PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1
POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014
Oleh: Mucholid
SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek
Absrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep
konstruk-tivisme dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap minat belajar dengan pokok bahasan persamaan linear dua variabel pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Semester I dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan konstruktivisme dipilih karena lebih menekan bagaimana pengetahuan dibangun dengan bantuan pengalaman, pengetahuan awal dan keyakin-an ykeyakin-ang dimiliki untuk menafsirkkeyakin-an obyek-obyek dkeyakin-an peristiwa. Dari hasil penelitikeyakin-an ykeyakin-ang telah dilakukan , nilai rata-rata siswa pada siklus I 78,62 dengan persentase ketuntasan 79,31% meningkat pada siklus II menjadi 85,17% dengan persentase 89,66%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pe-ningkatan ini dipertegas dengan adanya respon siswa yang menunjukkan respon positif dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru dengan persentase sebesar 81,39%.
Kata kunci: pendekatan konstruktivisme, prestasi belajar, persamaan linear dua variabel
Rendahnya kemampuan siswa SMP dalam memahami dan memaknai matematika ada-lah masaada-lah yang harus diperhatian dalam pengajaran matematika. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa dalam matematika menurut hasil survei IMSTEP-JICA (2000) adalah bahwa dalam pem-belajaran matematika guru terlalu ber-kosentrasi pada hal-hal yang prosedural dan mekanistik, pembelajaran berpusat pada gu-ru, konsep matematika disampaikan secara informatif, dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang menda-lam. Hal ini mengakibatkan penalaran dan kompetensi strategis siswa tidak berkembang sebagaimana mestinya.
Kemampuan siswa di dalam menalar, mengkomunikasi dan mengkoneksikan mate-matis, serta memecahkan masalah dirasakan sangat kurang. Diperlukan upaya nyata yang
tepat, direncanakan dengan matang, dikaji dengan seksama agar kemampuan siswa dalam penalaran matematika dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Kurikulum matematika harus memberikan pengalaman belajar yang me-libatkan siswa pada proses dan produk dalam sains dan teknologi. Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum diharapkan akan men-dorong siswa menjadi pelajar yang aktif dan fleksibel. Secara khusus pendekatan ini akan: (1) memperhatikan perbedaan individu siswa, (2) memberikan kesempatan yang sa-ma kepada semua siswa untuk mempelajari konsep-konsep esensial, (3) membekali sis-wa dengan keterampilan untuk memahami dunia melalui penyelidikan, dan (4) mem-bekali siswa dengan keterampilan baik untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun bahan-bahan yang diperlukan.
Dalam proses belajar mengajar terca-kup komponen, pendekatan dan berbagai me-tode pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diseleng-garakannya proses belajar adalah demi capainya tujuan pembelajaran. Tujuan ter-sebut utamanya adalah keberhasilan siswa dalam rangka pendidikan baik pada suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada um-umnya. Jika guru terlibat di dalamnya dengan segala macam metode yang dikem-bangkannya, maka yang berperan sebagai pe-ngajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa ber-peran sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses ter-sebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus maupun umum proses belajar itu tercapai.
Usaha-usaha guru dalam mengatur dan menggunakan berbagai variabel penga-jaran merupakan bagian penting dalam ke-berhasilan siswa mencapai tujuan yang diren-canakan. Karena itu pemilihan metode, stra-tegi dan pendekatan dalam situasi kelas yang bersangkutan sangat penting. Upaya peng-embangan strategi belajar tersebut berlandas pada pengertian bahwa mengajar merupakan suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar atau dengan kata lain membelajarkan siswa. Dari sini tercermin suatu pengertian bahwa belajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi pada proses. Kualitas proses akan memberikan alur dalam menentukan kualitas hasil yang dicapai.
Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas bahwa faktor siswa sangat penting di samping faktor lain. Ke-pentingannya dapat ditinjau dari proses terjadinya, perubahan, karena salah satu
hakikat belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya penga-laman. Perubahan itu akan memberikan hasil yang optimal jika perubahan itu memang dikehendaki oleh yang belajar, bermakna bagi siswa. Dengan kata lain proses aktif dari orang yang belajar dalam rangka tujuan tersebut merupakan faktor yang sangat penting. Dengan demikian maka belajar aktif akan memberikan hasil yang lebih bermakna bagi tercapainya tujuan dan tingkat kualitas hasil belajar tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa guru wajar memilih pendekatan yang boleh melibatkan siswa secara aktif dan berkesan dalam pembelajaran matematika. Pendekatan konstruktivisme yang berbentuk dinamik, membolehkan pelajar mengguna-kan imajinasi dan pemikiran untuk membuat interpretasi makna yang sesuai dengan kon-teks pengetahuan dan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasili-tator, yaitu pembim-bing pengetahuan dan bukan sebagai pe-nyampai pengetahuan.
Kelebihan pendekatan konstruktivis-me adalah pelajar berpeluang konstruktivis-membina pe-ngetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu de-ngan pembelajaran terbaru (Nik Aziz, 1999). Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, kon-sep-konsep yang dibina pada struktur kog-nitif seseorang akan berkembang dan ber-ubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitif ngan menghubungkan pengetahuan baru de-ngan pengetahuan yang sedia ada dan proses ini dikenal sebagai accreation. Selain itu,
konsep-konsep yang ada pada seseorang bo-leh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenal sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kog-nitifnya dengan menggunakan anlogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada.
Dalam pandangan konstruktivis, stra-tegi memperoleh lebih diutamakan diban-dingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) mem-beri kesempatan siswa menemukan dan me-nerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadar-kan siswa agar menerapmenyadar-kan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Menurut Wuryadi (2000) dalam pro-ses pembelajaran, pendekatan konstruktivis-me konstruktivis-merupakan pendekatan yang konstruktivis-memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pembelajaran konstruktiv-isme diakui bahwa siswa pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kog-nitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman se-belumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sen-diri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya.
Ada beberapa hal yang perlu diper-hatikan dalam belajar mengajar konstruk-tivisme, diantaranya (l) murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran, (2) proses aktif ialah proses membuat segala sesuatu masuk akal, (3) interpretasi selalu dipenga-ruhi oleh pengetahuan sebelumnya, dan (4) kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga peng-alihan ketrampilan dan kemampuan.
Woodworth (1951) mengatakan bah-wa prestasi (achivement) adalah actual abili-ty and can be measured directly by use of lest. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemam-puan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diukur dengan menggunakan tes karena hasil belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan sikap.
Dari beberapa pendapat tersebut da-pat disimpulkan bahwa prestasi belajar meru-pakan hasil belajar seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang lain dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes.
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tin-dakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang.
Carr dan Kemmis (1986), mengata-kan bahwa penelitian tindamengata-kan adalah suatu bentuk penelaahan inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan peserta kegiatan pendi-dikan tertentu dalam situasi sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran ser-ta keabsahan. Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003).
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pogalan, dengan peneliti guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas
VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan yang berjumlah 29 siswa.
Sumber data manusia dalam pene-litian tindakan ini adalah guru kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan, siswa Kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Po-galan, dan guru matematika dari kelas lain. Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digu-nakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, data dianalisis untuk diketahui hasilnya. Analisis data adalah kegiatan mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan yang dapat dikelola, disintesiskan, dicari polanya, ditentukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982). Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu dila-kukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung.
Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tinda-kan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dila-kukan, pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika bagi siswa kelas VIII-D Semes-ter I SMP Negeri 1 Pogalan menunjukkan pe-ningkatan pada prestasi belajar siswa. Hal tersebut bisa dilihat pada grafik aktivitas guru dan siswa di bawah ini.
Gambar 1 Aktivitas guru dan siswa
Grafik tersebut menunjukkan bahwa guru mampu menerapkan konstruktivisme pada pembelajaran siklus I dengan persentase sebesar 66,67% dalam kriteria baik dan berkembang menjadi 80,83% dalam kriteria sangat baik pada siklus II. Peningkatan juga terlihat pada siswa yang mampu menerima dan melaksanakan pembelajaran matematika dengan metode konstruktivisme yang dite-rapkan oleh guru pada siklus I dengan per-sentase sebesar 61,67% dalam kriteria baik dan berkembang menjadi 77,5% dengan kri-teria sangat baik pada siklus II.
Selain aktivitas belajar yang meng-alami peningkatan, penerapan pendekatan konstruktivisme juga menunjukkan pening-katan pada prestasi siswa, hal tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah.
Dari Gambar 2 terlihat bahwa nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 78,62 dengan persentase ketuntasan 79,31% me-ningkat pada siklus II menjadi 85,17 dengan persentase 89,66%. Dengan demikian peneli-tian ini berhasil meningkatkan prestasi bela-jar siswa.
Prestasi yang diperoleh oleh siswa Kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Poga-lan menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal ini ditujukan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan, khususnya kegiatan belajar me-ngajar di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Untuk prestasi belajar ditunjukkan pada hasil evaluasi pada siklus I, diperoleh dari 29 siswa Kelas VIII-D Semester I SMP Negeri 1 Pogalan tersebut diketahui, hasil belajar dengan kategori nilai kurang adalah 0,10-60,00 dengan frekuensi 6 dan persentase 20,69% menurun menjadi 0 siswa dengan persentase 0%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80,00 dengan frekuensi 19 dan persentase 65,52% menurun menjadi 15 siswa dengan persentase 51,72%, sedangkan kategori hasil belajar baik adalah 8,01-10,00 dengan frekuensi 4 persentase 13,79% meningat menjadi 1 siswa dengan persentase 48,28%. Dengn demikian pene-litian ini terbukti mampu meningkatkan nilai siswa menjadi lebih baik.
Gambar 3 Distribusi prestasi belajar siswa
PENUTUP Kesimpulan
Dalam pendekatan konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru, harus di-kaitkan dengan berbagai pengalaman dan pe-ngetahuan yang ada sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme, mengkondisikan siswa bel-ajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar.
Nilai rata-rata siswa pada siklus I 78,62 dengan persentase ketuntasan 79,31% meningkat pada siklus II menjadi 85,17 de-ngan persentasi 89,66%. Distribusi belajar siswa selama siklus I dan II kategori nilai ku-rang adalah 0,10-60 dengan frekuensi 6 dan persentase 20,69% menurun menjadi 0 siswa dengan persentase 0%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80 dengan frekuensi 19 dan persentase 65,52% menjadi 15 siswa dengan persentase 51,72%, sedangkan kategori hasil belajar baik adalah 8,01-10 dengan frekuensi 4 persentase 13,79% meningat menjadi 1 siswa dengan persentase 48,28%.
Penerapan pendekatan konstruktivis-me berhasil konstruktivis-meningkatkan prestasi belajar siswa. Adanya peningkatan respon siswa yang menunjukkan respon yang sangat positif dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan persentase sebesar 81,39 %.
Saran
Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, agar siswa dapat terpacu minatnya dalam belajar. Pendekatan ini perlu diulang-ulang dengan memberikan dari materi sederhana menuju materi yang lebih variatif.
DAFTAR RUJUKAN
Carr, W. & Kemmis, S. 1986. Becoming critical: education, knowledge and action research. Brighton, Sussex: Falmer Press.
IMSTEP-JICA. 2000. Monitoring Report on Current Practice on Mathematics and Science Teaching and Learning. Bandung: IMSTEP-JICA.
Nik Aziz Nik Pa. 1999. Pendekatan
konstruktivisme radikal dalam
pendidikan matematik. Kuala Lumpur: University Malaya.
Rumelhart, D.E., & Norman, D.A. 1978. Accreation, tuning and restructuring: Three models of learning. Dalam Anderson, R.C., Spiro, R.J. dan
Montague, W.E. (ed.). Semantic factors in cognition. Hilldale, NJ: Law-rence Erlbaum Associates.
Waseso, I. 1994. Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Jakarta: BP3GSD.
Woordworth, R. 1951. Psychology. New York: Hendry Holt & Co.
Wuryadi. 2000. Paradigma Baru Pendidikan
Sains. Seminar Nasional
Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi-Prosiding, 22 Agustus 2000, pp.18-23. Yogyakarta
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam
Bidang Pendidikan dan Sosial.