• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat dan Ruang Lingkup Pendidikan.cr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat dan Ruang Lingkup Pendidikan.cr"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen Pengampu oleh Aliet Noorhayati Sutrisno, M.Phil

oleh :

1. Agus Sutisno (150641188)

KELAS : SD-15.A4 SEMESTER : I (SATU)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari zaman dahulu sampai sekarang manusia tidak terlepas dari masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang mengganggu pikiran sesorang. Tentu saja untuk mengatasi hal tersebut manusia perlu mencari jawaban sendiri yang bisa memecahkan atau menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan logika atau nalar manusia yang membuat masalah-masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut dengan filsafat.

Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari diri manusia tersebut. Maka jawaban merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integaral, menyeluruh, dan mendasar. jawaban seperti itu juga digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan.

Filsafat dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indra manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencangkup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun menyusun rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat? 2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?

3. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?

4. Bagaimana Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan?

(3)

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, adapun tujuan penyusun dalam melakukan penyusunan makalah ini adalah yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.

2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.

3. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan.

4. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Bahasan Filsafat Pendidikan.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode studi pustaka. Penyusun mendapat sumber dari buku dan internet yang kemudian disusun dan dijabarkan kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan dan keterampilan.

E. Sistematika Penulis

Makalah ini disusun dengan menentukan judul terlebih dahulu. Kemudian dari judul makalah tersebut dirumuskan rumusan masalahnya yang kemudian rumusan masalah ini di simpan pada BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dalam makalah ini, metode yang digunakan penulis dalam menyusun makalah, dan sistematika penulisan atau kerangka dalam makalah ini. Dalam BAB II dipaparkan berbagai pembahasan yang terkait dengan materi atau judul yang sesuai dengan rumusan masalah. Kemudian dalam BAB III yaitu penutup yang terdiri atas kesimpulan dari pembahasan dan saran penyusun kepada beberapa pihak. Dan pada akhir disertai dafatar pustaka.

(4)

1. Pengertian Filsafat

Kata filsafat merupakan bentuk kata Arab yaitu “falsafah” dan berasal dari bahasa Yunani yaitu “Philosophia”. Taniredja, dkk (2011: 13) mengatakan, secara etimologis kata filsafat yang berasal dari bahasa Yunani asal katanya adalah “Phillein yang berarti cinta dan “Shophos” atau “Sophia” yang berarti hikmah atau kebijaksanaan atau kearifan. Cinta berarti hasrat yang besar dan berkobar-kobar, menyala-nyala atau kesungguhan yang dalam. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati, dan filsafat dapat pula dipahami sebagai hasrat/kecintaan terhadap kebenaran dan kebijakan yang hakiki (Dianasari, 2015: 1).

Menurut Harun Nasution (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 16), mengemukakan bahwa Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.

Menurut Rizal dan Misnal (2006: 3) ada beberapa pengertian filsafat yang diklasifikasikan yaitu sebagai berikut :

a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.

b. Filsafat adalah suatu proses kritik untuk pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.

c. Filsafat adalah usaha menggambarkan keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam.

d. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. e. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari

manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Dari pengertian secara etimologi, Harun Nasution (dalam Prasetya, 1997: 9) memberikan definisi filsafat sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang hikmah.

b. Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar. c. Mencari kebenaran.

d. Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.

(5)

a. Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabbiyyat), merupakan tingkatan terendah. b. Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), merupakan tingkatan tengah. c. Ilmu Ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat) merupakan tingkatan tertinggi.

Menurut Immanuel Kant (1724-1804 M), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

a. Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika). b. Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab oleh etika). c. Sampai di manakah penghargaan kita (dijawab oleh agama). d. Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi).

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. (Aliet Noorhayati Sutrisno, 2014: 17).

Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga

(6)

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan representatif (mewakili/mencerminkan segala segi), pendidikan ialah ... the total process of developing human abilities and behaviors, drawing on almost all lifes’s expriences

(Tardif,1987). (Seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan).

Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaanya. Dan pendidikan formal disekolah hanyalah bagian kecil saja dari padanya, tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.

Proses pendidikan adalah proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan dari kepribadian manusia.

Pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaan dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan, bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.

(7)

laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan.

3. Pengertian Filsafat Pendidikan

Menurut (Aliet Noorhayati Sutrisno, 2014: 17), Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki subtansi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaanya.

Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.

Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan, menurut Arifin (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 19), bukan merupakan insidental artinya filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki aspek-aspek realita dan pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang pendidikan.

Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung (dalam Prasetya, 1997: 22), dalam bahasanya mengenai filsafat pendidikan diberi definisi sebagai berikut:

a. Filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebut pendidikan.

b. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadi filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyeleraskan, mengharmoniskan dan menerapkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.

c. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filosof-filosof untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar pada masalah-masalah kontradiksi-kontradiksi budaya.

d. Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sikap filsafat seseorang pendidik, dari pengalaman-pengalamannya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang.

(8)

mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang faktual.

Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika di bidang pendidikan. Oleh karena itu, apabila dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan pada gejala macam dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan Islam, dengan menentukan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau sesuai dengan jiwa ajaran Islam yang mengandung kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan. Mengingat antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh, maka tugasnya pun seiring yaitu berupaya bersama dalam memajukan hidup umat manusia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

4. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan

(9)

konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan.

Menurut (Aliet Noorhayati Sutrisno, 2014: 20) ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Pendidik f. Evaluasi pendidikan

b. Murid atau anak didik g. Tujuan pendidikan

c. Materi pendidikan h. Alat-alat pendidikan

d. Perbuatan mendidik i. Lingkungan Pendidikan

e. Metode pendidikan

Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:

1. Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education).

2. Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man).

3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan.

4. Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.

5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).

6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 24).

Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 25), ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metfisika.

(10)

analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami.

2. Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian.

3. Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).

4. Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor.

5. Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).

6. Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 27), filsafat sebagai ilmu yang mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok, antara lain:

7. Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul bila orang mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata.

8. Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis pengetahuan.

Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.

Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 27), dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya dengan keberdaan epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu konstribusi yang besar.

Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang tampak jelas dan tidak jelas.

(11)

2. Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.

3. Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.

Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal dan radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problema matematika hidup dan kehidupan manusia dan mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin ilmu yang berkembang saat ini. Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.

Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.

Dari uraian di atas, dapat diambil suatu konklusi bahwa filsafat adalah studi kritis tentang masalah-masalah kehidupan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani masalah tersebut. Dalam hal ini, filsafat bertujuan memberikan yang lebih dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal dan lebih mendasar.

(12)

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani suatu masalah.

BAB III PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia dengan kata lain filsafat sampai kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya. Setelah itu pendidikan merupakan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan.

(13)

sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Dan yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

DAFTAR PUSTAKA

Dianasari. (2015). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Cirebon: UMC Press.

Jalaluddin dan Abdullah. (2007). Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Munaseh, Purnomo Hidayat, dkk. (2014). Bahasa Indonesia. Cirebon: UMC Press.

Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. (2006). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prasetya. (1997). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

dalam menyelesaikan permasalahan agama di Madinah juga bisa dijadikan cermin untuk menyelesaikan permasalahan kerukunan umat beragama yang muncul hingga akhir-akhir

Sentral Supplier Keperluan Laundry Siap Jual juga Bahan Setengah Jadi seperti Produk: Bibit Parfum Parfum Laundry Alkohol/Metanol maupun Yang Dicampur Air ﴾Water Base

Untuk meningkatkan sikap profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas audit harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan

Grafik Pengaruh Sederhana Faktor (K) pada Ketiga Aras (P) Gambar 7 menunjukkan bahwa pengaruh sederhana (K) pada ketiga aras (P) memberikan pengaruh yang berbeda nyata

Teori Kuantitas, teori ini menyoroti masalah dalam proses inflasi dari (a) jumlah uang yang beredar, dan (b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan

Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian

Hasil kajian mendapati terdapat beberapa persamaan dan perbezaan yang ketara antara ensembel gamelan Melayu dengan ensembel gamelan Jawa dari aspek komunikasi

Dan di dalam ayat yang mulia ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa hawa nafsu mereka tidak layak untuk menjadi panutan, karena al-Qur‟an meskipun diturunkan kepada