Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap
Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh
Nissia Putri Rahayu
0901566
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair
Share dan Round Table terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap
Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)
Oleh:
Nissia Putri Rahayu
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Nissia Putri Rahayu 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap
Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)
Bandung, November 2013
Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I
Dr. Dadang Dahlan, M.Pd NIP. 19571205 198203 1 002
Pembimbing II
Leni Permana, M.Pd NIP. 19760318 200112 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share dan Round Table terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi
Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi) Dibawah bimbingan: Dr. Dadang Dahlan M.Pd;Leni Permana, M.Pd
Oleh
Nissia Putri Rahayu 0901566
Penelitian tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, penelitian ini menggunakan tiga kelas. Pada setiap pertemuan di setiap kelasnya diberikan perlakuan yang berbeda menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta metode ceramah sebagai variabel kontrol.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen ), dengan subjek terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis dan dalam bentuk soal pilihan ganda. Pengolahan data dilakukan dengan uji mann-whitney u menggunakan SPSS 21.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas XI IPS1, XI IPS 2 dan XI IPS 3 yang menggunakan model yang berbeda pada setiap pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table. Dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table lebih sesuai diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa daripada metode ceramah. Sehingga model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table dinyatakan efektif dan dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi standar kompetensi memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The Influence of Using Cooperative Learning Model, with Think Pair Share and Round Table Technique on Critical Thinking Students Ability (Experimental Study on Economic Subjects Competency Standards Understanding the Employment Conditions and Their Impact on Economic
Development in XI Class SMA Negeri 1 Sukabumi)
Under the Guidance of : Dr. Dadang Dahlan M.Pd;Leni Permana, M.Pd
By
Nissia Putri Rahayu 0901566
The research about the influence of using learning cooperative learning model, with think pair share and round table technique, that used to find the deference of the in creasing critical thingking of students. Otherwise, this reaserch uses three class. Learning cooperative model with think pair share, round table technique and speech method as a control variable, has given to each learning.
The methode used is Quasi experiment, with three class as follows : XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, as the subjects. Writen and multiple choice test is used to collect the data. To process the data, the researcher uses mean-whithney u test with SPSS 21.0.
The result show there are any deferences in stundests critical thingking abillity among experiment class XI IPS 1, XI IPS 2 and XI IPS 3 wich used deferent method at each learning. Based on the reasearch, the researcher concludes that critical thingking of student can be increased by using cooperative learning model with think pair share and round table technique. That reasearch, cooperative learning model with think pair share and round table technique, is more appropiate then speech method. So, it`s more effective and can be used as alternative learning model in economy subject with compentence standard is students understand about employeement condition and the effect to economy development.
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
UCAPAN TERIMA KASIH ...
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1.3.1 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.2 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Error!
Bookmark not defined.
2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Error! Bookmark not defined.
2.1.1.1 Indikator Kemampuan Berpikir KritisError! Bookmark not defined. 2.1.2 Model, Metode, dan Teknik PembelajaranError! Bookmark not defined.
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2.2 Metode Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2.3 Teknik Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Error! Bookmark not defined.
2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif .... Error! Bookmark not defined. 2.1.3.3 Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined.
2.1.3.4 Aspek-aspek Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined. 2.1.3.5 Teori yang Melandasi Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined.
2.1.4 Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined.
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2.1.6 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
3.1 Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.3 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Operasionalisasi Variabel... Error! Bookmark not defined. 3.5 Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.6 Uji Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 Validitas ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Tingkat Kesukaran ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Daya Beda ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.10 Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.11 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.11.1 Uji Normalitas... Error! Bookmark not defined. 3.11.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 3.12 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Deskripsi Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.3 Deskripsi Kelas Eksperimen I... Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Deskripsi kelas Eksperimen II ... Error! Bookmark not defined. 4.1.5 Deskripsi Kelas Eksperimen III ... Error! Bookmark not defined. 4.1.6 Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen .... Error! Bookmark not
defined.
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4.1.8.3 Kelas Eksperimen III... Error! Bookmark not defined. 4.1.9 Perbandingan Kelas Eksperimen I, II, dan III ... Error! Bookmark not
defined.
4.1.10 Uji Data ... Error! Bookmark not defined. 4.1.10.1 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 4.1.10.2 Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 4.1.11 Hasil Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1).
Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa dapat mencerminkan
kecerdasan dan keterampilan. Menurut Schriven dalam Fisher (2009: 10) berpikir
kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi
dan komunikasi, informasi dan argumentasi.
Dengan adanya kemampuan berpikir kritis, dapat mendorong siswa untuk
merespon suatu masalah dan menemukan solusi terbaik untuk masalah tersebut.
Kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan sejak dini khususnya oleh
sekolah yang merupakan institusi dalam proses belajar mengajar antara siswa
sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Sekolah sebagai lembaga formal
dalam pendidikan merupakan sarana yang paling tepat agar siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya.
Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan dalam setiap mata pelajaran di
sekolah, termasuk pada mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang mempunyai tujuan sebagai berikut. (Depdiknas, 2006):
1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara.
3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara.
4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran ekonomi tersebut, maka siswa sebagai
peserta didik diharapkan mampu memiliki kemampuan berpikir kritis. Namun
menurut fakta di lapangan, kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran
ekonomi masih rendah.
Berikut adalah frekuensi dan persentase jumlah siswa pada satu kelas di kelas
XI berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi di
SMA Negeri 1 Sukabumi.
Tabel 1.1
Frekuensi dan Presentase Hasil
Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Sukabumi
No Rentang Nilai Berpikir
Kritis Siswa Kategori
Sumber : Hasil Ulangan Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa masih rendah berdasarkan hasil ulangan semester yang telah dilakukan
sekolah kepada 40 orang siswa di kelas XI. Rendahnya kemampuan berpikir kritis
siswa dapat dilihat pada rentang 54 kebawah yaitu kategori sangat rendah dengan
frekuensi 12 orang dan persentase 30%. Kemudian siswa yang mendapat rentang
nilai 55 – 64 yaitu kategori rendah sebanyak 10 orang dengan persentase 25% kemudian rentang nilai 65 – 74 dengan kategori sedang, diperoleh sebanyak 8
rentang nilai yang paling tinggi diperoleh sebanyak 3 orang siswa dengan
persentase 7,5%.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis di SMA Negeri 1 Sukabumi disebabkan
oleh proses pembelajaran yang berjalan searah (teacher centered) serta siswa
dituntut untuk menghapal pelajaran. Rendahnya kemampuan berpikir saat ini
cenderung diakibatkan oleh rendahnya penanaman kebiasaan kemampuan berpikir
kritis yang seharusnya dibentuk sejak dini. Sehingga siswa cenderung pasif dalam
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukabumi,
bahwa kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang tidak menggunakan
metode-metode pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang tidak menarik
bagi siswa sehingga hasilnya kurang maksimal dalam kemampuan berpikir kritis.
Kenyataan di lapangan siswa juga hanya menghafal konsep dan kurang mampu
menggunakan konsep tersebut, jika menemui masalah dikehidupan nyata yang
berhubungan dengan konsep yang dimiliki, siswa kurang mampu
menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan siwa kurang paham dalam materi
pelajaran tersebut serta proses pembelajaran yang tidak dikaitkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka salah satu usaha
yang dapat ditempuh adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran yaitu
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Hertz-Lazarowitz (Huda, 2012: 21)
menjelaskan tentang penelitian mengenai interaksi, bahwa ketika ada tugas yang
membutuhkan kerjasama tingkat tinggi, 78 persen interaksi yang muncul pada
umumnya juga melibatkan cara berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis,
menyintesis dan mengevalusi informasi. Singkatnya bahwa jenis tugas sangat
menentukan intensitas dan cara berinteraksi dengan orang lain dalam hal ini antara
satu siswa dengan siswa lainnya.
Pembelajaran kooperatif melalui yang diambil yaitu dengan menggunakan
teknik think pair share dan round table. Pembelajaran kooperatif dengan
bekerjasama dengan siswa lain dan dapat mengerti dengan materi yang
disampaikan.
Menurut Trianto (2011: 132) model kooperatif teknik think pair share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Sedangkan untuk
pemilihan model round table ini menurut Budiwati dan Permana (2010: 89)
karena aktivitas utama dalam teknik round table ini mencakup analisis, sintesis
dan evaluasi, sedangkan kegiatan analisis, sintesis dan evaluasi termasuk tahapan
berpikir kritis.
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis akan melakukan penelitian yang
berjudul : PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi
Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami
Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap Pembangunan Ekonomi
di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi)
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share
dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik round table?
2) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan
kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah?
3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share
4) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan
kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah?
5) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI
IPS 2 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share?
6) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan
kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think
pair share?
7) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI
IPS 1 menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share ?
8) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS
2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share
dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik round table?
9) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol
XI IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan
kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
round table.
2) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan
3) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan
kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah.
4) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan
kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah.
5) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 2
yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.
6) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas
XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair
share.
7) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 1
menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik think pair share .
8) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS 2
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share
dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik round table.
9) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol XI
IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1) Bagi siswa yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik
think pair share dan round table, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis serta dapat melatih kerjasama, kepemimpinan dan keberanian
2) Bagi guru yaitu sebagai alternatif mengajar dikelas menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table sehingga
kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi dapat
meningkat.
3) Bagi sekolah yaitu dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kualitas
pembelajaran ekonomi yang ditunjukan oleh keberhasilan prestasi siswa dalam
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
35 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1
Sukabumi pada tahun pelajaran 2013-2014. Kemudian terpilih tiga kelas yaitu
kelas XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3 untuk diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif teknik think pair share, round table dan metode ceramah.
3.2Metode Penelitian
Pada metode kuasi eksperimen ini penulis mengharapkan dapat
mengungkapkan perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik think
pair share, round table dan metode ceramah sebagai variabel kontrol.
3.3Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah counterbalanced
design. Dalam desain ini, terdapat tiga kelompok yang dipilih, kemudian diberi
post test untuk mengetahui perbedaan antar kelompok yang diberikan perlakuan.
Secara bagan bisa digambarkan seperti gambar berikut:
Group 1 X1 O X2 O X3 O
Group II X2 O X3 O X1 O
Group III X3 O X1 O X2 O
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber:Fraenkel, 1993: 253)
Keterangan :
X1 : Pemberian perlakuan menggunakan model kooperatif teknik
X 2 :Pemberian perlakuan menggunakan model kooperatif teknik
round table.
X3 : Pembelajaran menggunakan metode ceramah
Group I : Kelas XI IPS 1
Group II : Kelas XI IPS 2
Group III : Kelas XI IPS 3
3.4 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu model pembelajaran
kooperatif teknik think pair share dan round table sebagai variabel bebas,
sedangkan kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat. Adapun bentuk
operasionalisasi variabelnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data
Model pembelajaran
1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan
memberikan tugas kepada semua kelompok.
2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
Langkah-langkah dalam penerpan pembelajaran kooperatif teknik round table adalah:
persoalan,
3) Dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, lembar jawaban atas pertanyaan itu diberikan pada anggota yang lainuntuk dianalisis dan dievaluasi.
4) Begitu seterusnya, sampai semua pertanyaan ituselesai dijawab dan dianalisis.
5) Dilakukan diskusi kelas untuk mengemukakan,
Indikator dari berfikir kritis, yaitu: 1. Memberikan penjelasan
(Budiwati dan Permana, 2010: 90)
3.5Instrumen Penelitian
Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan instrumen
tes dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal. Tes yang dilakukan
setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa sebagai hasil penerapan model pembelajaran.
Tes disusun berdasarkan indikator dari kemampuan berpikir kritis. Adapun
langkah-langkah sistematis dari penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan
tujuan pembelajaran.
b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
Kisi – kisi tertulis menggambarkan penyebaran jumlah pokok uji yang akan
dibuat untuk pokok bahasan dan jenjang tertentu. Pembuatan kisi-kisi tertulis
sebagai rancangan tes harus merujuk pada kompetensi dasar, indikator
pembelajaran, sub materi pokok uji dan jumlah soal.
c. Menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi.
d. Melakukan uji coba instrumen
e. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
f. Menggunakan soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
3.6 Uji Instrumen Penelitian
3.6.1 Validitas
“sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan”. (Arikunto,2009: 64). Pengujian validitas item dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi point biserial dengan rumus berikut:
r pbis =
p
√
(Sudijono, 2011: 185)Keterangan:
Mp = Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab betul
Mt = Skor rata-rata dari skor total
Sdt = Standar deviasi skor total
p = Proporsi yang menjawab betul pada butir yang diuji validitasnya
q = Proporsi yang menjawab salah pada butir yang diuji validitasnya
Interpretasi koefisien korelasi yang digunakan sebagai berikut:
0,20 < rxy : Korelasi sangat rendah
0,20 < rxy < 0,399 : Korelasi rendah
0,40 < rxy < 0,699 : Korelasi sedang atau cukup
0,70 < rxy < 0,899 : Korelasi tinggi
0,90 < rxy < 1,00 : Korelasi sangat tinggi
Validitas yang diukur dalam penelitian ini merupakan validitas butir soal atau
validitas item, dimana dalam perhitungan uji validitas soal apabila rpbi > r tabel
maka item valid, dimana diketahui r tabel 0,361. Dari hasil perhitungan validitas
instrument tes maka diperoleh hasil sebagai berikut :
No.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan item
dalam penelitian ini dinyatakan valid karena memenuhi kriteria rpbi>rtabel, sehingga
soal yang valid layak untuk dijadikan alat ukur penelitian selanjutnya.
3.6.2 Reliabilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan
atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan (Riduwan, 2012:
221). Reabilitas tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
Spearman – Brown dengan teknik belah dua ganjil genap.
Dengan menggunakan rumus Spearman – Brown, yaitu :
r
11=
⁄ ⁄
⁄ ⁄
( Arikunto,2006: 93)
Keterangan:
r 11 : koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
⁄ ⁄ : koefisien antara skor-skor setiap belahan tes
Tabel 3.3
Interpretasi Harga Koefisien Korelasi (r) Harga Koefisien Korelasi (r) Kriteria
Antara 0.8 – 1.0 Sangat Tinggi
Antara 0.6 – 0.8 Tinggi
Antara 0.4 – 0.6 Cukup
Antara 0.2 – 0.4 Rendah
Antara 0 – 0.2 Sangat Rendah
Sumber : Arikunto,2010: 214
Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes maka diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 3.4
Uji Reliabilitas Instrumen
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3
r 11 0,85 0,87 0,91
Kriteria Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Sumber : Lampiran B
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen
penelitian soal eksperimen 1 memiliki reliabilitas yang tinggi, dengan angka 0,85,
soal eksperimen 2 sebesar 0,87 dan soal eksperimen 3 sebesar 0,91 artinya semua
soal dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.
3.7Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab dengan
benar dan banyaknya penjawab item (Suharsimi Arikunto, 2006:128). Untuk
menghitung tingkat kesukaran (TK) dari masing – masing butir soal tes.
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus berikut.
P = B (Arikunto, 2009: 208)
JS
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu
Dengan interpretasi nilai tingkat kesukaran butirnya dapat menggunakan
Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan untuk setiap nomor soal. Dari
perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh hasil pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.5 Uji Tingkat Kesukaran No.
Soal
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3 Indeks Keterangan Indeks Keterangan Indeks Keterangan
No. Soal
Soal Eksperimen ke-1 Soal Eksperimen ke-2 Soal Eksperimen ke-3 Indeks Keterangan Indeks Keterangan Indeks Keterangan
25 0.57 Sedang 0.50 Sedang 0.53 Sedang
ketenagakerjaan menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar,
sedang dan mudah. Pada soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa 4% termasuk
ke dalam kriteria tingkat kesukaran mudah, 90% termasuk kedalam tingkat
kesukaran sedang, dan 6% termasuk ke dalam kriteria tingkat kesukaran sukar.
Soal pertemuan ke-2 yang membahas materi pembangunan ekonomi
menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sedang dan mudah. Pada
pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa 7% termasuk ke dalam kriteria tingkat
kesukaran mudah dan 93% termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang.
Soal pertemuan ke-3 yang membahas materi pertumbuhan ekonomi
menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang dan mudah.
Pada soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 10% termasuk ke dalam kriteria
tingkat kesukaran mudah, 76% termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang, dan
14% termasuk ke dalam kriteria tingkat kesukaran sukar.
3.8 Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai
atau berkemampuan rendah (SuharsimiArikunto, 2009:211).
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai
berikut:
DP = (Arikunto,2009: 213)
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
J B = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dalam menentukan bagus tidaknya sebuah soal dalam daya pembeda
terdapat klasifikasi kriteria daya pembeda. Berikut adalah klasifikasi daya
pembeda.
Soal Eksperimen ke-1 Soal Eksperimen ke-2 Soal Eksperimen ke-3
DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan
No. Soal
Soal Eksperimen ke-1 Soal Eksperimen ke-2 Soal Eksperimen ke-3
DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan
14 0,40 Cukup 0,33 Cukup 0,13 Jelek
pembeda cukup dan 17% termasuk kedalam daya pembeda jelek.
Pada soal pertemuan ke-2 daya beda soal menunjukkan bahwa 23% termasuk
kedalam ketegori daya beda baik, 70% termasuk kedalam daya pembeda cukup
dan 7% termasuk kedalam daya pembeda jelek.
Soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 37% termasuk kedalam kategori
baik, 46% termasuk kedalam kategori cukup dan 17% termasuk kedalam daya
pembeda jelek.
3.9 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan yaitu persiapan penelitian
pelaksanaan penelitian, pelaporan penelitian.
1. Tahap Persiapan Penelitian, meliputi:
a. Menentukan masalah
b. Melakukan prapenelitian untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir
kritis siswa.
Tahapan pelaksanaan penelitian langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan perizinan pada pihak-pihak terkait dalam penelitian ini.
b. Menetapkan meteri pelajaran yang akan dipergunakan dalam penelitian.
c. Membuat skenario pembelajaran.
d. Menyusun instrumen tes pilihan ganda berdasarkan indikator kemampuan
berpikir kritis.
e. Menetapkan jumlah soal yang akan di jadikan instrumen penelitian yang
beracuan pada validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran.
f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
g. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
instrumen penelitian.
h. Mengganti atau membuang soal-soal yang belum valid ataupun soal-soal
yang terlalu sukar atau terlalu mudah dengan soal yang lebih baik.
i. Mengadakan uji coba lagi hingga di peroleh instrumen penelitian yang valid
dan reliabel.
j. Memilih sampel dengan dilakukan secara homogen berdasarkan informasi
yang diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi.
k. Menentukan waktu penelitian untuk melakukan penerapan model
pembelajaran berdasarkan masalah dan berkonsultasi dengan guru mata
pelajaran ekonomi yang bersangkutan.
l. Memberi perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta
kelompok kontrol yaitu metode ceramah.
m. Memberikan post test pada kelompok eksperimen setelah pembelajaran
berakhir untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.
n. Menguji kesamaan dan perbedaan hasil post test pada masing-masing kelas
o. Membandingkan hasil post test antara pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta kelas
dengan menggunakan metode ceramah.
3. Pelaporan Penelitian
Membuat interpretasi dan kesimpulan penelitian berdasarkan hipotesis.
3.10 Teknik Pengolahan Data
Data hasil tes objektif siswa yang diperoleh dari hasil post test, diuji dengan
beberapa uji statistik untuk melihat apakah hipotesis yang dibuat dalam penelitian
ini diterima atau ditolak.
Adapun teknik pengolahan data kemampuan berpikir kritis siswa adalah
sebagai berikut.
a. Menghitung skor mentah dari hasil tes
Penskoran tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan pedoman
penskoran. Sebelum lembar jawaban dari setiap siswa diberi skor, terlebih
dahulu ditentukan standar penilaian untuk tiap tahap. Skor setiap siswa dapat
ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor
dihitung dengan menggunakan rumus:
S = R – W
O – 1 (Sudijono, 2011: 303)
Dimana:
S = Skor yang sedang dicari
R = Jumlah jawaban betul, yaitu jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban
W= Jumlah jawaban salah, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan kunci
jawaban
O= Options atau alternatif
1= Bilangan konstan
Setelah skor mentah diperoleh, kemudian langkah selanjutnya yaitu mengubah
skor mentah menjadi nilai . Menurut Sudijono (2011: 312) bahwa pengolahan
dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau
mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Dapat juga disebut dengan
Penilaian ber-Acuan Norma (PAN).
Menurut Sudijono (2011: 322) enilaian beracuan kelompok ini mendasarkan
diri pada asumsi sebagai berikut:
1. Bahwa setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen, akan selalu didapati kelompok “baik”, kelompok “sedang” dan kelompok kurang.
2. Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan osisi relatif (=relative standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”
ataukah di “bawah”.
Apabila dalam penentuan nilai standar digunakan standar relatif, maka prestasi
kelopok itu dicari atau dihitung dengan menggunakan identik rata-rata hitung
(=arithmetic mean), dengan rumus sebagai berikut:
M
x=
∑(Sudijono, 2011: 327)
Disamping mencari arithmetic mean perlu dipertimbangkan variasi atau
variabilitas. Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat homogenitas dan
heterogenitas, yaitu dengan menggunakan standar deviasi. Rumusnya adalah:
SDx =
√
∑(Sudijono, 2011: 327)
Setelah diperoleh besarnya nilai rata-rata hitung dan besarnya standar deviasi
dari hasil tes, selanjutnya skor-skor mentah hasil tes dikonversi atau diubah
Ya
3.11 Teknik Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan data dengan mendapatkan nilai dari
masing-masing kelas eksperimen, kemudian dilakukan analisis data. Analisis data yang
dilakukan yaitu dengan uji normalitas dan uji homogenitas.
Adapun proses dari pengolahan data posttest ditunjukkan dalam gambar 3.1
berikut ini.
Gambar 3.1 Diagram Alur Pengolahan Data
Gambar 3.1 dapat menjelaskan bahwa data post test masing-masing
kelompok diuji normalitasnya. Jika masing-masing kelompok berdistribusi
normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas untuk masing-masing
kelompok. Jika semua kelompok atau salah satu kelompok tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik (Sudjana, 2005: 446)). Uji nonparametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U.
Setelah normalitas dan homogenitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t.
Tidak Kolmogorov Smirnov
Data Kuantitatif
Uji Normalitas
Uji Perbedaan Nonparametrik
Uji Homogenitas
Uji Mann-Whitney U Levene Statistic
Uji t
3.11.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi
normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk
menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik.
Pengujian kenormalan data dilakukan menggunakan uji kolmogorov smirnov
yang diolah menggunakan SPSS 21.0. kriteria pengujian adalah signifikansi lebih
besar dari 0.05 maka data dikatakan berdistribusi normal. Adapun kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
- Jika level signifikansi (sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.
- Jika level signifikansi (sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
3.11.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian
populasi adalah sama atau tidak. Disamping pengujian terhadap normal tidaknya
distribusi data pada sampel, perlu kiranya peneliti melakukan pengujian terhadap
kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya
variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. (Arikunto, 2010:
363)
Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians adalah
sebagai berikut.
H0 : tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol
H1 : terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Lavene dengan taraf signifikansi
5%. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
a) Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
b) Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka
H0 diterima.
3.12 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t independen dua
menguji signifikasi perbedaan rata-rata (mean) yang terdapat pada program
pengolahan data. Apabila data tes pemahaman bedistribusi normal dan homogen,
maka untuk mengkaji hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu uji t-test
independen sesuai rumus berikut:
t =
√{ }{ }
(Arikunto, 2006:311)
Keterangan :
M = Nilai rata-rata hasil perkelompok
N = Jumlah peserta didik
x = deviasi setiap nilai X1 dan X2
y = deviasi setiap nilai Y1 dan Y2
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t untuk tes dua
sisi. Adapun caranya :
a. Menentukan derajat kebebasan dk = (N1 – 1) + (N2 – 1)
b. Lihat tabel distribusi t untuk tes dua arah pada taraf signifikan tertentu
Nissa Putri Rahayu,2013
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukabumi yang berlokasi di Jl.
RH. Didi Sukardi No. 124 Kota Sukabumi. SMA ini didirikan pada tanggal 8
Agustus 1961 dengan nama SMA Pembina dan merupakan SMA yang pertama
didirikan di Kota Sukabumi. SMAN 1 Kota Sukabumi awal berdiri berlokasi di Jl.
Ir. Juanda dan kemudian pada tahun 1968 pindah ke Jl. RH Didi Sukardi.
Adapun visi dan misi SMA Negeri 1 Sukabumi adalah sebagai berikut :
a. Visi Sekolah
Untuk memberikan gambaran mengenai impian masa depan SMA Negeri 1
Sukabumi tertuang dalam Visi “Unggul dan Terpadu Dalam Pengembangan
Fikir, Dzikir dan Amal”.
b. Misi Sekolah
Sebagai penjabaran untuk mewujudkan Visi di atas, Misi SMA Negeri 1
Sukabumi adalah :
1) Mengembangkan pendidikan intelektual akademik untuk penguasaan ilmu
pengetahuan agar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dalam
berbagai jurusan keilmuan.
2) Mengembangkan pendidikan humanistic yang menegaskan perkembangan
kepribadian peserta didik, kecerdasan emosional, nilai-nilai moral, spiritual
dan religiositas.
3) Menerapkan serempak pendekatan proses dan hasil pembelajaran yang
memberi keterampilan siswa memproses perolehan belajar sehingga mampu
belajar mandiri dalam menyerap arus informasi iptek yang makin deras.
4) Dengan proses bermakna yang dialami siswa dalam pembelajaran akan
Sejak didirikan sampai sekarang SMA Negeri 1 Sukabumi telah memiliki
beberapa pemimpin sekolah, yaitu:
Tabel 4.1
Daftar Nama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sukabumi
No Nama Kepala Sekolah Tahun Periode Kepemimpinan
1 R. Yona Ekaatmaja 1961-1965
2 R. Muhtar 1965-1970
3 Drs. H.A. Riswaya 1970-1980
4 Drs. Wijaya Kusumah 1980-1989
5 Moch. Sobandi 1986-1989
6 Drs. I. Lili Suriatmana 1989-1992
7 Dra. Hj. Entin Sumartini 1992-1996
8 Drs. H. Vredi Kastam Marta, MBA 1996-2002
9 Drs. Pipid Hudaya, M.Si 2002-2007
10 Drs. H. Tatang Asep Mukharam M.Pd 2007-2012
11 H. Moch Effendi, S.Pd, M.Si 2012
12 Drs.Pipid Hudaya, M.Si 2012-2013
13 Rachmat Mulyana, S.Pd.,M.Hum. (2013 s.d sekarang)
Sumber: www.sman1sukabumi.sch.id
SMA Negeri 1 Sukabumi mempunyai tenaga pengajar sebanyak 79 orang.
Sebanyak 64 guru sebagai PNS dan 15 orang sebagai guru honorer. Selain tenaga
pengajar, pegawai Tata Usaha yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Sukabumi
sebanyak 32 orang. Pegawai TU yang berstatus sebagai honorer sebanyak 24
orang dan berstatus PNS sebanyak 8 orang.
Pada tahun pelajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Sukabumi memiliki jumlah
siswa sebanyak 1675 siswa. Siswa kelas X terdiri dari 603 siswa yang terbagi
kedalam 14 kelas, kelas XI terdiri dari 493 siswa yang terbagi kedalam 12 kelas,
Tabel 4.2
Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Sukabumi Tahun Pelajaran 2013/2014
Sumber : Arsip SMA Negeri 1 Sukabumi
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Sukabumi untuk
menunjang proses pembelajaran, sampai dengan saat ini sudah cukup lengkap.
Jumlah ruang kelas yang dimiliki yaitu sebanyak 27 ruang kelas. Kemudian ruang
laboratorium IPA yang sudah ada yaitu fisika, biologi, kimia. Di SMAN 1
Sukabumi terdapat 2 masjid untuk menunjang kegiatan keagamaan dan untuk
setiap ekstrakurikuler disediakan ruangan tersendiri untuk melakukan latihan atau
kegiatan guna mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
4.1.2 Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1
Sukabumi. Kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian yaitu kelas XI IPS 1,
XI IPS 2 dan XI IPS 3. Ketiga kelas tersebut mendapat dua perlakuan yaitu
pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table serta kelas
kontrol menggunakan metode ceramah.
4.1.3 Deskripsi Kelas XI IPS 1
Subjek yang pertama dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 1. Pada tahun
pelajaran 2013/2014 berjumlah 42 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa di kelas XI IPS 1. terdapat lebih banyak siswa perempuan
33 orang perempuan (78,6%) dan siswa laki-laki yang berada di kelas XI IPS 1
yaitu sebanyak 9 orang laki-laki (21,4%). Seperti digambarkan oleh grafik
dibawah ini.
Gambar 4.1
Perbandingan Jumlah antara Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas XI IPS 1
4.1.4 Deskripsi kelas XI IPS 2
Subjek yang kedua dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 2. Pada tahun
pelajaran 2013/2014 berjumlah 42 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa di kelas XI IPS 2, terdapat lebih banyak siswa perempuan
dibandingkan dengan siswa laki-laki. Jumlah seluruh siswa perempuan sebanyak
23 orang perempuan (51,1%) dan siswa laki-laki yang berada di kelas XI IPS 2
yaitu sebanyak 22 orang laki-laki (48,9%). Seperti digambarkan oleh grafik
dibawah ini.
21,40%
76,60%
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%
Gambar 4.2
Perbandingan Jumlah antara Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas XI IPS 2
4.1.5 Deskripsi Kelas XI IPS 3
Subjek yang ketiga dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 3. Pada tahun
pelajaran 2013/2014 berjumlah 42 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa di kelas XI IPS 3, terdapat lebih banyak siswa laki-laki
dibandingkan dengan siswa perempuan. Jumlah seluruh siswa laki-laki sebanyak
31 orang laki-laki (66%) dan siswa perempuan yang berada di kelas XI IPS 3
yaitu sebanyak 16 orang perempuan (34%). Seperti digambarkan oleh grafik
dibawah ini.
Gambar 4.3
4.1.6 Deskripsi Pembelajaran
Pembelajaran mata pelajaran ekonomi di kelas XI IPS 1 dilaksanakan setiap
hari Sabtu pada jam ke 1 dan 2 yaitu pukul 07.00-08.30. Pertemuan yang pertama
dilaksanakan pada tanggal 7 September 2013 membahas materi ketenagakerjaan
dengan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. Pertemuan yang
kedua dilaksanakan tanggal 14 September 2013 membahas materi pembangunan
ekonomi dengan model pembelajaran kooperatif teknik round table. Kemudian
Pertemuan ketiga pada tanggal 21 September 2013 membahas materi
pertumbuhan ekonomi menggunakan metode ceramah, kelas XI IPS 1 sebagai
kelas kontrol.
Pada kelas XI IPS 2 pembelajaran ekonomi dilaksanakan setiap hari Rabu
pada jam ke 2 dan 3 yaitu pukul 07.45-09.15. Pada pertemuan yang pertama
tanggal 4 September 2013, membahas materi ketenagakerjaan dengan model
pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik round
table. Pada pertemuan yang kedua tanggal 11 September 2013, membahas materi
pembangunan ekonomi dengan menggunakan metode ceramah, kelas XI IPS 2
sebagai kelas kontrol. Kemudian pertemuan yang ketiga dilaksanakan tanggal 18
September 2013 yang membahas pertumbuhan ekonomi menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik think pair share.
Kemudian pembelajaran ekonomi di kelas XI IPS 3, dilaksanakan setiap hari
Senin pada jam ke 3 dan 4 yaitu pukul 09.15-10.00. Kemudian diselang waktu
istirahat dari pukul 10.00-10.30 dan dilanjut lagi dari pukul 10.30-11.15.
Pertemuan yang pertama membahas materi ketenagakerjaan dengan menggunakan
metode ceramah, kelas XI IPS 3 sebagai kelas kontrol. Pertemuan yang kedua
dilaksanakan pada tanggal 9 September 2013 membahas materi pembangunan
ekonomi menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share.
Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 16 September 2013 membahas materi
pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik round table. Setiap pembelajaran berakhir di kelas XI IPS 1, 2, dan 3
4.1.7 Deskripsi Instrumen Penelitian
4.1.7.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat
ketepatan kemampuan berpikir kritis siswa.
a. Uji Validitas Kelas XI IPS 1
Berikut ini hasil uji validitas kelas XI IPS 1, dapat dilihat dalam tabel 4.3
dibawah ini.
Tabel 4.3
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa semua item dalam
penelitian ini di kelas XI IPS 1 menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Uji Validitas Kelas XI IPS 2
Berikut ini hasil uji validitas kelas XI IPS 2, dapat dilihat dalam tabel 4.4
dibawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Item Kemampuan Berpikir Kritis Kelas XI IPS 2
c. Uji Validitas Kelas XI IPS 3
Berikut ini hasil uji validitas kelas XI IPS 3, dapat dilihat dalam tabel 4.5
dibawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Item Kemampuan Berpikir Kritis Kelas XI IPS 3
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa semua item dalam instrumen
penelitian ini valid sehingga layak untuk dijadikan sebagai alat ukur kemampuan
berpikir kritis siswa.
4.1.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sebuah tes menunjukkan
penilain tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Spearman –
Brown dengan teknik belah dua ganjil-genap.
a. Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 1
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 1
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3
r11 0,84 0,83 0,77
Kriteria Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Sumber : Lampiran B
Pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki
reliabilitas yang tinggi. Artinya instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali dan
menghasilkan data yang konsisten.
b.Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 2
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 2
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3
r11 0,68 0,81 0,91
Kriteria Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Sumber : Lampiran B
Pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki
reliabilitas yang tinggi. Artinya instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali dan
menghasilkan data yang konsisten.
c. Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 3
Tabel 4.8
Hasil Uji Reliabilitas Kelas XI IPS 1
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3
r11 0,80 0,81 0,78
Kriteria Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki
reliabilitas yang tinggi. Artinya instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali dan
menghasilkan data yang konsisten.
4.1.7.3 Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab dengan
benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2006: 128). Tingkat kesukaran
merupakan suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah,
sedang dan sukar. Tingkat kesukaran butir soal tes untuk pilihan ganda lima
option dapat menggunakan rumus dibawah ini:
P = B (Arikunto, 2009: 208)
JS
Semakin kecil nilai P, maka soal tersebut semakin sukar, dan sebaliknya
semakin besar nilai P maka soal semakin mudah.
a. Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 1
Adapun hasil perhitungan tingkat kesukaran dari instrumen tes dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 1 No.
Soal
Soal Pertemuan ke-1
Kriteria Soal Pertemuan ke-2 Kriteria Soal Pertemuan ke-3 Kriteria
Indeks Indeks Indeks
No. Soal
Soal Pertemuan ke-1
Kriteria Soal Pertemuan ke-2 Kriteria Soal Pertemuan ke-3 Kriteria
Indeks Indeks Indeks
17 0,53 Sedang 0,90 Mudah 0,68 Sedang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share pada materi
ketenagakerjaan, menunjukkan bahwa 10% termasuk kedalam kriteria tingkat
kesukaran mudah dan 86% termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang serta 4%
termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sukar. Sehingga dapat disimpulkan
hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 1 pada pertemuan ke-1 didominasi
oleh kriteria tingkat kesukaran sedang.
Pada soal pertemuan kedua uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 1
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table pada materi
pembangunan ekonomi, menunjukkan bahwa 60% termasuk kedalam kriteria
tingkat kesukaran mudah dan 40% termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran
sedang. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 1 pada pertemuan ke-2
didominasi oleh kriteria tingkat kesukaran mudah.
Uji tingkat kesukaran pada soal pertemuan ketiga di kelas XI IPS 1 sebagai
kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada materi pertumbuhan
ekonomi, menunjukkan bahwa 33% dari soal termasuk kedalam kriteria tingkat
kesukaran mudah dan 67% termasuk kedalam kriteria yang sedang. Hasil uji
tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 1 pada pertemuan ke-3 didominasi oleh
Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 1 pada pertemuan
pertama, kedua dan ketiga dapat disimpulkan bahwa hasil uji dari tingkat
kesukaran belum memenuhi kriteria tingkat kesukaran yaitu 25% soal dengan
kriteria tingkat kesukaran mudah, 50% soal dengan kriteria tingkat kesukaran
sedang dan 25% soal dengan kriteria tingkat kesukaran sukar.
b. Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 2
Adapun hasil perhitungan tingkat kesukaran dari instrumen tes pada kelas
XI IPS 2 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 2 No.
Soal
Soal Pertemuan ke-1
Kriteria Soal Pwetemuan ke-2 Kriteria Soal Pertemuan ke-3 Kriteri a
Indeks Indeks Indeks
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan 1 pada kelas XI IPS 2
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table pada materi
ketenagakerjaan menunjukkan bahwa 17% dari seluruh soal termasuk kedalam
kriteria tingkat kesukaran mudah dan 83% termasuk kedalam tingkat kesukaran
sedang. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas eksperimen II pada eksperimen ke-1
didominasi oleh tingkat kesukaran sedang.
Soal pertemuan ke-2 dengan menggunakan metode ceramah pada materi
pembangunan ekonomi, menunjukkan bahwa 30% soal termasuk kedalam tingkat
kesukaran mudah, Soal yang termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang
yaitu sebanyak 26% dan 44% dari soal termasuk kedalam kriteria tingkat
kesukaran sukar. hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 2 pada eksperimen
ke-2 didominasi oleh tingkat kesukaran sukar.
Pada soal pertemuan ke-3 pada materi pertumbuhan ekonomi, hasil uji tingkat
kesukaran di kelas XI IPS 2 menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
think pair share menunjukkan bahwa 60% termasuk kedalam kriteria tingkat
kesukaran mudah dan 40% termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang.
Sehingga dapat disimpulkan hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 2 pada
pertemuan ke-3 didominasi oleh tingkat kesukaran mudah.
Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 2 pada eksperimen
ke-1, ke-3 dan ke-3 dapat disimpulkan bahwa hasil uji dari tingkat kesukaran
belum memenuhi kriteria yaitu 25% soal dengan kriteria tingkat kesukaran
mudah, 50% soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang dan 25% soal dengan
kriteria tingkat kesukaran sukar.
c. Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 3
Adapun hasil perhitungan tingkat kesukaran dari instrumen tes pada kelas
Tabel 4.11
Uji Tingkat Kesukaran Kelas XI IPS 3
No.
Indeks Indeks Indeks
1 0,23 Sukar 0,55 Sedang 0,23 Sukar
materi ketenagakerjaan menggunakan metode ceramah menunjukkan bahwa 23%
dari seluruh soal termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran mudah dan 53%
termasuk kedalam tingkat kesukaran sedang serta 24% termasuk kedalam kriteria
tingkat kesukaran sukar. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 3 pada
pertemuan ke-1 didominasi oleh tingkat kesukaran sedang.
Soal pertemuan ke-2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik think pair share pada materi pembangunan ekonomi, menunjukkan bahwa
kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang yaitu sebanyak 76% dan sebesar 11%
dari soal termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran sukar. Hasil uji tingkat
kesukaran soal kelas XI IPS 3 pada pertemuan ke-2 didominasi oleh tingkat
kesukaran sedang.
Pada soal pertemuan ke-3 hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 3
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table menunjukkan
bahwa 4% termasuk kedalam kriteria tingkat kesukaran mudah dan 77% termasuk
kedalam kriteria tingkat kesukaran sedang, serta 19% termasuk kedalam kriteria
tingkat kesukaran sukar. Hasil uji tingkat kesukaran soal kelas XI IPS 3 pada
pertemuan ke-3 didominasi oleh tingkat kesukaran sedang.
Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran di kelas XI IPS 3 pada pertemuan
pertama, kedua dan ketiga dapat disimpulkan bahwa hasil uji dari tingkat
kesukaran belum memenuhi kriteria yaitu 25% soal dengan kriteria tingkat
kesukaran mudah, 50% soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang dan 25%
soal dengan kriteria tingkat kesukaran sukar.
4.1.7.4 Uji Daya Beda
Daya beda merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa-siswa
yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa-siswa yang termasuk
kelompok bawah ( lower group). Daya beda suatu soal dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
DP = (Arikunto,2009: 213)
a. Uji Beda Kelas XI IPS 1
Dari hasil perhitungan daya beda instrumen tes pada kelas XI IPS 1 maka
Tabel 4.12
Hasil Uji Daya Beda Kelas XI IPS 1 No.
Soal
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3 DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan
1 0,60 Baik 0,20 Cukup 0,25 Cukup
Dari hasil perhitungan daya beda pada soal pertemuan ke-1 di kelas XI IPS 1
dapat diketahui bahwa 17% termasuk kriteria daya beda baik, 73% termasuk
kedalam daya pembeda cukup dan 10% termasuk kriteria daya pembeda jelek.
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat daya pembeda diantaranya adalah
meningkatnya kemampuan siswa seiring dengan dilaksanakannya proses
pembelajaran.
Pada soal pertemuan ke-2 menunjukkan bahwa 10% termasuk kedalam
kriteria daya pembeda baik, 63% termasuk kedalam kriteria daya pembeda cukup
dan 27% termasuk kedalam kriteria daya pembeda jelek. Dalam hal ini kriteria
Daya beda untuk soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 10% termasuk
kedalam kriteria daya beda baik, 63% termasuk kriteria daya beda cukup dan 27%
termasuk kedalam kriteria daya beda jelek. Daya beda yang paling banyak adalah
dengan kriteria daya beda cukup.
b.Uji Beda Kelas XI IPS 2
Dari hasil perhitungan daya beda instrumen tes pada kelas XI IPS 2 maka
diperoleh nilai sebagai berikut :
Tabel 4.13
Hasil Uji Daya Beda Kelas XI IPS 2 No.
Soal
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3 DP Keterangan DP Keterangan DP Keterangan