• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak Eko Siswanto PERENS TAKING CARE IN MORALITY VALUE LEARNING ON KINDERGARTEN OF TKW FAMILYER IN NGEPEH VILLEGE, SUKOREJO, KEBONSARI, MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak Eko Siswanto PERENS TAKING CARE IN MORALITY VALUE LEARNING ON KINDERGARTEN OF TKW FAMILYER IN NGEPEH VILLEGE, SUKOREJO, KEBONSARI, MADIUN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 02, Number 02, November 2014

167

PENGASUHAN ORANG TUA DALAM

PEMBELAJARAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI KELUARGA

TKW DALAM

PEER GRUP

BERMAIN DI DUSUN NGEPEH, DSA SUKOREJO,

KECAMATAN KEBONSARI, KABUPATEN MADIUN

Abstrak

Eko Siswanto

Perilaku moral yang kurang baik atau kurang sopan diperlihatkan oleh anak usia dini salah satunya dikarenakan kurang tepatnya pengasuhan anak yang di terapkan oleh orang tua, dusun Ngepeh, desa sukorejo. Kec. Kebonsari. Dusun Ngepeh adalah pemukiman penduduk desa Sukorejo yang banyak anak usia 4-7 tahun yang ditinggalkan ibunya bekerja ke luar negeri. Orang tua beranggapan moral anak adalah tanggung jawab sekolahan dan tidak perlu diajari tatakrama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tujuan penelitian untuk mengetahui bentuk penanaman nilai budi pekrti (sopan-santun) yang paling dasar pada adat jawa yang diterapkan oleh orang tua keluarga tkw dalam menanamkan perilaku santun purta-putrinya disaat anak di usia dini pada kelompok teman bermain. Penelitian ini bermanfaat untuk masukan dan penambah wawasan bagi peneliti dan orang tua pada cara pengasuhan anak. Dari penelitian menunjukkan penanaman nilai moral yang permisif yang paling banyak di terapkan oleh orang tua, sehingga banyak anak tidak berpengetahuan tentang nilai moral (sopan santun berbicara dan prilaku) dan tidak berpengetahuan tentang adat istiadat kebudayaan daerahnya sendiri selain minat anak belajar nilai-nilai budaya asal yang rendah.

Kata kunci: pengasuhan, nilai moral; usia, santun.

PERENS TAKING CARE IN MORALITY VALUE LEARNING ON KINDERGARTEN OF TKW FAMILYER IN NGEPEH VILLEGE, SUKOREJO, KEBONSARI, MADIUN

Abstrac Eko Siswanto

Children impolity or bad attitute is caused by incorrect talking care of parent toward them. Ngepeh is a villege having less educated population who think that childrend’s attitude is responsibility of school. This resaerd belong to discriptive qualitative. The objective of analyze the javaness main attitude of kindergarten tought by parents. It is hoped that this research can be useful for researcher and parents to teach attitude toward childrend. The resuld of this research shows that democratic and permissive are that most dominant ways of parent in theaching attitude. There are a lot of childrent having less undersstanding in politeness and culture.

(2)

168 Volume 02, Number 02, November 2014

PENDAHULUAN

Pendidikan bagi seorang anak

merupakan salah satu kebutuhannya untuk masa depan. Pendidikan pertama yang diperoleh anak diawal kehidupanya berasal dari keluarga khususnya orangtua, dimana pendidikan yang diberikan itu bisa dalam pengasuhan nilai santun seperti sikap atau tingkah laku yang ditampilkan oleh orang tua/nenek terhadap anak dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua diharapkan mampu menerapkan pengasuhan atau pola asuh yang bisa mengembangkan segala aspek perkembangan anak saat usia dini baik afektif, kognitif, fisik motorik, bahasa, seni maupun moral sedini mungkin disamping penanaman nilai adat istiadat.

Pengasuhan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan perilaku moral pada anak, karena dasar perilaku moral di peroleh oleh anak dari dalam rumah atau keluarga dimana ia tinggal yaitu orang tuanya, kakek-nenek atau orang lain yang tinggal satu rumah (keluarga). Proses pengembangan perilaku selanjutnya tambah luas melalui pendidikan atau sekolahan, saat sekolah tinggal melanjutkan perkembangan yang sudah terbentuk sebelumnya dari keluarga. Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258) ada empat macam bentuk pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua, bentuk pengasuhan itu adalah, otoriter, demokrasi, penelantaran dan permisif.

Dari keempat macam bentuk

pengasuhan mana yang paling banyak

diterapkan oleh orang tua dalam menanamkan nilai santun pada anak usia dini, di dusun Ngepeh, desa Sukorejo. Kebanyakan warga Ngepeh sibuk dengan aktifitas bekerja sebagai petani, dilain pihak harus tetap memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Di kehidupan warga dusun Ngepeh seorang ibu atau remaja putri banyak sudah biasa membantu suami mencari nafkah dengan bekerja ke luar negeri. Hal inilah yang melatar belakangi penelitian ini. Di satu sisi orang tua kandung (ibu) tidak berada di keluarga yang harus mengasuh anak dilain sisi seorang ibu berada di tempat lain (budaya asing) dengan kehidupan budaya tempat bekerja, dilain kepentingan anak berada pada generasi pelestarian adat istiadat bangsanya, namun orang tua dituntut mampu melestarikan/mewariskan nilai-nilai budaya atau adat istiadat. Berdasarkan hasil pengamatan awal di dusun Ngepeh ditemukan anak tidak bisa membedakan berbicara dengan siapa seperti antar teman sebaya atau berbicara dengan orang tua, sopan dalam tutur kata sudah

tidak tampak, adat jawa yang sopan santun sudah tidak tampak, mungkin hal ini sering kita temui di lingkungan masyarakat di sekitar kita.

Berdasarkan observasi warga

cenderung menuruti dan mengiyakan segala keinginan anak, bagi orangtua, orang tua beranggapan apabila anaknya tidak menangis dan tidak mengganggu kegiatan orang tua, mereka anggap sudah cukup. Orang tua kurang memperhatikan tingkah laku yang ditampilkan anak dan lebih suka menuruti semua kehendak anak, dan tidak menghiraukan setiap perilaku moral yang kurang baik yang ditampilkan oleh anak,

mereka berpendapat perilaku yang

ditampilkan anaknya itu hanya sebuah hal yang biasa, nanti apabila usia anak bertambah, anak akan mengerti sendiri moral

sehingga anak tidak tahu bagaimana

seharusnya berperilaku dengan orang yang lebih kecil sebaya dan lebih tua darinya.

Sesuai tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bentuk pengasuhan anak yang di terapkan oleh orang tua dalam menanamkan perilaku moral terhadap anak usia dini di dusun Ngepeh desa Sukorejo, kecamatan Kebonsari dan mengetahui pengasuhan mana yang paling banyak di terapkan oleh orang tua. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu dan sebagai penambah wawasan dan pengalaman orang tua dalam mengatur, mengontrol, mengelola dan mendidik anak sehingga orang tua dapat menanamkan perilaku santun (moral baik) pada anak dengan segala aspek perkembangan anak.

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang berada pada tahap perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat. Menurut Mutiah (2010:6-7) yang menyatakan bahwa “anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik”, artinya

memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan meliputi fisik (koordinasi motorik kasar-halus), kecerdasan (daya fikir dan daya cipta), sosial emosoinal, bahasa dan komunikasi. Menurut Prayitno (2010:3) menyatakan “anak usia dini adalah pribadi yang menakjubkan (unik) yang ingin mencapai banyak. Perkembangan psikologi, sosial dan kognitif, anak berinteraksi bergantung pada kemampuanya untuk menguasai keterampilan motorik dan bahasanya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa anak usia dini adalah kelompok anak yang berada pada pertumbuhan dan

(3)

169 Volume 02, Number 02, November 2014

perkembangan yang pesat yang bersifat unik dan memiliki pribadi yang menakjubkan serta bergantung pada kemampuanya untuk menguasai perkembangannya.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 yang menyebutkan bahwa, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikis anak agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan perilaku, pengetauan, keterampilan dan daya cipta anak sehingga berkembang semua potensi yang dimiliki anak. Menurut pendapat Suyanto (2005:5) pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa. Agar mencapai perkembangan optimal orang tua dan tenaga kependidikan (guru) perlu memahami tahapan perkembangan yang harus dikuasai anak pada tingkatan tataran perkembangan yang optimal.

Pengasuhan merupakan sikap orang

tua dalam membimbing, mengelola,

mengontrol dan mendidik anaknya dalam berinteraksi, dengan kehidupan sehari-hari dengan harapan menjadikan anak sukses menjalani kehidupan kelak dewasa. Menurut pendapat Euis (2004:18) “Pola asuh merupakan serangkaian interaksi yang intensif, orangtua mengarahkan anak untuk memiliki kecakapan hidup”. Sedangkan menurut Maccoby dalam Yanti, 2005:14 mengemukakan istilah pengasuhan orang tua untuk menggambarkan interaksi orangtua dan anak-anak yang didalamnya orang tua meng-ekspresikan sikap-sikap atau perilaku, nilai-nilai, minat dan harapan-harapanya dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pengasuhan menurut Khon Mu’tadin ( 2002) menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak sehingga memungkinkan

anak untuk mencapai tugas-tugas

perkembanganya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengasuhan orang tua adalah proses interaksi orangtua dengan anak dimana orang tua mencerminkan sikap dan perilakunya dalam menuntun dan

mengarahkan perkembangan anak serta

menjadi contoh atau panutan dalam

menanamkan perilaku.

Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri. anak dianggap sebagai miniatur hidup dalam pencapaian misi hidup orang tua. Shapiro (1992:27) mengemukakan bahwa “Orangtua otoriter berusaha menjalankan rumah tangga yang didasarkan pada struktur dan tradisi, walaupun dalam banyak hal tekanan mereka akan keteraturan dan pengawasan membebani anak”.

Baumrind mengemukakan

pengasuhan demokrasi, pada pengasuhan ini orangtua yang mendorong anak-anaknya agar mandiri namun masih memberikan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Kriteria anak yang hidup dalam keluarga demokratis anak memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi dan menunjuk perilaku yang terpuji. Menurut Shapiro (1999:28) mengemukakan “dalam hal belajar orang tua otoritatif menghargai kemandirian, memberikan dorongan dan pujian. Berdasarkan pendapat diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa penerapan

penerapan pola asuh autoritatif indentik dengan penanaman nilai-nilai demokrasi yang menghargai dan menghormati hak-hak anak, mengutamakan diskusi ketimbang interuksi, kebebasan berpendapat dan selalu memotivasi anak untuk menjadi yang lebih baik.

Pengasuhan dengan pola

penelantaran yaitu orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, orang tua mengembangkan perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada anak-anak. Orang tua lebih cenderung membiarkan anaknya dibesarkan tanpa kasih sayang dan lebih pada pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup.

Selanjutnya Shapiro (1999: 127-128) mengemukakan bahwa “orang tua permisif berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak patuhan”. Pengasuhan orang tua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena orang tua percaya bahwa anak-anak berkembang sesusai dengan kecenderungan alamiahnya.

(4)

170 Volume 02, Number 02, November 2014

permisif sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, namun menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap anak mereka. Orangt tua cenderung membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja. Perilaku yang

dapat dilihat, anak kurang dapat

mengendalikan perilakunya serta tidak mampu untuk menaruh hormat pada orang lain. Di sisi lain pengasuhan permisif lebih disukai oleh anak dan orang tua.

Gambar. Skema Pengasuhan Orang tua

Metode

Kajian pengasuhan orang tua dalam menanamkan nilai moral adat terhadap anak usia dini di Ngepeh Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiaun menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan kajian observasi mendalam pada teman bermain, dokumen, wawancara tak terstruktur, dan diskusi terfokus tentang pengasuhan anak. Selain itu pengumpulan data

juga menggunakan kuisoner untuk

mendapatkan informasi antara lain latar belakang, sosial-ekonomi, pekerjaan orang tua, riwayat pendidikan orangtua, harapan orang tua dan cita-cita anak.

Data Responden Nama anak (sekola h) Negara Tkw (Ibu) Tanggung jawab pengasuha n Pengikut keluarga (serumah) Roi SD kls I Thaiwan Kakek + nenek - Galvin o TK B Hongkon g Ayah Kakek, nenek, tante Selli SD kls

Thaiwan ayah kakak

1 Rokim SD kls 1

Malaysia ayah Kakek,

nenek, kakak laki” 2 Fioren TK B Hongkon g ayah nenek Pedro TK B Arab Saudi ayah - Dian SD kls 1 Hongkon g ayah Kakek, nenek Rama TK B Hongkon g ayah Kakek, nenek Giyang TK B

Di rumah Ibu - ayah kakak Dean TK B Hongkon g ayah - Piyan MI kls 1

Di rumah Ibu - ayah -

Hera TK A Thaiwan Kakek - nenek - Deyas TK A Hongkon g ayah Kakek. nenek Sumber: Hasil wawancara pribadi peneiti 2013

Informan adalah anak-anak orang tua tkw, orang tua/wali/pengasuh (kakek/nenek) yang memiliki anak atau cucu usia dini yang berumur 4-6 dusun Ngepeh desa Sukorejo, kec. Kebonsari. Data yang diperoleh mealalui kuisoner dideskripsikan dengan menggunakan persentase sederhana, sementara data lainya dianalisis secara kualitatif dengan melakukan reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi (Miles dan Hubermen, 1984).

Temuan Penelitian

Data yang didapat dari kuisoner dan wawancara diperoleh faktor internal orang tua dari tingkat pendidikan orang tua perempuan rendah hanya bebera orang tua yang memiliki pendidikan tinggi. Keadaan sosiokultur masyarakat dusun Ngepeh Desa Sukorejo, penduduk yang manyoritas para petani hampir 98%, sisanya 2% pengusaha dan pegawai.

Dari total ibu rumah tangga usia produktif sebagian besar pernah dan masih menjadi tenaga kerja wanita diluar negeri. Berdasarkan data orang tua perempuan (ibu) responden Negara yang menjadi tujuan antara

lain Hongkong 46,1%, Taiwan 23,0%,

Malaysia 7,6%, Arab Saudi 7,6%, dan 15,3%

Budaya masy Pengasuhan Orang tua Peer grup Perilaku anak

(5)

171 Volume 02, Number 02, November 2014

tidak bekerja di luar negeri. Masa kerja bervariasi, mulai 2 tahun 4 tahun, 6, tahun sampai 14 tahun, dengan cara memperpanjang kontak kerja setiap dua tahun. Dengan masa kerja lama ini tidak menetap satu Negara tujuan akan tetapi ada yang pindah Negara, misalnya kerja di singapura 2 tahun kemudian kerja lagi ke Negara Hongkong. Hanya dua anak yang diasuh oleh kedua orang tuanya yaitu ayah dan ibu kandungnya.

Orang tua laki-laki responden rata-rata pernah kerja diluar negeri seperti, Malaysia, Taiwan, Korea, Amerika Serikat, Canada, Australia, Jepang. Jadi dapat disimpulkan Dusun Ngepeh merupakan lumbung tenaga kerja diluar negeri.

Pada tingkat pendidikan orang tua orang perempuan tidak ada yang lulusan perguruan tinggi, 30,7 % orang tua lulus SMA dan 46,1% orang yang lulusan SMP dan 23% lulus SD.

Kebiasaan warga laki-laki tempat penelitian yaitu nongkrong di warung kopi dalam satu hari rata-rata dua sampai tiga kali (pagi, sore dan malam) khususnya warga laki-laki tua dan muda menjadi satu. Warung berfungsi sebagai tempat berkumpul warga, warung sebagi tempat pusat informasi dan warung sebagai tempat sosialisasi antar warga khususnya bagi warga baru/pendatang. Warung atau tempat minum kopi menjadi standar pergaulan antar warga. Disisi lain warga tidak

mengindahkan tata bahasa (sopan-santun

bahasa jawa.

Kebanyakan orang tua perempuan/ibu kandung bekerja ke luar negeri sebagai tenaga kerja wanita, hal ini berimplikasi pada pengasuhan anak yang diwalikan pada orang lain atau anggota keluarga yang lain. Dengan kata lain hanya ayahnya saja bahkan kakek dan atau nenek. Warga masyarakat yang lain memiliki kepedulian moral kurang dengan alasan moral anak akan terbentuk secara alamiah (dijarke=diberi keleluasaaan), alasan kedua anak sudah di sekolahkan. Budaya tenggang rasa yang besar yang membuat orang lain enggan memberikan nasehat kepada anak orang lain. Hal-hal yang ditemuai peneliti antara lain

– Bila ditanya orang tidak lekas menjawab, cuek atau menjawab seenaknya dengan bahasa sendiri (moral).

- Bermain lupa waktu, seperti makan, sholat, mandi sore, istirahat siang (afektif dan motorik-kognitif).

- Kurang menghargai dan tidak bisa

membedakan sedang berhadapan dengan siapa, dalam penggunaan bahasa jawa

sebutan seperti “nyapo, mboh”. Dalam tata bahasa sebutan ini sangat penting bagi orang jawa, karena ini membedakan mengerti dan tidak mengerti bahasa (afektif).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh ditemukan ada orang tua yang menerapkan bentuk pengasuhan semi demokrasi (paduan antara permisif dan demokratis), anak dari

orang tua yang menanamkan bentuk

pengasuhan demokrasi nampak menampilkan perilaku moral yang baik sesuai dengan harapan. Karena dalam pola asuh ini orang tua

memberikan kesempatan berdialog serta

memperhatikan dan menghargai hak-hak anak. selain itu orang tua demokrasi dalam memberikan larangan kepada anak selalu

menyertainya dengan penjelasan yang

dimengerti oleh anak.

Berdasarkan pengamatan dan data wawancara kebanyakan pengasuhan oleh orang tua masih permisif. Pengasuhan permisif dalam menanamkan perilaku moral pada anak kurang tepat, karena minim dengan penanaman nilai etika moral karena orangtua hanya beranggapan semua perilaku anak yang tidak baik, dengan bertambahnya usia anak juga akan berubah dengan sendirinya karena semakin bertambah usia anak maka semakin bertambah pula pengetahuanya.

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari lapangan, terhadap bentuk pola asuh permisif, ada dua orang informan yang sama-sama menerapkan bentuk pola asuh permisif, dalam mengasuh anak-anak mereka mereka ada menerapkan aturan tapi aturan yang diterapkan itu tidak pernah di jalankan, setiap ada keinginan selalu dipenuhi dan saat anak melakukan kesalahanpun dianggap biasa karena anak masih belum mengerti karena usia anak masih cukup dini. Dalam berperilaku anak dari kedua informan ini tampak kurang baik, dan menunjukkan sikap sesuka maunya sendiri dan berbicarapun dengan intonasi dan bahasa yang tidak enak didengar. Hal ini sesuai pendapat Covey (1997:45) menyatakan bahwa yang menerapkan pengasuhan permisif cenderung ingin selalu disukai orang tua dan anak tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam mengenai standar dan harapan, tanpa komitmen pribadi untuk disiplin dan bertanggungjawab.

Menurut Shapiro (1999:127-128)

mengemukakan bahwa “orangtua permisif berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat pasif

(6)

172 Volume 02, Number 02, November 2014

ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak patuhan”. Orangtua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak

seharusnya berkembang sesusai dengan

kecenderungan alamiahnya. Shocib (1998:14) menyatakan bahwa pengasuhan pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orangtua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuan yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar perilaku moral. Orangtua dan anak sebagai pribadi dan pendidik dapat mengelola bentuk pengasuhanya dalam menanamkan perilaku moral dan mengembangkan segala aspek pada anak sesuai dengan tempat, situasi dan kondisi yang bersangkutan. Berdasarkan pendapat orang tua /wali/pengasuh maka diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan orang tua yang permisif, tidak dapat menanamkan perilaku moral yang sesuai dengan standar sosial pada anak. Karena orangtua bersifat longgar dan menuruti semua keinginan anak, sehingga nilai-nilai moral budaya yang seharusnya diturunkan-dilestarikan akan hilang seiring waktu perkembangan anak. Hal ini tentu tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu bangsa ini memiliki generasi yang memiliki karakter orang Indonesia.

Sutari Imam Barnadib (1986)

mengatakan bahwa orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak, dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran tetapi juga bersedia mendengarkan

keluhan-keluhan anak berkaitan dengan

persoalan-persoalannya. Pengasuhanan

demokratis memungkinkan semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang tua.

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat jelas bahwa bentuk pengasuhan demokratis yang paling dominan diterapkan oleh orang tua yang menjadi informan dalam penelitian ini, terdapat informan yang menerapkan peraturan seperti halnya orang tua otoriter, tapi mereka masih memberikan penjelasan kepada anaknya mengapa anak harus mematuhi peraturan itu, begitu juga halnya dengan informan yang menerapkan pola asuh permisif. Meskipun aturan yang diberikan sangat minim namun pada kesempatan tertentu dia juga mengharuskan anaknya mematuhi

peraturan yang ditetapkannya melalui

penjelasan ataupun pilihan yang diajukan kepada anak.

Pengasuhan demokratis, tergambar dari tindakannya dan jawaban yang diberikan

pada saat dilakukannya wawancara terhadap responden. Bahwa responden yang menerapkan bentuk pola asuh demokratis juga memberikan aturan kepada anaknya dan menuntut anak untuk mematuhinya, namun dalam menerapkan

aturan orang tua menyertainya dengan

penjelasan yang menggunakan kata-kata yang baik dan mudah dipahami, sehingga anak tidak merasa keberatan untuk mematuhi atau menjalankan aturan atau larangan yang diterapkan itu. Dalam memberikan larangan atau menerapkan aturan, juga ada informan yang menggunakan pilihan untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada anaknya, sehingga anak merasakan larangan atau aturan itu bukan lagi larangan peraturan yang terpaksa dia ikuti melainkan tanggung jawab bagi dirinya sendiri. Orang tua demokratis juga memiliki seperangkat standar dan aturan yang jelas, ia juga menuntut anak untuk memetuhi segala aturan tersebut, perbedaannya adalah orangtua gaya ini menerapkan peraturan tersebut melalui pemahaman bukan paksaan. Orangtua demokratis berupaya menyampaikan peraturan-peraturan tersebut disertai penjelasan yang dapat dimengerti.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penanaman nilai moral anak usia dini pada pengasuhan oleh orangtua terhadap anak di dusun Ngepeh, Desa Sukorejo, Kecamatan Kebonsari. disimpulkan bahwa bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam menanamkan perilaku moral pada anak usia dini adalah pengasuhan permisif dan belum kearah pengasuhan demokrasi penuh. Alasan Orang tua dengan pengasuhan permisif adalah orang tua percaya pendidikan moral anak kepada pihak sekolah, serta anak kurang sopan itu dianggap wajar dan sudah menjadi kebiasaan atau kebenaran umum (dengan anggapan anak akan mengerti ketika usia anak menjadi dewasa). Akibat dari pembiaran ini nilai – nilai moral (sopan santun dsb) dalam jangka waktu lama beberapa generasi terkikis dan hilang. Disamping faktor keterbatasan pengetahuan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, serta kepedulian masyarakat terhadap pelestarian nilai-nilai moral bagi generasinya sangat berperan.

Demi generasi penerus bangsa dimasa depan terutama, lembaga pemerintahan sekiranya perlu penggalakan budaya berbahasa lokal atau daerah dalam kegiatan tertentu atau gerakan berbahasa daerah secara nasional. Diperlukan pembudayaan nilai-nilai moral,

(7)

173 Volume 02, Number 02, November 2014

kehidupan bermasyarakat diperlukan perlakuan lembut dari warga masyarakat terhadap anakk-anak dan orang tua (usia lebih tua) hendaknya memberian teladan baik perilaku maupun tutur kata karena orang yang lebih tua akan menjadi kontrol sekaligus figure budaya perilaku anak-anak sebagai generasi pelestari budaya kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen R.(Alih bahasa

:Budijanto).1997. Tujuh Kebiasaan

Manusia yang Sangat Efektif.

Jakarta:Binarupa Aksara.

Euis, sunarti.2004. Mengasuh Anak dengan Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Furqon Hidayatullah. 2010. Pendidikan

Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta. Yuma Pustaka.

Hasan, Maimunah.2009. PAUD (Pendidikan

Anak Usia Dini). Jogjakarta: DIVA Press.

Hurlock, Elizabeth.1999. Psikologi

Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

Erlangga.

H. Norman Wirght.1996. Menjadi Orang Tua yang Bijak (terjemahan). Yogyakarta. Andi Offset

Idris, zahara, Jamal.1992. pengantar

Pendidikan. Jakarta: gramedia.

Muktadin, Zainun.2010. Pola Pengasuhan dan

Gangguan Kepribadian.

http:/www.e.Psikologi.com,2013.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak

Usia Dini. Jakarta. Kencana Pernada

Media Group.

Miles, M.S. dan A.M. Hubermen. 1984. Qualitative Data Analisys. A Sourcebook of New Methods [Analisis Data Kualitatif;

Panduan Metode Baru]. Beverly Hill; Sage

Publications.

Prayitno, Irwan.2010. Anakku penyejuk Hatiku. Jakarta: Pustaka Tarbiatuna.

Rohmad Wahab. 1999. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Depdikbud

Santrock, Jhon. 2002. Perkembangan Masa Hidup Edisi ke-5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga Shapiro, Laurence S.1999.Mengaja Emosional

Intelegensi Pada Anak. Jakarta: Gramedia Shocib, M.1998. Pola Asuh Orangtua. Jakarta:

Rineka cipta

Sujiono.(2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indek]

Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti.

Syarkawi. 2007. Pembentukan Keperibadian Anak. Jakarta: Gramedia

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika

Yasin Musthofa.2007. EQ untuk Anak Usia

Dini dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5.14 Layar Entri Delay pada Menu Transaksi 199 Gambar 5.15 Layar Generate Schedule pada Menu Transaksi 200 Gambar 5.16 Layar Jadwal Produksi pada Menu Penjadwalan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah munculnya pengetahuan tentang tren alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian, adanya perubahan sosial ekonomi

terbanyak ditemukan pada sampel tanah yang berasal dari lokasi yang telah memiliki IUPHKm dan menerapkan pola budidaya agroforestri, sedangkan sampel tanah pada

adalah untuk lebih mendalami pribadi anak, merangsang kecerdasan, dan mengasah bakat anak. Pola interaksi pembelajaran yang baik di TK dimaksudkan untuk lebih

Evaluasi logistik obat di RSU Haji Surabaya, evaluasi obat masih belum optimal karena masih terdapat stagnant dan stockout obat pada evaluasi perencanaan, belum

Orang yang menyakini allah memiliki sifat al-akhir akan menjadiakn allah sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainnya, tidak ada permintaan kepada selainnya,

Jaringan komputer dan internet mempermudah proses pertukaran informasi. Masalah yang muncul adalah informasi yang dilewatkan pada jaringan komputer adalah data plaintext. Hal

Pengujian yang ketiga dilakukan dengan memberikan stimulus kesistem dengan adanya sumber api dan asap, ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem mampu