• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT. Okantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT. Okantara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Profil Umum PT. Okantara

PT. Okantara adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa percetakan di Indonesia. PT. Okantara sendiri berdiri tahun 2000 dengan menyediakan jasa penyablonan, dimana owner PT. Okantara, M. Oskar, SE melihat kondisi perekonomian Indonesia yang makin terpuruk sehingga ia merasa perlu mencari solusi dalam suatu bidang usaha. Kemudian dari permasalahan tersebut, ia melihat potensi media promosi dapat menjadi peluang untuk usaha yang menjanjikan. Hingga akhirnya, ia membangun sebuah usaha percetakan skala kecil di tahun 2001 yang berkembang sampai sekarang. PT. Okantara sendiri memiliki beberapa perusahaan yang terbagi dalam beberapa kategori industri salah satunya percetakan tersebut yang sampai saat ini terus berkembang. Lokasi kantor PT. Okantara terletak di Jl. Mojo Klangru Kidul, No. D17, Surabaya. Produk-produk yang diproduksi oleh PT. Okantara sebelumnya berupa kop surat, nota dan amplop. Kemudian seiring berjalannya waktu, PT. Okantara mulai memproduksi media promosi seperti brosur, spanduk kemudian juga media cetak seperti majalah dan buku. Untuk saat ini, PT. Okantara juga sedang mengembangkan bisnisnya di bidang produksi kemasan, khusunya pada packging produk.

PT. Okantara adalah Perseroan Komanditer dengan nama CV “Oscar Kharisma Nusantara” yang berdiri berdasarkan akta Tanggal 28 Februari 2002 No. 13. CV “Oscar Kharisma Nusantara” didirikan oleh Bapak Muhammad Oskar, SE. sebagai Persero Pengurus atau dengan sebutan “Direktur” dan Bapak Ainul Yakin sebagai Persero Komanditer. Barulah pada tahun 2010, berdirilah PT. Okantara berdasarkan Akta Tanggal 10 Mei 2010 No. 3. Pemegang saham PT. Okantara terdiri dari Bapak Mohammad Oskar, SE selaku direktur dan Bapak Ainul Yakin selaku komisaris. CV “Oscar Kharisma Nusantara” dan PT. Okantara sendiri akhirnya tergabung di bawah nama PT. Okantara Group.

(2)

1.1.2 Visi Misi PT. Okantara 1.1.2.1 Visi dari PT. Okantara

Adapun visi dari PT. Okantara adalah "Membangun PT. Okantara menjadi usaha yang maju dan berkembang, dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Serta memberikan yang terbaik dalam menciptakan hasil yang berkualitas, baik dari sisi produk maupun waktu"

1.1.2.2 Misi dari PT. Okantara

Adapun misi dari PT. Okantara, yaitu:

1) Menjadi perusahaan yang berkembang sehingga memiliki akses yang luas. 2) Menciptakan perusahaan yang berbasis produksi berkualitas.

3) Memberikan kesejahteraan bagi karyawan.

4) Mengembangkan usaha di wilayah-wilayah yang lebih luas. 1.1.3 Logo PT. Okantara

Logo PT. Okantara resmi diluncurkan pada 21 November 2010. Penampilan logo bernuansa coklat dengan warna hijau dan hitam untuk hurufnya. Gambar 1.1 merupakan logo PT. Okantara.

Gambar 1.1 Logo PT. Okantara Sumber: PT. Okantara, 2010 1.1.4 Bidang Usaha PT. Okantara

(3)

Tanggal 28 Februari 2002 No. 13 dengan notaris Liliek Barasjid, SH. dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia NO. C. 89 HT. 03 03, TH. 1990. CV “Oscar Kharisma Nusantara” didirikan oleh Bapak Muhammad Oskar, SE. sebagai Persero Pengurus atau dengan sebutan “Direktur” dan Bapak Ainul Yakin sebagai Persero Komanditer. CV “Oscar Kharisma Nusantara” sendiri saat ini terdaftar pada Tanda Daftar Industri Nomor: 536/157.F/436.6.11/2014 dengan kapasitas produksi terpasang per tahun mencapai 1.000 m2/jam yang menggunakan 2 unit mesin offset, 1 unit mesin potong, dan 2 buah komputer sebagai peralata utama serta memiliki nilai investasi sebesar Rp. 188.987.500,- (Seratus Delapan Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah).

Tahun 2010, PT. Okantara berdiri berdasarkan Akta Tanggal 10 Mei 2010 No. 3 dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia AHU – 0338. AH. 02.01. Tahun 2010. dengan notaris Mohammad, S.H., M.Kn. Pemegang saham PT. Okantara terdiri dari Bapak Mohammad Oskar, SE dengan jumlah saham sebanyak 200 saham senilai Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) dan Bapak Ainul Yakin dengan jumlah saham sebanyak 50 saham senilai Rp 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah). PT. Okantara memiliki Bapak Muhammad Oskar, SE sebagai Direktur dan Bapak Ainul Yakin sebagai Komisaris. CV “Oscar Kharisma Nusantara” dan PT. Okantara sendiri akhirnya tergabung di bawah nama PT. Okantara Group.

PT. Okantara yang sebelumnya dikenal dengan nama CV “Oscar Kharisma Nusantara” ini hanya menjalankan usaha penyablonan saja. Kemudian pada tahun 2002 dibuka usaha percetakan berskala kecil. Pada saat itu perusahaan ini hanya memproduksi dengan menggunakan mesin cetak mini offset merek Toko. Mesin cetak ini merupakan mesin berkapasitas kecil dipergunakan untuk produk berukuran folio, dan mampu mengerjakan kop surat, nota dan amplop. Kemudian pada tahun yang sama, mesin yang digunakan berkembang menjadi mesin cetak offset Oliver 52. Dimana mesin ini menghasilkan produk dengan ukuran A3, yang berukuran 48-50 cm dan tarikan tinggi 34-36 cm. Seiring berjalannya waktu, PT. Okantara telah memiliki jaringan komunitas yang lebih

(4)

besar, dan mulai memproduksi pembuatan Brosur, Map, Penerbitan serta berbagai produk yang berbasis produksi dengan skala lebih besar.

PT. Okantara melakukan pengembangan di tahun 2010 dengan memiliki kantor baru yang lebih besar yang tidak jauh dari kantor utama, dimana kantor tersebut digunakan untuk melakukan produksi yang terkait dengan kebutuhan kampanye, majalah, serta packaging atau kemasan. Untuk kedepannya, di tahun 2016, PT. Okantara akan membuka akses kepada pengerjaan finishing. Finishing ini sendiri berupa penjilidan atau bending, UV, laminating, hot print, spiral. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang aktivitas sebuah perusahaan dengan produksi yang berbasis internal, dan juga dimaksudkan juga untuk mempermudah perputaran modal PT. Okantara.

1.1.5 Struktur Organisasi

Susunan struktur organisasi PT. Okantara terbagi atas beberapa bidang dan pembagian sub-bidang. Gambar 1.2 menunjukkan susunan struktur organisasi PT.Okantara.

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. Okantara Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015

(5)

Berdasarkan Gambar 1.2 terdapat struktur organisasi PT. Okantara, dimana masing-masing nya memiliki pekerjaan sebagai berikut:

1) Direktur, bertanggung jawab penuh terkait dengan penangan internal dan eksternal perusahaan. Serta memastikan terlaksananya kegiatan perusahaan dengan baik.

2) Sekertaris dan Administrasi, bertanggung jawab dalam menangani dan membantu kegiatan internal dan eksternal perusahaan terkait surat penawaran maupun pembuatan informasi produk-produk yang di produksi perusahaan. 3) Administrasi Umum, bertanggung jawab dalam pemesanan bahan baku yang

dibutuhkan perusahaan untuk kemudian digunakan dalam proses produksi serta memerintahkan desain untuk siap master dan naik cetak.

4) Desain Grafis, bertanggung jawab untuk meniptakan sebuah film atau gambar untuk siap cetak. Yang nantinya akan dilanjutkan dalam pembuatan Master Plat oleh Produksi CTCP.

5) Pemasaran, bertanggung jawab dalam memperoleh order, dan membuat komitmen tentang jumlah cetakan.

6) Produksi, termasuk didalamnya Produksi Awal Cetak, Produksi Pemotongan dan Produksi Finishing bertanggung jawab dalam segala proses pencetakan produk.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan industri Indonesia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir (Grant Thornton, 2015). Terbukti dari hasil survei dalam Grant Thornton Global Dynamism Index (GDI), dimana saat ini Indonesia telah menempati posisi ke 40 dalam urutan pertumbuhan bisnis dari sekitar 60 negara ekonomi terkemuka (Grant Thornton, 2015). Pertumbuhan industri tersebut tidak lepas dari keuntungan Indonesia, dimana terdapat lingkungan bisnis yang dinamis. Terlebih lagi, Indonesia kaya akan sumber daya alam, hutan tanaman industri dan sumber panas bumi. (Bisnis Indonesia, 2013). Berikut ini disajikan tabel tingkat pertumbuhan berdasarkan Grant Thornton Global Dynamism Index (GDI) pada tahun 2012 sampai dengan 2014.

(6)

Tabel 1.1 Tingkat Petumbuhan Bisnis Berdasarkan Grant Thornton Global Dynamism Index (GDI).

No Negara Tahun 2012-2013 2013-2014 2014-2015 1 Australia 5 1 3 2 China 22 3 15 3 Singapore 1 8 1 4 United State 14 11 13 5 Malaysia 24 17 19 6 Thailand - 24 54 7 Indonesia 46 40 40 8 India 45 55 36

Sumber: Survei Grant Thornton Global Dynamism Index (GDI), 2012-2015 Berdasarkan Tabel 1.1 posisi Indonesia mengalami peningkatan posisi menjadi urutan 40 di tahun 2013 setelah sebelumnya hanya menempati posisi 46. Untuk tahun selanjutnya, Indonesia masih dapat mempertahankan posisi nya yang mana membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki pertumbuhan bisnis yang semakin baik, tetapi pada akhirnya juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat (Bratadharma dalam metrotvnews, 2015)

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan dipengaruhi oleh usaha terkini. Menurut Survei Tendensi Bisnis (STB) dengan menggunakan indikator Indeks Tendensi Bisnis (ITB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI), kondisi perekonomian Indonesia meningkat dari triwulan sebelumnya dimana pada triwulan II-2015 sebesar 105,46, setelah sebelumnya bernilai sebesar 96,30. Ini menandakan pelaku bisnis juga lebih optimis dalam menjalankan usaha jika dibandingkan dengan triwulan I-2015. Peningkatan kondisi bisnis pada ini terjadi pada semua lapangan usaha, dimana terdapat peningkatan pendapatan usaha dengan nilai indeks sebesar 107,04 (Badan Pusat Statistik, 2015).

(7)

Salah satu usaha yang telah berkembang pesat dan memberi kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian nasional menurut Menteri Perindustrian, Saleh Husin, adalah industri percetakan dan grafika (http://analisadaily.com, 2015). Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyatakan sebelumnya bahwa pertumbuhan industri percetakan serta reproduksi media skala mikro dan kecil pada triwulan I-2014 terdahulu di Indonesia meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu mencapai 10,17%. Pertumbuhan ini juga disebabkan dengan adanya masa kampanye dan penyelenggaraan Pemilihan Umum 2014 yang lalu. (Adam dalam vivanews, 2014). Berikut tabel pertumbuhan cabang industri terhadap PDB sektor industri.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Cabang Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Terhadap PDB Sektor Industri.

Tahun Pertumbuhan

2011 3,89 %

2012 - 2,89 %

2013 - 0,53 %

2014 3,43 %

Sumber: Laporan Kinerja Kementrian Perindustrian, 2014

Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat untuk industri kertas dan barang dari kertas; percetakan dan reproduksi media rekaman pada tahun 2011 tumbuh sebesar 3,89% namun pada 2 tahun setelahnya, industri tersebut malah mengalami penurunan yang cukup besar. Untuk tahun 2012, penurunan terjadi sebesar 2.89% dan untuk tahun 2013 juga mengalami penurunan meskipun tidak sebesar tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,53%. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan laju pertumbuhan industri percetakan yaitu sempat melemahnya rupiah yang menyebabkan biaya teknologi dan bahan baku percetakan melambung tinggi karena kebanyakan perusahaan masih impor (dalam Victor Mahrizal, 2013, jogja.tribunnews.com). Meskipun data untuk tahun 2013 dan 2014 ini masih bersifat sementara, tahun 2014 adalah tahun dimana perusahaan-perusahaan

(8)

percetakan baru mulai bermunculan dan perusahaan-perusahaan lama terus mengembangkan usahanya.

Meski pertumbuhan industri menjadi satu hal yang positif, tetapi keadaan ini menjadi sebuah ancaman bagi perusahaan-perusahaan yang ada karena kondisi persaingan semakin ketat (Zimmerer, 2008:161). Dalam persaingan yang kini memasuki wilayah global, jika pelaku usaha tidak membedakan diri dengan pesaingnya maka perusahaan akan berada di posisi yang berbahaya (Zimmerer, 2008:161).

Di Indonesia, tercatat sejumlah 492 perusahaan percetakan yang resmi terdaftar pada data Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (KEMENPERIN). Dimana pembagiannya terdapat dalam Tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Jumlah Perusahaan Percetakan Di Indonesia

No Lokasi Jumlah Perusahaan

1 Jawa 434 2 Sumatera 30 3 Bali 11 4 Kalimantan 5 5 Kepulauan Riau 4 6 Sulawesi 3

7 Nusa Tenggara Timur 2

8 Papua 1

9 Maluku 1

10 Kepulauan Bangka Belitung 1

Total 492

Sumber: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2015

Berdasarkan Tabel 1.3 jumlah perusahaan percetakan yang terdaftar paling banyak dalam data Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (KEMENPERIN) adalah Pulau Jawa sebanyak 434 perusahaan. Pulau Sumatera

(9)

sampai saat ini jumlah perusahaan percetakan yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah lebih dari 10.000 perusahaan, hanya saja belum ter-update dalam website resmi Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (KEMENPERIN). Tetapi secara keseluruhan umumnya perusahaan-perusahaan percetakan ini terpusat di Pulau Jawa (Print Media, 2015). Dari sekian banyak perusahaan percetakan yang terdapat di Pulau Jawa, Jawa Timur menjadi provinsi kedua terbanyak untuk keberadaan perusahan-perusahaan tersebut dengan jumlah 108 perusahaan, setelah sebelumnya DKI Jakarta menempati peringkat teratas dengan jumlah 142 perusahaan (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2015).

Jawa Timur mengalami pertumbuhan seiring bertambahnya wirausaha muda yang bergerak di sektor industri kreatif guna untuk memenuhi permintaan pasar terhadap solusi cetak dan percetakan digital (Citra dalam antarajatim, 2015). Menurut Mangara Pangaribuan selaku Chief Executive, Branch Operation II PT Astra Graphia Tbk, Kota Surabaya dinilai memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk industri percetakan karena Surabaya juga menjadi kota terbesar kedua setelah Jakarta dan pintu masuk ke Indonesia Timur (Citra dalam antarajatim, 2015). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Jimmy Yulianto selaku Ketua Umum Persatuan Grafika Indonesia saat memberikan sambutan pada Acara Pembukaan SPE 2015, yang menyatakan bahwa angka pertumbuhan industri grafika di Jawa Timur kini dapat mencapai 16,7% (Indo Trading, 2015).

Di Jawa Timur, terdapat beberapa percetakan yang dinilai terbaik berdasarkan hasil Polling Top Print 2015. Polling ini telah diselenggarakan oleh majalah Print Media Indonesia selama 4 tahun berturut-turut untuk menentukan percetakan (Web, Offset, Digital Press,Outdoor/indoor) terbaik di setiap provinsi di tanah air (Print Media, 2015). Berikut hasil polling percetakan terbaik di Jawa Timur pada Tabel 1.4.

(10)

Tabel 1.4 Hasil Polling Top Print Jawa Timur 2012-2015 Peringkat Tahun 2012 2013 2014 2015 1 Temperina Media Graphika Temprina Media Graphika Temprina Media Graphika Temprina Media Graphika 2 Ramayana Jasuindo Tiga

Perkasa

Antar Surya Jaya (Gramedia)

Paperku

3 Bayu Mandiri Paperku Paperku

Antar Surya Jaya (Gramedia) Sumber: Print Media Indonesia, 2015

Berdasarkan Tabel 1.4 Temperina Media Graphika selama 3 tahun berturut-turut menduduki peringkat 1 hasil Polling Top Print untuk wilayah Jawa Timur. Tetapi menurut Print Media Indonesia sendiri, hasil polling ini belum tentu menjamin bahwa perusahaan yang terpilih merupakan yang terbaik di setiap daerah, karena penentuan polling bergantung pada data pilihan peserta polling yaitu konsumen pengguna jasa perusahaan-perusahaan percetakan yang ada (Print Media Indonesia, 2015).

PT. Okantara adalah salah satu perusahaan yang hadir dalam industri percetakan di Jawa Timur. Perusahaan yang telah mampu menyediakan jasa percetakan besar seperti kebutuhan kampanye, brosur, serta majalah ini sudah berdiri selama 14 tahun. Dengan keadaan dimana pertumbuhan industri percetakan di Jawa Timur terus meningkat, PT. Okantara harus tetap bertahan dalam persaingan yang makin ketat tersebut untuk terus menjaga eksistensinya di dunia industri percetakan khususnya di Jawa Timur. Belum terpilihnya PT. Okantara menjadi salah satu perusahaan terbaik menurut Print Media Indonesia adalah sebuah tolak ukur bahwa masih ada percetakan lain yang dianggap lebih

(11)

bahwa PT. Okantara memiliki tujuan untuk menjadi perusahaan percetakan terbaik yang diakui, sebagaimana yang menjadi visi dari PT. Okantara yaitu ingin menjadi usaha yang maju dan berkembang. Meskipun belum terakui menjadi perusahaan percetakan terbaik, PT. Okantara sendiri selalu mengalami perkembangan ditandai dengan terus bertambahnya nilai transaksi khususnya dengan pemerintah kota dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dimana data dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3 Data Kerjasama PT. Okantara Terhadap Pemerintah Kota dan BUMN.

Sumber: PT. Okantara, 2015

Berdasarkan Gambar 1.3 terlihat bahwa setiap tahunnya, PT. Okantara mengalami peningkatan transaksi. Meskipun begitu, PT. Okantara mengalami penurunun di jumlah nilai pertransaksi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut.

(12)

Gambar 1.4 Data Transaksi Kerjasama PT. Okantara Terhadap Pemerintah Kota dan BUMN.

Sumber: PT. Okantara, 2015

Berdasarkan Gambar 1.4 PT. Okantara meskipun mengalami penurunan nilai per transaksi, tetapi tetap mengalami kenaikan dalam jumlah nilai transaksi per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa PT.Okantara dapat bertahan dan bersaing karena masih dapat melakukan peningkatan transaksi di tiap tahunnya.

Menurut Mohammad Oskar selaku direktur PT. Okantara, tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya, transaksi yang terjadi akan menurun dan hal ini dapat menjadi masalah bagi PT. Okantara. Semakin meningkatnya jumlah transaksi maka semakin banyaknya pula jumlah produksi yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan semakin besar pula tingkat kecacatan yang terjadi pada produk.

(13)

produksi akan berdampak buruk bagi perusahaan, dimana akan banyak waktu yang terbuang serta bertambahnya biaya produksi karena harus memproduksi ulang produk tersebut. Terlebih lagi jika produk cacat sampai ketangan konsumen, ini akan mempengaruhi citra dari perusahaan sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan hilangnya peluang bisnis dimasa mendatang serta menurunnya pangsa pasar (Iqbal, 2004:86). Saat citra perusahaan menurun karena kepuasan konsumen berkurang akibat produk cacat, maka dapat dipastikan konsumen tersebut dapat mencari perusahaan lain yang dianggap memberikan kepuasan yang lebih karena dasar dari loyalitas sendiri terdapat dalam kepuasan pelanggan oleh karena itu saat kepuasaan pelanggan semakin tinggi maka tingkat loyalitas konsumen akan semakin tinggi pula (Ludfi, 2011:133). Oleh karena itu, salah satu cara untuk meminimalisir cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan menghilangkan biaya adalah dengan melakukan pengendalian kualitas (Byung-wan, 2012:98).

Pernyataan tersebut didukung oleh data produksi salah satu jasa yang disediakan PT. Okantara, yaitu brosur dalam periode Mei 2013 sampai dengan April 2015. Dalam data tersebut, ditemukan kenyaatan bahwa masih terdapat sejumlah produk brosur yang cacat. Berikut ditampilkan data produksi dan cacat produk brosur pada Tabel 1.5 berikut.

Tabel 1.5 Data Jumlah Produksi dan Cacat Brosur PT. Okantara periode Mei 2013 – April 2015

Bulan Produksi Cacat Presentase

Mei 2013 28.000 1.272 4,54 % Juni 2013 30.000 1.455 4,85 % Juli 2013 25.000 968 3,87 % Agustus 2013 29.000 1.375 4,74 % September 2013 29.000 1.397 4,81 % Oktober 2013 30.000 1.436 4,78 % Bersambung

(14)

Sambungan

Bulan Produksi Cacat Presentase

November 2013 28.000 1.208 4,31 % Desember 2013 25.000 1.125 4,50 % Januari 2014 30.000 1.439 4,79 % Februari 2014 30.000 1.401 4,67 % Maret 2014 26.000 938 3,60 % April 2014 27.000 1.147 4,24 % Mei 2014 30.000 1.508 5,02 % Juni 2014 28.000 1.349 4,81 % Juli 2014 30.000 1.398 4,66 % Agustus 2014 28.000 1.266 4,52 % September 2014 29.000 1.320 4,55 % Oktober 2014 29.000 1.465 5,05 % November 2014 25.000 984 3,93 % Desember 2014 27.000 1.211 4,48 % Januari 2015 26.000 1.134 4,36 % Februari 2015 27.000 1.268 4,69 % Maret 2015 30.000 1.504 5,01 % April 2015 27.000 1.108 4,10 % Total 673.000 30.676 Sumber: PT. Okantara, 2015

Berdasarkan tabel 1.5 terlihat produksi brosur dalam 2 tahun terakhir berjumlah sebanyak 673.000 lembar. Dalam sebulan, PT. Okantara mampu menghasilkan rata-rata 28.042 lembar, tetapi juga menghasilkan rata-rata 1.278 lembar brosur yang cacat. Tingkat kecacatan tertinggi pada Oktober 2014 yaitu 5,05% dan tingkat kecacatan terendah pada Maret 2014 yaitu 3,60%. Seharusnya tingkat produk cacat dapat ditekan dan perusahaan mampu melakukan proses produksi yang lebih baik karena adanya tingkat kecacatan terendah sebesar 3,16%

(15)

sebesar sebesar 4,57%. Untuk terus dapat bersaing, PT. Okantara harus mencapai kecacatan terendah dan akan lebih baik lagi jika dapat meminimalisir tingkat cacat produk, sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen.

Diterapkannya metode Six Sigma sebagai salah satu metode pengendalian akan digunakan untuk menekan angka kecacatan produk dengan mengetahui faktor-faktor penyebab kecacatan, sehingga meningkatkan kualitas produk. Dengan begitu, PT. Okantara dapat menekan biaya produksi sehingga meningkatkan keuntungan serta mempertahankan serta mengembangkan bisnisnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan studi penelitian dengan judul “ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE

SIX SIGMA PADA PT. OKANTARA”

1.3 Perumusan Masalah

PT. Okantara sebagai salah satu pelaku industri percetakan yang kini beradadalam kondisi meningkatnya pertumbuhan industri grafika ingin mengasilkan produk yang berkualitas untuk semua konsumen sehingga dapat mempertahankan kesetiaan pelanggan. Untuk menjaga kualitas produk tersebut diperlukan suatu pengendalian kualitas yang baik.

Dalam kenyataannya, PT. Okantara memiliki sejumlah kecacatan produk dalam produksinya. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan ini belum mampu menerapkan pengendalian kualitas yang baik. Faktor-faktor penyebab terjadinya cacat pada proses produksi belum diketahui dengan baik oleh perusahaan. Oleh karena itu diperlukan analisis terhadap pengendalian kualitas yang dilakukan oleh PT. Okantara untuk menemukan faktor-faktor utama penyebab kecacatan yang terjadi pada produk, sehingga dapat ditemukan solusi sebagai usulan perbaikanuntuk perusahaan agar kualitas produk yang dihasilkan dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

(16)

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat pertanyaan yang digunakan untuk penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas brosur pada PT. Okantara berdasarkan metode six sigma?

2. Apa saja faktor penyebab timbulnya brosur cacat pada PT. Okantara? 3. Bagaimana upaya pengendalian kualitas yang dapat diterapkan di PT.

Okantara berdasarkan berdasarkan hasil analisis Six Sigma dengan pendekatan DMAIC?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pelaksanaan pengendalian kualitas brosur pada PT. Okantara berdasarkan metode six sigma.

2. Mengetahui apa saja faktor penyebab timbulnya brosur cacat pada PT. Okantara menggunakan metode six sigma.

3. Mengetahui upaya pengendalian kualitas yang dapat diterapkan di PT. Okanatara berdasarkan berdasarkan hasil analisis Six Sigma dengan pendekatan DMAIC.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu manajemen dan menambah kajian mengenai ilmu manajemen khususnya manajemen mutu untuk mengetahui bagaimana metode six sigma yang diterapkan dalam pengendalian kualitas produk pada suatu perusahaan

(17)

1.6.2 Maanfaat Praktis 1) Bagi perusahaan

Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas produknya guna memajukan perusahaan sehingga dapat terus bersaing dan menjaga hubungan dengan konsumen. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan evaluasi dan di aplikasikan ke bagian produksi sehingga menekan angka kecacatan produk yang dihasilkan.

2) Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai sistem manajemen mutu, terlebih lagi dalam manajemen kualitas. Selain itu, penelitian ini juga sebagai wadah pengaplikasian teori dan pengetahuan yang telah penulis dapatkan selama perkuliahan.

3) Bagi perguruan tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan pada brosur hasil produksi PT. Okantara.

2. Penelitian ini dilakukan di Surabaya dengan menggunakan data produksi PT. Okantara.

3. Waktu penelitian dilakukan pada September 2015 – Maret 2016. 4. Data produk yang digunakan periode Mei 2013 – April 2015.

5. Metode yang digunakan adalah six sigma dengan pendekatan DMAIC. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang teori yang menjadi berhubungan dengan variable yang diteliti dan menjadi dasar dalam menguraikan kerangka pemikiran penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang karateristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan pelaksanaan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan sumber data, validitas dan reabilitas serta teknik analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan karateristik responden, hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Gambar

Gambar 1.1 merupakan logo PT. Okantara.
Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. Okantara  Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2015
Tabel 1.1 Tingkat Petumbuhan Bisnis Berdasarkan Grant Thornton Global  Dynamism Index (GDI)
Tabel 1.3 Jumlah Perusahaan Percetakan Di Indonesia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Salah satu teknik ekstraksi ciri yang digunakan dalam program ini adalah menggunakan histogram warna dan citra yang diklasifikasikan adalah citra dengan format warna

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar