• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif

Two Stay Two Stray

terhadap

Kemampuan Representasi Matematis Siswa

Haris Nindriansyah1, Sri Hastuti Noer2, Pentatito Gunowibowo2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila 2Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila

FKIP Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung

1e-mail: haris nindriansyah@gmail.com /Telp.: +6285664313477

Received: Sept 11th, 2017 Accepted: Sept 13th, 2017 Online Published: Sept 25 st, 2017

Abstract: The Influence of Two Stay Two Stray Cooperative Learning towards Students Mathematical Representation Skill. This quasi experimental research aimed to find out the influence of cooperative learning of two stay two stray type towards mathematical representation skill of students. The population of this research was all students of eigth grade in Junior High School 3 Natar that were distributed into eight classes. The samples of this research were students of VIII G and VIII H class which were chosen by purposive random sampling technique. This research used posttest only control group design. The data of mathematical representation were obtained by essay test. The data analysis of this research used Mann-Whitney U test. Based on the research, it was concluded that cooperative learning of two stay two stray had no influence of mathematical representation skill of students.

Abstrak: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap kemampuan representasi matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar yang terdistribusi kedalam 8 kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII G dan VIII H yang dipilih dengan teknik purposive random sampling. Penelitian ini menggunakan posttest only control group design. Data kemampuan representasi matematis diperoleh dari tes uraian. Analisis data penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney U. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray tidak berpengaruh terhadap kemampuan representasi matematis siswa.

(2)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di setiap jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Shadiq dalam Widihastuti (2016) bahwa matemati-ka adalah mata pelajaran yang pen-ting. Baik masa lalu maupun sekarang, banyak orang tua dan orang awam yang beranggapan jika seorang siswa berhasil mempelajari matematika dengan baik maka diprediksi akan berhasil juga mempelajari mata pelajaran lain, be-gitu juga sebaliknya. Bahkan untuk ujian masuk ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi matematika menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang ada didalamnya.

Di Indonesia, tingkat kemam-puan siswa dalam menguasai mate-matika masih rendah. Berdasarkan laporan Kemendikbud (2015) berka-itan dengan hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMP dan sederajat di Indonesia, pada tahun 2014 rata-rata perolehan nilai UN untuk pelajaran matematika adalah sebesar 61,00 pa-da skala 0-100, sepa-dangkan papa-da ta-hun 2015, rata-rata perolehan nilai UN untuk pelajaran matematika me-nurun menjadi 56,27 pada skala 0-100 dan rata-rata nilai matematika ini menjadi rata-rata nilai terendah di-bandingkan dengan mata pelajaran pokok lain yang diujikan, dengan standar nilai minimum pencapaian kompetensi lulusan adalah 55.

Pembelajaran merupakan ke-giatan partisipasi guru dalam meng-embangkan kemampuan yang dimi-liki siswa. Dengan demikian tujuan dari pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa yang berkaitan dengan matematika. Adapun kemam-puan-kemampuan siswa itu disebut

kemampuan matematis. Menurut National Council of Teachers of Mathematics (2000: 67) kemampuan matematis meliputi: (1) kemampuan pemecahan masalah (problem solving), (2) kemampuan berargu-mentasi (reasonning), (3) kemam-puan berkomunikasi (communica-tion), (4) kemampuan membuat ko-neksi (connection) dan (5) kemampuan representasi (represent-tation).

Kemampuan representasi me-rupakan salah satu kemampuan yang memiliki peranan penting dalam pembelajaran matematika. Montague dalam Fadillah (2009) mengatakan bahwa pada dasarnya pemecahan masalah mempunyai dua langkah, yaitu representasi masalah dan menyelesaikan masalah. Dengan demikian, pemecahan masalah yang sukses tidak mungkin tanpa represen-tasi masalah yang sesuai. Repre-sentasi masalah yang sesuai adalah dasar untuk memahami masalah dan membuat suatu rencana untuk meme-cahkan masalah. Siswa yang mem-punyai kesulitan dalam merepre-sentasikan masalah matematika akan memiliki kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah. Dengan demi-kian, seiring dengan pentingnya ke-mampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, kemam-puan representasi matematik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pemecahan masalah juga berperan penting dalam pembelajaran mate-matika.

Kartini (2009) menyatakan setiap siswa mempunyai cara yang berbeda untuk mengkonstruksikan pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep. Namun, pada kenyataannya

(3)

dalam pembelajaran matematika selama ini siswa tidak pernah atau jarang diberikan kesempatan untuk menghadirkan representasinya sen-diri. Akibatnya kemampuan repre-sentasi matematis siswa tidak ber-kembang.

Di SMP Negeri 3 Natar kemampuan representasi matematis siswa juga masih rendah. Berdasar-kan hasil wawancara yang dilakuBerdasar-kan dengan salah seorang guru matema-tika diketahui bahwa rata-rata skor ujian akhir semester (UAS) siswa mendapatkan di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Ketika mengerjakan soal dalam bentuk uraian siswa mengalami kesulitan dalam membuat ekspresi matematika dari permasalahan yang diberikan dan ketika diberi soal dalam bentuk pilihan ganda siswa biasanya hanya asal memilih jawaban. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru pun mengakui masih menggunakan pembelajaran konvensional dan berdasarkan text book sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran ini guru menjelaskan materi pelajaran dan guru memberi contoh soal, kemudian guru memberi siswa latihan soal yang proses penyele-saiannya mirip dengan contoh soal yang telah diberikan.

Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang memberi-kan kebebasan kepada siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya dan mencoba berbagai macam re-presentasi dalam memahami suatu konsep. Model pembelajaran koo-peratif merupakan model pembela-jaran yang tepat untuk digunakan dalam mengembangkan kemampu-an representasi matematis siswa

ka-rena model pembelajaran ini mem-berikan kebebasan kepada siswa un-tuk aktif dalam mengeksplor ke-mampuannya. Seperti yang diung-kapkan oleh Suherman, Turmudi, Suryadi, Herman, Suhendra, Prabawanto, Nurjanah, Rohayati (2003: 260) pembelajaran koopera-tif adalah pembelajaran yang men-cakup sebuah kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masa-lah, tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

Terdapat banyak tipe dalam model pembelajaran kooperatif. Mo-del pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan kemampuan representasi matematis adalah mo-del pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya dan mencoba berbagai macam re-presentasi dalam memahami suatu konsep. Model pembelajaran koope-ratif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran kooperatif yang langkah-langkahya memenuhi kriteria yang telah disebutkan. Hal ini sejalan dengan Pradhana (2013) yang menjelaskan bahwa pembel-ajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk mengkons-truksikan pengetahuannya dan sa-ling bertukar informasi dengan ke-lompok-kelompok lain.

Model pembelajaran koope-ratif ini berawal dari mengelompok-kan siswa menjadi beberapa kelom-pok untuk berdiskusi. Salah satu ta-hap pembelajaran pada model pem-belajaran Two Stay Two Stray ada-lah tahap dimana seteada-lah diskusi di-kelompok awal dua orang yang tugas sebagai tamu diwajibkan ber-tamu kepada semua kelompok. Pada saat mereka bertamu mereka

(4)

mem-peroleh informasi baru dari kelom-pok lain. Informasi yang diberikan kelompok lain ada yang bebeda dan ada yang sama, karena representasi setiap siswa mungkin berbeda-beda. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali kekelom-poknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, mereka yang bertugas bertamu dan meneri-ma tamu mencocokkan serta mem-bahas hasil kerja yang telah mereka diskusikan. Dengan kegiatan bertu-kar informasi seperti ini, siswa mempunyai pengalaman langsung untuk merepresentasikan konsep-konsep matematis dalam materi itu. Pengalaman langsung mengakibat-kan siswa lebih mudah merepresen-tasikan konsep-konsep matematis. Dengan demikian, model pembel-ajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray berpengaruh terhadap kemam-puan representasi matematis siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembel-ajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap kemampuan repre-sentasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikatakan ber-pengaruh jika kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dari kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Natar yang berada di Kecamatan Natar Kabupaten Lam-pung Selatan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP

Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2016/2017.

Pengambilan sampel dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan teknik purposive random sampling, Teknik purposive random sampling adalah teknik yang melibatkan sebuah sampel acak berukuran kecil dalam sebuah populasi berdasar per-timbangan tertentu. Teknik peng-ambilan sampel pada penelitian ini atas dasar pertimbangan bahwa kelas yang dipilih adalah kelas yang diajar oleh guru yang sama. Karena terda-pat enam kelas yang diajar oleh guru yang sama, kemudian diambil secara acak dua kelas diantara keenam kelas tersebut. Terpilihlah kelas VIII H yang terdiri dari 36 orang sebagai ke-las eksperimen, yaitu keke-las yang me-nggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dan kelas VIII G yang terdiri dari 38 orang sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Penelitian ini merupakan Qu-asi Experiment (eksperimen semu). Penelitian ini menggunakan posttest only control group design. sebagaimana yang ditampilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

E X O K Y O Keterangan:

(5)

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap yang pertama adalah tahap perencanaan pada tahap ini dilakukan kegiatan peneletian pendahuluan atau obser-vasi ke sekolah yang akan menjadi tempat penelitian, ada beberapa hal yang menjadi fokus utama dalam observasi ini diantaranya untuk me-nentukan karakteristik populasi dan sampel penelitian dan materi yang akan dijadikan sebagai bahan dalam penelitian. Kemudian setelah mela-kukan observasi langkah selanjutnya adalah membuat rencana pelaksana-an pembelajarpelaksana-an (RPP) dpelaksana-an lembar kerja kelompok (LKK). Setelah ber-konsultasi dengan guru mitra pada observasi, RPP dan LKK yang dibuat adalah RPP dan LKK dengan materi lingkaran. Kemudian mempersiapkan perangkat untuk instrumen tes seperti membuat soal posttest, kisi-kisi, kun-ci jawaban dan pedoman penskoran.

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini dilaksanakan proses pem-belajaran materi lingkaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebe-lumnya. Setelah pembelajaran selesai sesuai dengan jumlah pertemuan yang telah direncanakan sebelumnya. Diadakan posttest pada kedua sampel dengan menggunakan perangkat ins-trumen tes yang telah disiapkan.

Tahap selanjutnya adalah menganalisis hasil penelitian. Dalam tahap ini dilakukan analisis hasil posttest. Analisis yang dilakukan untuk menghitung uji normalitas dan uji hipotesis. Tahap yang terakhir adalah menyusun hasil penelitian. Dalam tahap ini mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian menyimpulkan hasilnya.

Data penelitian ini adalah data kemampuan representasi mate-matis siswa, berupa data kuantitatif

yang diperoleh dari posttest di dua kelas yang menjadi sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa yang berupa soal uraian. Tes yang diberikan untuk kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dan untuk kelas kontrol yang menggunakan pem-belajaran konvensional adalah sama. Untuk memperoleh data yang akurat, diperlukan instrumen yang baik. Ins-trumen tes yang baik harus meme-nuhi kriteria valid, reliabel, daya pembeda serta tingkat kesukaran yang sesuai.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui sejauh mana instrumen tes kemampuan representasi matema-tis mencerminkan kemampuan repre-sentasi matematis terkait materi pem-belajaran yang telah ditentukan maka digunakan validitas isi. Oleh karena itu dalam penelitian ini soal tes di-konsultasikan kepada guru mitra ma-ta pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Natar dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matema-tika mengetahui dengan benar kuri-kulum SMP, maka validitas instru-men tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.

Setelah instrumen tes dinya-takan valid oleh guru mitra instru-men tes tersebut diujicobakan untuk mengetahui reliabilitas, daya pem-beda, dan tingkat kesukaran. Peng-ujian reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Hasil uji coba ins-trumen tes diperoleh reliabilitas sangat tinggi dengan koefisien relia-bilitas sebesar 0,89.

(6)

Kemudian analisis daya pem-beda, dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan tingkat ke-mampuan siswa. Dengan kata lain daya pembeda soal adalah kemam-puan soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang mem-punyai kemampuan rendah. Hasil uji coba instrumen tes diperoleh daya pembeda yang baik dan sangat baik.

Setelah itu menganalisis ting-kat kesukaran. Tingting-kat kesukaran di-gunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Hasil uji coba instrumen tes diperoleh tingkat kesukaran yang sedang dan mudah. Setelah instrumen memenuhi kriteria maka instrumen tes yang disusun layak digunakan untuk mengumpul-kan data representasi matematis.

Setelah kedua sampel diberi-kan pembelajaran Two Stay Two Stray dan pembelajaran konvensio-nal, langkah selanjutnya adalah me-lakukan posttest pada tiap kelas, kemudian data yang diperoleh dari hasil posttest dianalisis. Analisis di-lakukan bertujuan untuk menguji ke-benaran suatu hipotesis. Data nilai pada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dianalisis menggu-nakan uji statistik untuk mengetahui pengaruh Two Stay Two Stray terha-dap kemampuan representasi mate-matis siswa. Sebelum melakukan uji statistik perlu dilakukan uji nor-malitas. Uji normalitas ini untuk me-ngetahui apakah kedua data berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Selain itu, uji normalitas ini juga bertujuan untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan. hasil uji normalitas data kemampuan representasi matematis tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen

yang berarti H0 diterima.

Arti-nya kemampuan representasi mate-matis siswa pada kelas dengan pem-belajaran Two Stay Two Stray berasal dari populasi yang berdistribusi nor-mal, sedangkan pada kelas dengan pembelajaran konvensional yang berarti H0 ditolak.

Artinya kemampuan representasi ma-tematis siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan representasi Matematis Siswa Kelas Keputusan Uji E 7,81 diterima K 15,16 9,49 ditolak Keterangan:

Berdasarkan hasil uji normal-itas data kemampuan representasi matematis siswa pada kelas dengan pembelajaran Two Stay Two Stray berasal dari populasi yang berdis-tribusi normal sedangkan data ke-mampuan representasi matematis sis-wa pada kelas dengan pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Dengan demikian langkah selanjut-nya tidak perlu dilakukan uji homo-genitas karena data sampel tidak memenuhi asumsi normalitas. maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji non parametrik. Pengujian hipo-tesis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney U.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh data seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis Skor Kemampuan Representasi Matematis Siswa

Kelas N ̅ s Min Max

E 36 53, 50 15,28 22,22 91,67 K 38 56, 57 16,47 27,78 86,11 Keterangan: ̅

Dari Tabel 3 perolehan rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen lebih rendah dari rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi pada kelas yang mengikuti pembelajaran Two Stay Two Stray lebih rendah dari kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kemudian dapat dili-hat bahwa skor terbesar siswa yang mengikuti pembelajaran Two Stay Two Stray lebih tinggi dari nilai ter-besar yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini berarti siswa yang memiliki kemampuan represen-tasi paling tinggi dari kedua kelas tersebut berada pada kelas eksperi-men. Kemudian dapat dilihat bahwa skor terkecil siswa yang mengikuti pembelajaran Two Stay Two Stray le-bih rendah dari nilai terkecil yang mengikuti pembelajaran konvensi-onal. Hal ini berarti siswa yang me-miliki kemampuan representasi pa-ling rendah dari kedua kelas tersebut berada pada kelas eksperimen.

Simpangan baku pada kelas kontrol lebih tinggi dari simpangan baku pada kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa data pada kelas kontrol lebih heterogen dibandingkan kelas eksperimen. Selanjutnya anali-sis data penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Pengujian hipotesis statistik dilakukan dengan menggunakan Uji Mann Whitney U. Rekapitulasi data hasil Uji Mann Whitney U disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney U

Kelas KU E -0,4596 1,64 Terima K Keterangan:

Berdasarkan Tabel 4, pada taraf nyata 0,05 diperoleh hasil -Ztabel = -1,64 < Zhitung = -0,4596 <

Ztabel = 1,64 sehingga H0 diterima.

Artinya, tidak ada perbedaan median data antara kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan kemampuan re-presentasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kemampuan representasi ma-tematis siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dan kemampuan representasi mate-matis siswa dengan pembelajaran konvensional. Hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian Nurohman (2016) yang menyimpul-kan bahwa rata-rata pemahaman kon-sep matematis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran

(8)

koopera-tif tipe Two Stay Two Stray lebih tinggi dari pada rata-rata pemahaman konsep matematis pada kelas kon-vensional. Begitu juga hasil pene-litian Rezki (2014) yang juga me-nyimpulkan bahwa pembelajaran de-ngan Two Stay Two Stray ber-pengaruh terhadap pemahaman kon-sep matematis siswa. Namun, Perlu diingat bahwa berpengaruh dalam hal ini bersifat relatif. Shadiq dalam Widihastuti (2016) mengemukakan bahwa berpengaruh bagi seseorang siswa belum tentu berpengaruh bagi siswa lain.

Tabel 5. Pencapaian Indikator Kemampuan Representasi

Keterangan :

Selanjutnya dilakukan anali-sis pencapaian indikator kemampuan representasi. Berdasarkan Tabel 5 hasil pencapaian indikator kemam-puan representasi pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari presentase pencapaian pada setiap

indikator yang didapat pada kelas kontrol lebih tinggi. Indikator paling baik yang dicapai oleh siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Sray yaitu indikator Menggunakan repre-sentasi visual untuk menyelesaikan masalah.

Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran Two Stay Two Sray siswa diberi kesempatan dalam membuat representasi secara visual dengan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) secara bersama-sama sehingga setiap siswa memiliki sumber belajar yang banyak dalam membuat representasi visual. Indikator yang paling rendah yang dicapai oleh siswa pada kelas yang mengikuti Two Stay Two Stray yaitu indikator membuat persamaan, mo-del matematik, atau dari representasi lain yang diberikan Hal ini disebabkan oleh belum terbiasanya siswa terhadap perubahan pola pembelajaran yang semula dengan pembelajaran konvensional dimana mereka cenderung untuk meniru langkah guru dalam menyelesaikan berbagai masalah matematika yang dihadapinya berubah menjadi pem-belajaran dengan Two Stay Two Stray yang lebih menekankan pem-belajaran yang berpusat ke siswa. Selain itu, kemampuan siswa yang rendah menjadi salah satu faktor indikator membuat persamaan, mo-del matematik, atau dari representasi lain menjadi indikator terendah diantara indikator lainnya. Hal ini dapat dilihat ketika siswa melaksanakan diskusi. Mereka cenderung bertanya tentang konsep-konsep prasyarat.

Berdasarkan uji hipotesis di-peroleh bahwa kemampuan represen-tasi matematis siswa dengan pem-belajaran Two Stay Two Stray tidak

No Indikator Pencapaian E (%) K (%) 1 Membuat persamaan, model matematik, atau dari representasi lain yang diberikan.

45,44 49, 10

2

Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis. 47,22 50 3 Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah. 70,37 78,1 4 Menggunakan representasi visual untuk menyelesai-kan masalah. 81,48 84, 21

(9)

lebih tinggi dari pada kemampuan representasi matematis siswa dengan pembelajaran konvensional. Hal ini juga selaras dengan persentase pen-capaian indikator kemampuan repre-sentasi yang menunjukkan siswa dengan pembelajaran konvensional memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan pembel-ajaran Two Stay Two Stray.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran koope-ratif tipe Two Stay Two Stray tidak lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Faktor pertama adalah karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan awal matematis yang masih rendah. Hal ini terlihat ketika siswa mengerjakan LKK, mereka justru lebih banyak bertanya tentang konsep-konsep da-sar seperti theorema Phytagoras, konsep perbandingan dan luas segi-tiga. Mereka juga lebih sering ber-tanya tentang langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam LKK. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Yusuf (2012) bahwa kegiatan diskusi kelompok pada pembelajaran Two Stay Two Stray membuat siswa memahami permasalahan yang dibe-rikan sehingga setiap masalah yang ada dapat ditemukan solusinya.

Pada kelas yang mengguna-kan pembelajaran konvensional, sis-wa memiliki kesiapan untuk belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelaja-ran Two Stay Two Stray. Sementara itu, pada kelas yang menggunakan pembelajaran Two Stay Two Stray, pembelajaran lebih sulit untuk dilak-sanakan, selain karena siswa yang kurang siap untuk belajar, siswa juga belum terbiasa dengan perubahan po-la pembepo-lajaran yang semupo-la meng-gunakan pembelajaran konvensional

yang terpusat pada guru menjadi pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang lebih terpusat kepada siswa. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang seringkali meng-eluh saat diminta untuk mengerjakan LKK. Bahkan banyak siswa yang cenderung mengandalkan temannya, sehingga hasil diskusi yang tidak op-timal. Hal ini juga bertolak belakang dengan pendapat Poernomo (2015) yang menyatakan bahwa model pem-belajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar sis-wa.

Faktor lain yang menyebabkan pembelajaran Two Stay Two Stray tidak lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional adalah tidak dilakukan pengukuran kemampuan awal dalam menentukan sampel sehingga perbedaan kemam-puan akhir tidak semata-mata karena perbedaan model.

Berdasarkan kelemahan di atas, dapat diketahui bahwa pembela-jaran dengan Two Stay Two Stray baik diterapkan pada siswa yang me-miliki kesiapan dan kemampuan ma-tematis yang tinggi sehingga dalam kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik. Penerapan pembelajar-an Two Stay Two Stray membutuh-kan kerjasama yang baik antar ang-gota kelompok. Siswa yang belum terbiasa belajar berkelompok mem-butuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Oleh karena itu, pembelajaran Two Stay Two Stray apabila diterap-kan pada siswa yang sudah terbiasa atau pernah belajar secara berkelom-pok akan sangat membantu dalam efisiensi waktu dan kelancaran pro-ses pembelajaran. Hal itu juga seja-lan dengan pendapat Sasongko (2016) bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

(10)

siswa dengan kemampuan matematis yang tinggi mempunyai hasil belajar baik.

Selain itu, pembelajaran Two Stay Two Stray juga membutuhkan peran aktif siswa dalam pembelajar-an. Siswa yang terbiasa dengan pem-belajaran konvensional lebih cende-rung kesulitan selama proses pem-belajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Palestina (2014) bahwa siswa dengan pembelajaran konven-sional belum terbiasa dengan aktivitas dalam diskusi kelompok. sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri terlebih dahulu sebelum mereka bisa berperan aktif dalam pembelajaran.

Pada dasarnya pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan pem-belajaran yang baik karena menjadi-kan siswa sebagai pusat pembelajar-an dpembelajar-an mendorong siswa menjadi lebih aktif. Seperti yang diungkap-kan oleh Listianah dalam Fitri (2015) yang menyatakan bahwa model pem-belajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Akan tetapi dalam prosesnya, pem-belajaran Two Stay Two Stray me-merlukan kesiapan siswa, rasa ingin tahu yang tinggi, dan semangat bel-ajar yang tinggi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray tidak berpengaruh terhadap kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini karena kemampuan representasi matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray tidak lebih tinggi dari pada kemampuan

representasi matematis siswa dengan pembelajaran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Fadillah, Syarifah. 2009. Kemam-puan Pemecahan Masalah Ma-tematis dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding dipre-sentasikan dalam Seminar Na-sional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA UNY, tanggal 16 Mei 2009. (online). (http://eprints.uny.ac.id/M_Pen d_35_syarifah), diakses 20 Juli 2016.

Fitri, Hasmaynelis. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Koo-peratif Tipe Two Stay Two Stray dan minat belajar terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas X SMA dian Andalas Padang. Jurnal Pen-didikan Matematika Vol 1, No.1 (Online) (http:// e-journal.UPP.ac.id/index.php/ mtkfkip/article/view/278), diakses pada 20 Juli 2017. Kartini. 2009. Peranan Representasi

dalam pembelajaran Matema-tika. Prosiding dipresentasikan dalam Seminar Nasional matika dan Pendidikan Mate-matika UNY, tanggal 5 Desem-ber 2009. (online). (http:// eprints.uny.ac.id /7036/1/ P22-Kartini.pdf), diakses pada Juli 2016.

Kemendikbud. 2015. Hasil Ijian Nasional SMP tahun 2015. (online). (http://www.kemen diknas.go.id/kemendikbud/sites /default/files/HASIL%20UN% 20SMP%202015.pdf), diakses pada 20 Juni 2016.

(11)

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Executive Summary Principles and Stan-dards for School Mathematics. Reston, USA: NCTM, Inc. (online).(https://www.nctm.org /uploadedFiles/StandardsandPo sitions/PSSM_ExecutiveSumm ary.pdf), diakses 20 juli 2016. Nurohman, Rahmad Abi. 2016.

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Mate-matis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2015/2016). Skripsi. Bandarlampung : Universitas Lampung.

Palestina, Siti Maryam Fadhilah. 2014. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masa-lah Terhadap Aktivitas Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia. Jurnal Peneltian Pendidikan Volume III, No.5 (Online) (http:// journal.Walisongo.ac.id), diakses pada 20 Juli 2017. Poernomo, Joko Budi. 2015.

Efektifitas model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dengan TSTS terhadap hasil Belajar Materi Teori Kinetik Gas. Jurnal Peneltian Pendidikan Volume 1, No.1 (Online), (http://journal.Walisongo.ac.id/ ), diakses pada 20 Juli 2017. Pradhana, V. G. 2013. Perbedaan

Model Pembelajaran Koope-ratif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Group Investi-gation (GI) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada

Kom-petensi Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro UNESA Vol 2 nomor 2. (Online).(http://jurnalmahasisw a.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

pendidikan-teknik-elektro/article/view/3351), diakses pada 15 Agustus 2016. Rezki, Utari. 2014. Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Pemahaman Kon-sep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014). Skripsi. Bandarlampung : Universitas Lampung.

Sasongko, Anggi. 2016. Eksperimentasi Model Pem-belajaran Kooperatif Tipe dengan Concept Mapping pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII SMP Se-Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Matematika Volume 4, No.6 (Online) (http://media.neliti.com/), diakses pada 20 Juli 2017. Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D.,

Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, Rohayati, A. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Widihastuti, Erma. 2016. Pengaruh Pendekatan Kontekstual terha-dap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester

(12)

Genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016). Skripsi. Bandarlampung : Universitas Lampung.

Yusuf, A. T. 2012. Pengaruh Pene-rapan Teknik Dua Tinggal Dua Tamu Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII MTS Ibadurrahman Lolo Kabupaten Solok Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Peneltian Pendidikan Vol 2

nomor 3. (Online)

(http://ejournals1.stkip-pgri-sumbar.ac.id/), diakses pada 20 Juli 2017.

Gambar

Tabel 5. Pencapaian Indikator      Kemampuan Representasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penanaman bawang merah yang dilakukan masyarakat pihak Pemerintah Kabupaten Kampar dapat mengevaluasi hasil penanaman bawang merah tersebut dan menilai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kartasura pada pembelajaran biologi mengalami peningkatan melalui penerapan

5 alat MSL-M untuk percobaan mengolah limbah Cair Domestik (a,b,c) dengan tenaga Gravitasi.. Model alat MSL-M untuk Laboratorium dengan

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan

Meyakinkan keandalan informasi, fungsi audit internal yang ketiga ini juga telah sesuai dengan standar perusahaan bahwa fungsi audit internal yaitu Memberikan

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai suatu usaha yang telah dilakukan,

Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Pada dasarnya Kemampuan Manajerial Pengurus Dalam Mempromosikan Usaha Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat memuat

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bura Efek Indonesia tahun 2013-2015 sesuai publikasi Indonesian capital