KEEFEKTIFAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI
SUMBER INFORMASI PERTANIAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) BAGI PETANI DI KECAMATAN CILAWU
KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT
LAPORAN TUGAS AKHIR
MUH JAYASRI AM 020118028
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR BOGOR
2022
KEEFEKTIFAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI
SUMBER INFORMASI PERTANIAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) BAGI PETANI DI KECAMATAN CILAWU
KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT
MUH JAYASRI AM 020118028
Laporan Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan gelar profesional Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)
pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR BOGOR
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya untuk bisa menempuh pendidikan DIV (Diplomat 4) di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor. Dengan saya menulis lembar persembahan ini bertanda saya telah menyelesaikan pendidikan tersebut sehingga memperoleh gelar S.Tr.P, sebagai Sarjana Terapan Pertanian.
Saya persembahkan karya tulis ini untuk kedua orang tua. Terima kasih yang telah merawat, mendidik serta mendukung, mendoakan dan bekerja keras mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga serta menyekolahkan anak - anaknya terlebih selalu mendukung dalam setiap langkah untuk mencapai cita-cita yang sedang saya perjuangkan. Terima kasih sudah membesarkan anakmu dengan penuh keikhlasan meskipun anakmu sangat keras kepala dan sulit untuk mengikuti arahanmu. Terima kasih tak terhingga kepada saudara dan saudariku serta keluarga dan kerabat yang telah membantu dan mendukung saya selama menempuh pendidikan.
Terima kasih untuk rekan-rekan kelompok tugas akhir kelompok Cilawu, seluruh rekan asrama Dewi Sri 2, teman seperjuangan Colocasia esculenta, Adik tingkat 1,2 dan 3, Grup seperantauan dari Sulawesi Selatan yang telah sedia mendoakan, mendukung serta berbagi kebahagiaan dan pengalaman hidup sehingga tugas akhir ini selesai dilaksanakan. Semoga semua yang telah kita lewati menjadi memori indah dikemudian hari serta semua kebaikan kalian menjadi ladang amal ibadah dikemudian hari.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berperan dalam mengantarkan saya menjadi seorang sarjana terapan pertanian. Semoga Allah senantiasa memberkahi setiap langkah kita.
SURAT PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada manusia pembaharu Nabi Muhammad SAW teriring keluarga, sahabat dan segenap para penerus perjuangan beliau hingga akhir zaman.
Selanjutnya, dengan rahmat, inayah dan hidayah dari Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Keefektifan Media Sosial Sebagai Sumber Informasi Pertanian Bawang Merah Bagi Petani di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut” sesuai dengan harapan dan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan laporan ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat; Dr. Yoyon Haryanto, SST., M.P Selaku Pembimbing I, Dr. Neni Musyarofah, SP., M.Si Selaku Pembimbing II, Ait Maryani, SP., M.Pd., Selaku Ketua Prodi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, Dr.
Wahyu Trisnasari, S.ST., M.Si, Dr.Detia Tri Yunandar, SP., M.Si, Selaku Direktur Polbangtan Bogor,
Ucapan yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orangtua yang telah memberikan doa dan bantuan baik moril maupun materi. Semoga amal baik mendapat imbalan dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Bogor, Juli 2022
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kelurahan Ela-ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 04 Januari 1999 dari pasangan orang tua Bapak Masri dan Ibu Agustina sebagai anak kedua dari enam bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di tempuh di Sekolah Dasar Negeri 3 Balangnipa Sinjai Utara dan lulus pada tahun 2011, kemudian lanjut tingkat
pertama (SLTP) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sinjai Utara lulus pada tahun 2014, dan Sekolah Lanjut Tingkatan Atas (SLTA) di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sinjai Utara dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun 2018, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program D-IV Beasiswa Kementerian pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor pada program studi penyuluhan pertanian berkelanjutan.
Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi penulis aktif di beberapa bidang kegiatan mahasiswa seperti pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah IMPPI, Ketua UKM Degung, Komisi 1 dan Komisi 4 Organisasi Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Ikut serta dalam UKM Paduan Suara, Tenis Meja dan Juga Degung. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan perlombaan tingkat nasional dalam Olimpiade Perguruan Tinggi Kedinasan (OPTK) 2019 yang di gelar di Polbangtan Bogor, menjadi juara 2 lomba video tingkat nasional terkait pahlawan keamanan pangan yang diadakan BPOM, juara harapan 2 lomba bisnis plan nasional Agrifest 2021 yang diadakan oleh kampus UNISMA Malang dan juga sebagai Duta Halal Lifestyle Indonesia 2021 yang diadakan oleh Univesitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta.
ABSTRAK
MUH JAYASRI AM. Keefektifan Media Sosial Sebagai Sumber Informasi Pertanian Bawang Merah (Allium cepa L.) Bagi Petani di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Dibimbing oleh YOYON HARYANTO dan NENI MUSYAROFAH
Pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi menghasilkan banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk berbagi informasi.Satu dari media komunikasi yang bisa digunakan adalah media dunia maya atau media internet. Hal ini membuat seluruh elemen merasakan bagaimana proses kemajuan teknologi informasi salah satunya lewat pemanfaatan media sosial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian khususnya pada budidaya bawang merah, faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keefektifan, sekaligus menyusun strategi penerapan keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian khususnya pada budidaya bawang merah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan regresi linear berganda. responden diambil sebanyak 72 orang yang ditentukan dengan sengaja (purposive sampling) yaitu petani yang menjadi anggota kelompok tani dan melaksanakan usaha budidaya bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keefektifan termasuk kedalam kategori sedang. Faktor yang memberikan pengaruh nyata dengan nilai signifikan masing-masing 0,000 atau kurang dari 0,05 yaitu umur, pendidikan,lama usaha tani, kepemilikan media komunikasi,peran penyuluh dan dukungan lingkungan. Strategi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk dapat meningkatkan keefektifan media sosial yaitu dengan melaksanakan penyuluhan kepada petani dengan mengacu kepada indikator yang berpengaruh yaitu dengan melaksanakan penyuluhan dengan materi media sosial serta whatsapp dan youtube sebagai media informasi bagi petani. Hal ini guna untuk meningkatkan keefektifan media sosial tersebut
Kata Kunci : Keefektifan,Media Sosial, Bawang Merah.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
xii xiii
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 3
Manfaat 3
TINJAUAN PUSTAKA
Keefektifan 4
Faktor Internal 6
Faktor Eksternal 8
Faktor Pendukung 9
Media Sosial 12
Bawang Merah 13
Penyuluhan Pertanian 14
Materi Penyuluhan Pertanian 14
Media Penyuluhan Pertanian 14
Kerangka Berpikir 15
Hipotesis 16
METODE PELAKSANAAN 17
Jenis dan Pendekatan Penelitian 17
Waktu dan Tempat 17
Populasi dan Sampel 17
Data dan Pengumpulan Data 19
Kisi-kisi Instrumen 21
Pengujian Instrumen 23
Metode Analisis Data 25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Wilayah Penelitian 27
Faktor Internal 28
Faktor Eksternal 32
Faktor Pendukung 34
Keefektifan 36
Analisis Faktor-Faktor Berpengaruh Pada Keefektifan Media Sosial 39 Strategi Keefektifan Media Sosial Sebagai Sumber Informasi Pertanian
Bawang Merah Bagi Petani 44
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 48
Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 53
DAFTAR TABEL
1 Populasi Responden Tugas Akhir di Kecamatan Cilawu 18 2 Proporsi Jumlah Sampel Setiap Kelompok Tani 19 3 Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran 21 4 Faktor Internal Berdasarkan Umur di Kecamatan Cilawu 29 5 Faktor Internal Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Cilawu 30 6 Faktor Internal Berdasarkan Lama Usaha Tani di Kecamatan Cilawu 31 7 Faktor Internal Berdasarkan Kepemilikan Media di Kecamatan Cilawu 32 8 Motivasi Memanfaatkan Media Sosial di Kecamatan Cilawu 33 9 Interaksi Memanfaatkan Media Sosial di Kecamatan Cilawu 34 10 Interaksi Memilih Media Sosial di Kecamatan Cilawu 35
11 Peran Penyuluh di Kecamatan Cilawu 35
12 Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Kecamatan Cilawu 36
13 Dukungan Lingkungan di Kecamatan Cilawu 37
14 Tingkat Perhatian di Kecamatan Cilawu 38
15 Tingkat Ketertarikan di Kecamatan Cilawu 38
16 Tingkat Keinginan di Kecamatan Cilawu 39
17 Tingkat Tindakan di Kecamatan Cilawu 40
18 Analisis regresi linier berganda pengaruh variabel terhadap keefektifan 41 19 Analisis regresi linier berganda pengaruh indikator terhadap keefektifan 42
DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji Validitas 54
2 Uji Reliabilitas 55
3 Uji Normalitas 55
4 Uji Linearitas 56
5 Uji Multikolinearitas 56
6 Uji Heterokedastisitas 57
7 Uji F 57
8 Lembar Persiapan Menyuluh 58
9 Sinopsis 60
10 Folder Penyuluhan 64
11 QR Code Video Media Penyuluhan 67
12 Daftar Hadir Penyuluhan 68
13 Dokumentasi 71
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan media sosial telah menimbulkan banyak masalah, termasuk pergeseran budaya dari budaya tradisional ke budaya digital. Di era digital, media sosial telah menjadi tren dalam komunikasi hingga pemasaran. Media sosial adalah media online di mana pengguna dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan membuat konten, termasuk blog, jejaring sosial, wiki, dan lainnya. Blog, jejaring sosial, dan wiki adalah bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia. Media sosial adalah “sekelompok aplikasi Internet yang membangun fondasi ideologis dan teknologi Web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang dibuat pengguna” (Kaplan dan Haenlein 2010). Ada banyak media sosial yang berkembang pesat saat ini antara lain Whatsapp, Instagram, Twitter, Line, Facebook, Youtube dan lain-lain.
Setiap orang pasti memiliki motif yang berbeda-beda dalam menggunakan media sosial. Sekedar untuk berkomunikasi dengan orang lain, untuk mencari tahu perkembangan sesuatu, untuk berbagi informasi maupun untuk mengikuti salah satu yang menjadi trend saat ini yaitu menggunakan media sosial sebagai bentuk eksistensi diri.
Kemajuan teknologi sedikit banyak telah mengubah pola interaksi masyarakat. Suatu pola interaksi tercipta tanpa harus berada dalam ruang dan waktu yang sama dalam waktu yang bersamaan. Internet menghilangkan batasan yang menghalangi orang untuk berinteraksi. Dengan munculnya modernitas, hubungan antara ruang dan waktu lebih tidak terbatas, dan kemudian ruang secara bertahap dipisahkan dari tempat. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa manusia dapat menciptakan interaksi baru tanpa harus bertemu secara fisik, salah satunya adalah internet (Social Networking).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 bahwa total produksi bawang merah di Kabupaten Garut pada kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan produksi yang tidak signifikan. Hal ini melihat data pada
ton. Tahun 2018 produksi bawang merah mengalami penurunan sebesar 28.456 ton selanjutnya mengalami kenaikan di tahun 2019 sebesar 32.104 ton hingga akhirnya kembali mengalami penurunan di tahun 2020 sebesar 27.334 ton bawang merah.
Tidak signifikannya produksi bawang merah di Kabupaten Garut diakibatkan karena belum optimalnya penggunaan faktor produksi seperti luas lahan, tenaga kerja, pestisida dan benih, serta minimnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi pada kegiatan budidaya bawang merah, sehingga perlu dilakukannya pembinaan kepada petani melalui kegiatan penyuluhan.
Semakin berkembangnya penggunaan internet dan tingginya kebutuhan akan interaksi membuat jejaring sosial atau media sosial menjadi sesuatu yang tidak bisa dipungkiri, terutama bagi semua kalangan khususnya petani. Promosi barang atau mencari informasi tentang pasar dan pemasaran, apalagi tidak hanya pada satu media. Untuk menarik konsumen, perusahaan harus memiliki banyak cara untuk menarik perhatian konsumen. Saat ini, semakin banyak konsumen yang menggunakan berbagai produk media sosial. Secara keseluruhan, perlu tahu lebih banyak tentang apa yang diinginkan konsumen saat ini. Perusahaan harus terus mengembangkan media promosi sesuai perkembangan zaman.
Berdasarkan hasil observasi dan konsultasi dengan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cilawu terdapat fenomena di tingkat petani bahwa keefektifan sosial media sebagai informasi pertanan bawang merah yang masih rendah. Atas uraian tersebut penting mengetahui tingkat keefektifannya, faktor- faktor yang mempengaruhi serta strategi peningkatan keefektifan media sosial dalam informasi pertanian, maka penulis mengambil judul penelitian “Keefektifan Media Sosial Sebagai Sumber Informasi Pertanian Bawang Merah Bagi Petani Di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut”.
Rumusan Masalah
1. Sejauh mana tingkat keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bawang merah bagi petani di kecamatan Cilawu Kabupaten Garut?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanianbawang merah bagi petani di kecamatan Cilawu Kabupaten Garut?
3. Bagaimana strategi peningkatan keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanianbawang merah bagi petani di kecamatan Cilawu Kabupaten Garut?
Tujuan
1. Mendeskripsikan tingkat keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bawang merah bagi petani di kecamatan Cilawu Kabupaten Garut.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bawang merah bagi petani di kecamatan Cilawu Kabupaten Garut.
3. Merumuskan strategi peningkatan keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bawang merah bagi petani di kecamatan Cilawu Kabupaten Garut.
Manfaat 1. Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha:
a. Berkesempatan terlibat langsung dalam penerapan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bawang merah sehingga lebih memudahkan dalam memasarkan komoditas bawang merah.
b. Memperoleh pengalaman dalam berusahatani bawang merah dengan menerapkan sosial media dalam mengakses pasar dan pemasaran.
2. Bagi Pemerintah:
a. Memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bawang merah.
b. Sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan untuk mengatasi permasalahan faktual bidang penyuluhan dan agribisnis bawang merah secara berkelanjutan.
3. Bagi Mahasiswa Polbangtan Bogor:
a. Memperoleh pengalaman langsung dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian terapan bidang penyuluhan dan agribisnis pada komoditas bawang merah.
b. Memperoleh pengalaman menemukan solusi alternatif dalam pemecahan masalah sekaligus penerapan langsung bersama petani sebagai upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi.
TINJAUAN PUSTAKA
Keefektifan
Efektivitas berasal dari kata efektif, yang berarti mempunyai pengaruh atau dampak. Efektivitas adalah keberhasilan suatu tindakan tertentu dimana kegiatan pembelajaran mata pelajaran tersebut adalah penggunaan metode, metode atau strategi. Semakin baik hasilnya, semakin efektif aktivitasnya.
Efektivitas merupakan elemen penting dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan oleh setiap organisasi, kegiatan atau program. Suatu kegiatan dapat dikatakan efektif jika tujuan atau sasaran tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Konsep ini juga sesuai dengan pandangan (Mahmudi 2005), yang menyatakan bahwa efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, semakin besar kontribusi (kontribusi) output terhadap pencapaian tujuan, semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.
Hal yang harus diperhatikan dalam efisiensi adalah penggunaan semua sumber daya yang ada secara efisien atau tepat guna untuk mencapai hasil yang terbaik atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Efisiensi adalah kemampuan organisasi untuk menemukan sumber daya dan menggunakannya secara efektif untuk mencapai tujuan. Sebagaimana Muhyadi (1989) menyatakan
“bahwa efisiensi adalah kemampuan suatu organisasi untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pakar politik mengartikannya sebagai kemampuan organisasi untuk memperoleh posisi yang kuat di antara organisasi lain, sedangkan pegawai mengartikannya sebagai organisasi dari organisasi, kemampuan untuk memberikan tingkat kesejahteraan tertinggi kepada anggotanya, dan lain-lain. Di antara konsep-konsep yang berbeda ini, sering terlihat bahwa efektivitas berkaitan dengan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tingkat produktivitas yang tinggi. Dari sudut pencapaian efisiensi, terlihat bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan dan perolehan manfaat berlangsung.
Ukuran Efektivitas
Kriteria atau ukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan yang mungkin efektif atau tidak efektif (Siagian 1978) adalah sebagai berikut:
1. Kejelasan tujuan yang dapat dicapai, dimaksudkan agar individu dapat melakukan tugas untuk mencapai tujuan yang terukur dan tujuan yang dapat dicapai organisasi
2. Kejelasan strategi untuk mencapai tujuan, dimana sebelumnya diketahui bahwa strategi diikuti “on the way” dengan melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar para pelaksana tidak melakukan kesalahan untuk mencapai tujuan kelompok.
3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang baik berkaitan dengan tujuan yang dapat dicapai dari strategi yang telah ditetapkan, yaitu kebijakan harus menghubungkan tujuan dengan pelaksanaan kegiatan operasi.
4. Perencanaan maksimal pada dasarnya berarti memutuskan apa yang akan dilakukan kelompok di masa depan.
5. Siapkan program yang tepat. Rencana yang baik perlu disajikan dengan program implementasi yang baik, karena jika tidak, para pelaksana tidak memiliki instruksi untuk negosiasi dan bekerja.
6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja. Salah satu poin terpenting dari efektivitas kelompok adalah kemampuan untuk bekerja secara produktif karena latar belakang dan infrastruktur yang tersedia bagi kelompok untuk melakukan kegiatan.
7. Eksekusi yang efisien dan efektif. Jika program tidak dilaksanakan secara efisien dan efektif, kelompok tidak dapat mencapai tujuannya, karena dengan pelaksanaan organisasi, kelompok lebih dekat dengan tujuannya.
8. Sistem manajemen dan pengendalian pendidikan, karena fitrah manusia tidak sempurna, maka efektifitas kelompok memerlukan sistem pengelolaan dan pengendalian.
Faktor Internal
Umur
Usia atau umur setiap individu adalah waktu yang telah berlalu sejak setiap individu dilahirkan. Dikatakan bahwa usia seseorang adalah lima belas tahun diukur dari kelahirannya sampai saat usia ini dihitung. Oleh karena itu, umur diukur dari tahun lahir sampai tahun berjalan.
Usia memiliki pengaruh yang besar terhadap produktivitas seseorang dalam bekerja. Pada umumnya, seseorang yang berada dalam usia kerja dapat memperoleh penghasilan lebih dari seseorang yang tidak dalam usia kerja. Karakteristik usia ini mempengaruhi kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk masing-masing (Putri 2013)
Tingkat Pendidikan
Pendidikan mempunyai tugas mempersiapkan sumber daya manusia dalam pembangunan (Basrowi 2010). Pergerakan langkah-langkah pembangunan selalu diikuti dengan kemajuan zaman. Tingkat pendidikan masyarakat rata-rata yang tinggi sangat penting bagi kesiapan suatu negara untuk menghadapi tantangan global masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap dan mengimplementasikan informasi ke dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, terutama kesehatan. Tingkat pendidikan formal merupakan suatu nilai bagi seseorang, terutama ketika menerima hal-hal baru (Suhardjo 2007).
Jenjang pendidikan adalah jenjang pendidikan yang ditentukan berdasarkan tingkat perkembangan anak didik, tujuan yang ingin dicapai dan kemauan untuk berkembang. Tingkat pendidikan mempengaruhi perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian, tingkat pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh dan mempengaruhi kehidupan layak seseorang, tingkat pendidikan sangat penting untuk mencetak generasi di negara yang lebih maju dan berkualitas.
Lama Berusaha Tani
Pengalaman petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani untuk mengadopsi suatu inovasi. Pengalaman petani disebabkan oleh pengaruh cuaca yang dialami petani. Petani yang berpengalaman dalam memecahkan masalah di pertaniannya akan tahu bagaimana cara mengatasinya, sedangkan petani yang kurang berpengalaman akan kesulitan untuk menyelesaikan tantangan di pertaniannya.
Pengalaman petani berpengaruh signifikan terhadap kinerja kegiatan pertanian petani, yang dapat dilihat pada hasil produksi. Petani yang sudah lama bertani memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang tinggi dalam pengelolaan usahatani. Menurut Manyamsari dan Mujiburrahmad (2014), pengalaman bertani dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang berpengalaman, berpengalaman sedang dan lebih berpengalaman.
Kepemilikan Media Komunikasi
Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran yang dimaksud berupa pikiran, informasi, pendapat, dan sebagainya yang terpancar dari benaknya.
Perasaan seseorang dapat berupa keyakinan, kepastian, keraguan, ketakutan, kemarahan, keberanian, kegembiraan, dan lain-lain, yang berasal dari lubuk hati yang terdalam (Effendy 2009).
Media komunikasi merupakan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan pesan dari pemilik pesan kepada penerima pesan, baik secara individu maupun secara kolektif. Kebutuhan akan media komunikasi masih ada saat ini dan akan selalu meningkat dari waktu ke waktu, membutuhkan penggunaan media komunikasi yang saling berhubungan, dimana dengan media komunikasi yang tepat produktivitas pertanian akan terus meningkat. Sifat media komunikasi dapat menjadi hal yang sangat berpengaruh jika digunakan dengan cara yang benar, dengan tersedianya media komunikasi dapat menjadi sumber informasi bagi banyak orang.
Faktor Eksternal
Motivasi Memanfaatkan Media Sosial
Situs media sosial menarik banyak minat dari orang-orang dari berbagai kelompok, dari anak-anak hingga orang dewasa. Di sisi lain, non-penggunaan media sosial dalam hal tingkat prestasi akademik seseorang atau kelompok saat ini masih relatif rendah. Masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan internet sebagai media dan sumber pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil belajar. Masih banyak masyarakat yang belum mengenal media internet dan masih banyak masyarakat yang menggunakan internet hanya sebagai sarana hiburan tanpa memanfaatkan proses pembelajaran yang dimilikinya.
Motivasi menurut Nitasari (2012) adalah aktivitas yang menyebabkan, menyebarkan dan menopang perilaku manusia. Penting bagi petani untuk memotivasi diri menjadi anggota yang harus bekerja dan melalui orang lain.
Perilaku dan tindakan buruh tentunya harus dipahami secara komprehensif oleh petani agar tercipta keselarasan dan tercapainya tujuan.
Interaksi Dalam Memanfaatkan Media Sosial
Keberadaan media sosial digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hubungan atau untuk mencari hubungan dengan orang lain. Media sosial adalah media untuk menghubungkan orang-orang dan tujuan dari hubungan tersebut adalah untuk mencapai kualitas hidup dan pikiran yang lebih baik (Turkle 2011).
Interaksi Dalam Memilih Media Sosial
Perkembangan penggunaan media internet sebagai alat komunikasi juga semakin meningkat setelah internet mulai digunakan melalui telepon genggam, yang kemudian memunculkan istilah telepon pintar (smartphone). Kehadiran smartphone telah menjadi perangkat khusus untuk komunikasi yang beragam mulai dari SMS, MMS, chatting, email, browsing dan media sosial. Menurut (Nasrullah 2015), media sosial adalah perantara di internet yang memungkinkan pengguna untuk mewakili diri mereka sendiri dan berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain untuk menciptakan ikatan sosial virtual. Ada tiga bentuk dalam media sosial yang mengacu pada makna sosial, kognisi, komunikasi dan kolaborasi.
Faktor Pendukung
Peran Penyuluh
Efisiensi petani dapat dipengaruhi oleh peran penyuluh. Mardikanto (2009) berpendapat bahwa peran penyuluh adalah mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan bersama-sama menetapkan prioritas tindakan, memobilisasi sumber daya (mengumpulkan dana, menyelenggarakan pelatihan, pelatihan dan pengembangan di lembaga) dan kepemimpinan (mengambil inisiatif, mengarahkan dan memimpin).
Ilham (2010) menjelaskan bahwa penyuluh pada dasarnya dapat berperan sebagai pengisi pekerjaan di pedesaan, penyebar hasil penelitian, pelatihan dalam pengambilan keputusan, rekan yang dapat mendorong, penggerak untuk meningkatkan produksi komoditas dan pelayanan pemerintah.
1. Motivator
Penyuluh pertanian setidaknya harus menginformasikan petani tentang inovasi yang ditargetkan, bersedia dan mampu menggunakan informasi tersebut.
Penyuluhan sebagai proses pembelajaran (pendidikan non formal) yang ditujukan kepada petani dan keluarganya yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan pertanian. Poin penting yang digunakan untuk menilai kemampuan peran penyuluh pertanian sebagai motivator adalah penyuluh pertanian sebagai promotor manajemen, sebagai guru petani dan sebagai konsultan.
2. Fasilitator
Penilaian peranan penyuluhan pertanian terhadap usaha tani padi sebagai fasilitator adalah penilaian petani terhadap penyuluhan pertanian dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai perantara petani dengan pihak-pihak yang mendukung perbaikan dan kemajuan usahatani seperti lembaga penelitian pertanian, laboratorium hama dan penyakit tanaman, toko pertanian, penyediaan benih unggul, dan yang lainnya. Indikator yang digunakan untuk menilai kemampuan peranan penyuluhan pertanian sebagai fasilitator yaitu pemberi kemudahan sarana dan prasarana, sebagai pemberi informasi, dan sebagai jembatan penghubung inovasi baru ke petani.
3. Inovator
Peran penyuluh sebagai inovator memberikan dampak yang baik terhadap pengembangan petani maupun usahanya karena membantu dalam pengenalan teknologi baru, adopsi teknologi, memberikan inovasi, mengedukasi tata cara penanaman yang baik dan ramah lingkungan, hingga menerapkan perubahan tentang cara pembudidayaan tanaman hortikultura yang meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama/penyakit, proses panen, pengemasan, dan distribusi. Menurut pendapat Mardikanto (2009), menyatakan bahwa peran penyuluh sebagai inovator, yaitu mendorong terjadinya perubahan- perubahan atau memberikan inovasi dalam bercocok tanaman, praktik atau cara kerja, pengubahan pola pikir petani, sehingga dapat melaksanakan dan menerapkan perubahan tersebut dalam kehidupan maupun usaha taninya
Ketersedian Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menentukan apakah proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif atau sebaliknya. Untuk mencapai proses pembelajaran yang baik diperlukan media dan alat bantu yang mendukung kebutuhan tersebut.
Tersedianya sarana dan prasarana berupa infrastruktur. Infrastruktur terutama merupakan faktor yang mendukung kegiatan utama kelompok berbasis komoditas pertanian. Pertumbuhan merangsang sektor riil, menyerap lapangan kerja, meningkatkan konsumsi publik dan pemerintah, dan memicu kegiatan produksi.
Dalam sarana prasarana ini, terdapat jasa pelayanan dengan tiga dimensi penting yaitu dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Infrastrukur dapat dikategorikan menjadi dua bagian: 1) infrastruktur yang bersifat software seperti:
kebijaksanaan, kelembagaan, regulasi, keuangan, penelitian dan pengembangan, pendidikan, tata ruang, dan lain-lain; serta 2) infrastruktur yang bersifat hardware seperti: jalan, jembatan, irigasi, pasar, pelabuhan, jaringan listrik, telepon, dan lain sebagainya.
Dukungan Lingkungan
Dukungan lingkungan merupakan pengaruh eksternal seperti tekanan dari konsumen, pesaing, dan dukungan eksternal lainnya yang mempengaruhi penggunaan media sosial untuk memperoleh informasi. Tekanan yang tinggi dari
mitra bisnis tentunya akan memungkinkan perusahaan memanfaatkan media sosial untuk mempertahankan posisi kompetitifnya (Magdalena dan Ellyani 2018). Selain itu, faktor yang mempengaruhi penggunaan media sosial sebagai penunjang pemasaran antara lain pemerintah dan penyedia teknologi informasi.
Perhatian
Perhatian adalah respon umum diri berupa kesadaran yang menyebabkan peningkatan aktivitas, konsentrasi, dan keterbatasan kesadaran akan sesuatu.
Perhatian adalah tahap dimana petani dapat dan memang memperhatikan media sosial. Hal ini sangat penting bagi petani untuk belajar tentang media sosial.
Ketertarikan
Slameto (2010) menjelaskan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Ketertarikan yaitu tahap dimana petani mulai tertarik dan ingin mempelajari terkait media sosial. Pada tahap ini petani yang tertarik tentunya akan bertanya lebih jauh mengenai pentingnya media sosial. Oleh karena itu, penting memberikan informasi yang bermanfaat tentang keunggulan media sosial.
Keinginan
Syah (2008) secara sederhana menyatakan keinginan berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Keinginan yaitu tahapan dimana petani sudah mulai tertarik untuk memanfaatkan sosial media namun masih ragu-ragu akibat adanya kendala pada sarana prasarana hingga keterbatasan kemampuan sikap pengetahuan dan keterampilan.
Tindakan
Kemmis dan Mc. Taggart (1988) menyatakan bahwa untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut maka harus dilakukan secara berulang-ulang (siklus), agar diperoleh keyakinan akan keampuhan dari tindakan. Pada tahap ini merupakan tahap dimana petani akhirnya melakukan memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi pertanian.
Media Sosial
Nasrullah (2015) menyatakan bahwa media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu media social dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebuah ikatan sosial
Media sosial dalam perannya saat ini, telah membangun sebuah kekuatan besar dalam membentuk pola perilaku dan berbagai bidang dalam kehidupan manusia. Hal ini yang membuat fungsi media sosial sangat besar. Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi sosial manusia dengan menggunakan internet dan teknologi web.
Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran dari satu institusi media ke banyak audiens (one to many) ke dalam praktik komunikasi dialogis antara banyak audiens (many to many). Media sosial mendukung demokratisasi pengetahuan dan juga informasi. Mentranformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri.
Selain itu, terdapat pendapat lain menurut Puntoadi (2011) pengguna media sosial berfungsi sebagai berikut :
1. Keuntungan melakukan personal branding melalui media sosial adalah tidak mengetahui trik atau popularitas semu karena diputuskan oleh publik. Media sosial memiliki berbagai jenis yang dapat menjadi media komunikasi, diskusi bahkan popularitas di jejaring sosial.
2. Media sosial memberikan sebuah kesempatan yang berfungsi interaksi lebih dekat dengan konsumen. Media sosial menawarkan content komunikasi yang lebih individual. Melalui media sosial pula berbagai para pemasar dapat mengetahui kebiasaan dari konsumen mereka dan melakukan suatu interaksi secara personal serta dapat membangun sebuah ketertarikan yang lebih dalam.
Bawang Merah
Bawang merah merupakan salah satu produk hortikultura yang merupakan bagian dari sayuran herba yang digunakan sebagai bumbu pelengkap dalam masakan untuk menambah cita rasa dan kenikmatan masakan. Selain itu, tanaman ini juga berkhasiat sebagai obat tradisional antara lain sebagai obat demam, pilek, diabetes melitus, disentri, dan gigitan serangga (Samadi dan Cahyono 2005).
Wibowo (2005) menyatakan bahwa bawang merah mengandung 1,5 g protein, 0,3 g lemak, 36 mg kalsium, 40 mg fosfor, 2 g vitamin C, 39 kkal kalori dan 88 g air dan 90% komponen yang dapat dimakan. Bahan lain berupa minyak atsiri yang dapat menciptakan aroma yang berbeda dan memberikan rasa yang lezat pada makanan.
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi sampai 1.100 meter diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi, tempat terbuka dan mendapat sinar matahari (70%), karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi, ketinggian tempat yang paling ideal adalah 0-800 meter diatas permukaan laut. Yang paling baik, untuk budidaya bawang merah adalah daerah yang beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Sunarjono 2008).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna
yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji. Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin.
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009) diartikan proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik dalam memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif supaya terjadi perubahan perilaku pada diri seluruh stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, berdikari, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.
Tujuan Penyuluhan pertanian diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usaha tani (better business), serta perbaikan kehidupan masyarakatnya (better living) (Mardikanto 2009).
Materi Penyuluhan Pertanian
Sunartomo (2016) menyebutkan bahwa dalam proses komunikasi antara penyuluh dengan sasaran, penyuluh pertanian menginformasikan segala sesuatu tentang ilmu pertanian (teori) dan teknologi (praktis), yang semuanya disebut materi penyuluhan. Materi penyuluhan pertanian dapat dikatakan sebagai semua kandungan yang ada dalam setiap kegiatan penyuluhan pertanian.
Media Penyuluhan Pertanian
Media penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan mutlak diperlukan karena keterampilan dan tingkat pendidikan petani dan peternak berbeda. Media yang paling sering digunakan oleh penyuluh adalah pamflet dan leaflet, meskipun pada kenyataannya banyak tersedia media lain, seperti video atau yang ada di internet.
Metode Penyuluhan Pertanian
Metode penyuluhan menurut Mardikanto (2009) pertanian adalah cara/teknik untuk memberikan materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pengusaha agar mereka tahu, mau dan mampu membantu dan mengorganisir diri untuk mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya dalam upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan, serta meningkatkan pengetahuan untuk memelihara fungsi alam tersebut. Penggunaan metode penyuluhan harus dilakukan dengan metode yang harus disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan, kemungkinan ekonomi dan nilai sosial budaya.
Penyuluh berusaha memenuhi perannya dalam pemberdayaan kelompok tani, dimana pemberdayaan kelompok tani dilakukan dengan memfasilitasi pelaksanaan proses belajar mengajar. kelompok, penyuluhan dan pelatihan penggunaan teknologi (bahan, alat, metode) di bidang pertanian, menganalisis potensi wilayah, mengelola pertanian komersial, menyusun rencana kerja/kegiatan dan mendorong petani yang mau dan mampu melakukan simpan pinjam kegiatan untuk modal usaha.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan pengkajian maka pola penyusunan kerangka berpikir yang digunakan yaitu; 1) Faktor Internal sebagai variabel (X1), meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha tani dan kepemilikan media komunikasi; 2) Faktor Eksternal (X2), meliputi motivasi memanfaatkan media sosial, interaksi dalam memanfatkan media sosial, dan interaksi dalam memilih media sosial; 3) Faktor Pendukung (X3), meliputi peran penyuluh, ketersediaan sarana dan prasarana, serta dukungan lingkungan; 4) Keefektifan (Y), meliputi yaitu perhatian, ketertarikan, keinginan dan tindakan dalam melaksanakan dan mengetahui keefektifan media sosial. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 1.
Hipotesis
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka berpikir maka hipotesis kajian adalah sebagai berikut:
H0 : Keefektifan Media Sosial Sebagai Sumber Informasi Pertanian Bawang Merah Bagi Petani di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut tidak dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendukung.
H1 : Keefektifan Media Sosial Sebagai Sumber Informasi Pertanian Bawang Merah Bagi Petani di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendukung.
Output
Keefektifan media sosial sebagai sumber informasi
Manfaat
Petani bisa memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi pertanian Input
Belum efektifnya media sosial dalam pemanfaatan sumber informasi bagi petani
Keefektifan (Y) Y1. Perhatian Y2. Ketertarikan Y3. Keinginan Y4. Tindakan Faktor Pendukung
X3.1 Peran Penyuluh
X3.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana
X3.3 Dukungan Lingkungan Faktor Eksternal
X2.1 Motivasi Memanfaatkan Media Sosial
X2.2 Interaksi dalam memanfaatkan Media Sosial
X2.3 Interaksi dalam Memilih Media Sosial
Faktor Internal X1.1 Umur
X1.2 Tingkat Pendidikan X1.3 Lama Berusaha Tani X1.4 Kepemilikan Media
METODE PELAKSANAAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengukur dengan menggunakan instrumen dalam proses pengumpulan datanya.
Waktu dan Tempat
Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan mulai pada 15 Maret sampai 15 Juni 2022 yang berlokasi di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (Purposive) dengan dasar pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah wilayah sentra pertanian komoditas bawang merah di Provinsi Jawa Barat.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kriteria tertentu. Kriteria pada pengambilan populasi dan sampel pada penilitian ini yaitu :
1). Desa penghasil komoditas bawang merah di Kecamatan Cilawu
2). Kelompok tani yang telah atau pernah melakukan budidaya bawang merah 3). Direkomendasikan oleh UPTD Pertanian dan Ketahanan Pangan beserta Penyuluh Pertanian di Kecamatan Cilawu. Berdasarkan kriteria tersebu terpilih tiga desa yang sesuai dengan kriteria tersebut yakni desa Mekar Mukti, Sukahati, dan Cilawu. Populasi yang didapat sebanyak 247 orang petani yang tersebar di 3 desa dan 6 kelompok tani.
Tabel 1 Populasi Responden Tugas Akhir di Kecamatan Cilawu No Nama Desa Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota
1 Mekar Mukti Mukti Tani 35
Sinar Tani 40
2 Sukahati Sadulur 36
Barokah Tani 31
3 Cilawu Bina Baraya 73
Cipulus Tani Jaya 32
Jumlah Populasi 247
Sumber: Data diolah penulis 2022
Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik suatu populasi. Pengambilan sampel dilakukan karena peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian dari segi waktu, tenaga, dan biaya sehingga tidak menjaring seluruh populasi Untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dari populasi, peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Yamane (1967) dengan tingkat kepercayaan 90% (nilai e= 10%) adalah sebagai berikut:
N
∑= 1+N(e2)
∑= 247
1 + (247 x 0,1²)
∑= 247
1 + (247 x 0,01)
∑= 247 = 71,18 3,47
Keterangan:
Σ : Jumlah sampel N : Jumlah populasi
e : Galat atau kesalahan pengambilan sampel yang dapat diterima
Berdasarkan hasil perhitungan rumus diatas dapat ditentukan jumlah sampel pada pengkajian ini sebanyak 71,18 orang namun untuk memudahkan perhitungan dibulatkan menjadi 72 orang dari jumlah populasi 247 orang. Besaran sampel yang didapat sesuai dengan jumlah populasi dan taraf signifikansi yang digunakan adalah 90% atau error 10%.
Teknik penentuan jumlah sampel pada masing-masing kelompoktani menggunakan pendekatan teknik secara “proporsional” dengan rumusan Luck and Rubin sebagai berikut :
Keterangan:
Ni = 𝑁𝑘 x (n)
𝑁
Ni : Jumlah petani sampel dari masing-masing kelompok
Nk : Jumlah petani dari masing-masing kelompok yang memenuhi syarat sebagai sampel
N : Jumlah total petani dari semua kelompok
n : Jumlah petani yang akan diambil dalam penelitian
Tabel 2 Proporsi Jumlah Sampel Setiap Kelompok Tani No Nama Desa Nama
KelompokTani
Jumlah
Anggota Perhitungan Jumlah Responden
1. Mekarmukti Mukti Tani 35 35/247 x 72 = 10,06 10
Sinar Tani 40 40/247 x 72 = 11,5 12
Sadulur 36 36//247x 72= 10,34 10
2. Sukahati
Barokah Tani 31 31/247x 72= 8,91 10
Bina Baraya 73 73/247x 72 = 20,9 21
3. Cilawu Cipulus Tani Jaya
32 32/247x 72= 9,19 9
Jumlah Populasi 247 72
Sumber: Data diolah penulis 2022
Data dan Pengumpulan Data Data
Data adalah bahan mentah pada penelitian yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif sehingga menunjukkan fakta (Siregar 2013).
Data primer dalam pengkajian penelitian ini diperoleh langsung dari responden yaitu 6 kelompok tani aktif di Desa Mekar Mukti, Sukahati, dan Cilawu.
Data primer dikumpulkan melalui observasi lapang, pengisian kuisioner, dan wawancara. Pelaksanaan ini akan bersumber pada responden yang berjumlah 72
Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari data dan informasi kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cilawu, buku-buku, literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian akan dilakukan dengan gabungan beberapa metode. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Dalam wawancara akan disiapkan berbagai macam pertanyaan oleh peneliti yang kemudian dijawab langsung oleh sumber primer. Melalui wawancara peneliti menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subyek penelitian.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Mengumpulkan secara kuisioner akan dilaksanakan dengan menyebar formulir kuesioner yang beriisi pertanyaan-pertanyaan meliputi penggunaan media sosial. Penggunaan kuesioner bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan serta mendukung penelitian. Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengungkap sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Dalam skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator variabel tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan negatif. Untuk mengukur variabel diatas digunakan skala likert sebanyak
empat tingkat sebagai berikut: a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS). Empat tingkatan tersebut dapat juga diwakili dengan angka sebagai berikut: a. 1 (Sangat Tidak Setuju), b. 2 (Tidak Setuju), c.
3 (Setuju), d. 4 (Sangat Setuju).
3. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca, mengkaji, serta mempelajari buku-buku, literatur, jurnal- jurnal, referensi, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2011), terdapat tiga kriteria yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, yaitu relevansi, kemutakhiran, dan keaslian.
Relevansi berarti teori yang dikemukakan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Kemutakhiran berarti terkait dengan kebaruan teori atau referensi yang digunakan. Keaslian terkait dengan keaslian sumber penelitian.
Kisi-kisi Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini berupa kuisioner tertutup (telah ada jawabannya) sehingga responden tinggal memilih pilhan jawaban yang telah disediakan. Instrumen berisi daftar pertanyaan dan pernyataan yang berhubungan dengan indikator kajian yang akan dianalisis.
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden sesungguhnya, akan diuji terlebih dahulu kepada responden lain yang mempunyai karakteristik sama. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrumen yang telah dibuat.
Berikut adalah variabel, indikator, parameter, dan skala pengukuran pada instrumen yang akan tertuang pada kuisinoner sebagai berikut:
Tabel 3 Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran Variabel Subvariabel/Indikator Parameter Skala
Pengukuran
X1.1 Umur Jumlah tahun
sejak lahir
Rasio X1.2 Lama Pendidikan
Formal
Jumlah tahun pendidikan Formal
Rasio X 1. Faktor
Internal
X1.3 Lama Usaha Tani Jumlah tahun sejak usaha tani
Rasio X1.4 Kepemilikan Tersedianya Ordinal
Variabel Subvariabel/Indikator Parameter Skala
Pengukuran
X.2 Faktor Eksternal
X2.1 Motivasi
Memanfaatkan Media Sosial
X2.2 Interaksi Dalam Memanfaatkan Media sosial
X2.3 Interaksi Dalam Memilih Media sosial
Komunikasi Jenis Interaksi Cara interaksi Kemampuan berinteraksi Komunikasi Jenis Interaksi Cara interaksi Kemampuan berinteraksi Komunikasi Jenis Interaksi Cara interaksi Kemampuan berinteraksi
Ordinal
Ordinal
Ordinal
X3.1 Peran Penyuluh Sebagai Fasilitator Sebagai Motivator Sebagai Inovator
X.3 Faktor Pendukung
X3.2 Ketersediaan Sarana dan
Prasana
X3.3 Dukungan Lingkungan
Usaha Tani Hasil Usaha Tani Sarana dan Prasarana Kemudahan Akses Keadaan
lingkungan yang memadai
Kestrategisan tempat
Kelompok yang dikenal oleh masyarakat
Likert
Modifikasi 1- 4 (Skor terendah- tertinggi)
Y.Keefektifan
Y1. Perhatian Diukur dengan melihat apakah responden memberikan perhatian dalam melakukan kegiatan pencarian
informasi dengan media sosial
Likert Modifikasi 1- 4 (Skor terendah- tertinggi)
Variabel Subvariabel/Indikator Parameter Skala
Pengukuran Y2. Ketertarikan Diukur dengan
melihat apakah responden lebih tertarik untuk melakukan kegiatan pencarian
informasi dengan media sosial Y3. Keinginan Diukur dengan
melihat apakah responden memiliki keinginan
terhadap kegiatan pencarian
informasi dengan media sosial
Likert
Modifikasi 1- 4 (Skor terendah - tertinggi)
Y4. Tindakan Diukur dengan melihat apakah responden terlibat atau tidaknya pada kegiatan pencarian
informasi dengan media sosial
Sumber: Data diolah penulis 2022
Pengujian Instrumen
Uji Validitas
Uji validitas merupakan prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai valid atau tidak. Instrumen yang valid menurut Sugiyono (2016) berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu menunjukkan derajat ketepatan dan kesesuaian.
Uji validitas instrument tugas akhir ini akan dilakukan dengan cara mewawancarai 30 orang petani yang karakteristiknya sesuai dengan sampel
Data yang diperoleh dari sampel tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 untuk mengetahui setiap butir soal yang akan digunakan tersebut valid atau tidak.
Pengujian validitas penelitian dilakukan dengan cara membandingkan nilai r – hitung dengan nilai r – tabel. Apabila angka data pada pengujian validitas lebih besar (>) dari r – tabel, maka item pertanyaan dari kuesioner tersebut dinyatakan valid. Adapun sebaliknya, apabila angka data lebih kecil (<) dari r – tabel, maka item – item pertanyaan dari kuesioner tersebut dinyatakan tidak valid sehingga item pertanyaan tersebut harus diperbaiki menjadi lebih jelas dan tidak menimbulkan multipersepsi.
Hasil uji validitas dari 30 responden didapatkan r hitung lebih besar dari pada r tabel dimana r tabel bernilai 0,374 yang artinya jika r hitung lebih besar dari r tabel maka butir instrumen dinyatakan valid. Hasil uji validitas menunjukkan dari 45 butir soal ada 6 soal yang dinyatakan tidak valid, kemudian yang tidak valid telah dilakukan perbaikan dan tidak di buang.
Uji Realibilitas
Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil, konsisten dan cermat, sehingga dapat diandalkan. Sampel yang diambil dalam melakukan uji reliabilitas berjumlah 30 orang petani yang mempunyai karakteristik dengan sampel penelitian nantinya.
Instrumen memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai reliabilitas instrumen yang diperoleh < 0,60 (). Tahapan dalam mengukur reliabilits instrument yaitu menyebar instrumen kepada responden yang bukan responden sesungguhnya. Data yang diperoleh dari sampel tersebut kemudian di uji reliabilitasnya dengan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS atau Microsoft Excel dengan menentukan realibilitas berdasarkan formula koefisian Cronbach alpha.
ri= ( 𝑛
𝑛−1)(1 −∑ 𝑠𝑖2
∑ 𝑠𝑡2) Keterangan:
ri : Reliabilitas instrumen n : Jumlah butir pertanyaan 𝑠𝑖2 : Varians butir pertanyaan 𝑠𝑡2 : Varians total butir pertanyaan
Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai cronbach alpha 0,933 > 0,60 yang artinya kuesioner tersebut dikatakan reliable (dapat dipercaya).
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan dalam menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau mendeskripsikan data dalam variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi. Statistik deskriptif adalah statistika yang digunakan dalam mendiskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas serta mudah dipahami yang memberikan gambaran mengenai penelitian berupa hubungan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Penilaian setiap pertanyaan diperoleh berdasarkan jawaban responden. Hasil rata-rata kemudian dijumlahkan dan dibagi kedalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penghitungan kategori dilakukan melalui kelas interval sebagai berikut:
Kelas interval = (Jumlah soal X Nilai tertinggi)−(Jumlah soal X Nilai terendah) Kategori
Analisis Data Regresi Linier Berganda
Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel dependen. Regresi linear hanya dapat digunakan pada skala interval dan rasio.
Analisis regresi berganda adalah suatu metode untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel dependen.
Lebih mudahnya yaitu untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dari dua variabel independen X1 (Faktor Internal), X2 (Faktor Ekternal), X3 (Faktor Pendukung), terhadap satu variabel terikat Y (Keefektifan).
Hubungan tersebut dapat dinyatakan secara umum sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b1X2 + b1X3 + i Keterangan:
Y = Tingkat Keefektifan
a = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi X1, X2,X3 = Variabel bebas
i = Error atau residu
Analisis akan dilakukan dengan bantuan software SPSS version 26. Persiapan data dimaksudkan untuk melakukan input data ke dalam software SPSS. Setelah data di-input kedalam software SPSS, maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi (pendugaan) model (persamaan) regresi linier.
Formulasi Analisis Deksriptif
Formulasi Analisis Deskriptif digunakan untuk merumuskan strategi penyuluhan guna meningkatkan keefektifan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bawang merah di Kecamatan Cilawu, melalui hasil pengkajian faktor- faktor yang mempengaruhi. Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui indikator terendah. Kemudian dari indikator terendah tersebut dapat dijadikan sebagai indikator untuk penetapan strategi berupa pemilihan materi penyuluhan yang tepat untuk disampaikan. Dengan demikian penyuluhan akan berjalan efektif dan efisien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Wilayah Penelitian
Kecamatan Cilawu terletak dibagian tengah dari Kabupaten Garut yang terdiri dari 18 desa dengan luas binaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cilawu seluruhnya 7767 Ha. Yang terdiri atas luas lahan sawah 1450,1 Ha, lahan darat 2876,6 Ha.
Batas wilayah administratif Kecamatan Cilawu meliputi sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Garut Kota
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banjarwangi/ Kabupaten Tasikmalaya
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Garut Kota/ Kabupaten Tasikmalaya - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bayongbong
Wilayah Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cilawu memiliki curah hujan tinggi yakni lebih dari 279 mm/bulan, berarti wilayah tersebut tergolong tipe iklim C (agak basah) menurut data curah hujan yang diperoleh dari BPP Kecamatan cilawu selama lima tahun. Komoditas unggulan di wilayah Kecamatan Cilawu yaitu padi sawah, bawang merah, sapi perah dan potong serta domba, untuk di perkebunannya tembakau dan tanaman teh.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BPP) Kecamatan Cilawu berjumlah 111.016 jiwa yang terdiri atas penduduk laki-laki 56.773 jiwa dan penduduk perempuan 54.243 jiwa.
Untuk melihat data penduduk berdasarkan kelompok umur di Wilayah BPP Kecamatan Cilawu Tahun 2019 di bagi menjadi tiga generasi, 0-15 Tahun usia wajib belajar, 16-60 Tahun usia produktif dan 60 tahun ke atas generasi manusia lanjut usia.
Berdasarkan pendidikan formal yang pernah ditempuh di Kecamatan Cilawu ada di BPP Kecamatan Cilawu Tahun 2019 meliputi belum sekolah sebanyak 17.386 orang, yang menempuh Sekolah Dasar 45.884 orang, Sekolah Menengah Pertama 27.605 orang, Sekolah Menengah Atas 18.298 orang dan Tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 1.843 orang. Data kependudukan berdasarkan tingkat
pendidikan ini dapat menggambarkan pencapaian program wajib belajar Sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Data kelembagaan petani yang ada di BPP Kecamatan Cilawu terdiri dari 219 kelompok tani/KWT dengan berbagai kelas, 9 Posluh dan 18 Gapoktan.
Pengembangan kelompok di masing-masing desa terus dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan para petani, terutama untuk pengembangan teknologi baru yang dapat mendorong produktifitas hasil panen yang diharapkan dapat meningkatkan daya tawar hasil pertanian di wilayah BPP Cilawu sehingga akan meningkatkan taraf hidup petani.
Faktor Internal
Umur
Umur seorang petani pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas bertani dalam mengolah usahanya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berpikir. Menurut penelitian Prasetya et al. (2019) menyatakan bahwa semakin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umumnya tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya
Tabel 4 Faktor Internal Berdasarkan Umur di Kecamatan Cilawu
No Umur Petani N (orang) Persentase (%)
1 Sangat Produktif (25-35) 11 15,28
2 Produktif (36-55) 48 66,67
3 Tidak Produktif (56-67) 13 18,06
Jumlah 72 100
Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022
Responden yang paling banyak di kecamatan cilawu adalah responden yang rentan usia 36-55 tahun pada kategori produktif dengan persentase (66,67%), untuk responden yang terbanyak kedua adalah usia rentan umur 56-67 tahun memiliki
persentase (18,06%), responden dengan rentan usia 25-35 tahun memiliki persentase (15,28%). Hal ini sejalan dengan penelitian Effendy (2020) yang menyatakan bahwa kemampuan menyerap pesan atau informasi generasi muda sangatlah kuat dan energik. Umur sangat mempengaruhi seseorang semakin bertambah usia maka semakin banyak pengetahuan khususnya generasi muda dalam dunia pertanian (Werembinan et al. 2018).
Tingkat Pendidikan
Menurut Husinsyah (2014) pendidikan membuat cara berpikir lebih baik (rasional) terhadap apa yang dilakukan dan mampu mengambil keputusan atas berbagai alternatif yang dihadapi. Menurut Yulianti (2015) mengemukakan bahwapendidikan seseorang pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikirnya.
Dengan pendidikan maka seseorang akan memiliki pengetahuan yang luas, mudah mengembangkan ide-ide, mudah mengadopsi teknologi dan makin dinamis sikapnya terhadap hal-hal baru terutama dalam menghadapi perubahan yang lebih modern.
Tabel 5 Faktor Internal Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Cilawu
No Tingkat Pendidikan N (orang) Persentase (%)
1 Rendah (< 7) 21 29,17
2 Sedang ( 7 – 9) 20 27,78
3 Tinggi (< 9) 31 43,06
Jumlah 72 100
Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022
Tingkat pendidikan petani responden di Kecamatan Cilawu sebagian besar adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jumlah 31 orang (43,06%).
Berdasarkan fakta dilapangan yaitu setelah lulus SMA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi tetapi terjun ke dunia pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan petani responden di Kecamatan Cilawu termasuk kedalam kategori tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Susanti et al. (2016) bahwa tingkat pendidikan terendah di tempuh selama (< 7 tahun), tingkat pendidikan sedang (7-9 tahun) dan tingkat ditempuh selama (> 9 tahun).
Menurut Maramba (2018) pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi, seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru. Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Cahyaningrom (2011) bahwa tingkat pendidikan yang tinggi dapat dengan mudah untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga dapat memperlancar proses pembangunan.
Lama Usaha Tani
Karakteristik responden berdasarkan lama usaha tani ini berkaitan dengan pengalaman petani responden seberapa lama dalam menjalankan usaha taninya sampai dengan saat penelitian ini dilaksanakan.
Tabel 6 Faktor Internal Berdasarkan Lama Usaha Tani di Kecamatan Cilawu
No Lama Usaha Tani (Tahun) N (orang) Persentase (%)
1 Rendah <15 17 23,61
2 Sedang <25 31 43,06
3 Tinggi >=25 24 33,33
Jumlah 72 100
Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022
Berdasarkan Tabel 6, pada lama usaha tani responden sebagian besar masuk pada kategori sedang dengan jumlah 31 orang (43,06%). Hal ini menunjukkan bahwa petani responden di Kecamatan Cilawu memiliki pengalaman yang terbilang cukup lama yaitu kurang dari 25 tahun. Pengalaman bertani sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha tani bawang merah, karena dengan pengalaman yang ada petani dapat lebih terampil dalam menghadapi hambatan maupun tantangan yang dapat terjadi pada saat melakukan usaha taninya.
Hal ini sejalan dengan Mulyati et al. (2017) yang menyatakan bahwa pengalaman bertani sangat penting dalam menentukan keberhasilan usahatani.
Pengalaman usaha tani dapat mempengaruhi kematangan seseorang dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal ini untuk menerapkan media sosial sebagai sumber informasi pertanian. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Effendy dan Muslihat (2013), dimana Pengalaman seseorang akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan terutama penerimaan terhadap suatu inovasi bagi