• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang terkait dalam penelitian yang dilakukan peneliti mencakup persamaan tentang aspek yaitu kritik sosial. Selain itu juga persamaan tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang novel, puisi, lirik lagu dan juga kumpulan cerpen. Tetapi yang dilakukan peneliti mengambil objek dari naskah monolog yang termasuk genre sastra. Berikut merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain:

Pertama penelitian dengan Judul Kritik Sosial Keagamaan dalam Kumpulan

Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri Hasil Penelitian dari Lailatunnisa

(2013). Lailatunnisa adalah mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dalam penelitian dengan judul Kritik Sosial Keagamaan dalam

Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri, peneliti menggunakan

pendekatan sosiologi sastra, dengan memfokuskan kritik dalam kehidupan beragama. Secara garis besar, penelitian tersebut terbagi atas empat aspek yakni: aspek aqidah, aspek ibadah, aspek akhlak, dan aspek muamalat. Jadi penelitian yang akan dilakukan peneliti jelas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lailatunisa, meski memiliki persamaan pada aspek yaitu tentang kritik sosial tetapi berbeda pada objek yang diambil. Objek penelitian Lailatunisa yaitu cerpen sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti adalah nasakah monolog.

(2)

7

Kedua penelitian dengan Judul Peran Punakawan dalam Novel Perang Karya

Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Robertus Pujo Leksono (2005). Robertus Pujo

Leksono merupakan mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran Bandung. Pada penelitian yang berjudul Peran Punakawan

dalam Novel Perang Karya Putu Wijaya, peneliti menggunakan pendekatan semiotika

Roland Barthes. Penelitian mengalisis tentang perubahan penandaan terhadap Punakawan sebagai tanda. Peran Punakawan sebagai hasil dari penandaan tingkat kedua membentuk tanda baru bagi Punakawan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Robertus Pujo Leksono berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan, meski memiliki persaamaan pada pengarang yaitu Putu Wijaya, tetapi berbeda pada jenis karya sastranya dan juga aspek yang dibahas.

Ketiga penelitian dengan Judul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam

Bertambah Malam Karya Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Awan Kurniawan (2007).

Awan Kurniawan adalah salah satu mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Penelitiannya berjudul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam Bertambah Malam karya Putu

Wijaya. Dalam penelitiannya, peneliti mengkaji tentang sistem kepribadian setiap

tokoh dan tindakannya, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teoretis dan metodologis. Pendekatan teoretis dalam penelitian menggunakan pendekatan objektif dan sosiologis, sedangkan pendekatan metodologis yang digunakan adalah pendekatan analisis deskriptif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Awan Kurniawan berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti, meski kedua penelitian memiliki persaamaan pada pengarang yaitu Putu Wijaya, tetapi berbeda pada jenis karya sastranya dan juga aspek yang dibahas.

(3)

8

Dari tiga penelitian relevan yang telah disebutkan di atas, terdapat perbedaan secara umum. Perbedaan tersebut meliputi objek yang digunakan. Serta aspek pembahasan yang dilakukan. Tetapi ada yang memiliki persamaan tentang pendekatan yang dipakai yaitu sosiologi sastra. Dengan penjelasan di atas maka penelitian yang dilakukan peneliti jelas berbeda dari penelitian yang sudah pernah dilakukan.

B. Hakikat Karya Sastra

Kata sastra berasal dari akar kata sas (Sangsakerta) yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra yang berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik (Ratna, 2008: 1). Menurut Kurniawan (2012: 104), pengertian sastra secara garis besar yaitu karya seni yang medianya bahasa. Sebagai karya seni, sastra merupakan bentuk ekspresi seorang manusia, yang didalamnya menggambarkan fiksionalitas kehidupan. Sedangkan menurut Suyitno (2009: 18) sastra atau karya sastra adalah karangan imajinatif yang mengungkapkan lika-liku hidup manusia dan batinnya secara intens merasuk sukma, sublime menggunakan selektivitas bahasa yang estetis, ekspresif, dengan memperhatikan nilai-nilai hidup.

Karya sastra adalah seni bahasa, sebab dalam membangun dunianya karya sastra menggunakan medium bahasa. Karya sastra juga disebut seni waktu, sebab unsur-unsur cerita yang terkandung didalamnya disusun dengan memanipulasi waktu. Dengan inilah karya sastra dibedakan dengan lukisan sebagai seni ruang. Sebab lukisan disusun melalui manipulasi ruang. Baik sebagai seni bahasa maupun seni

(4)

9

waktu, fungsi utama karya sastra adalah sebagai alat komunikasi kepada masyarakat pembacanya.

Menurut Ratna (2008: 602), sastra dibedakan atas dua bidang, yaitu sastra sebagai kreativitas dan sastra sebagai ilmu. Sastra sebagai kreativitas terdiri atas tiga

genreutama yaitu: Puisi, prosa (cerpen, novel, roman) dan drama. Sastra sebagai ilmu

terdiri atas teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra. Sastra yang merupakan bentuk ekspresi dan komunikasi yang digambarkan dalam fiksionalitas, akan tetapi sastra dituntut mengandung nilai-nilai kehidupan yang adiluhung. Berkaitan dengan sastra mengandung nilai adiluhung.

Menurut Wibowo (2013: 104), memberi batasan. Bahwa sastra adiluhung adalah dunia yang bersifat dinamis, relatif, dan bukan eksklusif. Nilai sastranya pasti terkait dengan kepribadian manusia. Karena ketinggian tingkat apresiasinya, sastra adiluhung sangat bermutu. Lantaran mampu menghaluskan rohaniah; mempertajam visi, misi dan ruang imajinasi, membuat manusia santun jiwanya, bertambah pengetahuannya, berkepribadian mulia, dan luas jiwanya.

Sastra diciptkan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah angota masyarakat; ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan masyarakat mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1)

(5)

10

Dengan demikian, komunikasi yang dibangun oleh sastrawan melalui karya sastra pada hakikatnya adalah suatu misi dalam kerangka positif. Karya sastra yang diciptakan sastrawan pastinya memiliki tujuan-tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca, sebab sastrawan telah dibekali pengetahuan yang diperolehnya dari kehidupan nyata. Karenanya karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan senantiasa dituntut mengandung pesan serta nilai-nilai kebaikan. Pesan yang terdapat dalam karya sastra pun dapat meliputi bidang kehidupan. Sehingga terdapat seruan apabila terdapat sesuatu yang melenceng atau adanya ketidak seimbangan dari kehidupan, maka sastralah yang meluruskan. Sastra senantiasa dituntut berada pada hal-hal yang penuh ketauladanan. Pandangan tersebut sangat dekat dengan salah satu fungsi sastra yaitu berfungsi sebagai kritik kepada masyarakat.

Fungsi sastra yang semacam itu, juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2007: 331) yang mengatakan bahwa sastra yang mengandung pesan kritik juga disebut sebagai sastra kritik, yang biasanya lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik yang termuat dalam karya sastra biasanya kritik terhadap masyarakat, yakni berangkat dari pengungkapan pengarang karena melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat yang diikutinya.

Menurut Pradopo (2002: 16) juga mengatakan bahwa kritik sastra tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kemasyarakatan, dalam arti gagasan- gagasan masyarakat pun turut berbicara dalam persoalan sastra pada khususnya, kebudayaan pada umumnya. Permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia, didalamnya menceritakan tentang permasalahan sosial yang ditunjukan kepada pemerintah atau kalangan atas negeri ini. Seorang pengarang biasanya berada di kelas bawah yang mengritisi kehidupan sosial dikalangan atas, maka dari itu pengarang menyelipkan kritik sosial dalam penciptaan karyanya.

(6)

11

C. Pengertian Naskah Lakon

Menurut Eko dkk (2008: 60), naskah lakon ditulis oleh seorang penulis naskah lakon berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami, dan apa yang dibaca atau diceritakan kepadanya oleh orang lain. Penulis kemudian menyusun rangkaian kejadian, semakin lama semakin rumit. Sehingga pada puncaknya masuk kedalam penyelesaian cerita. Dalam menyusun kejadian-kejadian atau peristiwa seorang penulis haruslah bersabar untuk melangkah dari satu kejadian ke kejadian yang lain dalam suatu perkembangan yang logis. Untuk tercipta naskah lakon pengarang tidak lepas dari masyarakat.

Dalam lakon akan dijumpai dua hal yang sangat penting, yaitu pertama, konflik. Kedua, tokoh atau peran yang terlibat dalam peristiwa. Peristiwa atau kejadian dibuat oleh penulis naskah sebagai kerangka besar yang mendasari terjadinya suatu lakon. Peristiwa lakon tersebut menuntun seseorang untuk mengikuti laku kejadian mulai dari pemaparan, konflik hingga penyelesaian. Konflik dalam lakon merupakan inti cerita. Gagasan utama atau pesan lakon termasuk dalam konflik yang merupakan pertentangan antara satu pihak dalam pihak lainnya mengenai suatu hal. Jalinan cerita menuju konflik dan cara penyelesaian inilah yang menjadikan lakon menarik. Monolog berbeda sedikit dengan drama, yaitu tentang cara mementaskannya jika drama dimainkan dengan lebih dari satu orang maka monolog dimainkan oleh satu orang.

D. Kritik Sosial dalam Karya Sastra

Menurut Suyitno (2009: 1) kata kritik berasal dari bahasa Yunani Kuno krites untuk menyebut hakim. Kata benda krites itu berasal dari kata kerja krinein yang

(7)

12

berarti menghakimi. Kata krinein merupakan pangkal dari kata benda kriterion yang berarti dasar penghakiman. Kemudian timbul kata kritikos yang diartikan sebagai hakim karya sastra. Kata sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan masyarakat.

Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan yang melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan umum. Manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan individu. Pendapat lain dikemukakan oleh Soekanto (2003: 64), bahwa kata sosial berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Maka dari itu, kritik sosial berarti memberikan tanggapan atau penilaian. Penilaian itu mengacu terhadap segala sesuatu yang terjadi dan berhubungan dengan masyarakat.

Kritik sosial merupakan suatu alat atau mediasi antargolongan dalam masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ratna (2008: 243), bahwa karya seni, khususnya sastra merupakan alat atau media untuk menyatukan individu, kelompok, suku, dan bahkan antarbangsa. Karya sastra dapat juga dijadikan sebagai sarana aspirasi masyarakat. Dapat pula dikatakan sebagai perjuangan non fisik. Selanjutnya juga ditambahkan bahwa sastra bisa disampaikan melalui sarana gaya bahasa, peribahasa, kiasan semboyan dan berbagai manifestasi metaforis dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Pradopo (2007: 30) karya sastra sebagai karya seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian akan seni yang terkandung di dalamnya. Sampai sejauh mana nilai seni suatu karya sastra, ataupun mengapa karya sastra dikatakan mempunyai karya seni. atau dengan kata lain mengapa suatu karya sastra ini indah,

(8)

13

sedang yang lain tidak. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan. Bahwa kritik sosial dalam karya sastra merupakan kritik yang dilakukan terhadap suatu karya sastra. dengan cara memberikan suatu tanggapan yang menitik beratkan pada aspek sosial masyarakat pada karya sastra tersebut. Sebuah karya sastra juga dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali suatu dunia sosial. Sesuatu yang dianggap menyimpang atau menyeleweng akan menjadi bahan yang menarik bagi seorang sastrawan yang ingin menegakkan keadilan. Suatu sastra yang mengandung unsur kritik atau protes adanya penyimpangan atau penyelewengan dari suatu hal disebut sastra kritik.

Menurut Tarigan, (2008: 210) menyatakan bahwa kritik sosial, yaitu suatu penilaian atau pertimbangan terhadap segala sesuatu mengenai masyarakat. Segala sesuatu tersebut berupa norma, etika, moral, budaya, politik, dan segi-segi kehidupan kemasyarakatan yang lain. Dari pernyataan tersebut, kritik sosial dapat diartikan sebagai kontrol, penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi. Sehingga mampu memperbaiki keadaan dan menjaga stabilitas sosial. Selain itu, kritik sosial juga dapat sebagai upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat berbagai pemahaman dan penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan memberi pertimbangan.

Selanjutnya, Damono (2002: 25) mengatakan bahwa kritik sosial dalam sastra dewasa ini tidak lagi hanya mengangkat hubungan antara keredan orang kaya, kemiskinan dan kemewahan. Tetapi mencakup segala macam masalah sosial yang ada di masyarakat. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah di bidang kinerja dan pelayanan pemerintah, masalah penyalahgunaan kekuasaan, masalah

(9)

14

ekonomi,dan masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kririk sosial dalam sastra dapat berupa kritik mengenai berbagai masalah sosial dalam kehidupan. Yaitu masalah sosial di bidang pemerintah, ekonomi, kekuasaan, maupun Hak Asasi Manusia.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 331), sastra mengandung pesan kritik biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang menyimpang dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik sosial dapat diartikan sebagai penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi. Seperti permasalahan pemerintahan, ekonomi, kekuasaan, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia melalui karya sastra. Kritik sosial sebagai upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat pemahaman dan penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan mempertimbangkannya.

Hardiman (2009: 10) mengungkapkan bahwa kritik sosial tidak bisa dilepaskan dari mazhab Frankfurt. Mazhab ini menyebutnya sebagai teori kritis. Kritik sosial ini diarahkan pada berbagai persoalan di beberapa bidang kehidupan masyarakat, seperti seni, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, kekuasaan, kebudayaan dan Hak Asasi Manusia. Pada umumnya, bidang-bidang kehidupan tersebut telah menjadi rancu karena diselubungi oleh ideologi yang menguntungkan pihak tertentu. Ideologi tersebut menjadi landasan dalam masyarakat.

Maka dapat disimpulkan bahwa kritik sosial dalam karya sastra merupakan upaya yang dilakukan seorang pengarang. Dengan cara memberikan suatu tanggapan terhadap persoalan-persoalan yang dilihat pada masyarakat. Tanggapan yang disertai pertimbangan baik buruknya fenomena yang terjadi di masyarakat melalui sebuah

(10)

15

hasil karya. Sehingga bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat. Supaya dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama terhadap persoalan yang muncul karena kepentingan sosial yang berbeda pada setiap bentuk masyarakat, baik secara indivudu maupun kelompok.

E. Jenis-Jenis Kritik Sosial

Menurut Susanto (2012: 185), mengembangkan bentuk-bentuk kritik sosial yang bersifat radikal terhadap berbagai bidang seperti kekuasaan, politik, ekonomi, dan budaya para kelas penguasa. Bentuk kritik sosial tersebut merupakan suatu tanggapan atau penilaian baik buruknya fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam kehidupan bersama terdapat ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan. Yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan dan masyarakat), dengan ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut sebagai kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya. Sehingga pembagian kritik sosial meliputi (a) Kritik terhadap pemerintah, (b) Kritik mengenai kekuasaan, (c) Kritik mengenai HAM, jenis-jenis kritik sosial tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Kritik terhadap Pemerintah

Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Lahirnya pemerintahan pada awalnya adalah untuk menjadi suatu sistem ketertiban di dalam

(11)

16

masyarakat. Sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan kehidupan secara wajar. Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk dalam keluarga.

Rosyada dkk (2000: 47) mengemukakan pemerintah adalah alat kelengkapan negara. Yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Kritik dari masyarakat berfungsi sebagai kontrol terhadap pemerintah untuk dapat melaksanakan tugasnnya dengan baik. Ketika pemerintah mampu menjalankan tugasnya dengan baik maka kehidupan negara akan berjalan kondusif dan tertib. Oleh karena itu permerintah harus memperbaiki sistem-sistem yang belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat.

2. Kritik mengenai Kekuasaan

Mahyudin (2009: 218) mengatakan bahwa kekuasaan merupakan kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa sehingga laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan pelaku yang mempunyai kekuasaan. Prinsip dalam kepemimpinan yaitu adanya hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan saling menentukan sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan mempunyai pengaruh peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakan, dn mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.

(12)

17

Ketika kekuasaan hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa memperdulikan kepentingan rakyat. Maka rakyat kecil semakin dikesampingkan. Kekuasaan juga bukan hanya dimiliki oleh para pejabat pemerintahan. Namun kekuasaan juga dimiliki oleh seorang yang mempunyai taraf ekonomi tinggi. Banyak kasus hukum yang tidak tuntas dan tidak diketahui penyelesaiannya. Hal tersebut dikarenakan kesadaran hukum di Indonesia masih sangat rendah, serta masih pandang bulu antara pejabat dan rakyat kecil.

3. Kritik mengenai Ekonomi

Ekonomi merupakan sebuah bidang ilmu tentang sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Masalah ekonomi yang dijalani manusia adalah kebutuhan manusia yang tidak akan pernah habis. Untuk mencapai kemakmuran dan kebutuhannya. Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan yang baik berdasarkan skala prioritas.

Menurut pusat pengkajan dan pengembangan Ekonomi Islam (2008: 14) secara umum ekonomi didefinisikan sebagai perlakuan manusia dalam menggunakan sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Jadi ekonomi merupakan sebuah proses kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya. Untuk menghasilkan barang maupun jasa demi terpenuhinya kebuthan manusia. Tingkat perekonomian suatu negara akan mempengarui daya hidup rakyatnya. Apabila perekonomian sebuah negara lemah. maka akan membuat rakyat sulit untuk memperoleh kehidupan yang layak.

(13)

18

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tetapi masih lemah dalam memanfaatkannya sehingga kemiskinan masih menjadi dominan di kalangan masyarakat Indonesia. Terjadinya kesenjangan masalah ekonomi kelas atas dan kelas bawah juga terjadi. Sehingga banyak permasalahan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Permasalahan ekonomi tersebut membuat Indonesia lambat dalam perkembangannya.

4. Kritik mengenai HAM

HAM (hak asasi manusia) merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental. HAM sebagai anugerah Allah SWT yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap diri individu, masyarakat atau negara. Dengan jalan HAM inilah sesungguhnya manusia dapat mendapatkan hak-haknya sebagai manusia. Atau pun sebagai anggota masyarakat dan negara. Karena itu, bangsa dan negara harus melindungi hak masing-masing warga negara guna menciptakan keadilan yang hakiki (Rosyada dkk.,(2000: 200).

Sastra berbicara tentang kemanusiaan, sudah sejak awal menjadi ideologi yang wajib dibangun oleh sastrawan. Sebab selain menghibur sastra juga harus memberikan manfaat bagi pembacanya. Ketika sastra dikaitkan dengan persoalan hak asasi manusia (HAM), maka fungsi kedualah harusnya berlaku. Sastrawan melalui karya sastranya harus mampu menyuguhkan budi pekerti yang luhur bagi pembacanya. Oleh karena itu, tatkala masyarakat didera konflik dan kebobrokan maka sastrawan tidak akan membiarkannya. Menurut Wibowo (2013: 109) sastra harus bisa berperan human

(14)

19

Karya sastra membangun dunia melalui kata-kata karena kata-kata memiliki energi, melalui energi itulah terbentuk citra tentang dunia tertentu, sebagai dunia yang baru. Melalui hubungan yang paradigmatik, sistem tanda dan simbol, kata-kata menunjuk sesuatu yang lain di luar dirinya. Sehingga peristiwa baru hadir terus menerus. Itu sebabnya, karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan akan mengikuti kondisi maupun keadaan yang tengah bergejolak. Terlebih jika keadaan dianggap tidak wajar dan penuh ketimpangan, tentu karya yang dihasilkannya pun akan lebih mengerucut pada kritik ( Ratna, 2008: 15).

Dari penjelasan di atas, kritik terhadap persoalan-persoalan hak asasi dalam karya sastra ditunjukan dalam pesan dan kritik yang disematkan melalui karya sastra. Sederhananya, sastrawan menggunakan sastra sebagai medium bentuk protes, interupsi, bahkan gugatan kepada segala bentuk ketidakadilan. Dalam hal ini Faruk (2010: 50) berpendapat, keniscayaan bahasa mengenai karya sastra sekaligus melemahkan gagasan mengenai karya sastra sebagai ekspresi pengalaman subjektif sastrawan. Ketika pengalaman individual, subjektif, diterjemahkan dan disampaikan melalui bahasa. Maka pengalaman subjektif dan individual tersebut sekaligus berubah menjadi pengalaman kolektif dan sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa variabel sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumen dalam pembelian

Besar kecil profitabilitas yang didapatkan suatu perusahaan akan memengaruhi nilai perusahaan dengan melihat profitabilitas sebagai ukuran dan kinerja perusahaan

Dengan di tandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan bersedia / tidak bersedia untuk berperan serta menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Gambaran

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang bertujuan untuk menguji ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan tipe industri terhadap

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan ukuran perusahaan dijelaskan bahwa agen (manajemen) perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam

Relevansi Kahoot dengan pembelajaran bahasa Arab ialah pada saat ini banyaa peserta didik yang kurang minat dengan mata pelajaran bahasa Arab. Hal tersebut karena mereka