BAB I BAB I
KONSEP DASAR MEDIS KONSEP DASAR MEDIS A.
A. DEFINISIDEFINISI
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29 (2005), Tumor didefinisikan Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29 (2005), Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.
air liur terbesar yang terletak di depan telinga.
Tumor parotis adalah tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer Tumor parotis adalah tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2009).
asalnya. (Arif mansoer, 2009).
Tumor parotis adalah tumor yang men
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dariyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa
bahwa adanya adanya perbedaan perbedaan geografik geografik dan dan suku suku bangsa: bangsa: pada pada orang orang EskimoEskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.
mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan submandibularis, dan kelenjar sub kelenjar sub lingualis. Kelenjar lingualis. Kelenjar parotisparotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas pa
biasanya jenis
biasanya jenis derajat derajat rendah. Massa rendah. Massa dalam dalam kelenjar liur kelenjar liur dapat dapat menjadi menjadi ganasganas seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien
pasien dengan dengan keganasan keganasan pada pada kelenjar kelenjar parotisnya. parotisnya. Rasa Rasa nyeri nyeri yang yang bersifatbersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat Aspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.
dengan derajat tertinggi.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer,
mansoer, 2009). Tumor-tumor 2009). Tumor-tumor jinak jinak dari glandula dari glandula parotis yparotis yang teretak ang teretak didi bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong
tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006). tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006).
B.
B. ETIOLOGIETIOLOGI 1.
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan (bermutasi) berbeda secara antigenis dari sel-sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnahannya. Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan
lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah. (Sr. Mari Baradero.2008).
C. PATOFISIOLOGI
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa
menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis juga dapat
D. MANIFESTASI KLINIK
Tumor parotis mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal, keras, bulat, bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan dengan suatu multinodular.
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan 2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan 4. Paralisis fasial unilateral
(Shirley E. Otto, 2003)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan rontgenFoto-foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen. Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas.
2.
Pemeriksaan laboratorium :a.
Pemeriksaan darah lengkap, urin.b.
Laboratorium patologi anatomi3.
Pemeriksaan CT-ScanDiagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan
mellitus, dan penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi. (Schwartz ,2000).
G. PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan medisPenatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi (pengangkatan) glandula submandibularis dan glandula sublingualis :
Tumor – tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah
dengan sebagian daerah sekitarnya.
kedua kelenjer ludah, radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak. (Schwartz, 2000)
2.
Penatalaksanaan non medisTumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan penyakit yang mematikan dan pengobatan nya melewati kemoterapi. Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil membunuh kanker, tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai pembunuh kanker, walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun silam. Menurut hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak mengandung senyawa acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik atau membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan lebih baik bila di
konsumsi berbarengan dengan herbal jenis lainnya seperti sambiloto, temu putih atau temu mangga. Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.
1. Pengkajian umum :
a. Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat.
c. Alasan masuk rumah sakit. 2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu: Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien pernah menderita tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai kontrasepsi hormonal, pil, suntik dalam waktu yang
lama, Riwayat klien sebelumnya sering mengalami peradangan kelenjer parotis.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Perlu diketahui:
Lamanya sakit
Lamanya klien menderita sakit kronik / akut.
Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas tertentu.
Ada tidak nyakeluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas,
nyeri dada, malaise. c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau kronis.Menderita penyakit kanker atau tumor.
3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum
TTV
Tingkat kesadaran
Rambut dan hygiene kepala.
Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga ada lesi,
memar,dan bentuk kepala. b. Mata
Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil. c. Gigi dan mulut
Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah, peradangan pada tonsil.
d. Leher
Inspeksi dalam keadaan istirahat: pembengkakan yang abnormal,
Penderita juga diperiksa dari belakang. Kulitnya abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar kelenjer ludah dan melakukan pemeriksaan intraoral.
Inspeksi pada gerakan: Dinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan
Palpasi: Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari
tangan lainnya dari luar. Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya (dalam ukuran cm), bentuk, konsistensi dan fiksasi kepada sekitarnya.
Stasiun-stasiun kelenjer regional : Selalu dinilai dengan teliti dan
dicatat besar, lokalisasi, konsistensi, dan perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan pemeriksaan klinis daerah kepala dan leher seluruhnya.
Dada / thorak: Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi
perubahan pola nafas dan lain-lain.
Cardiovaskuler: Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien
dan gangguan irama jantung.
Pencernaan/Abdomen: Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah,
diare) dan bising usus.
Genitalia: Kebersihan dan keluhan lain nya
Ekstremitas : Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
e. Aktifitas sehari-hari: Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak, bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor parotis tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum dilakukan operasi.
f. Data social ekonomi: Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan keluarga.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA 2015-2017 & SDKI 2017)
1.
Nyeri akutDefinisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3.
Gangguan pola tidurDefinisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. 4. Gangguan integritas kulit/jaringan.
Definisi : Kerusakan kulit (dermis atau epidermis). 5. Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom, atau perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
6. Resiko infeksi
Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.
7. Defisit pengetahuan Definisi :
13 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri akut a. Pain level
b. Pain control c. Confort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nyeri teratasi dengan
Kriteria Hasil:
mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas.
R/ menegtahui tingkatnyeri yang dirasakan klien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
R/ reaksi nonverbal dapat menun jukkan tingkat nyeri yang dirasakan
klien
3. Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
berkurang R/ teknik non-farmakologi dapat
membantu pasien untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
4. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
R/ pemberian obat analgetik dapat mengurangi nyeri
5. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang.
14 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
berkurang R/ teknik non-farmakologi dapat
membantu pasien untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
4. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
R/ pemberian obat analgetik dapat mengurangi nyeri
5. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang.
R/ menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit yang dialami
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
a. Nutritional Status:
b. Nutritional Status : food and fluid intake c. Nutritional status : nutrient intake
1. Kaji status nutrisi
R/ pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi
d. Weight control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan Kriteria Hasil:
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan
2. Monitor adanya penurunan berat badan
R/ penurunan BB menandakan asupan makanan yang tidak terkontrol ataupun gangguan pada penyerapan nutrisi
3. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) : diet pasien diabetes mellitus
15 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
d. Weight control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan Kriteria Hasil:
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan
2. Monitor adanya penurunan berat badan
R/ penurunan BB menandakan asupan makanan yang tidak terkontrol ataupun gangguan pada penyerapan nutrisi
3. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) : diet pasien diabetes mellitus R/ untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
R/ untuk menyesuaikan berapa
jumlah nutrisi yang dibutuhkan pasien
5. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan, konjungtiva R/ kondisi tersebut menandakan bahwa kekurangan kadar nutrisi dan
cairan pasien
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
16 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
jumlah nutrisi yang dibutuhkan pasien
5. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan, konjungtiva R/ kondisi tersebut menandakan bahwa kekurangan kadar nutrisi dan
cairan pasien
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
R/ untuk mencegah konstipasi
3 Gangguan pola tidur a. Anxiety reduction b. Comfort level
c. Pain level
d. Rest : Extent and pattern e. Sleep : Extend and pattern
Seterlah dilakukan tindakan keperawatan
1. Monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
R : mengetahui perubahan pola tidur pasien
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman R : agar pasien dapat beristirahat dengan nyaman
selama …. Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur, dengan kriteria hasil:
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal 3. Perasaan segar sesudah tidur atau
istirahat
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
3. Beri posisi yang nyaman
R : memudahkan dalam beristirahat 4. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
R : menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya istirahat-tidur
5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien
R : agar keluarga mengetahui teknik tidur pasien
4 Gangguan integritas kulit Tissue Integrity : skin and mucus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….integritas kulit normal dengan
1. Monitor kulit akan adanya kemerahan R/ kemerahan menandakan adanya peradangan atau kerusakan berarti
17 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
selama …. Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur, dengan kriteria hasil:
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal 3. Perasaan segar sesudah tidur atau
istirahat
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
3. Beri posisi yang nyaman
R : memudahkan dalam beristirahat 4. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
R : menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya istirahat-tidur
5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien
R : agar keluarga mengetahui teknik tidur pasien
4 Gangguan integritas kulit Tissue Integrity : skin and mucus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….integritas kulit normal dengan
Kriteria Hasil:
Perfusi jaringan normal
Ketebalan dan tekstur jaringan normal
Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
1. Monitor kulit akan adanya kemerahan R/ kemerahan menandakan adanya peradangan atau kerusakan berarti pada kulit
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
R/ kulit bersih dapat menghindari pembentukan ataupun perkembangan kuman dan bakteri yang memicu
kerusakan pada kulit
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
R/ karena pakaian yang longgar tidak akan menekan kulit yang memicu timbul rasa nyeri ataupun gatal
4. Bersihkan area sekitar jahitan, menggunakan lidi kapas steril
R/ mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
18 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
kerusakan pada kulit
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
R/ karena pakaian yang longgar tidak akan menekan kulit yang memicu timbul rasa nyeri ataupun gatal
4. Bersihkan area sekitar jahitan, menggunakan lidi kapas steril
R/ mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan 5. Ganti balutan pada interval waktu
yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka sesuai program
R/ mencegah terjadinya infeksi
6. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
R/ melancarkan sirkulasi darah ke
bagian tubuh dan mencegah dekubitus
5 Ansietas a. Anxiety control
b. Coping
c. Impulse control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
R : memberikan rasa nyaman kepada pasien
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur R : agar klien dapat mengerti dan memahami prosedur yang akan dilaksanakan
19 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
bagian tubuh dan mencegah dekubitus
5 Ansietas a. Anxiety control
b. Coping
c. Impulse control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
R : memberikan rasa nyaman kepada pasien
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur R : agar klien dapat mengerti dan memahami prosedur yang akan dilaksanakan
3. Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
R : dapat mengurangi kecemasan pasien
4. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien
R : support dari keluarga dapat mengurangi kecemasan pasien
5. Kolaborasi pemberian obat anti cemas
R: pemberian obat cemas dapat menurunkan kecemasan pasien
6 Resiko infeksi a. Immune status
b. Knowledge : infection control c. Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….tidak ada tanda tanda infeksi dengan Kriteria Hasil:
1. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan R/ tindakan aseptic meminimalkan terjadinya infeksi
20 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
5. Kolaborasi pemberian obat anti cemas
R: pemberian obat cemas dapat menurunkan kecemasan pasien
6 Resiko infeksi a. Immune status
b. Knowledge : infection control c. Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….tidak ada tanda tanda infeksi dengan Kriteria Hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
1. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan R/ tindakan aseptic meminimalkan terjadinya infeksi
2. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
R/ untuk mengetahui pada daerah mana saja berresiko terhadap infeksi serta penyebaran dari infeksi tersebut 3. Monitor hitung granulosit, WBC
R/ untuk mengetahui jumlah kadar leukosit akibat adanya gangguan
system kekebalan tubuh
4. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase R/ kemerahan merupakan tanda adanya infeksi
5. Berikan terapi antibiotic
R/ untuk proteksi terhadap infeksi 6. Ajarkan pasien cara menghindari
21 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
system kekebalan tubuh
4. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase R/ kemerahan merupakan tanda adanya infeksi
5. Berikan terapi antibiotic
R/ untuk proteksi terhadap infeksi 6. Ajarkan pasien cara menghindari
infeksi
R/ untuk mencegah klien terpapar ataupun kembali terinvasi infeksi
7 Defisit pengetahuan a. Kowlwdge : disease process b. Kowledge : health Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Teaching : disease process
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit
dengan kriteria hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
R : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
R : memberi pemahaman kepada pasien agar pasien mengerti proses
terjadinya penyakit yang dialami 3. Gambarkan kondisi dan gejala yang
bisa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
22 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit
dengan kriteria hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
R : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
R : memberi pemahaman kepada pasien agar pasien mengerti proses
terjadinya penyakit yang dialami 3. Gambarkan kondisi dan gejala yang
bisa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
R : agar pasien mengetahui gejala yang bisa muncul
4. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
R : intervensi cepat dapat mencegah
komplikasi yang serius
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang
R : mencegah komplikasi yang mungkin terjadi sehingga pasien dapat hidup dengan kualitas hidup yang lebih baik
23 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
komplikasi yang serius
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang
R : mencegah komplikasi yang mungkin terjadi sehingga pasien dapat hidup dengan kualitas hidup yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2012 Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2013. Nursing Outcame Clasification.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2012 Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2013. Nursing Outcame Clasification.
Mosby. Philadelphia
Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius; Jakarta
McCloskey & Gloria M Bulechek. 2013. Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 . EGC. Jakarta
Nurarif & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC . Jogjakarta. Mediaction Publishing
Price & Wilson. 2013. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ,. Jakarta: Penerbit EGC
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI PPNI. Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. Jakarta: EGC. ________. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.