• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PJKR 1204358 Chapter 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PJKR 1204358 Chapter 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai

sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Muhson, 2010, hlm. 1).

Dengan kata lain pendidikan adalah bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003,

disebutkan bahwa

Pendidikan adalah Usaha sadar dan berencana untuk mewujudakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002,

hlm. 263) bahwa “Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik”

Redja Mudyaharjo (dalam Rasyidin dkk., 2012, hlm. 29) mengungkapkan

bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah malalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

Dari beberapa pendapat tersebut jelas bahwa pendidikan adalah suatu proses

pembelajaran yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang dilakukan dimana

saja untuk mengembangkan aspek-aspek dalam diri seseorang. Pendidikan pada

hakekatnya memberikan pengaruh dalam mengembangkan kepribadian jasmani

dan rohani individu agar mencapai puncak yang lebih tinggi dan menjadi manusia

(2)

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari integral sistem pendidikan

nasional, dimana pendidikan jasmani merupakan sebuah aktifitas pembelajaran

yang memanfaatkan olahraga dan permainan untuk mencapai sebuah tujuan

pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Juliantine (2012, hlm. 6) bahwa

“pendidikan jasmani merupakan alat pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik

dan olahraga sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan”. Hal

tersebut sependapat juga dengan Subroto (2012, hlm. 76) mengatakan bahwa

“pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk mencapai tujuan

pendidikan sekaligus untuk meraih tujuan yang bersifat internal ke dalam aktifitas

fisik itu sendiri”.

Dipertegas juga oleh Pangrazi (dalam Avip, 2003, hlm. 221) menyatakan

bahwa „pendidikan jasmani adalah tahapan dari program pendidikan umum yang

memberikan konstribusi pada keseluruhan pertumbuhan dan perkembangan pada

anak, terutama melalui pengalaman gerakan‟. Dari pendapat para ahli di atas, jelas

kiranya bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan nasional,

yang memanfaatkan aktivitas fisik melalui permainan dan olahraga untuk

mencapai tujuan pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

Ruang lingkup pendidikan jasmani yang terdapat dalam standar isi meliputi

permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas

ritmik, aktivitas air dan pendidikan luar sekolah. Permainan olahraga meliputi :

olahraga tradisional, permainan, keterampilan lokomotor-nonlokomotor, dan

manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, sepak takraw, bola voli,

tenis meja, tenis, bulutungkis, beladiri, serta aktivitas lainnya (Depdiknas, 2006,

hlm. 703).

Bulutangkis sebagai salah satu materi permainan bola kecil dalam

pembelajaran pendidikan jasmani, dalam pembelajarannya mengacu pada muatan

tujuan pendidikan diantaranya untuk mengembangkan keterampilan pengolahan

diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola

hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

Permainan bulutangkis pada hakekatnya adalah permainan yang saling

(3)

yang dimainkan pada lapangan tertutup dan terbuka dengan lapangan berupa dan

lapangan permainan berupa lapangan yang datar terbuat dari beton, kayu atau

karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan dan dibatasi oleh net pada

tengah lapangan permainan (Subarjah, 2007, hlm. 1)

Ballou (dalam Subarjah, 2010, hlm. 325) mengatakan „Bulutangkis

merupakan permainan yang banyak menggunakan kemampuan fisik dengan

gerakan yang cepat dan pukulan keras yang dilakukan dalam waktu beberapa

detik diantara reli-reli panjang‟. Keterampilan dasar yang diperlukan dalam

bulutangkis diantaranya adalah cara memegang raket, sikap berdiri, gerakan kaki,

dan memukul satelkok (Subarjah dan Hidayat, 2007, hlm. 35). Dalam kaitannya

dengan keterampilan dasar memukul satelkok, seseorang sudah dapat bermain

bulutangkis apabila dapat melakukan beberapa keterampilan dasar teknik

memukul satelkok, yang terdiri atas servis, lob, drive, netting, dropshot, dan

smash dalam Subarjah (2010, hlm. 325). Keempat jenis keterampilan dasar teknik

memukul satelkok tersebut dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand.

Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran bulutangkis di

sekolah-sekolah, pemebelajaran bulutangkis biasanya disampaikan melalui

metode ceramah dan demonstrasi saja, dimana guru sebagai sumber informasi dan

memperagakan semua gerakan sehingga siswa menerima informasi tanpa ada

peran aktif (teacher centered). Sedangkan dalam pemberian materi tersebut tidak

semua guru memiliki kemampuan disemua cabang olahraga walaupun tidak

menutup kemungkinan menguasai materinya tetapi tidak sempurna dalam

memberikan contoh gerakan dalam cabang olahraga tertentu yang mengakibatkan

adanya kesenjangan antara penyampaian informasi teori dengan gerakan yang

juga mempengaruhi hasil belajar siswa nantinya. Pembelajaran konvensional

tersebut merupakan model pembelajaran yang mengutamakan keterampilan

teknis, yang mengakibatkan proses pembelajran kurang menarik sehingga

membuat siswa menjadi mudah bosan, dan kurang memperhatikan guru saat

memberikan materi pembelajaran, hal tersebut terlihat dari antusias siswa yang

kurang selama proses pembelajaran berlangsung. Akibatnya siswa tidak

(4)

Pembelajaran seperti itu mengakibatkan hasil belajar siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran tidak tercapai.

Menurut Romiszowski (dalam Firmansyah, 2010, hlm. 2) mengatakan

bahwa „hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tentang bidang yang dipelajari‟. Sedangkan menurut Gagne dan Brigss (dalam

Firmansyah, 2010 hlm. 2) mengemukakan bahwa „hasil belajar adalah gambaran

kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat

di klasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu : keterampilan intelektual, strategi

kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap‟. Maka hasil belajar

keterampilan bermain bulutangkis adalah gambaran kemampuan bermain

bulutangkis siswa yang diperoleh melalui proses pengukuran sesuai dengan jenis

keterampilan yang dipelajarinya.

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu

metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar. Media

merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut

Juliantine (2012, hlm. 97) bahwa “media adalah segala sesuatu yang memuat

pesan atau bahan ajar untuk ditransmisikan melalui suatu alat tertentu”. Dalam

proses pembelajaran guru harus kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan media

pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan media audio visual selama

proses belajar mengajar berlangsung.

Media audio visual merupakan salah satu alternatif untuk membantu siswa

dalam mempermudah memahami materi yang dipelajari, penggunaan media audio

visual sangat diperlukan dalam upaya memperjelas dan memperluas pengertian

kepada siswa. Diharapkan media audio visual dapat menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran. Hal ini dirasakan

penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Sehingga masalah

pembelajaran yang dialami siswa dapat teratasi dengan meningkatnya hasil belajar

dan menghidupkan suasana pembelajaran lebih menarik.

Siswa mungkin sudah memahami suatu permasalahan melalui pelajaran

yang disampaikan oleh guru, pemahaman itu akan lebih baik jika diperkaya

dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media.

(5)

gerak yang ada dalam media audio visual yaitu keterampilan bermain pada

pembelajaran bulutangkis, setelah itu siswa mengaplikasikannya dalam suatu

proses pembelajaran yang berupa latihan. Hal tersebut akan membuat siswa lebih

mudah memahami dan mendalami materi yang berdampak kepada hasil belajar

yang akan dicapai siswa. Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada

“pengaruh penggunaan media audio visual terhadap hasil belajar keterampilan

bermain bulutangkis”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka penulis

mengidentifikasi masalah yang ada, antara lain :

1. Kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan bermain bulutangkis

2. Kurangnya kreatifitas guru dalam memanfaatkan media untuk membantu

proses kegiatan belajar permainan bulutangkis.

3. Kurangnya motivasi siswa, untu menguasai keterampilan dalam permainan

bulutangkis

C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah serta memahami ruang lingkup permasalahan dalam

penelitian ini, maka penulis membatasi masalah berdasarkan identifikasi masalah

di atas, maka permasalahan ini dibatasi hanya pada “penggunaan media audio

visualterhadap hasil belajar keterampilan bermain bulutangkis”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang maka

rumusan masalah yang diidentifikasi adalah “Apakah penggunaan media audio

visual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan

bermain bulutangkis?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk menguji adanya pengaruh penggunaan Media Audio visual Terhadap Hasil

(6)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan

pengalaman baru dalam pembelajaran bulutangkis sehingga siswa

termotivasi untuk belajar.

2. Bagi guru

Memberikan wawasan baru dan masukan bagi guru tentang media

audiovisual pada pembelajaran bulutangkis yang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih

baik.

3. Bagi peneliti

Sebagai bahan acuan untuk penggunaan media audiovisual pada topik

yang lain dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan tambahan

pengalaman dalam membantu peneliti dalam merancang suatu

pendidikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Pada bab ini membahas teori-teori yang digunakan pada bahan analisi masalah. Teori diambil dari berbagai literatur yang

berkaitan dengan pembahasan masalah yang diteliti, serta pengambilan hipotesis

didasarkan pada rumusan masalah yang diajukan penelitian.

BAB III Metode Penilitian. Pada bab ini membahas tentang cara yang akan digunakan peniliti dalam mendukung pengolahan data yang didapat setelah

melakukan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini membahas hasil dari pengolahan data, yang hasilnya digunakan sebagai jawaban pada

(7)

BAB V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini membahas kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, Implikasi membahas tentang dampak langsung

setelah dilakukannya penelitian, dan Rekomendasi yang membangun sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Acara Evaluasi Penawaran Nomor : 11/PKPS-PN.WKB/VII/2014, tanggal 23 Juli 2014, maka Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Pekerjaan Pengawasan Lanjutan

yang menyatakan ada hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada

yang penuh untuk karir politik, sehingga memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding laki– laki. Hal ini merupakan salah satu faktor

Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antar variabel akan dilakukan dengan cara memetakan semua variabel operasional dari penilaian prestasi kerja dan analisa jabatan serta

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga menurut

Mencapai tujuan pembelajaran tidak akan mudah, termasuk dalam pembelajaran sejarah sehingga untuk membuat para siswa bisa semangat belajar dan memahami

Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung tidak menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali

Apakah saudara-saudara mengaku bahwa berdasarkan kasih Allah yang tidak berhingga, sudahlah Ia mengaruniakan kita anak-Nya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus yang dengan