• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1: Pendahuluan. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1: Pendahuluan. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab 1: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu faktor bagi menurunnya derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia, dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kata 'Sanitasi‘ juga mengacu pada kemampuan menjaga kondisi higienis, melalui layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO, http://www.who.int/topics/sanitation/en/.Diakses pada 16 September 2014).

Khususnya untuk Kabupaten Labuhanbatu Utara, tidak memadainya sistem sanitasi berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan. Hal tersebut mendorong pemerintah kabupaten untuk meningkatkan kondisi sanitasi melalui pendekatan menyeluruh berskala kota. Pendekatan ini dimulai dengan pembentukan Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara. Salah satu tujuan dibentuknya tim ini adalah untuk mensinergikan kerja dinas-dinas yang berkaitan dengan sanitasi (Air Limbah Domestik, Drainase, Persampahan dan PHBS) dalam satu wadah guna memperbaiki kinerja dan konsep sanitasi di masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, Tim Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji serta menganalisa data dalam rangka memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara. Hasil pengumpulan, kajian dan analisa data tersebut disajikan dalam sebuah dokumen yang disebut sebagai Sanitation White Book atau Buku Putih Sanitasi (BPS). Selanjutnya BPS dan dokumen perencanaan kota dijadikan dasar oleh Pokja untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara jangka menengah tahun 2015-2019.

(2)

2

SSK adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi tentang potret kondisi sanitasi kota/kabupaten saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah.

Kajian wilayah sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara meliputi wilayah administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan 15 (lima belas) desa/kelurahan:

No Nama Kecamatan Nama Desa/Kelurahan

1 Aek Natas Kel. Bandar Durian

2 Kualuh Hilir Kel. Kampung Mesjid

3 Kualuh Hilir Desa Sei Apung

4 Kualuh Hilir Desa Kuala Bangka

5 Kualuh Hulu Kel. Aek kanopan

6 Kualuh Hulu Kel. Aek Kanopan Timur

7 Kualuh Hulu Desa Suka Rame

8 Kualuh Leidong Kel. Tanjung Leidong

9 Kualuh Leidong Desa Pangkalan Lunang

10 Kualuh Leidong Teluk Pulai Luar

11 Kualuh Leidong Desa Kelapa Sebatang

12 Kualuh Selatan Desa Sialang Taji

13 Kualuh Selatan Desa Tanjung pasir

14 Marbau Desa Tubiran

15 Marbau Desa Pulo Bargot

Lokasi wilayah kajian cakupan SSK Kabupaten Labuhanbatu Utara tertera pada peta di bawah ini.

(3)

3

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi kota yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam jangka menengah tahun 2015-2019.

Tujuan dari penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan sektor sanitasi jangka menengah dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara oleh semua pihak terkait. Secara khusus tujuan dijabarkan menjadi:

 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara disusun sebagai acuan dalam penyusunan rencana pembangunan sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara selama kurun waktu 5 tahun 2015-2019.

 Strategi Sanitasi Kota memuat gambaran visi, misi, tujuan dan sasaran sektor sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dan kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara jangka menengah tahun 2015-2019.

 Sebagai dasar penentuan kebijakan bagi para pemangku kepentingan di Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam merumuskan dan menentukan strategi, tahapan dan arahan kegiatan dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

 Pedoman bagi para pelaku pembangunan khususnya pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara terutama pemerintah daerah, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat, masyarakat serta pihak swasta untuk berperan aktif dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

(4)

4

1.3 Metodologi

Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu, secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:

 Menetapkan kondisi pengelolaan sanitasi saat ini dan kondisi sanitasi yang diinginkan Kabupaten Labuhanbatu Utara ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi kota, serta tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi kota. Dalam perumusannya mengacu pada Buku Putih Sanitasi (BPS), Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), Renstra SKPD, RAD MDGs dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

 Menilai kesenjangan antara kondisi pengelolaan sanitasi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kesenjangan ini digunakan untuk mendiskripsikan isu strategis dan kendala sektor sanitasi yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.

JENIS DATA

Jenis data yang digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah:

1. Data Primer yakni data yang diperoleh dari survei lapangan, interview dengan narasumber.

2. Data sekunder yakni data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis daerah antara lain RTRW, RPJMD, RPJPD, RPIJM, APBD Kota, Kabupaten Labuhanbatu Utara Dalam Angka, Renstra SKPD, RAD MDGs data dokumen pendukung lainnya seperti aturan-aturan baik dari pusat, provinsi dan kota.

(5)

5

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain :

 Kajian Literatur, data sekunder

 Observasi, wawancara responden

 FGD dan indepth interview

 Studi spesifik: Kesadaran masyarakat dan pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan (PMJK), Pemetaan media, Partisipasi dunia usaha, Pendanaan dan pembiayaan, Kelembagaan. Studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA)

PROSES PENYUSUNAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA Sebagai bagian dari proses, maka penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara mengikuti langkah-langkah antara lain:

 Pengkajian Fakta Sanitasi

 Penyusunan Visi dan Misi Sanitasi Kota

 Penentuan Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian

 Identifikasi Isu dan Hambatan Strategis

 Perumusan Strategi

 Penyusunan Program dan Kegiatan Sanitasi

 Konsultasi Publik dan Finalisasi SSK

Proses penulisan/dokumentasi Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dilakukan oleh Pokja dengan merujuk pada jadwal tahapan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten yang telah ditetapkan oleh Pusat. Sedangkan proses penyepakatannya dilakukan dalam forum rapat koordinasi Pokja Sanitasi.

(6)

6

1.4 Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada dasarnya bukan tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut yakni pada pembangunan sektor sanitasi. Oleh karena itu, SSK disusun secara komprehensif, skala kota, disusun dengan proses perpaduan antara top down dan bottom up yang berfungsi sebagai dokumen sumber (source document). Dengan posisi demikian, maka SSK perlu diinternalisasikan ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran kota, dengan melakukan advokasi ringkasan SSK kepada para pengambil kebijakan yang tepat.

a. Hubungan RPJMD dengan Strategi Sanitasi Kota

RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dipergunakan sebagai sumber dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota. Oleh karena itu, Strategi Sanitasi Kota ini merupakan penjabaran operasional dari RPJMD khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar pemikiran RPJMD. Munculnya isu kerusakan lingkungan, ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan prinsip-prinsip penataan ruang, maupun tumpang tindih penataan ruang menjadikan pengelolaan tata ruang kota yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dijadikan sebagai Misi Kedua Pembangunan Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk periode 2015-2019 yang tertuang dalam RPJMD.

b. Hubungan Renstra SKPD dengan Strategi Sanitasi Kota

Renstra SKPD sebagai penjabaran dari RPJMD juga dipergunakan sebagai bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota. Renstra SKPD dipergunakan sebagai dasar dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota, maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan SKPD yang terkait dengan sanitasi.

(7)

7

c. Hubungan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan Buku Putih Sanitasi

RTRW dipergunakan sebagai salah satu bahan dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota. Strategi Sanitasi Kota mengarah pada operasionalisasi teknis urusan khusus sanitasi dari RTRW, agar pada saat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah terlaksana pula implementasi dari Strategi Sanitasi Kota.

d. Hubungan Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium Development Goals (MDGs) dengan Strategi Sanitasi Kota

Salah satu tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota adalah memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama yang tertuang dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium Development Goals (MDGs) yakni Tujuan (Goal) 7 yaitu Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup. Pencapaian target Goal 7 berdasarkan salah satu indikator, yaitu : Rumah tangga yang memanfaatkan akses sanitasi dasar (pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, sistem drainase) pada tahun 2015 meningkat menjadi 81% dari tahun 2010 sebesar 76,17%;

(8)

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi

Visi dan misi merupakan sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan sebuah organisasi. Visi dan misi memberikan arah yang jelas dan terukur, sehingga pada akhir periode perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagi keberhasilan sebuah program. Kabupaten Labuhanbatu Utara telah merumuskan visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil dari kolaborasi pemikiran dari berbagai stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara sangat erat kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Pokja PPSP telah merumuskan visi dan misi sanitasi yang diturunkan dari visi dan misi Kabupaten Labuhanbatu Utara yang tertuang dalam RPJMD. Rumusan visi dan misi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara telah memperhatikan isu-isu strategis yang termuat dalam dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS). Tabel di bawah ini merupakan gambaran tentang Visi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Misi per-subsektor.

Tabel 2.1: Visi Misi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Visi Kab Misi Kab Visi Sanitasi Misi Sanitasi Mewujudkan masyarakat

Kabupaten Labuhanbatu Utara yang bersih dan sehat berbasis sanitasi di Tahun 2024.

Misi Air Limbah Domestik: Menciptakan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Utara terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Misi Persampahan: Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan bebas sampah.

Misi Drainase:

Mengurangi genangan air di wilayah permukiman sampai dengan 100%.

Misi PHBS terkait sanitasi: Mengurangi tingkat polusi air limbah baik di darat, air maupun udara.

(9)

2.2 Tahapan Pengembangan Sanitasi

Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS), berdasarkan isu srategis air limbah domestik dan permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

(10)

Di kelurahan Kutowinangun Dusun Benoyo ada sebagian wilayahnya yang ketinggian muka air tanahnya ± 1m, demikian juga di kelurahan Kalicacing di sekitar PDAM ke arah belakang ketinggian muka air tanahnya ± 1-2 m. Sarana MCK ++ di Kabupaten Labuhanbatu Utara di beberapa bangunan biogasnya kurang berfungsi.

Dalam menentukan wilayah pengembangan air limbah domestik yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat Kelurahan disusun prioritas pengembangan air limbah domestik. Penentuan wilayah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi, yaitu : Kepadatan penduduk, Kawasan CBD, daerah ekstrim terhadap banjir, genangan air hujan dan terkena dampak ROB, kondisi tanah serta tingkat resiko kesehatan. Berdasarkan kriteria tersebut maka perencanaan penanganan air limbah domestik ke depan dapat

digambarkan sebagai berikut:

Zona 1, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik dengan menggunakan sistem

off-sitemedium yang juga merupakan kawasan bisnis (Central Business District) yang harus

diatasi dalam jangkamenengah dan jangka panjang mencakup 11 kelurahan yaitu: Sidorejo

Lor, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kutowinangun, Gendongan, Tingkir Lor, Tegalrejo,

Tingkir Tengah, Ledok, Cebongan, Mangunsari dan Kalicacing. Pada peta diberi warna Coklat.

Zona 2, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik melalui sistem STBM, serta penyediaan MCK++ bagi keluarga yang tidak memiliki jamban pribadi. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang mencakup 10 kelurahan yaitu: Bugel, Kauman Kidul, Pulutan, Sidorejo Kidul, Dukuh, Kalibening, Noborejo, Kumpulrejo, Randuacir, dan Kecandran. Pada peta diberi warna Hujau Tua.

Zona 3, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik on-site individual yang mempunyai tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 1 kelurahan yaitu : Kelurahan Blotongan. Pada peta diberi warna Hijau.

(11)

Tabel 2.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Sistem Cakupan layanan

eksisting* (%)

Target cakupan layanan* (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Buang Air Besar Sembarangan (BABS)**

B Sistem On-Site (setempat) 1 Cubluk dan sejenisnya 2 Individual (tangki septik)

C Sistem Komunal

1 MCK/MCK ++ 2 IPAL komunal

3 Tangki septik komunal D Sistem Off-Site (terpusat)

TOTAL

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud diatas total penduduk. Untuk cakupan layanan eksisting (kolom c) silahkan mengacu pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.

**) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai, dll. Termasuk di dalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan) atau yang dikenal juga dengan istilah BABS terselubung.

Cara Pengisian Tabel:

Kolom (b): Diisi dengan sistem sanitasi yang berlaku di Kabupaten/kota.

Kolom (c): Diisi dengan persentase cakupan layanan eksisting (penduduk terlayani dibagi total penduduk Kabupaten/kota) untuk sistem sanitasi yang ada saat ini di Kabupaten/kota.

Kolom (d): Diisi dengan target cakupan jangka pendek (1-2 tahun) untuk sistem sanitasi yang akan dikembangkan sesuai dengan hasil tahapan pengembangan yang ada sebagaimana ditampilkan di peta tahapan pengembangan.

Kolom (e): Diisi dengan target cakupan jangka menengah (5 tahun) untuk sistem sanitasi yang akan dikembangkan sesuai dengan hasil tahapan pengembangan yang ada sebagaimana ditampilkan di peta tahapan pengembangan.

Kolom (f): Diisi dengan target cakupan jangka panjang (10-15 tahun) untuk sistem sanitasi yang akan dikembangkan sesuai dengan hasil tahapan pengembangan yang ada sebagaimana ditampilkan di peta tahapan pengembangan.

(12)
(13)

Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS) bahwa di Kabupaten Labuhanbatu Utara sarana persampahan telah terlayani sebesar 50% dari total keseluruhan sampah kota. Berdasarkan isu srategis persampahan dan permasalahan mendesak persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi Persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan kriteria yang ada di dalam wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasikan ada 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu;

1) Tata guna lahan/klasifikasi wilayah: komersial/ Central of Business Development (CBD),

permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb;

2) Kepadatan penduduk. Berdasarkan kriteria penentuan wilayah dan kebutuhan

pelayanan persampahan ke depan dapat digambarkan sebagai berikut:

Zona 1, merupakan area yang cukup padat, kawasan bisnis dan tempat umum yang harus

terlayani secara penuh 100% (Full coverage) dan continue selection. Daerah yang seperti ini

dapat diatasi dalam jangka waktu pendek menengah dengan sistem layanan langsung dari TPS ke TPA dan sebagian terlayani oleh pelayanan penyapuan jalan. Juga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan

syarat kesehatan serta konsep 3 R (reduce, reuse, recycle). Terdapat di 11 kelurahan dalam

zona ini yaitu Sidorejo Lor, Kabupaten Labuhanbatu Utara, ZKutowinangun, Gendongan, Tingkir Lor, Tingkir Tengah, Ledok, Cebongan, Kecandran, Mangunsari dan Kalicacing. Pada peta diberi warna Hijau.

Zona 2, merupakan area yang harus terlayani minimal 70% dengan sistem secara langsung

dari TPS ke TPA dan juga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat

mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3 R (reduce,

reuse, recycle). Cakupan layanan wilayah yang seperti ini dapat diatasi dalam dalam jangka

menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat di 3 Kelurahan dalam zona ini yaitu: Blotongan, Tegalrejo, Dukuh. Pada peta diberi warna Ungu.

(14)

Zona 3, merupakan area yang tidak terlalu padat penduduknya, area ini dilayani secara local baik individual maupun komunal, Wilayah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka pendek sampai panjang. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan

serta konsep 3 R (reduce, reuse, recycle) dan pembangunan TPST. Terdapat 8 kelurahan

dalam zona ini yaitu: Bugel, Kauman Kidul, Randuacir, Pulutan, Noborejo, Sidorejo Kidul, Kalibening dan Kumpulrejo . Pada peta diberi warna biru.

Tabel 2.3 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Sistem Cakupan layanan

eksisting* (%)

Target cakupan layanan* (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Persentase sampah yang terangkut

1 Penanganan langsung (direct)(2) 2 Penanganan tidak langsung

(indirect)(3) B

Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani(5)

TOTAL

Keterangan:

1) Cakupan layanan dapat didekati dengan persentase sampah yang terkumpul dan terangkut atau jumlah penduduk yang mendapatkan layanan dibagi total penduduk administratif. Untk cakupan layanan eksisting (kolom c) silahkan mengacu pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.

2) Penanganan langsung adalah pelayanan sampah berdasarkan sistem pengangkutan menggunakan truk langsung dari rumah ke rumah kemudian ke TPA

3) Penanganan tidak langsung adalah pelayanan sampah dimana sampah diangkut menuju TPS kemudian dari TPS akan diangkut ke TPA dengan truk.

4) Apabila data terkait penanganan langsung dan tidak langsung tidak tersedia, maka silahkan langsung diisikan di baris persentase sampah terangkut (yang seharusnya adalah penjumlahan dari penanganan langsung dan tidak langsung).

5) Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani adalah wilayah yang belum mendapatkan pelayanan sampah yang terlembaga sehingga pengelolaan sampah masih dilakukan sendiri oleh masyarakat (dikubur, dibakar, dll) maupun dikelola oleh KSM atau kelurahan.

(15)

Cara Pengisian Tabel:

Kolom (b): Sistem pengelolaan persampahan yang ada.

Kolom (c): Diisi dengan persentase cakupan layanan eksisting.

Kolom (d): Diisi dengan target cakupan jangka pendek (1-2 tahun) untuk sistem sanitasi yang akan dikembangkan sesuai dengan hasil tahapan pengembangan yang ada sebagaimana ditampilkan di peta tahapan pengembangan.

Kolom (e): Diisi dengan target cakupan jangka menengah (5 tahun) untuk sistem sanitasi yang akan dikembangkan sesuai dengan hasil tahapan pengembangan yang ada sebagaimana ditampilkan di peta tahapan pengembangan.

Kolom (f): Diisi dengan target cakupan jangka panjang (10-15 tahun) untuk sistem sanitasi yang akan dikembangkan sesuai dengan hasil tahapan pengembangan yang ada sebagaimana ditampilkan di peta tahapan pengembangan.

(16)

Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan wilayah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi, yaitu : Kepadatan penduduk, Kawasan CBD, daerah ROB, daerah genangan air hujan serta tingkat resiko kesehatan. Berdasarkan kriteria tersebut maka perencanaan penanganan drainase ke depan dapat digambarkan sebagai berikut:

Zona 1, Merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan

padat dan kawasan bisnis (Central Business District) dan juga kawasan/wilayah dataran

rendah yang merupakan daerah kiriman dari wilayah atas. Wikayah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka pendek dan menengah mencakup 8 Kelurahan yaitu: Sidorejo Lor, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kutowinangun, Gendongan, Blotongan, Cebongan, Magunsari dan kalicacing. Pada peta diberi warna Merah.

Zona 2, Merupakan area dengan tingkat resiko menengah dengan kepadatan kurang dari 25

orang/ha yang dapat diatasi dalam jangka menengah dan panjang mencakup 9 Kelurahan yaitu: Bugel, Kauman Kidul, Pulutan, Sidorejo Kidul, Kalibening, Noborejo, Kumpulrejo, Randuacir, dan Kecandran. Pada peta diberi warna Hijau.

Zona 3, Merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 5 Kelurahan yaitu: Tingkir Lor, Tingkir Tengah, Ledok, Tegalrejo, dan Dukuh. Pada peta diberi warna Hijau dan sebagian warna merah.

(17)

Tabel 2.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Kecamatan Luas genangan

eksisting (ha)

Luas genangan (ha) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL

Cara Pengisian Tabel:

Kolom (b): Diisi nama kecamatan

Kolom (c): Diisi dengan luas genangan eksisting.Isikan seperti data yang telah dimasukkan di dalam Instrumen Profil Sanitasi. s

Kolom (d): Diisi dengan target wilayah genangan jangka pendek (1-2 tahun)

Kolom (e): Diisi dengan target wilayah genangan jangka menengah (5 tahun)

(18)

2.3Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi

Perkiraan pendanaan sektor sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam 5 (lima) tahun terakhir dan proyeksinya dalam 5 (lima) tahun ke depan disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD untuk Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk Sanitasi

No Uraian

Belanja Sanitasi (Rp) Rata-rata

pertum-buhan

2010 2011 2012 2013 2014

1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 1.2 Sampah Rumah Tangga 1.3 Drainase Lingkungan 1.4 PHBS

2 Dana Alokasi Khusus 2.1 DAK Sanitasi

2.2 DAK Lingkungan Hidup

2.3 DAK Perumahan dan Permukiman 3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi Belanja APBD murni untuk sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung

% APBD murni terhadap Belanja Langsung

Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut)

(19)

Tabel 2.6: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Tahun 2015-2019 Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp) Total

Pendanaan

2015 2016 2017 2018 2019

1 Perkiraan Belanja Langsung 2 Perkiraan APBD Murni untuk

Sanitasi

3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi

Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi

No Uraian

Belanja Sanitasi (Rp) Rata-rata

pertum-buhan

2010 2011 2012 2013 2014

1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik

1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan 1.2 Sampah Rumah Tangga

1.2.1 Biaya operasional / pemeliharaan 1.3 Drainase Lingkungan

1.3.1 Biaya operasional / pemeliharaan

Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2019

No Uraian

Belanja Sanitasi (Rp) Rata-rata

pertum-buhan

2015 2016 2017 2018 2019

1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik

1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan 1.2 Sampah Rumah Tangga

1.2.1 Biaya operasional / pemeliharaan 1.3 Drainase Lingkungan

(20)

Tabel 2.9: Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam Mendanai Program/kegiatan SSK

No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp) Total

Pendanaan

2015 2016 2017 2018 2019

1 Perkiraan Kebutuhan Operasional / Pemeliharaan

2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi

3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi

4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1)

5 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1)

Gambar

Tabel 2.1: Visi Misi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara
Tabel 2.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara
Tabel 2.3 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Labuhanbatu Utara
Tabel 2.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Labuhanbatu Utara
+3

Referensi

Dokumen terkait

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang –

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat korupsi pada

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana yang telah penulis kutip adalah penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang lebih

Jembatan tipe pratt Dari kedua jenis jembatan di atas, untuk memilih mana jembatan yang lebih efisien untuk di gunakan, maka perlu di tinjau pemilihan profil

• Jika panjang gelombang ( λ ) lebih besar dibandingkan dengan lebar celah (d), maka gelombang akan disebar keluar dengan sudut yang cukup besar.. • Dalam beberapa kasus klasik,

Pendaftaran Ulang dilaksanakan di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, pada tanggal 31 Mei 2013, mulai pukul 07.00 WIB dengan.. menunjukkan bukti

Karakteristik peluang bisnis dapat disebut baik jika mampu memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama, tepat waktu, dan layak adalah pengertian…..

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan program pemerataan dan perluasan Pendidikan Menengah Kejuruan, khususnya tentang Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB)-SMK , dengan