• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Buku Pendidikan Pancasila oleh Prof.Dr.H. Kaelan, M.S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Resume Buku Pendidikan Pancasila oleh Prof.Dr.H. Kaelan, M.S."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TUGAS

PENDIDIKKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKKAN KEWARGANEGARAAN

Resume Buku Pendidikan Pancasila oleh Prof.Dr.H. Kaelan, M.S. Resume Buku Pendidikan Pancasila oleh Prof.Dr.H. Kaelan, M.S.

DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH FADHIL FERDIAN FADHIL FERDIAN 1510412015 1510412015 KIMIA KELAS B KIMIA KELAS B UNIVERSITAS ANDALAS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG PADANG 2016 2016

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

resume ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini

resume ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi

 pembaca

 pembaca dalam

dalam administrasi

administrasi pendidikan

pendidikan dan

dan untuk

untuk peningkatan

peningkatan kesadaran

kesadaran dan

dan

wawasan mahasiswa akan status, hak, dan kewajiban dalam kehidupan

wawasan mahasiswa akan status, hak, dan kewajiban dalam kehidupan

 bermasyarakat,

 bermasyarakat, berbangsa,

berbangsa, dan

dan bernegara,

bernegara, serta

serta peningkatan

peningkatan kualitas

kualitas diriny

diriny sebagai

sebagai

manusia. Buku “PENDIDIKAN PANCASILA” karangan Dr.H.Kaelan,M.S seorang

manusia. Buku “PENDIDIKAN PANCASILA” karangan Dr.H.Kaelan,M.S seorang

dosen Universitas Gajah Mada isinya sangat bagus. Dia menjelaskan Pancasila secara

dosen Universitas Gajah Mada isinya sangat bagus. Dia menjelaskan Pancasila secara

rici mulai dari sejarah munculnya Pancasila, nilai-nilai yang terkandung dalam

rici mulai dari sejarah munculnya Pancasila, nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila, kegunaan Pancasila serta menjelaskan hubungan Pancasila dengan UUD

Pancasila, kegunaan Pancasila serta menjelaskan hubungan Pancasila dengan UUD

1945.

1945.

Buku tersebut juga memungkinkan untuk dikonsumsi oleh semua kalangan

Buku tersebut juga memungkinkan untuk dikonsumsi oleh semua kalangan

karena dari sisi ekonomisnya itu sangat murah jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu

karena dari sisi ekonomisnya itu sangat murah jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu

yang terkandung dalam buku tersebut. Akhirnya kami merasa dalam penyusunan

yang terkandung dalam buku tersebut. Akhirnya kami merasa dalam penyusunan

resume buku “Pendidikan Pancasila” ini masih banyak kekurangannya maka kami

resume buku “Pendidikan Pancasila” ini masih banyak kekurangannya maka kami

mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami menyadari

mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami menyadari

sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata

sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata

 bahasanya.

 bahasanya. Oleh

Oleh karena

karena itu

itu dengan

dengan tangan

tangan terbuka

terbuka kami

kami menerima

menerima segala

segala saran

saran dan

dan

kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki resume ini. Akhir kata kami

kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki resume ini. Akhir kata kami

 berharap

 berharap semoga

semoga makalah

makalah ilmiah

ilmiah tentang

tentang limbah

limbah dan

dan manfaatnya

manfaatnya untuk

untuk masyarakan

masyarakan

ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Padang, Mei 2016

Padang, Mei 2016

Fadhil Ferdian

Fadhil Ferdian

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 2 KATA PENGANTAR... 2 I. PENDAHULUAN ... 5 I. PENDAHULUAN ... 5

A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. ... 5

A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. ... 5

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 5

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 5

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 5

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 5

B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum. ... 6

B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum. ... 6

1. Landasan Ilmiah. ... 6 1. Landasan Ilmiah. ... 6 II. PEMBAHASAN ... 8 II. PEMBAHASAN ... 8 BAB I ... 8 BAB I ... 8 FILSAFAT PANCASILA ... 8 FILSAFAT PANCASILA ... 8 A. Pengertian Filsafat. ... 8 A. Pengertian Filsafat. ... 8

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem. ... 8

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem. ... 8

E. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan E. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara RepublikNegara Republik Indonesia. ... 9

Indonesia. ... 9

H. H. Pancasila sebagai Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Dasar Kehidupan Berbangsa dan Berbangsa dan Bernegara. ...Bernegara. ... 10.. 10

BAB II ... 11

BAB II ... 11

IDENTITAS NASIONAL ... 11

IDENTITAS NASIONAL ... 11

A. Pengertian Identitas Nasional. ... 11

A. Pengertian Identitas Nasional. ... 11

B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional. ... 12

B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional. ... 12

C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional. ... 12

C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional. ... 12

BAB III ... 13

BAB III ... 13

DEMOKRASI INDONESIA ... 13

DEMOKRASI INDONESIA ... 13

A. Demokrasi dan Implementasi. ... 13

A. Demokrasi dan Implementasi. ... 13

B. Arti dan Perkembangan Demokrasi. ... 13

B. Arti dan Perkembangan Demokrasi. ... 13

C. Bentuk-bentuk Demokrasi. ... 15 C. Bentuk-bentuk Demokrasi. ... 15 D. Demokrasi di Indonesia. ... 16 D. Demokrasi di Indonesia. ... 16 BAB IV ... 21 BAB IV ... 21

NEGARA DAN KONSTITUSI ... 21

(5)

A. Pengertian Negara ... 21

B. Konstitusionalisme ... 22

C. Konstitusi Indonesia ... 22

BAB V ... 25

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA ... 25

A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum ... 25

B. Hak Asasi Manusia ... 25

C. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 ... 26

D. Hak dan Kewajiban warga Negara ... 26

BAB VI ... 27

GEOPOLITIK INDONESIA ... 27

A. Pengertian ... 27

B. Pengertian Wawasan Nusantara ... 27

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara ... ... 27

D. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara ... 29

E. Implementasi Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila. ... 30

BAB VII ... 31 GEOSTRATEGI INDONESIA ... 31 A. Pengertian Geostrategi. ... 31 III. PENUTUP ... 33 3.1 Kesimpulan ... 33 3.2 Saran ... 33

(6)

I. PENDAHULUAN

 A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia,

meskipun dengan berbagai macam istilah. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai

civil education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai

democracy education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam

mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab, dan berkeadaban.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang

Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok mata kuliah Perkembangan Kepribadian di

Perguruan Tinggi terdiri atas mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka

kelompok mata kuliah perkembangan kepribadiantersebut wajib diberikan di semua

fakultas dan jurusan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Dengan adanya penempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan

kepribadian tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma baru,

yaitu Pendidikan Kewarganegaraan berbasiAs Pancasila. Kiranya akan menjadi

sangat relevan jikalau Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi dewasa ini

sebagai sintesis antara “civic education”, “democracy educatio”, serta “citizenship

educatwwwion” yang berlandaskan Filsafat Pancasila, serta mengandung muatan

identitas nasional Indonesia, serta muatan makna pendidikan pendahuuan bela negara

(Mansoer, 2005). Hal ini berdasarkan kenyataan diseluruh negara di dunia, bahwa

kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan

 basis filsafat bangsa identitas nasional, kentataan dan pengalaman sejarah bangsa

tersebut serta dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu dengan

 pendidikan kewarganegaraan diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar

kepribadian sebagai warga negara yang demikratis, religius, berprikemanusiaan dan

 berkeadaban.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan

 pendidikan Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi

(7)

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan

sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi,

guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadian sebagai manusia

seutuhnya. Hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah

sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban,

 berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.

Misi Pendidika Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu

mahasiswa menetapka kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan

nilai-nilai dasar Pancasila rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,

menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknilogi dan seni dengan rasa

tanggung jawab dan bermoral.

Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi

ilmuwan yang profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,

demokratis, berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa

menjadi warganegara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif

dalam membangun kehidupan ang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

Berdasarkan pengertian tersebur maka kompetensi mahasiswa dalam pedidikan tinggi

tidak dapat dipisahkan dengan filsafat bangsa.

B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum.

1. Landasan Ilmiah.

a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan Setiap warga negara dituntut

untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta

mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya. Untuk itu

diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks) yang

 berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan dan

nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan

 pegangan hidup setiap warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Bahasan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara

warganegara dan negara, serta pedidikan pendahuluan bela negara yang semua ini

 berpijak pada nilai-nilai budaa serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama

Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan

kesadaran bernegara,serta membentuk nilai dan prilaku cinta tanah air yang

 bersendikan

kebudayaan

dan

filsafat

bangsa

Pancasila.

(8)

Sebagai suatu perbandingan, diberbagai negara juga dikembangkan materi

Pendidikan Umum (General Education/humanities) sebagai pembekalan

nilai-nilai yang mendasari sikap dan prilaku warganegaranya.

Amerika Serikat : History, Humanity, dan Philosophy.

Jepang : Japanese History, Ethics, dan Philosophy.

Filipina : Philipino, Family Planning, Taxation and Land Reform, The Philiphine

 New Constitution, dan Study of Human Rights.

Dibeberapa negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan

Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu yang dikenal dengan Civics Education.

 b. Objek Pembahasan Pendidika Kewarganegaraan

Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek,

metode, sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas,

 baik objek material, maupun objek formalnya. Objek material adalah bidang

sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sedangkan

objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek

material tersebut. Adapun bjek material dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah

segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik yang empirik maupun ang

nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warganegara dalam

kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek formalnya mencakup dua segi, yaitu

segi hubugan antar warganegara dan negara (termasuk hubungan antar

warganegara) dan segi pembelaan negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan

Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya

dengan negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.

(9)

II. PEMBAHASAN

BAB I

FILSAFAT PANCASILA

 A. Pengertian Filsafat.

Filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan

manusia. Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein”

yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau

“wisdom”. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah mengandung makna cinta

kebijaksanaan. Jadi manusia dalam kehidupan pasti memilih apa pandangan dalam

hidup yang dianggap paling benar, paling baik dan membawa kesejahteraan dalam

kehidupannya, dan pilihan manusia sebagai suatu pandangan dalam hidupnya itulah

yang disebut filsafat.

Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat

dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut:

Pertama

: filsafat sebagai produk.

Kedua

: filsafat sebagai suatu proses.

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem.

Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling

 bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu

kesatuan yang utuh. Dasar filsafat negara pancaasila adalah merupakan satu kesatuan

yang bersifat majemuk tunggal. Pancasila sebagai suatu system filsafat akan

memberikan ciri-ciri yang khas, yang khusus yang tidak terdapat pada system filsafat

lainnya.

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila.

Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian

tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila

dimukanya. Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam

hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkhis

 piramidal. Tiap-tiap sila mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila

lainnya.

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sisitem Filsafat.

1. Dasar ontologis sila-sila Pancasila.

Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat

mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar

antropologis.

(10)

2. Dasar Epistemologis sila-sila pancasila.

Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu

system pengetahuan. Dalam kehidupan sehariPancasila merupakan pedoman atau

dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,

masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi mansa

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan

Secara filosofis pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki, dasar

ontologis, dasar epistimologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan

sistem filsafat yang lainnya.

E. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung

makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta

kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,

Kerakyatan dan Keadilan.

 Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya

merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu

sumber dari hukum dasar, secara objektif merupakan suatu pandangan hidup,

kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana

kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah

dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan

ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.

F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia.

Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari

 pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann

kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebutkemudian

diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan

sebagai

dasar

negara

dan

ideologi

bangsa

dan

negara

Indonesia.

G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila.

Realisasi setiap sila atau derivasi setiap sila senantiasa, dalam hubungan yang

sistemik dengan sila-sila lainnya. Hal ini berdasarkan pada pengertian bahwa makna

sila-sila Pancasila senantiasa dalam hubungannya sebagai sistem filsafat. Sebagai

suatu dasar filsafat Negara maka sila sila pancasila merupakan suatu system nilai oleh

karena itu sila sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.

Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memilki perbedaan antara

(11)

satu dengan lainya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang

sistematis.

H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan terutama

dalam melaksanakan pembangunan dan pembaharuan maka harus mendasarkan pada

suatu kerangka pikir, sumber nilai serta arahan yang didasarkan pada nilai-nilai

Pancasila. Filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan kenegaraan

adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia. Hal ini didasarkan pada suatu realitas

 bahwa kausa materialis atau asal nilai-nilai Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri.

Konsekuensinya selama bangsa Indonesia memiliki kehendak bersama untuk

membangun bangsa diatas dasar filosofis nilai-nilai pancasila ,seharusnya segala

kebijakan dalam Negara terutama dalam melakukan suatu

pembaharuan- pembaharuan dalam Negara dalam proses reformasi.

(12)

BAB II

IDENTITAS NASIONAL

 A. Pengertian Identitas Nasional.

Agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap

meletakkan jatidiri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa

Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Istilah

“identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu

 bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini bangsa

Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui dasar

filosofi bangsa dan negara yaitu bhineka tunggal ika, yang terkandung dalam filosofi

Pancasila. Masyarakat harus semakin terbuka, dan dinamis namun harus berkeadaban

serta kesadaran akan tujuan hidup bersama dalam berbangsa dan bernegara. Dengan

kesadaran akan kebersamaan dan persatuan tersebut maka insyaAllah bangsa

Indonesia akan mampu mengukir identitas nasionalnya secara dinamis di dunia

internasional.

Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh

suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan

memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri, serta karakter

dari bangsa tersebut. Hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa

tersebut terbentuk secara historis. Pengertian kepribadian, manusia sabagai

individusulit dipahami manakala ia terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu

manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki

suatu sifat kebiasaan, tingkah laku serta karakter yang khas yang membedakan

manusia tersebut dengan manusia lainnya. Demikian pada umumnya pengertian atau

istilah kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam

hubungan dengan manusia lain.

Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai

kesamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau

karakter yang kuat unttuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah

tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”.  Berdasarkan uraian diatas maka

 pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional suatu bangsa, adalah

keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur yang

membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu

 bangsa tidak dapat dipisahkan dengan pengertian

“Peoples Character”, “Nasional

Character” atau “Nasional Identity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasional

Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit jikalau hanya

dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Bangsa Indonesia itu terdiri atas berbagai

macam unsur etnis, ras, suku, kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya

memang memiliki suatu perbedaan. Oleh karena itu kepribadian bangsa Indonesia

(13)

sebagai suatu idenitas nasional secara historis berkembang dan menemukan jati

dirinya setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional.

Faktor yang mendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia meliputi :

1. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis dan d emografis.

2. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan.

C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional.

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya

 bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat pancasila bukan muncul secara

tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu fase

historis yang cukup panjang. Proses perumusan materi Pancasila secara formal

tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “panitia 9”, sidang

BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat

negara Republik Indonesia. Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional.

 Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila dalam kenyataannya secara

objektif telah dimiliki oleh bangsa Inodnesia sejak zaman dahulu kala sebelum

mendirirkan negara. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui proses

sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV,

V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad

ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di

Palembang, kemudian kerjaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta

kerajaan-kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentuka nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang

kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang

kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda

 pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk

menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara

Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian diproklamasikan

sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.

(14)

BAB III

DEMOKRASI INDONESIA

 A. Demokrasi dan Implementasi.

Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan

dari telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasa. Pertama, hampir semua

negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental

sebagaimana telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang

mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur, sementara di negara-negara

demokrasi itu pemberian peranan kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi

yang berbeda-beda (kendati sama-sama negara demokrasi). Kedua, demokrasi

sebagai asa kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan

masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya tetapi

ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais. 1995 : 1)

Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan,

demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti : pertama, sistem

 presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua

kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintahan dipimpin oleh perdana

menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala

negara , sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau presisden yang hanya

menjadi simbol kedaulatan dan persatuan ; ketiga, sistem referendum yang

meletakkan pemerintahan sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di beberapa

negara ada yang menggunakan sistem campuran antara presidensial dengan

 parlementer, yang antara lain dapat dilihat dari sistem ketatanegaraan di Perancis atau

di Indonesia berdasar UUD 1945.

Dengan alasan tersebut, menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir

sepenuhnya disepakati sebagai model terbaik bagi dasar penyelenggaraan negara

ternyata memberikan implikasi yang berbeda diantara pemakai-pemakainya bagi

 peranan negara.

B. Arti dan Perkembangan Demokrasi.

Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, "demos"

 berarti rakyat dan "kratos/kratein" berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti

"rakyat berkuasa" (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat untuk

istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat

oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi diberbagai

negara di dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, yang lazimnya

sangat dipengaruh oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu Negara

Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang

(15)

menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan

sendiri jalannya organisasi dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang

diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat

kendati secara operasional implikasinya di berbagai ne gara tidak selalu sama. Sekedar

untuk menunjukkan betapa rakyat diletakkan pada posisi penting dalam asas

demokrasi

ini

berikut

akan

dikutip

beberapa

pengertian

demokrasi.

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada

tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok

mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, karena

kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat (Noer, 1983: 207). Jadi, negara

demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan

rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu berarti suatu

 pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiru atau asas persetujuan

rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.

Dalam hubungan ini menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik

demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan

atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam

 pemilihan-pemilihann berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan

diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik (Mayo, 1960:70)

Meskipun dari berbagai pengertian itu terlihatbahwa rakyat diletakkan pada

 posisi sentral "rakyat berkuasa" (government of role by the people) tetapi dalam

 praktiknya oleh UNESCO disimpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap ambiguous

atau memiliki arti ganda, sekurang-kurangnya ada ambiguity atau ketidaktentuan

mengenai lembaga-lembaga atau cara-car yang dipakai untuk melaksanakan ide atau

mengenai keadaan kultural serta historis yang mempengaruhi istilaj ode dan praktik

demokrasi (Budiarjo, 1982:50). hal ini bisa dilihat betapa negara-negara yang sama

menganut asas demokrasi ternyata mengimplementasikannya secara tidak sama.

Ketidaksamaan tersebut bahkan bukan hanya pada pembentukan lembaga-lembaga

atau aparatur demokrasi, tetapi juga menyangkut perimbangan porsi yang terbuka

 bagi peranan maupun pernan rakyat.

Memang sejak dimunculkannya kembali asa demokrasi yaitu setelah

tenggelam beberapa abad dari permukaan Eropa telah menimbulkan masalah tentang

siapakah sebenarnya yang lebih berperan dalam menentukan jalannya negara sebagai

organisasi tertinggi. Pemakaian demokrasi sebagai prinsip-prinsip hidup bernegara

sebenarnya telah melahirkan fiksi-yuridis bahwa negara adalah milik masyarakat,

tetapi pada fiksi-yuridis telah terjadi tolak-tarik kepentingan, atau kontrol, tolak-tarik

antara negara-masyarakat, karena kemudian negara terlihat memiliki pertumbuhannya

sendiri sehingga lahirlah konsep tentang negara organis (Mahasin, 1982:2)

Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara

dan hukum di Yunani Kuni dan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke-4

sebelum masehi sampai abad 6 masehi. dilihat dari pelaksanaannya, demokrasi yang

dipraktekkan bersifat langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat

keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara

yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langusng ini dapat dilaksanakan

secara efektif karena Negara Kota (city state) Yunani Kuno berlangsung dalam

(16)

kondisi sederhana. Ketentuan-ketentuan demokrasi hanya berlaku untuk warga negara

yang resmi merupakan sebagian kecil dari seluruh penduduk. Sebagian besar yang

terdiri dari budak belian, pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat

menikmati hak demokrasi (Budiarto, 1982:54).

Masyarakat abad pertengahan terbelenggu oleh kekuasaan feodal dan

kekuasaan pemimpin-pemimpin agama, sehingga tenggelam dalam apa yang disebut

sebagai masa kegelapan. Kendati begitu, ada sesuatu yang penting berkenaan dengan

demokrasi pada abad pertengahan itu, yakni lahirnya dokumen Magna Charta

(piagam besar), sesuatu piagam yang berisi semacam perjanjian antara beberapa

 bangsawan dan Raja Jhon di Inggris bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa

hak dan previleges bahwasanya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi

keperluan perang dan lainnya.

Ranaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan

 budaya Yunani Kuno. Massa renaissance adala masa ketika orang mematahkan

semua ikatan yang ada dan menggantikan dengan kebebasan bertindak yang

seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan , karena dasar ide ini adalah

kebebasan berpikir dan bertindak bagi manusia tanpa boleh ada orang lain yang

menguasai atau membatasi dengan ikatan-ikatan.

Selain renaissance, peristiwa lain yang mendorong timbulnya kembali

"demokrasi" yang sebelumnya tenggelam dalam abad pertengahan adalah terjadinya

Reformasi, yakni revolusi agama. Dua kejadian (Renaissance dan Reformasi) ini

telah mempersiapkan Eropa masuk ke dalam Aufklarung (Abad Pemikiran) dan

Rasionalisme yang mendorong mereka untuk memerdekakan pikiran dari batas-batas

yang ditentukan,

Tampak bahwa teori hukum alam merupakan usaha untuk mendobrak

 pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat dalam suatu asas yang

disebut demokrasi (pemerintah rakyat). Dari pemikiran tentang hak-hak politik

rakyatr dan pemisahan kekuasaan ini terlihat munculnya kembali ide pemerintahan

rakyat (demokrasi). tetapi dalam kemunculannya sampai saat ini demokrasi telah

melahirkan dua konsep demokrasi yang berkaitan dengan peranan masyarakat, yaitu

demokrasi konstitusional abad ke-19 dan demokrasi konstitusional abad ke-20 yang

keduanya senantiasa dikaitkan pada konsep negara hukum (Mahfud, 1999:20)

C. Bentuk-bentuk Demokrasi.

Formal demokrasi menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan.

Hal ini dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai Negara.

Dalam suatu Negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan

system presidensial atau sistem parlementer.

Sistem Presidensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden

secara langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari

rakyat. Dalam sistem ini kekuasaan eksekutif (kekuasaan menjalankan permintaan)

sepenuhnya berada di tangan presiden.

Sistem Parlementer : Sistem ini menerpakan model hubungan yang menyatu

antara kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Kepala eksekutif (head of government)

(17)

adalah berada di tangan seorang perdana menteri. Adapun kepala Negara (head of

state) adalah berada pada seorang ratu, misalnya di Negara Inggris atau ada pula yang

 berada pada seorang presiden misalnya di India.

1. Demokrasi Perwakilan Liberal.

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa

manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam

sistem demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam

 pelaksanaan demokrasi.

2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme.

Demokrasi satu partai lazimnya dilaksanakan di negara-negara komunis. Kebebasan formal berdasalkan demokrasi liberal menghasilkan kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat dan akhirnya kapitalislah yang menguasai negara.

D. Demokrasi di Indonesia.

1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia.

Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana

meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan politik yang

demokratis dalam masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya.

Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode :

1. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer.

2. Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin.

3. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru.

4. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi.

2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945.

a. Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966).

1) Dalam bidang Politik & Konstitusional.

Menurut UUD 1945, demokrasi berarti menegakkan kembali asas-asas

negara hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara.

Hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun dalam aspek

 perorangan dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara

(18)

2) Dalam bidang Ekonomi.

Demokrasi berarti Kehidupan yang layak bagi semua warga negara.

Mencakup :

Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan

 Negara.

Koperasi.

Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam

 penggunaannya.

Peranan pemerintahan yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta

 pelindung.

 b. Munan III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966)

Asas negara hukum Pancasila mengandung prinsip :

1)  pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan

dalam politik , hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan.

2) Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu

kekuasaan/kekuatan lain apapun.

3) Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksudkan

kepastian hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat

dipahami, dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

c. Simposium hak-hak Asasi Manusia (Juni 1967)

Persoalan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan kepartaian untuk

tahun-tahun mendatang harus ditinjau dalam rangka keharusan kita untuk

mencapai kesetimbangan yang wajar diantara 3 hal :

1) Adanya pemerintah yang mempunyai cukup kekuasaan dan kewibawaan.

2) Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya.

4)  perlunya untuk membina suatu "rapidlyexpandingeconomy"

(pengenmbangan ekonomi secara cepat).

3. Demokrasi Pasca Reformasi.

Dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi harus berdasarkan pada

suatu kedaulatan rakyat. Kekuasaan pemerintahan negara ditangan rakyat

mengandung pengertian tiga hal :

1.

Pemerintah dari rakyat (government of the people)

2.

Pemerintahan oleh rakyat (government by people)

3.

Pemerintahan

untuk

rakyat

(government

for

people)

Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945:

1. Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar 1945

Hasil Amandemen 2002.

(19)

Secara umum dalam sistem pemerintahan yang demokratis senantiasa

mengandung unsur yang paling penting dan mendasar, yaitu:

- Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.

- Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara.

- Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh

warganegara.

- Suatu sistem perwakilan.

- Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

2. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan.

Indonesia

Pasca

Amandemen

2002

Berdasarkan ciri-ciri sistem demokrasi tersebut maka penjabaran demokrasi dalam

ketatanegaraan Indonesia dapat ditemukan dalam konsep demokrasi sebagaimana

terdapat dalam UUD 1945 sebagai "Staatfundamentalnorm" yaitu ".. Suatu susunan

negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.. " (ayat 2). Oleh karena itu

"rakyat" adalah merupakan paradigma sentral kekuasaan negara. Adapun rincian

struktural ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan demokrasi menurut UUD 1945

adalah sebagai berikut :

a) Konsep Kekuasaan

Konsep kekuasaan negara menurut demokrasi adalah :

1.)

Kekuasaan ditangan rakyat.

(a) Pembukaan UUD alinea IV

“…Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD

RI

yang berkedaulatan rakyat…”

(b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945

“Negara yang berkedaulatan rakyyat, berdasarkan atas kerakyatan dan

 permusyawaratan perrwakilan” (pokok pikiran III)

.

(c) UUD 1945 Pasal 1 ayat (1)

“Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”

(d) UUD 1945 Pasal 1 ayat (2)

(20)

Jadi, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat dan realisasinya diatur dalam UUD.

Sebelum dilakukan amandemen kekuasaan tertinggi dilakukan oleh MPR.

2.)

Pembagian kekuasaan

Pembagian kekuasaan menurut demokrasi :

1. Kekuasaan Eksekutif, didelegasikan kepada Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD 1945).

2. Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Preisiden, DPR, dan DPD pasal 5 ayat

(1), pasal 19 dan pasal 22 C UUD 1945.

3. Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada MA pasal 24 ayat (1) UUD 1945.

4. Kekuasaan Inspektif atau pengawasan didelegasikan kepada BPK dan DPR. Dalam

UUD 1945 pasal 20 ayat

(1) “… DPR juga memiliki fungsi pengawasan terhadap

 presiden selaku penguasa eksekutif”.

5. Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif,

didelegasikan kepada DPA, pasal 16 UUD 1945. Artinya DPA dihapuskan karena

 berdasarkan kenyataan pelaksanaan kekuasaan Negara fungsinya tidak jelas.

3.) Pembatasan Kekuasaan

Pembatasan kekuasaan menurt konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui mekanisme 5

tahunan kekeuasaan:

(a)

Pasal 1 ayat (2) “kedaulatan ditangan rakyat…”

 Pemilu untuk membentuk MPR

dan DPR setiap 5 tahun sekali.

(b) MPR memilki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan

Wapres,serta melakukan impeachment terhadap presiden jika melang gar konstitusi.

(c)

Pasal 20 A ayat (1),”DPR memiliki fungsi pengawasan.” Yang berarti

mengawasi

 pemerintahan selama jangka waktu 5 tahun.

(d) Rakyat kembali mengadakan Pemilu setelah membentuk MPR dan DPR

(rangkaian kegiatan 5 tahunan sebagai periodesasi kekuasaan.

 b) Konsep Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut :

(1) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran III, “… Oleh karena itu sistem

 Negara yang terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan

 berdasarkan

atas

permusyawaratan/perwakilan.”

(21)

c) Konsep Pengawasan

Konsep Pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut :

(1) Pasal 1 ayat (2), “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan menurut

UUD.”

(2) Pasal 2 ayat (1), “MPR terdiri atas DPR dan anggota DPD”

(3)

DPR

senantiasa

mengawasi

tindakan

Presiden.

d) Konsep Partisipasi

Konsep

partisipasi

menurut

UUD

1945

adalah

sebagai

berikut

:

(1) Pasal 27 ayat (1), “Segala warganegara bersamaan kedudukannya didalam hukum

dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tiada

kecualinya.”

(2) Pasal 28, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan

lisan

dan

tulisan

dan

sebagainya

ditetapkan

dengan

UU.”

(3) Pasal 30 ayat (1), ”Tiap

-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam

usaha

pembelaan

Negara.”

Konsep partisipasi menyangkut seluruh aspek kehidupan kenegaraan dan

kemasyarakatan

yang

terbuka

untuk

seluruh

warga

Negara

Indonesia.

Demokrasi Indonesia mengandung suatu pengertian bahwa rakyat adalah sebagai

unsur sentral, oleh karena itu pembinaan dan pengembangannya harus ditunjang oleh

adanya orinentasi baik pada nilai-nilai yang universal yakni rasionalisasi hukum dan

 perundang-undangan juga harus ditunjang norma-norma kemasyarakatan yaitu

(22)

BAB IV

NEGARA DAN KONSTITUSI

 A. Pengertian Negara

 Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara kekuasaan.

Teori Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang kuat

dari filsuf lain separti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan

Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan Negara sebagai suatu badan atau

organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia

sejak dilahirkan telah membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik

serta hak kemerdekaan.

Konsep pengertian Negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh lain

antara lain :

1. Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai alat

agency atau

wewenang /

authority

yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan

 besama atas nama masyarakat.

2. Menurut Harold J. Lasky bahwa Negara adalah merupakan suatu masyarakat yang

diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat sah lebih agung dari

 pada individu atau sekelompok.

3. Mc. Iver  bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban suatu

masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang

diselenggarakan oleh suatu pemerintah maksud tersebut diberi kekuasaan

memaksa.

4. Miriam Budiardjo bahwa Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya

diperintah (

 governed 

) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dr warga

 Negaranya ketaatan pada perundang-undangannya melalui penguasaan (

control 

)

monopolitis dari kekuasaan yang sah.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para

sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara memiliki

unsur-unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi

:

1. Wilayah

2. Rakyat

3. Pemerintahan

Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya

kesatuan nasib, yaitubersama-sama dalam suatu penderitaan dibawah penjajahan

 bangsa asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi

 bangsa Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat

 beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta

nilai-nilai yang dimilikinya.

Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung

dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I,II,III & IV.

(23)

B. Konstitusionalisme

Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara

efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok

konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (

consensus

) diantara

mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada umumnya dipahami

 berdasarkan pada :

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama

2. Kesepakatan tentang the rule of law

3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan

Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat

menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu Negara.

Kesepakatan kedua , adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan

atas aturan hukum dan konstitusi.

Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ Negara dan

 prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ

 Negara itu satu sama lain, serta (c) hubungan antar organ-organ Negara itu dengan

warga Negara .

Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip pengaturan dan

 pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip

konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau

yang lazim disebut sebagai prinsip

 limited government.

 Konstitusionalisme mengatur

dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara

 pemerintahan dengan warga Negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga

 pemerintahan yang satu dengan lainnya.

C. Konstitusi Indonesia

Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun

1999, dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan

 perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada

tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan disahkan pada tanggal

10 Agustus 2002.

Penegertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis dan

hukum dasar tidak tertulis. Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka

Undang-Undang Dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Undang-Undang-Undang-Undang

Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka

dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan

 pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.

Dalam penjelasan Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa

Undang-Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945 hanya memiliki 37 pasal,

adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan.

(24)

Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :

1. Rumusannya jelas

2. Bersifat singkat dan supel

3.

Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan

harus dilaksanakan secara konstitusional

4. Peraturan hukum positif yang tinggi

Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang

timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya

tidak tertulis.

Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

(1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek

 penyelenggaraan Negara.

(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.

(3) Diterima oleh semua rakyat.

(4) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar

yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar.

Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang

tertulis, tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai suatu

ketetapan MPR.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UUD,

karena pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih

terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.

Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh :

1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat)

2. Sistem konstitusional

3. Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping

MPR dan DPR

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR

6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab

kepada DPR

7. Kekuasaan kepala negara tidak tak-terbatas

Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum,

 Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan.

Sifat Negara hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat perlengkapanya

 bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh

alat-alat perlengkapan yang dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.

Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :

a.

Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam

 bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.

 b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak

memihak.

(25)

c.

Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat

dipahami dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar ingin

mengembalikan peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem

 peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara hukum

yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban

amanat demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

(26)

BAB V

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

 A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum

Baik

rechtsstaat

maupun

rule of

Menurut Friedman, antara pengertian negara

hukum atau

rechtstaat 

 dan

rule of the law

 sebenarnya saling mengisi. Oleh karena itu

 berdasarkan bentuknya sebenarnya

rule of the law

  adalah kekuasaan publik yang

diatur secara legal.

Prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut

prinsip- prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan,

ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka. Prinsip

 Negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-prinsip

demokrasi yang diatur dalam UUD. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa

kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilakukan menurut UUD atau

constitutional

democracy

yang diimbangi dengan penegasan bahwa Negara Indonesia adalah

 Negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis.

Menurut Albert Venn Dicey, istilah the rule of law diartikan sederhana sebagai

suatu keteraturan hukum.

law

, pada prinsipnya memiliki kesamaan yang fundamental serta saling mengisi.

Dalam prinsip Negara ini unsur penting pengakuan adanya pembatasan kekuasaan

yang dilakukan secara konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran

dan praktek konsep Negara hukum yang berbeda, konsep Negara hukum dan

rule of

law

  adalah suatu realitas dari cita-cita sebuah Negara bangsa, termasuk Negara

Indonesia.

B. Hak Asasi Manusia

Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala ditandatangani Magna

Charta (1215), oleh raja John Lackland. Kemudian juga penandatanganan

 petition of

right

 pada tahun 1628 oleh raja Charles I. Dalam hubungan ini raja berhadapan

dengan utusan rakyat. Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia

itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi. Puncak

 perkembangan perjuangan hak-hak asasi manusia yaitu ketika

’human right’ 

  untuk

 pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam

‘declaration of independence’ 

Amerika Serikat pada tahun 1776.

Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara

universal sebagai ‘a moral, political, legal framework and as a guideline’ dalam

membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta

 penaklukan yang tidak adil.

(27)

C. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945

Dalam rentangan berdirinya bangsa dan Negara Indonesia, secara resmi

deklarasi pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 telah lebih dahulu merumuskan

hak-hak asasi manusia dari pada Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB. Fakta

sejarah menunjukkan bahwa pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan

 pada tanggal 18 Agustus 1945, sedangkan Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia PBB

 pada tahun 1948.

Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002, telah memberikan jaminan secara

ekplisit tentang hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam BAB XA, pasal 28A

sampai pasal 28J.

D. Hak dan Kewajiban warga Negara

Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu

dalam hubungannya dengan Negara. Dalam hubungan antara warganegara dan

 Negara, warganegara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap Negara dan

sebaliknya.

Asas-asas kewarganegaraan adalah :

1.

Asas ius-sanguinis dan asas ius-soli

2.

Bipatride dan apatride

Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warganegara

mencakup pasal-pasal 27,28,29,30,33 dan 34.

Pembelaan Negara atau bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga

negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan

 pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Kesadaran perlu

ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta

dalam pembelaan Negara.

Ada beberapa dasar yang dapat digunkan sebagai motivasi setiap warga untuk

ikut serta membela Negara Indonesia :

1.

Pengalaman sejarah perjuangan RI

2.

Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis

3.

Keadaan penduduk (demografis) yang besar

4.

Kekayaan sumber daya alam

5.

Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan

6.

Kemungkinan timbulnya bencana perang

(28)

BAB VI

GEOPOLITIK INDONESIA

 A. Pengertian

Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud

kebijaksanaan dan strategi nasional yang di dorong aspirasi nasional geografik suatu

 Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak

langsung kepada sistem politik suatu negara. Sebaliknya politik nrgara itu secara

langsungGeopolitik bertumpu pada geografi sosial, mengenai situasi, kondisi dan

segala sesuatu yang di anggap relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara.

Manusia melaksanakan tugas dan kegiatan bergerak dalam dua bidang, yaitu

universal filosofis dan social politis. Bidang universal filosofis bersifat transenden

dan idealistik, misalnya dalam bentuk aspirasi bangsa, pedoman hidup dan pandangan

hidup bangsa. Sedangkan bidang social politis bersifat imanen dan realistic yang

 bersifat lebih nyata dan dapat di rasakan, misalnya aturan hokum atau perundangan

yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai produk politik.

Indonesia adalah Negara kepulauan dan masyarakat yang beraneka ragam, oleh

karena itu Indonesia memiliki kekuatan dan kelemahan . Kekuatannya yaitu terletak

 pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam.

Sedangkan kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekargaman

masyarakat yang harus di satukan dalam satu bangsa.

Salah satu pedoman bangsa Indonesia agar tidak terombang ambing dalam

memperjuangkan kepentingan nasional adalah wawasan nasional yang berpijak pada

wujud wilayah nusantara.

B. Pengertian Wawasan Nusantara

Istilah wawasan berasal dari kata”wawas” yang berarti pandangan, tinjauan, atau

 penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata “mawas” yang berarti

memandang atau melihat. Sedangkan wawasan berarti cara pandang, cara tinjau, atau

cara melihat. Se

dangkan ‘nusa’ berarti pulau, dan ‘antara’ berarti diapit di antara dua

hal.

Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri

dan lingkungannya yang di jabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai

dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan nasional.

Sedangkan wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara

Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut

selalu dalam satu kesatuan yang utuh, sementara perairan atau lautan antara

pulau- pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.

(29)

Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan

 Nederlandsch Oost Indishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang

kemudian menjadi wilayah Negara Republik Indonesia.

Sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17-8-1945, Indonesia menjadi nama

resmi Negara dan bangsa Indonesia sampai sekarang.

Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsepsi

mengenai pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :

1) Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.

2)

Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia itu

tidak dapat dimiliki oleh masing-masing Negara.

3)

Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua

 bangsa.

4)

Mare Clausum (The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan bahwa hanya

laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu Negara sejauh yang

dapat dikuasai dari darat.

5)

Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar

dalam Konvensi PBB tentang hukum laut.

Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indonesia sebagai

 Negara kepulauan memiliki laut territorial, Perairan Pedalaman, Zone Ekonomi

Ekslusif, dan Landas Kontinen. Masing-masing dapat di jelaskan seb agai berikut:

1)  Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih

kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.

2) Laut Teritorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 mil laut

di ukur dari garis pangkal.

3)

Perairan Pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam

garis pangkal.

4) Zone Ekonomi Ekslusif tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal.

5)

Landas Kontinen suatu Negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di

 bawahnya yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan

alamiah wilayah daratannya.

Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai berikut:

Utara

: 6

0

08 LU

Selatan

: 11

0

15 LS

Barat

: 94

0

45 BT

Timur

: 141

0

05 BT

Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km

2

, yang terdiri dari daratan

seluas 2.027.087 km

2

dan perairan 3.166.163 km

2

.

2. Geopolitik dan Geostrategi

Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari fenomena geografi dari

aspek politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek

geografi.

(30)

3. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya

Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas

Hindia Belanda berdasarkan ketentuan dalam “tahun 1939 tentang batas wilayah laut

territorial Indonesia.

Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang dinyatakan

sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut:

1)

Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh

dan bulat.

2)

Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan dengan asas

 Negara kepulauan.

3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan

keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No.4/Prp/1960

tanggal 18 Februari 1960.

Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan peraturan pemerintah No. 8

tahun 1962 tentang lalu lintas damaidi perairan pedalaman Indonesia yang meliputi:

a) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia.

 b) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas.

c) Semua pelayaran dari dank e laut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.

Asas-asas pokok yang termuat di dalam deklarasi tentang landasan kontinen

adalah sebagai berikut:

1)

Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan kontinen

Indonesia adalah milik ekslusif Negara RI.

2)

Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landasan

kontinen dengan Negara tetangga melalui perundingan.

3)

Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen suatu garis yang di tarik di

tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar Negara

tetangga.

4)

Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas

landas kontinen Indonesia maupun udara diatasnya.

Alasan-alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah:

1) Persediaan ikan yang semakin terbatas.

2) Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.

3) ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.

D. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara sebagai wadah meliputi tiga kompunen:

a) Wujud Wilayah

Batas ruang lingkup wilayah Nusantara di tentukan oleh lautan yang

didalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling di hubungkan oleh dalamnya

 perairan.

Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi,

social budaya dan pertahanan keamanan.

(31)

 b) Tata Inti Organisasi

Bagi Indonesia, tata inti organnisasi Negara didasarkan pada UUD 1945 yang

menyangkut bentuk dan kedaulatan Negara, kekuasaan pemerintahan, sistem

 pemerintahan dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang

 berbentuk Republik. Kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan menurut

undang-undang.

c) Tata Kelengkapan Organisasi

Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran

 bernegara yang harus dimilki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik,

golongan dan organisasi masyarakat kalangan pers serta seluruh apatur Negara.

1) Satu kesatuan wilayah Nusantara yang mencakup daratan, perairan dan dirgantara

secara terpadu.

2) Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik pelaksanaannya serta satu

ideology dan identitas nasional.

3) Satu kesatuan social budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat Indonesia

atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, satu tertib social dan satu tertib hukum.

E. Implementasi Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila.

Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang

sesuai dengan aspirasinya.

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila merupakann ruh kehidupan bangsa Indonesia dan menjadi pedoman bagi setiap warga negara baik untuk masyarakat pada umumnya dan bagi lembaga pemerintahan untuk

Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan,

Dengan demikian, Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta sebagai segala sumber kehidupan yang atas bimbingan-Nya selalu dibutuhkan manusia untuk pencerahan batin

260 Oleh karena itu, tasawuf sosial sejalan dengan tujuan terakhir atau tertinggi pendidikan Islam dalam rangka membimbing manusia untuk persiapan

Seluruh tatanan kehidupan masyarakat bangsa dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan,

Beberapa pandangan masyarakat terhadap Pancasila dapat mencakup:  Pancasila sebagai Identitas Bangsa  Pancasila sebagai Pedoman Moral  Pancasila sebagai Dasar Negara yang

pendidikan karakter dalam nilai pancasila yaitu memperkuat pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa, agar generasi muda dapat mengembangkan karakter manusia dalam

Pancasila berperan sebagai landasan serta dasar negara Indonesia merupakan kumpulan nilai-nilai moral yang merupakan pedoman hidup dalam kehidupan bernegara masyarakat Indonesia..