PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
SOP ISPA (2)
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi : Halaman : 012 Dibuat oleh :
Suyanto, Amd. Kep. Diperiksa oleh : Dr. Dina Ari Fepta L. Disetujui oleh : Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan ISPA dan mencegah terjadinya komplikasi. 2. Ruang Lingkup
Semua Pasien Anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0-5tahun dan menderita ISPA.
3. Uraian umum
PNEUMONIA : Proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru yang ditandai dengan nafas cepat.Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus disebut bronchopneumonia.
SOP Puskesmas SINE
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang mengandung 3 unsur:
INFEKSI : masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
SALURAN PERNAFASAN : Organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti: sinus-sinus, rongga telinga telinga tengah, pleura.
Dengan demikian ISPA secara anatomi mencakup saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
4.2 Perawat mencatat BB, umur, dan keluhan utama dalam status
4.3 Dokter menganamnesa : adanya demam, batuk, mata merah, lemah, lesu, lekas lelah, pilek dan suara serak
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik : Adanya kemerahan pada tenggorokan, pembesaran tonsil, ada/tidak ronkhi,nafas cepat.
4.5 Nafas cepat apabila
2 bulan- 12 bulan 50 kali atau lebih permenit 12 bulan-5 tahun 40 kali atau lebih permenit 4.6 Dokter memberikan terapi:
4.6.1 Istirahat
4.6.2 Bila demam dapat diberikan Paracetamol 10-15 mg/Kg BB atau ibuprofen atau asam asetil salisilat.
4.6.3 Bila diperlukan untuk pencegahan kejang demam dapat diberikan diazepam atau fenobarbital (luminal)
4.6.4 Bila flu atau batuk dapat diberikan CTM/Efedrin/Codein/GG/DMP.
4.6.5 Bila terdapat tanda-tanda infeksi bakterial atau lama perjalanan penyakit telah lebih dari 3 hari, diberikan antibiotika yang sesuai.
5. Catatan Mutu
5.1Status pasien didalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
OBSTIPASI ( 1 )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 013 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep. Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep. Disetujui oleh : Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1.
TujuanSebagai pedoman dalam penatalaksanaan konstipasi dan mencegah terjadinya komplikasi.
2.
Ruang lingkupSemua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang mengalami konstipasi.
3.
Uraian UmumSering terjadi pada pasien yang mendapat keluhan sulit buang air besar dengan frekwensi kurang dari tiga kali seminggu disertai perubahan pola defekasi normal menjadi sulit /keras/ disertai nyeri
4.
Prosedur4.1 Perawat menanyakan umur pasien serta mencatatnya dalam status.
Dokter menganamnesa pasien: sulit buang air besar dengan frekwensi kurang dari tiga kali seminggu sisertai perubahan pola defekas normal menjadi sulit /keras/ disertai nyeri
4.2 Dokter memberikan penyuluhan makanan tinggi serat 4.3 Pemberian obat dulkolac 1x 2 tab, anusol 1x1 peranal
Klisma di ruang tindakan Bila diperlukan 5.Catatan mutu
SOP Puskesmas SINE
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
PROSEDUR KLINIS
OBSTIPASI ( 2 )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 014 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1.
TUJUANSebagai pedoman dalam penatalaksanaan konstipasi dan mencegah terjadinya komplikasi.
2.
Ruang lingkupSemua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang mengalami konstipasi.
3.
Uraian UmumSering terjadi pada pasien yang mendapat keluhan sulit buang air besar dengan frekwensi kurang dari tiga kali seminggu disertai perubahan pola defekasi normal menjadi sulit /keras/ disertai nyeri
4.
Prosedur4.4 Perawat menanyakan umur pasien serta mencatatnya dalam status.
Dokter menganamnesa pasien: sulit buang air besar dengan frekwensi kurang dari tiga kali seminggu sisertai perubahan pola defekas normal menjadi sulit /keras/ disertai nyeri
4.5 Dokter memberikan penyuluhan makanan tinggi serat 4.6 Pemberian obat dulkolac 1x 2 tab, anusol 1x1 peranal
Klisma di ruang tindakan Bila diperlukan 5.Catatan mutu
5.2 Status pasien dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
THYPUS ABDOMINALIS
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 015 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1.
TujuanSebagai pedoman dalam penatalaksanaan tifus abdominalis dan mencegah terjadinya komplikasi.
2.
Ruang lingkupSemua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita tifus abdominalis.
3.
Uraian UmumPenyakit tifus abdominalis masih bersifat endemic di Indonesia, dijumpai sepanjang tahum tanpa prevalensi seks tertentu dan sering menyerang kelompok usia sekolah dan dewasa muda. Etiologi tifus abdominalis atau sering kita demam tifoid adalam Salmonella typhii. Ada 2 sumber penularan yaitu pasien dengan penyakit tersebut dan carrier. Transmisi biasanya terjadi melalui air dan makanan yang tercemar.
Masa tunas 10 – 14 hari, gejala yang timbul amat bervariasi. Dalam minggu pertama penyakit keluhan dan gejala serupa dengan keluhan pada penyakit infeksi akut lainnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, anoreksia, nyeri otot, muntah – muntah, obstipasi, diare, perasaan tidak enak di ulu hati, batuk dan epistaksis.
4.
Prosedur4.1 Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien serta mencatatnya dalam status .
SOP Puskesmas SINE
sampai pada hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikotis.
4.4 Dokter memberikan rujukan untuk pemeriksaan Penunjang laboratorium darah
4.4.1 Leukopenia, peningkatan titer widal 4 kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antybody 0 1 : 320 atau titer antibody H 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid. 4.5 Dokter menegakkan diagnosa kerja berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium 4.6 Dokter memberikanPengobatan, berupa :
4.6.1 Perawatan
4.6.2 Diet, beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah serat dapat diberikan dengan aman pada pasien.
5.
Catatan Mutu5.1 Status pasien dalam rekam medik
SOP Puskesmas SINE
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
VARICELLA
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 016 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep. Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep. Disetujui oleh : Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman penatalaksanaan Varicella 2. Ruang Lingkup
Semua pasien poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Varcella 3. Uraian Umum
Penyakit ini merupakan infeksi akut primer oleh virus Varcella – Zoster yang menyerang kulit dan mukosa, secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral tubuh, Disebut juga cacar air, chicken pox. Tersebar kosmoplit, menyerang terutama anak – anak. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari terhitung dari timbulnya gejala kulit.
4. Prosedur
Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien serta mencatatnya dalam status
Dokter menganamnesa pasien :
Ada tidaknya gejala prodromal berupa demam tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala. Menanyakan penyebaran vesikel yang dimulai dari dibadan, kemudian menyebar ke wajah dan ektermitas, selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas atas.
Dokter melakukan terapi:
Bersifat simptomatik dengan antipiretik dan analgetik
Untuk rasa gatal dapat diberikan sedativa dan bedak mengandung zat anti gatal ( mentol dan kamfora ) untuk mencegah vesikel secara dini dan menghilangkan rasa gatal.
Pada infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berupa salep dan oral. Dapat pula diberikan obat – obat antivirus atau immunostimulator.
Kortikosteroid : Prednison 10 – 15 mg sehari selama 3 hari 5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
SOP DIABETUS MELITUS
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 017 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit DM agar terhindar dari komplikasinya.
2.
Ruang lingkupSemua pasien Poli Gizi dan DM di Puskesman SINE Kecamatan SINE yang menderita penyakit DM atau TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu )
3.
Uraian Umum3.1 DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat ,edukator & ahli gizi tapi lebih penting lagi adalah keikutsertaan pasien dan keluarganya.
3.2 DM atau kencing manis merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatannya kadar gula ( glukosa ) dalam darah atau ditemukannya glukosa dalam urine akibat kurangnya hormon insulin atau fungsi hormon insulin berkurang.
3.3 Keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
3.4 Keluhan lain adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impoten, serta pruritus vulvae 3.5 Penentuan diagnosa DM berdasarkan keluhan dan kadar glukosa darah sebagai berikut
( Konsensus 2006 )
Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar GDS Plasma Vena Darah Kapiler <100 <90 110 – 199 90 – 199 ≥ 200 ≥ 200 Kadar GDP Plasma Vena Darah Kapiler <100 <90 110 – 125 90 - 99 ≥126 ≥110
3.7.1 Mengatur Pola makanan yang seimbang 3.7.2 Olah raga
3.7.3 Medikamentosa
4.
Catatan MutuStatus pasient dalam rekam medik
SOP Puskesmas SINE
4.Prosedur
4.1 Perawat / Ahli Gizi membuat pengantar pemeriksaan laboratorium glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan
4.2 Perawat / Ahli Gizi melakukan pengukuran. 4.2.1 Tinggi Badan
4.2.2 Berat Badan 4.2.3 Tekanan Darah
4.3 Perawat / Ahli gizi mencatat hasil pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan laboratorium ( TB, BB, TD, GD ) dalam status.
4.4 Dokter menganamnesa keluhan dan gejala hiperglikemia maupun keluhan dan gejala komplikasi ( gatal yang tidak sembuh – sembuh, kesemutan, poliuni, polidupsia, polifagia )
4.5 Dokter melakukan pemeriksaan jasmani, misalnya : 4.6 Tanda Neuropati dicari
4.7 Pemeriksaan keadaan kaki, kulit, kuku.
4.8 Pemeriksaan TT 60 ( TB Tolerasi Glukosa ) dilakukan bila perlu. 4.9 Dokter dan Ahli Gizi memberikan anjuran sebagai berikut :
4.10 Penyuluhan kesehatan tentang apa itu DM, Komplikasi yang dapat terjadi dan penanggulangannya
4.11 Perencaan makan: Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang, jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan BB idaman.
4.12 Latihan jasmani, sebagai contoh adalah olah raga ringan berjalan kaki biasa selama 30 menit.
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
GASTROENTERITIS
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 018 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. TUJUAN :
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan diare dan mencegah terjadinya komplikasi. 2. RUANG LINGKUP :
Semua pasien anak umur 0 – 5 Tahun yang menderita diare 3. URAIAN UMUM
3.1 Definisi diare :
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Diare persisten adalah diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih. 3.2 Penyebab diare.
3.2.1 Infeksi : Virus ( Rotavirus , Adenovirus ) Bakteri ( Shigella, Salmonella, Eschericia Coli, Vibrio ), Parasit ( Protozoa : E Histolytica, G , Lamblia, Balantidium coli, cacing perut /askaris )
3.2.2 Malabsorbisi : Karbohidrat ( intoleransi laktosa ) Lemak atau protein. 3.2.3 Makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
3.2.4 Imunodefisiensi.
3.2.5 Psikologis : rasa takut dan cemas. 3.3 Manifestasi Klinis.
Anak cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,dapat disertai muntah,dehidrasi dan komplikasi lainnya
Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijauan karena tercampur empedu.
SOP Puskesmas SINE
DIABETUS MELITUS 015
4. PROSEDUR
4.1 Perawat melakukan penimbangan BB, dan menuliskan ke dalam status umur, BB dan keluhan utama.
4.2 Dokter melakukan anamnesa tentang perjalanan penyakit. 4.2.1 Frekuensi diare.
4.2.2 Lamanya diare.
4.2.3 Informasi tentang tinja.
Yaitu Volume, warna, bau, sisa makanan, lendir, darah.
4.2.4 Juga perlu ditanyakan hubungan dengan makanan atau minuman terdahulu, hubungan dengan kejiwaan ( Psikis )
4.2.5 Menanyakan tanda- tanda dehidrasi 4.3 Dokter melakukan pemeriksaan .
4.3.1 Pemeriksaan fisik.
4.3.2 Pemeriksaan juga mencari kemungkinan adanya gangguan di luar saluran cerna
4.3.3 Pemeriksaan terhadap adanya tanda-tanda dehidrasi
GEJALA KLASIFIKA
SI
TINDAKAN/PENGOBATAN Terdapat dua atau lebih dari
gejala berikut:
Letargis atau tidak sadar Mata cekung
Tidak bias minum atau malas minum
Cubitan perut kembali lambat
DIARE DEHIDRASI BERAT
Beri cairan untuk dehidrasi berat(rencana terapi C) dan tablet Zinc
Jika anak mempunyai klasifikasi berat lain RUJUK SEGERA
Jika masih bias minum berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan
Jika ada cholera didaerah tersebut,beri antibiotic untuk cholera
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
Gelisah,rewel/mudah marah
Mata Cekung
Haus,minum dengan lahap Cubitan kulit perut kembali
lambat
DIARE DEHIDRASI RINGAN/SE DANG
Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B dan tablet Zinc
Jika anak mempunyai klasifikasi berat lain RUJUK SEGERA
Jika masih bias minum berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan
SOP Puskesmas SINE
Nasihati kapan kembali segera
Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/sedang
DIARE TANPA DEHIDRASI
Beri cairan&makanan sesuai rencana terapi A dan tablet Zinc
Nasihati kapan kembali segera
Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan
4.3.4. Jika DIARE 14 HARI ATAU LEBIH
Ada dehidrasi DIARE PERSISTEN
BERAT Atasisebelum dehidrasi
dirujuk,kecuali ada klasifikasi berat lain RUJUK
Tanpa Dehidrasi DIARE PERSISTEN Nasihati pemberian makan untuk diare persisten
Kunjungan ulang 5 hari
4.3.5. Jika ADA DARAH DALAM TINJA Ada darah dalam
tinja
DISENTRI Beri antibiotic yang
sesuai Nasihati kapan kembali segera Kunjungan ulang 2 hari 4.4 Penatalaksanaan Terdiri dari :
4.4.1.RENCANA TERAPI A : Penanganan diare di rumah Jelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan dirumah 1.Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
Jika anak memperolah ASI ekslusif,berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.
SOP Puskesmas SINE
Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini Anak tidak dapat kembali keklinik jika diarennya bertambah parah Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
Tunjukan kepada ibu berapa banyak oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak BAB
Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100ml setiap kali BAB Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200ml setiap kali BAB Katakan kepada ibu:
Agar meminumkan sedikit2 tapi sering dari mangkuk / cangkir / gelas Jika anak muntah,tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi dengan
lebih lambat
Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti 2. Beri tablet Zinc selama 10 hari
3. Lanjutkan pemberian makan. 4. Kapan harus kembali
4.4.2.Rencana terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/sedang dengan oralit Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama
UMUR SAMPAI 4 BULAN 4-12 BULAN 12-24 BULAN 2-5 TAHUN BERAT BADAN < 6Kg 6-10 Kg 10-12Kg 12-19Kg JUMLAH CAIRAN 200-400 400-700 700-900 900-1400
4.4.2.1.Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama.
Jumlah oralit yang diperlukan = Berat Badan(dalam Kg)x75ml Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui
Jika anak menginginkan,boleh diberikan lebih banyak dari pedoman diatas.
Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,berikan juga 100-200ml air matang selama periode ini.
4.4.2.2 . Agar meminumkan sedikit2 tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas Jika anak muntah,tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
4.4.2.3. Beri tablet Zinc selama 10 hari Setelah 3 jam
Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan Mulailah memberikan makanan anak.
4.4.2.4.Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit dirumah
Tunjukan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untukmenyelesaikan 3 jam pengobatan
Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang diajarkan dalam rencana terapi A
Jelaskan 4 aturan perawatan harian dirumah Beri cairan tambahan
Beri tablet Zinc selama 10 hari Lanjutkan pemberian makan. Kapan harus kembali
SOP Puskesmas SINE
SOP Puskesmas SINE
Mulai disini
Dapatkah saudara segera memberi cairan intravena
Tidak
Apakah ada fasilitas pemberian cairan intravena yg terdekat(dalam 30 menit)
Tidak
Apakah saudara terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi?
Apakah anak masih bisa minum?
Tidak
Tidak Rujuk segera untuk pengobatan IV/NGT/OGT
1.Beri cairan intravena secepatnya,jk anak bias minum,beri oralit melalui mulut sementara invus disiapkan.Beri 100ml/Kg cairan Ringer Laktat(atau jika tdk tersedia gunakan cairan NaCl) yg dibagi sebagai berikut
UMUR Pemberian pertama 30ml/kg selama : Pemberian pertama 70ml/Kg selama Bayi(dibawah umur 12 bln) 1 jam* 5 Jam Anak(12 bln- 5 tahun) 30 Menit* 2,5 Jam *Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
2. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,beri tetesan lebih cepat
3. Beri oralit (kira-kira 5ml/Kg/jam)segera setelah anak mau minum:biasanya sesudah 3-4 jam(bayi) atau 1-2 jam(anak) dan beri juga tablet zinc.
4.Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
1.Rujuk SEGERA untuk pengobatan intravena
2.Jika anak bias minum,bekali ibu larutan oralit dan tunjukan cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama perjalanan.
y a
y a
1.Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastric atau mulut:beri 20 ml/Kg/Jam selama 6 jam (total 120ml/Kg)
2. Periksa kembali anak setiap 1- 2 jam :
Jika anak muntah terus atau perut makin kembung,beri cairan lebih lambat
Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,rujuk anak untuk pengobatan intravena
3. Sesudah 6 jam periksa kembali anak.Klasifikasikan dehidrasi.Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk melanjutkan pengobatan
y a
CATATAN
Jika mungkin,amati anak sekurang kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian larutan oralit peroral
4.4.4. Medikamentosa.
4.4.4.1 Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat tablet zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan,kecuali bayi muda.
Dosis tablet zinc (1Tablet= 20mg) Umur 2-6 Bulan : ½ Tablet
Umur lebih sma dengan 6 bulan : 1 tablet Cara pemberian tablet zinc
4.4.4.2. Antibiotik
Untuk disentri :beri antibiotic yang dianjurkan untuk shigella - Antibiotik pilihan pertama : KOTRIMOKSAZOL
- Antibiotik Pilihan kedua : ASAM NALIDIKSAT
Untuk Kolera beri antibiotic yang dianjurkan untuk kolera selama 3 hari -Antibiotik pilihan pertama : tetra siklin
- Antibioyik pilihan kedua Kotrimoksazol umur kotrimoksa zol 2xsehari selama 5 hari Asam Nalidiksat Metronidazol Tetrasiklin Tab dewasa Tab anak Sirup per 5ml Tablet 500mg(4xs elama 5 hr) Tablet 500mg(3xse hari selama 10 hari utk amuba) Kapsul 250mg 4x sehari selama 3 hari < 2 bulan (4-6Kg) ¼ 1 2,5ml(sete ngah sendok takar) 1/8 50mg(1/8 tablet) Jangan diberi 4bln-<12 Bln (6-10Kg) ½ 2 sendok5ml(1 takar ¼ 100mg(1/4 tablet) ½ 12 bln-<3 Thn (10-<16Kg) ¾ 2 ½ 7,5ml(11/2 sdk takar) ½ 200mg(1/2 tablet) 1 3 thn-<5thn (16-<19Kg) 1 3 10ml(2 sdk takar) ½ 200mg(1/2 tablet) 1
4.5 Pasien dengan diare dehidrasi sedang dan diare dehidrasi berat , juga pasien dengan komplikasi dilakukan rujukan ke rumah sakit yang lebih lengkap dan mempunyai fasilitas rawat inap.
5. CATATAN MUTU
SOP Puskesmas SINE
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
PROSEDUR KLINIS
BATUK KRONIS DAN BERULANG
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 019 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep. Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep. Disetujui oleh : Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit batuk kronik berulang
2. RUANG LINGKUP
2.1 Semua pasien BP Umum ( 1 bulan – 4 th 11 bulan ) 2.2 Pasien Batuk kronik berulang yang bukan TBC, Asma 3. URAIAN UMUM
3.1 Batuk kronik berulang pada anak adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang- kurangnya 2 minggu berturut-turut dan/atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. BKB merupakan titik tolak untuk mencari penyakit atau penyakit-penyakit
dasarnya dan untuk mencari cara mengatasinya 3.2 Diagnosa banding BKB :
3.2.1 Bronkhitis: 3.2.2 Asma
3.2.3 Infeksi spesifik
3.2.4 Penyakit paru supuratif : - Fibrisis kistik
- Bronkiektasis
- Infeksi sekunder pada atelektasis,kista atau benda asing 3.2.5 Lesi fokal
- Benda asing
- Tumor,kista atau kelenjar di mediastinum atau paru - Trakeomalasia
3.2.6 Batuk psikogen 3.2.7 Batuk refleks 4. PROSEDUR
4.1 Perawat melakukan penimbangan BB, dan menuliskan ke dalam status umur, BB dan keluhan utama.
4.2 Dokter melakukan anamnesis : - Jenis batuk : kering atau berdahak
- Apakah batuk terus menerus, seperti gonggongan anjing
- Terutama pada malam hari,dan lebih hebat pada waktu bangun pagi - Timbul lebih banyak pada kegiatan jasmani, hilang saat tidur
- Dan hal-hal lain yang terdapat pada diagnosa banding
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik , meliputi keadaan yang berhubungan dengan obstruksi saluran nafas kronik, ronkhi, slem, weezing, dll
4.4 Dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan dan sesuai kebutuhan , misalnya: Foto rongent thoraks, uji tuberkulin, Pemeriksaan darah lengkap, LED
4.5 Dokter memberikan terapi sesuai dengan penyebabnya:
4.5.1 BKB yang berhubungan dengan gangguan saluaran nafas bagian atas diberikan antibiotik, bronkhodilator, dan nasehat penghindaran pencetus alergenik dan nonalergenik, dan terapi simptomatik lainnya
4.5.2 Dokter memberikan terapi sambil menelusuri penyebab BKB atau penyakit dasarnya
4.6 Dokter dapat merujuk untuk dilakukan tindakan fisioterapi (bila diperlukan) 4.7 Dokter merujuk pasien bila tidak terdapat kemajuan pengobatan (perbaikan) 5. CATATAN MUTU
5.1. Status pasien di dalam rekam medik
SOP Puskesmas SINE
BATUK KRONIS DAN BERULANG 019
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
KEJANG DEMAM
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 020 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan kejang demam dan mencegah terjadinya komplikasi
2. Ruang Lingkup
Semua pasien anak umur 0-4 tahun yang menderita kejang demam 3. Uraian Umum
3.1 Kejang demam yaitu kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC disebabkan oleh proses ekstrakranial.
3.2 Usia tersering 3 bln-5 thn
3.3 Proses ekstrakranial yang sering adalah Infeksi Saluran Nafas Akut, Infeksi telinga, Infeksi Saluran kemih dan Gastrointestinal
3.4 Pembagian :
3.4.1 Kejang demam kompleks
3.4.2 Kejang fokal, kejang lama > 15 mnt, kejang multiple 3.4.3 Kejang demam simplek
3.4.4 Kejang demam umum yang berlangsung singkat
3.5 Umumnya pasien panas sekitar 40ºC, kejang berlangsung singkat berupa klonik, tonik atau tonik klonik bilateral, seringkali kejang berhenti sendiri. Beberapa detik atau menit kemudian anak terbangun atau sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang fokal yang lama dapat diikuti parese yang menetap.
4. Prosedur
4.1 Perawat melakukan penimbangan BB
Kemudian menuliskan kedalam status umur, BB, dan keluhan utama 4.2 Dokter Melakukan anamnesa:
Riwayat kejang
Infeksi sebagai pencetus
Kejang umum/lokal, lamanya, interval 4.3 Dokter menegakkan diagnosa
4.4 Dokter memberikan terapi
Diazepam : BB <10 Kg = 0,5-0,75 mg BB 10-20 Kg = 0,5 mg/KgBB BB > 20 Kg = 0,5 mg/KgBB
4.5 Jika kejang berlangsung ditempat berikan diazepam rektal / intravena, dapat diulang dengan cara yang sama
4.6 Bila kejang berhenti berikan dosis awal phenobarbital, lihat 4 jam kemudian,bila tidak ada perbaikan dirujuk
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien didalam rekam medik
SOP Puskesmas SINE
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
KLINIS MORBILLI ( 1 )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 021 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit morbili agar terhindar dari komplikasi. 2. Ruang Lingkup
Semua pasien i Anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0-4 tahun yang menderita penyakit morbili
3. Uraian Umum
3.1 Yang tersering adalah otitis media akut, bronchopneumonia dan ensefalitis yang timbul pada minggu kedua-keempat.
3.2 Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang bermanifestasi dalam 3 stadium:
3.2.1 Stadium kataral
Muncul setelah masa tunas 10-20 hari ditandai dengan panas, malaise, batuk, fotofobia, konjunctivitis dan pilek yang berlangsung selama 4-5 hari
3.2.2 Stadium Erupsi
Ditandai dengan batuk pilek yang bertambah. Kemudian timbul bercak merah (eritema) berbentuk makula papula mulai dari belakang telinga. Kadang dapat dijumpai bercak koplik yang berwarna keabuan dengan warna merah disekitarnya pada mukosa pipi dihadapan geraham bawah. Tanda lain : rasa gatal dan muka bengkak.
3.2.3Stadium Konvalesens
Ditandai dengan berkurangnya ruam yang meninggalkan bercak berpigmen, kadang bersisik. Terjadi hiperpigmentasi, ini khas untuk morbili. Suhu kemudian normal kembali, kecuali ada komplikasi.
4. Prosedur
4.1 Perawat menimbang BB pasien
4.2 Perawat mencatat BB, umur, dan keluhan utama dalam status
4.3 Dokter menganamnesa : adanya demam, batuk, mata merah, lemah, lesu, lekas lelah dan pilek
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik : Timbul bercak merah (eritema) berbentuk makula papula mulai dari daerah belakang telinga. Kadang dapat juga timbul bercak koplik yang berwarna keabuan dengan warna merah disekitarnya pada mukosa pipi dihadapan geraham bawah.
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
SOP Puskesmas SINE
4.5 Dokter memberikan terapi: 4.5.1 Istirahat
4.5.2 Bila demam dapat diberikan Paracetamol 10-15 mg/Kg BB atau ibuprofen atau asetaminofen
4.5.3 Bila batuk dapat diberikan Codein atau GG atau DMP Codein : 1 mg / thn, 3 – 4 x Sehari.
Dekstromeforfan : 1 mg / kg BB / hr dibagi dalam 3 – 4 dosis. Asetaminofen : Umur 6 – 12 bln : 50 mg, 4 x Sehari.
1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 kali sehari. 4.6 Dokter dapat memberikan rujukan bila terdapat komplikasi
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
MORBILLI ( 2 )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 022 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit morbili agar terhindar dari komplikasi. 2. Ruang Lingkup
Semua pasien Anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0-5 tahun yang menderita penyakit morbili
3. Uraian Umum .
3.1 Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang bermanifestasi dalam 3 stadium: 3.1.1 Stadium kataral
Muncul setelah masa tunas 10-20 hari ditandai dengan panas, malaise, batuk, fotofobia, konjunctivitis dan pilek yang berlangsung selama 4-5 hari
3.1.2 Stadium Erupsi
Ditandai dengan batuk pilek yang bertambah. Kemudian timbul bercak merah (eritema) berbentuk makula papula mulai dari belakang telinga. Kadang dapat dijumpai bercak koplik yang berwarna keabuan dengan warna merah disekitarnya pada mukosa pipi dihadapan geraham bawah. Tanda lain : rasa gatal dan muka bengkak.
3.1.3Stadium Konvalesens
Ditandai dengan berkurangnya ruam yang meninggalkan bercak berpigmen, kadang bersisik. Terjadi hiperpigmentasi, ini khas untuk morbili. Suhu kemudian normal kembali, kecuali ada komplikasi.
4. Prosedur
4.1 Perawat menimbang BB pasien
4.2 Perawat mencatat BB, umur, dan keluhan utama dalam status
4.3 Dokter menganamnesa : adanya demam, batuk, mata merah, lemah, lesu, lekas lelah dan pilek
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik : Timbul bercak merah (eritema) berbentuk makula papula mulai dari daerah belakang telinga. Kadang dapat juga timbul bercak koplik yang berwarna keabuan dengan warna merah disekitarnya pada mukosa pipi dihadapan geraham bawah.
Dosis Vitamin A UMUR DOSIS < 6 bulan 50 000 IU (1/2 Kapsul biru) 6bulan-11 bulan 100 000 IU (1 Kapsul biru) 12bulan-59 bulan 200 000IU
(1 kapsul merah) 5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
SOP Puskesmas SINE
4.6 Dokter memberikan terapi: 4.6.1 Vitamin A
4.6.2 Obat-obatan simptomatik untuk gejala yang timbul.
4.6.3 Jika mata bernanah bubuhi tetes/salep mata kloramfenikol/tetrasiklin tanpa kortikosteroid
4.6.4 Jika ada luka dimulut ajari cara mengobati dengan gentian violet 4.6 Dokter dapat memberikan rujukan bila terdapat komplikasi
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
PAROTIS
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 023 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan parotitis epidemika dan mencegah terjadinya komplikasi
2. RUANG LINGKUP
Semua pasien anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0 – 4 tahun dan menderita parotitis epidemika
3. URAIAN UMUM
Parotitis Epidemika ialah penyakit akut, menular dengan gejala khas pembesaran kalenjer ludah terutama kalenjer parotis
Disebabkan oleh virus
Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah
mungkin urin.
Virus dapat disolasi dari faring dua hari sebelum sampai enam hari setelah terjadinya pembesaran kalenjer parotis
Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai enam hari setelah terjadinya pembesaran kelanjer parotis
Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari ke empat belas setelah terjadi pembesaran kalenjer parotis. Infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup
Bayi sampai umur 6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit parotitis epidemika karena dilindungi oleh antibodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya. Gejala klinis : Masa tuntas 14 – 24 hari dengan gejala, demam, anoreksia, sakit
kepala, muntah dan nyeri otot.
Timbul pembengkakan kalenjer parotis yang unilateral atau bilateral. Pembekakan terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang asam, merupakan gejala khas untuk penyakit ini. Di daerah parotis, kulit tampak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan,
bagian bawah daun telingga terangkat ke atas kadang trismus dan disfagia. Pembengkakan kalenjer berlangsung 3 hari dan kemudian mengempis
4. PROSEDUR
4.1 Perawat melakukan penimbangan berat badan, kemudian menuliskan ke dalam status umur, berat badan, dan keluhan utama.
4.2 Dokter melakukan anamnesa
- Adakah demam
- Kapan timbulnya pembengkakan kalenjer parotis
- Nyeri di daerah pembengkakan, spontan atau pada perabaan. 4.3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik :
- Di daerah parotis, kulit tampak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan
- Bagian bawah daun telingga terangkta keatas
- Di rongga mulut pada muara duktus stenson tampak kemerahan dan edema
- Kadang kalenjer submandibularis dan sublingualis juga dapat terkena. 4.4 Dokter memberikan therapi ;
4.4.1 Istirahat
4.4.2 Simptomatis di berikan kompres panas atau dingin dan analgetika 4.4.3 Diet makanan cair atau lunak
4.4.4 Kortikorterdid selama 2 – 4 hari dan globulin gama diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis.
4.5 Dokter memberikan rujukan bila terdapat komplikasi 5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
PENANGANAN KERACUNAN
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 024 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
A. PENGERTIAN : masuknya zat berbahaya ke dalam tubuh yang bermanifestasi berlebihan dan membahayakan jiwa.
B. TUJUAN : mencegah zat berbahaya masuk lebih banyak lagi, membuang/menghilangkan zat berbahaya yang ada di dalam tubuh, menetralkan efek zat berbahaya dengan antidotum, menjaga kondisi penderita dalam keadaan stabil.
C. PERLENGKAPAN: suction, oksigen, cairan kristaloid, susu,NGT, diuretic, antidotum tergantung kasus (Sulfas atropine, Na tiosulfat, bicnat, )
D. PROSEDUR:
1. resusitasi untuk mempertahankan ABC
2. eliminasi bahan berbahaya dengan emesis (untuk racun yg tidak korosif), katarsis, kumbah lambung, diuresis paksa
3. Supportif,dengan pemasangan infuse untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit.
4. Antidotum SA untuk keracunan organofosfat, Na tiosulfat untuk keracunan sianida, nalokson untuk keracunan sedative hipnotik.
5. Sulfas atropine 2,6 mg (4 ampul) dilanjutkan 0,5-1 mg tiap 5-10 menit sampai terjadi atropinisasi ditandai pupil midriasis, muka merah, mulut kering, palpitasi, suhu meningkat,dan gelisah
6. Pengurangan dosis SA setiap 1-2-4-6 12 jam dan dihentikan setelah 2x24 jam Antidotum spesifik untuk beberapa bahan racun
Opium : nalokson
Parasetamol : asetilsistein, metionin
Sianida : Na tiosulfat
Organofosfat : atropine Logam besi : desferal
Arsen : dimerkaprol
SOP Puskesmas SINE
Methanol : etanol Antidepresan : fisostigmin
SOP Puskesmas SINE
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 025 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
A. PENGERTIAN : reaksi renjatan alergi yang terjadi akut, segera dan hebat akibat kontak dengan allergen.
B. TUJUAN : meningkatkan tekanan dan memperbaiki perfusi jaringan
C. PERALATAN : tabung oksigen, nasal kanul, infuse set, abocat, cairan infuse NaCl 0,9%, epinefrin/ adrenalin injeksi, difenhidramin inj, deksametason inj,spuit 1 cc. D. PROSEDUR :
1. Bebaskan jalan nafas disertai oksigenasi dengan nasal kanul 2-3 l/menit 2. Injeksi adrenalin/epinefrin 0,1-0,3 cc sub kutan.
3. Bila tekanan darah belum naik ulangi injeksi adrenalin/epinefrin dengan dosis yang sama maksimal 3x pemberian
4. Pasang infuse NaCl 0,9% 20-40 ml/kg dalam 1-2 jam.
5. Pemberian difenhidramin 2 mg/kg IV dilanjutka 3 mg/kg/24 jam secara IV/IM. 6. Pemberian kortikosteroid deksametason 0,2 mg/kg dilanjutkan 0,2mg/kg/24 jam
terbagi 3 dosis.
7. Stabilisasi KU, bila tetap tidak membaik rujuk
SOP Puskesmas SINE
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
NASEHAT DOKTER PADA PENDERITA
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 026 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
NASEHAT DOKTER PADA PENDERITA DIARE 1. Jagalah kebersihan dengan cara :
- Mencuci tangan anak sebelum makan
- Mencuci tangan ibu setiap kali akan membuat atau memberi makanan - Biasakan membersihkan dan menggunting kuku anak
- Jangan membiarkan anak jajan sembarangan / di tempat kotor - Cuci bersih dan rebus perlengkapan makan,minum dan botol susu 2. Beri anak minum yang banyak dan tetap memberi makanan sesuai usia anak 3. Cara membuat oralit :
- Satu bungkus oralit 200 ml dilarutkan dalam 1 gelas berisi air matang 200 cc, kemudian diaduk sampai rata
4. Cara memberikan oralit :
- Berikan pada anak kurang dari 2 thn dengan sendok setiap 1-2 menit, pada anak besar dengan gelas
- Bila anak muntah, tunggu sebentar 10 menit kemudian berikan lambat-lambat 5. Berikan anak oralit sesuai petunjuk pemakaian oralit
UMUR SETIAP MENCRET DALAM 24 JAM
Dibawah 1 thn ½ gelas 2 bungkus
Dibawah 5 thn 1 gelas 3-4 bungkus
Diatas 5 thn 1 ½ gelas 4-5 bungkus
Dewasa 2 gelas 6-10 bungkus
6. Patuhi petunjuk minum obat dari dokter dan kontrol ke Puskesmas jika tidak ada perbaikan 7. Segera bawa anak ke tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) jika terdapat
tanda-tanda kekurangan cairan, sebagai berikut : 1. Anak gelisah dan rewel
2. Mata cekung 3. Air mata tidak ada 4. Mulut dan bibir kering
5. Terlihat haus dan ingin banyak minum
NASEHAT DOKTER PADA PENDERITA TBC PARU ANAK
1. Obat harus diminum setiap hari , tidak boleh putus obat selama 6-9 bulan (sesuai petunjuk dokter), kontrol setiap kurang dari 15 hari secara teratur
2. Ada obat yang membuat air seni berwarna merah , yang harus diminum pagi sebelum makan
3. Selama pengobatan
SOP Puskesmas SINE
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
DIABETES MELITUS ( PTM )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 027 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1.
TujuanSebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit DM agar terhindar dari komplikasinya.
2.
Ruang lingkupSemua pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita penyakit DM atau TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu )
3.
Uraian Umum3.1 DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat ,edukator & ahli gizi tapi lebih penting lagi adalah keikutsertaan pasien dan keluarganya.
3.2 DM atau kencing manis merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatannya kadar gula ( glukosa ) dalam darah atau ditemukannya glukosa dalam urine akibat kurangnya hormon insulin atau fungsi hormon insulin berkurang. 3.3 Keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
3.4 Keluhan lain adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impoten, serta pruritus vulvae
3.5 Penentuan diagnosa DM berdasarkan keluhan dan kadar glukosa darah sebagai berikut ( Konsensus 2006 )
Kadar GDP Plasma Vena Darah Kapiler <100 <90 110 – 125 90 - 99 ≥126 ≥110
3.6 Komplikasi : Kebutaan, gagal ginjal, peny. Jantung, impoten, stroke. 3.7 Pencegahan & Pengelolaan :
3.7.1 Mengatur Pola makanan yang seimbang 3.7.2 Olah raga
3.7.3 Medikamentosa 4. Prosedur
4.1 Perawat membuat pengantar pemeriksaan laboratorium glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan
4.2 Perawat melakukan pengukuran.
4.2.1 Tinggi Badan
4.2.2 Berat Badan
4.2.3 Tekanan Darah
4.3 Perawat mencatat hasil pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan laboratorium ( TB, BB, TD, GD ) dalam status.
4.4 Dokter menganamnesa keluhan dan gejala hiperglikemia maupun keluhan dan gejala komplikasi ( gatal yang tidak sembuh – sembuh, kesemutan, poliuni, polidupsia, polifagia )
4.5 Dokter melakukan pemeriksaan jasmani Tanda Neuropati, Pemeriksaan keadaan kaki, kulit, kuku.
4.6 Pemeriksaan TTG0 ( Tes Tolerasi Glukosa Oral) dilakukan bila perlu. 4.7 Dokter memberikan anjuran sebagai berikut :
4.8 Penyuluhan kesehatan tentang apa itu DM, Komplikasi yang dapat terjadi dan penanggulangannya
4.9 Perencaan makan: Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang, jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan BB idaman.
4.10 Latihan jasmani, sebagai contoh adalah olah raga ringan berjalan kaki biasa selama 30 menit.
4.11 Jika dengan penekanan perencanaan makan dan kegiatan jasmani, sasaran kadar gula belum tercapai diberikan obat hipoglikemik oral ( OHO ):
4.11.1 Pemberian pertama 1 macam obat dari golongan biguanid/metformin 500 mg 2-3x sehari bersama/sesudah makan, evaluasi dalam 10 hari. Jika sasaran tercapai, teruskan terapi hingga 1 bulan.
4.11.2 Jika sasaran belum tercapai, kombinasikan OHO dari golongan insulin secretagogue (glibenclamide 5 mg atau gliclazid 80 mg 1x sehari sebelum
SOP Puskesmas SINE
makan pagi), evaluasi dalam 10 hari. Jika sasaran tercapai teruskan terapi hingga 1 bulan.
4.11.3 Jika sasaran belum tercapai, naikkan dosis OHO salah satu obat yang telah diberikan, evaluasi 10 hari. Jika sasaran tercapai teruskan terapi hingga 1 bulan.
4.11.4 Jika sasaran belum tercapai, naikkan kedua dosis OHO yang telah ada atau kombinasikan dengan OHO ketiga dari golongan glitazone atau penghambat glukosidase, sambil evaluasi penyebab kegagalan turunnya kadar gula pasien (stress, pola makan, olahraga).
4.11.5 Bila masih belum dapat ditangani, kasus akan dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasient dalam rekam medis
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
DISLIPIDEMIA ( PTM )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 028 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan gangguan dislipidemia, agar terhindar dari komplikasi.
2. Ruang lingkup
Semua pasien dengan kadar cholesterol total atau trigliserida yang lebih dari nilai normal. 3. Uraian umum
Kolesterol merupakan lemak yang dipergunakan tubuh untuk memproduksi hormon sel luar, membentuk vit D, membentuk jaringan serat – serat otot serta pembentukan garam empedu yang membantu usus menyerap lemak.
Kolesterol dapat berasal dari luar tubuh, yakni melalui makanan yang tinggi kandungan kolesterolnya dan dibuat sendiri oleh organ hati di dalam tubuh.
Kolesterol dalam darah diangkut oleh lipoprotein, yaitu HDL ( High Density Lipoprotein ) yang baik karena fungsinya mengangkut kolesterol dari jaringan tubuh ke hati untuk
dibuang, sedangkan LDL(Low Density Lipoprotein) dan Trigliserida adalah lemak yang jahat karena fungsinya menyebarkan kolesterol ke jaringan – jaringan tubuh.
3.1 Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol dalam darah adalah :
3.1.1 Merokok & Alkohol. 3.1.2 Kelebihan berat badan. 3.1.3 Diabetes Melitus
3.1.4 Stress. 3.1.5 Hipertensi 3.1.6 Genetik.
3.2 Cara mengontrol kadar kolesterol :
3.2.1 Hindari makanan berlemak dan kolesterol tinggi. 3.2.2 Menjaga berat badan agar tetap ideal.
3.2.3 Olah raga rutin dan teratur. 3.3 Komplikasi :
3.3.1 Penyakit Jantung.
3.3.2 Penyempitan Pembuluh Darah 4. Prosedur
4.1 Perawat / Ahli Gizi melakukan pengukuran. 4.1.1 Tinggi Badan
4.1.2 Berat Badan 4.1.3 Tekanan Darah.
4.2 Perawat / Ahli Gizi mencatat TB, BB, TD, Umur dalam status, serta hasil pemeriksaan laboratorium, Cholesterol, Trigliserida, HDL & LDL.
4.3 Dokter menganamnesa pola makan dan gaya hidup. 4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
4.5 Dokter memberikan terapi / anjuran. 4.5.1 Istirahat.
4.5.2 Edukasi gizi dengan diet rendah cholesterol dan lemak terbatas. Lebih rinci diberikan oleh Ahli Gizi yaitu dengan pengaturan gaya hidup sehat pedoman sebagai berikut :
4.5.2.1 Mempertahankan pola makan sehari – hari yang sehat dan seimbang, yaitu :
4.5.2.1.1 Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah – buahan sebagai sumber serat, sehingga dapat mengurangi absorpsi lemak di usus halus.
4.5.2.1.2 Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan KH sederhana.
4.5.2.1.3 Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan.
4.5.2.1.4 Mempertahankan berat badan normal. 4.5.2.1.5 Tidak merokok
4.5.3 Terapi obat diberikan jika target kadar kolesterol total dan/atau trigliserida tidak tercapai dengan perbaikan pola makan dan kegiatan jasmani:
4.5.3.1 Obat untuk menurunkan kadar kolesterol dari golongan penghambat enzim HMG ko-A reduktase (statin): simvastatin 5 40 mg/hari, pravastatin (10-40 mg/hari), lovastatin (20-80mg/hari), fluvastatin (5-40 mg/hari).
4.5.3.2 Obat untuk menurunkan kadar trigliserida dari golongan asam fibrat: gemfibrozil (300-1200mg 1-2x sehari, ½ jam sebelum makan), bezafibrat (3x200mg atau 1x400mg/hari), fenofibrate (3x100mg atau 1x300mg/hari).
5 Catatan mutu
5.1 Status pasient dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
HIPERTENSI ( PTM )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 029 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksaan penyakit hipertensi agar terhindar dari komplikasi 2. Ruang Lingkup
Semua pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita penyakit Hipertensi 3. Uraian Umum
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolic pada seseorang yang tidak dalam pengobatan hipertensi.
Klasifikasi berdasarkan JNC VII sebagai berikut: Sistolik Diastolik Normal <120 dan <80 Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89 Derajat 1 140-159 atau 90-99 Derajat 2 ≥160 atau ≥100
Klasifikasi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah dengan menggunakan cuff yang meliputi minimal 80 % lengan atas pada pasien dengan posisi duduk dan telah beristirahat 5 menit.
4. Prosedur
4.1 Perawat / Ahli gizi melakukan pengukuran. 4.1.1 Tinggi Badan
4.1.2 Berat Badan 4.1.3 Tekanan Darah
4.3.2 Pendeteksian hipertensi dari skrining tekanan darah. 4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
4.5 Dokter memberikan terapi / anjuran: 4.5.1 Istirahat.
4.5.2 Edukasi Gizi
4.5.2.1 Membatasi konsumsi garam yodium
4.5.2.2 Membatasi konsumsi lemak dan kolesterol 4.5.2.3 Mempertahankan berat badan ideal
4.5.3 Olah raga / latihan fisik.
4.5.4 Saran mengubah gaya hidup yang memperburuk kondisi hipertensi seperti merokok, stres, alcohol, obat
4.5.5 Melakukan pemeriksaan lanjutan untuk melihat sejauh mana perkembangan penyakit atau komplikasi yang terjadi:
4.5.6 Laboratorium untuk evaluasi awal dan pengelolaan 4.5.7 Pemeriksaan EKG
4.5.8 Pemeriksaan RO Thoraks. 4.5.9 Obat, anti hipertensi bila perlu.
Yang tersedia di Puskesmas:
4.5.9.1 Captopril 12,5-25mg 2-3x sehari, jangan diberikan jika pasien batuk atau ada gangguan fungsi paru.
4.5.9.2 HCT 25 mg 1x sehari 4.5.9.3 Furosemid 40 mg 1x sehari 4.5.9.4 Reserpin.0,25 mg 2-3x sehari
Pemberian obat anti hipertensi
- Mulai dosis rendah yang tersedia , naikan bila respons belum optimal
- Kombinasi dua obat , dosis rendah lebih baik daripada satu obat dosis tinggi.
- Bila tidak ada respons satu obat, respons minim, atau ada efek Samping ganti obat hipertensi yang lain.
4.5.10 Kontrol berobat sebelum obat habis, menekankan pentingnya patuh berobat demi menjaga kestabilan tekanan darah pasien.
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasient dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
HIPER URICEMIA ( PTM )
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 030 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan :
Sebagai pedoman untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam darah.
2. Ruang lingkup :
Semua pasien di Puskesmas Kecamatan SINE dengan kadar asam urat dalam darah yang tinggi
3. Uraian umum :
Asam urat adalah hasil metabolisme protein berupa purin. Asam urat tidak boleh berlebihan. Karena dapat menyebabkan penimbunan rasa sakit diberbagai sendi dan dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal
Cara agar asam urat tidak berlebihan yaitu dengan mengatur konsumsi makanan dengan cara diet rendah purin dan bila perlu konsumsi obat penurun asam urat.
4. Prosedur
4.1 Perawat melakukan pengukuran Tinggi badan, Berat badan
4.2 Perawat mencatat Tinggi badan, berat badan, umur, hasil pemeriksaan, lab asam urat dalam status
4.3 Dokter menganamnesa keluhan pasien, berupa nyeri sendi, kaku atau terjadi pembengkakan serta mempelajari kebiasaan pola makan pasien
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik
4.5 Dokter memberikan anjuran pengaturan diet rendah purin: Banyak cairan
Lemak sedang
4.7 Bila perlu, diberikan obat untuk menurunkan produksi asam urat dan meningkatkan pembentukan xantin serta hipoxantin dengan cara menghambat enzim xantin oksidase yakni obat allopurinol 100 mg 1x sehari, evaluasi sampai kadar asam urat dalam darah mencapai normal.
5. Catatan Mutu
Status pasient dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
SERUMEN
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 031 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
Unit Rawat Jalan Puskesmas Kecamatan SINE mencakup semua golongan umur. 1. Uraian Umum.
Serumen bisa berbentuk lunak dan padat, dalam keadaan normal serumen tidak tertumpuk di liang telinga. Bila konsistensi lunak cukup dibersihkan dengan kapas yang telah dililit aligator dan bila konsistensi padat dapat di keluarkan dengan pengait serumen, bila serumen sukar dikeluarkan dapat diberi cairan melunakkan serumen a.l Karboglyserin 10 %
Indikator performance : Serumen dinyatakan tidak ada & pemeriksaan selesai bila liang telinga bersih ( pengambilan / pengeluaran serumen yang padat kurang lebih 5 menit ).
SOP Puskesmas SINE
1. Tujuan.
Sebagai pedoman cara mendiagnosa dan terapi serumen sehingga tidak menimbulkan kesalahan dengan suatu pengelupasan kulit yang biasanya terdapat pada orang tua dan menghindarkan efek sampingan a.l:
Gangguan pendamping dan rasa tertekan menggangu liang telinga.
2. Ruang Lingkup
Serumen adalah hasil produksi kelenjer serumen dan kelenjer sebasea yang terdapat di kulit 1/3 luar liang telinga.
4.3 Bila konsistensi padat dan lebih dalam, sulit dikeluarkan, bisa diberi cairan karbol gliserin 10 % selama 3 hari kemudian pasien kontrol kembali ke dokter.
5. Catatan Mutu.
5.1 Status pasien dalam rekam medik
SOP Puskesmas SINE
4.1.3 Kapas dan pelilit kapas
4.1.4 Corong telinga
4.1.5 Alat penghisap / suction
4.1.6 Cairan ( Betadine, Rivanol, Karbogliserin 10 % )
4.1.7 Kursi Pasien
4.1.8 Buku laporan
4.1.9 Pencucian alat – alat
4.2 Dokter melakukan tindakan pengeluaran serumen dengan cara :
4.2.1 Terlebih dahulu memeriksa telinga pasien dan melihat bila serumen lunak cukup dibersihkan sedangkan bila keras di kait atau dilunakkan dengan cairan
4.2.2 Setelah serumen dapat dikeluarkan dilihat kembali ke dalam liang telinga. 4.2.3 Bila ada trauma bisa diberikan tampon betadine 1 jam- 2 jam
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
SINUSITIS
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 032 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman penatalaksanaan Sinusitis
2. Ruang lingkup
Semua pasien Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Sinusitis
3. Uraian umum
Penyakit Sinusitis ( biasa disebut juga dengan Sinusitis paranasalis ) merupakan suatu peradangan di sinus paranalis. Bila prosesnya terjadi pada beberapa sinus di sebut Pansinusitis
3.1 Yang paling sering terkena adalah sinus maxillaris karena: 3.1.1 Dasar sinus lebih rendah dari dasar hidung.
3.1.2 Ostium sinus maxillaris relatif lebih tinggi dari dasarnya.
3.1.3 Ada hubungan yang erat antara sinus maxillaris dengan akar gigi P1, P2, M1,M2
3.2 Berdasarkan lamanya proses perjalanan penyakitnya dapat dibedakan menjadi 3 macam: 3.2.1 Sinusitis akut , bila infeksi terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu, atau bila
masih ada tanda – tanda infeksi akut.
3.2.2 Sinusitis sub akut, bila infeksi berlangsung beberapa minggu sampai 3 bulan. 3.2.3 Sinusitis kronis, bila infeksi berlangsung lebih dari 3 bulan
4. Prosedur
4.1 Dokter melakukan anamnesa
Pasien biasanya mengeluh badannya lesu, demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala karena cairan tidak dapat keluar, nyeri lokal yang sesuai dengan sinur yang terinfeksi.
4.2 Dokter melakukan pemeriksaan fisik
4.3 Dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang yaitu Transiluminasi di kamar gelap dan permintaan rongent posisi water’s PA dan Lateral
4.4 Dokter memberikan pengobatan 4.4.1 Biasanya konservatif
4.4.2 Vasokonstriletor lokal untuk melancarkan pengaliran sekret sinus, terutama sinus maxillaris seperti , efedrin, 0,5 – 2 % semprot / tetes.
4.4.3 Anti Histamin. 4.4.4 Anti Biotik 4.4.5 Analgetik 4.4.6 MucolitiK
4.4.7 Dan dokter melakukan rujukan untuk penatalaksanaan leebih lanjut
5. Catatan mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
SOP RHINITIS ALERGIKA
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 33 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep. Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep. Disetujui oleh : Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan rhinitis alergika dan upaya mencegah serangan kembali
2. Ruang lingkup
Pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita rhinitis alergika 3. Uraian umum
Penyebab utama rhinitis alergika adalah terjadinya reaksi Antigen – Antibody 3.1 Antigen dapat berupa:
3.1.1 Inhalan ( debu , bulu )
3.1.2 Ingestan ( makanan, kuman ) 3.1.3 Injektan ( Suntikan )
3.1.4 Kontaktan ( obat tetes )
Akibat terjadinya reaksi antigen – antibody menimbulkan pelepasan histamin, bradikimin dll yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah serta peningkatan permeabilitas kapiler – menjadi edema
4. Prosedur
4.1 Dokter melakukan anamnesa
Keluhan sering bersin,. Gatal pada rongga hidung, dan disertai dengan keluarnya ingus yang encer
4.2 Dokter melakukan Pemeriksaan Fisik.
Dengan melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior menggunakan spekulum hidung terlihat mukosa hidung bengkak dan sensitif. Berwarna livid dan terdapat sekret yang mucoid.
4.3 Dokter memberikan Pengobatan
biasanya 1 – 2 mg / kal 5. Catatan mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
TONSILITIS
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 34 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Tonsilitis 2. Ruang lingkup
Pasien di Poli THT dan pasien rujukan dari Poli Umum dan Poli Gigi Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Tonsilitis
3. Uraian umum
Tonsilitis dapat menyerang semua golongan umur, pada anak – anak tonsilitis akut sering menimbulkan komplikasi.
3.1 Kuman tersering sebagai penyebab adalah : 3.1 .1 Str. Beta haemolyticus.
3.1.2 Str. Viridans 3.1.3 Str. Pyogenus
3.2 Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi berulangnya tonsilitis: 3.2.1 Rangsangan menahun ( rokok, makanan tertentu ) 3.2.2. Cuaca
3.2.3 Pengobatan tonsilitis yang tidak memadai. 3.2.4 Hygiene rongga mulut yang kurang baik
Pada anak – anak yang mengalami tonsilitis kronis sering disertai pembengkokan kelenjer submandibularis, adeniditis, rinitis dan otitis media.
4. Prosedur
4.1 Dokter melakukan anamnesa
4.2.1 Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau membran, yang pada anak membran pada tonsil mungkin juga disebabkan oleh tonsilitis difteri.
4.2.2 Pada tonsilitis kronis Hipertofi, biasanya di jumpai tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kripta melebar terisi detritus. Tonsil melekat ke jaringan sekitarnya.
4.2.3 Pada bentuk atrofi, tonsil mengecil seperti terpendam dalam fossa tonsilaris. 4.3 Dokter memberikan pengobatan:
4.3.1 Antibiotik :
4.3.1.1 Eritromisin 3 x 500 mg diberikan untuk mengatasi demam dan nyeri menelan selama 5 hari untuk anak – anak, dosis eritomisin 40 mg / Kg BB / Hari, dosis
4.3.1.2 Amoxilin 30 – 50 mg / Kg BB / Hari.
4.3.2 Parasetamol 3 x 300 – 500 mg diberikan untuk mengatasi demam dan nyeri menelan yang mengganggu
4.3.3 Pada Tonsilitis kronis, penting juga diberikan nasihat agar menjauhi rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut:
Misalnya : merokok , minuman / makanan yang merangsang, penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan.
4.4 Dokter dapat memberikan rujukan bila serangan akut sering berulang, tonsil sangat membesar dan ada kecurigaan terjadi komplikasi di tempat lain.
5. Catatan mutu
5.1 Status pasien THT FI/Lok-15/00
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )
PROSEDUR KLINIS
RHENOPHARINGITIS
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 35 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan rhinofaringitis dan upaya mencegah serangan kembali
2. Ruang lingkup
Pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita rhinofaringitis
3. Uraian umum
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Gejala dan tanda : Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok , sulit menelan.
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.
4. Prosedur
a. Dokter melakukan anamnesa
Keluhan sering bersin,. Gatal pada rongga hidung, dan disertai dengan keluarnya ingus yang encer
4.2 Dokter melakukan Pemeriksaan Fisik.
Dengan melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior menggunakan spekulum hidung terlihat mukosa hidung bengkak dan sensitif. Berwarna livid dan terdapat sekret yang mucoid.
4.3 Dokter memberikan Pengobatan
4.3.1 Istirahat dan minum yang cukup, Kumur dengan air hangat, Analgetika jika perlu dan tablet hisap.
4.3.2 Beri antihistamin ( ctm ) kortiko steroid oral atau local, tetapi pengobatan secara lokal dapat berbahaya karena dapat timbul rinitis medika mentosa atau rebound fenomen dimana terjadi vasodilatasi dosis antihistamin ( ctm ) biasanya 1 – 2 mg / kal
5. Catatan mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
PUSKESMAS SINE DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI
OTITIS MEDIA AKUT
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : Revisi :- Halaman : 36 Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
Diperiksa oleh : Suyanto, Amd. Kep.
Disetujui oleh :
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf : Paraf : Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Otitis Media Akut (OMA)
2. Ruang lingkup
2.1Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek.
3. Uraian umum
O.E Otitis Media Akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman kedalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
STADIUM OMA
3.1 Stadium Oklusi Tuba Eustachius 3.2 Stadium Hiperemis
3.3 Stadium Supurasi 3.4 Stadium Perforasi 3.5 Stadium Resolusi
GEJALA KLINIS
Kleuhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga, suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.Terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar.
Prosedur
4.1 Dokter memberi penatalaksanaan kepada pasien yang datang ke poli THT dengan cara 4.1.1 Anamnesa : Mendengarkan keluhan pasien.
4.1.2 Setelah dokter memakai lampu kepala maka telinga pasien yang sakit diperiksa. 4.1.3 Tangan kiri pemeriksa memegang telinga yang sakit kemudian kapas yang telah dililitkan dicelupkan ke dalam betadine solution atau Rivanol lalu dibersihkan liang telinga.
4.1.4 Dokter menulis resep untuk mengurangi rasa sakit dan bila perlu antibiotik sistemik
4.1.5 Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius. Untuk ini diberikan obat tetes hidung, HCl Efedrin 0,5% atau1 % dalam larutan fisiologik.
4.1.6 Pada stadium presupurasi antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin
4.2 Dokter menulis keluhan dan Pemeriksaan, Diagnosis, Therapi di buku status.
4.2.1 Memfixir kepala pasien supaya tidak goyang karena alat – alat ada yang tajam dan terbuat dari stainless steel ( Agar tidak terjadi trauma alat )
4.2.2 Membersihkan alat / instrumen dengan air mengalir dan menyusun kembali di meja / Treatment unit Ent.
4.2.3 Perawat melakukan Pencatatan dan pelaporan. 4. Catatan Mutu.
5.1 Status pasien dalam rekam medis