• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASA PERSIDANGAN IV MARET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MASA PERSIDANGAN IV MARET"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK

KOMISI VIII DPR RI KE KOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN

MENGENAI “PENINGKATAN KUALITAS PENCEGAHAN, MITIGASI,

DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA”

MASA PERSIDANGAN IV 2020-2021

24-26 MARET 2021

SEKRETARIAT KOMISI VIII DPR RI

JAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Umum

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI khususnya pengawasan di bidang kebencanaan, sesuai ketentuan peraturan Tata Tertib DPR RI, maka Komisi VIII DPR RI pada Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2020-2021 membentuk Tim Kunjungan Kerja Spesifik ke Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.

B. Dasar Kunjungan Kerja

Pelaksanaan kunjungan kerja spesifik ke Kota Tangerang Selatan berdasarkan pada:

1. Pasal 20A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Dewan Perwakilan Daerah.

3. Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No 01/DPR RI/ 2020.

4. Keputusan rapat Internal Komisi VIII DPR RI.

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VIII DPR RI tentang Peningkatan Program Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan Bencana ke Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan masukan tentang kebijakan dan permasalahan mengenai aspek pencegahan, kesiapsiagaan dan penanganan bencana sehingga dapat diperoleh solusi yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

2. TUJUAN

a. Untuk memperoleh informasi dan data akurat mengenai aspek kesiapsiagaan dan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, BPBD, dan Pihak Terkait di Tangerang Selatan.

b. Untuk mendiskusikan mengenai hambatan dalam kesiapsiagaan dan penanganan bencana dan solusinya.

(3)

D. Waktu Pelaksanaan

Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR RI ke Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten dilaksanakan pada tanggal 24-26 Maret 2021.

E. Daftar Nama Tim Kunjungan Kerja

Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR RI ke Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten diikuti oleh pimpinan dan anggota, sebagai berikut:

DAFTAR ANGGOTA PADA KUNKER SPESIFIK KE KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

TANGGAL 24-26 MARET 2021

NOMOR

N A M A JABATAN FRAKSI DAPIL

URUT ANGG

1. A-509 H. YANDRI SUSANTO, S.Pt. KETUA PAN BANTEN II

2. A-107

LAKSDYA. TNI (PURN) MOEKHLAS SIDIK, MPA.

WAKIL KETUA GERINDRA JATIM II

3. A-172 SELLY ANDRIANY GANTINA, A.Md. Anggota PDIP JABAR VIII 4. A-186 PARYONO, S.H., M.H. Anggota PDIP JATENG IV 5. A-231 I G N KESUMA KELAKAN, S.T., M.Si. Anggota PDIP BALI 6. A-225 MOCHAMAD HASBI ASYIDIKI JAYABAYA Anggota PDIP BANTEN I 7. A-272 H. JOHN KENEDY AZIS, S.H. Anggota PG SUMBAR II 8. A-062 M. HUSNI, S.E Anggota GERINDRA SUMUT I 9. A-371 Hj. SRI WULAN, S.E. Anggota NASDEM JATENG III 10. A-013 H. DEDI WAHIDI, S.Pd. Anggota PKB JABAR VIII 11. A-564 IR. NANANG SAMODRA, KA, M.SC Anggota DEMOKRAT NTB II 12. A-434 Hj. NUR AZIZAH TAMHID, B.A., M.A Anggota PKS JABAR VI 13. A-438 Dr. K.H. SURAHMAN HIDAYAT, M.A. Anggota PKS JABAR X 14. A-473 H. IIP MIFTAHUL CHOIRY, S.Pd.I Anggota PPP BANTEN I

(4)

BAB II

PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA

Sesuai dengan agenda kunjungan kerja, Komisi VIII DPR RI melakukan pertemuan dengan Walikota Tangerang Selatan yang diwakili oleh Wakil Walikota di Kantor Walikota Tangerang Selatan. Hadir pula pada pertemuan tersebut Pejabat dari BNPB, Kepala BPBD Tangerang Selatan, Kankemenag Tangerang Selatan, dan para OPD Tangerang Selatan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.

Dalam sambutannya, Wakil Walikota Tangerang Selatan menyampaikan mengenai kondisi faktual kejadian, kesiapsiagaan, dan penanganan kebencanaan. Bencana yang sering terjadi di Tangerang Selatan meliputi bencana: banjir, longsor, kebakaran, gagal teknologi, dan bencana alam lain serta bencana non-alam, termasuk pandemi Covid-19.

Adapun selama 2 tahun terakhir, terdapat 2 jenis bencana yang mendominasi terjadi di Kota Tangerang Selatan yaitu longsor dan banjir dari 7 potensi bencana yang ada di Kota Tangerang Selatan yaitu banjir, longsor, kekeringan, gempa, kegagalan teknologi, pandemik dan sosial.

Pada tahun 2020 terdapat 118 (seratus delapan belas) titik banjir di Kota Tangerang Selatan, dengan jumlah korban jiwa sebanyak 4 orang meninggal dunia dan 9 orang luka ringan, serta mengakibatkan kerusakan pada fasilitas sosial seperti

(5)

sekolah, masjid, mushola, pondok pesantren, dan posyandu dengan tingkat kerusakan ringan hingga sedang.

Pada awal tahun 2021 sampai dengan saat ini jenis bencana yang mendominasi terjadi hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu bencana banjir dan longsor. Terdapat 30 (tiga puluh) titik kejadian bencana, meliputi 26 kejadian bencana banjir dan 4 kejadian bencana longsor.

Upaya atau kegiatan yang dilakukan dalam menangani bencana yang terjadi di Kota Tangerang Selatan diantaranya yakni :

1. Melakukan evakuasi korban bencana dan penanganan pengungsi;

2. Memberikan pemenuhan kebutuhan dasar untuk korban bencana seperti makanan siap saji, sembako, obat-obatan, selimut, dan alat-alat kebersihan rumah tangga;

3. Melaksanakan rehabilitasi pada tanggul-tanggul yang jebol; dan

4. Melakukan koordinasi dengan dinas terkait dan kerjasama sistem peringatan dini (BMKG).

Pada jawaban atas pertanyaan tertulis Komisi VIII DPR RI, disajikan mengenai struktur organisasi penanggulangan bencana di Kota Tangerang Selatan. Dalam struktur organisasi penanganan kebencanaan, BPBD Kota Tangerang Selatan dipimpin oleh Kepala Badan yang secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah dalam menjalankan tugas dan fungsi, Kepala BPBD dibantu oleh Kepala Pelaksana.

BPBD Kota Tangerang Selatan memiliki kewenangan dalam melaksanakan penanggulangan bencana, meliputi bencana alam dan bencana non-alam mulai dari pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana secara terkoordinir dan terintegrasi. Sedangkan kesiapsiagaan berada dalam tahap pra bencana pada situasi terdapat potensi terjadi bencana.

Untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana dilakukan melalui :

1. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan dan kedaruratan bencana; 2. Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem peringatan dini;

3. Penyediaan dan penyiapan barang-barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;

4. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat;

5. Penyiapan lokasi evakuasi;

6. Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur- prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan

(6)

Kebijakan Pemerintah Kota Tangerang Selatan tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Bencana dan menjadi isu prioritas pembangunan di dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan 2011-2031, RPJMD dan Renstra BPBD Kota Tangerang Selatan. Penyelengaraan penanggulangan bencana dilaksanakan oleh BPBD Kota Tangerang Selatan antara lain dengan memprakasai pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Bencana dengan melibatkan beberapa perangkat daerah terkait melalui Keputusan Walikota Tangerang Selatan Nomor 360/Kep.616-Huk/2019 tentang Penanggulangan Bencana. Sedangkan kebutuhan anggaran dalam penanggulangan bencana berasal dari APBD Kota Tangerang Selatan.

Koordinasi dan kerja sama di antara instansi atau lembaga yang ada di Kota Tangerang Selatan dalam kesiapsiagaan bencana antara lain:

1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan dan kedaruratan bencana dengan BPPT;

2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem peringatan dini dengan BMKG;

3) Penyediaan dan penyiapan barang-barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar dengan Forum CSR dan BNPB;

4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat dengan BAPETEN melalui simulasi kesiapsiagaan nuklir; 5) Penyiapan lokasi evakuasi yang dituangkan dalam Peta Rencana Sistem

Jaringan Evakuasi Bencana bekerja sama dengan BAPPEDA;

6) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur- prosedur tetap tanggap darurat bencana dengan Dinas KOMINFO:

7) Penyediaan dan penyiapan bahan dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana dengan Dinas PU.

Adapun koordinasi dan kerja sama dalam penanganan bencana antara lain: 1) Kerjasama dengan Pemerintah (Pusat);

2) Kerjasama dengan Perangkat Daerah Kota Tangsel, antara lain Satpol PP, Dinas PU, Dinas Sosial, Dinas Damkar dan Penyelamatan, Dinas Kesehatan dan Unsur Kewilayahan (Kecamatan dan Kelurahan);

3) Kerjasama instansi vertikal, antara lain dengan Basarnas, TNI, Polri, dan PMI;

4) Pelibatan unsur masyarakat, pakar dan akademisi, media dan sektor swasta.

Kebijakan pencegahan dan mitigasi bencana di lembaga pesantren, khususnya terkait dengan pembelajaran tatap muka (offline/luring) di masa pandemi Covid 19 mengacu kepada Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19, antara lain dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(7)

1. Pondok pesantren melakukan koordinasi dengan pihak RT, RW, dan fasilitas kesehatan pada tingkat kelurahan, kecamatan dan kota Tangerang Selatan sebelum santri tiba dan saat tiba di pondok pesantren;

2. Pondok pesantren menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi protokol kesehatan;

3. Pondok pesantren menyediakan kebutuhan untuk memenuhi protokol kesehatan;

4. Pondok pesantren melakukan peningkatan gizi bagi santri, pendidik dan tenaga kependidikan;

5. Pondok pesantren memberlakukan protokol kesehatan pada saat santri tiba di pondok pesantren; yakni mewajibkan seluruh santri dan seluruh komponen di pondok pesantren melakukan test PCR/test Rapid Antigen, apabila dinyatakan positif maka orang tersebut diarahkan untuk tidak masuk pesantren dan melaksanakan isolasi mandiri di rumahnya atau Rumah Covid 19 di bawah pengawasan orangtuanya atau tenaga medis yang berkompeten;

6. Santri dan warga pondok pesantren yang dinyatakan negatif dari virus Covid 19 bisa mengikuti pembelajaran di pondok pesantren dengan aturan tetap berdiam diri di pondok pesantren dan orang tua santri tidak diperbolehkan menjenguk ke pondok pesantren selama batas waktu yang sudah disepakati bersama;

7. Selama di pondok pesantren antar warga pesantren selalu menerapkan protokol kesehatan dengan tidak bersalaman, menjaga jarak saat berinteraksi, selalu menggunakan masker, sering mencuci tangan pakai sabun, selalu menyiapkan hand sanitizer, tidak makan dan minum di satu wadah;

8. Hanya menggunakan pakaian, handuk, peralatan mandi dan kasur sendiri; 9. Tidak keluar lingkungan pondok pesantren kecuali untuk kepentingan khusus

dengan persetujuan pengasuh;

10. Wali santri/keluarga tidak diperkenankan menjenguk selama pandemi belum berakhir, jika terpaksa harus dijenguk harus menerapkan protokol kesehatan; 11. Santri yang sakit segera diisolasi untuk dirawat di kamar khusus/poskestren/

klinik pesantren, apabila perlu penanganan dokter dilakukan konsultasi dengan wali santri;

12. Para santri dan seluruh komponen pondok pesantren dilakukan rapid test secara berkala;

13. Pondok pesantren melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala, dengan selalu berkoordinasi dengan instansi kesehatan;

14. Pondok pesantren menyusun metode pembelajaran (new normal): pembelajaran bagi santri yang masih di pondok, santri belajar di rumah, santri baru dan santri yang kembali ke pesantren;

15. Pondok pesantren mempersiapkan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran jarak jauh bagi santri yang menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh; dan

16. Pondok pesantren mempersiapkan sarana prasarana pesantren menghadapi kondisi New Normal.

Kendala yang dihadapi dalam Penanggulangan bencana di Kota Tangerang Selatan selama ini cukup terkoordinasi dengan baik antar berbagai stakeholder, antara lain BNPB, instansi vertikal, Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui lintas perangkat daerah, BPBD Provinsi, elemen masyarakat dan unsur swasta

(8)

(PENTAHELIX) sehingga permasalahan kebencanaan dapat tertangani dengan baik dan cepat.

Dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan penanganan kebencanaan, pada Tahun Anggaran 2021 Pemerintah Kota Tangerang Selatan akan membangun Gedung BPBD. Adapun salah satu kendala yang dihadapi BPBD saat ini adalah masih perlunya optimalisasi sarana prasarana untuk menunjang operasional penanganan kebencanaan di Kota Tangerang Selatan.

Wakil Walikota Tangerang Selatan juga memaparkan mengenai kondisi Pandemi Covid-19 di Tangerang Selatan sebagai berikut:

No KASUS JUMLAH PROSENTASE

1 KASUS SUSPEK 4.952 35,7 % 2 KASUS PROBABLE 39 0,3 % 3 KASUS KONFIRMASI POSITIF 8.895 64,0 % JUMLAH 13.886 100 %

Dari 8.895 yang terkonfirmasi positif yang masih dirawat di ruang isolasi berjumlah 367 orang, sembuh sebanyak 8.170 orang dan meninggal sebanyak 358 orang atau 4%.PPKM di Kota Tangerang Selatan diperpanjang untuk meredam penyebaran Covid-19.

Dalam paparannya, Wakil Walikota Tangerang Selatan menyampaikan beberapa usulan sebagai berikut:

1. Organisasi penanggulangan bencana harus.langsung dipegang oleh Kepala BPBD, tidak seperti saat ini yang dikepalai orang Sekda sebagai ex officio. Kepala BPBD bertugas sebagai Kepala Pelaksana.

2. Usul untuk substansi RUU Revisi atas UU Penanggulangan Bencana harus diatur mengenai penguatan kelembagaan BPBD di daerah.

3. Selain itu, perlu pengaturan mengenai penganggaran dari APBD (mandatory

budgeting) berupa adanya minimal persenfase tertentu dari APBN yang

dialokasikan untuk penanggulangan bencana, karena sifatnya urgent dan tidak dapat diprediksi.

4. Pemakaman juga diusulkan untuk dapat dikelola oleh BPBD. 5. Minimal Eselonisasi untuk Kepala BPBD adalah Eselon II.

6. Perlu diatur dalam RUU mengenai bentuk sanksi administratif pidana ringan untuk pelanggar Protokol Kesehatan dalam kondisi Pandemi, missal tidak menggunakan masker, dan lainnya.

(9)

Tokoh masyarakat dari kalangan Pesantren menyampaikan beberapa hal mengenai usulan kebijakan dalam RUU Penanggulangan Bencana di antaranya:

1. Pesantren dapat menjadi basis tempat pengungsian.

2. Pesantren dapat dilibatkan sebagai satuan tugas dalam penanggulangan bencana.

(10)

BAB III REKOMENDASI

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi dari hasil Kunjungan Kerja ke Kota Tangeran Selatan Provinsi Banten mengenai pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana:

1. Perlu ditindaklanjuti usulan mengenai mandatory budgeting atau alokasi anggaran dalam bentuk persentase dari APBD untuk penanggulangan bencana sebagai upaya memberikan perlindungan bagi warga dalam mitigasi dan kesiapsiagaan bencana. Usulan sesuai dengan konsep dalam RUU Penanggulangan Bencana, yaitu minimal 2 persen dari total APBD.

2. Kelembagaan BNPB dan BPBD perlu diperkuat. Kepala BPBD diusulkan dikepalai langsung oleh Kepala BPBD, bukan oleh Sekda sebagai ex-officio. Diperlukan payung hukum yang mengatur hal tersebut, sebagai bahan masukan untuk penguatan kelembagaan BNPB dan BPBD.

3. Penguatan kelembagaan juga dapat dilakukan dengan meningkatkan eselonisasi Kepala BPBD, minimal Eselon II, agar penanggulangan bencana dapat lebih efektif.

4. Diperlukan Rapat Kerja dengan Kepala BNPB untuk menggali kebijakan dan peningkatan penanganan bencana, terutama untuk penanganan bencana banjir di Kota Tangerang Selatan.

5. Komisi VIII DPR RI perlu segera menuntaskan pembahasan RUU Penanggulangan Bencana untuk mendukung efektivitas penanggulangan bencana di daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunsfik) Panitia Kerja Komisi VIII DPR RI mengenai Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Islam Negeri di Masa Pandemi Covid-19

Untuk dana penanggulangan bencana, BNPB memiliki dana siap pakai (DSP) atau dana yang bisa digunakan kapan saja pada saat terjadi bencana. Tahun 2021 anggaran BNPB mencapai lebih

Apabila manuskrip telah dipersiapkan dengan baik dan pemilihan jurnal sudah sesuai (bereputasi dan bebas predator) maka dapat disubmit dan menunggu proses review.

Pada posisi baut 6 menerima tegangan terkecil yaitu sebesar 382 MPa, pada posisi ini tidak optimal (terlemah) menerima tegangan geser karena baut putus saat

Baru- baru ini saya mendapat tahu mengenai seorang lelaki muda yang menghadiri bait suci dengan hati yang merayu untuk dibantu... Beberapa bulan sebelumnya, dia telah

Sewaktu kita mempersamakan tulisan suci dengan diri kita sendiri dan membantu orang lain melaku- kan hal yang sama, kita akan dapat melihat kuasa firman Allah dalam setiap

Bupati Aceh Besar Provinsi Aceh mengapresiasi kedatang tim kunsfik Komisi VIII DPR-RI dalam rangka meningkatkan sinergitas dan koordinasi yang terkait dengan penangan

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI, sesuai ketentuan Peraturan Tata Tertib DPR RI, maka Komisi VIII DPR RI dalam Reses Masa Persidangan I Tahun