• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada mode 1 : 77,62% sampai 72,41%, Mode 2 : 60,18% sampai 55,69%

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pada mode 1 : 77,62% sampai 72,41%, Mode 2 : 60,18% sampai 55,69% "

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan dengan program Etabs

18.1.1, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Waktu Getar Alami mengalami penurunan dari 2,258 menjadi 2,116 detik pada arah Y, dan 2,125 menjadi 2,012 detik pada arah X yang menandakan bertambahnya kemiring bangunan tersebut maka terjadi perpendekan kolom pada satu sisi bangunan hal tersebut membuat bangunan kehilangan kekakuan pada satu sisinya.

b. Mode Ragam mengalami penurunan dengan meningkatnya kemiringan.

Pada mode 1 : 77,62% sampai 72,41%, Mode 2 : 60,18% sampai 55,69%

dan Mode 3 : 61,09% sampai 56,11% .Untuk tiap modenya yang dimana mode 2 translasi dan 3 rotasi hampir tertukar karna nilainya < 50% hal tersebut dapat menyebabkan peluang torsi terjadi menjadi besar.

c. Simpangan Antar Lantai pada gempa arah X dam Y Untuk lantai 6 ke

bawah melebihi batas maksimumn dengan batas nilai max 80 mm, Nilai

simpangan terbesar gempa arah Y terjadi pada lantai 4 dengan nilai

simpangan : 109,114 mm pada kemiringan 20 derajat hal ini berbeda

dengan model dengan kemiringan 0 derajat pada lantai 4 dimana nilai

simpangannya : 101,9645 mm. Begitu pula pada gempa arah X dimana

simpangan terbesar terjadi pada lantai 5 kemiringan 20 derajat dengan

nilai simpangan : 93,511 mm berbeda dengan lantai 5 kemiringan 0

derajat nilai simpangannya : 84,931 mm. Hal ini menandakan pada

tinjauan simpangan antar lantai dengan bertambahnya kemiringan maka

simpangan antar tingkat semakin tinggi.

(2)

d. Ketidakberaturan Torsi pada lantai dasar melebihi batas 1,2 dan batas extreme 1,4 terutama pada gempa arah Y dimana nilai terbesar torsion rationya arah gempa Y sampai 1,758 pada kemiringan 20 derajat, dengan semakin bertambahnya kemiringan nilainya semakin besar.

e. Axial force dengan bertambanhnya kemiringan nilainya mengalami Kenaikan, namun tidak terlalu signifikan. Baik itu Pu Max : 1070,4671 – 1038,9829 Kn dan Pu Min : -3074,5222 - -3110,2183.

f. Momen M2 dengan bertambanhnya kemiringan nilainya mengalami Penurunan baik itu M2 Max : 855,934 – 352,7815 Kn/m dan M2 Min : -849,0915 sampai -365,8404 Kn/m.

g. Momen M3 dengan bertambanhnya kemiringan nilainya mengalami

Penurunan baik itu M3 Max : 1209,7186 – 646,1243 Kn/m dan M3 Min

: -1209,6705 sampai -603,4651 Kn/m.

(3)

102

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang sudah di dapat dari analisis, maka penulis dapat memberikan saran sesuai hasil penelitian yang dilakukan antara lain :

a. Dalam perencanaan struktur untuk permodelan tangga akan lebih baik dimodelkan langsung pada Etabs 18.1.1, agar aplikasi dapat menghitung sesuai dengan keadaan asli struktur, dan tangga juga memiliki pengaruh dalam menahan gaya lateral.

b. Perlu di coba dengan konfigurasi bangunan yang berbeda, fungsi

bangunan berbeda, dan lokasi yang berbeda. Karna banyak parameter

yang berpengaruh pada penelitian ini, dan memungkinkan apabila

parameter yg berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda pula.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2020,

Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung dan penjelasan, SNI 2847

Anonim, 2019,

Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan nongedung, SNI 1726

Anonim, 2020,

Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain, SNI 1727

Asroni, Ali, 2010, Balok pelat beton bertulang

Asroni, Ali, 2010, Kolom pondasi & balok T beton bertulang Bowles, 1993, Analisa dan desain pondasi edisi ke empat jilid 2

Gunawan, 1999, Teori soal dan penyelesaian struktur beton bertulang

(berdasarkan sksni T-15-1991-03) jilid 1

Hardiyatmo,1996, Teknik pondasi 1

Pamungkas, 2010, Desain pondasi tahan gempa

Purwono, 2014, Disain kapasitas struktur daktail tahan gempa kuat sesuai SNI

1726 – 2012 dan SNI 1726 – 2013

(5)

SKRIPSI ALDO UTAMA PUTRA (HOTEL/APARTEMEN) Tanggal Hari dari Jl. Raya Senggigi Malimbu No.99, Malaka, Kec. Pemenang Dibuat

Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. 83352 Diperiksa

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR Disetujui

Rev Tgl Hal Dibuat Diperiksa Disetujui

I

PEMBEBANAN MODEL 0 DERAJAT

Uraian

(6)

1.1 BEBAN GRAVITASI

- Beban mati berat sendiri (dead load )

- Beban mati tambahan, SIDL (super imposed dead load ) - Beban hidup, LL (live load ), dan

- Beban hidup atap, La

1.1.1. Beban Mati Berat Sendiri (DL)

kN/m3 kg/m3

Beton (tidak bertulang) 22 2200

Beton bertulang 24 -25 2400 - 2500

Baja 78.5 7850

Mata merah 17 1700

Adukan semen 20 - 21 2000 - 2100

Air 10 1000

Tanah (umum) 17 - 18 1700 - 1800

Pasir kering 16 1600

Pasir jenuh 18 1800

Kayu (klas I) 10 1000

Aspal 14 1400

I. PERHITUNGAN PEMBEBANAN 0 DERAJAT

Beban gravtasi yang digunakan adalah berdasarkan SNI 1727: 2020, yaitu Beban minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Beban gravitasi dalam perencanaan meliputi :

Beban mati (dead load) adalah berat seluruh komponen elemen struktural bangunan yang terdiri atas pelat, balok, kolom, dan dinding geser. Beban mati akan dihitung secara otomatis oleh peranti lunak ETABS dengan menggunakan berat jenis material beton 24 kN/m3 dan berat jenis tulangan 78,50 kN/m3.

Berat Volume Material

Tabel 1.1. Daftar Berat Sendiri Material

(7)

1.1.2. Beban Mati Tambahan (SIDL)

Beban SDL yang digunakan dalam desain ini adalah :

kN/m3 kg/m3 Atap :

Genteng keramik (reng + kasau) 0.5 50 Atap metal 1mm (reng + kasau) 0.1 10 Dek Beton (screed)

Gambar 2.2 Translasi Arah YPlafon, ceilling, langit-langit 0.18 18 Finising lantai :

Keramik (+ screed/adukan semen) 1.5 150

Raised floor (+ carpet) 0.2 20

Dinding :

Pasangan bata merah satu batu 4.5 450 Pasangan bata merah setengah batu 2.5 250

Batako berlubang, t 10 cm 1.2 120

Batako berlubang, t 20 cm 2 200

Batako tanpa lubang, t 15 cm 3 300

Batako berlubang, t 10 cm 2 200

Hebel 10 cm + render 1 100

Hebel 12.5 cm + render 1.2 120

Gambar 2.3 RotasiCelcon10 cm + render 1.5 150

Celcon12.5 cm + render 1.7 170

Beban mati tambahan lantai

-Keramik (+ screed/adukan semen) = 1.5 kN/m²

-Berat plapond + penggantung = 0.180 kN/m²

2.2 Tabel Partisipasi Massa Rasio = 0.200 kN/m²

-Berat Instalasi ME = 0.200 kN/m²

Total beban mati tambahan qDL = 2.080 kN/m² dipakai qDL = 2.080 kN/m² Tabel 1.2. Daftar Beban Mati sebagai Beban Mati Tambahan

Beban mati tambahan atau super imposed dead load adalah berat komponen non struktural (arsitektural dan MEP) yang terdapat pada struktur bangungan.

Material Berat Volume

(8)

Beban mati tambahan dinding bata lantai 1 ke lantai 10

-Pasangan dinding 1/2 bata = 2.500 kN/m²

-Tinggi dinding = 4.000 M

Total beban mati tambahan qDL = 10.000 kN/m² dipakai qDL = 10.000 kN/m²

Beban mati tambahan dinding bata pada sisi tangga

-Pasangan dinding 1/2 bata = 2.500 kN/m²

-Tinggi dinding = 2.000 M

Total beban mati tambahan qDL = 5.000 kN/m² dipakai qDL = 5.000 kN/m²

Beban mati tambahan dak atap

-Keramik (+ screed/adukan semen) = 1.500 kN/m²

-Berat plapond + penggantung = 0.180 kN/m²

-Berat Instalasi ME = 0.200 kN/m²

Total beban mati tambahan qDL = 1.880 kN/m² dipakai qDL = 1.880 kN/m² Tabel 2.3 Simpangan Antar Lantai Arah X

Beban mati tambahan lift

-Pu Berat Lift = 2000

-Berat beban Lift = 1000

-Berat mesin = 258

Total beban mati tambahan qDL = 3258 Kg

dipakai qDL = 32.580 kN

(9)

Beban mati tambahan Tangga

Keterangan :

Langkah datar (antrede ) = 300 mm

Langkah naik (optrede ) = 200 mm

Jumlah total = 12 N

1. Beban mati tambahan pada Plat Tangga Berat finising lantai (spesi + keramik) tebal 5 cm

0.05 x 22 1.10 kN/m2

Beban mati trap beton

0.07 x 0.2 x 24 0.32 kN/m2

Berat dinding pegangan (handrill )

1.2 x 2.5 / 2 1.5 kN/m2

qDL 2.92 kN/m2

2. Beban mati tambahan pada Plat Bordes

Berat finising lantai (spesi + keramik) tebal 5 cm

0.05 x 22 1.10 kN/m2

Gambar 2.4 Simpangan Antar Lantai Arah X dan Y

1.2 x 2.5 / 2 1.5 kN/m2

qDL 2.60 kN/m2

Beban pada tangga meliputi beban mati berupa antrede, optrede, dan finising berupa pasangan keramik. Data teknis tangga dalam perencanaan sebagai berikut

Keramik Spesi

Trap tangga

Pelat beton Antrade

Optrede

Tebal pelat

(10)

1.2 BEBAN HIDUP (LL)

dimana :

KLL = faktor elemen beban hidup (tabel 4-2)luas tributari m2 AT = luas tributari m2

Syarat :

L = beban hidup rencana reduksi per m2 dari luasan yang didukung oleh komponen struktur

Tabel 1.3 Fator elemen beban hidup, KLL

Lo = beban hidup rencana tanpa reduksi per m2 dari luasan yang didukung oleh komponen struktur

Beban hidup atau live load adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan gedung yang berasal dari barang atau orang yang dapat berpindah tempat sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap. Berdasarkan SNI 1727 : 1013 untuk beban hidup gedung, beban hidup dapat di reduksi, yakni faktor elemen diambil 3 karena masuk golongan kolom-kolom tepi dengan plat kantilever.

Misalnya area tributari kolom terbesar berapa sebagai acuan reduksi beban hidup.

L tidak boleh kurang dari 0.5 Lo untuk komponen struktur yang mendukung satu lantai dan L tidak boleh kurang dari 0.4 Lo untuk komponen struktur yang mendukung dua lantai atau lebih dari dua lantai

(11)

kN/m3 kg/m3

Beban hidup ruang kantor 2.4 2400

Beban hidup ruang komputer 4.79 4790

Koridor di atas lantai pertama 3.83 3830

Koridor lantai pertama 4.79 4790

Beban hidup ruang operasi, Laboratorium 2.87 2870

Beban hidup ruang pasien 1.92 1920

Beban hidup koridor di atas lantai pertama 3.83 3830

Ruang penyimpanan 7.18 7180

Beban hidup tangga sebesar 4.79 4790

Beban hidup dak sebesar 0.96 960

Beban hidup ruang pertemuan sebesar 4.79 4790 Beban hidup lantai parkir sebesar 1.92 1920 Beban hidup lantai parkir terpusat sebesar 13.35 13350

Beban hidup ruang mesin lift 7.18 7180

Semua ruang kecuali tangga (Apartemen) 1.92 1920

1.3 BEBAN GEMPA (E)

1.3.1. Tahapan Analisis Gempa pada Bangunan Gedung 1. Menentukan kategori resiko bangunan gedung (I-IV)

Jenis pemanfaatan :

Gedung apartemen/ rumah susun

Helipad, Helikopter dengan berat lepas landas lebih 2870 dari 3000. Lb (13.35 kN)

Beban sesuai fungsi ruang Berat per luasan

2.87 Tabel 1.4 Rangkuman beban hidup (LL)

SNI 1726 : 2019 menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi strukturbangunan gedung dan nongedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkina terlampaui besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.

SNI 1276 : 2019, Tabel 3- Ketegori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban Gempa

(12)

2. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa

SNI 1276 : 2019, Tabel 4- Faktor keutamaan gempa

Kategori risiko : II

Faktor keutamaan Gempa, Ie : 1

3. Menentukan parameter percepatan tanah (Ss, S1)

(redaman kritis 5% ) adalah : Ss = 1.0 - 1.20 g 1.105731

(redaman kritis 5% ) adalah : S1 = 0.40 - 0.50 g 0.438478

4. Menentukan Klasifikasi Situs (SA - SF)

Lihat SNI 1276 : 2019, Tabel 5- Klasifikasi Situs

5. Menentukan Koefisien Situs (Fa , FV)

Lihat di SNI 1276 : 2019, Tabel 6 - Koefisien Situs, Fa 1.0154152

Ss Fa INTERPOLASI Fa

1 1.1

1.25 0.9

1.1057 1.0154152

Lihat di SNI 1276 : 2019, Tabel 7 - Koefisien Situs, Fv 2.323044

S1 Fv INTERPOLASI Fv

0.4 2.4

0.5 2.2

0.4385 2.323044

Bersasarkan Peta di atas Pulau lombok mempunyai Parameter gerak tanah S1, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 1,0 detik

SE ( Tanah Lunak )

Bersasarkan Peta di atas Pulau lombok mempunyai Parameter gerak tanah Ss, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 0,2 detik

SNI 1726:2019, Gambar 15-Parameter gerak tanah Ss, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 0,2 detik (redaman kritis 5%)

Klasifikasi situs ditetapkan sebagai SA (batuan keras), SB (batuan), SC (tanah keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus). Apabila untuk tebal lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dopenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam standar peraturan gempa.

(13)

6. Menghitung Parameter Percepatan desain (Sds, Sd1) Parameter Respon Spektral Percepatan Periode Pendek

SMS = Fa * Ss 1.12277606 Parameter Respon Spektral Percepatan Periode 1 sec

SM1 = Fv * S1 1.01860369 Parameter Respon Spektral Percepatan Desain Periode Pendek

SDS = (2/3) * SMS 0.74851738 Parameter Respon Spektral Percepatan Desain Periode 1 sec

SD1 = (2/3) * SM1 0.67906912

7. Parameter percepatan respon gempa

Area lokasi Gedung Latitude : -8.437997 Longitude : 116.03982

Untuk berbagai variabel respon gempa, harus disesuaikan dengan lokasi bangunan yang ditinjau, adapun parameter yang didapat dari Desain Spektara indonesia untuk lokasi kegatan pembangunan adalah sebagai berikut :

Dalam mendapatkan data gempa dalam perencanaan ini bangunan ini seperti urutan langkah-langkah di atas, menggunakan sofware Puskim-PusGeN-ESRC, 2019-2020 dengan menginput data koordinat pada lokasi proyek

(14)

Dari data grafik, dipakai acuan respon desain "Tanah Lunak"

BATUAN

Variabel Satuan

PGA (g) g

SS (g) g

S1 (g) g

SMS (g) g

SM1 (g) g

SDS (g) dt

SD1 (g) dt

1.105731

1.122776

Gambar 1.2 Spektrum Respon Desain dari Situs Sesuai Koordinat Tanah Lunak 1.018604

0.748517 0.679069 0.438478

Nilai 0.479205

TANAH SEDANG (D) Tabel 1.5 Respon Desain

Gambar 1.1 . Spektrum Respon Desain dari Situs Sesuai Koordinat Lokasi

(15)

8. Menentukan Kategori desain Seismik, KDS (A-F)

Tabel 1.6. SNI 1276 : 2019, Tabel 8 - Kategori seismik berdasarkan parameter respon persepatan pada perode pendek

(16)

Berdasarkan data :

Sds = 0.7485

Sd1 = 0.6791

Maka Kategori Desain Seismik (KDS) yang dipakai D

9. Pilih Sistem dan Parameter Struktur (R, Cd, Wo)

Pemilihan Sistem Struktur

Koefisien Modifikasi Respon R 8

Faktor Kuat Lebih Sistem Ω0 3

Koefisien Amplifikasi Defleksi Cd 5.5

Tabel 1.7. SNI 1276 : 2019, Tabel 9 - Kategori seismik berdasarkan parameter respon persepatan pada perode 1 detik

Tabel 1.8. SNI 1276 : 2019, Tabel 12 - Kfaktor R, Cd, Wo untuk sistem pemikul gaya seismik

C. Rangka beton bertulang pemikul momen khusus

(17)

10. Periode Fundamental Struktur

Tabel 1.10. SNI 1276 : 2019, Tabel 18 Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x Tabel 1.9. SNI 1276 : 2019, Tabel 17 Koefisien untuk batas pada perioda yang dihitung

(18)

Tipe Struktur

Koefisien Ct Ct 0.0488

Tinggi Bangunan dari Muka Tanah hn 44

Koefisien x x 0.75

Koefisien Batas Atas untuk Periode Terhitung Cu 1.4 Eksponen yang terkait periode struktur Arah X kx 1.334 Eksponen yang terkait periode struktur Arah Y ky 1.334 Periode Fundamental (Perhitungan Software) Arah Tcx 2.125 Periode Fundamental (Perhitungan Software) Arah Tcy 2.258 Periode Fundamental Pendekatan Ta = Ct * hnx 0.834 Batas Atas Periode Fundamental Cu * Ta 1.167

Ct x Hnx < T program < Ta x Cu

Periode Fundamental Struktur Arah X Pakai Tx 1.167 Periode Fundamental Struktur Arah Y Pakai Ty 1.167

11. Gaya Geser Dasar Dan Seismik

Koefisien Respons Seismik Cs = SDS / (R/Ie) 0.09356467 Batas Atas Arah X Cs,max,X = SD1 / Tx (R/Ie) 0.07272549 Batas Atas Arah Y Cs,max,Y = SD1 / Ty (R/Ie) 0.07272549 Batas Bawah Cs,min,1 (0.044 SDS Ie >= 0.01) 0.03293476 Batas Bawah (dipakai jika S1 >= 0,6 g) Cs,min,2 (0.5 S1 / (R/Ie)) 0.02740 Koefisien Respons Seismik Pakai Arah XCs,pakai,X 0.07273 Koefisien Respons Seismik Pakai Arah YCs,pakai,Y 0.07273

Berat Seismik Efektif W 87644.6739

Gaya Geser Dasar Seismik Arah X VX = Cs pakai x * W 6374.00152 Gaya Geser Dasar Seismik Arah Y VY = Cs pakai y * W 6374.00152 Gaya Geser Statik (ETABS) Arah X VeX -6374.9778 Gaya Geser Statik (ETABS) Arah Y VeY -6374.9778

Semua sistem struktur lainnya

(19)

Massa hi Wihi^k Fx Vx

(kg) M (Kgf-m) (Kgf) (Kgf)

ATAP 421257 44 65499523.8 0.106504 69224.3176 17306.1

LT 10 813985.89 40 111456922 0.181233 117795.197 29448.8

LT 9 825560.82 36 98223982.4 0.159715 103809.734 25952.4

LT 8 825560.82 32 83946207.1 0.136499 88720.0175 22180

LT 7 838573.83 28 71360168.3 0.116034 75418.2422 18854.6 LT 6 853412.53 24 59128117.1 0.096144 62490.5849 15622.6 LT 5 853412.53 20 46365909.3 0.075392 49002.6224 12250.7 LT 4 868040.77 16 35022063.2 0.056947 37013.6801 9253.42 LT 3 884494.71 12 24315313.5 0.039537 25698.0644 6424.52

LT 2 884494.71 8 14159451.9 0.023024 14964.6644 3741.17

LT 1 868475.89 4 5516435.8 0.00897 5830.14168 1457.54

TOTAL 8937269.5 614994094 6374.00152 6374.00

Massa hi Wihi^k Fy Vy

(kg) M (Kgf-m) (Kgf) (Kgf)

ATAP 421257 44 65499523.8 0.106504 69224.3176 8653.04

LT 10 813985.89 40 111456922 0.181233 117795.197 14724.4

LT 9 825560.82 36 98223982.4 0.159715 103809.734 12976.2

LT 8 825560.82 32 83946207.1 0.136499 88720.0175 11090

LT 7 838573.83 28 71360168.3 0.116034 75418.2422 9427.28

LT 6 853412.53 24 59128117.1 0.096144 62490.5849 7811.32

LT 5 853412.53 20 46365909.3 0.075392 49002.6224 6125.33

LT 4 868040.77 16 35022063.2 0.056947 37013.6801 4626.71

LT 3 884494.71 12 24315313.5 0.039537 25698.0644 3212.26

LT 2 884494.71 8 14159451.9 0.023024 14964.6644 1870.58

LT 1 868475.89 4 5516435.8 0.00897 5830.14168 728.768

TOTAL 8937269.5 614994094 6374.00152 6374.00

Tabel 1.12. Distribusi Gaya Gempa Statik Ekivalen Tiap Lantai Arah y

Lantai KY Cv

1.334

Lantai KX Cv

1.334

Tabel 1.11. Distribusi Gaya Gempa Statik Ekivalen Tiap Lantai Arah x

(20)

Untuk menghitung nilai F, Cv dan Vx bisa menggunakan Persamaan berikut :

R 8 Tx 1.167

I 1 Ty 1.167

Ω0 3

Cd 5.5

Ss 1.1057

S1 0.4385

Gambar 2.3 Input data Gempa Statik sumbu X

Beban Gempa statik ekivalen dihitung automatis dalam program, dalam kasus ini mengacu kepada ASCE 7-2016, dengan mengganti parameter gempa :

(21)

12. Beban Gempa Dinamik

T T Sa Spektrum Respon Percepatan Desain

detik detik (g) T0 = 0.2 SD1/SDs 0.181443784

0 0 0.299 Ts = SD1/SDs 0.907218919

T0 0.181 0.749 TL = Periode Panjang 12

TS 0.907 0.749 jika, T < T0 maka :

Ts+0.50 1.407 0.483 Sa = SDS * (0.4 + 0.6 T/To) Ts+1.00 1.907 0.356 jika, T0 ≤ T ≤ Ts maka :

Ts+1.50 2.407 0.282 Sa = SDs

Ts+2.00 2.907 0.234 jika, T > Ts maka :

Ts+2.50 3.407 0.199 Sa = SD1 / T

Ts+3.00 3.907 0.174 jika, T > TL maka :

Ts+3.50 4.407 0.154 Sa = (SD1 / TL)/T^2

Ts+4.00 4.907 0.138

Ts+4.50 5.407 0.126

Ts+5.00 5.907 0.115

Ts+5.50 6.407 0.106

Ts+6.00 6.907 0.098

Ts+6.50 7.407 0.092

Ts+7.00 7.907 0.086

Gambar 2.4 Input data Gempa Statik sumbu Y

(22)

Ts+7.50 8.407 0.081

Ts+8.00 8.907 0.076

Ts+8.50 9.407 0.072

Ts+9.00 9.907 0.069

Ts+9.50 10.407 0.065 Ts+10.00 10.907 0.062 Ts+10.50 11.407 0.060 Ts+11.00 11.907 0.057 Ts+11.50 12.407 0.055

13. Penskalaan Gaya

Faktor Skala Awal SF = g / (R / I) 1.226 m/s2

1225.83 mm/s2 Gaya Geser Dasar Analisis Struktur Arah RSPX Vi,X 2759.28

Gaya Geser Dasar Analisis Struktur Arah RSPY Vi,Y 2755.97

Penskalaan Gaya Gempa Arah X fX 2.310 Fs Baru

Penskalaan Gaya Gempa Arah Y fY 2.313 Fs Baru

Faktor Skala Baru Arah X SFX 2831.695 mm/s2

Faktor Skala Baru Arah Y SFY 2835.096 mm/s2

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

0.00 0.91 1.91 2.91 3.91 4.91 5.91 6.91 7.91 8.91 9.91 10.91 11.91

Sa

T (detik)

Respons Spectrum

(23)

Gambar 1.5 Pengecekan Penskalaan Beban Gempa

(24)

SKRIPSI ALDO UTAMA PUTRA (HOTEL/APARTEMEN) Tanggal Hari dari Jl. Raya Senggigi Malimbu No.99, Malaka, Kec. Pemenang Dibuat

Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. 83352 Diperiksa

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR Disetujui

Rev Tgl Hal Dibuat Diperiksa Disetujui

II

PENGECEKAN PRILAKU STRUKTUR

Uraian

(25)

2.1 SYARAT TRANSLASI

Tabel 1.1. Daftar Berat Sendiri Material

Berikut adalah ilustrasi perilaku struktur pada mode 1, mode 2, dan mode 3

Berdasarkan SNI-1726-2019, bahwa mode 1 dan mode 2 berupa translasi arah X, maupun Y. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari torsi yang besar.

2.1 Tabel Translasi Arah X dan Y

Pada tabel diatas menunjukkan dominasi pada mode 1 dan 2 dominan terjadi translasi dimana pada mode 1 dominan UY=77.62%, dan pada mode 2 dominan UX=60.18%, dan pada mode ke-3 terjadi rotasi sebesar RZ=61.09%.

Gambar 2.1 Translasi Arah X

II. PENGECEKAN PRILAKU STRUKTUR

(26)

2.2 SYARAT PARTISIPASI MASSA

Gambar 2.2 Translasi Arah Y

Menurut SNI-1726-2019 Pasal 7.9.1.1 : Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 100

% dari massa aktual dalam masing-masing arah horisontal ortogonal dari respon yang ditinjau oleh model.

2.2 Tabel Partisipasi Massa Rasio Gambar 2.3 Rotasi

(27)

2.3 SIMPANGAN ANTAR LANTAI

Simpangan Antar Tingkat Izin (Tabel) Δa 0.02 h

Faktor Redundansi ρ 1

Story Drift Inelastik Izin (Syarat Sprm) Δmax 0.02

Faktor Pembesaran Defleksi Cd 5.5

Faktor Keutamaan Gempa Ie 1

Story Displaceme

nt Elastic Drift

Inelastic Drift (Komulatif)

Inelastic Drift (Per

Story)

Cek

δeX δeX ΔX ΔX

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

11 132.613 4.740 4000 729.372 26.070 80.000

10 127.873 7.623 4000 703.302 41.927 80.000 OK

9 120.25 10.511 4000 661.375 57.811 80.000 OK

8 109.739 12.884 4000 603.565 70.862 80.000 OK

7 96.855 12.755 4000 532.703 70.153 80.000 OK

6 84.1 14.234 4000 462.550 78.287 80.000 OK

5 69.866 15.442 4000 384.263 84.931 80.000 NOT OK

4 54.424 14.893 4000 299.332 81.912 80.000 NOT OK

3 39.531 15.395 4000 217.421 84.673 80.000 NOT OK

2 24.136 15.006 4000 132.748 82.533 80.000 NOT OK

1 9.13 9.130 4000 50.215 50.215 80.000 OK

h Drift Limit

Tabel 2.3 Simpangan Antar Lantai Arah X

(28)

Story Displaceme

nt Elastic Drift h

Inelastic Drift (Komulatif)

Inelastic Drift (Per

Story)

Drift Limit

δeY δeY Δy ΔY

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

11 148.552 4.937 4,000 817.036 27.153 80.000 OK

10 143.615 7.400 4,000 789.883 40.700 80.000 OK

9 136.215 10.223 4,000 749.183 56.227 80.000 OK

8 125.992 12.927 4,000 692.956 71.099 80.000 OK

7 113.065 14.482 4,000 621.858 79.651 80.000 OK

6 98.583 16.346 4,000 542.207 89.903 80.000 NOT OK

5 82.237 18.011 4,000 452.304 99.061 80.000 NOT OK

4 64.226 18.539 4,000 353.243 101.965 80.000 NOT OK

3 45.687 18.878 4,000 251.279 103.829 80.000 NOT OK

2 26.809 17.281 4,000 147.450 95.046 80.000 NOT OK

1 9.528 9.528 4,000 52.404 52.404 80.000 OK

Cek Tabel 2.4 Simpangan Antar Lantai Arah Y

Gambar 2.4 Simpangan Antar Lantai Arah X dan Y

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0 20 40 60 80 100 120

Story

Simpangan Antar Tingkat (mm)

Arah x Arah Y Drift Limit

(29)

2.4. Ketidakberaturan Torsi Lantai

Δmaxavg Cek Δmaxavg Cek

11 1.065 OK 1.064 OK

10 1.082 OK 1.062 OK

9 1.09 OK 1.061 OK

8 1.093 OK 1.06 OK

7 1.096 OK 1.059 OK

6 1.098 OK 1.058 OK

5 1.102 OK 1.058 OK

4 1.109 OK 1.058 OK

3 1.11 OK 1.057 OK

2 1.099 OK 1.064 OK

1 1.075 OK 1.061 OK

Ratio Arah X Ratio Arah Y

(30)

SKRIPSI ALDO UTAMA PUTRA (HOTEL/APARTEMEN) Tanggal Hari dari Jl. Raya Senggigi Malimbu No.99, Malaka, Kec. Pemenang Dibuat

Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. 83352 Diperiksa

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR Disetujui

Rev Tgl Hal Dibuat Diperiksa Disetujui

I

PEMBEBANAN MODEL 5 DERAJAT

Uraian

(31)

1.1 BEBAN GRAVITASI

- Beban mati berat sendiri (dead load )

- Beban mati tambahan, SIDL (super imposed dead load ) - Beban hidup, LL (live load ), dan

- Beban hidup atap, La

1.1.1. Beban Mati Berat Sendiri (DL)

kN/m3 kg/m3

Beton (tidak bertulang) 22 2200

Beton bertulang 24 -25 2400 - 2500

Baja 78.5 7850

Mata merah 17 1700

Adukan semen 20 - 21 2000 - 2100

Air 10 1000

Tanah (umum) 17 - 18 1700 - 1800

Pasir kering 16 1600

Pasir jenuh 18 1800

Kayu (klas I) 10 1000

Aspal 14 1400

Beban gravtasi yang digunakan adalah berdasarkan SNI 1727: 2020, yaitu Beban minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Beban gravitasi dalam perencanaan meliputi :

Beban mati (dead load) adalah berat seluruh komponen elemen struktural bangunan yang terdiri atas pelat, balok, kolom, dan dinding geser. Beban mati akan dihitung secara otomatis oleh peranti lunak ETABS dengan menggunakan berat jenis material beton 24 kN/m3 dan berat jenis tulangan 78,50 kN/m3.

Berat Volume Material

Tabel 1.1. Daftar Berat Sendiri Material

I. PERHITUNGAN PEMBEBANAN 5 DERAJAT

(32)

1.1.2. Beban Mati Tambahan (SIDL)

Beban SDL yang digunakan dalam desain ini adalah :

kN/m3 kg/m3 Atap :

Genteng keramik (reng + kasau) 0.5 50

Atap metal 1mm (reng + kasau) 0.1 10

Dek Beton (screed)

Plafon, ceilling, langit-langit 0.18 18 Finising lantai :

Keramik (+ screed/adukan semen) 1.5 150

Raised floor (+ carpet) 0.2 20

Dinding :

Pasangan bata merah satu batu 4.5 450 Pasangan bata merah setengah batu 2.5 250

Batako berlubang, t 10 cm 1.2 120

Batako berlubang, t 20 cm 2 200

Batako tanpa lubang, t 15 cm 3 300

Batako berlubang, t 10 cm 2 200

Hebel 10 cm + render 1 100

Hebel 12.5 cm + render 1.2 120

Celcon10 cm + render 1.5 150

Celcon12.5 cm + render 1.7 170

Beban mati tambahan lantai

-Keramik (+ screed/adukan semen) = 1.5 kN/m²

-Berat plapond + penggantung = 0.180 kN/m²

-Raised floor (+ carpet) = 0.200 kN/m²

-Berat Instalasi ME = 0.200 kN/m²

Total beban mati tambahan qDL = 2.080 kN/m²

dipakai q = 2.080 kN/m²

Berat Volume

Beban mati tambahan atau super imposed dead load adalah berat komponen non struktural (arsitektural dan MEP) yang terdapat pada struktur bangungan.

Material

(33)

Beban mati tambahan dinding bata lantai 1 ke lantai 10

-Pasangan dinding 1/2 bata = 2.500 kN/m²

-Tinggi dinding = 4.000 M

Total beban mati tambahan qDL = 10.000 kN/m² dipakai qDL = 10.000 kN/m²

Beban mati tambahan dinding bata pada sisi tangga

-Pasangan dinding 1/2 bata = 2.500 kN/m²

-Tinggi dinding = 2.000 M

Total beban mati tambahan qDL = 5.000 kN/m²

dipakai qDL = 5.000 kN/m²

Beban mati tambahan dak atap

-Keramik (+ screed/adukan semen) = 1.500 kN/m²

-Berat plapond + penggantung = 0.180 kN/m²

-Berat Instalasi ME = 0.200 kN/m²

Total beban mati tambahan qDL = 1.880 kN/m²

dipakai qDL = 1.880 kN/m²

Beban mati tambahan lift

-Pu Berat Lift = 2000

-Berat beban Lift = 1000

-Berat mesin = 258

Total beban mati tambahan qDL = 3258 Kg

dipakai qDL = 32.580 kN

(34)

Beban mati tambahan Tangga

Keterangan :

Langkah datar (antrede ) = 300 mm

Langkah naik (optrede ) = 200 mm

Jumlah total = 12 N

1. Beban mati tambahan pada Plat Tangga Berat finising lantai (spesi + keramik) tebal 5 cm

0.05 x 22 1.10 kN/m2

Beban mati trap beton

0.07 x 0.2 x 24 0.32 kN/m2

Berat dinding pegangan (handrill )

1.2 x 2.5 / 2 1.5 kN/m2

qDL 2.92 kN/m2

2. Beban mati tambahan pada Plat Bordes

Berat finising lantai (spesi + keramik) tebal 5 cm

0.05 x 22 1.10 kN/m2

Berat dinding pegangan (handrill )

1.2 x 2.5 / 2 1.5 kN/m2

qDL 2.60 kN/m2

Beban pada tangga meliputi beban mati berupa antrede, optrede, dan finising berupa pasangan keramik. Data teknis tangga dalam perencanaan sebagai berikut

Keramik Spesi

Trap tangga

Pelat beton Antrade

Optrede

Tebal pelat

(35)

1.2 BEBAN HIDUP (LL)

dimana :

KLL = faktor elemen beban hidup (tabel 4-2)luas tributari m2 AT = luas tributari m2

Syarat :

Beban hidup atau live load adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan gedung yang berasal dari barang atau orang yang dapat berpindah tempat sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap. Berdasarkan SNI 1727 : 1013 untuk beban hidup gedung, beban hidup dapat di reduksi, yakni faktor elemen diambil 3 karena masuk golongan kolom-kolom tepi dengan plat kantilever.

Misalnya area tributari kolom terbesar berapa sebagai acuan reduksi beban hidup.

L tidak boleh kurang dari 0.5 Lo untuk komponen struktur yang mendukung satu lantai dan L tidak boleh kurang dari 0.4 Lo untuk komponen struktur yang mendukung dua lantai atau lebih dari dua lantai

Tabel 1.3 Fator elemen beban hidup, KLL

Lo = beban hidup rencana tanpa reduksi per m2 dari luasan yang didukung oleh komponen struktur

L = beban hidup rencana reduksi per m2 dari luasan yang didukung oleh komponen struktur

(36)

kN/m3 kg/m3

Beban hidup ruang kantor 2.4 2400

Beban hidup ruang komputer 4.79 4790

Koridor di atas lantai pertama 3.83 3830

Koridor lantai pertama 4.79 4790

Beban hidup ruang operasi, Laboratorium 2.87 2870

Beban hidup ruang pasien 1.92 1920

Beban hidup koridor di atas lantai pertama 3.83 3830

Ruang penyimpanan 7.18 7180

Beban hidup tangga sebesar 4.79 4790

Beban hidup dak sebesar 0.96 960

Beban hidup ruang pertemuan sebesar 4.79 4790

Beban hidup lantai parkir sebesar 1.92 1920

Beban hidup lantai parkir terpusat sebesar 13.35 13350

Beban hidup ruang mesin lift 7.18 7180

Semua ruang kecuali tangga (Apartemen) 1.92 1920

1.3 BEBAN GEMPA (E)

1.3.1. Tahapan Analisis Gempa pada Bangunan Gedung 1. Menentukan kategori resiko bangunan gedung (I-IV)

Jenis pemanfaatan :

SNI 1276 : 2019, Tabel 3- Ketegori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban Gempa

SNI 1726 : 2019 menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi strukturbangunan gedung dan nongedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkina terlampaui besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.

Helipad, Helikopter dengan berat lepas landas lebih 2870 dari 3000. Lb (13.35 kN)

Beban sesuai fungsi ruang Berat per luasan

2.87 Tabel 1.4 Rangkuman beban hidup (LL)

Gedung apartemen/ rumah susun

(37)

2. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa

SNI 1276 : 2019, Tabel 4- Faktor keutamaan gempa

Kategori risiko : II

Faktor keutamaan Gempa, Ie : 1

3. Menentukan parameter percepatan tanah (Ss, S1)

(redaman kritis 5% ) adalah : Ss = 1.0 - 1.20 g 1.105731

(redaman kritis 5% ) adalah : S1 = 0.40 - 0.50 g 0.438478

4. Menentukan Klasifikasi Situs (SA - SF)

Lihat SNI 1276 : 2019, Tabel 5- Klasifikasi Situs

5. Menentukan Koefisien Situs (Fa , FV)

Lihat di SNI 1276 : 2019, Tabel 6 - Koefisien Situs, Fa 1.0154152

Ss Fa INTERPOLASI Fa

1 1.1

1.25 0.9

1.1057 1.0154152

Lihat di SNI 1276 : 2019, Tabel 7 - Koefisien Situs, Fv 2.323044

S1 Fv INTERPOLASI Fv

0.4 2.4

0.5 2.2

0.4385 2.323044

Bersasarkan Peta di atas Pulau lombok mempunyai Parameter gerak tanah S1, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 1,0 detik

SE ( Tanah Lunak )

Bersasarkan Peta di atas Pulau lombok mempunyai Parameter gerak tanah Ss, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 0,2 detik

SNI 1726:2019, Gambar 15-Parameter gerak tanah Ss, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 0,2 detik (redaman kritis 5%)

Klasifikasi situs ditetapkan sebagai SA (batuan keras), SB (batuan), SC (tanah keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus). Apabila untuk tebal lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dopenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam standar peraturan gempa.

(38)

6. Menghitung Parameter Percepatan desain (Sds, Sd1) Parameter Respon Spektral Percepatan Periode Pendek

SMS = Fa * Ss 1.12277606 Parameter Respon Spektral Percepatan Periode 1 sec

SM1 = Fv * S1 1.01860369 Parameter Respon Spektral Percepatan Desain Periode Pendek

SDS = (2/3) * SMS 0.74851738 Parameter Respon Spektral Percepatan Desain Periode 1 sec

SD1 = (2/3) * SM1 0.67906912

7. Parameter percepatan respon gempa

Area lokasi Gedung Latitude : -8.437997 Longitude : 116.03982

Dalam mendapatkan data gempa dalam perencanaan ini bangunan ini seperti urutan langkah-langkah di atas, menggunakan sofware Puskim-PusGeN-ESRC, 2019-2020 dengan menginput data koordinat pada lokasi proyek

Untuk berbagai variabel respon gempa, harus disesuaikan dengan lokasi bangunan yang ditinjau, adapun parameter yang didapat dari Desain Spektara indonesia untuk lokasi kegatan pembangunan adalah sebagai berikut :

(39)

Dari data grafik, dipakai acuan respon desain "Tanah Lunak"

BATUAN

Variabel Satuan

PGA (g) g

SS (g) g

S1 (g) g

SMS (g) g

SM1 (g) g

SDS (g) dt

SD1 (g) dt

Gambar 1.1 . Spektrum Respon Desain dari Situs Sesuai Koordinat Lokasi

Nilai 0.479205

TANAH SEDANG (D) Tabel 1.5 Respon Desain

Gambar 2.2 Spektrum Respon Desain dari Situs Sesuai Koordinat Tanah Lunak 1.018604

0.748517 0.679069 0.438478 1.105731

1.122776

(40)

8. Menentukan Kategori desain Seismik, KDS (A-F)

Tabel 1.6. SNI 1276 : 2019, Tabel 8 - Kategori seismik berdasarkan parameter respon persepatan pada perode pendek

(41)

Berdasarkan data :

Sds = 0.7485

Sd1 = 0.6791

Maka Kategori Desain Seismik (KDS) yang dipakai D

9. Pilih Sistem dan Parameter Struktur (R, Cd, Wo)

Pemilihan Sistem Struktur

Koefisien Modifikasi Respon R 8

Faktor Kuat Lebih Sistem Ω0 3

Koefisien Amplifikasi Defleksi Cd 5.5

Tabel 1.7. SNI 1276 : 2019, Tabel 9 - Kategori seismik berdasarkan parameter respon persepatan pada perode 1 detik

Tabel 1.8. SNI 1276 : 2019, Tabel 12 - Kfaktor R, Cd, Wo untuk sistem pemikul gaya seismik

C. Rangka beton bertulang pemikul momen khusus

(42)

10. Periode Fundamental Struktur

Tabel 1.10. SNI 1276 : 2019, Tabel 18 Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x

Tabel 1.9. SNI 1276 : 2019, Tabel 17 Koefisien untuk batas pada perioda yang dihitung

(43)

Tipe Struktur

Koefisien Ct Ct 0.0488

Tinggi Bangunan dari Muka Tanah hn 43.3001

Koefisien x x 0.75

Koefisien Batas Atas untuk Periode Terhitung Cu 1.4 Eksponen yang terkait periode struktur Arah X kx 1.327 Eksponen yang terkait periode struktur Arah Y ky 1.327 Periode Fundamental (Perhitungan Software) Arah Tcx 2.130 Periode Fundamental (Perhitungan Software) Arah Tcy 2.250 Periode Fundamental Pendekatan Ta = Ct * hnx 0.824 Batas Atas Periode Fundamental Cu * Ta 1.153

Ct x Hnx < T program < Ta x Cu

Periode Fundamental Struktur Arah X Pakai Tx 1.153 Periode Fundamental Struktur Arah Y Pakai Ty 1.153

11. Gaya Geser Dasar Dan Seismik

Koefisien Respons Seismik Cs = SDS / (R/Ie) 0.09356467 Batas Atas Arah X Cs,max,X = SD1 / Tx (R/Ie) 0.07360536 Batas Atas Arah Y Cs,max,Y = SD1 / Ty (R/Ie) 0.07360536 Batas Bawah Cs,min,1 (0.044 SDS Ie >= 0.01) 0.03293476 Batas Bawah (dipakai jika S1 >= 0,6 g) Cs,min,2 (0.5 S1 / (R/Ie)) 0.02740 Koefisien Respons Seismik Pakai Arah XCs,pakai,X 0.07361 Koefisien Respons Seismik Pakai Arah YCs,pakai,Y 0.07361

Berat Seismik Efektif W 87648.0755

Gaya Geser Dasar Seismik Arah X VX = Cs pakai x * W 6451.36851 Gaya Geser Dasar Seismik Arah Y VY = Cs pakai y * W 6451.36851 Gaya Geser Statik (ETABS) Arah X VeX -6452.6348 Gaya Geser Statik (ETABS) Arah Y VeY -6452.6348

Semua sistem struktur lainnya

(44)

Massa hi Wihi^k Fx Vx

(kg) M (Kgf-m) (Kgf) (Kgf)

ATAP 421257 43.3001 62450340.6 0.10789 70975.8649 17744

LT 10 813985.89 39.3001 106111011 0.183318 120596.953 30149.2 LT 9 825560.82 35.3001 93335954 0.161248 106077.885 26519.5 LT 8 825560.82 31.3001 79571892.5 0.137469 90434.7973 22608.7 LT 7 838573.83 27.3001 67417967.8 0.116472 76621.657 19155.4 LT 6 853412.53 23.3001 55604997.1 0.096064 63196.0167 15799 LT 5 853412.53 19.3001 43311100.7 0.074825 49223.7962 12305.9 LT 4 868040.77 15.3001 32372117.7 0.055926 36791.4575 9197.86 LT 3 884494.71 11.3001 22066224.9 0.038122 25078.6367 6269.66 LT 2 884494.71 7.3001 12359434 0.021352 14046.7052 3511.68 LT 1 868822.75 3.3001 4234635.65 0.007316 4812.73481 1203.18

TOTAL 8937616.4 578835676 6451.36851 6451.37

Massa hi Wihi^k Fy Vy

(kg) M (Kgf-m) (Kgf) (Kgf)

ATAP 421257 43.3001 62450340.6 0.10789 70975.8649 8871.98

LT 10 813985.89 39.3001 106111011 0.183318 120596.953 15074.6

LT 9 825560.82 35.3001 93335954 0.161248 106077.885 13259.7

LT 8 825560.82 31.3001 79571892.5 0.137469 90434.7973 11304.3

LT 7 838573.83 27.3001 67417967.8 0.116472 76621.657 9577.71

LT 6 853412.53 23.3001 55604997.1 0.096064 63196.0167 7899.5

LT 5 853412.53 19.3001 43311100.7 0.074825 49223.7962 6152.97

LT 4 868040.77 15.3001 32372117.7 0.055926 36791.4575 4598.93

LT 3 884494.71 11.3001 22066224.9 0.038122 25078.6367 3134.83

LT 2 884494.71 7.3001 12359434 0.021352 14046.7052 1755.84

LT 1 868822.75 3.3001 4234635.65 0.007316 4812.73481 601.592

TOTAL 8937616.4 578835676 6451.36851 6451.37

Tabel 1.12. Distribusi Gaya Gempa Statik Ekivalen Tiap Lantai Arah y

Lantai KY Cv

1.327

Lantai KX Cv

1.327

Tabel 1.11. Distribusi Gaya Gempa Statik Ekivalen Tiap Lantai Arah x

(45)

Untuk menghitung nilai F, Cv dan Vx bisa menggunakan Persamaan berikut :

R 8 Tx 1.153

I 1 Ty 1.153

Ω0 3

Cd 5.5

Ss 1.1057

S1 0.4385

Beban Gempa statik ekivalen dihitung automatis dalam program, dalam kasus ini mengacu kepada ASCE 7-2016, dengan mengganti parameter gempa :

Gambar 1.3 Input data Gempa Statik sumbu X

(46)

12. Beban Gempa Dinamik

T T Sa Spektrum Respon Percepatan Desain

detik detik (g) T0 = 0.2 SD1/SDs 0.181443784

0 0 0.299 Ts = SD1/SDs 0.907218919

T0 0.181 0.749 TL = Periode Panjang 12

TS 0.907 0.749 jika, T < T0 maka :

Ts+0.50 1.407 0.483 Sa = SDS * (0.4 + 0.6 T/To) Ts+1.00 1.907 0.356 jika, T0 ≤ T ≤ Ts maka :

Ts+1.50 2.407 0.282 Sa = SDs

Ts+2.00 2.907 0.234 jika, T > Ts maka :

Ts+2.50 3.407 0.199 Sa = SD1 / T

Ts+3.00 3.907 0.174 jika, T > TL maka :

Ts+3.50 4.407 0.154 Sa = (SD1 / TL)/T^2

Ts+4.00 4.907 0.138

Ts+4.50 5.407 0.126

Ts+5.00 5.907 0.115

Ts+5.50 6.407 0.106

Gambar 1.4 Input data Gempa Statik sumbu Y

(47)

Ts+7.00 7.907 0.086

Ts+7.50 8.407 0.081

Ts+8.00 8.907 0.076

Ts+8.50 9.407 0.072

Ts+9.00 9.907 0.069

Ts+9.50 10.407 0.065 Ts+10.00 10.907 0.062 Ts+10.50 11.407 0.060 Ts+11.00 11.907 0.057 Ts+11.50 12.407 0.055

13. Penskalaan Gaya

Faktor Skala Awal SF = g / (R / I) 1.226 m/s2

1225.83 mm/s2 Gaya Geser Dasar Analisis Struktur Arah RSPX Vi,X 2692.77

Gaya Geser Dasar Analisis Struktur Arah RSPY Vi,Y 2756.58

Penskalaan Gaya Gempa Arah X fX 2.396 Fs Baru

Penskalaan Gaya Gempa Arah Y fY 2.340 Fs Baru

Faktor Skala Baru Arah X SFX 2936.861 mm/s2

Faktor Skala Baru Arah Y SFY 2868.879 mm/s2

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

0.00 0.91 1.91 2.91 3.91 4.91 5.91 6.91 7.91 8.91 9.91 10.91 11.91

Sa

T (detik)

Respons Spectrum

(48)

Gambar 1.5 Pengecekan Penskalaan Beban Gempa

(49)

SKRIPSI ALDO UTAMA PUTRA (HOTEL/APARTEMEN) Tanggal Hari dari Jl. Raya Senggigi Malimbu No.99, Malaka, Kec. Pemenang Dibuat

Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. 83352 Diperiksa

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR Disetujui

Rev Tgl Hal Dibuat Diperiksa Disetujui

II

PENGECEKAN PRILAKU STRUKTUR

Uraian

(50)

2.1 SYARAT TRANSLASI

Tabel 1.1. Daftar Berat Sendiri Material

Berikut adalah ilustrasi perilaku struktur pada mode 1, mode 2, dan mode 3

II. PENGECEKAN PRILAKU STRUKTUR

Berdasarkan SNI-1726-2019, bahwa mode 1 dan mode 2 berupa translasi arah X, maupun Y. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari torsi yang besar.

2.1 Tabel Translasi Arah X dan Y

Pada tabel diatas menunjukkan dominasi pada mode 1 dan 2 dominan terjadi translasi dimana pada mode 1 dominan UY=77.33%, dan pada mode 2 dominan UX=57.49%, dan pada mode ke-3 terjadi rotasi sebesar RZ=57.88%.

(51)

2.2 SYARAT PARTISIPASI MASSA

Gambar 2.3 Rotasi

Menurut SNI-1726-2019 Pasal 7.9.1.1 : Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 100

% dari massa aktual dalam masing-masing arah horisontal ortogonal dari respon yang ditinjau oleh model.

2.2 Tabel Partisipasi Massa Rasio Gambar 2.2 Translasi Arah Y

(52)

2.3 SIMPANGAN ANTAR LANTAI

Simpangan Antar Tingkat Izin (Tabel) Δa 0.02 h

Faktor Redundansi ρ 1

Story Drift Inelastik Izin (Syarat Sprm) Δmax 0.02

Faktor Pembesaran Defleksi Cd 5.5

Faktor Keutamaan Gempa Ie 1

Story Displaceme

nt Elastic Drift

Inelastic Drift (Komulatif)

Inelastic Drift (Per

Story)

Cek

δeX δeX ΔX ΔX

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

11 133.973 4.723 4000 736.852 25.977 80.000

10 129.25 7.709 4000 710.875 42.400 80.000 OK

9 121.541 10.646 4000 668.476 58.553 80.000 OK

8 110.895 13.052 4000 609.923 71.786 80.000 OK

7 97.843 12.922 4000 538.137 71.071 80.000 OK

6 84.921 14.423 4000 467.066 79.327 80.000 OK

5 70.498 15.649 4000 387.739 86.070 80.000 NOT OK

4 54.849 15.091 4000 301.670 83.001 80.000 NOT OK

3 39.758 15.595 4000 218.669 85.773 80.000 NOT OK

2 24.163 15.137 4000 132.897 83.254 80.000 NOT OK

1 9.026 9.026 4000 49.643 49.643 80.000 OK

h Drift Limit

Tabel 2.3 Simpangan Antar Lantai Arah X

(53)

Story Displaceme

nt Elastic Drift h

Inelastic Drift (Komulatif)

Inelastic Drift (Per

Story)

Drift Limit

δeY δeY ΔX ΔY

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

11 149.779 5.001 4,000 823.785 27.506 80.000 OK

10 144.778 7.502 4,000 796.279 41.261 80.000 OK

9 137.276 10.368 4,000 755.018 57.024 80.000 OK

8 126.908 13.110 4,000 697.994 72.105 80.000 OK

7 113.798 14.692 4,000 625.889 80.806 80.000 NOT OK

6 99.106 16.581 4,000 545.083 91.195 80.000 NOT OK

5 82.525 18.266 4,000 453.888 100.463 80.000 NOT OK

4 64.259 18.783 4,000 353.425 103.307 80.000 NOT OK

3 45.476 19.083 4,000 250.118 104.957 80.000 NOT OK

2 26.393 17.297 4,000 145.162 95.134 80.000 NOT OK

1 9.096 9.096 4,000 50.028 50.028 80.000 OK

Cek Tabel 2.4 Simpangan Antar Lantai Arah Y

Gambar 2.4 Simpangan Antar Lantai Arah X dan Y

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0 20 40 60 80 100 120

Story

Simpangan Antar Tingkat (mm)

Arah x Arah Y Drift Limit

(54)

2.4. Ketidakberaturan Torsi Lantai

Δmaxavg Cek Δmaxavg Cek

11 1.078 OK 1.065 OK

10 1.095 OK 1.063 OK

9 1.104 OK 1.062 OK

8 1.108 OK 1.061 OK

7 1.112 OK 1.059 OK

6 1.113 OK 1.059 OK

5 1.118 OK 1.059 OK

4 1.127 OK 1.058 OK

3 1.133 OK 1.058 OK

2 1.131 OK 1.067 OK

1 1.039 OK 1.235 H.1a

Ratio Arah X Ratio Arah Y

(55)

SKRIPSI ALDO UTAMA PUTRA (HOTEL/APARTEMEN) Tanggal Hari dari Jl. Raya Senggigi Malimbu No.99, Malaka, Kec. Pemenang Dibuat

Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. 83352 Diperiksa

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR Disetujui

Rev Tgl Hal Dibuat Diperiksa Disetujui

I

PEMBEBANAN MODEL 10 DERAJAT

Uraian

(56)

1.1 BEBAN GRAVITASI

- Beban mati berat sendiri (dead load )

- Beban mati tambahan, SIDL (super imposed dead load ) - Beban hidup, LL (live load ), dan

- Beban hidup atap, La

1.1.1. Beban Mati Berat Sendiri (DL)

kN/m3 kg/m3

Beton (tidak bertulang) 22 2200

Beton bertulang 24 -25 2400 - 2500

Baja 78.5 7850

Mata merah 17 1700

Adukan semen 20 - 21 2000 - 2100

Air 10 1000

Tanah (umum) 17 - 18 1700 - 1800

Pasir kering 16 1600

Pasir jenuh 18 1800

Kayu (klas I) 10 1000

Aspal 14 1400

I. PERHITUNGAN PEMBEBANAN 10 DERAJAT

Beban gravtasi yang digunakan adalah berdasarkan SNI 1727: 2020, yaitu Beban minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Beban gravitasi dalam perencanaan meliputi :

Beban mati (dead load) adalah berat seluruh komponen elemen struktural bangunan yang terdiri atas pelat, balok, kolom, dan dinding geser. Beban mati akan dihitung secara otomatis oleh peranti lunak ETABS dengan menggunakan berat jenis material beton 24 kN/m3 dan berat jenis tulangan 78,50 kN/m3.

Berat Volume Material

Tabel 1.1. Daftar Berat Sendiri Material

(57)

1.1.2. Beban Mati Tambahan (SIDL)

Beban SDL yang digunakan dalam desain ini adalah :

kN/m3 kg/m3 Atap :

Genteng keramik (reng + kasau) 0.5 50 Atap metal 1mm (reng + kasau) 0.1 10 Dek Beton (screed)

Plafon, ceilling, langit-langit 0.18 18 Finising lantai :

Keramik (+ screed/adukan semen) 1.5 150

Raised floor (+ carpet) 0.2 20

Dinding :

Pasangan bata merah satu batu 4.5 450 Pasangan bata merah setengah batu 2.5 250

Batako berlubang, t 10 cm 1.2 120

Batako berlubang, t 20 cm 2 200

Batako tanpa lubang, t 15 cm 3 300

Batako berlubang, t 10 cm 2 200

Hebel 10 cm + render 1 100

Hebel 12.5 cm + render 1.2 120

Celcon10 cm + render 1.5 150

Celcon12.5 cm + render 1.7 170

Beban mati tambahan lantai

-Keramik (+ screed/adukan semen) = 1.5 kN/m²

-Berat plapond + penggantung = 0.180 kN/m²

-Raised floor (+ carpet) = 0.200 kN/m²

-Berat Instalasi ME = 0.200 kN/m²

Total beban mati tambahan qDL = 2.080 kN/m² dipakai qDL = 2.080 kN/m² Tabel 1.2. Daftar Beban Mati sebagai Beban Mati Tambahan

Beban mati tambahan atau super imposed dead load adalah berat komponen non struktural (arsitektural dan MEP) yang terdapat pada struktur bangungan.

Material Berat Volume

(58)

Beban mati tambahan dinding bata lantai 1 ke lantai 10

-Pasangan dinding 1/2 bata = 2.500 kN/m²

-Tinggi dinding = 4.000 M

Total beban mati tambahan qDL = 10.000 kN/m² dipakai qDL = 10.000 kN/m²

Beban mati tambahan dinding bata pada sisi tangga

-Pasangan dinding 1/2 bata = 2.500 kN/m²

-Tinggi dinding = 2.000 M

Total beban mati tambahan qDL = 5.000 kN/m² dipakai qDL = 5.000 kN/m²

Beban mati tambahan dak atap

-Keramik (+ screed/adukan semen) = 1.500 kN/m²

-Berat plapond + penggantung = 0.180 kN/m²

-Berat Instalasi ME = 0.200 kN/m²

Total beban mati tambahan qDL = 1.880 kN/m² dipakai qDL = 1.880 kN/m²

Beban mati tambahan lift

-Pu Berat Lift = 2000

-Berat beban Lift = 1000

-Berat mesin = 258

Total beban mati tambahan qDL = 3258 Kg

dipakai qDL = 32.580 kN

(59)

Beban mati tambahan Tangga

Keterangan :

Langkah datar (antrede ) = 300 mm

Langkah naik (optrede ) = 200 mm

Jumlah total = 12 N

1. Beban mati tambahan pada Plat Tangga Berat finising lantai (spesi + keramik) tebal 5 cm

0.05 x 22 1.10 kN/m2

Beban mati trap beton

0.07 x 0.2 x 24 0.32 kN/m2

Berat dinding pegangan (handrill )

1.2 x 2.5 / 2 1.5 kN/m2

qDL 2.92 kN/m2

2. Beban mati tambahan pada Plat Bordes

Berat finising lantai (spesi + keramik) tebal 5 cm

0.05 x 22 1.10 kN/m2

Berat dinding pegangan (handrill )

1.2 x 2.5 / 2 1.5 kN/m2

qDL 2.60 kN/m2

Beban pada tangga meliputi beban mati berupa antrede, optrede, dan finising berupa pasangan keramik. Data teknis tangga dalam perencanaan sebagai berikut

Keramik Spesi

Trap tangga

Pelat beton Antrade

Optrede

Tebal pelat

(60)

1.2 BEBAN HIDUP (LL)

dimana :

KLL = faktor elemen beban hidup (tabel 4-2)luas tributari m2 AT = luas tributari m2

Syarat :

L = beban hidup rencana reduksi per m2 dari luasan yang didukung oleh komponen struktur

Tabel 1.3 Fator elemen beban hidup, KLL

Lo = beban hidup rencana tanpa reduksi per m2 dari luasan yang didukung oleh komponen struktur

Beban hidup atau live load adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan gedung yang berasal dari barang atau orang yang dapat berpindah tempat sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap. Berdasarkan SNI 1727 : 1013 untuk beban hidup gedung, beban hidup dapat di reduksi, yakni faktor elemen diambil 3 karena masuk golongan kolom-kolom tepi dengan plat kantilever.

Misalnya area tributari kolom terbesar berapa sebagai acuan reduksi beban hidup.

L tidak boleh kurang dari 0.5 Lo untuk komponen struktur yang mendukung satu lantai dan L tidak boleh kurang dari 0.4 Lo untuk komponen struktur yang mendukung dua lantai atau lebih dari dua lantai

(61)

kN/m3 kg/m3

Beban hidup ruang kantor 2.4 2400

Beban hidup ruang komputer 4.79 4790

Koridor di atas lantai pertama 3.83 3830

Koridor lantai pertama 4.79 4790

Beban hidup ruang operasi, Laboratorium 2.87 2870

Beban hidup ruang pasien 1.92 1920

Beban hidup koridor di atas lantai pertama 3.83 3830

Ruang penyimpanan 7.18 7180

Beban hidup tangga sebesar 4.79 4790

Beban hidup dak sebesar 0.96 960

Beban hidup ruang pertemuan sebesar 4.79 4790 Beban hidup lantai parkir sebesar 1.92 1920 Beban hidup lantai parkir terpusat sebesar 13.35 13350

Beban hidup ruang mesin lift 7.18 7180

Semua ruang kecuali tangga (Apartemen) 1.92 1920

1.3 BEBAN GEMPA (E)

1.3.1. Tahapan Analisis Gempa pada Bangunan Gedung 1. Menentukan kategori resiko bangunan gedung (I-IV)

Jenis pemanfaatan :

Gedung apartemen/ rumah susun

Helipad, Helikopter dengan berat lepas landas lebih 2870 dari 3000. Lb (13.35 kN)

Beban sesuai fungsi ruang Berat per luasan

2.87 Tabel 1.4 Rangkuman beban hidup (LL)

SNI 1726 : 2019 menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi strukturbangunan gedung dan nongedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkina terlampaui besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.

SNI 1276 : 2019, Tabel 3- Ketegori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban Gempa

(62)

2. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa

SNI 1276 : 2019, Tabel 4- Faktor keutamaan gempa

Kategori risiko : II

Faktor keutamaan Gempa, Ie : 1

3. Menentukan parameter percepatan tanah (Ss, S1)

(redaman kritis 5% ) adalah : Ss = 1.0 - 1.20 g 1.105731

(redaman kritis 5% ) adalah : S1 = 0.40 - 0.50 g 0.438478

4. Menentukan Klasifikasi Situs (SA - SF)

Lihat SNI 1276 : 2019, Tabel 5- Klasifikasi Situs

5. Menentukan Koefisien Situs (Fa , FV)

Lihat di SNI 1276 : 2019, Tabel 6 - Koefisien Situs, Fa 1.0154152

Ss Fa INTERPOLASI Fa

1 1.1

1.25 0.9

1.1057 1.0154152

Lihat di SNI 1276 : 2019, Tabel 7 - Koefisien Situs, Fv 2.323044

S1 Fv INTERPOLASI Fv

0.4 2.4

0.5 2.2

0.4385 2.323044

Bersasarkan Peta di atas Pulau lombok mempunyai Parameter gerak tanah S1, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 1,0 detik

SE ( Tanah Lunak )

Bersasarkan Peta di atas Pulau lombok mempunyai Parameter gerak tanah Ss, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 0,2 detik

SNI 1726:2019, Gambar 15-Parameter gerak tanah Ss, gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) wilayah Indonesia untuk spektrum respon 0,2 detik (redaman kritis 5%)

Klasifikasi situs ditetapkan sebagai SA (batuan keras), SB (batuan), SC (tanah keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus). Apabila untuk tebal lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dopenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam standar peraturan gempa.

(63)

6. Menghitung Parameter Percepatan desain (Sds, Sd1) Parameter Respon Spektral Percepatan Periode Pendek

SMS = Fa * Ss 1.12277606 Parameter Respon Spektral Percepatan Periode 1 sec

SM1 = Fv * S1 1.01860369 Parameter Respon Spektral Percepatan Desain Periode Pendek

SDS = (2/3) * SMS 0.74851738 Parameter Respon Spektral Percepatan Desain Periode 1 sec

SD1 = (2/3) * SM1 0.67906912

7. Parameter percepatan respon gempa

Area lokasi Gedung Latitude : -8.437997 Longitude : 116.03982

Untuk berbagai variabel respon gempa, harus disesuaikan dengan lokasi bangunan yang ditinjau, adapun parameter yang didapat dari Desain Spektara indonesia untuk lokasi kegatan pembangunan adalah sebagai berikut :

Dalam mendapatkan data gempa dalam perencanaan ini bangunan ini seperti urutan langkah-langkah di atas, menggunakan sofware Puskim-PusGeN-ESRC, 2019-2020 dengan menginput data koordinat pada lokasi proyek

(64)

Dari data grafik, dipakai acuan respon desain "Tanah Lunak"

BATUAN

Variabel Satuan

PGA (g) g

SS (g) g

S1 (g) g

SMS (g) g

SM1 (g) g

SDS (g) dt

SD1 (g) dt

1.105731

1.122776

Gambar 1.2 Spektrum Respon Desain dari Situs Sesuai Koordinat Tanah Lunak 1.018604

0.748517 0.679069 0.438478

Nilai 0.479205

TANAH SEDANG (D) Tabel 2.5 Respon Desain

Gambar 1.1 . Spektrum Respon Desain dari Situs Sesuai Koordinat Lokasi

(65)

8. Menentukan Kategori desain Seismik, KDS (A-F)

Tabel 1.6. SNI 1276 : 2019, Tabel 8 - Kategori seismik berdasarkan parameter respon persepatan pada perode pendek

Tabel 1.7. SNI 1276 : 2019, Tabel 9 - Kategori seismik berdasarkan parameter respon persepatan pada perode 1 detik

(66)

Berdasarkan data :

Sds = 0.7485

Sd1 = 0.6791

Maka Kategori Desain Seismik (KDS) yang dipakai D

9. Pilih Sistem dan Parameter Struktur (R, Cd, Wo)

Pemilihan Sistem Struktur

Koefisien Modifikasi Respon R 8

Faktor Kuat Lebih Sistem Ω0 3

Koefisien Amplifikasi Defleksi Cd 5.5

Tabel 1.8. SNI 1276 : 2019, Tabel 12 - Kfaktor R, Cd, Wo untuk sistem pemikul gaya seismik

C. Rangka beton bertulang pemikul momen khusus

(67)

10. Periode Fundamental Struktur

Tabel 1.10. SNI 1276 : 2019, Tabel 18 Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x

Tipe Struktur

Koefisien Ct Ct 0.0488

Tinggi Bangunan dari Muka Tanah hn 42.5894

Koefisien x x 0.75

Koefisien Batas Atas untuk Periode Terhitung Cu 1.4 Eksponen yang terkait periode struktur Arah X kx 1.320 Eksponen yang terkait periode struktur Arah Y ky 1.320 Periode Fundamental (Perhitungan Software) Arah Tcx 2.114 Periode Fundamental (Perhitungan Software) Arah Tcy 2.220 Periode Fundamental Pendekatan Ta = Ct * hnx 0.814 Batas Atas Periode Fundamental Cu * Ta 1.139

Ct x Hnx

< T program < Ta x Cu

Periode Fundamental Struktur Arah X Pakai Tx 1.139 Periode Fundamental Struktur Arah Y Pakai Ty 1.139

Semua sistem struktur lainnya

Tabel 1.9. SNI 1276 : 2019, Tabel 17 Koefisien untuk batas pada perioda yang dihitung

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa spesies Cryptothecia striata merupakan jenis Lichenes yang paling banyak ditemukan dan menjadi jenis yang paling

Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak asli daerah (PAD), dana bagi hasil, dana alokasi khusus, dana alokasi umum, size (total aset) dan hasil pemeriksaan audit BPK

Golden KK pada saat ini belum mempunyai cara yang tepat dalam rangka melakukan pengendalian persediaan bahan baku ikan tuna, terutama di dalam menghitung tingkat pembelian

BAB VII BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI PERNYATAAN MENOLAK MEMBERIKAN OPINI ATAU TIDAK MENYATAKAN PENDAPAT

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan TI-PRO-BK 10% dan TI-PRO-BIS 10% dalam ransum ayam broiler menghasilkan performan pertumbuhan, bobot karkas, bobot

Bagaimana arsitektur Neural Network yang optimal untuk mendapatkan prediksi hasil produksi tanaman pangan berdasarkan data lahan suatu daerah guna menentukan kesesuaian lahan. 1.3

Dinamika penduduk di perkotaan lapis kedua Indonesia, fenomena penduduk kelas menengah, kesenjangan upah antar gender menjadi bagian dari tiga artikel terawal dari JKI yang

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari status gizi anak prasekolah pada keluarga berpendapatan rendah dengan ibu pekerja. Penelitian ini dilakukan di