16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Drive Test adalah suat pekerjaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dari hasil pengukuran kualitas sinyal suatu jaringan. Drive Test merupakan bagian dari proses optimasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu jaringan dan mengembangkan kapasitas jaringan.
Drive Test dalam dunia telekomunikasi adalah suatu istilah yang
digunakan karena dalam pekerjaannya pada saat berada dalam mobil yang diam lalu berjalan dan diam lagi sesuai dengan kebutuhan pengukuran tertentu.
Drive Test digunakan untuk outdoor (luar ruangan) karena dilakukan
dengan berkendara (drive) mobil sedangkan Walk Test untuk indoor (dalam ruangan) karena dilakukan dengan berjalan kaki (Walk).
3.2 Pelaksanaan Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran drive test benchmark membutuhkan beberapa tools agar dapat bekerja dengan optimal. Tools yang digunakan dalam penelitian
ini dijelaskan pada bagian berikut :
3.2.1 Tems Investigation 11
17 dapat digunakan untuk outdoor (luar ruangan) yaitu dilakukan dengan berkendara mengelilingi rute tertentu dan dapat digunakan untuk walk test yaitu untuk digunakan di dalam ruangan, dilakukan dengan berjalan kaki dimana dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Software Tems Investigation 11
3.2.2 MapInfo Profesional 11
Mapinfo Profesional merupakan sebuah software yang memiliki kemampuan menggabungakan dan menampilkan sebuah peta/lokasi dengan data yang berasal dari berbagai sumber. Software ini bertujuan untuk mempermudah perkerjaan dalam pemetaan suatu daerah dengan memasukkan berbagai elemen kedalam peta tersebut.
18 pengukuran dengan tems investigation dapat buka pada software ini dengan tujuan agar mudah dianalisis dimana dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Logo Software Tems Investigation 11
3.2.3 GPS (Global Positioning System)
GPS adalah sistem untuk menentukan letak permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit. Dalam pengukuran yang dilakukan GPS berfungsi untuk menentukan titik dimana user atau pengguna berada dimana dapat dilihat pada Gambar 3.3.
19 3.2.4 UE (User Equipment) dan kabel data
Dalam pengukuran ini menggunakan perangkat Sony Ericson K800i yang telah di instal dengan software tems di perangkatnya. Pengukuran kualitas jaringan yang akan di ukur menggunakan 2 UE yaitu untuk Operator Telkomsel dan Operator XL.
Kabel data digunakan sebagai penguhubung antara MS (Mobile Station) dalam hal ini yaitu perangkat K800i dengan Laptop. UE K800i dan kabel data dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 K800i dan Kabel Data
3.2.5 Laptop dan USB HUB
Laptop digunakan sebagai tempat bekerja. Laptop yang digunakan adalah yang telah terinstal software tems investigation dan mapinfo profesional sebagai alat untuk mengukur.
20 Gambar 3.5 Laptop dan Port USB
3.2.6 Mobil dan Inverter
Mobil dan Inverter digunakan pada saat pengukuran berlangsung. Mobil digunakan sebagai kendaraan untuk melakukan Mobility melalui rute tertentu. Inverter berfungsi sebagai sumber tegangan untuk laptop karena sumber tegangan batrai pada laptop memiliki kapasitas yang rendah sendangkan perjalanan atau rute jauh. Inverter langsung tersambung dengan aki mobil sebagi sumber tegangan dimana dapat dilihat pada Gambar 3.6.
21 3.3 Penerapan Pengambilan Data
Ada empat tahap dalam melakukan persiapan drive test, yaitu mempersipakan perangkat drive test, persiapan rute drive test, pengambilan data drive test, dan pengelolaan data.
Mulai
Persiapan perangkat drive test
Persiapan rute drive test
Pengambilan data drive test
Pengolahan data
Selesai
RSCP, Ec/No, Throughput DL
22 3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini memiliki tahapan tahapan sebagai berikut : 1. Hidupkan laptop yang telah terinstal Tems Investigation 11. 2. Pasang adaptor laptop ke inverter untuk sumber tegangan. 3. Pasang USB HUB ke laptop.
4. Sambungkan GPS dan 2 UE ke USB HUB
Dalam pungukuran ini menggunakan 2 UE yaitu UE 1 untuk Telkomsel dan UE 2 untuk XL. UE dihubungan dengan kabel data ke USB HUB.
5. Pada software tems connect all semua perangkat yaitu GPS dan kedua UE. Pastikan semua perangkat telah terpasang sempurna.
6. Cek status MS dan GPS position pada tems sudah dapat terhubung dengan rute yang telah dibuat.
7. Atur command Sequence pada menu aplikasi tems.
Pada pengukuran ini mengunakan perintah voice dengan kedua UE di lock WCDMA, dengan konfigurasi 120/10 (120s dedicate dan 10s
idle).
8. Start recording melintasi rute yang telah ditetapkan.
3.5Rute Map Pengukuran
23 Medan Petisa di Utara. Luas wilayah Medan Baru adalah 5,84 Km² dengan kepadatan penduduknya 7.434,08 jiwa/km ².
Rute map pengukuran di buat dengan tools MapInfo Profesional berdasarkan rute yang dimana dapat dilihat pada 3.8.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada bab ini akan melakukan analisa hasil yang telah dilalukan melalui pengujian penelitian dan pengambilan data menggunakan metode drive test benchmark pada area Medan Baru. Adapun paremeter yang akan dianalisa
meliputi kuat sinyal yaitu RSCP, kualitas sinyal yaitu Ec/No, dan kecepatan pengunduhan data yaitu Throughput DL pada WCDMA.
Hal ini akan memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan kualitas layanan pada operator PT. Telkomsel dan PT. XL di daerah Medan Baru. Informasi tersebut berupa persentasi atau perbandingan setiap nilai parameter pada keaadaan diam atau beraktifitas dan juga mengetahui lokasi yang mempengaruhi posisi atau letak terbaik untuk menikmati layanan dari setiap operator teekomunikasi yang ada di daerah Medan Baru.
4.2Hasil Pengukuran Drive Test benchmark
25 4.2.1 CPICH RSCP (Common Pilot Channel Received Signal Code Power)
CPICH RSCP merupakan besar daya atau kuat pancar sinyal yang diterima UE oleh node B. Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil dari RSCP operator PT. Telkomsel dan PT. XL pada daerah Medan Baru.
Gambar 4.1 Hasil Plot Operator PT. Telkomsel Berdasarkan RSCP
26 Tabel 4.1 Nilai KPI RSCP Operator PT. Telkomsel
27 Gambar 4.2 Hasil Plot Operator PT. XL Berdasarkan RSCP
28 Tabel 4.2 Nilai KPI RSCP Operator PT. XL
Indikator berada dikategori bagus (-75 s/d -65 dBm) mencapai 31,19% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna biru muda, kategori kurang bagus (-95 s/d -80 dBm) mencapai 19,12% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna kuning, kategori cukup bagus (-80 s/d -75 dBm) mencapai 15,48% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna hijau, kategori sangat bagus (-65 s/d 0 dBm) mencapai 15,03% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna biru tua, kategori jelek (-105 s/d-95 dBm) mencapai 0,03% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna orange dan kategori sangat jelek (-120 s/d -105 dBm) 0,00% dari total nilai RSCP yang diperoleh dan ditandai warna merah.
4.2.2 CPICH Ec/No(Common Pilot Channel Energy carrier per Noice)
29 Gambar 4.3 Hasil Plot Operator PT. Telkomsel Berdasarkan Ec/No
Berdasarkan data hasil plot Operator PT. Telkomsel level Ec/No dapat dikelompokkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Nilai KPI Ec/No Operator PT. Telkomsel Indikator
Warna
Nilai CPICH Ec/No (dBm)
Nilai KPI (%)
-15 s/d -12 28,63
-12 s/d -9 27,61
-6 s/d 0 21,44
-9 s/d -6 18,61
-18 s/d -15 3,31
30 Adapun penjelasan Tabel 4.3 untuk range level Ec/No yang dominan berada dikategori kurang bagus (-15 s/d -12 dBm) mencapai 28,63% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna kuning, kategori cukup bagus (-12 s/d -9 dBm) mencapai 27,61% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna hijau, kategori sangat bagus (-6 s/d 0 dBm) mencapai 21,44% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna biru tua, kategori bagus (-9 s/d -6 dBm) mencapai 18,61% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna biru muda, kategori jelek (-18 s/d -15 dBm) 3,31% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna orange dan kategori sangat jelek (-25 s/d -18 dBm) mencapai 0,36% dari total nilai Ec/No yang diperoleh dan ditandai warna merah.
31 Berdasarkan data hasil plot Operator PT. XL level Ec/No dapat dikelompokkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai KPI Ec/No Operator PT. XL Indikator
32 4.2.3 Throughput DL
Throughput DL merupakan kecepatan pengunduhan data yang diterima UE oleh node B. Gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan hasil dari RSCP operator PT. Telkomsel dan PT. XL pada daerah Medan Baru.
34 Gambar 4.6 Hasil Plot Operator PT. XL Berdasarkan Throughput DL
Berdasarkan data hasil plot Operator PT. XL level Throughput DL dapat dikelompokkan pada Tabel 4.6.
35 warna hijau, kategori sangat jelek (1 s/d 64 kbps) mencapai 2,06% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna merah, dan kategori jelek (64
s/d 128 kbps) 0,74% dari total nilai Throughput DL yang diperoleh dan ditandai warna orange.
4.3Perbandingan Kualitas Kuat Sinyal
Target nilai KPI untuk paremter CPICH RSCP dapat dilihat pada tabel 4.7. Target KPI tersebut didapat dari hasil kesepakantan antar operator telekomunikasi dengan presentasi nilai acceptance ≥ 95 %.
Tabel 4.7 Tabel nilai Acceptance KPI CPICH RSCP
Type layanan Parameter Metode Pengukuran Target KPI
Coverage CPICH RSCP Drive Test ≥ 95 dBm
36 Gambar 4.7 Grafik KPI RSCP Operator PT. Telkomsel dan PT. XL
Sehingga didapat hanya operator PT. Telkomsel telah memenuhi target nilai KPI acceptance parameter RSCP karena nilai presentase RSCP operator PT. Telkomsel ≥ 95 %.
4.4Perbandingan Kualitas Sinyal
Nilai acceptance CPICH Ec/No yang telah ditetapkan oleh operator telekomunikasi dapat dilihat pada Tabel 4.8 dengan nilai acceptance ≥ 95 %.
Tabel 4.8 Tabel Acceptance KPI CPICH Ec/No
Type layanan Parameter Metode Pengukuran Target KPI
Quality CPICH Ec/No Drive Test ≥ 12 dBm
Dari data hasil pengukuran drive test pada derah Medan Baru dapat disimpulkan untuk operator PT. Telkomsel yang dapat memenuhi target KPI ≥ 12 dBm adalah sebesar 99,96%. Untuk operator PT. XL yang dapat memenuhi target KPI adalah sebesar 99,98%. Gambar 4.8 merupakan Grafik presentase KPI acceptance untuk operator PT. Telkomsel dan PT. XL daerah Medan baru.
37 Gambar 4.8 Grafik KPI Ec/No Operator PT. Telkomsel dan PT. XL
Sehingga didapat untuk operator PT. Telkomsel dan PT. XL berdasarkan data hasil pengukuran Ec/No di daerah Medan Baru belum memenuhi target nilai KPI ≥ 12 dBm dengan nilai acceptance ≥ 95 %.
4.5Perbandingan Kecepatan Pengunduhan Data
Target nilai KPI untuk paremter Throughput DL dapat dilihat pada Tabel 4.9 Target KPI tersebut didapat dari hasil kesepakantan antar operator telekomunikasi dengan presentasi nilai acceptance ≥ 95 %.
Tabel 4.9 Tabel nilai Acceptance KPI Throughupt DL
Type layanan Parameter Metode Pengukuran Target KPI
38 presentase KPI acceptance untuk operator PT. Telkomsel dan PT. XL daerah Medan baru.
Gambar 4.9 Grafik KPI Throughput DL Operator PT. Telkomsel dan PT. XL
4.6 Analisis Pengukuran
Pada hasil pengukuran yang telah di lakukan pada daerah Medan Baru memiliki beberapa daerah dengan level CPICH RSCP, CPICH Ec/No dan Throughput DL pada kategori jelek yang disebut dengan istilah bad spot. Berikut
ini merupakan analisis daerah bad spot berdasarkan hasil pengukuran menggunakan software tems investigation dan mapinfo profesional.
4.6.1 Bad Spot CPICH RSCP
Bad Spot CPICH RSCP dimana area yang memiliki nilai dibawah -80 dBm termasuk dalam kategori “low covarege”.
Gambar 4.10 dan 4.11 menunjukkan hasil dari RSCP Legend dan Keseluruhan Bad Spot operator PT. Telkomsel pada daerah Medan Baru.
39 Gambar 4.10 Legend RSCP Operator PT. Telkomsel
Gambar 4.11 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot RSCP Operator PT. Telkomsel menggunakan software mapinfo
1. Bad Spot 1 CPICH RSCP Operator PT. Telkomsel
40 Gambar 4.12 Bad Spot 1 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Perpustakaan USU. Jarak antara node B dengan UE sekitar 410 meter dan 290 meter. Pada keadaan ini level RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -105 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena yaitu gedung Pusat Bahasa USU.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan antena sampai pada lokasi UE.
41 Gambar 4.13 Legend RSCP Operator PT. XL
Gambar 4.14 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot RSCP Operator PT. XL menggunakan software mapinfo
2. Bad Spot 1 CPICH RSCP Operator PT. XL
42 Gambar 4.15 Bad Spot 1 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Sei Sipirok. Jarak antara node B dengan UE sekitar 490 meter dan 340 meter. Pada keadaan ini level RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -96.84 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan antena sampai pada lokasi UE.
3. Bad Spot 2 CPICH RSCP Operator PT. XL
43 Gambar 4.16 Bad Spot 2 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi badspot tersebut sangat jauh dari
posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Dr. Mansyur. Jarak antara node B dengan UE sekitar 610 meter dan 310 meter. Pada keadaan ini level RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -85.67 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena yaitu gedung Fakultas Kedokteran USU dan Rumah Sakit USU. Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan antena sampai pada lokasi UE.
4. Bad Spot 3 CPICH RSCP Operator PT. XL
44 Gambar 4.17 Bad Spot 3 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi badspot tersebut sangat jauh dari
posisi UE dengan tinggi antena 30 meter dan terletak di jalan Jamin Ginting. Jarak antara node B dengan UE sekitar 650 meter dan 450 meter. Pada keadaan ini level RSCP yang diterima UE lebih buruk yaitu -81.64 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena.
Penambahan site menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas RSCP pada lokasi tersebut agar jarak lokasi UE lebih dekat. Akan tetapi sudut antena harus diubah mengarah ke lokasi bad spot agar kuat pancar yang diberikan antena sampai pada lokasi UE.
4.6.2 Bad Spot CPICH Ec/No
Bad Spot CPICH Ec/No dimana area yang memiliki nilai dibawah -9 dBm
45 Gambar 4.18 dan 4.19 menunjukkan hasil dari Ec/No Legend dan Keseluruhan Bad Spot operator PT. Telkomsel pada daerah Medan Baru.
Gambar 4.18 Legend Ec/No Operator PT. Telkomsel
Gambar 4.19 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot Ec/No Operator PT. Telkomsel menggunakan software mapinfo
1. Bad Spot 1 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
46 Gambar 4.20 Bad Spot 1 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.20 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Universitas. Jarak antara node B dengan UE sekitar 300 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -15.42 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
47 2. Bad Spot 2 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.21
Gambar 4.21 Bad Spot 2 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems Pada Gambar 4.21 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Berdikari. Jarak antara node B dengan UE sekitar 210 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -15.93 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
48 3. Bad Spot 3 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22 Bad Spot 3 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems Pada Gambar 4.22 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi badspot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Harmonika. Jarak antara node B dengan UE sekitar 820 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -16.42 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
49 4. Bad Spot 4 CPICH Ec/No Operator PT. Telkomsel
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. Telkomsel dapat dilihat pada Gambar 4.23.
Gambar 4.23 Bad Spot 4 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems Pada Gambar 4.23 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Harmonika. Jarak antara node B dengan UE sekitar 690 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -14.44 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
50 Gambar 4.24 dan 4.25 menunjukkan hasil dari Ec/No Legend dan Keseluruhan Bad Spot operator PT. XL pada daerah Medan Baru.
Gambar 4.24 Legend Ec/No Operator PT. XL
51 5. Bad Spot 1 CPICH Ec/No Operator PT. XL
Untuk melihat posisi site neighbor pada titik bad spot operator PT. XL dapat dilihat pada Gambar 4.26.
Gambar 4.26 Bad Spot 1 Operator PT. XL menggunakan software Tems Pada Gambar 4.26 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Sei Belutu. Jarak antara node B dengan UE sekitar 650 meter dan 450 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -18.05 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
6. Bad Spot 2 CPICH Ec/No Operator PT. XL
52 Gambar 4.27 Bad Spot 2 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.27 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Sipirok. Jarak antara node B dengan UE sekitar 350 meter dan 450 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -19.34 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
7. Bad Spot 3 CPICH Ec/No Operator PT. XL
53 Gambar 4.28 Bad Spot 3 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.28 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Kapten Pattimura. Jarak antara node B dengan UE sekitar 790 meter dan 570 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -19.34 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
8. Bad Spot 4 CPICH Ec/No Operator PT. XL
54 Gambar 4.29 Bad Spot 4 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.29 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Sei Belutu. Jarak antara node B dengan UE sekitar 600 meter dan 420 meter. Pada keadaan ini level Ec/No yang diterima UE lebih buruk yaitu -18.37 dBm. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. XL dapat
mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
4.6.3 Bad Spot Throughput DL
Bad Spot Throughput DL dimana area yang memiliki nilai dibawah 384
kbps termasuk dalam kategori “low covarege”.
55 Gambar 4.30 Legend Throughput DL Operator PT. Telkomsel
Gambar 4.31 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot Throughput DL Operator PT. Telkomsel menggunakan software mapinfo
1. Bad Spot 1 Throughput DL Operator PT. Telkomsel
56 Gambar 4.32 Bad Spot 1 Operator PT. Telkomsel menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.32 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Sei Padang. Jarak antara node B dengan UE sekitar 180 meter. Pada keadaan ini level Throughput DL yang diterima UE lebih buruk yaitu 337.10 kbps. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel
dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
57 Gambar 4.33 Legend Throughput DL Operator PT. XL
Gambar 4.34 Hasil Plot Keseluruhan Bad Spot Throughput DL Operator PT. XL menggunakan software mapinfo
2. Bad Spot 1 Throughput DL Operator PT. XL
58 Gambar 4.35 Bad Spot 1 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.35 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Sembada. Jarak antara node B dengan UE sekitar 180 meter. Pada keadaan ini level Throughput DL yang diterima UE lebih buruk yaitu 35.61 kbps. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel
dapat mensetting ulang sudut antena node B ke arah yang lebih tepat ke UE atau menambah site baru agar daerah coverange nya lebih maksimal.
3. Bad Spot 2 Throughput DL Operator PT. XL
59 Gambar 4.36 Bad Spot 2 Operator PT. XL menggunakan software Tems
Pada Gambar 4.36 Site neighbor (site tetangga) untuk lokasi bad spot tersebut sangat jauh dari posisi UE dengan tinggi antena 29 meter dan terletak di jalan Pasar 4. Jarak antara node B dengan UE sekitar 600 meter. Pada keadaan ini level Throughput DL yang diterima UE lebih buruk yaitu 239.79 kbps. Hal tersebut terjadi karena jarak antar node B dan UE yang semakin jauh dan ada obstacle yang menghalangi daya pacar antena. Sehingga operator PT. Telkomsel
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Kuat sinyal yaitu RSCP di area Medan Baru untuk operator PT. Telkomsel sebesar 99,98% dan untuk operator PT. XL sebesar 80,85%.
2. Kualitas sinyal yaitu Ec/No di area Medan Baru untuk Operator PT. Telkomsel sebesar 99,96% dan untuk operator PT. XL sebesar 99,98%. 3. Kecepatan pengunduhan data yaitu Throughput DL di area Medan baru
untuk operator PT. Telkomsel sebesar 99,97% dan untuk operator PT. XL sebesar 99,99%.
4. Melihat dari hasil Drive Test, operator PT. Telkomsel lebih baik dibandingkan operator PT. XL. Hal ini disebabkan di beberapa titik operator PT. Telkomsel lebih dominan, jumlah site, penempatan site yang tepat dan minimnya obstacle.
5.2 Saran
61 2. Pengujian dapat dilakukan dengan area cakupan lebih luas.