• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetika

1. Pengertian Kosmetik

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. (Tranggono, 2007)

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias” . Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. (Wasitaatmadja, 1997)

Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi” yaitu ilmu yang berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan efek samping kosmetik. (wasitaatmadja, 1997) 2. Penggolongan Kosmetik

Banyaknya kosmetik yang dijual di pasar bebas, baik produk di dalam maupun di luar negeri. Jumlah yang begitu banyak memerlukan usaha penyederhanaan kosmetik baik untuk tujuan pengaturan maupun pemakaian.

Kosmetik dapat dibagi atas beberapa golongan, antara lain :

a.Berdasarkan bahan dan penggunaanya serta maksud evaluasi produk kosmetik dibagi menjadi 2 golongan :

1) Kosmetik golongan I adalah :

a) Kosmetik yang digunakan untuk bayi

b) Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya

c) Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan

(2)

d) Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum diketahui keamana dan manfaatnya

2) Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I (Badan POM, 2004)

b.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok :

1) Preparat untuk bayi, misalnya bedak bayi, minyak bayi 2) Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi

3) Preparat untuk mata, misalnya mascara, aye shadow 4) Preparat wangi-wangian, misalnya parfum

5) Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut 6) Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut

7) Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik 8) Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi 9) Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant 10)Preparat kuku, misalnya cat kuku

11)Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab 12)Preparat cukur, misalnya sabun cukur

13)Preparat untuk sunscreen, misalnya sunscreen foundation c. Penggolongan kosmetik menurut sifat dan cara pembuatannya

1) Kosmetik moderen, diramu dari bahan kimia dan diolah secara moderen

2) Kosmetik tradisional :

a)Betul- betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara turun temurun b)Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet

agar tahan lama

c)Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan tradisional. (Tranggono, 2004)

(3)

B. Pewarna kosmetik

Pewarna yang digunakan dalam kosmetik umumnya terdiri atas 2 jenis, yaitu: 1. Pewarna Alami

Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang lebih aman untuk dikonsumsi. Contohnya karotenoid adalah kelompok zat pewarna yang meliputi warna kuning, oranye dan merah. Biasanya terdapat pada tomat, wortel, cabai merah dan jeruk. Sedangkan dari hewan terdapat dalam lobster dan kulit udang.

Di Indonesia, sejak dahulu banyak digunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk kuning, daun suji untuk warna hijau dan dau jambu untuk warna merah. Contoh bahan pewarna alami dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2. 1 Contoh-contoh Bahan Pewarna Alami

Kelompok Warna Sumber

Karamel Cokelat Gula dipanaskan

Anthosianin Jingga, Merah, Biru Tanaman

Quinon Kuning-Hitam Tanaman

Xanthon Kuning Tanaman

Karotenoid Tampak kuning-merah Tanaman/hewan

Klorofil Hijau, cokelat Tanaman

Heme Merah, cokelat Hewan

Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintesisyang penggunaanya harus dibatasi (Nurheti Yuliarti, 2007).

2. Pewarna Sintesik

Pewarna buatan/sintetis adalah pewarna yang biasanya di buat di pabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia. Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan kedalam makanan. Pewarna sintetis/buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Berikut adalah beberapa jenis pewarna sintetis/buatan yang populer dan efek sampingnya yang ditimbulkan

(4)

a. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)

Pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak , pada sekitar 1-10 dari 10.000 orang, Tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit). Rhinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam). Intoleransi ini lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitive terhadap aspirin.

b. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow/Yellow 6)

Pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna adiktif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual dan muntah.

c. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)

Pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, pewarna ini dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa Negara.

d. Allura Red (E129)

Pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Pewarna ini sudah banyak dilarang di banyak Negara. e. Quinoline Yellow (E104)

Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energy. Zat ini sudah dilarang di banyak Negara karena dianggap maningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma.

Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal

(5)

dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 % dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 %, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.

Kelarutan pewarna sintetik ada 2 macam yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat warna yang larut air dan diperjualbelikan dalam bentuk granula, cairan, campuran warna dan pasta. Digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu, pembungkus sosis dan lain-lain. Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan dyepada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat.

1. Dye

Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah gliserin, atau alkohol. Dye dapat juga diberikan dalam bentuk kering apabila proses pengolahan produk tersebut ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta, maupun cairan yang penggunaanya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses, dan zat pewarnanya sendiri (Winarno,2002)

2. Lake

Zat pewarna ini dibuat melalui proses pengendapan dan absorpsi dye pada radikal (Al atau Ca) yang dilapisi dengan aluminium hidrat (alumina). Lapisan alumina ini tidak larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada hampir semua pelarut. Pada pH 3,5-9,5 stabil, dan diluar selang tersebut lapisan alumina pecah dan dye yang dikandungnya terlepas (Cahyadi, 2009).

Dibandingkan dengan dyes, maka lakes pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia, dan panas sehingga harga lakes umumnya lebih mahal daripada harga dye. Sampai saat ini FDA belum menetapkanperaturan mengenai pemakaian lakes untuk pangan, sehingga semua pewarna lakes masih termasuk dalam daftar

(6)

profesional, yaitu belum disetujui untuk dimasukkan kedalam daftar permanen pewarna untuk pangan, terkecuali FD dan C Red No.40 lakes (Cahyadi, 2009)

Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetik. Kulit di beberapa bagian tubuh sensitive terhadap warna tertentu, sehingga memerlukan warna khusus, seperti kulit di sekitar mata, kulit di sekitar mulut, bibir, dan kuku. (Wasitaatmaja, 1997)

Salah satu penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Sebagai contoh, warna suatu kosmetik sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai pembentuk kecantikan. Adapun maksud pemberian warna suatu bahan, baik obat maupun kosmetik bahkan makanan adalah supaya bahan atau hasil produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya pemalsuan terhadap hasil suatu pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik. (sudarmadji, 2003)

Keamanan bagi para pemakain zat warna adalah yang terpenting, sebab pemakai yang keliru dapat menyebabkan hal-hal yang tidak dikehendaki seperti memberikan efek karsinigenik, teratogenik, alergi dan lain-lain. ( Sudarmadji, 2003 )

Dalam pemakaian zat pewarna untuk membuat suatu produksi perlu diadakan persyaratan umum , meliputi :

a. Dicantumkan dalam label hasil produksi b. Tidak boleh disembunyikan

c. Tidak boleh membuat arti tentang mutu dan kualitas karena pemberian zat warna tersebut.

Sebagai persyaratan khusus adalah :

1) Tercantum dosis pemakaian yang sering dikenal dengan ADI (Acceprable Daily Intake )

(7)

2) Zat warna yang terkandung harus dicantumkan secara resmi, nama umum dan indeks warna , misalnya : nama resmi Red No. 2, nama umum Amaranth, indeks nomor 16:85 .

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 00386/C/SK/II/90 bahwa zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetik adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Zat warna sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetik

No. Nama Nomor Indeks Warna

1 Jingga K1 ( C.I . Pigmen Orange 5, D&C Orange No. 17 )

12075

2 Merah K3 ( C.I. Pigmen Red 53, D&C Red No. 8)

15585 3 Merah K4 (C.I. Pigmen Red

53:1, D&C Red No. 9)

15585 : 1

4 Merah K10 (Rhodamin B,

C.I. Food Red 15, D&C Red No. 19)

45170

5 Merah K11 45170 : 1

Sumber : Skep DirJen POM No. 0036/C/SK/II/90

C. Rhodamin B

1. Pengertian Rhodamin B

Zat warna Rhodamin B adalah jenis pewarna sintetik yang dilarang penggunaannya pada makanan, kosmetik dan obat-obatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/MenKes/Per/1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.

Gambar.1 Rumus Bangun Rhodamin B (http//www.google.com)

(8)

Nama Kimia : N-[9-( Carboxyphenyl)-6-( diethylamino)-3H-xanten-3 ylidene]-N-ethylethanaminium clorida

Nama Lazim : Tetraethyl Rhodamine ; D&C Red No 19 ; Rhodamin B clorida; C.I. Basic Violet 10; C.I. 45170

Rumus Kimia : C28H31C1N2O3

BM : 479

Warna : Hablur Hijau atau serbuk ungu kemerahan

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah kebiruan dan berflouresensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah larut dalam alkohol, sukar larut dalam asam encer dan dalam larutan alkali. Larutan dalam asam kuat

membentuk senyawa dengan kompleks antimony

berwarna merah muda yang larut dalam isopropyl eter. ( Budavari, 1996)

Penggunaan :Sebagai pewarna untuk sutra, katun, wol, nilon, serat asetat, kertas, tinta dan pernis, sabun, pewarna kayu, bulu, kulit, dan pewarna untuk keramik cina.

2. Bahaya Rhodamin B bagi kesehatan

Penggunaan Rhodamin B pada kosmetik dalam waktu yang lama (kronis) akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B.

Menurut Kinosita dalam Cahyadi (2008), efek kronis yang diakibatkan oleh zat warna yang dimakan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan kanker hati. Zat warna diabsorpsi dari dalam saluran pencernaan makanan dan sebagian besar dapat mengalami metabolisme oleh mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati. Di dalam hati senyawa dimetabolisme lalu ditransportasikan ke ginjal untuk diekresikan bersama urine. Senyawa tersebut dibawa dalam aliran darah.

(9)

Dengan menghirup Rhodamin B dapat pula mengakibatkan gangguan kesehatan, yakni terjadinya iritasi pada saluran pernapasan. Demikian pula apabila zat kimia ini mengenai kulit, maka kulit pun akan mengalami iritasi. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau odem pada mata (Yuliarti, 2007).

Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Pada uji terhadap mencit, diperoleh hasil yaitu terjadi perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma, batas antar sel tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin berat sekali tingkat kerusakan jaringan hati mencit (Anonima, 2006).

Pewarna secara umum mengandung residu logam berat karena pada proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kertas dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut.

(10)

D. Struktur Anatomi Bibir

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum masuk kedlam lapisan jagat dengan sangat kuat dan korium mendorong papilla dengan aliran darah yang banyak tepat dibawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir tampak selalu basah. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak, sehingga dalam cuaca yang kering dan dingin lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat pada bibir mudah penetrasi ke staratum germinativum. (Depkes RI, 1985)

Karena ketipisan kulit jangat, lebih menonjolnya statum germinativum dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir menunjukan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu. (Depkes RI, 1985)

E. Kosmetik Rias Bibir

Sediaan rias bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim. Cat bibir cair dan krim umumnya akan memberikan selaput yang tidak tahan lama dan mudah terhapus dari bibir. Komposisi cat bibir modern lebih menyerupai komposisi cat kuku, tatapi tidak dilekatkan pada bibir akan memberikan selaput yang kering. Karena itu, cat bibir krim tidak begitu digemari orang terutama jika dibandingkan dengan cat bibir krayon/ lipstik.(Depkes RI,1985)

1. Lipstik

Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang terbentuk dari minyak, lilin dan lemak. (Wasitaatmadja, 1997)

(11)

Lipstik adalah make up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya. Misalnya, stratum korneumnya sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering . Hanya air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir. (Tranggono, 2004)

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik ideal yang sesungguhnya diatur hingga suhu mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-380C . Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca di sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstick dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 620Cbiasanya berkisar antara 55-750C. (Depkes RI,1985)

2. Persyaratan Lipstik

Persyaratan untuk lipstik yang dituntut masyarakat antara lain : a.Melapisi bibir secara mencukupi

b.Dapat bertahan di bibir dalam jangka waktu lama c.Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket d.Tidak mengiritasi untuk menimbulkan alergi pada bibir e.Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya

f.Memberi warna yang merata pada bibir

g.Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya

h.Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal lain yang tidak menarik. (Tranggono, 2004) 3. Komposisi Lipstik

Bahan-bahan utama pada lipstik adalah : a. Lilin

Misalnya : carnauba wax, paraffin waxes, ozokarite, beewax, candellila wax, etspermaci, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik

(12)

b. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat eosin. Misalnya, minyak kastor, tetrahidrofurfuril alkohol, asam lemak alkiloamida, alkohol dihidrat, beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropil miristate.

c. Lemak

Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya hidrogrnated Castrol oil), cetil alkohol , lanolin

d. Acetoglicerides

Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat batang lipstik agar kepadatan lipstik konstan.

e. Zat-zat pewarna

Zat pewarna yang dipakai secara universal didalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah minyak Castrol. Tetapi furfuril alkohol beserta ester-esternya terutama stearat dan ricinoleat memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatti acid alkilolamida, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang sangat intensif pada bibir.

f. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan dan disperse partikel- partikel pigmen warna yang padat

g. Antioksidan

Banyak bahan yang umumnya digunakan dalam lipstik yang mudah teroksidasi dalam udara menghasikan bau yang tidak menyenangkan, bau tengik. Oleh karena itu antioksidan disarankan untuk ditambah ada formulasi lipstik atau untuk beberapa bahan yang disimpan dalam waktu yang lama dengan antioksidan yang sesuai.

(13)

h. Pengawet

Kehidupan bakteri atau jamur sebenarnya tumbuh dalam lipstik dengan lambat karena lipstik biasanya berbentuk anhidrat. Bagaimanapun jika produk ini digunakan pada bibir setelah minum minuman yang manis maka ada kemungkinan permukaannya dapat terkontaminasi sehingga mudah ditumbuhi mikroorganisme.

Oleh karena itu, direkomendasikan sejumlah kecil pengawet yang dimasukkan dalam formulasi. Pengawet dalam konsentrasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan sensasi panas dan reaksi alergi. Contoh : metilparaben dan propel paraben.

i. Bahan pewangi

Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan . (Tranggono, 2004)

F. Kromatografi Lapis Tipis

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya digunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010)

Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)

(14)

Sebagai fase diam digunakan adsorben dengan partikel yang halus yang dipoleskan pada lempeng penyangga kaca, logam atau plastik. Adsorben yang sering digunakan antara lain :

1. Silika gel

Paling banyak digunakan dalam pengujian, bersifat asam lemah, sering ditambah CaSO4 (gibs) sebagai pengikat agar melekat kuat pada penyangga. Penambahan ini juga mempercepat mengeringnya lapis tipis. Juga dapat ditambahkan indikator fluoresensi yang akan berfluoresensi di bawah sinar UV pada 254 nm, hingga noda yang mengabsorpsi pada frekuensi ini menjadi sangat kontras terhadap latar belakang yang berfluoresensi hijau kuning. Silika gel sangat higroskopis, pada humaditas relative 45 – 75% akan menarik air sampai 7 – 20%. Derajat diaktivasinya ditentukan oleh kelembaban ruangan dimana pemisahan akan dilakukan atau tempat penyimpanan lapis tipisnya. Kemurnian juga penting karena dapat mempengaruhi watak kromatografi beberapa senyawa tertentu. Pencemar dalam adsorben ini dapat juga menyebabkan dekomposisi senyawa yang hendak dianalisa.

2. Alumina

Bersifat basa lemah. Tidak sebaik silika gel dan lebih relatif secara kimia hingga untuk senyawa yang sensitif dapat terdegrasi. Juga dapat ditambah Ca2SO4 dan indikator fluoresensi.

3. Kieselguhr (tanah diatome)

Merupakan adsorben netral dengan aktivitas rendah. Daya resolusinya juga kecil. Dapat ditambahkan sebagai campuran pada silika gel yang akan memberikan adsorben campur yang kurang aktif. Juga dapat ditambah Ca2SO4.

4. Selulosa

Dengan menggunakan selulosa sebagai adsorben akan didapat lapis tipis yang sifatnya analog dengan kromatografi kertas. Memberikan lapis tipis yang baik tanpa pengikat. Adsorben ini dapat ditambah indi kator

(15)

dapat digunakannya pereaksi yang korosif seperti asam sulfat atau pereaksi destruktif lainnya.

5. Poliamida

Merupakan magnesium silikat. Daya melekatnya tidak sebaik adsorben lainnya. Biasanya ditambahkan pengikat seperti selulosa atau amilum. Mempunyai kapasitas yang besar dan banyak digunakan untuk pemisahan fenol.

KLT yang dapat dipakai dengan dua tujuan . Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kulitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi. (Glitter, 1991)

Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antar sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antar sampel dengan eluen maka semakin sampel akan terbawa oleh fase gerak tersebut.

Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromtografi lapis tipis. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal, jarak pengembangan senyawa dari kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf.

Jarak titik tengah noda dari titik awal Jarak tepi muka pelarut dari awal

Jika keadaan luar, misalnya kelembapan atmosfer yang tidak cukup atau kelembapannya agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukan angka Rf dari berbagai komponen lebih rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka Rf lebih tinggi dari pada Rf yang dinyatakan, kepolaran pelarut

(16)

harus dikurangi ; jika angka Rf lebih rendah, komponen polar harus dinaikan. Ini dapat dilakukan dengan sederhana. Misalnya pada pengaturan sistem benzene-klorofom atau klorofom-metanol (Egon staht : 1985 : 18).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga Rf :

1. Sifat penyerap dan derajat aktifitas (biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap)

2. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap ketidak rataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.

3. Pelarut dan derajat kemurnian fase gerak

4. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan 5. Teknik percobaan

6. Suhu

Pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah dalam perubahan komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.

7. Kesetimbangan

Kesetimbangan dalam lapisan tipis sangat penting, sehingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, tidak terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut. (Hardjono, 1985)

Penentuan kadar Rhodamin B dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain :

1. Metode Kromatografi Lapis Tipis

Dalam penelitian ini menggunakan metode KLT karena sederhana, lebih cepat dan lebih murah. Dengan menggunakan 3 eluen yaitu :

1. Eluen 1 : Etil Asetat : n-Butanol : Amonia (20:55:25) 2. Eluen 2 : Etil Asetat : Metanol : Amonia (15:6:3) 3. Eluen 3 : n-Propanol : Amonia (90:10)

(17)

2. Metode Spektrofotometri Sinar Tampak Spektrofotometri

Adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood 1994).

3. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikenal juga dengan istilah High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Kegunaan KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities) dan analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap (nonvolatil). KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat dan lain-lain.

4. Metode Kromatografi Preparatif

Kromatografi Preparatif pada prinsipnya sama dengan

Gambar

Tabel 2. 1 Contoh-contoh Bahan Pewarna Alami
Tabel 2.2 Zat warna sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan        dan kosmetik

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dalam rangka memenuhi

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah aplikasi prediksi serangan hama pada tanaman padi di Kabupaten Pati dengan algoritma Jaringan Syaraf Tiruan

Sedangkan Ohoi adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang merupakan suatu kesatuan geneologis dan teritorial yang memiliki batas-batas yurisdiksi, mengatur dan mengurus

(3) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hasilnya tetap sama maka untuk menetapkan calon yang dinyatakan terpilih dan diangkat sebagai Kepala

yang profesional, yang berkepribadian mulia sebagai landasan budaya kerja 1. Kepercayaan masyarakat adalah komitmen BPRS Mitra Harmoni Semarang untuk memberi yang

Dari hasil analisa dan perhitungan pada SLD eksisting 2014 yang telah dilakukan ditemukan beberapa kesalahan setting koordinasi relay pengaman OCR dan GFR seperti

Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta September 2016 dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil

Jadi dengan demikian Desain Grafis adalah kombinasi kompleks antara kata-kata, gambar, angka, grafik, foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari