• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman dengan

Kejadian Diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten

Bogor Tahun 2012

Widya Purnama Sari

*

, Suyud W.Utomo

**

Abstrak

Data Program Diare 5 tahun terakhir, angka kejadian diare di Kabupaten Bogor masuk dalam kategori tinggi yang dapat menyebabkan KLB. Kejadian KLB di tahun 2009 Kecamatan Cisarua masuk ke dalam 4 wilayah yang terkena KLB dengan jumlah kasus sebanyak 206 kasus Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cisarua yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, menggunakan desain penelitian cross sectional. Responden yang diwawancarai, observasi dan pengambilan sampel air bersih sebanyak 80 responden. Hasil uji statistik diketahui bahwa dari delapan variabel yang diteliti terdapat dua variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian diare yaitu higiene sanitasi makanan (nilai p=0,030) dengan Odds Ratio 0,274 pada 95% interval kepercayaan 0,086 0,874. Diikuti dengan kualitas bakteriologis air bersih (nilai p=0,008) dengan Odds Ratio 0,086 pada 95% interval kepercayaan 0,010-0,728

Kata Kunci: Hubungan, diare, cross sectional, higiene sanitasi makanan dan minuman

Abstract

Relation of Food and Drink Hygiene Sanitation with The Incidence of Diarrhoea. Diarrhoea program 5 years

latest, diarrhoea incident in Bogor county goes into high category which can cause outbreaks. Outbreaks that happened at 2009 in sub-district Cisarua comes to 4 district affected by the outbreaks with 206 cases. This research was held in Puskesmas Cisarua which to be in Bogor couty and use cross sectional study. 80 respondent was interviewed and withdrawal water removal. The statistical result from the eight variable known that there are two variables studied variables showed a significant association with the incidence of diarrhoea is food sanitation hygiene (p = 0.030) with odds ratio 0.274 at 95% confidence interval 0.086 to 0.874. Followed by bacteriological quality of water (p = 0.008) odds ratio 0.086 at 95% confidence interval 0,010-0,728.

Keywords: Relation, diarrhea, cross sectional, food and drink hygiene sanitation

*Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (email:widyapurnama@yahoo.co.uk) **Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424

(2)

Menurut World Health Organization (WHO), 2004 diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya, sedangkan berdasarkan badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) memperkirakan setiap 30 detik terdapat satu anak yang meninggal dunia karena penyakit ini. Pada negara berkembang dengan keadaan sanitasi yang belum memadai, penyakit diare dapat ditularkan melalui perantara air dan makanan. Selain menimbulkan masalah yang bersifat endemis, sering pula melanda masyarakat dalam bentuk wabah yang disertai dengan jumlah kematian.1

Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit diare bagi bayi dan balita antara lain sarana air bersih (SAB), saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakteriologis air bersih. Data terakhir menunjukkan, kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. 2

Data Program Diare 5 tahun terakhir, angka kejadian diare di Kabupaten Bogor masuk dalam kategori tinggi yaitu 31 per 1000 penduduk (standar 20-25 per 1000 penduduk). Selain 4 wilayah yang terkena KLB yaitu Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Caringin, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Cisarua masuk ke dalam 4 wilayah yang terkena KLB dengan jumlah kasus sebanyak 206 kasus. Penyebabnya antara lain adalah

Vibrio cholera, Salmonella dan E.coli. Kejadian Luar

Biasa (KLB) dapat disebabkan oleh infeksi keracunan makanan, sanitasi yang buruk, pasokan air bersih dan higiene sanitasi makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. 3

Diketahui,Sarana Air Bersih yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Bogor melalui Profil Kesehatan Kabupaten Bogor 2010 sebagian besar menggunakan Sumur Gali Langsung (SGL) 47,8%, Sumur Pompa Tangan 15,9%, PDAM 0,6% dan lainnya 20,3%. Cakupan sarana air bersih di Kecamatan Cisarua sebesar 72,65% dengan target cakupan air bersih 70%. Penggunaan jamban dan kepemilikan jamban sehat di Kecamatan Cisarua sebesar 42.2% dari target sebesar 70%.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh masyarakat berbagai kalangan usia. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyakit yang memiliki beberapa penyebab dominan antara lain kurang terjaganya kebersihan individu dalam melakukan pengolahan makanan atau higiene sanitasi makan dan minuman, sarana air bersih dan sarana pembuangan tinja atau septic tank.

Dengan adanya data diatasa dan kejadian KLB di Tahun 2009 maka diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat diketahui Hubungan higiene sanitasi makanan dan minuman dengan kejadian diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012.

Metode

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, yaitu data dikumpulkan pada waktu bersamaan terkait higiene sanitasi makanan dan minuman dengan kejadian diare di UPT Puskesmas Cisarua. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Populasi penelitian adalah seluruh warga kecamatan cisarua yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Cisarua. Jumlah sampel yang diwawancarai dan diobservasi diperoleh melalui rumus sebagai berikut:

untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam pelaksanaan pengambilan sampel maka jumlah sampel yang awalnya sejumlah 65 orang ditambah 10% sehingga menjadi 71 orang yang kemudian dibulatkan menjadi 80 orang.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner terkait dengan karakteristik responden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan. Observasi dilakukan untuk mengetahui higiene sanitasi makanan dan minuman responden, sanitasi lingkungan termasuk sarana pembuangan tinja dan sumber air bersih yang digunakan oleh responden. Untuk mendukung penelitian maka dilakukan pemeriksaan bakteriologis air bersih dengan parameter E.coli. Diagnosis diare dilakukan oleh tenaga medis, dimana pada penelitian ini menggunakan sumber pencatatan rekam medis pasien UPT Puskesmas Cisarua.

Pembahasan

Puskesmas Cisarua terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yang dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor termasuk dalam wilayah pengembangan pariwisata, kawasan lindung, perkebunan, pertanian dan konservasi hutan. Secara umum, UPT Puskesmas Cisarua dibagi berdasarkan wilayah kerja, yaitu UPT Cisarua dan UPF Cibulan. Secara keseluruhan luas Kecamatan Cisarua adalah 63,74 km2 sedangkan yang termasuk dalam wilayah kerja UPT Puskesmas Cisarua seluas 49,23 km2. Berdasarkan wilayah kerja Kecamatan Cisarua, wilayah kerja Puskesmas Cisarua mencakup 5 desa antara lain Desa Tugu Selatan, Desa Tugu Utara, Desa Batu Layang, Desa Cibereum dan Desa Jogjogan

Uji statistik yang digunakan menggunakan dua jenis yang berbeda hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan data yang terbagi menjadi dua macam yaitu dua kategorik dan tiga kategorik. Uji chi square digunakan untuk dua kategorik sedangkan untuk tiga kategorik menggunakan uji anova. (Tabel 4 dan Tabel 5)

2 1 2

P)

P(1

2

α

Z

d

n

(3)

Higiene sanitasi makanan dan minuman

Hasil observasi dan wawancara diketahui responden memiliki dan telah menerapkan higiene sanitasi makanan dan minuman dengan baik sebanyak 17 responden sedangkan sisanya 63 responden memiliki higiene sanitasi makanan dan minuman yg tidak baik. (Tabel 1). Hasil uji

chi square memperoleh nilai p= 0,030, OR 0,274 (Tabel

2)

Sarana pembuangan tinja

Dari 80 responden, 87,5 responden masuk ke dalam kategori kepemilikan sarana pembuangan tinja yang baik (Tabel 1), distribusi data yanng diperoleh tidak normal, dengan Uji chi square didapatkan nilai p= 0,532. (Tabel 2)

Sumber air bersih

Hampir dari 80 responden , 93,8% memiliki sumber air bersih yang tidak baik hanya 1,3% yang memiliki dan menggunakan sumber air bersih yang baik (Tabel 1). Uji

chi square diperoleh nilai p= 1,000 dengan OR 1,881 dan

Interval 1,592-2,313

Kualitas Bakteriologis Air Bersih

Pemeriksaan bakteriologis air bersih dengan parameter

E.coli diketahui kualitas air bersih yang dimiliki

responden tidak baik, sebanyak 71 responden memiliki air yang positif E.coli (Tabel 1). Uji chi square diketahui nilai p= 0,008 dengan OR 0,086 dan interval 0,010-0,728. (Tabel 2)

Perilaku Cuci Tangan

Hasil uji chi square diketahui nilai p= 0,223 dan interval 0,642-3,833 dengan distribusi data tidak normal. Perilaku cuci tangan memiliki hubungan yang tidak bermakna dengan kejadian diare.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Higiene Sanitasi Makanan Dan Minuman, Sanitasi Lingkungan, Kualitas Bakteriologis Air Bersih Dan Perilaku Cuci Tangan di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012

Variabel Jumlah (n=80)

Persentase (%) Higiene sanitasi makanan dan minuman

- Baik 17 21,3 - Tidak baik 63 78,8 Sarana pembuangan tinja - Baik 70 87,5 - Tidak baik 10 12,5

Sumber air bersih

- Baik 1 1,3 - Tidak baik 79 98,8 Kualitas bakteriologis air bersih - Negatif 9 11,3 - Positif 71 88,8

Perilaku cuci tangan

- Baik 45 56,3

- Tidak baik 35 43,8

Tabel 2. Analisis Hubungan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, Sanitasi Lingkungan, Kualitas Bakteriologis Air Bersih dan Perilaku Cuci Tangan dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012

Variabel Diare Total nilai P OR CI 95% Positif Negatif n % n % Higiene sanitasi makanan dan minuman

- Baik 12 70,6 5 29,4 17 0,030 0,2 74 0,086-0,874 - Tidak baik 25 39,7 38 60,3 63 Sanitasi lingkungan Sarana pembuangan tinja

- Baik 32 45,7 38 54,3 70 0,531 0,8 42

0,224 – 3,171 - Tidak Baik 5 50,0 5 50,0 10

Sumber Air Bersih

- Baik 0 0 1 100 1 1,000 1,8 81

1,592 - 2,313 - Tidak Baik 37 46,8 42 53,2 79

Kualitas Bakteriologis Air Bersih

- Positif 29 40,8 42 59,2 71 0,008 0,0 86

0,010 – 0,728 - Negatif 8 88,9 1 11,1 9

Perilaku Cuci Tangan - Baik - Tidak baik 23 14 51,1 40,0 22 21 48,9 60,0 45 35 0,223 1,5 68 0,642 – 3,833

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012 Variabel Jumlah (n=80) Persentase (%) Diare - Positif 37 46,3 - Negatif 43 53,8 Jenis kelamin - Laki-laki 4 5,0 - Perempuan 76 95,0 Umur - < 20 tahun 3 3,8 - 20 – 30 tahun 19 23,8 - >30 tahun 58 72,5

(4)

Pendidikan - Rendah 78 97,5 - Tinggi 2 2,5 Pekerjaan - Pegawai swasta 1 1,3 - Wiraswasta 2 2,5 - Buruh 1 1,3 - Tidak bekerja 74 92,5 - Lain-lain 2 2,5

Tabel 4. Analisis Hubungan Karakteristik Responden (Jenis Kelamin dan Pendidikan) dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012 Variabel Diare Total nilai P OR CI 95% Positif Negatif n % n % Jenis Kelamin - Laki-laki 0 0 4 100 4 0,120 1,949 1,565-2,426 - Perempuan 37 48,7 38 60,3 63 Pendidikan - Rendah 36 46,2 42 53,8 78 1,000 0,857 0,052-14,199 - Tinggi 1 50,0 1 50,0 2

Tabel 5. Analisis Hubungan Karakteristik Responden (Umur dan Pekerjaan) dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012

Variabel Total Mean SD nilai P OR CI 95%

Umur - <20 tahun 3 1,67 0,577 0,490 - 0,23-3,10 - 20-30 tahun 19 1,42 0,507 1,18-1,67 - > 30 tahun 58 1,57 0,502 1,44-1,70 Pekerjaan - Pegawai Swasta 1 2,00 - 0,450 - - - Wiraswasta 2 2,00 .000 - 2,00-2,00 - Buruh 1 1,00 - - - - Tidak bekerja 74 1,53 0,503 - 1,41-1,64 - Lain-lain 2 1,50 0,707 - - 4,85 7,85

Hubungan higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare

Ditemukan responden yang menderita diare dan memiliki higiene sanitasi makanan yang tidak baik sebanyak 25 responden dengan nilai p= 0,030 Makanan dapat memiliki potensi yang cukup penting sebagai transmisi suatu penyakit karena terdapat patogen pada makanan yang memiliki rute yang mudah masuk kedalam sistem pencernaan, dan terdapat beberapa patogen dalam gastro-enterik sehingga dapat berkembang biak dalam makanan dan akan semakin meningkat jumlahnya ketika dikonsumsi 4. review Feachem menemukan bahwa terdapat bukti terkait dengan makanan yang terkontaminasi denan agen termasuk Salmonella Spp,

E.coli Dan Klebsiella5

Hubungan sarana pembuangan tinja dengan kejadian diare

Hasil uji statistik diketahui nilai p=0,822 dimana diketahui tidak ada hubungan antara kejadian diare dengan sarana pembuangan tinja Umumnya jamban yang digunakan oleh responden sudah baik yaitu menggunakan leher angsa, tetapi tidak tersedianya septic tank dan lebih banyak menggunakan pembuangan langsung ke selokan atau kali di belakang rumah responden. Hal demikian dapat menjadi sumber pencemar bagi lingkungan sekitar jika tidak diperhatikan. Meskipun sarana pembuangan tinja dalam penelitian ini tidak berhubungan tetapi kepemilikan dan penggunaan sarana pembuangan tinja yang baik sangat penting untuk dimiliki oleh masyarakat karena dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya diare dan memenuhi program hidup bersih dan sehat yang dicanangkan oleh pemerintah

Hubungan sumber air bersih dengan kejadian diare

Hasil uji statistik diketahui tidak ditemukannya hubungan antara kejadian diare dengan sumber (nilai p=1,000). Air permukaan lebih beresiko dibanding air perpipaan, hal ini dapat disebabkan kualitas air permukaan yang mudah tercemar. Air yang tidak bersih merupakan tempat yang nyaman untuk berkembang biaknya berbagai bakteri dan virus penyebab penyakit, salah satunya diare 6. sumber air minum tidak terlindung seperti sumur, harus memenuhi syarat kesehatan sebagai air bagi rumah tangga, maka air harus dilindungi dari pencemaran. Sumur yang baik harus memenuhi syarat kesehatan antara lain, jarak sumur dengan lubang kakus, jarak sumur dengan lubang galian sampah, saluran pembuangan air limbah, serta sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak sumur dengan tempat pembuangan tinja lebih baik 10 meter atau lebih.7

Hubungan kualitas bakteriologis air bersih dengan kejadian diare

Hasil uji statistik diketahui nilai p=0,008 dimana memiliki arti yaitu adanya hubungan antara kejadian diare dengan kualitas bakteriologis air bersih. E.coli dan

Enterococci adalah salah satu prediktor yang baik

dibandingkan faecal coliform dari resiko penyakit diare yang ditularkan melalui air.8 Air bersih yang positif

E.coli dapt disebabkan telah terjadinya pencemaran

lingkungan melalui beberapa media seperti kotoran hewan, tinja manusia dalam sumber air bersih. Umumnya warga di Daerah Cisarua masih banyak yang menggunakan sumber mata air sebagi sumber utama pemenuhan kebutuhan air sehari-hari. Akan tetapi karena lingkungan sekitar sumber air yang tidak terjaga karena dekat dengan lokasi pembuangan sampah, berdekatan dengan aliran sungai yang menjadi tempat pembuangan akhir sampah dan tinja dapat membuat kualitas dari air bersih tersebut tercemar.

(5)

Hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare

Hasil uji statistik antara kejadian diare dengan perilaku cuci tangan diketahui tidak memiliki hubungan dengan nilai p=0,023. Kebiasaan mencuci tangan berhubungan dengan personal hygiene sesorang dimana penularan diare dapat melalui mencuci tangan. Mencuci tangan haruslah menggunakan sabun setelah melakukan aktivitas terutama setelah melakukan buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sesudah membuang tinja anak memiliki dampak dalam timbulnya kejadian diare. 9

Hubungan Karakteristik responden dengan kejadian diare

- Hubungan jenis kelamin dengan kejadian diare

Hasil uji statistik diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian diare. Diketahui Responden perempuan sebanyak 48,7% menderita diare, sehat sebesar 51,3% dan menghasilkan nilai p= 0,120. Umumnya penyakit diare diderita oleh kaum perempuan dikarenakan kaum perempuan lebih banyak tinggal dan beraktivitas di dalam rumah.10

- Hubungan umur dengan kejadian diare

Hasil uji statistik diketahui tidak ditemukannya hubungan antara kejadian diare dengan jenis kelamin, nilai p=0,490. Dimana tidak ada peningkatan kejadian diare dengan peningkatan umur.(Tabel 5).Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.11

- Hubungan pendidikan dengan kejadian diare

Hasil uji statistik diketahui tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare, nilai p=1,000. Dari berbagai macam literatur memasukkan hasil observasi bahwa diare terjadi pada keluarga yang memiliki pendidikan yang rendah.11. Keluarga yang memiliki pendidikan rendah akan diikuti juga dengan penghasilan yang rendah, rumah terlalu padat, rumah yang kurang layak dan diikuti sanitasi yang buruk. Faktor-faktor ini dapat menjadi variebel confounding yang dapat mentransmisikan pathogen enterik.5

- Hubungan pekerjaan dengan kejadian diare

Hasil uji statistik diketahui tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare. Hal ini dikarenakan tidak ada peningkatan rata-rata kejadian diare dengan tingkat pendidikan, nilai p= 0,450 dengan rata-rata sebanyak 74 responden adalah tidak bekerja atau seorang ibu rumah tangga. Pekerjaan dapat mempengaruhi

status sosial ekonomi keluarga dan sanitasi lingkungan secara tidak langsung. Penyediaan fasilitas lingkungan yang baik memerlukan status ekonomi yang tinggi.

Kesimpulan

Kejadian diare merupakan penyakit yang memiliki interaksi dengan lingkungan diikuti dengan tindakan personal hygiene setiap individunya termasuk higiene sanitasi makanan, sanitasi lingkungan dan perilaku cuci tangan. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka masyarakat dapat menderita diare dan menimbulkan potensi KLB. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menurunkan potensi untuk terjadinya KLB di daerah Cisarua. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bersama UPT Puskesmas Cisarua dapat membuat program promosi dan edukasi kesehatan terkait penyakit diare, perilaku hidup bersih dan sehat serta higiene sanitasi makanan serta pengarahan dan penyuluhan yang dapat dilakukan bersama dengan puskesmas serta ibu kader untuk ibu rumah tangga di wilayah cisarua mengenai higiene sanitasi makanan dan minuman termasuk dalan cara mengolah, menyimpan dan menyajikan makanan serta cara mencuci peralatan masak.

Daftar Pustaka

1. Hayati, A. Y. (1992). Hubungan Air Bersih dan

Jamban dengan Kesakitan Diare Pada Balita di Kabipaten Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

2. Anonim. (2007). Air Bersih: Kualitas Buruk, Jutaan

Warga Indonesia di Bawah Ancaman Diare. Jakarta:

Kompas.

3. Profil Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun 2010. Bogor : Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor 4. Curtis, V., Cairncross, S., & Yonli, R. (2000).

Domestic Hygiene and Diarrhoea - Pinpointing The

Problem. Tropical Medicine and International Helath , 22-32.

5. Feachem, R. (1984). Interventions for The Control of Diarrhoeal Diseases AMong Young Children: Promotion of Personal and Domestic Hygiene.

Bulletin of The World Health Organization,63 ,

467-476.

6. Carrel. (2012). Diarrhoea disease risk in rural

Bangladesh decreases as tubewell density increases: a zero-inflated and geographically weighted analysis. IJ

Health Geographics .

7. Sukarni, M., 2002. Kesehatan Keluarga dan

Lingkungan. Bandung : Kanisius

8. Moe, C., Sobsey, M., Samsa, G., & Mesolo, V. (1991). Bacterial indicators of risk of diarrhoeal disease from drinking-water in the Philipnes . Buletin

(6)

9. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

10. Hidayanti, R. (2012). Faktor Risiko Diare di

Kecamatan Cisarua, Cigudeg, dan Megamendung Kabupaten Bogor Tahun 2012. Depok: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

11. Pacey, A. (1982). Hygiene and Literacy. Waterlines I , 26-29.

Gambar

Tabel  2.  Analisis  Hubungan  Higiene  Sanitasi  Makanan  dan  Minuman,  Sanitasi  Lingkungan,  Kualitas  Bakteriologis  Air  Bersih dan Perilaku Cuci Tangan dengan Kejadian Diare di  UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012
Tabel 4.  Analisis Hubungan Karakteristik Responden  (Jenis  Kelamin  dan  Pendidikan)  dengan  Kejadian  Diare  di  UPT  Puskesmas  Cisarua  Kabupaten  Bogor  Tahun 2012  Variabel  Diare   Total  nilai  P  OR  CI 95% Positif Negatif  n  %  n  %  Jenis Kel

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran Higiene Perorangan Tabel 4 akan menampilkan gambaran hubungan higiene sanitasi terhadap kejadian cacingan meliputi: Higiene, kebersihan kuku, mencuci tangan,

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di lakukan tentang hubungan pengetahuan Ibu tentang sanitasi makanan dengan kejadian diare pada Balita di Lingkup kerja

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : ada hubungan higiene sanitasi pengelolaan air minum isi ulang di rumah tangga ( p = 0,000); ada hubungan higiene sanitasi pengelolaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui higiene sanitasi pengelolaan makanan dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan serta kejadian diare

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HIGIENE SANITASI PENJUALAN MAKANAN JAJANAN DAN PERILAKU KONSUMSI JAJAN SISWA SERTA KEJADIAN DIARE DI

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui higiene sanitasi penjualan makanan jajanan dan perilaku konsumsi jajan siswa serta kejadian diare pada anak sekolah

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten. Boyolali

Hubungan Higiene Ibu dan Anak serta Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggunihuta Kabupaten.. Samosir