• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI SITOTOKSIK SENYAWA ALKALOID DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI SITOTOKSIK SENYAWA ALKALOID DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jkpk

ISSN 2503-4154 (online)

33

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI SITOTOKSIK SENYAWA

ALKALOID DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.)

Fitriyani

*

, Dewi Kusrini, dan Enny Fachriyah

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

*Keperluan korespondensi, telp: 085643559247, email: fitriyanichemistry@gmail.com Received: July 22, 2016 Accepted: August 15, 2016 Online Published: August 31, 2016

ABSTRAK

Mindi (Melia azedarach L.) dari suku Meliaceae merupakan salah satu jenis

tanaman yang memiliki beberapa golongan senyawa salah satunya alkaloid. Daun Mindi (Melia azedarach L.) telah diekstrak dengan pelarut etanol 96% secara maserasi untuk penapisan fitokimianya. Alkaloid dapat diisolasi dari ektrak metanol-air daun Mindi dengan cara penggaraman yang kemudian diekstraksi dengan eluen etil asetat. Pemisahan alkaloid dengan KLT preparatif menggunakan eluen etil asetat:kloroform (6:4) dan uji kemurniannya dengan metode KLT berbagai eluen tunggal, campuran, dan dua dimensi. Analisis struktur terhadap isolat alkaloid menggunakan spektro meter UV-Vis, FT-IR, dan LC-MS serta uji sitotoksik ekstrak alkaloid dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Identifikasi isolat alkaloid menggunakan spektrometri UV-Vis menunjukkan alkaloid golongan indol, dengan panjang gelombang 220 nm dan 270 nm. Analisis menggunakan spektrometri FTIR menunjukan isolat alkaloid memiliki gugus fungsi N-H, O-H, CH3, CH2, C=C aromatik, C-N, dan C=O, dan analisis dengan LC-MS isolat alkaloid memiliki berat molekul 290,45 g/mol. Hasil uji sitotoksik ekstrak alkaloid menunjukkan LC50 sebesar 21,273 ppm, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak alkaloid bersifat sangat sitotoksik.

Kata kunci: Mindi (Melia azedarach L.), alkaloid indol, BSLT

ABSTRACT

Mindi (Melia azedarach L.) from Meliaceae tribe is one kind of plant that has several classes of compounds, one is alkaloid. The Mindi leaf has been extracted using a solvent of 96% ethanol by maseration method for elucidation of its fitochemistry. Alkaloid can be isolated from methanol-water extract of mindi leaf by salting extracted with ethyl acetate eluent. Separation of alkaloids was performed by preparative TLC using the eluent ethyl acetate: chloroform (6:4) and test its purity by TLC method using eluent single variety, mix, and two-dimensional. Structure analysis of the alkaloid isolates were carried out using UV-Vis spectrophotometer, FT-IR, and LC-MS as well as test cytotoxic alkaloid extrac usingt BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method. Identification of the alkaloid isolates using UV-Vis spectrometry showed that indole-group alkaloid has wavelengths of 220 nm and 270 nm. Analysis using FTIR spectrometry showed that alkaloids isolate has a functional group N-H, O-H, CH3, CH2, C = C aromatic, C-N and C = O. The isolat has a molecular weight of 290.45 g / mol by analysis using LC-MS. The cytotoxic test showed that LC50 of alkaloid extract of 21.273 ppm, so that it can be concluded that the alkaloid extract is highly cytotoxic.

Keywords: Mindi (Melia azedarach L.), indole alkaloids, BSLT .

(2)

PENDAHULUAN

Tanaman mindi (Melia azedarach L.)

adalah salah satu tanaman berfamili Meliaceae, yang merupakan tanaman asli dari Mexico dan Argentina. Tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia yang beriklim tropis [7]. Dalam kehidupan sehari-hari,

tanaman mindi digunakan secara

tradisional untuk obat malaria, diabetes, batuk, penyakit kulit, dan lain-lain [3]. Penelitian lain menyatakan bahwa ekstrak daun mindi memiliki aktivitas sebagai

antibakteri, antioksidan, analgesik [2],

antidiabetes, antihipertensi, antireumatik [7], insektisida, rodentisida, dan fungisida [6].

Pada daun mindi terdapat kandungan metabolit sekunder antara lain alkaloid, tannin, saponin, fenolik, glikosida, steroid, terpenoid dan flavonoid [1]. Berdasarkan

kemotaksonomi tanaman Dysoxylum

binectanferum (Meliceae) yang telah

teridentifikasi mengandung senyawa

alkaloid yaitu chromene alkaloid dan rohitukine.

Penelitian yang dilakukan

menyebutkan bahwa tanaman mindi

memiliki aktivitas sebagai antikanker,

dengan IC50 range of 8.18- 60.10 ppm. Daun dari tanaman mindi belum banyak diteliti, oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan isolasi, identifikasi, dan uji sitotoksik senyawa alkaloid dari daun mindi.

Berdasarkan informasi di atas,

penelitian mengenai isolasi alkaloid,

penentuan struktur, dan uji aktivitasnya belum banyak dilakukan. Penelitian ini akan dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan alkaloid, serta aktivitas sitotoksik

ekstrak alkaloid pada daun Mindi. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis senyawa alkaloid yang terkandung dalam

daun Mindi (Melia azedarach L.) dan uji

sitotoksiknya.

METODE PENELITIAN

Alat dan bahan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari rotary evaporator, blender,

neraca analitik, kertas saring,erlenmeyer, pipet tetes,gelas beker, corong gelas, corong pisah, botol vial, pipa kapiler, tabung reaksi, pengaduk kaca, penangas air, cawan penguap, wadah pengembang,

lampu UV, spektrofotometer UV–Vis, FT-IR

(Perkin Elmer Spectrum Version 10.4.00, dan LC-MS.

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini

yaitu daun Mindi (Melia azedarach L.) dari

daerah Purworejo, Jawa Tengah, aquades, etanol 96% teknis, n-heksana teknis, kloroform teknis, etil asetat teknis, plat KLT

silika gel GF254 (Merck), plat KLT Preparatif

silika gel GF254 (Merck), n-heksana p.a.

(Merck), etil asetat p.a. (Merck), asam asetat p.a. (Merck), kloroform p.a. (Merck), metanol p.a. (Merck), asam klorida (Merck),

natrium hidroksida (Merck), pereaksi

dragendorf, pereaksi Mayer.

Ekstraksi senyawa alkaloid: Serbuk daun Mindi sebanyak 1000 g dimaserasi dengan pelarut etanol 96% selama 8 x 24 jam. Ekstrak etanol diuapkan pada kondisi vakum sampai ekstrak kental, selanjutnya dilarutkan dalam metanol dan ditambahkan aquades dengan rasio 1:1, didiamkan selama semalam untuk memisahkan antara

(3)

klorofil dengan filtrat. Simplisa dan ekstrak

yang didapatkan dilakukan analisis

penapisan fitokimia yang meliputi alkaloid, flavonoid, tanin, kuinon, saponin, dan steroid/ triterpenoid.

Isolasi Alkaloid: Fraksi yang berupa metanol–air dilakukan partisi menggunakan n-heksan dan kloroform. Fraksi metanol-air yang didapatkan dilakukan penggaraman menggunakan HCl 2 M hingga pH 3 lalu diekstraksi dengan pelarut etil asetat sehingga didapatkan lapisan asam. Pada

lapisan asam dilakukan penambahan

NH4OH hingga pH 9 kemudian dilakukan

ekstraksi kembali dengan pelarut etil asetat. Setelah itu diuapkan hingga didapatkan ekstrak alkaloid, dan dilakukan pemisahan menggunakan KLT sebagai fase diam

berupa silika gel GF254 dan eluen berupa

etil asetat : kloroform (6:4). Noda yang terbentuk dilakukan uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorf. Noda positif alkaloid dilakukan pemisahan menggunakan KLT preparatif dengan fase diam silika gel

GF254, ketebalan 2 mm dan eluen berupa

etil asetat : kloroform (6:4).

Uji Kemurnian: Uji kemurnian isolat alkaloid dilakukan dengan KLT berbagai pelarut tunggal (etil asetat, etanol, n-heksana), campuran (etil asetat:etanol (7:3), etil asetat:etanol (8:2), etil asetat:n-heksana (7:3), etil asetat:n-asetat:n-heksana (8:2)), juga KLT dua dimensi (etil asetat: etanol (9:1) dan etil asetat: n-heksana (9:1)) hingga diperoleh satu noda.

Karakterisasi Isolat Alkaloid: Untuk mengetahui struktur isolat alkaloid yang

didapatkan, dilakukan analisis

menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FT-IR, dan LC-MS.

Uji Aktivitas: Telur Artemia salina

dimasukkan di dalam air garam selama 2 x

24 jam. Suhu penetasan adalah ± 25-300C

dan pH ± 6-7. Telur akan menetas setelah

18–24 jam dan larvanya siap untuk uji BSLT. Sampel dari ekstrak alkaloid diambil 62,5 mg, dilakukan pengenceran dengan konsentrasi 1000, 100, dan 10 ppm. Pengujian dilakukan dengan memasukkan

10 ekor larva Artemiasalina berumur 48 jam

ke dalam botol vial yang telah berisi larutan ekstrak alkaloid. Setelah 24 jam, jumlah larva yang mati dihitung dan dilakukan analisis probit untuk menentukan aktivitas LC50 ([5].

PEMBAHASAN

Penapisan fitokimia berfungsi untuk mengetahui keberadaan golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam simplisia serbuk maupun di dalam ekstrak etanol. Penapisan fitokimia yang

dilakukan secara kualitatif dengan

mengidentifikasi keberadaan suatu

senyawa tanpa menentukan kadarnya. Prinsip penapisan fitokimia ialah analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik dengan reagen yang memberikan

uji spesifik terhadap golongan kimia

tertentu. Golongan yang diidentifikasi pada penelitian ini antara lain alkaloid, flavonoid,

tanin, saponin, kuinon, steroid dan

triterpenoid. Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa penapisan fitokimia pada serbuk dan ekstrak etanol daun Mindi mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon dan steroid. Hasil

(4)

penapisan fitokimia yang diperoleh berbeda dengan penelitian yang dilakukan [1] yang melaporkan dalam ekstrak etanol daun mindi mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, tannin, saponin, fenolik, glikosida, steroid, terpenoid dan flavonoid.

Tabel 1. Hasil uji fitokimia daun Mindi

Uji Fitokimia Serbuk Ekstrak

Alkaloid + + Saponin + + Flavonoid + + Tanin + + Kuinon + + Steroid + + Triterpenoid - -

Proses isolasi alkaloid dari ekstrak

metanol-air dilakukan dengan reaksi

penggaraman menggunakan HCl 2M untuk membentuk garam alkaloid, karena alkaloid

bersifat basa sehingga apabila

ditambahkan dengan asam akan

membentuk garam. Garam alkaloid ini kemudian diekstraksi dengan pelarut etil

asetat, untuk memisahkan senyawa

alkaloid dengan senyawa yang bukan alkaloid, karena alkaloid terikat pada lapisan asam ini. Untuk membebaskan alkaloid dari bentuk garamnya, maka

ditambahkan NH4OH sampai suasana

menjadi basa, sehingga alkaloid akan terbentuk menjadi basa alkaloid kembali. Lapisan ini kemudian diekstraksi kembali dengan pelarut etil asetat, selanjutnya diuapkan hingga terbentuk ekstrak alkaloid. Untuk mengetahui ekstrak alkaloid yang didapatkan mengandung alkaloid atau tidak maka ditambahkan pereaksi Dragendorff, terbentuknya endapan merah bata berarti positif adanya alkaloid.

Ekstrak alkaloid selanjutnya

dianalisis menggunakan KLT untuk

mengetahui jumlah senyawa yang ada di dalam ekstrak (Gambar 1).

Gambar 1. Hasil KLTekstrak alkaloid

dengan eluen etil asetat:

kloroform (6:4) pada panjang gelombang 254 nm (kiri) dan

setelah disemprot pereaksi

Dragendorf (kanan)

Pada gambar 1 terlihat jumlah senyawa (noda) ada 4 dengan harga Rf masing-masing 0,22; 0,36; 0,64; dan 0;89. Selanjutnya disemprot dengan pereaksi Dragedorf untuk mengetahui noda mana yang positif alkaloid, dan yang positif yaitu pada noda ke-4, dengan Rf 0,89, yang ditandai dengan terbentuknya warna merah bata.

Gambar 2. Hasil KLT preparative ekstrak

alkaloid dengan eluen etil

asetat:kloroform (6:4) pada

(5)

Gambar 3. KLT isolat alkaloid pita 4 menggunakan berbagai eluen, (A) etil asetat, (B) etanol, (C)

n-heksana, (D) etil

asetat:etanol (7:3), (E) etil asetat:etanol (8:2), (F) etil asetat:n-heksana (7:3), (G) etil asetat:n-heksana (8:2), pada lampu UV λ 365 nm

Pemisahan alkaloid dengan KLT preparatif menggunakan eluen etil asetat : kloroform (6:4) pada gambar 2, terlihat ada 4 pita dan yang positif alkaloid adalah pita ke-4 dengan Rf 0,9. Selanjutnya pita ke-4 dikerok dan dilarutkan dalam pelarut etil asetat untuk memisahkan isolat dengan

silika gel. Selanjutnya isolat alkaloid dilakukan uji kemurnian dengan KLT berbagai eluen tunggal, campuran, dan dua dimensi.

Pada gambar 3, terlihat hasil KLT hanya satu noda yang berwarna biru, diduga isolat alkaloid yang didapatkan sudah murni.

Hasil analisis isolat alkaloid

menggunakan spektrofotometer UV-Vis, pada gambar 4, didapatkan serapan pada panjang gelombang 220 nm dan 270 nm,

merupakan serapan dari ikatan

terkonjugasi aromatik dan merupakan

serapan alkaloid yang mempunyai

kerangka dasar indol, seperti yang terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Kerangka dasar senyawa alkaloid indol [8]

(6)

Gambar 6. Spektrum FTIR isolat alkaloid daun Mindi Serapan pada panjang gelombang

220 nm dan 270 nm mengindikasikan adanya senyawa aromatik dan ikatan terkonjugasi [4].

Hasil analisis FTIR, pada gambar 6,menunjukkan serapan pada panjang

gelombang 3452,94 cm-1 yang merupakan

serapan dari vibrasi ulur gugus N-H. Vibrasi ulur C-H alifatik muncul pada panjang

gelombang 2927,26 cm-1 dan 2860,37 cm-1.

Serapan pada panjang gelombang 1735,83

cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur C=O.

Vibrasi ulur C=C aromatik muncul pada

panjang gelombang 1643,49 cm-1. Adanya

serapan 1552,66 cm-1 menunjukkan

adanya N-H tekuk.Vibrasi tekuk C-H

alifatikasimetri muncul pada panjang

gelombang 1460,28 cm-1. Vibrasi tekuk C-H

alifatik simetri muncul pada panjang

gelombang 1385,65 cm-1. Adanya serapan

pada panjang gelombang 1095,97 cm-1

menunjukkan adanya vibrasi ulur C-N. Serapan pada panjang gelombang 799,19

cm-1 menunjukkan adanya substitusi pada

cincin aromatik.

Isolat alkaloid dianalisis lebih lanjut

menggunakan Liquid Chromatography

Mass Spectroscophy (LC–MS) untuk mengetahui kemurnian dan berat molekul senyawa alkaloid. Hasil kromatogram hasil LC-MS isolat alkaloid dapat dilihat pada gambar 7.

Berdasarkan kromatogram pada

gambar 7, menunjukkan bahwa isolat alkaloid belum murni, karena terdapat 3

puncak. Puncak pertama (T1) pada waktu

retensi 1,8 menit, puncak kedua (T2) pada

2,3 menit, dan puncak ketiga (T3) pada 3,0

menit.

(7)

Gambar 8. Spektrogram dari puncak pertama waktu retensi 1,8 menit

Spektrogram dari intensitas

tertinggi yaitu pada puncak pertama, dapat dilihat pada gambar 8, menunjukkan bahwa muncul puncak dengan protonasi ion

molekular [M+H+MeOH]+ m/z 324,91 dari

(m/z) [M+33], sehingga dapat disimpulkan bahwa berat molekul isolat yaitu 291,45 g/mol.

Berdasarkan analisis dengan

spektrofotometer UV-Vis, FT-IR, dan

LC-MS, diduga senyawa alkaloid T1adalah

alkaloid jenis indol (gambar 5), dengan berat molekul 291,45 g/mol.

Hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrk alkaloid daun Mindi menggunakan metode

BSLT diperoleh harga LC50 sebesar 21,273

ppm. Harga tersebut menunjukkan bahwa ekstrak alkaloid bersifat sangat sitotoksik. Hasil uji sitotoksik ekstrak alkaloid daun Mindi dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

KESIMPULAN

1. Senyawa alkaloid T1(waktu retensi 1,8

menit) yang terkandung dalam daun Mindi mempunyai kerangka dasar indol, yang mempunyai gugus fungsi N-H,

C-N, C=O, C=C, CH2, CH3, dengan berat

molekul 291,45 g/mol.

2. Uji aktivitas sitotoksik menggunakan metode BSLT diketahui bahwa ekstrak alkaloid bersifat sangat sitotoksik

dengan LC50 sebesar 21,273 ppm.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Dr. Dwi Hudiyanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro 2. Seluruh dosen Laboratorium Kimia

Organik yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan naskah penelitian ini

3. Seluruh staff laboratorium jurusan kimia

Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Diponegoro yang telah

(8)

DAFTAR RUJUKAN

[1] Article in Journal: Ahmed, M. F., et al.,2012, Phytochemical Studies and

Antioxidant Activity of Melia

azedarach Linn Leaves By DPPH

Scavenging Assay. Journal of

Pharmaceutical Applications, 3(1), 271-276.

[2] Article in Journal:Asadujjaman, e. a. (2013). Assessment of Bioactivities of

Ethanolic Extract of Melia azedarach

(Meliaceae) Leaves. Journal of

Coastal Life Medicine, 1, 118-122. [3] Article in Journal:Azam, M. M., et al.

(2013). Pharmacological Potentials of

Melia azedarach L. -A review.

American Journal of BioScience, 1, 44-49.

[4] Chapter in Book:Jameel, F dan

Hershenson, S., Formulation and

Process Development Strategies for Manufacturing Biopharmaceutical,

John Willey & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey,2010, 872-873

[5] Chapter in Book:Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putman, J. E., Jacbsen, L. B., Nicols, D. E., and Mc Laughlin, J. L.,

Brine Shrimp : A Comvenient general

Bioassay For Active Plant

Constituents, West Lafayette : Plant medica,1982, 31-41

[6] Article in Journal:Mishra, G. e. a. (2013). Melia azedarach: A Review.

Medicinal Chemistry & Analysis, 3(2), 53-56.

[7] Article in Journal:Sharma, D. a. Y. P.

(2013). Preliminary and

Pharmacological Profile of Melia

azedarach L.: An Overview. Journal of

Applied Pharmaceutical Science,

3(12), 133-138.

[8] Chapter in Book:Trease dan Evan,

W.C., Pharmacognosy, Sixteenth

Edition, Sauders Elsevier, Inggris, 2009, 353-355

Gambar

Gambar  2.  Hasil  KLT  preparative  ekstrak  alkaloid  dengan  eluen  etil  asetat:kloroform  (6:4)  pada   lampu UV λ 254 nm
Gambar  3.  KLT  isolat  alkaloid  pita  4  menggunakan  berbagai  eluen,  (A)  etil  asetat,  (B)  etanol,  (C)  n-heksana,  (D)  etil  asetat:etanol  (7:3),  (E)  etil  asetat:etanol  (8:2),  (F)  etil  asetat:n-heksana (7:3), (G) etil  asetat:n-heksana
Gambar 6. Spektrum FTIR isolat alkaloid daun Mindi
Gambar 8. Spektrogram dari puncak pertama waktu retensi 1,8 menit

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran diameter daya hambat menunjukkan hasil yang efektif dari ekstrak etanol dan etilasetat daun mindi (Melia azedarach L.) pada konsentrasi yang sama

Hasil Pengukuran Tinggi Kolom Plethysmometer Kaki Tikus Putih yang Diberi Suspensi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Mindi 50mg/Kg BB (E2) Secara Oral...

Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun benalu kopi mengandung golongan senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoida,

Uji pendahuluan pada ekstrak metanol daun ungu bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam ekstrak daun Pengujian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi ilmiah tentang aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi etilasetat daun mindi

Data hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun mindi (Melia azedarach L.) terhadap bakteri Escherichia

Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak etanol dan ekstrak air kulit buah naga merah memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang sama yaitu positif

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol buah delima ( Punica granatum L.) mengandung