, Hendranata KF, Rosnaeni. 2010. Reppelent Effect of Lavender, Rose and Rosemary Oil on Aedes aegypti mosquitoes. Jurnal Medika Planta, 1(1).

Herbs2000. 2010. Rosemary Rosmarinus officinalis.,

(18)

Hoedojo. 1993. Vektor demam berdarah dengue dan upaya penanggulangannya. Majalah parasitologi Indonesia, 6(1): h31-44.

Kemenkes RI (Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis). 2011. Informasi Umum Demam Berdarah Dengue., http://www.pppl.depkes.go.id/ _asset/_download/INFORMASI_UMUM_DBD_2011.pdf., 4 Oktober 2015.

Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lampiran 3.3.

_____________. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. h149.

Kemenkes RI (Ditjen PP & PL). 2014. Waspada DBD di Musim Pancaroba., http://www.depkes.go.id/ article/ print/ 15010200002/waspada-dbd-di-musim-pancaroba.html., 1 November 2015.

Kim IS, Ren X, Chang JS, Lee JW, Yu HW, Kim SJ, et al. 2011. The Effect of Environmental Micropollutant (DEET) on the Expression of Cell Cycle and Apoptosis Regulatory Proteins in Human Cells. Biotechnology and Bioprocess Engineering 16: 400-406.

Logan JG, Birkett MA, Clark SJ, Powers S, Seal NJ, Wadhams LJ, et al. 2008. Identification of Human-Derived Volatile Chemicals that Interfere with Attraction of Aedes Aegypti Mosquitoes. J Chem Ecol, 34: p308-22.

Maia MF, Moore SJ. 2011. Plant-Based Insect Repellents: A Review of Their Efficacy, Development and Testing. Malaria Journal, 10(Suppl 1): s11.

Merck Sharp & Dohme Corp. 2015. The Merck Index Online., https://www.rsc.org/Merck-Index/search., 20 November 2015.

Miko T, Kusminarti S, Karyanti MR, Sugiharti S, Sihombing B, Riyanti F, dkk. 2011. Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mills S, Bone K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy. London: Churchill Livingstone. p27-30.

Nerio LS, Verbel JO, Stashenko E. 2010. Repellent activity of essential oils: A review. Bioresource Technology 101: 372–8.

(19)

Roberts JR, Reigart JR. 2013. Recognition and Management of Pesticide Poisonings. 6th ed. Washington DC: EPA. p128-130.

Rueda LM. 2004. ZOOTAXA 589 Pictorial Keys for the Identification of Mosquitoes (Diptera:Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmission. Auckland (NZ): Magnolia Press. p10.

Samaroo SK. 2015. Aedes aegypti (Yellow Fever Mosquito)., https://sta.uwi.edu/ fst/lifesciences/documents/Aedes_aegypti.pdf., 6 November 2014.

Shepherd SM. 2015. Dengue: Practice Essentials., http://emedicine.medscape. com/article/215840-overview., 10 Oktober 2015.

Sweetman SC. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth edition. London(UK): Pharmaceutical Press. p2041.1.

Taxonomicon. 2015. Taxon: Genus Aedes Meigen, 1818 (fly)., http://taxonomicon .taxonomy.nl/TaxonTree.aspx?id=92734&src=0., 24 September 2015.

Tjahjani S. 2008. Efficacy of Several Essential Oils as Culex and Aedes Repellents. Proc ASEAN Congr Trop Med Parasitol 3:33-7.

USDA. 2015. Rosmarinus officinalis L. Rosemary., http://plants.usda.gov/core/ profile?symbol=ROOF., 16 November 2015.

WHO. 1995. Guidelines for Dengue Surveillance and Mosquito Control Western Pacific Education in Action Series No. 8. Manila (PH): Regional Office for the Western Pacific WHO.

_____. 1997. Dengue haemorrhagic fever: Diagnosis, treatment, prevention, and control. 2nd ed. Geneva: WHO.

_____. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever Revised and expanded edition. India: WHO.

WHOPES. 2009. Guidelines for efficacy Testing of mosquito Repellents for human Skin. WHO/HTM/NTD/WHOPES/2009.4.

Yanhendri, Yenny SW. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi. CDK-194, 39(6): 424.

Gambar

Gambar
Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Re-disain atau perbaikan rencana pembelajaran sesuai masukkan pada saat refleksi merupakan hal penting dalam menemukan model pembelajaran yang cocok untuk masa

Apabila kita memaknai uraian tersebut di atas, dengan mempertimbangkan peran serta fungsi guru yang strategis dalam proses pembelajaran, permasalahan pencapaian hasil

GKP yang ada di Klasis Wilayah Purwakarta harus menerapkan strategi supaya dapat terus. bertahan, tumbuh,

Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan, menurut James W Fowler ( Alih bahasa: Agus Cremers dan Editor: A.. Christian Perspectives on Faith

tetapi seorang sutradara juga harus terlibat dalam pengemasan suatu program atau tema yang akan di ambil dalam sebuah produksi, praproduksi, produksi, pasca produksi, dana,

Hasil belajar siswa pada Ulangan Akhir Semester Gasal berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas Amasih ada siswa yang hasil belajarnya masih dibawah KKM

karena penelitian ini sudah banyak dilakukan namun dengan hasil yang tidak konsisten maka, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai Tax Avoidance, Good Corporate

[r]