• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap

Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Nissia Putri Rahayu

0901566

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair

Share dan Round Table terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap

Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)

Oleh:

Nissia Putri Rahayu

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Nissia Putri Rahayu 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap

Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)

Bandung, November 2013

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Dr. Dadang Dahlan, M.Pd NIP. 19571205 198203 1 002

Pembimbing II

Leni Permana, M.Pd NIP. 19760318 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

(4)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(5)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share dan Round Table terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi

Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi) Dibawah bimbingan: Dr. Dadang Dahlan M.Pd;Leni Permana, M.Pd

Oleh

Nissia Putri Rahayu 0901566

Penelitian tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, penelitian ini menggunakan tiga kelas. Pada setiap pertemuan di setiap kelasnya diberikan perlakuan yang berbeda menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta metode ceramah sebagai variabel kontrol.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen ), dengan subjek terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan dalam bentuk soal pilihan ganda. Pengolahan data dilakukan dengan uji mann-whitney u menggunakan SPSS 21.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas XI IPS1, XI IPS 2 dan XI IPS 3 yang menggunakan model yang berbeda pada setiap pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table. Dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table lebih sesuai diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa daripada metode ceramah. Sehingga model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table dinyatakan efektif dan dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi standar kompetensi memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.

(6)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The Influence of Using Cooperative Learning Model, with Think Pair Share and Round Table Technique on Critical Thinking Students Ability (Experimental Study on Economic Subjects Competency Standards Understanding the Employment Conditions and Their Impact on Economic

Development in XI Class SMA Negeri 1 Sukabumi)

Under the Guidance of : Dr. Dadang Dahlan M.Pd;Leni Permana, M.Pd

By

Nissia Putri Rahayu 0901566

The research about the influence of using learning cooperative learning model, with think pair share and round table technique, that used to find the deference of the in creasing critical thingking of students. Otherwise, this reaserch uses three class. Learning cooperative model with think pair share, round table technique and speech method as a control variable, has given to each learning.

The methode used is Quasi experiment, with three class as follows : XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, as the subjects. Writen and multiple choice test is used to collect the data. To process the data, the researcher uses mean-whithney u test with SPSS 21.0.

The result show there are any deferences in stundests critical thingking abillity among experiment class XI IPS 1, XI IPS 2 and XI IPS 3 wich used deferent method at each learning. Based on the reasearch, the researcher concludes that critical thingking of student can be increased by using cooperative learning model with think pair share and round table technique. That reasearch, cooperative learning model with think pair share and round table technique, is more appropiate then speech method. So, it`s more effective and can be used as alternative learning model in economy subject with compentence standard is students understand about employeement condition and the effect to economy development.

(7)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

UCAPAN TERIMA KASIH ...

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1.3.1 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.2 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Error!

Bookmark not defined.

2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Error! Bookmark not defined.

2.1.1.1 Indikator Kemampuan Berpikir KritisError! Bookmark not defined. 2.1.2 Model, Metode, dan Teknik PembelajaranError! Bookmark not defined.

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2.2 Metode Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2.3 Teknik Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Error! Bookmark not defined.

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif .... Error! Bookmark not defined. 2.1.3.3 Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined.

2.1.3.4 Aspek-aspek Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined. 2.1.3.5 Teori yang Melandasi Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined.

2.1.4 Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined.

(8)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.1.6 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

3.1 Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.3 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Operasionalisasi Variabel... Error! Bookmark not defined. 3.5 Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.6 Uji Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 Validitas ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Tingkat Kesukaran ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Daya Beda ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.10 Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.11 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.11.1 Uji Normalitas... Error! Bookmark not defined. 3.11.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 3.12 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Deskripsi Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.3 Deskripsi Kelas Eksperimen I... Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Deskripsi kelas Eksperimen II ... Error! Bookmark not defined. 4.1.5 Deskripsi Kelas Eksperimen III ... Error! Bookmark not defined. 4.1.6 Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen .... Error! Bookmark not

defined.

(9)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.1.8.3 Kelas Eksperimen III... Error! Bookmark not defined. 4.1.9 Perbandingan Kelas Eksperimen I, II, dan III ... Error! Bookmark not

defined.

4.1.10 Uji Data ... Error! Bookmark not defined. 4.1.10.1 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 4.1.10.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 4.1.11 Hasil Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

(10)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1).

Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa dapat mencerminkan

kecerdasan dan keterampilan. Menurut Schriven dalam Fisher (2009: 10) berpikir

kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi

dan komunikasi, informasi dan argumentasi.

Dengan adanya kemampuan berpikir kritis, dapat mendorong siswa untuk

merespon suatu masalah dan menemukan solusi terbaik untuk masalah tersebut.

Kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan sejak dini khususnya oleh

sekolah yang merupakan institusi dalam proses belajar mengajar antara siswa

sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Sekolah sebagai lembaga formal

dalam pendidikan merupakan sarana yang paling tepat agar siswa dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya.

Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan dalam setiap mata pelajaran di

sekolah, termasuk pada mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas

(SMA) yang mempunyai tujuan sebagai berikut. (Depdiknas, 2006):

1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara.

(11)

3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara.

4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran ekonomi tersebut, maka siswa sebagai

peserta didik diharapkan mampu memiliki kemampuan berpikir kritis. Namun

menurut fakta di lapangan, kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran

ekonomi masih rendah.

Berikut adalah frekuensi dan persentase jumlah siswa pada satu kelas di kelas

XI berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi di

SMA Negeri 1 Sukabumi.

Tabel 1.1

Frekuensi dan Presentase Hasil

Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Sukabumi

No Rentang Nilai Berpikir

Kritis Siswa Kategori

Sumber : Hasil Ulangan Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa masih rendah berdasarkan hasil ulangan semester yang telah dilakukan

sekolah kepada 40 orang siswa di kelas XI. Rendahnya kemampuan berpikir kritis

siswa dapat dilihat pada rentang 54 kebawah yaitu kategori sangat rendah dengan

frekuensi 12 orang dan persentase 30%. Kemudian siswa yang mendapat rentang

nilai 55 – 64 yaitu kategori rendah sebanyak 10 orang dengan persentase 25% kemudian rentang nilai 65 – 74 dengan kategori sedang, diperoleh sebanyak 8

(12)

rentang nilai yang paling tinggi diperoleh sebanyak 3 orang siswa dengan

persentase 7,5%.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis di SMA Negeri 1 Sukabumi disebabkan

oleh proses pembelajaran yang berjalan searah (teacher centered) serta siswa

dituntut untuk menghapal pelajaran. Rendahnya kemampuan berpikir saat ini

cenderung diakibatkan oleh rendahnya penanaman kebiasaan kemampuan berpikir

kritis yang seharusnya dibentuk sejak dini. Sehingga siswa cenderung pasif dalam

kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukabumi,

bahwa kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang tidak menggunakan

metode-metode pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang tidak menarik

bagi siswa sehingga hasilnya kurang maksimal dalam kemampuan berpikir kritis.

Kenyataan di lapangan siswa juga hanya menghafal konsep dan kurang mampu

menggunakan konsep tersebut, jika menemui masalah dikehidupan nyata yang

berhubungan dengan konsep yang dimiliki, siswa kurang mampu

menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan siwa kurang paham dalam materi

pelajaran tersebut serta proses pembelajaran yang tidak dikaitkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka salah satu usaha

yang dapat ditempuh adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran yaitu

dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Hertz-Lazarowitz (Huda, 2012: 21)

menjelaskan tentang penelitian mengenai interaksi, bahwa ketika ada tugas yang

membutuhkan kerjasama tingkat tinggi, 78 persen interaksi yang muncul pada

umumnya juga melibatkan cara berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis,

menyintesis dan mengevalusi informasi. Singkatnya bahwa jenis tugas sangat

menentukan intensitas dan cara berinteraksi dengan orang lain dalam hal ini antara

satu siswa dengan siswa lainnya.

Pembelajaran kooperatif melalui yang diambil yaitu dengan menggunakan

teknik think pair share dan round table. Pembelajaran kooperatif dengan

(13)

bekerjasama dengan siswa lain dan dapat mengerti dengan materi yang

disampaikan.

Menurut Trianto (2011: 132) model kooperatif teknik think pair share

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

kelas. Prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Sedangkan untuk

pemilihan model round table ini menurut Budiwati dan Permana (2010: 89)

karena aktivitas utama dalam teknik round table ini mencakup analisis, sintesis

dan evaluasi, sedangkan kegiatan analisis, sintesis dan evaluasi termasuk tahapan

berpikir kritis.

Dari latar belakang masalah di atas maka penulis akan melakukan penelitian yang

berjudul : PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi

Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami

Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap Pembangunan Ekonomi

di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share

dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

teknik round table?

2) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan

kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah?

3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share

(14)

4) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan

kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah?

5) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI

IPS 2 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share?

6) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan

kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think

pair share?

7) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI

IPS 1 menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share ?

8) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS

2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share

dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

teknik round table?

9) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol

XI IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan

kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

round table.

2) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan

(15)

3) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan

kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah.

4) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan

kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah.

5) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 2

yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

6) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas

XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair

share.

7) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 1

menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif teknik think pair share .

8) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS 2

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share

dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

teknik round table.

9) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol XI

IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1) Bagi siswa yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik

think pair share dan round table, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis serta dapat melatih kerjasama, kepemimpinan dan keberanian

(16)

2) Bagi guru yaitu sebagai alternatif mengajar dikelas menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table sehingga

kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi dapat

meningkat.

3) Bagi sekolah yaitu dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kualitas

pembelajaran ekonomi yang ditunjukan oleh keberhasilan prestasi siswa dalam

(17)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

35 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1

Sukabumi pada tahun pelajaran 2013-2014. Kemudian terpilih tiga kelas yaitu

kelas XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3 untuk diberi perlakuan dengan model

pembelajaran kooperatif teknik think pair share, round table dan metode ceramah.

3.2Metode Penelitian

Pada metode kuasi eksperimen ini penulis mengharapkan dapat

mengungkapkan perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang

menggunakan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik think

pair share, round table dan metode ceramah sebagai variabel kontrol.

3.3Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah counterbalanced

design. Dalam desain ini, terdapat tiga kelompok yang dipilih, kemudian diberi

post test untuk mengetahui perbedaan antar kelompok yang diberikan perlakuan.

Secara bagan bisa digambarkan seperti gambar berikut:

Group 1 X1 O X2 O X3 O

Group II X2 O X3 O X1 O

Group III X3 O X1 O X2 O

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber:Fraenkel, 1993: 253)

Keterangan :

X1 : Pemberian perlakuan menggunakan model kooperatif teknik

(18)

X 2 :Pemberian perlakuan menggunakan model kooperatif teknik

round table.

X3 : Pembelajaran menggunakan metode ceramah

Group I : Kelas XI IPS 1

Group II : Kelas XI IPS 2

Group III : Kelas XI IPS 3

3.4 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu model pembelajaran

kooperatif teknik think pair share dan round table sebagai variabel bebas,

sedangkan kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat. Adapun bentuk

operasionalisasi variabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data

Model pembelajaran

1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan

memberikan tugas kepada semua kelompok.

2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.

Langkah-langkah dalam penerpan pembelajaran kooperatif teknik round table adalah:

(19)

persoalan,

3) Dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, lembar jawaban atas pertanyaan itu diberikan pada anggota yang lainuntuk dianalisis dan dievaluasi.

4) Begitu seterusnya, sampai semua pertanyaan ituselesai dijawab dan dianalisis.

5) Dilakukan diskusi kelas untuk mengemukakan,

Indikator dari berfikir kritis, yaitu: 1. Memberikan penjelasan

(Budiwati dan Permana, 2010: 90)

(20)

3.5Instrumen Penelitian

Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan instrumen

tes dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal. Tes yang dilakukan

setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, untuk mengukur kemampuan berpikir

kritis siswa sebagai hasil penerapan model pembelajaran.

Tes disusun berdasarkan indikator dari kemampuan berpikir kritis. Adapun

langkah-langkah sistematis dari penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan

tujuan pembelajaran.

b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian

Kisi – kisi tertulis menggambarkan penyebaran jumlah pokok uji yang akan

dibuat untuk pokok bahasan dan jenjang tertentu. Pembuatan kisi-kisi tertulis

sebagai rancangan tes harus merujuk pada kompetensi dasar, indikator

pembelajaran, sub materi pokok uji dan jumlah soal.

c. Menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi.

d. Melakukan uji coba instrumen

e. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

f. Menggunakan soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

3.6 Uji Instrumen Penelitian

3.6.1 Validitas

“sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan”. (Arikunto,2009: 64). Pengujian validitas item dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi point biserial dengan rumus berikut:

r pbis =

p

(Sudijono, 2011: 185)

Keterangan:

(21)

Mp = Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab betul

Mt = Skor rata-rata dari skor total

Sdt = Standar deviasi skor total

p = Proporsi yang menjawab betul pada butir yang diuji validitasnya

q = Proporsi yang menjawab salah pada butir yang diuji validitasnya

Interpretasi koefisien korelasi yang digunakan sebagai berikut:

0,20 < rxy : Korelasi sangat rendah

0,20 < rxy < 0,399 : Korelasi rendah

0,40 < rxy < 0,699 : Korelasi sedang atau cukup

0,70 < rxy < 0,899 : Korelasi tinggi

0,90 < rxy < 1,00 : Korelasi sangat tinggi

Validitas yang diukur dalam penelitian ini merupakan validitas butir soal atau

validitas item, dimana dalam perhitungan uji validitas soal apabila rpbi > r tabel

maka item valid, dimana diketahui r tabel 0,361. Dari hasil perhitungan validitas

instrument tes maka diperoleh hasil sebagai berikut :

(22)

No.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan item

dalam penelitian ini dinyatakan valid karena memenuhi kriteria rpbi>rtabel, sehingga

soal yang valid layak untuk dijadikan alat ukur penelitian selanjutnya.

3.6.2 Reliabilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan

atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan (Riduwan, 2012:

221). Reabilitas tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

Spearman – Brown dengan teknik belah dua ganjil genap.

Dengan menggunakan rumus Spearman – Brown, yaitu :

r

11

=

( Arikunto,2006: 93)

Keterangan:

r 11 : koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

: koefisien antara skor-skor setiap belahan tes

(23)

Tabel 3.3

Interpretasi Harga Koefisien Korelasi (r) Harga Koefisien Korelasi (r) Kriteria

Antara 0.8 – 1.0 Sangat Tinggi

Antara 0.6 – 0.8 Tinggi

Antara 0.4 – 0.6 Cukup

Antara 0.2 – 0.4 Rendah

Antara 0 – 0.2 Sangat Rendah

Sumber : Arikunto,2010: 214

Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes maka diperoleh hasil sebagai

berikut.

Tabel 3.4

Uji Reliabilitas Instrumen

Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3

r 11 0,85 0,87 0,91

Kriteria Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

Sumber : Lampiran B

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen

penelitian soal eksperimen 1 memiliki reliabilitas yang tinggi, dengan angka 0,85,

soal eksperimen 2 sebesar 0,87 dan soal eksperimen 3 sebesar 0,91 artinya semua

soal dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.

3.7Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab dengan

benar dan banyaknya penjawab item (Suharsimi Arikunto, 2006:128). Untuk

menghitung tingkat kesukaran (TK) dari masing – masing butir soal tes.

Kemudian dimasukkan ke dalam rumus berikut.

P = B (Arikunto, 2009: 208)

JS

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu

(24)

Dengan interpretasi nilai tingkat kesukaran butirnya dapat menggunakan

Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan untuk setiap nomor soal. Dari

perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh hasil pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5 Uji Tingkat Kesukaran No.

Soal

Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3 Indeks Keterangan Indeks Keterangan Indeks Keterangan

(25)

No. Soal

Soal Eksperimen ke-1 Soal Eksperimen ke-2 Soal Eksperimen ke-3 Indeks Keterangan Indeks Keterangan Indeks Keterangan

25 0.57 Sedang 0.50 Sedang 0.53 Sedang

ketenagakerjaan menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar,

sedang dan mudah. Pada soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa 4% termasuk

ke dalam kriteria tingkat kesukaran mudah, 90% termasuk kedalam tingkat

kesukaran sedang, dan 6% termasuk ke dalam kriteria tingkat kesukaran sukar.

Soal pertemuan ke-2 yang membahas materi pembangunan ekonomi

menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sedang dan mudah. Pada

pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa 7% termasuk ke dalam kriteria tingkat

kesukaran mudah dan 93% termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang.

Soal pertemuan ke-3 yang membahas materi pertumbuhan ekonomi

menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang dan mudah.

Pada soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 10% termasuk ke dalam kriteria

tingkat kesukaran mudah, 76% termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang, dan

14% termasuk ke dalam kriteria tingkat kesukaran sukar.

3.8 Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai

atau berkemampuan rendah (SuharsimiArikunto, 2009:211).

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai

berikut:

DP = (Arikunto,2009: 213)

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

(26)

J B = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Dalam menentukan bagus tidaknya sebuah soal dalam daya pembeda

terdapat klasifikasi kriteria daya pembeda. Berikut adalah klasifikasi daya

pembeda.

Soal Eksperimen ke-1 Soal Eksperimen ke-2 Soal Eksperimen ke-3

DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan

(27)

No. Soal

Soal Eksperimen ke-1 Soal Eksperimen ke-2 Soal Eksperimen ke-3

DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan

14 0,40 Cukup 0,33 Cukup 0,13 Jelek

pembeda cukup dan 17% termasuk kedalam daya pembeda jelek.

Pada soal pertemuan ke-2 daya beda soal menunjukkan bahwa 23% termasuk

kedalam ketegori daya beda baik, 70% termasuk kedalam daya pembeda cukup

dan 7% termasuk kedalam daya pembeda jelek.

Soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 37% termasuk kedalam kategori

baik, 46% termasuk kedalam kategori cukup dan 17% termasuk kedalam daya

pembeda jelek.

3.9 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan yaitu persiapan penelitian

pelaksanaan penelitian, pelaporan penelitian.

1. Tahap Persiapan Penelitian, meliputi:

a. Menentukan masalah

b. Melakukan prapenelitian untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir

kritis siswa.

(28)

Tahapan pelaksanaan penelitian langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan perizinan pada pihak-pihak terkait dalam penelitian ini.

b. Menetapkan meteri pelajaran yang akan dipergunakan dalam penelitian.

c. Membuat skenario pembelajaran.

d. Menyusun instrumen tes pilihan ganda berdasarkan indikator kemampuan

berpikir kritis.

e. Menetapkan jumlah soal yang akan di jadikan instrumen penelitian yang

beracuan pada validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran.

f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

g. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran

instrumen penelitian.

h. Mengganti atau membuang soal-soal yang belum valid ataupun soal-soal

yang terlalu sukar atau terlalu mudah dengan soal yang lebih baik.

i. Mengadakan uji coba lagi hingga di peroleh instrumen penelitian yang valid

dan reliabel.

j. Memilih sampel dengan dilakukan secara homogen berdasarkan informasi

yang diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi.

k. Menentukan waktu penelitian untuk melakukan penerapan model

pembelajaran berdasarkan masalah dan berkonsultasi dengan guru mata

pelajaran ekonomi yang bersangkutan.

l. Memberi perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa penerapan model

pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta

kelompok kontrol yaitu metode ceramah.

m. Memberikan post test pada kelompok eksperimen setelah pembelajaran

berakhir untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.

n. Menguji kesamaan dan perbedaan hasil post test pada masing-masing kelas

(29)

o. Membandingkan hasil post test antara pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta kelas

dengan menggunakan metode ceramah.

3. Pelaporan Penelitian

Membuat interpretasi dan kesimpulan penelitian berdasarkan hipotesis.

3.10 Teknik Pengolahan Data

Data hasil tes objektif siswa yang diperoleh dari hasil post test, diuji dengan

beberapa uji statistik untuk melihat apakah hipotesis yang dibuat dalam penelitian

ini diterima atau ditolak.

Adapun teknik pengolahan data kemampuan berpikir kritis siswa adalah

sebagai berikut.

a. Menghitung skor mentah dari hasil tes

Penskoran tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan pedoman

penskoran. Sebelum lembar jawaban dari setiap siswa diberi skor, terlebih

dahulu ditentukan standar penilaian untuk tiap tahap. Skor setiap siswa dapat

ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor

dihitung dengan menggunakan rumus:

S = R – W

O – 1 (Sudijono, 2011: 303)

Dimana:

S = Skor yang sedang dicari

R = Jumlah jawaban betul, yaitu jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban

W= Jumlah jawaban salah, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan kunci

jawaban

O= Options atau alternatif

1= Bilangan konstan

(30)

Setelah skor mentah diperoleh, kemudian langkah selanjutnya yaitu mengubah

skor mentah menjadi nilai . Menurut Sudijono (2011: 312) bahwa pengolahan

dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau

mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Dapat juga disebut dengan

Penilaian ber-Acuan Norma (PAN).

Menurut Sudijono (2011: 322) enilaian beracuan kelompok ini mendasarkan

diri pada asumsi sebagai berikut:

1. Bahwa setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen, akan selalu didapati kelompok “baik”, kelompok “sedang” dan kelompok kurang.

2. Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan osisi relatif (=relative standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”

ataukah di “bawah”.

Apabila dalam penentuan nilai standar digunakan standar relatif, maka prestasi

kelopok itu dicari atau dihitung dengan menggunakan identik rata-rata hitung

(=arithmetic mean), dengan rumus sebagai berikut:

M

x

=

(Sudijono, 2011: 327)

Disamping mencari arithmetic mean perlu dipertimbangkan variasi atau

variabilitas. Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat homogenitas dan

heterogenitas, yaitu dengan menggunakan standar deviasi. Rumusnya adalah:

SDx =

(Sudijono, 2011: 327)

Setelah diperoleh besarnya nilai rata-rata hitung dan besarnya standar deviasi

dari hasil tes, selanjutnya skor-skor mentah hasil tes dikonversi atau diubah

(31)

Ya

3.11 Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data dengan mendapatkan nilai dari

masing-masing kelas eksperimen, kemudian dilakukan analisis data. Analisis data yang

dilakukan yaitu dengan uji normalitas dan uji homogenitas.

Adapun proses dari pengolahan data posttest ditunjukkan dalam gambar 3.1

berikut ini.

Gambar 3.1 Diagram Alur Pengolahan Data

Gambar 3.1 dapat menjelaskan bahwa data post test masing-masing

kelompok diuji normalitasnya. Jika masing-masing kelompok berdistribusi

normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas untuk masing-masing

kelompok. Jika semua kelompok atau salah satu kelompok tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik (Sudjana, 2005: 446)). Uji nonparametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U.

Setelah normalitas dan homogenitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t.

Tidak Kolmogorov Smirnov

Data Kuantitatif

Uji Normalitas

Uji Perbedaan Nonparametrik

Uji Homogenitas

Uji Mann-Whitney U Levene Statistic

Uji t

(32)

3.11.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi

normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk

menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik.

Pengujian kenormalan data dilakukan menggunakan uji kolmogorov smirnov

yang diolah menggunakan SPSS 21.0. kriteria pengujian adalah signifikansi lebih

besar dari 0.05 maka data dikatakan berdistribusi normal. Adapun kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

- Jika level signifikansi (sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.

- Jika level signifikansi (sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

3.11.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian

populasi adalah sama atau tidak. Disamping pengujian terhadap normal tidaknya

distribusi data pada sampel, perlu kiranya peneliti melakukan pengujian terhadap

kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya

variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. (Arikunto, 2010:

363)

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians adalah

sebagai berikut.

H0 : tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol

H1 : terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Lavene dengan taraf signifikansi

5%. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

a) Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.

b) Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka

H0 diterima.

3.12 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t independen dua

(33)

menguji signifikasi perbedaan rata-rata (mean) yang terdapat pada program

pengolahan data. Apabila data tes pemahaman bedistribusi normal dan homogen,

maka untuk mengkaji hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu uji t-test

independen sesuai rumus berikut:

t =

√{ }{ }

(Arikunto, 2006:311)

Keterangan :

M = Nilai rata-rata hasil perkelompok

N = Jumlah peserta didik

x = deviasi setiap nilai X1 dan X2

y = deviasi setiap nilai Y1 dan Y2

Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t untuk tes dua

sisi. Adapun caranya :

a. Menentukan derajat kebebasan dk = (N1 – 1) + (N2 – 1)

b. Lihat tabel distribusi t untuk tes dua arah pada taraf signifikan tertentu

(34)

Nissa Putri Rahayu,2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukabumi yang berlokasi di Jl.

RH. Didi Sukardi No. 124 Kota Sukabumi. SMA ini didirikan pada tanggal 8

Agustus 1961 dengan nama SMA Pembina dan merupakan SMA yang pertama

didirikan di Kota Sukabumi. SMAN 1 Kota Sukabumi awal berdiri berlokasi di Jl.

Ir. Juanda dan kemudian pada tahun 1968 pindah ke Jl. RH Didi Sukardi.

Adapun visi dan misi SMA Negeri 1 Sukabumi adalah sebagai berikut :

a. Visi Sekolah

Untuk memberikan gambaran mengenai impian masa depan SMA Negeri 1

Sukabumi tertuang dalam Visi “Unggul dan Terpadu Dalam Pengembangan

Fikir, Dzikir dan Amal”.

b. Misi Sekolah

Sebagai penjabaran untuk mewujudkan Visi di atas, Misi SMA Negeri 1

Sukabumi adalah :

1) Mengembangkan pendidikan intelektual akademik untuk penguasaan ilmu

pengetahuan agar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dalam

berbagai jurusan keilmuan.

2) Mengembangkan pendidikan humanistic yang menegaskan perkembangan

kepribadian peserta didik, kecerdasan emosional, nilai-nilai moral, spiritual

dan religiositas.

3) Menerapkan serempak pendekatan proses dan hasil pembelajaran yang

memberi keterampilan siswa memproses perolehan belajar sehingga mampu

belajar mandiri dalam menyerap arus informasi iptek yang makin deras.

4) Dengan proses bermakna yang dialami siswa dalam pembelajaran akan

(35)

Sejak didirikan sampai sekarang SMA Negeri 1 Sukabumi telah memiliki

beberapa pemimpin sekolah, yaitu:

Tabel 4.1

Daftar Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sukabumi

No Nama Kepala Sekolah Tahun Periode Kepemimpinan

1 R. Yona Ekaatmaja 1961-1965

2 R. Muhtar 1965-1970

3 Drs. H.A. Riswaya 1970-1980

4 Drs. Wijaya Kusumah 1980-1989

5 Moch. Sobandi 1986-1989

6 Drs. I. Lili Suriatmana 1989-1992

7 Dra. Hj. Entin Sumartini 1992-1996

8 Drs. H. Vredi Kastam Marta, MBA 1996-2002

9 Drs. Pipid Hudaya, M.Si 2002-2007

10 Drs. H. Tatang Asep Mukharam M.Pd 2007-2012

11 H. Moch Effendi, S.Pd, M.Si 2012

12 Drs.Pipid Hudaya, M.Si 2012-2013

13 Rachmat Mulyana, S.Pd.,M.Hum. (2013 s.d sekarang)

Sumber: www.sman1sukabumi.sch.id

SMA Negeri 1 Sukabumi mempunyai tenaga pengajar sebanyak 79 orang.

Sebanyak 64 guru sebagai PNS dan 15 orang sebagai guru honorer. Selain tenaga

pengajar, pegawai Tata Usaha yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Sukabumi

sebanyak 32 orang. Pegawai TU yang berstatus sebagai honorer sebanyak 24

orang dan berstatus PNS sebanyak 8 orang.

Pada tahun pelajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Sukabumi memiliki jumlah

siswa sebanyak 1675 siswa. Siswa kelas X terdiri dari 603 siswa yang terbagi

kedalam 14 kelas, kelas XI terdiri dari 493 siswa yang terbagi kedalam 12 kelas,

(36)

Tabel 4.2

Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Sukabumi Tahun Pelajaran 2013/2014

Sumber : Arsip SMA Negeri 1 Sukabumi

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Sukabumi untuk

menunjang proses pembelajaran, sampai dengan saat ini sudah cukup lengkap.

Jumlah ruang kelas yang dimiliki yaitu sebanyak 27 ruang kelas. Kemudian ruang

laboratorium IPA yang sudah ada yaitu fisika, biologi, kimia. Di SMAN 1

Sukabumi terdapat 2 masjid untuk menunjang kegiatan keagamaan dan untuk

setiap ekstrakurikuler disediakan ruangan tersendiri untuk melakukan latihan atau

kegiatan guna mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.

4.1.2 Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1

Sukabumi. Kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian yaitu kelas XI IPS 1,

XI IPS 2 dan XI IPS 3. Ketiga kelas tersebut mendapat dua perlakuan yaitu

pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta kelas

kontrol menggunakan metode ceramah.

4.1.3 Deskripsi Kelas XI IPS 1

Subjek yang pertama dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 1. Pada tahun

pelajaran 2013/2014 berjumlah 42 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat

diketahui bahwa di kelas XI IPS 1. terdapat lebih banyak siswa perempuan

(37)

33 orang perempuan (78,6%) dan siswa laki-laki yang berada di kelas XI IPS 1

yaitu sebanyak 9 orang laki-laki (21,4%). Seperti digambarkan oleh grafik

dibawah ini.

Gambar 4.1

Perbandingan Jumlah antara Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas XI IPS 1

4.1.4 Deskripsi kelas XI IPS 2

Subjek yang kedua dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 2. Pada tahun

pelajaran 2013/2014 berjumlah 42 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat

diketahui bahwa di kelas XI IPS 2, terdapat lebih banyak siswa perempuan

dibandingkan dengan siswa laki-laki. Jumlah seluruh siswa perempuan sebanyak

23 orang perempuan (51,1%) dan siswa laki-laki yang berada di kelas XI IPS 2

yaitu sebanyak 22 orang laki-laki (48,9%). Seperti digambarkan oleh grafik

dibawah ini.

21,40%

76,60%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

(38)

Gambar 4.2

Perbandingan Jumlah antara Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas XI IPS 2

4.1.5 Deskripsi Kelas XI IPS 3

Subjek yang ketiga dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 3. Pada tahun

pelajaran 2013/2014 berjumlah 42 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat

diketahui bahwa di kelas XI IPS 3, terdapat lebih banyak siswa laki-laki

dibandingkan dengan siswa perempuan. Jumlah seluruh siswa laki-laki sebanyak

31 orang laki-laki (66%) dan siswa perempuan yang berada di kelas XI IPS 3

yaitu sebanyak 16 orang perempuan (34%). Seperti digambarkan oleh grafik

dibawah ini.

Gambar 4.3

(39)

4.1.6 Deskripsi Pembelajaran

Pembelajaran mata pelajaran ekonomi di kelas XI IPS 1 dilaksanakan setiap

hari Sabtu pada jam ke 1 dan 2 yaitu pukul 07.00-08.30. Pertemuan yang pertama

dilaksanakan pada tanggal 7 September 2013 membahas materi ketenagakerjaan

dengan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. Pertemuan yang

kedua dilaksanakan tanggal 14 September 2013 membahas materi pembangunan

ekonomi dengan model pembelajaran kooperatif teknik round table. Kemudian

Pertemuan ketiga pada tanggal 21 September 2013 membahas materi

pertumbuhan ekonomi menggunakan metode ceramah, kelas XI IPS 1 sebagai

kelas kontrol.

Pada kelas XI IPS 2 pembelajaran ekonomi dilaksanakan setiap hari Rabu

pada jam ke 2 dan 3 yaitu pukul 07.45-09.15. Pada pertemuan yang pertama

tanggal 4 September 2013, membahas materi ketenagakerjaan dengan model

pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik round

table. Pada pertemuan yang kedua tanggal 11 September 2013, membahas materi

pembangunan ekonomi dengan menggunakan metode ceramah, kelas XI IPS 2

sebagai kelas kontrol. Kemudian pertemuan yang ketiga dilaksanakan tanggal 18

September 2013 yang membahas pertumbuhan ekonomi menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

Kemudian pembelajaran ekonomi di kelas XI IPS 3, dilaksanakan setiap hari

Senin pada jam ke 3 dan 4 yaitu pukul 09.15-10.00. Kemudian diselang waktu

istirahat dari pukul 10.00-10.30 dan dilanjut lagi dari pukul 10.30-11.15.

Pertemuan yang pertama membahas materi ketenagakerjaan dengan menggunakan

metode ceramah, kelas XI IPS 3 sebagai kelas kontrol. Pertemuan yang kedua

dilaksanakan pada tanggal 9 September 2013 membahas materi pembangunan

ekonomi menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 16 September 2013 membahas materi

pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

teknik round table. Setiap pembelajaran berakhir di kelas XI IPS 1, 2, dan 3

(40)

4.1.7 Deskripsi Instrumen Penelitian

4.1.7.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat

ketepatan kemampuan berpikir kritis siswa.

a. Uji Validitas Kelas XI IPS 1

Berikut ini hasil uji validitas kelas XI IPS 1, dapat dilihat dalam tabel 4.3

dibawah ini.

Tabel 4.3

(41)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa semua item dalam

penelitian ini di kelas XI IPS 1 menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Uji Validitas Kelas XI IPS 2

Berikut ini hasil uji validitas kelas XI IPS 2, dapat dilihat dalam tabel 4.4

dibawah ini.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Item Kemampuan Berpikir Kritis Kelas XI IPS 2

(42)

c. Uji Validitas Kelas XI IPS 3

Berikut ini hasil uji validitas kelas XI IPS 3, dapat dilihat dalam tabel 4.5

dibawah ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Item Kemampuan Berpikir Kritis Kelas XI IPS 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa semua item dalam instrumen

penelitian ini valid sehingga layak untuk dijadikan sebagai alat ukur kemampuan

berpikir kritis siswa.

4.1.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sebuah tes menunjukkan

(43)

penilain tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Uji

reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Spearman –

Brown dengan teknik belah dua ganjil-genap.

a. Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 1

Tabel 4.6

Hasil Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 1

Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3

r11 0,84 0,83 0,77

Kriteria Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi

Sumber : Lampiran B

Pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki

reliabilitas yang tinggi. Artinya instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali dan

menghasilkan data yang konsisten.

b.Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 2

Tabel 4.7

Hasil Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 2

Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3

r11 0,68 0,81 0,91

Kriteria Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi

Sumber : Lampiran B

Pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki

reliabilitas yang tinggi. Artinya instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali dan

menghasilkan data yang konsisten.

c. Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 3

Tabel 4.8

Hasil Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 1

Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3

r11 0,80 0,81 0,78

Kriteria Tinggi Sangat Tinggi Tinggi

(44)

Pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki

reliabilitas yang tinggi. Artinya instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali dan

menghasilkan data yang konsisten.

4.1.7.3 Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab dengan

benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2006: 128). Tingkat kesukaran

merupakan suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah,

sedang dan sukar. Tingkat kesukaran butir soal tes untuk pilihan ganda lima

option dapat menggunakan rumus dibawah ini:

P = B (Arikunto, 2009: 208)

JS

Semakin kecil nilai P, maka soal tersebut semakin sukar, dan sebaliknya

semakin besar nilai P maka soal semakin mudah.

a. Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 1

Adapun hasil perhitungan tingkat kesukaran dari instrumen tes dapat dilihat

sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 1 No.

Soal

Soal Pertemuan ke-1

Kriteria Soal Pertemuan ke-2 Kriteria Soal Pertemuan ke-3 Kriteria

Indeks Indeks Indeks

(45)

No. Soal

Soal Pertemuan ke-1

Kriteria Soal Pertemuan ke-2 Kriteria Soal Pertemuan ke-3 Kriteria

Indeks Indeks Indeks

17 0,53 Sedang 0,90 Mudah 0,68 Sedang

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share pada materi

ketenagakerjaan, menunjukkan bahwa 10% termasuk kedalam kriteria tingkat

kesukaran mudah dan 86% termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang serta 4%

termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sukar. Sehingga dapat disimpulkan

hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 1 pada pertemuan ke-1 didominasi

oleh kriteria tingkat kesukaran sedang.

Pada soal pertemuan kedua uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 1

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table pada materi

pembangunan ekonomi, menunjukkan bahwa 60% termasuk kedalam kriteria

tingkat kesukaran mudah dan 40% termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran

sedang. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 1 pada pertemuan ke-2

didominasi oleh kriteria tingkat kesukaran mudah.

Uji tingkat kesukaran pada soal pertemuan ketiga di kelas XI IPS 1 sebagai

kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada materi pertumbuhan

ekonomi, menunjukkan bahwa 33% dari soal termasuk kedalam kriteria tingkat

kesukaran mudah dan 67% termasuk kedalam kriteria yang sedang. Hasil uji

tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 1 pada pertemuan ke-3 didominasi oleh

(46)

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 1 pada pertemuan

pertama, kedua dan ketiga dapat disimpulkan bahwa hasil uji dari tingkat

kesukaran belum memenuhi kriteria tingkat kesukaran yaitu 25% soal dengan

kriteria tingkat kesukaran mudah, 50% soal dengan kriteria tingkat kesukaran

sedang dan 25% soal dengan kriteria tingkat kesukaran sukar.

b. Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 2

Adapun hasil perhitungan tingkat kesukaran dari instrumen tes pada kelas

XI IPS 2 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.10

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 2 No.

Soal

Soal Pertemuan ke-1

Kriteria Soal Pwetemuan ke-2 Kriteria Soal Pertemuan ke-3 Kriteri a

Indeks Indeks Indeks

(47)

Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan 1 pada kelas XI IPS 2

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table pada materi

ketenagakerjaan menunjukkan bahwa 17% dari seluruh soal termasuk kedalam

kriteria tingkat kesukaran mudah dan 83% termasuk kedalam tingkat kesukaran

sedang. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas eksperimen II pada eksperimen ke-1

didominasi oleh tingkat kesukaran sedang.

Soal pertemuan ke-2 dengan menggunakan metode ceramah pada materi

pembangunan ekonomi, menunjukkan bahwa 30% soal termasuk kedalam tingkat

kesukaran mudah, Soal yang termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang

yaitu sebanyak 26% dan 44% dari soal termasuk kedalam kriteria tingkat

kesukaran sukar. hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 2 pada eksperimen

ke-2 didominasi oleh tingkat kesukaran sukar.

Pada soal pertemuan ke-3 pada materi pertumbuhan ekonomi, hasil uji tingkat

kesukaran di kelas XI IPS 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

think pair share menunjukkan bahwa 60% termasuk kedalam kriteria tingkat

kesukaran mudah dan 40% termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang.

Sehingga dapat disimpulkan hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 2 pada

pertemuan ke-3 didominasi oleh tingkat kesukaran mudah.

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 2 pada eksperimen

ke-1, ke-3 dan ke-3 dapat disimpulkan bahwa hasil uji dari tingkat kesukaran

belum memenuhi kriteria yaitu 25% soal dengan kriteria tingkat kesukaran

mudah, 50% soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang dan 25% soal dengan

kriteria tingkat kesukaran sukar.

c. Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 3

Adapun hasil perhitungan tingkat kesukaran dari instrumen tes pada kelas

(48)

Tabel 4.11

Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 3

No.

Indeks Indeks Indeks

1 0,23 Sukar 0,55 Sedang 0,23 Sukar

materi ketenagakerjaan menggunakan metode ceramah menunjukkan bahwa 23%

dari seluruh soal termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran mudah dan 53%

termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang serta 24% termasuk kedalam kriteria

tingkat kesukaran sukar. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 3 pada

pertemuan ke-1 didominasi oleh tingkat kesukaran sedang.

Soal pertemuan ke-2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

teknik think pair share pada materi pembangunan ekonomi, menunjukkan bahwa

(49)

kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang yaitu sebanyak 76% dan sebesar 11%

dari soal termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sukar. Hasil uji tingkat

kesukaran soal kelas XI IPS 3 pada pertemuan ke-2 didominasi oleh tingkat

kesukaran sedang.

Pada soal pertemuan ke-3 hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 3

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table menunjukkan

bahwa 4% termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran mudah dan 77% termasuk

kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang, serta 19% termasuk kedalam kriteria

tingkat kesukaran sukar. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 3 pada

pertemuan ke-3 didominasi oleh tingkat kesukaran sedang.

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 3 pada pertemuan

pertama, kedua dan ketiga dapat disimpulkan bahwa hasil uji dari tingkat

kesukaran belum memenuhi kriteria yaitu 25% soal dengan kriteria tingkat

kesukaran mudah, 50% soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang dan 25%

soal dengan kriteria tingkat kesukaran sukar.

4.1.7.4 Uji Daya Beda

Daya beda merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa-siswa

yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa-siswa yang termasuk

kelompok bawah ( lower group). Daya beda suatu soal dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

DP = (Arikunto,2009: 213)

a. Uji Beda Kelas XI IPS 1

Dari hasil perhitungan daya beda instrumen tes pada kelas XI IPS 1 maka

(50)

Tabel 4.12

Hasil Uji Daya Beda Kelas XI IPS 1 No.

Soal

Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3 DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan

1 0,60 Baik 0,20 Cukup 0,25 Cukup

Dari hasil perhitungan daya beda pada soal pertemuan ke-1 di kelas XI IPS 1

dapat diketahui bahwa 17% termasuk kriteria daya beda baik, 73% termasuk

kedalam daya pembeda cukup dan 10% termasuk kriteria daya pembeda jelek.

Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat daya pembeda diantaranya adalah

meningkatnya kemampuan siswa seiring dengan dilaksanakannya proses

pembelajaran.

Pada soal pertemuan ke-2 menunjukkan bahwa 10% termasuk kedalam

kriteria daya pembeda baik, 63% termasuk kedalam kriteria daya pembeda cukup

dan 27% termasuk kedalam kriteria daya pembeda jelek. Dalam hal ini kriteria

(51)

Daya beda untuk soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 10% termasuk

kedalam kriteria daya beda baik, 63% termasuk kriteria daya beda cukup dan 27%

termasuk kedalam kriteria daya beda jelek. Daya beda yang paling banyak adalah

dengan kriteria daya beda cukup.

b.Uji Beda Kelas XI IPS 2

Dari hasil perhitungan daya beda instrumen tes pada kelas XI IPS 2 maka

diperoleh nilai sebagai berikut :

Tabel 4.13

Hasil Uji Daya Beda Kelas XI IPS 2 No.

Soal

Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3 DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alur Pengolahan Data
Tabel 4.1 Daftar Nama Kepala Sekolah
Gambar 4.1 Perbandingan Jumlah antara Siswa Laki-laki dan Perempuan
Gambar 4.2 Perbandingan Jumlah antara Siswa Laki-laki dan Perempuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pusat Pengembangan Minat dan Bakat pemuda Tanjung Morawa atau lebih sering kita kenal dengan nama Gelanggang Remaja, merupakan suatu wadah yang memungkinkan

Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk alat-alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari kaca.. Pada

Pokja ULP PB-24/POKJA SKPD09pada Pemerintah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Umumdengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan barang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

- kawasan tadahan musnah - perlombongan petroleum di laut : - peningkatan suhu kerana kurang proses transpirasi pencemaran laut, kepupusan sumber laut - angin lebih kencang

jadi, lingkungan bisnis Islami adalah segala aktivitas ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam....

- Terdapat variasi font di dalam satu mukasurat, tiada kekemasan.. -Penggunaan effect pada font adalah melebihi

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..