• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS PENGARUH KEWAJARAN HARGA, CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PENGGUNA JASA PENERBANGAN DOMESTIK GARUDA INDONESIA DI DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS PENGARUH KEWAJARAN HARGA, CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PENGGUNA JASA PENERBANGAN DOMESTIK GARUDA INDONESIA DI DENPASAR"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PENGARUH KEWAJARAN HARGA, CITRA PERUSAHAAN

TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PENGGUNA

JASA PENERBANGAN DOMESTIK GARUDA INDONESIA

DI DENPASAR

NI PUTU CEMPAKA DHARMADEWI ATMAJA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

(2)

PENGARUH KEWAJARAN HARGA, CITRA PERUSAHAAN

TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PENGGUNA JASA

PENERBANGAN DOMESTIK GARUDA INDONESIA

DI DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI PUTU CEMPAKA DHARMADEWI ATMAJA NIM: 0990661008

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL : 14 JULI 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ketut Rahyuda, SE.,MSIE Drs. Ketut Nurcahya, MM

NIP. 19500130 198303 1001 NIP. 19521210 198303 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr. Ida Bagus Anom Pubawangsa, SE., MM Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K)

(4)

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 14 Juli 2011

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 1194/H14.4/HK/2011Tanggal 24 Juni 2011

Ketua : Prof. Dr. Ketut Rahyuda, SE.,MSIE. Anggota :

1. Drs. Ketut Nurcahya, MM.

2. Prof. Dr. Made Wardana, SE.,MP. 3. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS. 4. IG.A. Ketut Gede Suasana, SE., MM.

(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di

dalam naskah TESIS dengan judul :

”PENGARUH KEWAJARAN HARGA, CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PENGGUNA JASA PENERBANGAN DOMESTIK GARUDA INDONESIA DI DENPASAR”

Tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini

disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah TESIS ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh

(MAGISTER MANAJEMEN) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. (UU NO 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Denpasar,

Mahasiswa,

Nama : Ni Putu Cempaka Dharmadewi Atmaja NIM : 0990661008

PS : Magister Manajemen

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara

nugraha-Nya, tesis dengan judul ” Pengaruh Kewajaran Harga, Citra Perusahaan Terhadap

Kepuasan dan Loyalitas Pengguna Jasa Penerbangan Domestik Garuda Indonesia di

Denpasar ” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini perkenankanlah diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada Prof. Dr. Ketut Rahyuda, SE.,MSIE sebagai pembimbing utama yang penuh perhatian

telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti

program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih

sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Drs. Ketut Nurcahya, MM. sebagai Pembimbing

Pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan

saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas

kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepda penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan

kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr.

A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa

Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa diucapkan

terimakasih kepada Prof. Dr. I Wayan Ramantha, MM.,Ak.,CPA., sebagai Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan untuk mengikuti pendidikan Program

Magister. Pada kesempatan ini , disampaikan rasa terimakasih kepada Dr. Ida Bagus Anom

Purbawangsa, SE.,MM.,sebagai Ketua Program MM Unud. Ungkapan terimakasih

disampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Made Wardana, SE.,MP, Dr. Ni

(7)

memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti

ini.

Pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang tulus disertai penghargaan kepada

seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai

Perguruan Tinggi. Juga diucapkan terimakasih kepada kedua orang tua : I Wayan Sudarma

Putra, SE (Alm) dan Dra. Ni Nyoman Menuh yang telah mengasuh, membesarkan,

memberikan dasar-dasar berfikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang

baik untuk berkembangnya kreativitas. Ucapan terimakasih disampaikan juga kepada suami

tercinta I Gusti Bagus Nyoman Harry Wiguna, serta adik-adik tersayang Ni Made Orchid

Tamara Dewi Atmaja serta I Bagus Aditya Darma Atmaja yang dengan penuh kasih sayang

telah memberikan semangat dan kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis

ini. Akhirnya ucapan terimakasih kepada teman-teman Magister Manajemen angkatan XXII

yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini dengan tepat waktu.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Juli 2011

Penulis,

(8)

ABSTRAK

PENGARUH KEWAJARAN HARGA, CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PENGGUNA JASA PENERBANGAN DOMESTIK

GARUDA INDONESIA DI DENPASAR

Persaingan industri penerbangan di Indonesia tidak hanya disebabkan karena globalisasi, tetapi lebih disebabkan karena pelanggan semakin cerdas, sadar harga dan banyak menuntut. Kemajuan teknologi dan komunikasi juga berperan meningkatkan intensitas persaingan. Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan pertama di Indonesia merasakan dampak dari persaingan jasa penerbangan domestik di Indonesia. Saat ini pangsa pasar Garuda Indonesia untuk penerbangan domestik di Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Lion Air yang berhasil meraih pangsa pasar sebesar 30 persen. Penurunan pangsa pasar salah satunya diakibatkan oleh turunnya kepuasan pelanggan terhadap Garuda Indonesia diakibatkan oleh citra perusahaan yang kurang baik serta tidak terjadinya kewajaran harga oleh pelanggan. Tentu saja hal ini merupakan pembelajaran bagi Garuda Indonesia untuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggannya melalui kewajaran harga dan citra perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kewajaran harga dan citra perusahaan terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan Garuda Indonesia yang berada di Denpasar (Studi pada pengguna jasa penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang penerbangan domestik Garuda Indonesia, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 140 responden dengan

menggunakan teknik penentuan sampel Purposive Sampling. Untuk menjawab masalah

penelitian dan pengujian hipotesis penelitian maka digunakan teknik analisis Structural

Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan bantuan AMOS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kewajaran harga tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, 2) Citra perusahaan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, 3) kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas, 4) kewajaran harga tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, 5) citra perusahaan tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan serta 6) Secara keseluruhan , kepuasan pelanggan adalah satu-satunya konstruk yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan.

Implikasi manajerial dalam penelitian ini adalah Garuda Indonesia seharusnya kembali merencanakan kebijakan harganya, dapat meningkatkan citra perusahaan melalui

advertising, public relation, serta physical image. Garuda Indonesia juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan melalui peningkatan kinerja Garuda Indonesia secara keseluruhan.

Saran yang dalam penelitian ini adalah Garuda Indonesia hendaknya meningkatkan

kualitas periklanan melalui media cetak maupun public relation, Garuda Indonesia

meingkatkan loyalitas pelanggannya melalui perbaikan kinerja secara terus-menerus, dalam penelitian selanjutnya disarankan mengambil populasi penumpang Garuda Indonesia pada penerbangan domestik dan internasional di seluruh Indonesia, serta penambahan konstruk untuk mengidentifikasi lebih mendalam mengenai loyalitas pelanggan melalui penyebaran kuesioner terbuka.

(9)

ABSTRACT

EFFECT OF PRICE FAIRNESS, CORPORATE IMAGE ON CONSUMER SATISFACTION AND LOYALTY IN GARUDA INDONESIA'S DOMESTIC

FLIGHTS SERVICE IN DENPASAR

Competition of airline industry in Indonesia is not only due to globalization, but more because customers are increasingly savvy, price conscious and demanding. Advances in technology and communication also play role to increase the intensity of competition. Garuda Indonesia as the first airline in Indonesia felt the impact of competitive domestic flight services in Indonesia. Currently the market share of Garuda Indonesia for domestic flights in Indonesia get second rank after the Lion Air who earned a market share of 30 percent. Decline in market share caused by the decline in customer satisfaction on Garuda Indonesia that caused by poor corporate image and price unfairness. Of course this is a lesson for Garuda Indonesia to increase customer satisfaction and loyalty through price fairness and corporate image.

This study aims to determine the effect of price fairness and corporate image on customer satisfaction and customer loyalty of Garuda Indonesia's customer in Denpasar (Studies on Garuda Indonesia domestic flight services' customers in Denpasar). The population in this study were all Garuda Indonesia domestic flight passengers, while the sample in this study was 140 respondents using purposive sampling technique for sample determination. To answer the research problem and research hypothesis testing the analytical techniques used Structural Equation Modelling (SEM) using AMOS aid 16.

The results showed that 1) the price fairness does not affect customer satisfaction, 2) Corporate image affects customer satisfaction, 3) customer satisfaction affects loyalty, 4) the prices fairness has no effect on customer loyalty, 5) corporate image does not affect on customer loyalty and 6) overall, customer satisfaction is the only construct that can affect customer loyalty.

Managerial implications of this study is Garuda Indonesia should re-plan the price policies, can improve the corporate image through advertising, public relations, as well as the physical image. Garuda Indonesia also can improve customer satisfaction by improving the overall performance of Garuda Indonesia

The recommendation in this study is Garuda Indonesia should improve the quality of advertising through print media and public relations, Garuda Indonesia improve the loyalty of its customers through improved performance on a continous basis, in future studies are advised to take population Garuda Indonesia passengers on domestic and international flights throughout Indonesia, and the addition of constructs to identify more deeply about the customers loyalty through the deployment of an open questionnaire.

Keywords: Price Fairness , Corporate Image, Customer Satisfaction and Customer Loyalty

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ……… ... i

PERSYARATAN GELAR ………... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PENETAPAN ORISINALISTAS TESIS ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... ... 14

2.1. Harga ... ... 14

2.2. Persepsi kewajaran harga ... ... 16

2.3. Citra perusahaan ... ... 18

2.4. Kepuasan pelanggan ... ... 23

2.5. Loyalitas pelanggan ... ... 26

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 31 3.1 Kerangka Pemikiran………... ... 31

3.2 Kerangka Konseptual ... 33

3.3 Hipotesis Penelitian………... 34

BAB IV METODE PENELITIAN……….. 40

4.1 Rancangan dan Ruang lingkup penelitian..……… ... 40

4.1.1 Rancangan penelitian ... 40

4.1.2 Ruang lingkup penelitian ... 40

4.1.3 Batasan penelitian ... 40

4.2 Variabel Penelitian……….. ... 41

4.2.1 Klasifikasi konstruk/ variabel………... .... 41

4.2.2 Definisi operasional variabel ... 42

(11)

4.3 Prosedur pengumpulan data..….………... .. 46

4.3.1 Jenis data berdasarkan sifatnya……… ... 46

4.3.2 Jenis data menurut sumbernya………... ... 46

4.3.3 Populasi dan sampel penelitian ... 47

4.3.4 Cara Pengukuran Data ... 48

4.4 Instrumen Penelitian ... 49

4.5 Metode analisis data ... 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

5.1 Hasil Penelitian ... 64

5.1.1 Sejarah Garuda Indonesia ... 64

5.1.2 Karakteristik responden……… ... 66

5.1.3 Deskripsi variabel penelitian ... 73

5.1.4 Pengujian Instrumen penelitian……… ... 75

5.1.5 Validitas Konvergen ... 76

5.1.6 Pengujian Model ... 78

5.1.7 Evaluasi Asumsi-Asumsi SEM ... 86

5.1.8 Modifikasi Model ... 89

5.1.9 Evaluasi Asumsi-Asumsi SEM Modifikasi ... 96

5.2 Pembahasan ... 97

5.2.1 Pengaruh Kewajaran Harga terhadap Kepuasan Pelanggan ... 98

5.2.2 Pengaruh Citra Perusahaan terhadap Kepuasan Pelanggan 99 5.2.3 Pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan... 102

5.2.4 Pengaruh Kewajaran Harga terhadap Loyalitas Pelanggan... 103

5.2.5 Pengaruh Citra Perusahaan terhadap Loyalitas Pelanggan ... 104

5.2.6 Pengaruh Citra Perusahaan, Kewajaran Harga terhadap Kepuasan dan Loyalitas pelanggan... 105

5.2.7 Keterbatasan penelitian... 106

5.3 Implikasi Penelitian ... 107

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……… .. 105

6.1 Simpulan.………. ... 109

6.2 Saran………... 110

DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.1 Jumlah Penumpang dan Pangsa Pasar Penerbangan Domestik Di Indonesia

Periode Tahun 2007-2009 ... 5

1.2 Keterlambatan dan Pembatalan Jadwal Penerbangan Domestik Garuda Indonesia ... 9

4.1 Klasifikasi konstruk/Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian ... 42

4.2 Goodness of Index ... 60

5.1 Tingkat Kepuasan Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

5.2 Tingkat Kepuasan Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Frekuensi Penerbangan ... 67

5.3 Tingkat Kepuasan Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Umur ... 67

5.4 Tingkat Kepuasan Pelanggan enerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68

5.5 Tingkat Kepuasan Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 69

5.6 Tingkat Loyalitas Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

5.7 Tingkat Loyalitas Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Frekuensi Penerbangan ... 70

5.8 Tingkat Loyalitas Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Umur ... 71

5.9 Tingkat Loyalitas Pelanggan enerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 71

5.10 Tingkat Loyalitas Pelanggan Penerbangan Domestik Garuda Indonesia Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 72

5.11 Deskripsi Variabel Penelitian ... 73

5.12 Uji Validitas ... 75

5.13 Uji Reliabilitas ... 76

5.14 Regression Weight (Factor Loading) Measurement Model ... 77

5.15 Regression Weight Measurement Model ... 83

5.16 Hasil Uji Goodness of Fit Overall Model Fit ... 86

5.17 Penilaian atas Normalitas Data ... 87

5.18 Hasil Uji Observations Farthest The Centroid (Mahalanois Distance) ... 88

5.19 Hasil Uji Goddness of Fit Model Modifikasi ... 91

5.20 Estimasi Parameter Regression Weight ... 92

(13)

5.12 Hasil Uji Observations Farthest From The Centroid (Mahalanobis Distance)

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Proses Terbentuknya Citra Perusahaan……… ... 21

3.1 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Diagram Alur ... 53

5.1 Measurement Model Kewajaran Harga ... 79

5.2 Measurement Model Citra Perusahaan ... 80

5.3 Measurement Model Kepuasan Pelanggan ... 81

5.4 Measurement Model Loyalitas Pelanggan ... 82

5.5 Structural Equation Model Loyalitas Pelanggan ... 84

5.6 Model Modifikasi Diagram Jalur Pengaruh Kewajaran Harga, Citra Perusahaan terhadap Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan ... 90

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Kuesioner ... 116

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 121

3. Tabulasi Data Ordinal ... 127

4. Analisis Crosstabs ... 130

5. Deskriptif Variabel ... 156

6. SEM ... 160

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pesatnya persaingan industri jasa penerbangan di Indonesia bukan hanya disebabkan

oleh globalisasi, tetapi lebih disebabkan karena pelanggan yang semakin cerdas, sadar harga,

dan banyak menuntut. Kemajuan teknologi komunikasi juga ikut berperan meningkatkan

intensitas persaingan, karena memberi pelanggan akses informasi yang lebih banyak tentang

berbagai macam produk yang ditawarkan. Kondisi tersebut menyebabkan pelanggan

memiliki pilihan yang lebih banyak dalam menggunakan uang yang dimilikinya.

Perubahan teknologi komunikasi, berkembangnya pendidikan dan penghasilan

masyarakat menambah kesadaran konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang baik

menjadi semakin tinggi. Bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan

dan keinginan harus sesuai dengan yang diharapkan sehingga menimbulkan kepuasan. Kotler

(2007: 25) mengartikan tingkat kepuasan sebagai fungsi dari perbedaan antara kinerja yang

dirasakan dengan harapan. Harapan pelanggan dan kinerja yang disampaikan dapat

menyebabkan mengapa dua organisasi pada jenis bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh

pelanggannya. Konteks kepuasan pelanggan pada umumnya harapan yang merupakan

perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Harapan konsumen

dibentuk oleh pengalaman pembelian terdahulu, komentar teman dan kenalannya serta janji

dari perusahaan tersebut. Harapan-harapan pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang

seiring dengan semakin bertambahnya pengalaman pelanggan.

Perusahaan menyadari bahwa kepuasan pelanggan adalah hal yang utama yang harus

dicapai perusahaan untuk mendapatkan loyalitas dari pelanggannya. Penelitian Akbar et al.

(2010) menyatakan bahwa kepuasan merupakan variabel mediasi antara kualitas pelayanan

(17)

loyalitas yang tinggi untuk perusahaan. Kotler et al. (2002:145) menyebutkan ada enam alasan mengapa suatu perusahaan perlu mendapatkan loyalitas pelanggannya. Pertama:

pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi keuntungan besar

kepada perusahaan. Kedua: biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar

dibandingkan menjaga dan mempertahankan pelanggan yang ada. Ketiga : pelanggan yang

sudah percaya pada perusahaan dalam suatu urusan akan percaya juga dalam urusan lainnya.

Keempat: biaya operasi perusahaan akan menjadi efisien jika memiliki banyak pelanggan

loyal. Kelima: perusahaan dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial dikarenakan

pelanggan lama telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan perusahaan. Keenam:

pelanggan loyal akan selalu membela perusahaan bahkan berusaha pula untuk menarik dan

memberi saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.

Meraih loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan bukan hal yang mudah.

Beberapa cara yang dilakukan perusahaan dalam mencapai loyalitas adalah dengan

memberikan harga yang sesuai kepada pelanggan serta pengembangan citra perusahaan.

Virvilaite et al. (2009), menyatakan bahwa harga merupakan salah satu elemen bauran

pemasaran yang paling fleksibel yang dapat dengan cepat berubah, setelah mengubah

karakteristik produk tertentu dan layanan. Keputusan untuk harga paling efektif bila

diselaraskan dengan unsur-unsur bauran pemasaran lain (produk atau jasa, tempat dan

promosi). Consuegra et al. (2007) menyatakan bahwa berjuang untuk menentukan hubungan

antara harga layanan dan loyalitas pelanggan pertama-tama perlu untuk membahas

konsep-konsep seperti kewajaran harga (Price fairness) dan penerimaan harga (Price acceptance).

Virlaite et al. (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara kewajaran harga

dengan loyalitas pelanggan. Consuegra et al. (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa

ada hubungan antara kewajaran harga dengan kepuasan dan loyalitas pada perusahaan jasa.

(18)

memiliki hubungan positif baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui kepuasan

pelanggan) terhadap loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan tidak saja hanya ditentukan oleh kewajaran harga, tetapi juga

ditentukan oleh citra perusahaan. Sutanto (2009) menemukan bahwa untuk mencapai

kepuasan pelanggan maka pengelola industri pelayanan harus memperhatikan citra

perusahaan. Tang (2007) menyatakan bahwa corporate image (citra perusahaan) dapat

dianggap sebagai fungsi dari akumulasi pengalaman pembelian atau konsumsi dan memiliki

dua komponen utama: fungsional dan emosional. Komponen fungsional terkait dengan

atribut nyata yang dapat dengan mudah diukur, sedangkan komponen emosional adalah

terkait dengan dimensi psikologis yang diwujudkan oleh perasaan dan sikap terhadap suatu

organisasi. Perasaan ini berasal dari pengalaman individu dengan organisasi dan dari

pengolahan informasi tentang atribut yang merupakan indikator fungsional tentang gambaran

perusahaan. Kadampully dan Hu (2007) juga menyatakan bahwa untuk mencapai suatu

loyalitas maka dibutuhkan citra perusahaan yang kuat. Penelitian yang dilakukan oleh

Andreassen (1997) menyimpulkan bahwa untuk layanan yang kompleks, citra perusahaan

dan kepuasan pelanggan adalah bukan dua jalur yang terpisah untuk loyalitas pelanggan.

Citra perusahaan berdampak langsung pada loyalitas pelanggan sedangkan tidak berdampak

pada kepuasan pelanggan. Hasil ini menantang paradigma diskonfirmasi yang memprediksi

kepuasan pelanggan sebagai rute utama untuk loyalitas pelanggan.

Maskapai penerbangan di Indonesia yang terdaftar di Departemen Perhubungan saat

ini terdapat 19 perusahaan penerbangan nasional (Wikipedia, 2010) dan 16 perusahaan

penerbangan internasional (Koran Anak Indonesia, 2010). Banyaknya maskapai penerbangan

menyebabkan persaingan antar maskapai penerbangan baik nasional maupun internasional

(19)

Meningkatnya itensitas persaingan juga dibarengi dengan meningkatnya

perekonomian Indonesia yang berdampak positif pada bisnis penerbangan di Indonesia.

Jumlah penumpang pesawat selama 2009 lalu mengalami kenaikan sekitar 17 persen. Data

dari Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

menyebutkan, selama Januari-Desember 2009 jumlah penumpang pesawat udara sebesar

48.514.639 orang atau naik 17 persen dari tahun sebelumnya. Direktur Angkutan Udara

Sunoko mengatakan, angka 48 juta lebih tersebut setelah seluruh maskapai penerbangan

berhasil menerbangkan penumpang domestik sebesar 43.556.083 penumpang dan penumpang

internasional sebanyak 4.958.556 orang (Wartakota.com, 2010). Keadaan ini tentunya

merupakan peluang dari sejumlah maskapai penerbangan di Indonesia untuk meraih pasar

yang lebih besar. Data jumlah penumpang dan pangsa pasar penerbangan domestik periode

Tahun 2007-2009 akan disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Penumpang dan Pangsa Pasar Penerbangan Domestik di Indonesia Periode Tahun 2007 – 2009

No Nama Maskapai Jumlah penumpang 2007 Pangsa pasar Jumlah penumpang 2008 Pangsa pasar Jumlah penumpang 2009 Pangsa pasar (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

1 Lion Mentari Airlines 6.582.300 17,40 9.147.942 22,04 13.371.717 30,70

2 Garuda Indonesia 7.422.739 19,62 7.665.390 18,47 8.397.613 19,28

3 Batavia Air 5.314.485 14,05 4.771.272 11,49 6.097.852 14,00

4 Sriwijaya Air 3.792.955 10,03 4.272.876 10,29 5.466.288 12,55

5 Mandala Airlines 1.731.979 4,58 3.449.218 8,31 3.763.246 8,64

6 Merpati Nusantara Airlines 2.645.952 6,99 2.477.173 5,97 1.951.313 4,48

7 Indonesia Air Asia 1.768.025 4,67 1.503.672 3,62 1.890.334 4,34

8 Maskapai lainnya 8.572.043 22,66 8.220.104 19,80 2.617.721 6,01

Total 37.830.478 100,00 41.507.647 100 43.556.084 100,00 Sumber : INDOFLYER.NET, 2010

Dari data pada Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa ada perebutan pangsa pasar

maskapai penerbangan Lion Mentari Airlines (Lion Air) terhadap Garuda Indonesia. Pada

(20)

penerbangan domestik di Indonesia dengan meraih pangsa pasar sebesar 19,62 persen. Pada

Tahun 2008 dan 2009, Garuda Indonesia menduduki tempat kedua setelah Lion Air walaupun

jumlah penumpang Garuda Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Posisi kedua pangsa pasar Garuda Indonesia setelah Lion Air merupakan dampak dari

kebijakan manajemen Garuda Indonesia yang mempunyai strategi untuk tidak bersaing dalam

harga. Lion Air selama ini mempunyai strategi bersaing menggunakan harga yang lebih

rendah dibanding Garuda Indonesia sehingga mendapatkan pangsa pasar yang paling besar

pada penerbangan domestik. Kebijakan Garuda Indonesia untuk tidak bersaing dengan

menggunakan harga, semestinya menerapkan strategi yang lain untuk menunjang kebijakan

tersebut. Harga tiket penerbangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang pesaing

tentunya harus ditunjang dengan kenyamanan dalam pelayanan dan keamanan yang lebih

baik, sehingga penumpang merasakan suatu kewajaran harga yang berakibat menimbulkan

kepuasan dalam diri konsumen. Selain itu Garuda Indonesia tidak dapat menawarkan rute

penerbangan domestik seperti yang ditawarkan oleh Lion Air. Saat ini Garuda Indonesia

hanya menawarkan 22 rute penerbangan domestik, sedangkan Lion Air menawarkan 27 rute

penerbangan domestik (mdltravel.indonesiatravel.biz).

Perusahaan penerbangan Garuda Indonesia merupakan perusahaan penerbangan

Indonesia yang terbesar di Indonesia. Garuda Indonesia saat ini menghadapi persaingan yang

sangat ketat. Tidak hanya bersaing dalam hal jumlah harga akan tetapi Garuda Indonesia juga

menghadapi persaingan dalam hal citra perusahan. Banyak maskapai penerbangan nasional

maupun internasional berlomba-lomba menurunkan harga atau tarif penerbangan untuk

mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya sehingga Garuda Indonesia harus mempunyai

strategi yang tepat untuk mengahadapi hal tersebut.

”Garuda Indonesia bersaing tidak dalam harga. Dalam situasi kondisi keuangan Garuda Indonesia saat ini, dan menurut pengalaman penerbangan ke Eropa bertahun-tahun

(21)

sebelumnya, sangat sulit melakukan persaingan harga tiket,” Senior General Manager

Europe and Middle East Garuda Indonesia Iswandi Said pada Rakyat Merdeka di Stand

Garuda Indonesia di Vakantiebeurs, Utrecht (Belanda). Menurut Iswandi, bersaing dalam

harga suatu hal yang ”tidak sehat” karena bisa menimbulkan efek sampingan yang sama sekali ”tidak sehat” antara lain, soal kenyamanan dan keamanan bisa terabaikan (Rakyat merdeka, 2010). Garuda Indonesia saat ini memang menawarkan kepada konsumen tarif

penerbangan yang lebih tinggi dibandingkan maskapai penerbangan lainnya dengan

mempertahankan komitmen untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.

Garuda Indonesia yang menawarkan harga tiket yang lebih tinggi dengan

komitmen memberikan pelayanan yang lebih baik, tetapi kenyataannya masih ada

keluhan-keluhan dari pelanggannya. Keluhan pelanggan merupakan indikator dari ketidakpuasan

pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan. Keluhan-keluhan tersebut apabila

selalu terjadi terus menerus tanpa memberikan solusi yang tepat bagi pelanggannya, maka

bukan tidak mungkin pelanggan yang tidak puas akan beralih pada perusahaan lainnya.

Beralihnya pelanggan ke perusahaan pesaing merupakan indikator bahwa pelanggan tidak

memiliki loyalitas terhadap perusahaan yang akan menyebabkan kerugian di masa yang akan

datang.

Keluhan pelanggan Garuda Indonesia cenderung dikarenakan masalah

keterlambatan jadwal penerbangan (www.geocities.ws). Ketidaktepatan waktu Garuda

Indonesia melayani penerbangan domestik tentu saja membuat para pelanggan merasakan

tidak nyaman dan tidak puas. Keterlambatan tidak hanya membuat pelanggan merasakan

tidak nyaman tetapi juga dapat menyebabkan kerugian material maupun non material.

Kerugian material bisa karena penumpang menukarkan tiketnya dengan nomor penerbangan

lain dan harus membayar kembali atas penggantian tiket, sedangkan kerugian non material

(22)

untuk menikmati pelayanan penerbangan Garuda Indonesia. Tanpa adanya kepuasan maka

loyalitas akan sulit didapatkan dari pelanggannya.

Ketidaktepatan jadwal penerbangan merupakan penyebab turunnya kepasan pelanggan

Garuda Indonesia. Keterlambatan dan pembatalan penerbangan Garuda Indonesia di sejumlah

Bandara di Indonesia untuk penerbangan domestik dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2

Keterlambatan dan Pembatalan Jadwal Penerbangan Domestik Garuda Indonesia

Tanggal Nomer

Pesawat Jurusan

Jadwal Seharusnya Jadwal Senyatanya

Penyebabn Solusi Keberangkatan Pendaratan Keberangkatan Pendaratan

14-Mei-10 GA 419

Denpasar -

Jakarta Pkl 07.39 WITA Batal

Kerusakan hidrolik pesawat Dialihkan ke GA 403, GA 405, DAN GA 407 06-Agust-10 GA 404 Denpasar -

Jakarta Pkl 13.05 WITA PKL 14.25 WITA

Listrik Padam di Bandara Soekarno Hatta 07-Agust-10 GA 406 Denpasar -

Jakarta Pkl 14.15 WITA PKL 14.55 WITA

Listrik Padam di Bandara Soekarno Hatta

04-Sep-10 GA 239 Jakarta - Solo Pkl. 9.30 WIB Pkl. 09.50 WIB

Menunggu Anggota DPR

07-Nop-10 GA 172

Jakarta -

Pekanbaru Pkl 09.10 WIB Return to Base

Kerusakan teknis pesawat Dialihkan ke GA 173 07-Nop-10 GA 173 Jakarta -

Pekanbaru Pkl 09.10 WIB PKL 12.30 WIB

Pemeriksaan Pesawat

23-Nop-10 GA 312

Banjarmasin -

Jakarta Pkl 07.55 WIB Pkl 07.50 WIB

Keterlambatan Kru Pesawat 23-Nop-10 GA 112 Jakarta -Palembang Pkl 07.25 WIB Batal Perubahan sistem operasional Garuda Indonesia Penggantian Tiket 23-Nop-10 GA 115 Palembang-

Jakarta Pkl 09.25 WIB Batal

Perubahan sistem operasional Garuda Indonesia Penggantian Tiket 07-Jan-11 GA 323 Surabaya -

Jakarta Pkl 17.35 WIB Return to Base

Kerusakan teknis pesawat

13-Jan-11 GA 310

Jakarta-

Denpasar Pkl 10.00 WITA Pkl. 11.30 WIB

Pengalihan pendaratan Pesawat di Bandara Juanda-Surabaya

27-Jan-11 GA 239 Solo-Jakarta Pkl 07.35 WIB Pkl 09.25 WIB

Cuaca buruk di

Solo

(23)

Data Tabel 1.2 dinyatakan bahwa Garuda Indonesia pernah mengalami beberapa

keterlambatan bahkan pembatalan jadwal penerbangan domestik di beberapa Bandara di

Indonesia. Ketidaktepatan jadwal penerbangan tidak saja diakibatkan oleh faktor eksternal

seperti pengaruh cuaca, alam serta pengaruh fasilitas bandara tetapi juga diakibatkan oleh

pengaruh internal seperti kerusakan teknis pesawat, keterlambatan kru pesawat dan kerusakan

sistem operasional. Tentu saja pengaruh internal tersebut harus segera ditanggapi serius oleh

pihak Garuda Indonesia untuk dapat memberikan solusi yang tepat dalam mempertahankan

kualitas pelayanannya.

Pelayanan yang tidak sesuai dengan janji Garuda Indonesia akan mempengaruhi

citra Garuda Indonesia di masa yang akan datang sehingga Garuda Indonesia harus

memperbaiki diri untuk mendapatkan kepuasan dan loyalitas pelanggannya. Ditengah

upayanya melakukan berbagai perbaikan yang dikenal sebagai restrukturisasi perusahaan,

dimana secara makro tujuan yang ingin dicapai adalah membangun kembali citra Garuda

Indonesia menjadi perusahaan yang kini lebih baik dan diterima oleh masyarakat pengguna

jasa.

Citra Garuda Indonesia di Internasional juga sempat buruk setelah pemerintah Uni

Eropa memberlakukan larangan terbang bagi beberapa perusahaan penerbangan Indonesia

termasuk Garuda Indonesia, tetapi belum lama ini Garuda Indonesia membangun kembali

corporate image di mata dunia dengan kembali membuka rute penerbangan ke Eropa

(Jakarta-Amsterdam) dengan penampilan logo dan citra baru dengan nama Garuda

experience. Upaya-upaya yang telah dilakukan Garuda Indonesia dalam meraih berbagai sasaran usaha turut membantu menciptakan citra perusahaan yang kuat salah satunya adalah

melalui periklanan. Hal ini tercermin dari berbagai penghargaan seperti Best Brand Award

dan Indonesia’s Most Admired Companies. Sebagai maskapai nasional, Garuda Indonesia juga berkomitmen untuk selalu bertanggung jawab melakukan berbagai macam program

(24)

sosial di Indonesia. Garuda Indonesia yang berusaha memperbaiki corporate image dan meningkatkan kenyamanan dan keamanan penumpangnya sehingga memberikan kewajaran

harga yang diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka pokok

permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah pengaruh kewajaran harga terhadap kepuasan pengguna jasa

penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar?

2) Bagaimanakah pengaruh citra perusahaan terhadap kepuasan pengguna jasa

penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar?

3) Bagaimanakah pengaruh kepuasan pengguna jasa penerbangan terhadap loyalitas

pengguna jasa penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar?

4) Bagaimanakah pengaruh kewajaran harga terhadap loyalitas pengguna jasa

penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar?

5) Bagaimanakah pengaruh citra perusahaan terhadap loyalitas pengguna jasa

penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar di Denpasar?

6) Bagaimanakah pengaruh kewajaran harga dan citra perusahaan terhadap kepuasan dan

loyalitas pengguna jasa penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian

adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui pengaruh kewajaran harga terhadap kepuasan pengguna jasa

penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar.

2) Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan terhadap kepuasan pengguna jasa

(25)

3) Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pengguna jasa penerbangan terhadap loyalitas

pengguna jasa penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar.

4) Untuk mengetahui pengaruh kewajaran harga terhadap loyalitas pengguna jasa

penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar.

5) Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan terhadap loyalitas pengguna jasa

penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar.

6) Untuk mengetahui pengaruh kewajaran harga dan citra perusahaan terhadap kepuasan

dan loyalitas pengguna jasa penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1) Manfaat secara teoritis

(1) Bagi khasanah ilmu pengetahuan

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi tambahan

dalam bidang ilmu manajemen pemasaran, khususnya dalam aspek kewajaran

harga, citra perusahaan, kepuasan dan loyalitas konsumen.

(2) Bagi mahasiswa

Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan, wawasan, dan pertimbangan apabila melakukan penelitian yang

berkaitan dengan penelitian ini.

2) Manfaat secara praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi mengenai hubungan

antara kewajaran harga, citra perusahaan, kepuasan dan loyalitas sehingga bermanfaat bagi

pihak Garuda Indonesia dalam membuat kebijakan dalam upaya menciptakan kepuasan

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Harga

Secara sederhana istilah harga menurut Tjiptono dkk. (2008: 67) dapat diartikan

sebagi sejumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek lain (non moneter) yang mengandung

utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk.

Keputusan mengenai harga tidak mudah dilakukan. Di satu sisi harga yang cukup

mahal dapat meningkatkan laba jangka pendek, tetapi disisi lain akan sulit dijangkau

konsumen. Pada kasus tertentu mengundang campur pemerintah untuk menurunkannya.

Selain itu marjin laba yang besar cenderung menarik para pesaing untuk masuk ke industri

yang sama. Harga yang terlampau murah menyebabkan pangsa pasar dapat melonjak, akan

tetapi, marjin kontribusi dan laba bersih yang diperoleh dapat jadi amat kecil, bahkan tidak

dapat untuk mendukung pertumbuhan atau ekspansi organisasi.

Kotler dan Armstrong (2001: 56) dalam arti sempit mengartikan harga sebagai jumlah

uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah dari

sejumlah nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan

produk atau jasa tersebut. Dimasa lalu harga telah menjadi hal penting yang mempengaruhi

pilihan pembeli. Harga adalah satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan

pendapatan, semua elemen lainya mewakili harga. Harga juga salah satu elemen yang

fleksibel dari bauran pemasaran. Tidak seperti sifat-sifat produk dan komitmen jalur

distribusi, harga dapat berubah dengan cepat. Pada saat yang sama, penetapan harga dan

(27)

Tjiptono dkk. (2008:67) mengungkapkan harga sebagai salah satu elemen bauran

pemasaran yang membutuhkan pertimbangan cermat, hal ini dikarenakan adanya sejumlah

dimensi strategik harga dalam hal:

1)Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value). Nilai

adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan biaya-biaya

yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk.

2)Harga merupakan aspek yang tampak jelas bagi para pembeli. Bagi konsumen yang

tidak terlalu paham hal-hal teknis pada pembelian produk otomotif dan elektronik,

kerap kali harga menjadi satu-satunya faktor yang mereka dapat mengerti. Tidak

jarang pula harga dijadikan semacam indikator kualitas.

3)Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan (the law

of demand), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas produk

bersangkutan dan sebaliknya. Meskipun demikian, semua itu tidak selalu berlaku pada

semua situasi. Pada kasus tertentu seperti mobil mewah, harga yang mahal malah

diminati oleh pelanggan.

4)Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satu-satunya

unsur bauran pemasaran yang mendapatkan pemasukan bagi perusahaan yang pada

gilirannya berpengaruh pada besar kecinya laba dan pangsa pasar yang diperoleh.

Unsur bauran pemasaran lainnya, seperti produk, distribusi dan promosi malah

mengeluarkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit.

5)Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan cepat. Dari empat unsur

bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan

(28)

6)Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Konsumen cenderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas produk. Harga yang mahal

dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya. Karena itu, tidaklah

mengherankan jika harga dikatakan speciality products (seperti parfum ternama,

busana rancangan desainer terkenal, arloji rolex, mobil mewah, restoran ekklusif dan

sejenisnya) sangat mahal.

7)Harga merupakan masalah nomer satu yang dihadapi para manajer.

2.2 Persepsi kewajaran harga

Xia et al. (2004) mengukapkan bahwa penilaian dari kewajaran harga kemungkinan besar didasarkan pada perbandingan transaksi yang melibatkan berbagai pihak. Ketika

dirasakan terjadi perbedaan harga, maka tingkat kesamaan antara transaksi merupakan unsur

penting dari penilaian kewajaran harga. Penilaian kewajaran juga tergantung pada berapa

besar komperatif pihak yang terlibat dalam transaksi.

Salah satu dasar dari persepsi kewajaran menurut Consuegra et al. (2007) yaitu prinsip

hak ganda, yang menunjukan bahwa salah satu pihak harus tidak menguntungkan dengan

menyebabkan kerugian dari pihak lain. Ketika perusahan menggunakan permintaan

konsumen yang lebih tinggi untuk keuntungan sendiri dengan kenaikan harga, konsumen

akan merasa dieksploitasi dan karenanya memandang harga sebagai tidak wajar. Menurut

Kahneman et al. (1986) pada prinsip hak ganda sebagian besar konsumen percaya bahwa

mereka berhak mendapatkan referensi harga dan perusahan berhak mendapat keuntungan

referensi, dimana kenaikan harga sepadan dengan kenaikan biaya yang akan dianggap wajar

(ceterius paribus).

Consuegra et al. (2007) mendefinisikan kewajaran sebagai suatu penilaian untuk

suatu hasil dan proses agar mencapai hasil yang masuk akal dan dapat diterima. Aspek

(29)

prosedur harga yang terkait dengan standar, referensi atau norma. Sesuai dengan penelitian

ini menurut Consuegra et al. (2007) kewajaran harga dapat diukur dengan beberapa atribut

sebagai berikut :

1) Pelanggan merasa membayar harga yang wajar pada setiap transaksi pembelian.

2) Referensi tingkat harga, dimana pelanggan merasa wajar jika suatu produk atau jasa

yang sama jenisnya dari perusahaan yang berbeda ditetapkan dengan harga yang

berbeda.

3) Kebijakan harga yang ditentukan oleh perusahan adalah hal yang wajar dan dapat

diterima oleh pelanggan.

4) Harga yang ditetapkan merupakan sebuah etika, dimana pelanggan selalu diberitahu

mengenai perubahan harga yang akan dilakukan oleh perusahaan sebelum harga yang

baru ditetapkan.

2.3 Citra Perusahaan

Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada publik sasaran

berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra stimulus adanya pengelolaan upaya yang

perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya

dalam mewujudkannya pada obyek dan mendorong prioritas pelaksanaan.

Sutisna (2001) menyatakan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek

yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Alma (2002)

menyatakan bahwa citra didenifisikan sebagai kesan yang diperoleh sesuai dengan

pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Menurut Davies et al. dalam Vera

(2006) dikatakan bahwa citra diartikan sebagai pandangan mengenai perusahaan oleh para

pemegang saham eksternal, khususnya oleh para pelanggan. Definisi citra menurut Renald

Kasali dalam Iman (2010) yaitu kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan.

(30)

lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber

terpercaya.

Citra perusahaan dapat menjadi informasi ekstrinsik petunjuk bagi pembeli baik yang

ada dan potensi dan mungkin atau tidak dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan (misalnya

kesediaan untuk memberikan kata positif dari mulut ke mulut). Citra Perusahaan diasumsikan

berdampak akibat pada pilihan pelanggan perusahaan ketika atribut pelayanan sulit untuk

dievaluasi, maka citra perusahaan didirikan dan dikembangkan di benak konsumen melalui

komunikasi dan pengalaman. Citra perusahaan yang diyakini untuk menciptakan efek halo

pada penilaian kepuasan pelanggan (Andreassen et al., 1997)

Menurut Iman (2010) terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu kesan obyek, proses

terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang

terdiri atas sekelompok orang di dalamnya. Citra dapat terbentuk dalam memproses informasi

yang tidak menutup kemungkinan terjadinya citra pada obyek dari adanya penerimaan

informasi setiap waktu.

Pentingnya citra perusahaan dikemukakan Sutisna (2001) sebagai berikut.

1) Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif

memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan mecapai tujuan secara

efektif sedangkan citra negatif sebaliknya.

2) Sebagai penyaring yang mempengaruhipersepsi pada kegiatan perusahaan. Citra

positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil. Kualitas teknis atau fungsional

sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut.

3) Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan

(31)

4) Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Citra

perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap karyawan terhadap

perusahaan.

Sutisna (2001) mengatakan satu hal yang dianalisis mengapa terlihat ada masalah

citra perusahaan adalah organisasi dikenal atau tidak dikenal. Dapat dipahami

ketidakterkenalan perusahaan menunjukan citra perusahaan yang bermasalah. Masalah citra

perusahaan tersebut, dalam keberadaannya berada dalam pikiran dan atau perasaan

konsumen. Berdasarkan pendapat tersebut, keberadaannya citra perusahaan bersumber dari

pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya

terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari

pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan anatar konsumen dengan

perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi citra perusahaan yang bersumber dari upaya

komunikasi perusahaan.

Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et al. dalam Iman (2010)

diperlihatkan gambar sebagai berikut.

Gambar 2.1

Proses Terbentuknya Citra Perusahaan

Sumber : Hawkins et al.dalam Iman (2010)

Berdasarkan Gambar 2.1 proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung beberapa

tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan

Exposure Attention Image

Comprehensive

(32)

perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya perusahaan

tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada

upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra pada obyek yang kemudian tahap kelima

citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam

hubungannya dengan perusahaan.

Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan

memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai

informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan obyek sasaran. Renald Kasali

dalam Iman (2010) mengemukakan pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak

lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna.

Harrison dalam Iman (2010) informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan

meliputi empat elemen sebagai berikut.

1) Personality, keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung

jawab sosial.

2) Reputation, hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan

transaksi sebuah bank.

3) Value, Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan

yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan.

4) Corporate Identity, komponen-komponen yang mempermudah pengenalan publik sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna dan slogan.

Pengalaman yang baik dari konsumen atas penggunaan produk yang dihasilkan

(33)

pada saat itulah akan terbentuk apa yang disebut citra korporasi atau citra perusahaan.

Andreassen et al.(1997) menyatakan bahwa faktor-faktor pembentuk citra perusahaan adalah:

1) Advertising adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan.

2) Public Relation adalah usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan

masyarakatnya. Pendapat ini menunjukkan bahwa public relation dianggap sebuah

proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan

pihak luar organisasi

3) Physical image adalah bukti fisik yang dapat memberikan citra diri bagi perusahaan di mata konsumennya.

4) Actual experience adalah pengalaman yang langsung dirasakan oleh pelanggan dalam mengkonsumsi barang dan jasa.

2.4 Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan terus berlanjut sebagai sebuah topik yang seringkali diteliti oleh

perusahaan, karena kepuasan pelanggan merupakan suatu daerah kehidupan setiap

perusahaan, dimana kepuasaan pelanggan menjadi salah satu elemen penting dalam

meningkatkan kinerja pemasaran dalam suatu perusahaan atau organisasi. Sebagai

konsekuensi, para teoritikus terus mengembangkan model-model dan metode terbaru yang

dapat menguak informasi penting tentang kepuasan pelanggan.

Menurut Kotler dan Armstrong (2001) kepuasan pelanggan tergantung pada perkiraan

kinerja produk dalam memberikan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Jika kinerja produk

jauh lebih rendah dari harapan pelanggan, pembeli tidak terpuasakan. Jika kinerja sesuai

(34)

Boone dan Kurtz (2007) mengartikan kepuasan pelanggan sebagai hasil dari barang

atau jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan dan harapan pembeli. Konsep dari barang

atau jasa yang memberikan kepuasan pembeli karena bisa memenuhi atau melebihi harapan

mereka adalah hal yang penting bagi operasi perusahaan. Sebuah perusahaan yang gagal

untuk memenuhi kepuasan pelanggan dibandingkan dengan kompetitornya tidak akan

bertahan di bisnis dalam waktu yang lama.

Perusahaan terkemuka akan mencari cara sendiri untuk mempertahankan kepuasan

pelanggannya. Pelanggan yang merasa puas akan kembali membeli, dan mereka akan

memberitahu yang lain tentang pengalaman baik mereka dengan produk tersebut. Kuncinya

adalah menyesuaikan harapan pelanggan dengan kinerja perusahaan. Perusahaan yang pintar

bermaksud untuk memuaskan pelanggan dengan hanya menjanjikan apa yang dapat mereka

berikan, kemudian memberikan lebih bayak dari apa yang mereka janjikan.

Kana (2001) menyatakan bahwa terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan

beberapa manfaat, di diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggan menjadi

harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan memberikan rekomendasi

dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang merupakan dasar dari terciptanya loyalitas

pelanggan.

Kotler dan Keller (2007:27) mengatakan bahwa pelanggan yang puas pada umumnya:

1) Lebih lama setia.

2) Membeli lebih banyak, ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan

meningkatkan produksi yang ada.

3) Membicarakan hal-hal yang menyenangkan tentang perusahaan dan

produk-produknya.

4) Tidak banyak memberi perhatian padaa merek pesaing.

(35)

6) Menawarkan ide nilai produk atau layanan pada perusahaan.

7) Lebih sedikit biaya untuk melayani pelanggan ini ketimbang pelanggan baru

karena transaksinya bersifat rutin.

Menurut Tjiptono (2000) untuk mengidentifikasi, mengukur atau memantau kepuasan

pelanggan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara:

1) Sistem keluhan dan saran, misalnya menyediakan kotak saran dan keluhan, atau

komentar, customer hot lines, memperkerjakan petugas pengumpul pendapat atau

keluhan konsumen.

2) Survei kepuasan pelanggan, survey bisa dilakukan dengan kuisioner (dikirim

lewat pos atau dibagikan pada saat pelanggan berbelanja), lewat telepon, e-mail,

faks atau wawancara langsung.

3) Lost Customer Analysis, perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli dari perusahaan atau mereka yang telah beralih pemasok.

4) Chost shopping (misteri shopping), perusahaan menggunakan ghost shoppers

untuk mengamati kekuatan dan kelemahan produk serta pelayanan perusahaan dan

pesaing.

5) Sales related methods, kepuasan pelanggan diukur dengan kriteria pertumbuhan penjualan, pangsa pasar dan resiko pembelian ulang. Metode ini dapat digunakan

dalam penyimpulan kepuasan pelanggan terutama dalam situasi struktur pasar

monopoli, kelebihan permintaan dan pada kasus pelanggan yang enggan atau sulit

pindah pemasok meskipun tidak puas.

6) Customers panels, perusahaan membentuk panel pelanggan yang nantinya dijadikan sampel secara berkala untuk mengetahui apa yang mereka rasakan dari

perpisahan dan semua pelayanan perusahaan. Dalam hal ini anggota panel dapat

(36)

2.5 Loyalitas Pelanggan

Hurriyati (2005: 35) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan memiliki peran penting

dalam sebuah perusahaan, mempertahankan mereka bearti meningkatkan kinerja keuanggan

dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama bagi

sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka. Usaha untuk menperoleh

pelanggan yang loyal tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi melalui beberapa tahapan, mulai

dari mencari palanggan potensial sampai memperoleh partners.

Griffin dalam Hurriyati (2005: 37) mengemukakan loyalty is defined as non random

purchase expressed over time by some decision making unit. Berdasarkan definisi ini dapat dijelaskan loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan

untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu perusahaan

yang dipilih. Sehingga keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila

memiliki pelanggan yang loyal antara lain :

1) Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik palanggan yang

baru lebih mahal).

2) Dapat mengurangi biaya transaksi.

3) Dapat mengurangi biaya trun over pelanggan (karana pergantian pelanggan yang

lebih sedikit).

4) Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar

perusahaan.

5) Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang

loyal juga bearti mereka yang mereka yang merasa puas.

6) Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian, dll).

Griffin dalam Hurriyati (2005:37) juga mengungkapkan karakteristik yang dimiliki

(37)

1) Melakukan pembelian secara teratur (makes regular repeat purchases).

2) Membeli diluar lini produk/jasa (purchases across product and service lines).

3) Merekomendasikan produk lain (refers other).

4) Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (demonstrates

an immunity to be the full of the competition).

Atribut-atribut dalam mengukur loyalitas meliputi :

1) Makes regular repeat purchase, yang menunjukan bahwa pelanggan yang melakukan pembelian secara berulang terhadap perusahaan dalam suatu waktu

tertentu pelanggan yang loyal.

2) Purchase across product and service lines, pelanggan yang loyal tidak hanya membeli satu macam produk saja, melainkan juga membeli atas lini produk dan

jasa lain pada perusahaan yang sama.

3) Refers others, pelanggan yang loyal akan merekomendasi dan mencerminkan hal-hal atas pengalaman positif mengenai produk dan jasa dari perusahaan kepada

rekanya atau pelanggan lain, agar mereka tidak membeli produk dan jasa dari

perusahaan yang lain.

4) Demonstrate on immunity to the pull of competition, pelanggan yang loyal akan kekal terhadap adanya penawaran produk dan jasa perusahaan lain, karena

pelanggan tersebut yakin bahwa produk dan jasa perusahaan yang mereka pilih

adalah yang terbaik dan berbeda dari produk dan jasa perusahaan lain.

Kotler dan Keller (2007:76) dapat mengukur Loyalitas dengan Repeat Purchase

(kesetiaan terhadap pembelian produk); Retention (Ketahanan terhadap pengaruh yang

(38)

Pelanggan untuk menjadi loyal maka harus melalui beberapa tahapan. Seperti yang

diungkapkan Dharmmesta (1999) bahwa loyalitas berkembang mengikuti tiga tahap, yaitu

kognitif, afektif, dan konatif.

1) Tahap pertama: loyalitas kognitif pelanggan yang mempunyai loyalitas tahap

pertama ini menggunakan informasi keunggulan suatu produk atas produk

lainnya. Loyalitas kognitif lebih didasarkan pada karakteristik fungsional,

terutama biaya, manfaat dan kualitas. Jika ketiga faktor tersebut tidak baik,

pelanggan akan mudah pindah ke produk lain. Pelanggan yang hanya

mengaktifkan tahap kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai pelanggan yang

paling rentan terhadap perpindahan karena adanya rangsangan pemasaran.

2) Tahap kedua: sikap loyalitas afektif merupakan fungsi dari kognisi pada periode

awal pembelian (masa sebelum konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap

sebelumnya ditambah dengan kepuasan di periode berikutnya (masa setelah

konsumsi). Munculnya loyalitas afektif ini didorong oleh faktor kepuasan yang

menimbulkan kesukaan dan menjadikan objek sebagai preferensi. Kepuasan

pelanggan berkorelasi tinggi dengan niat pembelian ulang di waktu mendatang.

Pada loyalitas afektif, kerentanan pelanggan lebih banyak terfokus pada tiga

faktor, yaitu ketidakpuasan dengan merek yang ada, persuasi dari pemasar

maupun pelanggan merek lain, dan upaya mencoba produk lain.

3) Tahap ketiga: loyalitas konatif, Konasi ini menunjukkan suatu niat atau komitmen

untuk melakukan sesuatu. Niat merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada

masa sebelum konsumsi) dan sikap pada masa setelah konsumsi. Maka loyalitas

konatif merupakan suatu loyalitas yang mencakup komitmen mendalam untuk

(39)

Biasanya pelanggan menjadi setia lebih dulu pada aspek kognitifnya, kemudian

pada aspek afektif, dan akhirnya pada aspek konatif. Ketiga aspek tersebut biasanya sejalan,

meskipun tidak semua kasus mengalami hal yang sama. Tahapan-tahapan ini berlangsung

lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap karena

setiap tahap memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jika, memperhatiakan masing-masing

tahap dalam memenuhi kebutuhan masing-masing tahap tersebut, perusahan memiliki

(40)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah berdasarkan atas fakta bahwa

maskapai penerbangan Garuda Indonesia berada pada posisi kedua di penerbangan domestik

setelah Lion Air. Persaingan harga yang semakin ketat dengan perusahaan penerbangan yang

lain, membawa Garuda Indonesia untuk mempertimbangkan kembali kebijakan harga yang

ditawarkan sehingga menimbulkan persepsi kewajaran harga pada pelanggan sehingga

menimbulkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Tidak hanya kewajaran harga yang

dipertimbangkan tetapi juga persepsi pelanggan mengenai citra perusahaan yang juga akan

dihubungkan dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Kewajaran harga dan citra

perusahaan selanjutnya dapat secara langsung mempengaruhi loyalitas atau secara tidak

langsung melalui kepuasan pelanggan.

Tjiptono dkk. (2008:67) mengungkapkan harga sebagai salah satu elemen bauran

pemasaran yang membutuhkan pertimbangan cermat. Penelitian Consuegra et al. (2007)

menguatkan pernyataan tersebut dengan melakukan penelitian yang menghubungkan antara

kewajaran harga, kepuasan pelanggan, dan loyalitas sehingga dapat mengintegrasikan

variabel tersebut dalam model Path. Xia et al. (2004) mengukapkan bahwa penilaian dari

kewajaran harga kemungkinan besar didasarkan pada perbandingan transaksi yang

melibatkan berbagai pihak. Ketika dirasakan terjadi perbedaan harga, maka tingkat kesamaan

antara transaksi merupakan unsur penting dari penilaian kewajaran harga. Penilaian

kewajaran juga tergantung pada berapa besar komperatif pihak yang terlibat dalam transaksi.

Garuda Indonesia saat ini menawarkan tiket penerbangan domestik dengan tarif yang lebih

(41)

suatu layanan yang berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan maskapai penerbangan

lainnya. Perbedaan layanan yang dirasakan dapat menimbulkan kewajaran harga di benak

pelanggan. Kewajaran harga yang dirasakan akan menimbulkan kepuasan yang akan

membentuk loyalitas pelanggan dan dapat menimbulkan loyalitas pada pelanggan.

Citra perusahaan dapat menjadi informasi ekstrinsik petunjuk bagi pembeli baik yang

ada dan potensi dan mungkin atau tidak dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan (misalnya

kesediaan untuk memberikan kata positif dari mulut ke mulut). Andreassen et al. (1997)

menyatakan bahwa citra perusahaan diasumsikan berdampak akibat pada pilihan pelanggan

perusahaan ketika atribut pelayanan sulit untuk dievaluasi, maka citra perusahaan didirikan

dan dikembangkan di benak konsumen melalui komunikasi dan pengalaman. Citra

perusahaan yang diyakini untuk menciptakan efek halo pada penilaian kepuasan pelanggan.

Garuda Indonesia membangun citra perusahaan salah satunya dengan menggunakan media

elektonik dan media cetak melalui periklanan. Periklanan akan membentuk persepsi

konsumen mengenai suatu produk sehingga menimbulkan suatu harapan di benak konsumen.

Ketika jasa sulit untuk mengevaluasi, citra perusahaan diyakini menjadi penting faktor yang

mempengaruhi persepsi kualitas, evaluasi kepuasan pelanggan dengan pelayanan, dan

loyalitas pelanggan (Andreassen et al., 1997). Banyak penulis menyatakan bahwa citra

perusahaan yang baik membantu meningkatkan penjualan perusahaan dan pangsa pasarnya

dan untuk membangun dan menjaga hubungan dengan loyalitas pelanggan (Tang, 2007).

3.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka pemikiran maka terbentuklah kerangka konseptual. Kerangka

konseptual sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Consuegra et al. (2007) yang

menganalisis pengaruh kewajaran harga, kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, Sutanto

(42)

H1

H4

H3

H2

H5

menganalisis pengaruh citra perusahaan terhadap loyalitas pelanggan. Sesuai dengan tujuan

dan jumlah variabel yang teridentifikasi, maka dapat dibuat satu konsep model.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis, penelitian sebelumnya dan tujuan dari penelitian maka

hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Hubungan kewajaran harga dengan kepuasan pelanggan.

Menurut Zeithaml (1988) pengertian harga dari konsep kognitif pelanggan

adalah sesuatu yang harus dikorbankan untuk mendapatkan beberapa jenis produk

dan jasa, dimana semakin rendah harga yang dirasakan maka semakin rendah pula

pengorbanan yang dirasakan dan pelanggan lebih puas akan harga yang dirasakan

dari keseluruhan transaksi yang diciptakan. Pelanggan menggunakan harga sebagai

petunjuk pembelian, ini menyiratkan bahwa harga yang lebih rendah atau harga

moneter tidak menjamin kepuasan yang lebih tinggi. Kewajaran Harga (X1) Citra Perusahaan (X2) Loyalitas Pelanggan (Y2) Kepuasan Pelanggan (Y1)

Gambar

Gambar 3.1  Kerangka Konseptual
Gambar 4.1            Diagram Alur  3)  Konversi diagram alur kedalam persamaan
Tabel  5.1  menunjukan  bahwa  tingkat  kepuasan  pelanggan  penerbangan  domestik  Garuda  Indonesia  berdasarkan  jenis  kelamin  mencapai  tingkat  kepuasan  yang  tinggi  yang  dilihat dari jumlah pelanggan yang puas mencapai 63 orang dan yang sangat p
Tabel  5.3    menujukkan  bahwa  tingkat  kepuasan  pelanggan  penerbangan  domestik  Garuda Indonesia berdasarkan umur mencapai tingkat kepuasan yang tinggi yang dilihat dari  jumlah  pelanggan  yang  puas  mencapai  63  orang  dan  yang  sangat  puas  me
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN, BIAYA PERALIHAN, PERSEPSI HARGA, CITRA PERUSAHAAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN YANG DI MEDIASI. OLEH

Judul Skripsi : Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen yang Dilakukan Public Relations Garuda dalam Mempertahankan Citra Perusahaan.. (Studi pada Konsumen Maskapai Penerbangan

Judul Skripsi : Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Citra Perusahaan Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan pada Mc Donald's di Surabaya.. Menyatakan

Tujuan penelitian ini mengetahui kualitas pelayanan, kepuasan penumpang dan loyalitas pelanggan dari Garuda Indonesia serta menganalisis pengaruh kualitas layanan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga , kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan tamu Garuda Citra Hotel Medan.. Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga , kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan tamu Garuda Citra Hotel Medan.. Penelitian ini

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan, harga dan citra merek terhadap kepuasan pelanggan guna meningkatkan loyalitas pelanggan pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra merek, harga terhadap loyalitas pelanggan dengan kepuasan sebagai variabel intervening pada pelanggan Indomie Goreng di