BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.1.1. Umum
Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja Kabupaten Bandung memiliki program mengatasi masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat yaitu akan memanfaatkan air Sungai Cisondari yang berlokasi di Gambung Desa Mekarsari Kecamatan Pasir Jambu sebagai air baku untuk air bersih/air minum. Rencana pemanfaatan debit air sungai Cisondari di realisasi melalui rencana pembangunan yang terdiri dari :
1. Pembuatan Intake dan Bendung dengan kapasitas 400 liter/detik
2. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi 600 mm (HDPE, PN.8SDR-21)
sepanjang 16,6 km dari mulai intake sampai dengan inlet IPA Desa Sadu
3. Pembuatan Bak Pelepas Tekan (BPT) dengan kapasitas masing-masing unit sebesar
125 m3 yang terdiri dari4 unit
Rencana kegiatan tersebut telah memiliki Dokumen AMDAL dengan Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup dari Bupati Bandung Nomor 667/Kep.102-DLH/2017 tanggal 11 Januari 2017.
Berdasarkan hasil kajian teknis oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung, maka ada rencana kegiatan tambahan yang tidak terlingkup dalam Dokumen AMDAL Tahun 2017, yaitu:
1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) kapasitas 2 x 200 Liter/detik dan fasilitas
penunjang lainnya seluas 17.967 m2.
2. Reservoir kapasitas 3.250 m3 dan 6.500 m3.
3. Pipa Jaringan Distribusi Utama (JDU) sepanjang 18,63 km.
Rencana penambahan kegiatan tersebut di atas diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sehingga diperlukan suatu kajian lingkungan berupa Adendum AMDAL agar dapat mengelola dampak negatif dan dampak positif yang ditimbulkan
sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Beberapa pertimbangan yang melandasi penyusunan dan proses penilaian Dokumen Adendum AMDAL Rencana Kegiatan Tambahan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Gambung oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
1) Izin Lokasi
Status lahan untuk bangunan IPA, reservoar dan fasilitas penunjangnya telah lama dikuasai oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung (milik PEMDA Kabupaten Bandung) yang dibebaskan sekitar tahun 1990 yang diperuntukan untuk bangunan IPA
dan fasilitas penunjangnya. Luas lahan tersebut adalah sekitar 17.967 m2 (17,97 Ha).
2) Kewajiban Menyusun Adendum AMDAL
Berdasarkan Surat Arahan dari DLH Kabupaten Bandung Nomor 667/5497/TL tanggal 29 Desember 2017, bahwa perubahan rencana kegiatan diwajibkan menyusun Dokumen Adendum ANDAL dan RKL-RPL.
3) Pendekatan Studi AMDAL
Berdasarkan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Pasal 8 ayat 2), bahwa penyusunan dokumen AMDAL Rencana Pembangunan SPAM Gambung oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung menggunakan pendekatan studi AMDAL tunggal, karena memiliki satu jenis usaha dan/atau kegiatan, yaitu penyediaan air bersih.
4) Kewenangan Penilaian Dokumen AMDAL
Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan, bahwa rencana kegiatan pembangunan yang terletak dalam satu wilayah kabupaten dilakukan oleh komisi penilai Kabupaten/Kota yang telah memiliki lisensi komisi penilai AMDAL. Oleh karena itu, penilaian dokumen Adendum ANDAL dan RKL-RPL Rencana Pembangunan SPAM Gambung oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Bandung.
Studi Addendum ANDAL dan RKL-RPL Rencana Pembangunan SPAM Gambung oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung mengacu pada PERMEN LH No.16
Tahun 2012, Lampiran II dan III mengenai penyusunan dokumen ANDAL dan RKL/RPL.
1.2. Tujuan dan Manfaat Rencana Kegiatan 1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah pemanfaatan air baku Gambung untuk diolah menjadi air bersih/air minum dalam rangka meningkatkan pasokan air bersih/ air minum bagi masyarakat Kabupaten Bandung khususnya di Kecamatan Katapang, Kecamatan Soreang, Kecamatan Kutawaringin dan Kecamatan Margahayu.
1.2.2. Manfaat Rencana Kegiatan
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih/air minum perpipaan untuk masyarakat
Kabupaten Bandung yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinunitas.
2. Meningkatkan derajat kesehatan, tingkat perekonomian serta taraf hidup masyarakat
Kabupaten Bandung.
1.3. Pelaksanaan Studi 1.3.1. Pemrakarsa
Pemrakarsa kegiatan AMDAL Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Gambung Kabupaten Bandung adalah:
Nama Pemrakarsa : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja Kabupaten
Bandung
Penanggung Jawab : H. Rudie Kusmayadi, BE., M.Si
Jabatan : Direktur Utama PDAM Tirta Raharja
Alamat : JL. Kol. Masturi Km 3 Cimahi 40511.
Jln. Telepon/ Fax : 022-6654184/ 022-665429
1.3.2. Pelaksana Studi Adendum AMDAL
Penyusunan dokumen Addendum ANDAL dan RKL-RPL Rencana Pembangunan SPAM Gambung oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung dilakukan oleh lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen AMDAL sesuai dengan ketentuan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012. Lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen AMDAL tersebut, yaitu:
Nama Perusahaan : PT. Widya Cipta Buana No. Registrasi Kompetensi : 0002/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
Alamat : Komp. Perkantoran Metro, Jl. Venus Barat
Kav.15 Margahayu Raya Soekarno – Hatta, Bandung 40286
Telp./Fax. : 022 – 7568445 – 7509159 / 022 - 7509172
Penanggungjawab : Iwan Setiawan
Jabatan Jabatan : Direktur Utama
1) Tim Penyusun Adendum AMDAL
a. Ketua Tim : Iwan Setiawan (Sertifikasi KTPA Intakindo)
No. 001465/SKPA-P2/LSK-INTAKINDO/IX/2015
b. Anggota Tim : 1) Arie Fitria Indrayana (Sertifikasi ATPA Intakindo)
No. 001449/SKPA-P2/LSK-INTAKINDO/IX/2015 2) Haikal Suhaidi (Sertifikasi ATPA Intakindo) No. 001469/SKPA-P2/LSK-INTAKINDO/VIII/2015
2) Tenaga Ahli
a. Ahli Kualitas Air : Arie Fitria Indrayana
Asisten Ahli : Tari Septiani
b. Ahli Kualitas Udara : Winona Maheswari
Asisten Ahli : Ulfa A. Nadillah
c. Ahli Biologi : Dadan Ramdan
d. Ahli Geologi & Hidrologi : Djajin Praptoraharjo
e. Ahli Transportasi : Andi Setiawan
f. Ahli Sosekbud : Joko Edi Santosa
Asisten Ahli Tri Utami
1.4. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan RTRW
Lokasi rencana pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Gambung yang terletak di Kabupaten Bandung, dengan memanfaatkan air Sungai Cisondari yang berlokasi di Gambung Desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Jambu selanjutnya distribusi air akan melewati 3 (tiga) kecamatan yaitu Soreang, Katapang, dan Margahayu melalui pipa JDU. Rencana pengembangan SPAM Gambung yang akan dilakukan oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung pada prinsipnya harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayahnya. Hal ini dilakukan guna mencapai keterpaduan dengan rencana pembangunan yang ada. Untuk melihat lokasi tersebut sesuai/tidak bertentangan dengan peruntukannya di Kabupaten Bandung, maka kesesuaian lokasi dengan rencana tata ruang mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.27 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung tahun 2016-2036.
Kesesuaian ini dilihat dari penataan ruang dari segi perencanaan tata ruang pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.27 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung tahun 2016-2036, aturan ruang untuk lokasi rencana pengembangan SPAM Gambung yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bandung yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan Tata Ruang
- Pada bagian rencana jaringan sistem prasarana lainnya, Pasal 21 huruf g adanya
pengembangan sistem pelayanan air minum;
- Selanjutnya diperjelas pada Pasal 33 yaitu:
(1) Rencana sistem penyediaan air bersih meliputi:
a. pembangunan Sistem Pelayanan Air Minum, meliputi:
1. Sistem Pelayanan Air Minum Kertasari, di Kecamatan Kertasari;
2. Sistem Pelayanan Air Minum Gambung, di Kecamatan Pasirjambu;
3. Sistem Pelayanan Air Minum Sinumbra di Kecamatan Rancabali;
4. Sistem Pelayanan Air Minum Cibulakan di Kecamatan Pacet; dan
5. Lokasi lainnya yang memiliki potensi berdasarkan kajian teknis.
b. peningkatan kapasitas produksi Perusahaan Daerah Air Minum dan
menurunkan kehilangan air;
d. pengembangan sistem penyediaan air bersih regional di; 1. Kecamatan Cileunyi; 2. Kecamatan Soreang; 3. Kecamatan Kutawaringin; 4. Kecamatan Ciparay; 5. Kecamatan Paseh; 6. Kecamatan Cicalengka; 7. Kecamatan Rancaekek; 8. Kecamatan Cikancung;
9. Kecamatan Ciwidey; dan
10.Kecamatan Pasirjambu.
(2) Pengembangan sistem air bersih melalui pengelolaan sumber air yang ada,
pemanfaatan sumber air baru dan peningkatan jaringan distribusi.
(3) Identifikasi sumber-sumber air berupa mata air, air permukaan dan air tanah.
(4) Perbaikan manajemen pengelolaan pelayanan air bersih.
(5) Pengembangan sumber-sumber air baku baru.
(6) Peningkatan kemitraan pemerintah, masyarakat serta swasta.
(7) Peningkatan infrastruktur.
(8) Pengembangan sistem penyediaan air bersih lintas wilayah.
(9) Pengembangan pemanfaatan air untuk industri air minum dalam kemasan.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa lokasi rencana pengembangan SPAM Gambung
yang terletak di Kecamatan Pasir Jambu telah sesuai dengan arahan rencana struktur
ruang Kabupaten Bandung yang dijelaskan pada Pasal 33.
2. Pemanfaatan Ruang
Pada BAB VI Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Bandung adanya rencana pentanagunaan air yang diperjelas pada Pasal 63 yaitu:
(1) Air permukaan, air tanah, serta sumber air lainnya tidak dapat dikuasai oleh
perorangan atau badan usaha.
(2) Ketentuan pemanfaatan air adalah:
a. masyarakat dan badan usaha dapat memanfaatkan air permukaan dan air
tanah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; masyarakat dan badan usaha wajib memelihara
c. masyarakat dan badan usaha dilarang mencemari air baku dan badan air sungai dan danau di atas ambang batas yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas, PDAM Tirta Raharja yang akan melakukan rencana pengembangan SPAM Gambung dalam memanfaatkan air bersih yang akan digunakan untuk penyediaan air minum harus sesuai dengan ketentuan pemanfaatan pada Pasal 63 dan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pengendalian Ruang
Pada ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang, pada Pasal 75 mengenai ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan air bersih dengan ketentuan yaitu:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang dan kegiatan pembangunan prasarana air bersih
serta kegiatan prasarana penunjang pengelolaan sistem jaringan air bersih;
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di sekitar sumber air bersih dengan
tidak merubah fungsi utama; dan
c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber air bersih
yang mengubah keberlanjutan fungsi utama, mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan sampah dan mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana penyediaan air bersih.
Pembangunan rencana pengembangan SPAM Gambung yang dilakukan PDAM Tirta Raharja harus sesuai dengan ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang pada kawasan sekitar jaringan air bersih. Hal ini dilakukan untuk mencapai upaya dalam mewujudkan tata ruang yang tertib dan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan.
Gambar 1. 1. Posisi Lokasi Rencana Kegiatan Dalam Lingkup RTRW Kabupaten Bandung
1.5 Dokumen Lingkungan Yang Dimiliki
Rencana Pembangunan SPAM Gambung telah memiliki dokumen lingkungan, yaitu: Dokumen AMDAL Rencana Pembangunan SPAM Gambung Tahun 2017.
1.6 Deskripsi Kegiatan Sesuai AMDAL Tahun 2017
Kegiatan utama yang terlingkup dalam AMDAL Tahun 2017 adalah:
1. Bangunan penyadap air (intake)
2. Bak pelepas tekan (BPT)
3. Pipa transmisi
Lahan yang akan digunakan untuk kegiatan intake dan BPT adalah seluas 20.689,4 m2,
sedangkan pipa transmisi akan menggunakan bahu jalan. Secara administrasi seluruh kegiatan tersebut berada di 2 wilayah kecamatan yakni:
1. Kecamatan Pasir Jambu:
Desa Mekarsari
Desa Cukang Genteng
Desa Cisondari
Desa Cibodas
2. Kecamatan Soreang:
Desa Sukajadi
Desa Sadu
Lokasi bendung dan intake berada di Desa Mekarsari sedangkan pipa transmisi terbentang dari Desa Mekarsari dan berakhir di Desa Sadu.
Penggunaan lahan adalah sebagai berikut :
1) Untuk Bak Pelepas Tekan (BPT) : 689,4 m2
2) Untuk area intake, bendung dan genangan : 20.000 m2
1.6.1. Bangunan Penyadap Air (Intake) 1) Deskripsi Kegiatan
Sumber air yang digunakan untuk SPAM Gambung adalah Sungai Cisondari yang ada di wilayah Gambung. Sungai Cisondari menerima limpasan dari Mata Air Cikembang
dan Saluran Cijaha yang berada di lahan milik PPTK Gambung.. Sungai tersebut
merupakan anak sungai Ciwidey yang airnya mengalir sepanjang tahun karena pada musim kemarau aliran air dipasok dari limpasan mata air disekitarnya. Sungai tersebut berada di Desa Mekarsari. Potensi minimum dari Sungai Cisondari yang terdapat di lereng Gunung Tilu adalah sekitar 700 Liter/detik, sedangkan rencana debit yang akan dimanfaatkan adalah sebesar 400 Liter/detik.
Berdasarkan pertimbangan adanya fluktuasi air sungai, maka desain intake yang akan
dilaksanakan adalah intake berupa bendung dengan tampungan berupa long storage
dengan luas 7.520 m2 dan kedalaman rata-rata 6 m sehingga volume tampungan
mencapai 45.114 m3.
Adapun dimensi bendung yang akan direncanakan adalah:
Panjang : 25,6 meter
Lebar : 15 meter
Tinggi : 37,5 meter
Peta topografi, peta ilustrasi long storage dan desain bendung rencana intake Sungai Cisondari dapat dilihat pada gambar dibawah.
2) Kondisi Lapangan
Aktifitas kegiatan pembangunan intake saat ini statusnya di lapangan baru pengukuran
dan pemasangan patok untuk bangunan intake untuk persiapan konstruksi, sehingga
belum ada aktifitas pembangunan (konstruksi) intake. Berikut kondisi eksisting yang terdapat pada wilayah perkebunan teh dan kina di Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung pada Gambar berikut.
Area untuk Bangunan Intake
Daerah Sekitar Intake
1.6.2. Bak Pelepas Tekan (BPT) 1) Deskripsi Kegiatan
Bak pelepas tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan penunjang pada jaringan transmisi atau pipa distribusi. BPT berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat mengakibatkan pipa pecah. Posisi sumber air baku yang akan diambil/intake mempunyai ketinggian + 1.200 dpl sedangkan posisi instalasi pengolahan air di Desa Sadu, Kecamatan Soreang berada pada ketinggian +819 dpl sehingga terdapat perbedaan tinggi yang cukup signifikan yaitu sebesar 381 m.
Perencaan jaringan pipa transmisi akan menggunakan pipa HDPE, dimana pipa HDPE yang akan digunakan mempunyai batas maksimum tekanan sebesar 100 m atau 10 Bar, sehingga tidak memungkinkan untuk mengalirkan langsung air dari sumber menuju pengolahan tanpa adanya bak-bak pelepas tekan (BPT). Berdasarkan analisa pada sistem transmisi Gambung dibutuhkan 4 bak pelepas tekan. Untuk lokasi penempatan BPT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1. Lokasi Penempatan BPT
BPT Elevasi (m) Keterangan Lokasi
Koordinat Luas Bangunan
(m2)
1 1.121,14 Desa Cibodas,
Kec Pasir Jambu
7o6’30,9” LS , 107o29’32,78” BT 183,40 2 1.038,88 Kp. Pasirjambu 7 o3’26,11” LS , 107o28’46,84 BT 161 3 969,62 Kp. Pago 7 o4’10,50” LS , 107o29’23,98 BT 184 4 875,05 Kp. Sukahaur 7 o3’26,19” LS , 107o29’50,64 BT 161 Total 689,4
Sumber: Studi Potensi Air Baku dan DED untuk Air Bersih/Air Minum Gambung, 2018
Dimensi BPT:
Lebar : 7 meter
Panjang : 7 meter
Penggunaan lahan untuk BPT berupa persawahan milik masyarakat. Namu dilihat dari perkembanganya status lahan untuk 4 buah BPT telah dibebaskan dan saat ini lahan tersebut telah menjadi milik PDAM Tirta Rahaja.
BPT akan dibangun dengan menggunakan konstruksi beton dan akan dilengkapi dengan katup-katup operasi sehingga memudahkan pihak pengelola dalam melakukan perbaikan dan pemeliharaan. Khusus untuk BPT I, akan dilengkapi dengan alat ukur
Cipoletti untuk mengetahui aliran debit yang masuk dari intake ke BPT I .
Berdasarkan debit yang terukur tersebut akan dapat dilakukan pengaturan katup outlet di intake.
Gambar 1.5. Bak Pelepas Tekan
2) Kondisi Lapangan
Kondisi proyek di lapangan saat ini belum ada aktifitas kecuali patok untuk penempatan 4 buah BPT telah terpasang, sehingga belum ada aktifitas fisik (konstruksi).
1.6.3. Pipa Transmisi 1) Deskripnsi Kegiatan
Pipa transmisi berfungsi untuk menyalurkan air baku dari lokasi intake ke bangunan pengolahan air (IPA). Jalur transmisi ini akan dipasang membentang dari mulai Desa Mekarsari (lokasi intake) dan berakhir di Desa Sadu (lokasi IPA). Pipa transmisi akan dipasang di pinggir jalan dengan pertimbangan kemudahan operasional dan pemeliharaan.
Spesifikasi Pipa Transmisi:
Jenis pipa : HDPE, PN.8 SDR-21
Diamater pipa : 600 mm
Panjang pipa : 16.600 m (16,6 km)
Penempatan :
- 600 m dari intake ditempatkan di pinggir sungai
- 16.000 m berikutnya ditempatkan di pinggir jalan
Pipa tersebut akan dipasang pada pinggiran sungai sepanjang 600 meter, open cut pada
jalan kabupaten sepanjang 7.260 m, crossing jalan sepanjang 282 m (17 titik) dan
dengan metode Horizontal Directional Drilling (HDD) pada jalan Provinsi sepanjang
Jalur jalan raya Ciwidey-Soreang Jalur jalan raya Ciwidey-Soreang
Jalur setelah intake Jalur di aliran sungai
Hilir sungai Jalur lokasi di daerah Gambung
2) Kondisi Lapangan
Kondisi pembangunan di lapangan saat ini sedangkan dilakukan pembangunan pipa transmisi yang mencapai sekitar 75%. Metode pembangunan pipa transmisi dilakukan
dengan 2 (dua) cara, yaitu penggalian dan Boring HDD (Horizontal Directional
Drilling) dengan cara full mechanic. Uraian lengkap mengenai metode pembangunan
pipa transmisi adalah sama dengan pembangunan pipa jaringan distribudi utama (JDU), sehingga diuraikan di bagian berikutnya (sub bab 1.7. Rencana Pengembangan).
Salah satau titik jalur transmisi Proses Penggalian Tanah Menggunakan Excavator
Proses pemasangan pipa di bahu jalan protokol
Proses Pemindahan Pipa ke dalam tanah
1.6.4. Implementasi RKL dan RPL
Implementasi RKL dan RPL kegiatan di lapangan terdiri dari kegiatan prakonstruksi dan konstruksi.
1) Implementasi RKL
Tahap Pengelolaan yang telah
dilakukan Evaluasi
Prakonstruksi
Pembebasan lahan untuk lokasi Intake
Telah dilakukan perjanjian kerjasama (PKS) antara PDAM Tirta Rahaja dengan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung
Pembebasn lahan untuk lokasi BPT
Telah dibebaskan lahan untuk BPT berupa persawahan degan cara melakukan kesepakatan antara PDAM dan pemilik lahan. Lahan yang dibeli memiliki luas masing-masing 50 m2 dan saat ini statusnya milik
PDAM Tirta Rahaja Kabupaten Bandung
Pembebasan lahan masyarakat yang terkena dampak untuk jalur transmisi dengan cara mufakat antara pemberi kompensasi dengan masyarakat
Nilai kompensasi telah disepakati dan sampai saat ini musyawarah berjalan kondusif sehingga tidak terindikasikan adanya gejolak keresahan di masyarakat.
Konstruksi
Berkoordinasi kepada Kepala Desa, RT, RW setempat terkait pembanguna pipa transmisi
Koordinasi dan pemberitahuan pada masyarakat telah dilakukan sehingga tidak terjadi keresahan di masyarakat
Menggunakan mesin bor yang telah tersertifikasi
Intensitas bising dari mesin bor tidak mengganggu kenyamanan lingkungan khususnya di permukiman
Pemasangan rambu-rambu pengaman dan peringatan, serta penempatan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur kendaraan di lokasi pemasangan pipa
Di lokasi pemasangan pipa masih terlihat sedikit rambu-rambu pengamanan dan peringatan. Petugas pengatur lalu lintas tidak selalu ada selama kegiatan berlangsung Pemadatan tanah setelah
melakukan penanaman pipa transmisi
Terlihat dibeberapa lokasi masih belum dilakukan pemadatan kembali sehingga terbentuk perosokan
Penanganan lumpur hasil pengeboran dengan cara dikumpulkan di dalam karung dan disimpan sementara di lokasi yang telah ditentukan
Penanganan lumpur terkadang tidak langsung dilaksanakan sehingga jalan menjadi kotor dan licin
Memberi tanda plat besi atau jembatan kayu diatas galian yang melintas pekarangan rumah penduduk agar aksesibilitas penduduk tidak terganggu
Telah diterapkan dalam memberi tanda berupa plat besi atau jembatan kayu diatas galian yang melintas pekarangan rumah masyarakat
2) Implementasi RPL
Berdasarkan wawancara dengan penduduk dan pelaksana proyek, bahwa RPL belum didokumentasikan walaupun yang sifatnya observasi telah dilaksanakan.
Salah Satu Kegiatan Pemasangan Pipa (a)
Salah Satu Pipa yang akan dipasang (b) Gambar 1.10. Kondisi Pipa di Lapangan
1.7. Deskripsi Pembangunan
Rencana Pembangunan SPAM Gambung pada dokumen AMDAL Tahun 2017 dan adendum disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. 2. Kegiatan dalam Dokumen AMDAL Tahun 2017 dan Adendum
Dokumen No Uraian Kegiatan Lokasi Luas
(m2) Status Kegiatan
AMDAL TAHUN 2017
1 Pembuatan Intake dan Bendung Kapasitas 400 L/detik
Sungai Cisondari,
Kecamatan Pasir Jambu 20.000
Selesai pemasangan Patok
2
Pengadaaan dan Pemasangan Pipa Transmisi 600 mm (HDPE, PN.8SDR-21) sepanjang 16,6 km
Sungai Cisondari (Kec. Pasir Jambu) – IPA Desa Sadu (Kecamatan Soreang)
-
Penggalian tanah dan pemasangan pipa transmisi 3 Pemasangan BPT kapasitas 10 m 3 sebanyak 4 unit BPT 1 : Desa Cibodas, Kec. Pasir Jambu BPT 2 : Kp. Pasir Jambu BPT 3: Kp. Pago BPT 4: Kp. Sukahaur 689,4 Selesai Pemasangan patok ADENDU M 1
Pembangunan IPA kapasitas 2 x 200 liter/detik beserta fasilitas penunjang
Desa Sadu, Kecamatan
Soreang 17.967 -
2 Pembangunan Reservoir Kapasitas 3.250 m3 dan 6.500 m3
Desa Sadu, Kecamatan
Soreang - -
3 Pembangunan JDU 18,63 km Kecamatan Soreang –
Kecamatan Margahayu - - Sumber : Hasil Survei, 2018 & PDAM Tirta Rahaja, 2018
1.7.1. Tahap Prakonstruksi 1.7.1.1 Sosisalisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan merupakan salah satu komponen dari rencana kegiatan pembangunan IPA beserta fasilitas penunjang, reservoir, dan pemasangan pipa JDU yang dilakukan setiap akan dilaksanakan suatu pekerjaan baru dan di lokasi baru. Hal ini bertujuan memberitahukan kepada masyarakat luas secara langsung tentang pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan tersebut. Dengan demikian masyarakat yang akan terkena dampak kegiatan dapat mempersiapkan diri. Masyarakat dan perangkat desa dan kecamatan diberikan penjelasan mengenai rencana kegiatan khususnya tahap konstruksi yang akan menggangu mereka.
1.7.1.2 Pengadaan Lahan
Rencana Pembangunan SPAM Gambung terdiri dari:
a. Bangunan IPA kapasitas 2 x 200 liter/detik dan Fasilitas penunjang di lahan seluas
17.967 m2
b. Reservoir dengan kapasitas 6.500 m2 dan 3.250 m2
c. Pipa JDU sepanjang 18,63 km.
Panjang pipa JDU seluruhnya adalah 18,63km akan menggunakan jalan Kabupaten dan Jalan Provinsi, sehingga tidak ada pembebasan lahan, namun akan diberikan kompensasi kepada para warga yang terkena kerusakan akibat pembangunan pipa JDU. Pipa tersebut akan ditanam di bawah tanah sekitar 1,5 m dari permukaan tanah, sehingga keberadaanya tidak menggangu aktifitas yang ada disekitar jalan tersebut (operasi).
Sedangkan kebutuhan dan pengadaan lahan untuk bangunan IPA, reservoir dan fasilitas penunjangnya (kantor, ruang kontrol, pos jaga, jalan) dengan luas lahan seluruhnya 2 ha telah dibebaskan dari pemilik lahan (penduduk) pada tahun 1990 oleh Pemda Kabupaten Bandung, sehingga tidak ada pembebasan lahan baru karena dianggap telah mencukupi. Berdasarkan uraian di atas maka kegiatan pengadaan lahan berupa pembebasan lahan tidak ada. Sedangkan kegiatan prakonstruksi yang akan menimbulkan dampak adalah besaran kompensasi terhadap penduduk sepanjang jalan yang dilalui pipa JDU pada saat dilakukan konstruksi karena mereka terganggu dan akan ada beberapa milik penduduk seperti tanaman dan pagar yang akan rusak atau terganggu.
1.7.2. Tahap Konstruksi
1.7.2.1 Pengadaan Tenaga Kerja Konstruksi 1) Jumlah dan Spesifikasi Tenaga Kerja
Kegiatan rencana Pembangunan SPAM Gambung pada tahap konstruksi akan membutuhkan tenaga kerja untuk pengerjaan pembersihan lahan (land clearing), pekerjaan penggalian, pekerjaan penimbunan, pekerjaan pembetonan bangunan IPA, reservoir dan fasilitas penunjangnya, serta pekerjaan galian pipa JDU. Tenaga kerja terdiri dari beberapa staf ahli dan staf teknik dari kontraktor dan sejumlah pekerja lokal dan pekerja yang didatangkan dari daerah lain jika tidak tersedia di lokasi setempat. Untuk efisiensi dan keamanan kerja, serta keamanan pelaksanaan pekerjaan.
Penerimaan tenaga kerja akan dioptimalkan dari penduduk sekitar sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang disyaratkan. Masyarakat sekitar yang memiliki pendidikan terakhir seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) bisa menjadi tenaga kerja dari kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan penggalian, pekerjaan penimbunan, dan pekerjaan pembetonan bangunan IPA. Presentasi masyarakat lokal yang dapat di rekrut ke dalam rencana kegiatan tersebut sebesar 92,3% sisanya sebesar 7,7% tenaga kerja yang didatangkan dari luar dikarenakan status pendidikan yang dibutuhkan diatas SMA. Akan tetapi masyarakat lokal yang memiliki pendidikan diatas SMA dapat juga untuk menjadi tenaga ahli dalam rencana kegiatan tersebut setelah memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan.
Informasi kebutuhan tenaga kerja akan disampaikan kepada masyarakat melalui koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung, aparat kecamatan dan aparat desa. Apabila tenaga kerja lokal belum memenuhi jumlah yang dibutuhkan maka tenaga kerja akan didatangkan dari luar daerah.
Untuk posisi-posisi tertentu yang membutuhkan keahlian engineering dan pengalaman yang memadai akan didatangkan dari luar daerah sesuai kebutuhan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat konstruksi adalah sekitar 130 orang dengan rincian seperti disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.3.Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja Tahap Konstruksi
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Orang)
A Mobilisasi Peralatan & Material
1 Sekolah Dasar (SD) 10
2 SLTP 5
3 SLTA 3
Jumlah A 18
B Penyiapan Lahan (Land Clearing)
1 Sekolah Dasar (SD) 20
2 Sarjana Muda (D3) 2
Jumlah B 22
C Konstruksi IPA, Reservoir & Fasilitas penunjang
1 Sekolah Dasar (SD) 20 2 SLTP 10 3 SLTA 5 4 Sarjana Muda (D3) 3 5 Sarjana (S1) 3 Jumlah C 41
D Pemasangan Pipa JDU
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) 2 SLTP 10 3 SLTA 5 4 Sarjana Muda (D3) 2 5 Sarjana (S1) 2 Jumlah D 49 Jumlah A+B+C+D 130
Sumber :PDAM Tirta Raharja, 2018
Kegiatan penyelenggaraan tenaga kerja akan mengacu pada “UU No 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan dan Kep.Men Tenaga Kerja No. 150 Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan Dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
2) Mobilisasi Tenaga Kerja dan Operasional Basecamp
Untuk mobilisasi tenaga kerja pada saat konstruksi maka perlu adanya basecamp yang
ada di sekitar lokasi kegiatan. Bangunan basecamp akan dibuat tidak permanen
dengan ketentuan sebagai berikut:
Bangunan bersifat sementara, namun dibangun cukup kokoh .
Dilengkapi dengan jendela dan ada lubang udara.
Dilengkapi dengan jaringan listrik untuk penerangan.
Ada ruang rapat yang dilengkapi dengan meja rapat, kursi dan papan tulis.
Fasilitas toilet dan kamar mandi lengkap.
3) Kebutuhan Air Bersih Tahap Konstruksi
Guna menunjang kegiatan konstruksi, kontraktor pelaksana akan menyediakan air bersih dari sumber air tanah di tapak proyek, untuk air minum akan menyediakan air mineral isi ulang dan untuk pekerjaan konstruksi akan memanfaatkan air permukaan.
Kebutuhan air bersih dari 130 orang tenaga kerja adalah 10,4 m3/hari (standar keb air:
80 tr/pkerja/hari), kebutuhan air minum adalah 195 liter (standar keb air: 1,5 ltr/pkerja/hari) dan untuk kebutuhan air untuk keperluan konstruksi diestimasi 5 m3/hari.
4) Penanganan Sampah
Timbulan sampah domestik berasal dari 130 pekerja. Volume sampah yang akan dihasilkan mencapai 260 liter/hari (asumsi timbulan sampah: 2 liter/pek/hari). Sampah-sampah tersebut akan dikumpulkan di TPS yang disediakan dan pengelolaan
selanjutnya akan bekerjasama dengan petugas kebersihan Kabupaten Bandung. Untuk sampah bekas konstruksi akan dipilah, sampah yang masih bisa dimanfaatkan akan dikumpulkan untuk dijual ke lapak-lapak pengumpul, sedangkan sampah yang sudah tidak berguna akan diangkut ke TPA oleh petugas.
5) Penanganan Limbah Cair Domestik
Timbulan air limbah domestik yang berasal dari 130 pekerja proyek diperkirakan
mencapai 8,32 m3/hari (asumsi timbulan air limbah 80% kebutuhan air bersih). Air
limbah domestik tersebut akan ditampung pada septic tank 2 kompartemen yang dilengkapi dengan media rembesan. Pembuatan septic tank akan mengikuti kaidah-kaidah teknik mengacu pada Tata Cara Perencanaan Septik Tank akan mengacu pada SNI 03-2398-2002.
6) Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam menjalankan proses kegiatan konstruksi pemrakarsa kegiatan akan mewajibkan kontraktor untuk melaksanakan program K3 yaitu program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi pekerja. Oleh karena itu pemrakrsa selalu mewajibkan pekerja
untuk menggunakan Personal Protective Equipment (PPE) atau biasa disebut dengan
APD (Alat Perlindung Diri).
APD (Alat Perlindung Diri) antara lain adalah: sarung tangan, safety shoes, helm,
masker, tutup telinga (ear plug) dan lain-lain. Disamping itu juga selalu standby peralatan pengendalian keadaan darurat seperti APAR dan Refill APAR. Selain APD, untuk pertolongan pertama apabila ada kecelakaan kerja, pemrakarsa akan mewajibkan kontraktor untuk menyediakan kotak obat-obatan (kotak P3K). Semua pelaksanaan K3 akan dibawah kendali Tenaga Ahli K3, oleh karena itu pemrakarsa akan mewajibkan kontraktor untuk memobilisasi Tenaga Ahli K3 yang sudah punya Sertifikat K3.
Berdasarkan hal tersebut maka pemenuhan tenaga kerja akan dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana, namun demikian Pemrakarsa akan memasukkan kewajiban aturan pengelolaan tenaga kerja dalam kontrak kerjasama antara Pemrakarsa dengan kontraktor yang ditunjuk.
1.7.2.2 Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material
Material konstruksi dan peralatan akan dimobilisasi dengan menggunakan transportasi darat ke lokasi kegiatan, dengan kapasitas moda transportasi disesuaikan dengan jalan
kelas III/ Jalan kabupaten. Peralatan yang diperlukan pada kegiatan konstruksi disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.4. Rincian Peralatan Yang Akan Digunakan Pada Tahap Konstruksi
No. Peralatan Kapasitas Jumlah Unit
Konstruksi IPA, Reservoir & Fasilitas penunjang
1 Backhoe 0,3 m
3
0,6 m3
2 1
2 Dump Truck 5 ton 4
3 Beton molen Vibrator 500 liter 2,5 hp 4 2 4 Genset Water pump Drainage pump 5,5 kVA 5 hp 2,2 kW 2 2 3 Pemasangan Pipa JDU
1 HDD Rigger 160 kW 2 2 Beton molen Vibrator 500 liter 5,5 hp 1 1 3 Dump Truck 14 m3 2 4 Butt Fussion Genset 600 mm 40 kVA 4 4 5 Asphalt finisher Road roller Tire roller 1,6 m3 10 ton 8 ton 1 1 1 6 Cangkul Belincong Gerobak tangan - - 170 liter 30 10 5 Sumber: PDAM Tirta Raharja, 2018
Material konstruksi seperti semen, pasir, batu, kayu, dan besi akan dipasok dari pasar lokal Bandung, sedangkan untuk pipa akan didatangkan dari Jakarta. Bahan material yang diperlukan pada kegiatan konstruksi disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.5. Rincian Material Yang Akan Digunakan Pada Tahap Konstruksi
No Uraian Pekerjaan Unit Volume Ritasi Sumber
Angkutan Material
I Pekerjaan IPA, Reservoir, dan fasilitas penunjang
1 Pasir Urug m3 35.00 5 Kab. Bandung & Sekitarnya
No Uraian Pekerjaan Unit Volume
Ritasi Sumber
Angkutan Material
3 Pasir Beton m3 31.50 4 Kab. Bandung & Sekitarnya
4 Split Pecah Mesin 2/3 m3 52.00 7 Kab. Bandung & Sekitarnya
5 Bata Merah bh 245.00 1 Kab. Bandung & Sekitarnya
6 Batu Belah m3 805.00 101 Kab. Bandung & Sekitarnya
7 Batu Kali m3 576.00 72 Kab. Bandung & Sekitarnya
8 Semen PC. 50 Kg zak 1,509.50 8 Kab. Bandung & Sekitarnya
9 Besi Beton kg 3,847.50 1 Kab. Bandung & Sekitarnya
10 Kaso lokal m3 2.50 1 Kab. Bandung & Sekitarnya
11 Multiplex 12 mm lbr 44.00 2 Kab. Bandung & Sekitarnya
12 Pintu penguras (sluice gate), barsreen,
strainer, bak kontrol dll. set 1.00 1 Jakarta
Jumlah Ritasi angkutan 237
II Pekerjaan Pipa JDU
1 Pipa HDPE SDR.17 (PN.10) ND.600
mm m 16,584.00 92 Jakarta
2 Pipa Steel Sch. 20 ND. 600 mm m 332.50 4 Jakarta 3 Pipa Steel Sch. 20 ND. 150 mm m 78.00 1 Jakarta
4 Accessories Pipa set 1.00 2 Jakarta
5 Pasir Urug m3 7,375.50 922 Kab. Bandung & Sekitarnya
6 Pasir Pasang m3 2.00 1 Kab. Bandung & Sekitarnya
7 Pasir Beton m3 75.00 10 Kab. Bandung & Sekitarnya
8 Split Pecah Mesin 2/3 m3 115.00 15 Kab. Bandung & Sekitarnya
9 Sirtu m3 327.50 41 Kab. Bandung & Sekitarnya
10 Batu Belah m3 5.00 1 Kab. Bandung & Sekitarnya
11 Semen PC (50 kg) zak 945.00 5 Kab. Bandung & Sekitarnya
12 Besi Beton kg 7,248.50 1 Kab. Bandung & Sekitarnya
13 Kaso m3 6.50 1 Kab. Bandung & Sekitarnya
14 Multiplex 12 mm lbr 123.50 5 Kab. Bandung & Sekitarnya
Jumlah Ritasi angkutan 1.101
Sumber : PDAM Tirta Raharja, 2018
Kegiatan mobilisasi alat dan material akan mengacu pada:
Undang Undang No. 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang Undang No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993, tentang Angkutan Jalan.
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993, tentang Prasarana & Lalulintas Jalan. Peralatan akan disediakan dan didatangkan oleh oleh kontraktor dari Kota Bandung dan sekitarnya. Prakiraan jumlah ritasi rata-rata pada saat puncaknya untuk pembangunan IPA, Reservoir dan fasilitas penunjangnya adalah 237 rit yang akan dilakukan selama 30 hari, sehingga jumlah ritasi setiap harinya cukup kecil yaitu sekitar 8 rit/hari. mobilisasi material untuk pembangunan IPA, reservoir dan fasilitas penunjangnya dilakukan secara bersamaan dikarenakan lokasi kegiatan tersebut berada pada satu lokasi yang sama.
Sedangkan untuk pembangunan pipa JDU dibutuhkan anguktan sekitar 1.101rit yang akan disebar di 14 lokasi sesuai desa yang terlewati oleh jaringan JDU sepanjang 18,63 km. Jumlah ritasi yang dibutuhkan untuk setiap lokasi yang telah ditentukan untuk pembangunan JDU sekitar 85 rit. Setiap lokasi membutuhkan waktu sekitar 7 hari untuk penganggkutan, sehingga jumlah ritasi setiap harinya sekitar 12 rit. Jarak antara setiap titik lokasi di sepanjang jalur JDU kurang lebih 500 m.
Pengangkutan akan menggunakan jalur transportasi umum melalui Pintu Tol Soreang menuju lokasi masing-masing sepanjang jalur pemasangan pipa JDU. Alat dan peralatan
yang diperlukan akan disimpan di stock yard. Lahan yang digunakan untuk penyimpanan
pipa distribusi yaitu pekarangan warga atau lahan kosong yang disewa dengan luas kurang
lebih 100 m2. Lahan tersebut disebar menjadi 14 titik sesuai dengan desa yang terlewati
oleh pipa JDU. Adapun syarat untuk lahan dalam penyimpanan pipa yaitu ( SNI 7511:2011):
1. Pipa harus ditumpuk pada permukaan yang datar, bebas dari benda tajam dan
batuan yang dapat merusak dan mengubah bentuk pipa.
2. Ujung soket dan ujung spigot tidak boleh terbebani dengan cara diberi bantalan
3. Tempat penyimpanan pipa harus dijauhkan dari bahan bakar, pelarut, atau bahan
mudah terbakar lainnya serta dihindari dari paparan langsung matahari
4. Apabila tidak memungkinkan, penyimpanan di bawah sinar matahari secara
langsung diperbolehkan untuk waktu maksimum 18 bulan
Setelah kegiatan konstruksi selesai, maka peralatan yang telah digunakan akan
dikembalikan ke lokasi semula dan akan melalui jalur transportasi umum kembali.
1.7.2.3 Pematangan Lahan IPA dan Reservoir
Salah satu tahapan kegiatan Pembangunan IPA, Reservoir dan fasilitas penunjangnya adalah pematangan lahan untuk berbagai bangunan tersebut. Kegiatan pematangan lahan
dan pekerjaan pondasi secara garis besar terdiri dari kegiatan galian dan pengurugan. Pekerjaan pematangan lahan meliputi kegiatan galian terhadap lahan untuk reservoir dan bangunan IPA, serta penimbunan lahan yang rendah sehingga lahan yang dipersiapkan memenuhi elevasi yang diinginkan, membersihkan tanaman dengan mencabut sampai ke akarnya, pemadatan, urugan sampai stabil melalui proses soil improvment.
Kegiatan pematangan lahan hanya dilakukan untuk rencana pembangunan IPA, Reservoir besertas fasilitas penunjangnya. Luas lahan yang digunakan untuk bangunan tersebut
sebesar 17.967 m2. Dari pekerjaan gali timbun yang dilakukan tidak menghasilkan material
timbunan yang harus dibawa keluar juga tidak dibutuhkan material timbunan dari luar. Tanah yang digali dari area yang lebih tinggi dimanfaatkan untuk menimbun area yang lebih rendah sehingga menjadi rata.
1.7.2.4 Pembangunan IPA, Reservoir dan Fasilitas Penunjang
Lahan pembangunan IPA merupakan lahan milik Pemda Kabupaten Bandung dimana sebelumnya dimanfaatkan untuk lahan kebun yang digarap oleh warga sekitar. Pekerjaan utama untuk bangunan IPA adalah bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi dan bak filtrasi, serta bangunan pendukung berupa bak reservoir, ruang kontrol, kantor, pos jaga, tempat parkir dan dan fasilitas penunjang lainnya.
Pembangunan unit IPA terdiri dari:
1) Unit Koagulasi
IPA yang dibangun adalah konstruksi beton dengan flokulator heksagonal berdasarkan pertimbangan adanya perbedaan elevasi, maka proses pencampuran koagulan yang
dianggap paling efisien adalah melalui cara pipeline mixing. Sasaran pengadukan
cepat adalah berlangsungnya proses koagulasi dalam waktu lebih singkat yang ditunjang kinetika pengadukan hidrolis dalam pipa. Cara ini dinilai praktis karena mudah dioperasikan, mengurangi pemakaian listrik dan dapat berlangsung secara gravitasi.
2) Unit Flokulasi
Mengingat tingginya tingkat erosi di daerah tangkapan air, maka pada musim penghujan TDS air baku meningkat secara signifikan. Bangunan flokulator menggunakan metode 5 tabung heksagonal yang ditempatkan diluar (disamping) klarifier. Inlet larutan flok disebar ke ruang pengendap menggunakan saluran beton atau pipa berlubang ф 400 mm.
3) Unit Pengendap dan Sludge Drying Bed
Unit pengendapan dilengkapi dengan sludge drying bed sehingga volume lumpur hasil pengendapan jauh berkurang dan memudahkan untuk ditiumbun di lokasi sekitarnya yang memiliki elevasi rendah, sedangkan air yang dihasilkan akan dialirkan melalui saluran drainase menuju Sungai Ciwidey .
4) Unit Saringan (Filter)
Air yang diendapkan di unit sedimentasi pada akhirnya di alirkan ke unit saringan pasir cepat. Saringan pasir cepat dapat menghasilkan kekeruhan efluen di bawah standar untuk air minum yang berlaku di Indonesia (lebih kecil dari 5 NTU), mampu menyaring padatan tersuspensi yang terbawa dari unit sedimentasi dalam jangka waktu operasi yang cukup lama.
5) Proses Desinfeksi
Air yang telah difiltrasi selanjutnya dilakukan dieinfeksi sebelum ditampung dalam reservoar kemudian didistribusikan. Teknis klorinasi yang umum digunakan di Indonesia adalah melalui pembubuhan gas khlor dan larutan kaporit. Pemakaian pada kapasitas besar sebagai mana halnya dalam kasus ini penggunaan chlorine relatif lebih
murah dibandingkan dengan kaporit. Dengan demikian penggunaan gas khlor diusulkan sebagai disinfektan utama untuk kebutuhan instalasi pengolahan. Tempat kontak proses disinfeksi berlangsung di reservoar, dimana didalamnya menggunakan sekat untuk menciptakan kondisi aliran tersumbat.
6) Ruang Kontrol
Ruang kendali otomatisasi IPA bisa diprogram secara terpusat di ruang control/ kendali otomatis yang ditempatkan di Bangunan Operasional/Bangunan Kantor.
7) Kantor dan Fasilitas Lainnya
Pengoperasian IPA membutuhkan fasilitas penunjangnya seperti kantor, pos jaga, tempat parkir, ruang genset, tangka tekan, tanki BBM, rumah operator, rumah dinas, mushola dan fasilitas penunjang lainya. Bangunan tersebut terintegrasi dengan bangunan utama IPA sehingga memudahkan dalam koordinasi antar bangunan.
1.7.2.5 Pemasangan Pipa JDU 1) Jalur Pipa
Jalur pipa JDU dibangun untuk mengalirkan air minum curah dari lokasi IPA ke Meter Induk (end off) yang panjang seluruhnya sekitar 18.630 m. Cakupan daerah layanannya sekitar 8.793 sambungan langsung ke masing-masing rumah.
Proses pemasangan pipa JDU adalah memanfaatkan sempadan (bahu jalan) Jalan Kabupaten dan Jalan Provinsi.
Tabel 1.6. Jalur Pipa JDU
No. Segmen Keterangan
1. IPA – Permukiman Leuwi Kaleng Desa Katapang 2. Permukiman Leuwi Kaleng – Perumahan Gading
Junti Asri
Desa Sangkan Hurip
3. Perumahan Gading Junti Asri – Permukiman Cijagra Desa Cilampeni 4. Permukiman Cijagra – Perumahan Taman Kopo
Indah
2) Spesifikasi Pipa
Pipa yang akan digunakan telah memenuhi regulasi yang dipersyaratkan, yaitu sesuai dengan SNI tentang Sistem Transmisi Pipa Air Minum.
Tabel 1.7. Spesifikasi Pipa JDU yang akan Digunakan
Uraian Pipa HDPE
Daya tahan korosi Bagus
Perawatan Perbaikan tidak memungkinkan
Umur Pipa 50 tahun
Penggunaan di bawah tanah Ketebalan pipa terkait dengan tingkat ekonomis
Kekasaran Pipa C-150
Desain Standar
Berat Jenis 0,65
Berat Lebih berat dari pipa GRP, karena tebal pipa. Pemeliharaan Sangat mudah.
Ketebalan Pipa Untuk tekanan tertentu, tebal pipa lebih tinggi disbanding GRP.
Kekuatan Regangan 35 Mpa Modulus elastistas 5 Gpa
Harga Untuk pipa ukuran 150 NB ke atas, harga pipa lebih mahal dari GRP.
Sumber: PDAM Tirta Raharja, 2018
Tabel 1. 8. Jenis, Dimensi, Panjang Pipa pada Jalur Transmisi dan JDU
Jaringan
Pipa Jenis Pipa
Diameter Pipa (mm)
Panjang Pipa (km)
Keterangan Transmisi HDPE, PN.8 SDR-21 600 16,6 Kecamatan Pasir Jambu - IPA Sadu
JDU
HDPE 700 5,024 IPA – Permukiman Leuwi Kaleng
HDPE 600 8,76 Permukiman Leuwi Kaleng – Perumahan Gading Junti Asri
HDPE 500 2,234 Perumahan Gading Junti Asri – Permukiman Cijagra HDPE 400 2,612 Permukiman Cijagra – Perumahan Taman Kopo Indah Sumber : PDAM Tirta Rahaja, 2018
Pertimbangan dipilihnya pipa dengan jenis material HDPE adalah:
Daya tahan korosi bagus
Umur pemakaian tinggi
Berat jenis ringan
3) Teknik Pemasangan Pipa
Pemasangan pipa akan dilakukan dengan dua cara, yaitu open cut dan Horizontal Directional Drilling (HDD). Metode open cut merupakan metode
a) Pemasangan secara open cut
Pemasangan pipa transmisi dengan metoda open cut terdiri dari kegiatan-kegiatan:
i) Pemasangan bouwplank & stacking out.
ii) Pembongkaran jalan (untuk pipa yang diletakan di tepi jalan).
iii) Penggalian tanah untuk peletakan pipa (lebar galian 1,5 meter dan ketinggian
galian 2 meter).
iv) Pengurugan pasir (dipadatkan) sebagai alas pipa dengan ketebalan 15 cm.
v) Pemasangan pipa terdiri dari pekerjaan; peletakan pipa, penyambungan pipa/
pengelasan dan pemasangan accessories pipa.
vi) Pengurugan pasir diatas pipa (dipadatkan) dengan ketebalan 15 cm.
vii) Pengurugan tanah kembali (dipadatkan).
viii)Tanah sisa galian dikumpulkan ke dalam karung dan kemudian disimpan
pada penyimpanan sementara di lokasi yang telah ditentukan. Lokasi tersebut berdasarkan izin dari Pemerintah Kabupaten Bandung.
ix) Pekerjaan testing dan commissioning.
Pengujian kebocoran dilaksanakan selama dua jam dimana pipa harus beroperasi pada tekanan normal, dan pemasangan pipa dapat diterima bila nilai kebocoran lebih kecil atau sesuai dengan nilai kebocoran yang ditetapkan.
b) Pemasangan dengan metode HDD
Pengeboran HDD pada prinsipnya adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
pengeboran Pilot Hole, pembesaran (Reaming) lubang dan dilanjutkan dengan
Penarikan (Pulling) pipa kerja, selain langkah kerja diatas juga dilakukan pekerjaan penunjang lain seperti
Engineering Work, penyiapan Hard Standing Rig tempat berdirinya alat Bor,
Penyambungan Pipa Kerja, serta Restorasi atau perbaikan di Bekas Lokasi Kerja.
i) Pekerjaan Persiapan
Sebelum dilakukan pekerjaan fisik di Lapangan. akan dilakukan penkerjaan engineering yang meliputi:
Survey topografi untuk mendapatkan bentuk profil tanah sebenarnya,
dari gambar survey ini akan diplotkan Drilling Path yang dibuat
seoptimal mungkin dengan memperhatikan kemampuan alat dan kondisi tanah.
Survey lokasi lain diperlukan untuk menentukan letak fasilitas lain
seperti kabel-kabel, pipa dan utilitas lainnya .
Fasilitas yang ada akan digambarkan secara tepat agar tidak terganggu pada saat pekerjaan HDD dilakukan.
ii) Pelaksanaan Pekerjaan Pengeboran dengan metode HDD
Pemasangan pipa menggunakan Metode HDD Secara spesifik memiliki kelebihan dari segi waktu pelaksanaan, dengan semakin cepat dalam penyelesaian pekerjaan. Metode ini lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan metode open cut, karena sedikit galian, tidak menggangu lalulintas
dan utilitas, serta tidak merusak badan jalan.
Dalam pelaksanakan pekerjaan mula-mula dilakukan pemasangan patok pada jalur pengeboran, sesuai dengan gambar rencana. Pematokan biasanya dilakukan dengan menggunakan alat ukur optik dan mistar/roll meter.
iii) Pengeboran Lubang Panduan
Pengeboran lubang panduan adalah bagian pertama dari proses pengeboran. Pipa untuk pengeboran adalah “Premium” 2 1/4” dengan panjang 4 meter , (double white band). “Non-magnetic” drill collar ditempatkan langsung di
belakang mata bor dan menjadi bagian dari streering probe yang berfungsi
sebagai pengatur arah pengeboran (Mata Bor), sementara non Magnetic drill collar berfungsi sensor yang mengirim data dapat langsung dibaca melalui alat pencatat atomatis di permukaan. Kedua alat yang disatukan ini disebut ”Botom Hole Assembly) (BHA). Kabel yang terpasang dalam lobang dihubungkan ke bagian sisi alat pencatat dan membawa data ke permukaan
dan terhubung ke alat monitor. Data yang diproses akan diikuti drilling
engineer dan juga steering engineer untuk mengemudikan lobang utama. Untuk mengetahui posisi ujung bor dan utilitas eksisting digunakan pula pelacak yang disebut DIGITRAK. Secara terus menerus melalui monitor
profil/rencana jalur pengeboran oleh stering engineer/operator. Hasil Monitoring ini akan diplotkan kedalam gambar field profile.
Selama pengeboran lubang panduan (Pilot Hole) ini akan disemprotkan
melalui mata bor campuran bentonite air agar memudahkan pengeboran dan menjaga stabilitas lubang. BHA akan dilepas setelah mencapai lubang keluar, dan digantikan dengan reamer (pembesar)
iv) Pembesaran Lubang (Reaming)
Setelah penyelesaian lobang panduan (Pilot Hole), maka lobang bor akan
dibesarkan dengan reamer. Pembesaran lobang dengan reamer dilakukan
berbalik arah dengan pengeboran pilot hole, untuk itu alat rig akan disiapkan dengan putaran dan tenaga tarik yang memadai.
Selama pengeboran dan pemompaan cairan lumpur pelumasan melalui pipa bor (drillstring) selama pembesaran lubang hal ini selain untuk memudahkan dan menjaga suhu mata bor reamer juga untuk menjaga stabilitas lobang pengeboran.
Dimungkinkan dilakukan reaming beberapa kali (tidak sekaligus) tergantung ke pada formasi batuan yang telah dibor selama pengeboran lobang panduan dan akan ditentukan oleh team dari poyek di lapangan. Beberapa ukuran dari
alat reamer akan di siapkan di lapangan. Tujuan terakhir adalah lobang bor
akan di perbesar menjadi 600 mm untuk memuat pipa produksi.
Bila ukuran lobang sudah terpenuhi besarnya untuk memuat pipa produksi, maka suatu pass pembersihan akan di lanjutkan dengan memasang suatu barrel reamer melalui lobang untuk meyakinkan bahwa sisa-sisa dari pengeborah maupun material-material lainnya yang ada dalam lobang dibawah keluar lubang dan lubang akan di isi oleh cairan lubrikasi (lumpur) untuk menjamin lancarnya penarikan pipa produksi (600 mm).
Gambar 1.15. Foto Ilustrasi Rig Horizontal Directional Drilling (HDD)
v) Pipa JDU
Pipa JDU yang akan dipasang dilas (sambung) pada sisi lain dari lokasi drilling Rig, untuk pekerjaan ini akan digunakan peralatan tambahan selain
standard peralatan seperti welding machine. Yakni staging/Support yang
cukup kuat dan dilengkapi dengan roller, hal ini dilakukan untuk mengurangi gesekan/friksi saat proses penarikan pipa.
Pada ujung pipa produksi yang akan ditarik dipasang pull head yang cukup kuat untuk menahan gaya tarikan dan melindungi lubang pipa dari masuknya tanah/kotoran yang terbawa.
vi) Penarikan Balik
Penarikan balik dilakukan setelah diyakini lubang cukup memadai dan stabil serta pipa produksi telah siap untuk ditarik.
Apabila dimungkinkan penarikan pipa transmisi dilakukan bersamaan dengan mata reamer di depannya (seperti terlihat pada foto berikut).
Gambar 1.16. Foto Ilustrasi Penarikan Balik Pipa Pada Proses HDD
Rig BHA akan di pindahkan dan pipa produksi akan di sambung ke pipa
string dengan Reamer. Penarikan kembali pipa produksi akan diselesaikan
dengan satu penarikan terus menerus. Selama penarikan harus di minitor kekuatan daya tarik dan beban tarik secara hati-hati.
vii) Pembersihan Lokasi Setelah HDD.
Kontraktor akan selalu menjaga lokasi agar tetap bersih dan dikembalikan
seperti semula. Pada akhir pekerjaan HDD , semua fasilitas temporary akan
dibongkar dan menyiapkan lubang yang aman.
viii)Metode Perlintasan dengan Infrastruktur Lainnya
Spesifikasi pipa yang akan melalui perlintasan/crossing akan ditingkatkan sesuai dengan standar acuan untuk menjamin keamanan operasi dari pipa tersebut dan untuk menjamin keamanan fasilitas lain juga keamanan daerah
maupun penduduk sekitarnya. Selain itu, dalam pembangunan
crossing/perlintasan ini akan diusahakan seminimal mungkin mengganggu atau merusak fasilitas yang sudah ada dan menjaga keamanan dan keselamatan dalam penggunaan fasilitas-fasilitas tersebut. Untuk beberapa kasus yang mengharuskan terjadinya gangguan sementara terhadap fasilitas yang sudah ada, maka akan dilakukan perbaikan kembali terhadap fasiitas yang rusak tersebut.
Persiapan yang dilakukan untuk pembangunan perlintasan/crossing ini meliputi survey detail mengenai jalur perlintasan dan fasilitas di sekitarnya, detail rencana konstruksi perlintasan termasuk kebutuhan peralatan, material
dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, pengurusan perijinan, verifikasi peralatan yang akan digunakan sesuai dengan kondisinya, kapasitas yang ada sesuai dengan sertifikat, standar dan spesifikasi yang disyaratkan.
ix) Metode jembatan pipa
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pekerjaan perlintasan dengan metode jembatan antara lain:
Desain jembatan baja harus sesuai dengan standar yang telah disetujui,
baik dari segi material, tipe jembatan yang harus sesuai dengan bentangannya, tinggi jembatan yang harus lebih tinggi dari level air tertinggi tahunan maupun detailing dalam hal pemasangan rubber sheet antara pipa dan jembatan.
Pondasi yang dipasang untuk menopang jembatan harus sesuai dengan
spesifikasi kekuatan yang disyaratkan.
x) Pekerjaan testing dan commissioning
Pengujian kebocoran dilaksanakan selama 2 jam dimana pipa harus beroperasi pada tekanan normal, dan pemasangan pipa dapat diterima bila nilai kebocoran lebih kecil atau sesuai dengan nilai kebocoran yang ditetapkan.
c) Pemasangan Rambu
Kegiatan akhir pada tahap konstruksi pipa JDU adalah pemasangan rambu yang dilakukan di sepanjang jalur pipa yang sudah tertanam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemasangan pipa berdasarkan metode pemasanganya dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Jika lahan yang akan di pasang pipa JDU berada di kondisi padat dengan
bangunan seperti permukiman, pertokoan dan sebagainya dilakukan dengan metode HDD
(Horizontal Directional Drilling), sedangkan untuk lahan yang memungkinkan untuk dilakukan metode open cut seperti lebar bahu jalan yang tidak berdekatan dengan permukiman dan pertokoaan. Berikut data metode pemasangan pipa JDU berdasarkan wilayahnya.
4) Wilayah Pelayanan
Wilayah pelayanan SPAM Gambung terbagi menjadi beberapa daerah. Masing-masing dari wilayah pelayanan memiliki panjang pipa distribusi yang berbeda-beda. Berikut wilayah pelayanan SPAM Gambung.
Tabel 2. 1 Wilayah Pelayanan SPAM Gambung
Diameter Pipa (mm)
Panjang Pipa (km)
Wilayah Pelayanan Keterangan 700 5,024 Desa Sadu – Desa Katapang IPA – Permukiman Leuwi Kaleng 600 8,76 Desa Katapang – Desa Sankanhurip Permukiman Leuwi Kaleng – Perumahan
Gading Junti Asri
500 2,234 Desa Sankanhurip – Desa Cilampeni Perumahan Gading Junti Asri – Permukiman Cijagra
400 2,612 Desa Cilampeni – Desa Margahayu Selatan
Permukiman Cijagra – Perumahan Taman Kopo Indah
1.7.2.6 Limbah yang Dihasilkan pada Tahap Konstruksi
Selama kegiatan konstruksi akan dihasilkan beberapa jenis limbah, yaitu:
1) Limbah gas
Berasal dari gas buang kendaraan, berbagai peralatan bermesin diesel (mesin las, pompa, genset dan lain-lain). Gas buang dari genset akan dilengkapi dengan saluran pembuangan ke udara bebas, serta selalu memelihara mesin, agar gas buangnya minimal.
2) Limbah debu
Berasal dari debu lokal yaitu serpihan tanah yang terbang tertiup angin pada saat kegiatan mobilisasi alat dan bahan serta demobilisasi alat, pembukaan dan pembersihan lahan, penggalian dan penimbunan, khususnya pada saat dilakukan timbunan tanah pada pekerjaan IPA, reservoir, serta kegiatan pemasangan jaringan pipa berupa pekerjaan galian dan timbunan untuk memendam pipa. Sebaran debu, khusus sekitar permukiman, akan ditekan melalui penyiraman pada saat cuaca panas.
3) Limbah cair
Limbah cair domestik dari aktivitas 130 orang pekerja yang bekerja di pembangunan IPA, reservoir dan pembangunan pipa JDU. Air untuk keperluan pekerja di IPA, reservoir disediakan oleh kontraktor dan dilengkapi dengan toilet, sedangkan air bilasan bekas mandi pekerja akan dialirkan ke kali/ parit umum terdekat di IPA karena merupakan daerah persawahan. Sedangkan MCK pekerjan untuk pemasangan pipa akan menggunakan berbagai fasilitas MCK yang ada sepanjang jalur pemasangan pipa JDU karena sebagaian besar jalur tersebut berada di daerah permukiman dan kota kecamatan.
4) Limbah padat
Berupa potongan besi, pipa HDPE, kawat las, bekas kemasan lem, limbah padat lainnya berupa kayu, serta limbah domestik berupa sampah organik (yang mudah membusuk) aat konstruksi. Limbah padat tersebut akan dikumpulkan/ditampung, selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan akhir yang direkomendasi oleh Pemerintah Daerah setempat, sedangkan limbah domestik berupa sampah organik (yang mudah membusuk) akan ditimbun di dalam lokasi koridor.
1.7.3. Tahap Operasi
1.7.3.1 Pengadaan Tenaga Kerja Operasi
Pengoperasian dan perawatan fasilitas SPAM Ganbung akan memerlukan tenaga kerja. Pelaksanaan pekerjaan pengoperasian dan pemeliharaan dilaksanakan oleh PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung sendiri sebagai pemilik. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja internal yang telah ada di PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung serta tenaga kerja baru.
Umumnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan operasi, perawatan, pemeliharaan dan perbaikan terdiri diri dari beberapa staf ahli dan staf teknik dan sejumlah pekerja lokal. Agar pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dalam hal waktu maupun
kualitas, maka perlu diadakan tim manajemen pelaksanaan. Quality Control atas tiap-tiap
pekerjaan akan dilakukan oleh tim supervisi yang dipimpin seorang Pengawas. Kemudian untuk tujuan efisiensi dan keamanan kerja, serta keamanan pelaksanaan pekerjaan, maka perlu perekrutan tenaga kerja lokal. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan perawatan fasilitas SPAM Gambung adalah sebanyak 20 orang.
Tabel 1.9. Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja Operasi
No. Klasifikasi Tenaga Kerja Pendidikan minimal Jumlah
1 Administrasi SMA/D3 3
2 Operator IPA D3/S1 4
3 Keamanan SMA 6
4 Pekerja Umum SMP/SMA 7
Total Tenaga Kerja 20
Sumber: PDAM Tirta Rahaja, 2018
1.7.3.2 Pengoperasian dan Pemeliharaan IPA
Pembangunan IPA Sadu terbagi menjadi Fasilitas utama dan penunjang. IPA Sadu tersebut berdiri di lahan seluas 17.967 Ha. Dimana status kepemilikan lahan untuk IPA Sadu yaitu milik PDAM Tirta Rahaja Kabupaten Bandung. Adapun fasilitas yang terdapat di IPA Sadu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. 10 Fasilitas IPA Sadu
No Unit Luas Lahan
(m2) A.Fasilitas Utama 1 WTP Kapasitas 2 x 200 L/detik 1.494 2 Reservoir Kapasitas 6.500 m3 2.139 3 Reservoir Kapasitas 3.250 m3 572 4 Ruang Laboratorium 16,7 5 drying 510
6 Sludge Drying Bed 460
B. Fasilitas Penunjang
7 Pos Jaga 10
8 Ruang genset 25
9 Ruang Panel 25
10 Ruang Gardu PLN 25
11 Ruang Chlorinasi dan Gudang Chlor 40
12 Ruang Gudang Kimia 28,34
13 Ruang Pompa 13,7
14 Ruang Otomatis 16,7
15 Ruang Operator, Dapur, dan WC 15
16 Ruang Tangki BBM 10,4
17 Sumur Resapan 2,8
18 Box Water Meter Induk 2,19
19 Septic Tank 15
20 Lahan Parkir 1.324
21 Kolam retensi 143
22 Ruang blower 13,7
23 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 4.909
24 Jalan Beton 3.683
25 Saluran Drainase 2.355
Total 17.967
Sumber : PDAM Tirta Rahaja Kabupaten Bandung, 2018 A. Unit IPA
1) Unit Prasedimentasi
Pada bak prasedimentasi ini diharapkan sebagian besar kekeruhan air akibat partikel diskrit dan padatan terlarut (TDS) akan terendapkan; sehingga mampu mengurangi beban pengolahan di unit IPA. Pengaliran air dari pipa sadap (wall pipe) dengan kapasitas tahap-1 200 L/det berlangsung secara gravitasi. Limbah utama dari bak prasedimentasi adalah lumpur yang dipisahkan dalam kolam lumpur.
Untuk menunjang proses pembuangan lumpur pada bak prasedimentasi, pengalirannya dirancang secara gravitasi menuju kolam lumpur. Proses di bak prasedimentasi akan
dilakukan pembubuhan alum, karbonat dan pengaturan pH. Bangunan pengolah lumpur prasedimentasi berbentuk kolam oksidasi atau kolam pengering lumpur. Selanjutnya lumpur prasedimentasi yang dihasilkan dapat secara rutin dibuang ke TPA terdekat.
2) Unit Koagulasi
Mengingat adanya perbedaan elevasi, maka proses pencampuran koagulan adalah
melalui cara pipeline mixing, proses koagulasi dalam waktu lebih singkat yang
ditunjang kinetika pengadukan hidrolis dalam pipa. Ada beberapa cara
pembubuhan koagulan yaitu sebagai Alum dibubuhkan pada outlet
prasedimentasi dan pengadukan dalam pipa diharapkan terjadi pada jalur transmisi menuju lokasi IPA.
Sebagai alternatif larutan alum juga dapat dibubuhkan pada sistem inlet bak
prasedimentasi sehingga sebagian partikel koloid (makroflok) sudah terendapkan pada bak prasedimentasi.
Pembubuhan PAC direncana bak sedimentasi II.
Mengingat beda tinggi pengaliran transmisi relatif cukup besar, sehingga
turbulensi aliran air disini cukup untuk proses pencampuran secara pipeline
mixing sepanjang pengaliran menuju ke bak pengumpul.
3) Unit Flokulasi
Mengingat tingginya tingkat erosi di daerah tangkapan air di masa yang akan datang, maka pada musim penghujan TDS air baku meningkat secara signifikan, maka menggunakan flokulator. Dari pipa koagulasi air dialirkan ke bak penampung flokulator yang berfungsi pula sebagai menara reservoar pencuci.
4) Unit Pengendap (Sedimentasi-2)
Air yang telah mengalami proses flokulasi didistribusikan melalui pipa berlubang di sepanjang bak sedimentasi, sehingga air akan mengalir ke atas sementara lumpur flok akan mengendap ke arah hoper lumpur di bagian bawah unit klarifier. Pada unit ini proses pengolahan air baku akan menghasilkan lumpur yang berasal dari flok-flok yang mengendap.
5) Unit Saringan (Filter)
Air yang diendapkan di unit sedimentasi pada akhirnya di alirkan ke unit saringan pasir cepat. Saringan pasir cepat direncanakan dapat menghasilkan kekeruhan efluen di bawah standar untuk air minum yang berlaku di Indonesia (lebih kecil dari 5 NTU), mampu menyaring padatan tersuspensi yang terbawa dari unit sedimentasi dalam jangka waktu operasi yang cukup lama.
6) Proses Desinfeksi
Air yang telah difiltrasi selanjutnya dilakukan dieinfeksi sebelum ditampung dalam reservoar untuk kemudian didistribusikan melalui pipa JDU. Teknis klorinasi yang digunakan adalah melalui pembubuhan gas khlor. Pemakaian pada kapasitas besar sebagai mana halnya dalam kasus ini penggunaan khlor relatif lebih murah dibandingkan dengan kaporit. Dengan demikian penggunaan gas khlor diusulkan sebagai disinfektan utama untuk kebutuhan instalasi pengolahan. Tempat kontak proses disinfeksi berlangsung di reservoir, dimana didalamnya menggunakan sekat untuk menciptakan kondisi aliran tersumbat.
7) Sludge/lumpur
Penanganan lumpur dari kegiatan operasional akan dilakukan dengan "Teknologi
Sludge Drying Bed/SDB", untuk memisahkan antara air dan lumpur. Air yang
dihasilkan akan dilairkan ke saluran drainase menuju BAP.
Lumpur hasil pengolahan SDB kemudian dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu. Jika lumpur bukan termasuk limbah B3 makan lumpur akan ditimbun di lokasi sekitar IPA atau dijual ke pihak ketiga, jika lumpur masuk kategori limbah B3 maka akan dilakukan pengolahan pada pihak ketiga.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26/PRT/M/2014 Tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyedian Air Minum yang dapat dilakukan, yaitu:
Mengangkat dan menyimpan lumpur ke tempat yang telah ditentukan.
Menjadikan lumpur hasil olahan sebagai bahan baku untuk produk sampingan
yang memiliki nilai jual sehingga akan menjadi income bagi PDAM (jika
lumpur terbukti bukan termasuk kategori limbah B3)