• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kota Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kota Medan Chapter III VI"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu produk, permasalahan implementasi kebijakan publik di masyarakat, dan sebagainya. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang efektivitas kebijakan jamkesmas di kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Medan, khususnya pada Dinas Kesehatan, PT. Askes, Rumah sakit Pirngadi Medan (PPK jamkesmas) dan wilayah kerja puskesmas di Kota Medan. Penelitian dimulai dari bulan Maret 2012 sampai dengan Mei 2012.

3.3. Pemilihan Informan Penelitian

Peneliti sebelum ke lapangan terlebih dahulu telah memilih informan dalam penelitian ini adalah:

(2)

2. Badan Pelaksana :

a. Dinas Kesehatan Kota Medan sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan

b. PT. Askes (Persero) : Kepala Seksi Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan Sebagai responden untuk triangulasi (Cross check) yaitu:

3. PPK :

a. Tim Pengendali Askes Bagian Jamkesmas dan verifikator independen Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

b. Kepala Puskesmas Amplas dan Kota Matsum 4. Peserta Jamkesmas

a. Wilayah kerja Puskesmas Belawan b. Wilayah kerja Puskesmas Amplas c. Wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum

Dalam rangka meningkatkan validitas data dilakukan triangulasi terhadap Pemberi Pelayanan Kesehatan (1 Rumah Sakit dan 3 Puskesmas) dan masyarakat miskin di wilayah kerja puskesmas. Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing wilayah kerja puskesmas, menurut Prasetyo (2005) digunakan rumus:

Populasi Masyarakat miskin

Sampel = x 100

Total Populasi Miskin

(3)

Peserta Jamkesmas wilayah kerja puskesmas

1. Puskesmas Belawan (42, 698 jiwa gakin) = 71 reponden 2. Puskesmas Amplas (14,735 jiwa gakin) = 24 reponden 3. Puskesmas Kota Matsum (2, 622 jiwa gakin) = 5 reponden

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam (indeph interview) lokasi, pemilihan informan berdasarkan key informan, melakukan wawancara mendalam (indeph interview) tentang topik penelitian berdasarkan pedoman wawancara dan kuesioner yang telah disusun peneliti. Alat yang digunakan pada saat wawancara adalah tape recorder.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber untuk melengkapi data primer yang meliputi data profil Dinas Kesehatan, buku dan jurnal yang berkaitan dengan jaminan kesehatan masyarakat miskin (jamkesmas) serta buku yang berisi tulisan tentang efektivitas jamkesmas serta data-data kependudukan tentang Medan.

3.5. Definisi Operasional

(4)

3. Manajemen administrasi dan keuangan, yaitu jumlah dana, mekanisme pembayaran dan prosedur klaim, laporan keuangan, peran pemerintah daerah dan monitoring evaluasi, tidak dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan dana menggunakan pendekatan audit, mencakup: 4. Aspek Kepesertaan : jumlah keluarga miskin, kriteria keluarga miskin,

mekanisme pendataan dan penentuan gakin, sosialisasi program dan kepesertaam serta ketetapan sasaran.

b. Evaluasi hasil program

2. Manajemen Pelayanan, terdiri dari konsumen internal (PPK) dan konsumen eksternal (peserta jamkesmas/ pasien) yang mencakup:

a. Konsumen Internal (PPK), yaitu rumah sakit dan puskesmas mencakup antara lain proses negoisasi dan kontrak kerja PPK, paket pelayanan, pemilihan dan penentuan PPK, utilisasi pelayanan (pemanfaatan pelayanan), ketersediaan SDM, kepuasan konsumen

b. Konsumen Eksternal, yaitu peserta (pasien) jamkesmas mencakup kepuasaan konsumen

3.6. Metode Analisis Data

(5)
(6)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Kota Medan

4.1.1. Letak dan Geografis

Kota Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan. Terletak di Pantai Timur Sumatera dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

2. Sebelah Selatan, Barat, dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 Km² terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Kota Medan memiliki geografis yang unik, ramping ditengah dan membesar disisi uatara dan sisi selatan. Bagian utara merupakan kawasan industri dan pelabuhan serta pemukiman, yang dihubungkan ke bagian selatan oleh bagian tengah yang ramping. Bagian selatan merupakan pusat kegiatan perkotaan. Kota terus tumbuh menyebar secara alami, akibatnya banyak muncul daerah perkotaan pinggiran Kota Medan.

(7)

terpadat penduduknya adalah kecamatan Medan Perjuangan yaitu 22.819 jiwa/Km² (Luas Wilayah 4,09 Km²). Sedangkan kecamatan Medan Labuhan merupakan daerah yang renggang penduduknya yaitu 3.032 jiwa/Km² (luas wilayah 36,67Km²).

4.1.2. Pembiayaan Kesehatan

Proporsi anggaran kesehatan untuk Kota Medan tahun 2010 bersumber dari APBD Kota Medan sebesar 5,54%. Anggaran biaya kesehatan bersumber dari APBN propinsi 0,21% sedangkan anggaran biaya kesehatan bersumber dari APBN sebesar 6,99%. Anggaran kesehatan bersumber dari pinjaman/ hibahluar negeri (PHLN) tidak ada (0%). Persentase APBD kesehatan terhadap APBD Kota Medan hanya 5,54%.

4.2. Penduduk Medan yang Menggunakan Sarana Kesehatan

(8)

4.3. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jumlah penduduk Kota Medan sebesar 2.097.610 orang, sedangkan jumlah penduduk yang ikut dalam kepesertaan jaminan kesehatan pra bayar yaitu ASKES sebanyak 152.628 orang dan jamkesmas 417.156 orang. Artinya hanya 27,16% penduduk Kota Medan yang ikut dalam jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011).

4.3.1. Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin (Gakin)

Jumlah penduduk miskin di Kota Medan sebanyak 417.156 penduduk miskin (19,89%). Penduduk miskin yang mendapat pelayanan kesehatan rawat jalan sebanyak 32.526 (7,80%). Menurut standar pelayanan minimal target pencapaian jamkesmas Kota Medan 75%, dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011).

Tabel 4.1. Jumlah Cakupan Jaminan Kesehatan Masyarakat

No Kecamatan Puskesmas Jumlah Keluarga

Miskin

1. Medan Tuntungan - Tuntungan

(9)

7. Medan Maimun - Kampung Baru 11.295

16. Medan Perjuangan - Sentosa Baru 21.904

17. Medan Tembung - Mandala

Jumlah 425.539

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2011

4.4. Gambaran Hasil Studi Telaah Aspek Makro Jamkesmas di Kota Medan Hasil telaah aspek makro dalam sub bab ini sesuai dengan topik-topik area studi, yaitu aspek kepesertaan, aspek manajemen pelayanan dan aspek administrasi dan keuangan. Sebagai sumber informasi adalah para informan di tingkat Pusat yaitu Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Daerah Kota Medan, Dinas Kesehatan Kota Medan, PT. Askes dan dokumen-dokumen terkait, termasuk data-data serta berbagai surat keputusan.

(10)

4.5. Aspek Kepesertaan

Peserta Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang yang tidak mampu dan peserta lainnya yaitu gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas, yang iurannya dibayari oleh Pemerintah sejumlah 76,4 juta jiwa dan untuk penduduk miskin Kota Medan sejumlah 417.156 jiwa. Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi :

a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan Walikota mengacu pada:

1. Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap dengan nama dan alamat yang jelas (by name by address).

2. Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk Kota Medan yang ditetapkan sendiri oleh kota lengkap dengan nama dan alamat (by name by address) yang jelas.

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas.

(11)

diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009.

Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak termasuk dalam kuota keputusan Walikota maka jaminan kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda) dengan Jaminan Pelayanan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS).

Bila terjadi kehilangan kartu Jamkesmas, peserta melapor kepada PT. Askes (Persero) untuk selanjutnya dilakukan pengecekan database kepesertaannya dan PT. Askes (Persero) berkewajiban menerbitkan surat keterangan yang bersangkutan sebagai peserta. Bagi peserta yang telah meninggal dunia maka haknya hilang dengan pertimbangan akan digantikan oleh bayi yang lahir dari pasangan peserta Jamkesmas sehingga hak peserta yang meninggal tidak dapat dialihkan kepada orang lain, dan penyalahgunaan terhadap hak kepesertaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam menetapkan sasaran masyarakat miskin, Pemerintah Kota Medan melalui Kepala bagian kesejahteraan rakyat menyatakan bahwa menggunakan kriteria dari BPS dan BKKBN.

Menurut hasil wawancara informan dari PT. Askes Cabang Medan, penentuan keluarga miskin menggunakan kriteria dari BPS dimana pendataan dilakukan oleh pemerintah kota kemudian disahkan oleh walikota dan PT. Askes menerbitkan kartu peserta jamkesmas berdasarkan kuota yang sudah ada.

(12)

Medan, data untuk penerbitan kartu peserta jamkesmas berdasarkan data BPS tahun 2008 untuk pencetakan kartu oleh PT. Askes tahun 2011. Dapat dilihat pada matriks hasil wawancara berikut ini:

Tabel 4.2. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan dalam Penentuan Kriteria Keluarga Miskin

No. Hasil Wawancara dengan Informan

1. Ka. Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintahan Kota Medan

“Untuk menetapan kriteria masyarakat miskin untuk penetapan peserta jamkesmas pemerintah kota menggunakan kriteria dari BPS dan BKKBN”. 2. Ka. Seksi Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan PT. Askes (Persero)

“Kuota yang telah disahkan oleh bupati atau walikota, kemudian kami yang mencetak kartu peserta jamkesmas, Untuk kriterian keluarga miskin kami tidak terlibat di dalammya jadi hanya sampai penerbitan kartu kepesertaannya saja”

3. Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Medan

“Secara teknis, pendataan jamkesmas dilakukan oleh BPS, data BPS itu di SK kan oleh Walikota yang dikirim ke pusat, jadi secara teknis sekali, saya sebagai tim teknis belum pernah secara langsung terlibat untuk itu, dari BPS turun ke Walikota, dan inilah penduduk miskin di wilayah kita, itulah yang diusulkan, tetapi kalau saya tidak salah data yang dibuat oleh BPS itu seharusnya dishare dulu dengan dinas kesehatan, baru bersama-sama karena kependudukan menyangkut peran dari badan pusat statistik dan karena itu menyangkut kesehatan seharusnya bersama-sama melangkah menetapkan ini penduduk miskin kita, jadi saya belum tahu pernah ada ikut berperan dalam penetapan keluarga miskin seperti itu”.

Pada penetapan kriteria keluarga miskin sebaiknya adanya kerjasama lintas sektor yaitu pemerintah Kota, BPS, Dinas Kesehatan dan perangkat daerah dalam mendata keluarga miskin.

(13)

Puskesmas Medan Amplas. Namun begitu, bagi masyarakat miskin yang berobat tidak memiliki kartu jamkesmas masih tetap dilayani, selama ada surat keterangan yang sah melalui program JPKMS.

Dari PT. Askes menyatakan bahwa adanya nama yang double data yang diperoleh dari PT. Askes berdasarkan data yang telah disahkan oleh pemerintah daerah dan PT. Askes tidak mempunyai kewenangan dalam menarik data tersebut.

Hal yang sama juga dinyatakan dari hasil wawancara informan kepala bidang kesejahteraan rakyat Bapak X dari Pemerintah Kota Medan menyatakan bahwasannya, data penduduk miskin dari BPS diberikan ke pemerintah daerah untuk diverifikasi dan didistribusikan melalui camat, lurah dan kepala lingkungan dan diteruskan kepada masyarakat miskin. Dapat dilihat pada matriks wawancara berikut ini:

Tabel 4.3. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan tentang Ketepatan Sasaran Jamkesmas

No. Hasil Wawancara dengan Informan

1. Ka. Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintahan Kota Medan

“Pemerintah kota mendapatkan data penduduk miskin dari BPS, kemudian diverivikasi dan didistribusikan melalui camat, lurah dan kepala lingkungan untuk didistribusikan, dan untuk pengelolaan jamkesmas diserahkan kepada dinas kesehatan kota”.

2. Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Medan

(14)

Kabupaten/Kota setempat, jadi Kabupaten/Kota setempat yang harus memikirkan bentuk dan anggaran yang diperuntukkan untuk penjaminan kesehatan itu melalui APBD daerah, hanya kita di kota Medan dibuat melalui program ‘Medan Sehat’, jadi ‘Medan Sehat’ itu merupakan pendamping, jadi semua jamkesda itu merupakan pendamping dari program Jamkesmas yang dikelola oleh daerah”.

3. Ka. Seksi Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan PT. Askes (Persero) “Jadi jika terjadi data double, hanya boleh satu yang digunakan peserta,

karena database itu sudah disahkan oleh pemda, dan sudah dicatat oleh kementerian, kami tidak punya hak untuk mencabut data tersebut, tidak bisa kami putuskan si A itu lah yang benar, dan itu tidak bisa digantikan oleh yang lain. karena memang datanya juga rumit dan kami hanya memiliki sedikit waktu untuk menyiapkan penerbitan kartu jamkesmas. Itu yang mau coba dibenahi oleh pemerintah, makanya diadakan e-ktp, kalau e-ktp sudah selesai, berarti itu mungkin bisa kita cek, walaupun masih panjang lagi”.

4. Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan Banyak kami jumpai pasien yang berobat ke RSU Pirngadi dengan membawa kartu jamkesmas orang lain, dimana kami periksa kartu keluarga tidak sesuai dengan nama yang ada di kartu jamkesmas dan ada juga pasien yang membawa dua kartu jamkesmas dan JPKMS, sehingga kami sulit untuk memproses administrasi pelayanan pasien tersebut tetapi tetap kami berikan pelayanan kesehatan di rumah sakit ini, dan juga ada pasien yang bawa kartu palsu hasil scanning”.

5. Ka. Puskesmas Amplas dan Kota Matsum

“Hendaknya peserta jamkesmas harus tepat sasaran, dimana masyarakat yang membutuhkan mendapatkannya karena di wilayah kerja Puskesmas Amplas sendiri ada keluarga yang mampu mempunyai kartu jamkesmas dan datang ke puskesmas meminta rujukan, hal ini menunjukkan bahwa tidak tepatnya sasaran peserta jamkesmas justru masyarakat yang tidak mampu tidak mempunyai kartu peserta. Oleh karena itu dari puskesmas jika ada terdapat keluarga yang tidak mampu kami mengajukan kepada dinas kesehatan untuk mendapatkan kartu peserta JPKMS”.

Dalam pendataan masyarakat miskin perlu adanya verifikasi data, agar tidak terjadi data yang double ataupun ketidaktepatan sasaran keluarga miskin. Kuota jamkesmas dari pemerintah sebesar 417.156 jiwa, seharusnya kalau dilihat dari kuota penduduk miskin oleh BPS sebesar 345.000 jiwa penduduk miskin, sudah terjamin

(15)

dengan jamkesmas, faktanya bahwa data yang diusulkan berdasarkan kuota tidak dapat dipenuhi, masih terdapat masyarakat miskin yang tidak terlindungi oleh jamkesmas.

4.6. Aspek Manajemen Pelayanan

Proses negoisasi konrak antara pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dengan pihak badan pelaksana jamkesmas menjadi langkah awal dalam pelaksana penyelenggaraan paket pelayanan yang akan diberikan, terkadang kurangnya informasi dan sosialisasi program terutama bagi PPK, terkadang rumah sakit kurang memahami petunjuk pelaksanaan pemberi pelayanan kesehatan. Hal ini dinyatakan oleh informan dari Tim Pengendali Askes bagian jamkesmas dr. Pirngadi Medan.

Menurut keterangan dari Dinas Kesehatan bahwasanya dinas kesehatan membuat perjanjian kontrak kerja PPK, dengan mekanisme penentuan PPK telah ditetapkan dari pusat.

Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kelas III dan pelayanan gawat darurat.

(16)

memberikan pelayanan penanganan pertama kepada peserta Jamkesmas. Pemberian pelayanan kepada peserta oleh faskes lanjutan harus dilakukan secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu, untuk mewujudkannya maka dianjurkan manajemen faskes lanjutan melakukan analisis pelayanan dan memberi umpan balik secara internal kepada instalasi pemberi layanan. Dapat dilihat pada matriks hasil wawancara berikut ini:

Tabel 4.4. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan tentang Proses Negoisasi dan Sosialisasi Jamkesmas

No. Hasil Wawancara dengan Informan

1. Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Medan

“Dinas membuat perjanjian kerja sama antara dinas kesehatan yang diketahui propinsi, rumah sakit tersebut sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas, jadi itu kewenangannya di dinas kesehatan atau badan kuota masing-masing”.

“Ada ketentuan dari pusat yang menjadi acuan kita, jadi acuan daerah yang katanya ketentuan yang dilakukan misalnya kalau dari pusat itu, sudah ada surat edaran bahwa harus rumah sakit tertentu dengan melakukan ketentuan yang harus dipenuhi, misalnya begini surat edaran dari kepmenkes, jadi yang harus dipenuhi misalnya di rumah sakit harus mengajukan permohonan tertulis ke dinas kesehatan yang melampirkan fotocopy izin penyelenggara rumah sakit, kemudian fotocopi penentuan rumah sakit tipe A, B, C, sambil melampirkan, kemudian harus jelas jumlah tempat tidur, jumlah sumber dayanya, dan ketentuan yang berlaku, misalnya rumah sakit dengan ketentuannya sebagai sarana, kemudian harus ada pernyataan dari PPK yang mengusulkan ini yang mengikuti peraturan dari depkes, kemudian yang jelas mereka harus mempunyai NPWP dan juga rekening BNI, itu kan seperti itu sudah ditetapkan dari pusat, mungkin ke depannya ada lagi tambahannya harus punya IPAL, kan ada keterkaitannya. Jadi itu persyaratan yang dilakukan”.

2. Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan

“Dinas Kesehatan kurang dalam memberikan sosialisasi terhadap pedoman pelaksanaan jamkesmas, sosialisasi langsung dilakukan dari kementerian kesehatan dinas kesehatan mendampingi”.

3. Masyarakat

(17)

Berdasarkan wawancara dengan pihak RSUD dr. Pirngadi yaitu masih kurangnya peran Dinas Kesehatan Kota dalam melakukan sosialisasi ataupun monitoring kepada rumah sakit, peran Dinas Kesehatan sendiri dalam proses negoisasi yaitu dinas kesehatan membuat perjanjian kerjasama dengan PPK berdasarkan ketentuan-ketentuan dari Kementerian Kesehatan. Hasil wawancara dengan masyarakat miskin banyak masyarakat yang kurang memahami prosedur tata laksana jamkesmas.

Pelayanan kesehatan dasar diberikan di Puskesmas, yang diatur secara rinci dalam Juknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas dan Pelayanan tingkat lanjut diberikan di faskes lanjutan jaringan Jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta) berdasarkan rujukan. Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila karena sesuatu hal seperti misalnya tidak tersedianya tempat tidur, peserta terpaksa dirawat di kelas yang lebih tinggi dari kelas III, biaya pelayanannya tetap diklaimkan menurut biaya

kelas III dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan

jaringannya, peserta harus menunjukkan kartu Jamkesmas.

Pelayanan di Puskesmas untuk masyarakat peserta jamkesmas, puskesmas memberikan surat rujukan pasien ke PPK rujukan jamkesmas untuk tindakan lebih lanjut setelah puskesmas melakukan pemeriksaan awal.

Ada beberapa keluhan yang didapati dari informan unruk pelayanan yang diberikan

(18)

di puskesmas, pasien dengan seenaknya meminta rujukan untuk pemeriksaan tertentu. Tetapi karena pasien terus mendesak dan Puskesmas bertanya langsung ke dinas kesehatan apakah rujukan dapat diberikan dan dari dinas mengijinkan untuk membuatkan rujukan maka kami memberikan saja rujukan tersebut tanpa pemeriksaan awal puskesmas

Dalam memberikan pelayanan pihak rumah sakit juga mengalami hambatan dalam melayani pasien dimana banyak pasien yang tidak memiliki kelengkapan administrasi, seperti surat rujukan dari puskesmas atau tanda pengenal, seperti yang dinyatakan oleh pihak tim pengendali Askes bagian Jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan.

(19)

Menurut informan dari Tim Pengendali Askes bagian jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan dan verifikator jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa untuk obat atau pelayanan diluar formularium jamkesmas maka rumah sakit dapat menggunakan formularium rumah sakit dan pasien tidak dikutip biaya, tetapi ada beberapa petugas yang nakal sehingga memungut iur pada pasien.

Menurut keterangan dari bagian kefarmasian jaminan dan sarana kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan, bahwa seluruh pelayanan maupun formularium obat pada jamkesmas semua sudah masuk dalam paket jamkesmas.

Obat-obat yang dibutuhkan pasien jamkesmas dan tidak terdapat di formularium dibelikan dengan menggunakan dana dari pemerintah daerah, sehingga pelayanan kesehatan bagi pasien jamkesmas tetap tidak dipungut iur biaya atau gratis.

(20)

Tabel 4.5. Matrik Hasil Wawancara dengan Informan tentang Proses Manajemen Pelayanan

No. Hasil Wawancara dengan Informan

1. Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Medan

“Kalau jamkesmas sifatnya kan komprehensif, hampir semua itu tercover...”.

“Ketika pasien berobat kan sudah ditentukan jenis pelayanannya sesuai paket jamkesmas, tetapi terkadang kalau oknum rumah sakit memalsukan dari luar paket, saya tidak bisa komentar, mungkin ada nilai-nilai sendiri dari pihak rumah sakit, atau hal-hal di luar ketentuan itu bisa diambil dari persetujuan komite medik. Yang dibebankan ke anggaran, tapi atas persetujuan komite medik, makanya rumah sakit ada komite etiknya. Misalnya operasi ini memerlukan darah, masalahnya kan tidak ada persediaan darah, biasanya disuruh pasien mencari donor di luar atau keluarga atau ke PMI atau bagaimana, itulah menjadi permasalahan nasional yang perlu diperbaiki untuk mencari solusi, atau secara teknis itu sudah pelayanan secara komprehensif”.

2. Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan “Dalam memberikan pelayanan kepada pasien terkadang kami mengalami sedikit kendala dimana pasien tidak mau direpotkan dengan proses administrasi rumah sakit, dan kami tetap memberikan pelayanan dan memberikan penjelasan tentang syarakat kelengkapan berkas administrasi kepesertaannya”.

“obat diluar paket jamkesmas biasanya rumah sakit membuat obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit ataupun biaya ditanggung oleh rumah sakit, sehingga pasien masa sekali tidak dipungut biaya”.

“Obat, bahan habis pakai, darah dan pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya di rumah sakit dikalim dalam INA-CBG’s dan merupakan satu kesatuan, dan kalau ada obat ataupun pelayanan diluar formularuim maka tarif disesuaikan dengan formularium rumah sakit, tetapi terkadang ada petugas rumah sakit yang nakal sehingga memungut biaya kepada pasien”. 3. Ka. Puskesmas Medan Amplas dan Kota Matsum

(21)

4.7. Aspek Administrasi dan Keuangan

Dana Pelayanan Jamkesmas bersumber dari APBN sektor Kesehatan dan APBD. Pemerintah daerah Kota Medan melalui APBD berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu di Kota Medan yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan jamkesmas, biaya transportasi rujukan dari rumah sakit yang merujuk ke pelayanan kesehatan lanjutan, biaya transportasi petugas pendamping pasien yang dirujuk dan biaya lain-lain di luar pelayanan kesehatan.

Hasil wawancara informan dari dinas Kesehatan Kota Medan Bidang Kefarmasian Jaminan dan Pelayanan Kesehatan, jumlah penerimaan dana dari pusat berdasarkan jumlah penduduk miskin dan setiap bulannya puskesmas memberikan

laporan alokasi dana, dan mulai tahun 2011 rekening Dinas Kesehatan Kota Medan “Keluhan pasien terkadang pasien marah-marah karena tidak diberikan

rujukan, alasan tidak diberikan rujukan karena tanpa adanya pemeriksaan awal di puskesmas pasien dengan seenaknya meminta rujukan untuk pemeriksaan tertentu. Tetapi karena pasien terus mendesak dan kami bertanya langsung ke dinas kesehatan apakah rujukan dapat diberikan dan dari dinas mengijinkan untuk membuatkan rujukan maka kami memberikan saja rujukan tersebut tanpa pemeriksaan awal puskesmas. Itulah kesulitan terbesar dalam melayani pasien jamkesmas, jadi pasien sendiri meminta lebih rujukan yang tidak sesuai masukan dengan indikasi”.

4. Verifikator Jamkesmas

“Ada juga ditemukan di beberapa rumah sakit swasta dimana petugas rumah sakit membuat tindakan yang banyak untuk pasien agar rumah sakit dapat mengajukan klaim yang banyak, dimana seharusnya dapat dibuat untuk satu tindakan saja, maka kami tugas kami memverifikasi klaim tersebut”.

(22)

sudah dibagi menjadi tiga alokasi anggaran yaitu dana pelayanan dasar, dana jampersal dan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), yaitu dana yang diberikan pemerintah dalam membantu puskesmas dalam kegiatan preventif dan promotif.

Hal yang sama juga dinyatakan kepala Puskesmas Medan Amplas, yaitu puskesmas semenjak Oktober 2011 tidak menerima dana jamkesmas lagi, puskesmas menerima dana BOK dan setiap bulannya puskesmas memberikan laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan.

Alokasi dana jamkesmas di rumah sakit disalurkan langsung dari rekening kas negara ke rekening rumah sakit melalui bank, penyaluran dilakukan secara bertahap. Hal yang sama dinyatakan dari Kepala Tim Pengendali Askes bagian jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa dana jamkesmas dari kementerian kesehatan langsung masuk ke rekening rumah sakit , dimana penyaluran dananya dalam setahun empat kali kucuran dana jamkesmas rumah sakit.

(23)

Sistem pembayaran jamkesmas untuk fasilitas kesehatan RSUD dilakukan dengan sistem klaim, pertanggungjawaban dana pelayanan kesehatan dengan menggunakan software INA-CBG’s dimana pertanggungjawaban tersebut diverifikasi oleh Verifikator Independen Dinas Kesehatan dengan software verifikasi klaim jamkesmas, setelah verifikasi dinyatakan layak oleh oleh verifikator independen, selanjutnya pertanggungjawaban tersebut ditandatangani oleh bagian keuangan rumah sakit, direktur rumah sakit dan verifikator independen.

Tabel 4.6. Matriks Hasil Wawancara dengan Informan tentang Proses Pendanaan Jamkesmas

No. Hasil Wawancara dengan Informan

1. Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Medan

“Mulai tahun lalu ada perubahan anggaran, kalau saya tidak salah 2010 ke bawah pola anggaran yang dikucurkan dari pusat, kemudian berdasarkan aturan yang sudah ditentukan, berdasarkan kapitasi jumlah penduduk miskin di puskesmas, kemudian ada kebijakan-kebijakan lokal yang bisa dijadikan acuan untuk pengalokasian dana seperti tanggung jawab puskesmas, ketepatan waktu mereka melapor, kemudian pemanfaatan dana dan sebagainya, akhirnya kita alokasikan dana itu yang dimasukkan ke rekening puskesmas, kemudian puskesmas mengambil sesuai dengan keperluan mereka, itu pada 2010 ke bawah. Tetapi 2011 sampai sekarang di rekening dinas sudah dibagi, jadi ada dana pelayanan dasar, dana persalinan, kemudian dana BOK, jadi ketiga item itu rekeningnya satu, kebetulan saya tidak di keuangan, tetapi sekarang sudah satu pintu dalam keuangan”.

(24)

2.

karena yandas kita kan gratis, tapi kan untuk dana BOK kan juga ada POAnya, kalau ada yang mau dikerjakan untuk biaya puskesmas, apa saja yang harus dibayarkan kan harus terinci, kalau persalinan misalnya kita buat targetnya, tapi kan harus ada juga, dan untuk yang lainnya juga harus seperti itu, itu yang mungkin mereka bilang tidak ada jamkesmas, kan jamkesmas juga kan sudah dibagi tiga”.

Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan

“Anggaraan dana jamkesmas langsung dikirimkan ke rekening rumah sakit dalam setahun empat kali luncuran dana jamkesmas dari pusat”. “Jamkesmas menggunakan sistem pembayaran klaim, dengan alur pengajuan klaim, mulai dari pendaftaran pasien jamkesmas, data diverifikasi dan registrasi oleh tim pengendali Askes rumah sakit, masuk ke bagian rekam medis kemudian mendapatkan pasien mendapatkan pelayanan rawat jalan atau rawat inap, setelah itu dilakukan verifikasi kelengkapan pencatatan, coding dan grouping, diverifikasi oleh verifikator independen kemudian masuk ke bagian keuangan terakhir langsung ke direktur untuk ditandatangadi”.

3. Ka. Puskesmas Medan Amplas dan Kota Matsum

“Anggaran dana jamkesmas yang diterima puskesmas semenjak oktober 2011 tidak ada lagi, anggaran dana yang diterima dalam bentu Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Dana BOK tersebut digunakan puskesmas untuk kegiatan posyandu balita dan lansia, UKS, dan sosialisasi jamkesmas/ jampersal. Jadi anggaran biaya jamkesmas sama sekali puskesmas tidak lagi menerimanya”.

“Setiap bulannya puskesmas hanya melaporkan jumlah rujukan pasien yang telah dirujuk ke rumah sakit, laporan tersebut dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota”.

4. Verifikator Jamkesmas

“Ada juga ditemukan di beberapa rumah sakit swasta dimana petugas rumah sakit membuat tindakan yang banyak untuk pasien agar rumah sakit dapat mengajukan klaim yang banyak, dimana seharusnya dapat dibuat untuk satu tindakan saja, maka kami tugas kami memverifikasi klaim tersebut”.

Menurut informan dari Tim Pengendali Askes RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa ada terdapat beberapa paket pelayanan jamkesmas dimana tarif pelayanannya dibawah tarif pelayanan berdasarkan Perda RSUD dr. Pirngadi tahun 2002, jadi

(25)

terkadang rumah sakit menaggulangi biayanya dan anggaran yang turun dari pusat terkadang terlambat.

Hal tersebut juga dinyatakan oleh verifikator independen di RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa ada beberapa tarif yang rendah dari tarif rumah sakit. Dalam proses verifikasi penggunaan paket INA CBG’s verifikator independen mengalami kesulitan yaitu dikarenakan verifikator bukan latar belakang pendidikan medis menjadikan sulit untuk mengenali istilah kedokteran yang ada di dalam paket. Dapat dilihat pada matriks hasil wawancara berikut ini:

Tabel 4.7. Matrik Hasil Wawancara dengan Informan tentang tarif Jamkesmas

No. Hasil Wawancara dengan Informan

1. Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan “Kendala yang dihadapi rumah sakit adalah belum sesuainya tarif jamkesmas dengan tarif rumah sakit ada beberapa tarif paket pelayanan di INA CBG’s dimana tarif pelayanannya jauh lebih rendah dari tarif rumah sakit, seperti tindakan bedah syaraf, kasus frakture, appendixtomi, sectio dan untuk pasien stroke. Tarif pelayanannya sangat jauh dari tarif rumah sakit yang telah ditetapkan, jadi rumah sakit sendiri yang menanggulanginya”. 2. Verifikator Jamkesmas

“Ada terdapat beberapa tarif pelayanan jamkesmas dibawah tarif rumah sakit....”

“....kendala yang terjadi yaitu banyak verifikator yang latar belakang pendidikannya dari bukan medis, jadi susah untuk mengenali istilah medis”.

Dari pihak tim pengendali Askes bagian jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan, bahwa rumah sakit memberikan laporan bulanan ke Pusat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan.

(26)

data pasien gakin maupun jumlah klaim, bahkan dalam melaksanakan negosiasi dan kontrak kerja, seperti yang dinyatakan dari Dinas Kesehatan Kota Medan.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kepala Puskesmas Medan Amplas setiap bulannya puskesmas memberikan laporan jamkesms kepada Dinas Kesehatan kota.

Tabel 4.8.Matrik Hasil Wawancara dengan Informan tentang Tarif Jamkesmas

No. Hasil Wawancara dengan Informan

1. Ka. Bagian Pengendali Askes (Jamkesmas) RSUD dr. Pirngadi Medan Rumah sakit membuat laporan jamkesmas setiap bulannya yang dilaporkan langsung ke pusat dan tembusannya juga di serahkan ke Dinas Kesehatan Kota Medan”.

“...kurangnya peran Dinas Kesehatan untuk program jamkesmas ini, karna pemantauan ke rumah sakit dilakukan pada saat kementerian kesehatan datang memantau yang didampingi dinas kesehatan, jika rumah sakit ada masalah kami melaporkan ke dinas kesehatan tetapi belum ada jawabannya”.

2. Sekretaris Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Medan

“Kalau yang jelas PPK puskesmas secara otomatis untuk pelayanan dasar, tapi kalau untuk PPK rujukan, PPK yang lebih tinggi itu rumah sakit pemerintah maupun swasta, peran dinas adalah dinas yang menentukan sesuai dengan anjuran dari pusat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, makanya dinas membuat perjanjian kerja sama antara dinas kesehatan yang diketahui propinsi, rumah sakit tersebut sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas, jadi itu kewenangannya di dinas kesehatan atau badan kuota masing-masing”.

3. Ka. Puskesmas Amplas dan Kota Matsum

(27)

4.8. Pengorganisasian Program Jamkesmas 4.8.1. Tim Pengelola Jamkesmas Kota Medan

Dalam pengelolaan kegiatan jamkesmas dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dibentuk tim pengelola tingkat kota yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan, tim pengelola jamkesmas dan BOK tingkat kota dalam menjalankan tugas dan fungsinya terintegrasi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tim pengelola jamkesmas sekaligus menjadi tim pengelola BOK. Tugas tim pengelola jamkesmas Kota Medan yaitu:

a. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan tim pengelola jamkesmas dan BOK tingkat pusat.

b. Mempertanggungjawabkan manajemen penyelenggaraan jamkesmas dan BOK secara keseluruhan di wilayah Kota Medan.

c. Melakukan pembinaan (koordinasi dan evaluasi) terhadap pelaksanaan

kegiatan Jamkesmas dan BOK.

d. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap unit-unit kerja

yang terkait dalam penyelenggaraan jamkesmas dan BOK di wilayah kerjanya

(termasuk pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan

jaringannya serta fasilitas pelayanan lanjutan).

e. Memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan tim koordinasi sesuai

kebutuhan dalam rangka evaluasi, monitoring, pembinaan dan penyelesaian

masalah lintas sektor yang terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmas dan

(28)

f. Mengoordinasikan manajemen pelayanan dan administrasi keuangan dalam

penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK.

g. Melakukan sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK.

h. Melakukan monitoring, evaluasi, pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK.

i. Melakukan telaah atas rencana kegiatan (POA) Jamkesmas dan BOK yang

diusulkan Puskesmas.

j. Menyalurkan dana kepada Puskemas yang didasarkan atas usulan kegiatan

Jamkesmas dan BOK yang disetujui dan ditandatangani Kepala Dinas

Kesehatan atau pejabat yang diberikan kewenangan oleh Kepala Dinas

Kesehatan.

k. Melakukan verifikasi atas semua kegiatan Jamkesmas dan BOK yang

dilaksanakan Puskesmas berdasarkan usulan kegiatan sebelumnya.

l. Melakukan verifikasi dan membayar atas klaim yang diajukan oleh FASKES

yang melaksanakan Jamkesmas pelayanan dasar dan Jaminan Persalinan.

m. Menangani penyelesaian keluhan terkait dalam penyelenggaraan Jamkesmas

dan BOK.

n. Melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan FASKES swasta yang

berkeinginan menjadi jaringan pemberi pelayanan kesehatan Jaminan

Persalinan di wilayah kerjanya.

o. Selaku pembina verifikator independen melakukan pembinaaan dan

(29)

termasuk di dalamnya adalah melakukan evaluasi kinerja terhadap kegiatan

verifikator independen.

p. Mengupayakan peningkatan dana untuk operasional dan manajemen

Puskesmas melalui BOK dan peningkatan dana kepesertaan Jaminan

Kesehatan dari sumber APBD.

q. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dan hasil kinerja kepada Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat dengan tembusan ke Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat provinsi.

r. Menyusun dan menyampaikan laporan atas semua pelaksanaan tugas penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK kepada Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat melalui Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat

Provinsi.

4.8.2. PT. Askes (Persero)

PT. Askes (Persero) atas penugasan Menteri Kesehatan, melaksanakan

manajemen kepesertaan, adapun tugas PT. Askes (Persero) adalah sebagai berikut:

a. Melakukan penatalaksanaan kepesertaan dalam pelayanan kesehatan, meliputi:

1.Verifikasi peserta jamkesmas yang memanfaatkan pelayanan di PPK tingkat

lanjut, apabila terjadi keraguan atas identifikasi yang diserahkan peserta,

petugas PT. Askes (Persero) berkewajiban mengecek kebenarannya.

2.Penerbitan Suara Keabsahan Peserta (SKP), kelalaian terhadap penerbitan

SKP sepenuhnya menjadi tanggungjawab PT. Askes (Persero).

(30)

1.Melakukan penanganan keluhan peserta terkait penugasan manajemen

kepesertaan dan rekapitulasi pelaporannya.

2.Melakukan telaah utilisasi kepesertaan atas akses pelayanan kesehatan di PPK

tingkat lanjutan secara bulanan dan triwulan.

3.Melakukan pelaporan hasil telaah utilisasi secara berjenjang ke tim pengelola

jamkesmas Kota Medan.

4.Melakukan koordinasi aktif dalam pelaporan telaah utilisasi dan penanganan

keluhan peserta dengan tim pengelola jamkesmas Kota Medan

5.Melakukan pelaporan bulanan atas pelaksanaan tugasnya dalam manajemen

kepesertaan jamkesmas yang mencakup rekapitulasi telaah utilisasi

kepesertaan, aspek manajerial dan aspek akuntabilitas pencapaian program,

kendala yang dihadapi dan saran perbaikan.

4.8.3. Tim Koordinator Program Jamkesmas Kota Medan

Menteri Kesehatan membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat

Pusat, yang terdiri dari Pelindung, Ketua, Sekretaris dan Anggota. Tim Koordinasi

bersifat lintas sektor terkait, diketuai oleh Sekretaris Utama Kementerian Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan anggota terdiri dari Pejabat Eselon I

Kementerian terkait dan unsur lainnya.

Tingkat Kota Medan, yang terdiri dari Pelindung, Ketua, Sekretaris dan

Anggota. Tim Koordinasi bersifat lintas sektor terkait dalam pelaksanaan Jamkesmas

dan BOK, diketuai oleh Sekretaris Daerah Kota Medan dengan anggota terdiri dari

(31)

a. Tugas Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Kota Medan:

1. Menjabarkan strategi dan kebijakan pelaksanaan Jamkesmas dan BOK.

2. Mengarahkan pelaksanaan kebijakan Jamkesmas dan BOK sesuai kebijakan

nasional.

3. Melakukan pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan Jamkesmas dan

BOK.

4. Menjadi fasilitator lintas sektor tingkat kabupaten/kota dan Puskesmas.

b. Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten/Kota:

1. Pelindung : Bupati/Walikota

2. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota

3. Sekretaris : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

4. Anggota :

1. Kepala Bappeda Kabupaten/Kota

2. Ketua Komisi DPRD Kabupaten/Kota yang membidangi kesehatan

3. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

4. Lintas sektor terkait sesuai kebutuhan

4.9. Pelaksana Verifikasi

Verifikasi adalah kegiatan menguji kebenaran administrasi

pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh PPK. Verifikasi di

puskesmas dilaksanakan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota sedangkan

(32)

verifikasi adalah tenaga yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam

melakukan administrasi klaim meliputi aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan,

keuangan dan mampu melaksanakan tugasnya secara profesional serta telah

mengikuti pelatihan

Verifikasi atas pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas di PPK

lanjutan meliputi:

1. Verifikasi administrasi kepesertaan meliputi kartu peserta/surat keterangan

lain yang sah oleh instansi yang berwenang, No SKP, surat rujukan.

2. Administrasi pelayanan meliputi nama pasien, No SKP, Nama dokter

pemeriksa, tanda tangan komite medik

3. Administrasi keuangan meliputi bukti pembayaran tarif paket INA-DRG

4. Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari di PPK

Lanjutan berada di bawah pembinaan dan koordinasi Tim Pengelola

Jamkesmas Kota Medan (Dinas Kesehatan Kota Medan).

5. Penunjukkan Koordinator untuk RS yang memiliki lebih dari satu verifikator

independen sebagai penanggungjawab persetujuan rekapitulasi klaim.

Proses verifikasi dalam pelaksanaan Jamkesmas, meliputi:

1. Pemeriksaan kebenaran dokumen identitas peserta Jamkesmas oleh PT. Askes

(Persero).

2. Pemeriksaan Surat Rujukan dan Penerbitan SKP oleh PT. Askes (Persero) dan

(33)

3. Memastikan dikeluarkannya rekapitulasi pengajuan klaim oleh petugas RS

sesuai dengan format yang ditentukan.

4. Pemeriksaan kebenaran penulisan diagnosis, prosedur, No. Kode.

5. Rekapitulasi pertanggungjawaban dana faskes lanjutan yang sudah layak

bayar.

6. Menandatangani rekapitulasi pertanggungjawaban dana faskes lanjutan.

7. Memastikan Direkrut RS/ Kepala Balai Kesehatan menandatangani

rekapitulasi laporan pertanggungjawaban dana.

8. Membuat laporan hasil pekerjaan bulanan kepada Tim Pengelola Jamkesmas

(Dinas Kesehatan Kota Medan).

4.10. Fasilitas Kesehatan (Faskes)

Fasilitas kesehatan dalam program Jamkesmas meliputi puskesmas dan jaringannya serta Fasilitas Kesehatan lanjutan (Rumah Sakit dan balkesmas), yang telah bekerja sama dalam program Jamkesmas. Perjanjian Kerja Sama (PKS) dibuat antara Faskes dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kota Medan (Dinas Kesehatan Kota Medan) setempat yang diketahui oleh Tim Pengelola Provinsi meliputi berbagai aspek pengaturannya dan diperbaharui setiap tahunnya apabila faskes lanjutan tersebut masih berkeinginan menjadi faskes lanjutan program Jamkesmas.

(34)

Jaringan faskes baru yang ingin bekerja sama dalam program Jamkesmas, mengajukan permohonan tertulis kepada Tim Pengelola Jamkesmas Kota Medan (Dinas Kesehatan Kota Medan)setempat disertai dokumen lengkap terdiri dari:

a. Profil faskes

b. Perizinan faskes pemohon (ijin tetap atau ijin operasional sementara)

c. Penetapan kelas RS (kelas A, B, C, atau D) dari Kementerian Kesehatan. Khusus balkesmas disetarakan dengan RS kelas C/D.

d. Pernyataan bersedia mengikuti ketentuan dalam program Jamkesmas sebagaimana diatur dalam pedoman pelaksanaan program Jamkesmas, di tandatangani di atas materai Rp. 6000,- oleh Direktur Rumah Sakit. Berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 4 di atas maka Tim Pengelola Kabupaten/Kota setempat memberikan penilaian terhadap faskes pemohon, apabila telah memenuhi persyaratan di atas, maka dilakukan PKS antara Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota dan faskes, diketahui oleh Tim Pengelola Provinsi.

(35)

4.11. Identitas/ Karakteristik Responden Masyarakat Miskin

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin dilakukan di tiga daerah yaitu daerah wilayah kerja Puskesmas Belawan, Puskesmas Amplas dan Puskesmas Kota Matsum, dimana jumlah masing-masing responden antara lain, wilayah kerja Puskesmas Belawan 71 responden, Puskesmas Amplas 24 responden dan Puskesmas kota Matsum 5 responden. responden berjenis kelamin perempuan, dengan skala umur 24 – 52 tahun dengan jenis pekerjaan hampir kesemuanya ibu rumah tangga dan berjualan.

(36)

jamkesmas dengan cara diantar oleh pihak kepala lingkungan tempat mereka tinggal tanpa ada penjelasan yang konkrit.

Pertanyaan (2) sebagian besar responden tidak pernah mendapatkan inforrmasi tentang program jamkesmas yang berjumlah 93 orang (93%), sedangkan responden yang pernah mendapatkan informasi tentang program jamkesmas hanya berjumlah 7 orang (7%). Hal ini menunjukkan bahwa minimnya sosialisasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan kepada masyarakat yang berhak menerima jamkesmas. Responden mengetahui tentang jamkesmas didapat dari berita yang ada di televisi,

Pada pertanyaan (3) sebagian besar responden yang kurang tahu tentang jamkesmas mendapatkan kartu peserta jamkesmas dengan cara diantar oleh pihak kepala lingkungan tempat mereka tinggal tanpa ada penjelasan yang konkrit, responden mengetahui bagaimana cara mendapatkan kartu jamkesmas sebanyak 97 orang (97%), masyarakat yang tidak mengetahui cara mendapatkan kartu jamkesmas hanya 2 orang (2%) dan sebanyak 1 orang (1%) sangat mengetahui, walaupun banyak masyarakat yang mengetahui bagaimana cara mendapatkan kartu jamkesmas, akan tetapi banyak masyarakat yang tidak mempunyai kartu jamkesmas, masyarakat sudah melaporkan bahwa ingin mendapatkan kartu jamkesmas tetapi sampai sekarang belum mendapatkannya.

(37)

jamkesmas adalah untuk berobat gratis, akan tetapi tujuan sebenarnya dari program ini mereka tidak tahu. Adapun tujuan dari program jamkesmas menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan dari dinas kesehatan kepada masyarakat yang berhak menerima jamkesmas, sehingga mereka hanya mengetahui tujuan dari program ini hanya sebatas untuk berobat gratis saja.

Pada pertanyaan (5) diketahui bahwa seluruh responden yang diteliti menyetujui adanya jamkesmas ini. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang sangat setuju dengan program ini berjumlah 96 orang (96%), dan sebanyak 4 orang (4%) menyatakan sangat setuju, sebagian responden yang memiliki kartu jamkesmas merasa sangat terbantu dengan adanya program ini.

(38)

Tabel 4.9. Pengetahuan dan Pemahaman Responden tentang Jamkesmas

No Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase

1. Tingkat Pengetahuan

Responden tentang Program Jamkesmas

2. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Informasi Program Jamkesmas

3. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Cara Mendapatkan Kartu Jamkesmas

4. Pengetahuan Responden tentang Tujuan Program Jamkesmas

5. Penilaian Responden tentang Adanya Program Jamkesmas

6. Pengetahuan Responden terhadap Rumah Sakit di Medan Penerima Pengguna Program Jamkesmas

4.11.2.Pelayanan Kesehatan yang Diberikan Kepada Responden

(39)

Pada Pertanyaan (2) sebanyak 91 orang (91%) menjawab pada saat mereka dirawat dengan menggunakan jamkesmas dokter langsung yang memeriksa pasien, sekitar 2 orang (2%) pasien menunggu lama untuk dilakukan pemeriksaan, sedangkan 7 orang (7%) responden menyatakan bahwa pelayanan kesehatan hanya dilakukan oleh perawat dan sebanyak 2 orang (2%) pasien lama menunggu.

Salah satu pelayanan kesehatan yang dikatakan memuaskan apabila dapat memberikan pelayanan yang baik dan salah satu contohnya dapat dilihat dari kesigapan dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan. Pada Pertanyaan (3) penilaian responden yang menyatakan dokter dan perawat sigap sebanyak 86 orang (86%), sedangkan yang mengatakan sangat sigap sebanyak 14 orang (14%).

Pada pertanyaan (4) sebanyak 94 orang (94%) menyatakan bahwa dokter yang merawat pasien jamkesmas mampu untuk menjelaskan penyakit yang diderita pasien, dan 6 orang (6%) menyatakan sangat mampu.

Salah satu kepuasan pasien yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik profesi adalah mengenai hubungan dokter dengan pasien (Azwar, 2007). Pada pertanyaan (5) sebanyak 88 orang (88%) responden menyatakan bahwa sikap petugas kesehatan sangat baik, dan sebanyak 12 orang (12%) menyatakan sangat baik.

(40)

Berdasarkan pertanyaan (6) terlihat sebanyak 60 orang (60%) menyatakan bahwa sulitnya proses administrasi untuk menggunakan jamkesmas, 37 orang (37%) menyatakan mudah proses administrasi menggunakan jamkesmas dan sebanyak 3 orang (3%) menyatakan sangat mudah.

Untuk bisa berobat rawat jalan seorang pengguna jamkesmas harus melengkapi berkas untuk keperluan administrasi, berkas tersebut adalah:

1. Kartu Jamkesmas (asli)

2. Surat rujukan dari puskesmas atau RSUD jika pasien yang berasal dari luar Kota Medan yang masih aktif (asli)

3. Kartu Keluarga (asli) 4. KTP (asli)

5. Seluruh berkas di fotocopy rangkap tiga

Jika semua berkas telah dilengkapi oleh pasien maka pihak administrasi akan langsung memproses data-data pasien, sebaliknya apabila belum lengkap maka pihak administrasi tidak dapat memproses data-data pasien.

(41)

diutamakan untuk pasien non jamkesmas dan pelayanan petugas kesehatan yang kurang ramah.

Pada pertanyaan (8) responden yang menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan berjumlah 53 orang (53%), sedangkan yang menyatakan sangat puas berjumlah 47 orang (47%). Hal ini dikarenakan menurut hasil wawancara responden telah mendapatkan berobat gratis dan sikap petugas kesehatan yang baik. Dapat dilihat pada Tabel 4.10. berikut ini:

Tabel 4.10. Pelayanan Jamkesmas yang Diberikan Kepada Responden

No Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase

1. Banyaknya responden mendapatkan Pelayanan

2. Pelayanan Kesehatan yang diberikan Dokter Kepada Responden

Lama menunggu Hanya dilakukan oleh perawat Dokter

3. Kesigapan Dokter atauperawat dalam Memberikan Pelayanan

4. Pelayanan Kesehatan yang diberikan Dokter Kepada Responden

5. Pelayanan sikap petugas kesehatan

(42)

Tabel 4.10 (Lanjutan) 7. Penilaian Responden

terhadap Pelayanan Kesehatan yang lebih Mengutamakan Pasien Non Jamkesmas

Benar

Kurang Benar

93 7

93,0 % 7,00 %

Jumlah 100 100%

8. Penilaian Responden terhadap Pelayanan yang Diberikan

Puas

Sangat puas

53 47

53,0 % 47,0 %

Jumlah 100 100%

(43)

Tabel 4.11. Efektivitas Kebijakan Jamkesmas di Kota Medan

No. Efektivitas Kebijakan Jamkesmas

Kebijakan Jamkesmas Implementasi Kebijakan di Kota Medan

Efektivitas Jamkesmas di Kota Medan Aspek Kepesertaan

1. Tersedianya data kepesertaan yang sesuai dengan kuota daerah dimana

Kepesertaan Jamkesmas 2011 mengacu kepada data BPS 2008 yang berjumlah 60,4 juta jiwa namun demikian jumlah sasaran (kuota) peserta Jamkesmas tahun 2011 ditetapkan oleh

Kementerian

Kesehatan sama dengan tahun 2010 yakni 76,4 juta jiwa.

Kepesertaan Jamkesmas belum dapat terdistribusi pada semua masyarakat miskin di Kota Medan dimana data kepesertaan jamkesmas berdasarkan data BPS tahun 2008 untuk pencetakan kartu oleh PT. Askes tahun 2011, sesuai dengan kuota peserta jamkesmas dari pusat sebesar 417.156 jiwa, kuota untuk penduduk miskin Kota Medan sebesar 358.858 berdasarkan data penduduk miskin BPS, jumlah kuota peserta jamkesmas dari pusat tersebut seharusnya dapat menjamin seluruh penduduk

miskin mendapatkan pelayanan kesehatan secara

gratis. Tetapi pada faktanya di lapangan data yang diusulkan berdasarkan kuota yang telah ada dari pemerintah belum dapat

menjangkau seluruh masyarakat miskin di Kota

Medan

Belum efektifnya data dan distribusi kepesertaan jamkesmas di Kota Medan

Ketidaktepatan sasaran keluarga miskin, dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti bahwasanya banyak ditemukan keluarga dari

ekonomi mampu

(44)

Tabel 4.11. (Lanjutan)

mempunyai kartu jamkesmas, adanya kepemilikan kartu jamkesmas milik orang lain

yang tidak sesuai dengan kartu keluarga yang dilampirkan, ada keluarga yang memiliki dua kartu jamkesmas atau memiliki kartu peserta jamkesmas dan JPKMS dan masyarakat yang memiliki kartu palsu Aspek Manajemen Pelayanan

1. Terlayani peserta

jamkesmas di seluruh faskes, tanpa adanya iur biaya, maka seluruh fasilitas kesehatan diwajibkan mengacu pada fomulariun obat Jamkesmas, di mana

obat-obatan dalam formularium ini sebagian

besar merupakan obat generik.

- Peserta masih dikenakan

iuran biaya dalam mendapatkan obat AMHP atau darah Penyediaan dan distribusi obat belum mengakomodasi kebutuhan pelayanan obat program Jamkesmas

- Ada pihak-pihak rumah sakit yang mengutip iur biaya pasien tanpa sepengetahuan pihak rumah sakit.

− Tingkat utilisasi pasien

jamkesmas meningkat untuk pasien di puskesmas menurut kepala Puskesmas Medan Amplas kunjungan pasien jamkesmas tinggi, kendala yang dihadapi di

puskesmas adalah banyaknya masyarakat yang

datang ke puskesmas hanya meminta rujukan dan pasien tidak mau melakukan pemeriksaan awal di puskesmas, karena masyarakat berasumsi bahwasanya karena ada pengobatan gratis lebih baik berobat langsung ke rumah sakit.

Belum efektifnya pemberian pelayanan jamkesmas, dimana masih

(45)

Tabel 5.1. (Lanjutan)

Tabel 2.1. (Lanjutan) Tabel 4.11. (Lanjutan)

− Dalam memberikan

pelayanan pihak rumah sakit juga mengalami hambatan dalam melayani pasien dimana banyak pasien yang tidak memiliki kelengkapan administrasi, seperti surat rujukan dari puskesmas atau tanda pengenal

2. Penyempurnaan sistem

INA-CBGs mulai dilakukan sejak akhir tahun

2010 sampai dengan tahun 2012 dimaksudkan agar dapat

mengakomodasi hal-hal antara lain: penyesuaian tarif dengan kondisi yang mutakhir

Belum semua RS menerapkan kendali mutu dan kendali

biaya untuk obat atau

pelayanan diluar formularium jamkesmas

dengan rumah sakit dapat menggunakan formularium rumah sakit dan pasien tidak dikutip biaya,

3. Terlayaninya seluruh

peserta Jamkesmas; Jumlah faskes lanjutan swasta sebagai pemberi pelayanan kesehatan Jamkesmas

Masih adanya pembatasan pelayanan pada jaminan kesehatan kota

Pengetahuan responden tentang jamkesmas masih rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan dari dinas kesehatan kepada masyarakat yang berhak menerima jamkesmas, sehingga mereka hanya mengetahui tujuan dari program ini hanya sebatas untuk berobat gratis saja.

Aspek Administrasi dan Keuangan

1. Terpenuhinya kecukupan

dana dalam penyelenggaraan

Jamkesmas; Dana operasional, penambahan SDM dan perubahan struktur organisasi Tim Pengelola dan Tim Koordinasi dilakukan pada tahun

Kota Medan menerima dana jamkesmas sebesar Rp. 2.176.675.000, dana tersebut diperoleh dari APBN, dana ini merupakan dana transfer kedua yang dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk membayar biaya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas

Belum efektifnya pengelolaan dana jamkesmas, dimana dana

(46)

Tabel 4.11. (Lanjutan)

2011 pada tingkat Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

kesehatan tingkat pertama (puskesmas) untuk pelayanan kesehatan sejak bulan Januari 2011, dimana masih adanya keterbatasan dana tersebut jadi pemerintah daerah menambahi dari APBD.

2. Mekanisme pelaporan

puskesmas wajib lapor ke tim pengelola

kabupaten/kota setiap bulannya.

Tersedianya data dan informasi

penyelenggaraan Jamkesmas;

- Sistem pelaporan yang tidak sesuai jadwal

- Mulai tahun 2011 rekening Dinas Kesehatan Kota Medan sudah dibagi menjadi tiga alokasi anggaran yaitu dana pelayanan dasar, dana jampersal dan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), yaitu dana yang diberikan pemerintah dalam membantu puskesmas dalam kegiatan preventif dan promotif, puskesmas hanya melaporkan kegiatan dari anggaran BOK

- Tahun 2011 jumlah klaim

dari RSUD dr. Pirngadi Medan sampai dengan Juli tahun 2012 sebesar Rp. 1.355.512.622, sistem pembayaran pelayanan jamkesmas berdasarkan paket INA CBG’s, menurut informan dari Tim Pengendali Askes RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa ada terdapat beberapa paket pelayanan jamkesmas dimana tarif pelayanannya dibawah tarif pelayanan berdasarkan Perda RSUD dr. Pirngadi tahun 2002, jadi terkadang rumah sakit menaggulangi biayanya dan anggaran yang turun dari pusat terkadang terlambat.

(47)

Tabel 4.11. (Lanjutan) membayar sesuai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh puskesmas dan jaringannya

Monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan hanya untuk pelayanan dasar yang terdapat di puskesmas, tetapi untuk pelayanan rujukan yaitu rumah sakit tidak dapat dilakukan monitoring dan evaluasi karena rumah sakit langsung memberikan laporan ke pusat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kota

Belum efektif dimana monitoring dan evaluasi jamkesmas untuk tingkat faskes rujukan belum berjalan dengan rutin.

4. Seluruh faskes lanjutan

melaksanakan INA-CBGs sebagai upaya kendali biaya dan kendali mutu (KBKM);

Dalam proses verifikasi penggunaan paket INA CBG’s

verifikator independen mengalami kesulitan yaitu dikarenakan verifikator bukan latar belakang pendidikan medis menjadikan sulit untuk mengenali istilah kedokteran yang ada di dalam paket.

Belum efektif

(48)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Efektifitas Jamkesmas di Kota Medan

Jamkesmas merupakan program bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, pendanaan Jamkesmas merupkan jenis belanja bantuan sosial dimana peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.

Menurut Edward III dalam Nugroho (2005) persyaratan pertama bagi implementasi kebiajakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan-keputusan dan perintah itu dapat diikuti. Dan di dalam proses komunikasi ini terdapat 3 (tiga) hal penting yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan.

(49)

5.2. Aspek Kepesertaan

Proses penetapan sasaran mulai dari menetapkan keluarga miskin yang menyesuaikan kondisi dan karakteristik yang ada di Kota Medan, proses identifikasi, pendataan dan verifikasi, hanya saja program jamkesmas masih belum menjangkau semua masyarakat miskin dalam penerapan universal coverage.

BPS telah menetapkan kriteria miskin yaitu:

1. Luas lantai hunian kurang dari 8 meter persegi per anggota rumah tangga 2. Jenis lanyai hunian sebagian besar tanah atau lainnya

3. Fasilitas air bersih tidak ada

4. Fasilitas jamban/ kamar mandi tidak ada 5. Kepemilikan aset (kursi tamu) tidak tersedia

6. Konsumsi lauk pauk dalam seminggu tidak bervariasi

7. Kemampuan membeli pakaian minimal satu setel pertahun untuk anggota RT tidak ada

8. Jenis dinding terbuat dari papan/ tripleks

(50)

Dalam menetapkan sasaran masyarakat miskin, Pemerintah Kota Medan melalui Kepala bagian kesejahteraan rakyat menyatakan bahwa menggunakan kriteria dari BPS dan BKKBN dalam penentuan keluarga miskin.

Menurut hasil wawancara informan dari PT. Askes Cabang Medan, penentuan keluarga miskin menggunakan kriteria dari BPS dimana pendataan dilakukan oleh pemerintah kota kemudian disahkan oleh walikota dan PT. Askes menerbitkan kartu peserta jamkesmas berdasarkan kuota yang sudah ada.

Menurut informan dari Dinas Kesehatan bahwa dinas tidak terlibat dalam pendataan keluarga miskin, data keluarga miskin ditetapkan berdasarkan dengan SK Walikota Medan.

(51)

Salah satu indikator keberhasilan jamkesmas untuk aspek kepesertaan adalah penerbitan dan pendistribusian kartu harus mencapai 100% dari sasaran yang terdaftar. Pada kenyataannya bahwa sampai dengan bulan Desember 2011, masalah penerbitan dan pendistribusian kartu masih belum berjalan dengan baik. Data acuan yang digunakan PT. Askes adalah data BPS, sementara data yang digunakan tersebut hanya bisa menunjukkan jumlah dan bukan menunjukkan siapa yang berhak atas kartu jamkesmas (by name dan by address) hal ini menunjukkan ketidakefektifan pendataan dan distribusi kartu kepesertaan.

Permasalahan lain yang timbul karena sistem kepesertaan yang kurang baik adalah ketidaktepatan sasaran keluarga miskin, dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti bahwasanya banyak ditemukan keluarga dari ekonomi mampu mempunyai kartu jamkesmas, adanya kepemilikan kartu jamkesmas milik orang lain yang tidak sesuai dengan kartu keluarga yang dilampirkan, ada keluarga yang memiliki dua kartu jamkesmas atau memiliki kartu peserta jamkesmas dan JPKMS dan masyarakat yang memiliki kartu palsu.

(52)

Menurut informan dari Tim Pengendali Askes bagian jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan dan keterangan dari Kepala Puskesmas Medan Amplas bahwa banyak dijumpai pasien yang berobat ke RSUD Pirngadi dengan membawa kartu jamkesmas orang lain, dimana data pada kartu keluarga tidak sesuai dengan data kartu jamkesmas dan ada pasien yang membawa dua kartu jamkesmas dan JPKMS, sehingga petugas rumah sakit sulit untuk memproses administrasi pasien tersebut, dan tetap diberikan pelayanan kesehatan, dan juga ada pasien yang bawa kartu palsu.

Adanya ditemui keluarga yang mampu mempunyai kartu jamkesmas dan datang ke puskesmas meminta rujukan, hal ini menunjukkan bahwa tidak tepatnya sasaran peserta jamkesmas, justru masyarakat yang tidak mampu tidak mempunyai kartu peserta. Dari pihak petugas puskesmas sendiri jika menemukan keluarga miskin yang tidak memiliki jaminan pemeliraan kesehatan maka dari puskesmas memberikan rekomendasi agar mendapatkan kartu JPKMS. Namun begitu, bagi masyarakat miskin yang berobat tidak memiliki kartu jamkesmas masih tetap dilayani, selama ada surat keterangan yang sah melalui program JPKMS.

(53)

dan data kepesertaan jamkesmas akan diperbarui pada tahun 2014 berdasarkan data dari e-KTP.

Hal yang sama juga dinyatakan dari hasil wawancara informan kepala bidang kesejahteraan rakyat Pemerintah Kota Medan menyatakan bahwasannya, data penduduk miskin dari BPS diberikan ke pemerintah daerah untuk diverifikasi dan didistribusikan melalui camat, lurah dan kepala lingkungan dan diteruskan kepada masyarakat miskin.

Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan aspek kepesertaan, sebenarnya bisa diminimalkan bila pemerintah pusat dapat mempertimbangkan sistem yang telah berjalan didaerah. Persiapan yang matang sebelum melaksanakan program menjadi salah satu penentu keberhasilan dan pencapaian tujuan. Pembagian peran dan fungsi daerah harus jelas, harmonisasi kebijakan harus ada antara pemerintah pusat dan daerah, pelaksanaan yang terintegrasi dan melibatkan secara aktif pemerintah daerah dan seluruh stakeholder terkait, termasuk mempertimbangkan kondisi dan karakteristik daerah.

(54)

Mekanisme pendataan dan penentuan keluarga miskin merupakan salah satu langkah penting dalam pelaksanaan jamkesmas. Dengan telah adanya sistem di daerah yang selama ini dijalankan yaitu yang dikoordinir oleh Pemda dan Bapel Jamkesmas, mekanisme pendataan dan penentuan sasaran by name, by address, mengembangkan kriteria gakin, proses pendataan dengan pendekatan bottom up dari desa/ kelurahan, ada mekanisme varifikasi dan penetapan daftar gakin dengan SK Walikota.

Pendataan keluarga miskin di Kota Medan dilakukan dengan mekanisme yang dimulai dengan pendataan sasaran oleh Tim Desa (Kepala Lingkungan, LKMD dan RT). Hasil pendataan tersebut dipaparkan jumlah dan nama keluarga miskin per desa. Dari daftar keluarga miskin per desa tersebut kemudian dikumpulkan dalam satu kecamatan untuk kemudian dengan SK Walikota ditetapkan sebagai data keluarga miskin untuk Kota Medan.

5.3. Aspek Administrasi dan Keuangan

(55)

kesehatan tingkat pertama (puskesmas) untuk pelayanan kesehatan sejak bulan Januari 2011.

Hasil wawancara informan dari Dinas Kesehatan Kota Medan Bidang Kefarmasian Jaminan dan Pelayanan Kesehatan, jumlah penerimaan dana dari pusat berdasarkan jumlah penduduk miskin dan setiap bulannya puskesmas memberikan laporan alokasi dana, dan mulai tahun 2011 rekening Dinas Kesehatan Kota Medan sudah dibagi menjadi tiga alokasi anggaran yaitu dana pelayanan dasar, dana jampersal dan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), yaitu dana yang diberikan pemerintah dalam membantu puskesmas dalam kegiatan preventif dan promotif.

Hal yang sama juga dinyatakan kepala Puskesmas Medan Amplas, yaitu puskesmas semenjak Oktober 2011 tidak menerima dana jamkesmas lagi, puskesmas menerima dana BOK dan setiap bulannya puskesmas memberikan laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan.

Kota Medan telah menyediakan dana khusus (berasal dari APBD) untuk membiayai masyarakat miskin Kota Medan yang tidak memiliki kartu jamkesmas melalui program JPKMS, jadi proses pelayanan kepada keluarga miskin tetap berjalan baik untuk Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) maupun Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL).

(56)

RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa dana jamkesmas dari kementerian kesehatan langsung masuk ke rekening rumah sakit , dimana penyaluran dananya dalam setahun empat kali kucuran dana jamkesmas rumah sakit.

Sistem pembayaran jamkesmas untuk fasilitas kesehatan RSUD dilakukan dengan sistem klaim, pertanggungjawaban dana pelayanan kesehatan dengan menggunakan software INA-CBG’s dimana pertanggungjawaban tersebut diverifikasi oleh Verifikator Independen Dinas Kesehatan dengan software verifikasi klaim jamkesmas, setelah verifikasi dinyatakan layak oleh oleh verifikator independen, selanjutnya pertanggungjawaban tersebut ditandatangani oleh bagian keuangan rumah sakit, direktur rumah sakit dan verifikator independen.

Tahun 2011 jumlah klaim dari RSUD dr. Pirngadi Medan sampai dengan Juli 2011 sebesar Rp. 1.355.512.622, sistem pembayaran pelayanan jamkesmas berdasarkan paket INA CBG’s, menurut informan dari Tim Pengendali Askes RSUD dr. Pirngadi Medan bahwa ada terdapat beberapa paket pelayanan jamkesmas dimana tarif pelayanannya dibawah tarif pelayanan berdasarkan Perda RSUD dr. Pirngadi tahun 2002, jadi terkadang rumah sakit menaggulangi biayanya dan anggaran yang turun dari pusat terkadang terlambat.

(57)

penerapan INA CBG’s Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi kepada seluruh verifikator independen, sesuai dengan yang dinyatakan Dinas Kesehatan Kota Medan. Tarif balai kesehatan masyarakat dalam implementasi INA-CBG’s disetarakan dengan rumah sakit kelas C/D dan rumah sakit yang belum mempunyai penetapan kelas ditetapkan setara dengan kelas C/D. Pada rumah sakit khusus yang melayani pelayanan kesehatan umum, maka diberlakukan dua tarif INA-CBG’s sesuai dengan penetapan kelas oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, 2011).

Jasa pelayanan ditetapkan direktur rumah sakit setinggi-tingginya 44% atas biaya pelayanan kesehatan yang dilakukan. Jasa medis/ jasa pelayanan tersebut meliputi biaya untuk memberi pelayanan dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, tindakan medis, perawatan, konsultasi, visite dan pelayanan medis lainnya, serta untuk pelaksana administrasi pelayanan (Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, 2011).

Monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan hanya untuk pelayanan dasar yang terdapat di puskesmas, tetapi untuk pelayanan rujukan yaitu rumah sakit tidak dapat dilakukan monitoring dan evaluasi karena rumah sakit langsung memberikan laporan ke pusat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kota, berdasarkan keterangan yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Medan.

(58)

terutama di daerah-daerah yang menyelenggarakan sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat.

Hal yang sama juga dinyatakan pihak tim pengendali Askes bagian jamkesmas RSUD dr. Pirngadi Medan, bahwa rumah sakit memberikan laporan bulanan ke Pusat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan, hanya saja fungsi Dinas Kesehatan sebagai safe guarding belum dapat berjalan dengan baik dimana pada analisis laporan sepertinya belum berjalan optimal dilakukan terbukti dari tidak adanya umpan balik hasil analisis ke stakeholder yang terkait. Kunjungan lapangan dan supervisi sangat jarang dilakukan, dan walaupun ada hanya terbatas untuk masalah verifikasi dan klaim biaya pelayanan

Menurut mekanisme pelaporan dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, dimana Dinas Kesehatan Kota mendapatkan laporan rekapitulasi bulanan baik berupa data pasien gakin maupun jumlah klaim, bahkan dalam melaksanakan negosiasi dan kontrak kerja, seperti yang dinyatakan dari Dinas Kesehatan Kota Medan.Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kepala Puskesmas Medan Amplas setiap bulannya puskesmas memberikan laporan jamkesms kepada Dinas Kesehatan kota.

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Cakupan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Tabel 4.1. (Lanjutan)
Tabel 4.9. Pengetahuan dan Pemahaman Responden tentang Jamkesmas
Tabel 4.10. Pelayanan Jamkesmas yang Diberikan Kepada Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik adalah norma atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan

Augmented Reality dipilih karena merupakan teknologi baru yang dapat membuat pengguna secara aktif berinteraksi dengan aplikasi, sehingga diharapkan teknologi ini

Proses kompaksi dilakukan pada sampel bahan, yaitu serbuk MgB2 komersil yang bertujuan untuk membuat bahan tersebut menjadi lebih padat dan memiliki dimensi

Abstract: This research aimed to describe the core values of Kemitraan Bumidipa as sharia microfinance program that applies profit-loss sharing scheme, to elaborate the main

Rancangan e-library dan basis data relasional pada perpustakaan Berkat IQRO yang dibahas dalam penelitian ini yaitu dengan mengintegrasikan rancangan basis data dengan

biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam.. Lebih dari itu terlihat kecendrungan timbulnya hal-hal yang negative. 2.2.2 Pembagian Beban Kerja.. Beban kerja

Getaran tanah hasil peledakan dilakukan untuk mendapatkan jumlah isian maksimal setiap lubang ledak yang berhubungan dengan jarak pengukuran dekat kawasan

Tujuan dilakukannya analisis kemantapan lereng penambangan adalah untuk menentukan geometri (tinggi dan sudut kemiringan) lereng yang mantap. Data masukan yang