KEPUASAN KERJA TERGANTUNG DARI KINERJA
MANAJERIAL DAN PARTISIPASI PENGANGGARAN
(Studi Pada Koran Harian Pagi Radar Kediri)
Anita Sumelvia DewiJurusan Manajemen Universitas Islam Kadiri (Uniska), email:anitasumelviadewiazka@gmail.com
abstract
This study aims to analyze how the influence of budget participation variables on managerial performance and job satisfaction. This research development from research of Wasisto and Sholihin (2004), In this research, Data used is primary data with spread questioner to respondent. From the questionnaires collected respondents obtained from employee perceptions and newspaper journalists Radar Kediri including middle managers and managers on it.
During the study, of the 70 questionnaires distributed, the 58 questionnaires (78.6%) returned, but only 44 questionnaires answered completely so that the sample of this study was 44 people. Analysis of this research with Moderating Regression Analysis (MRA). The results in this study indicate that budgetary participation reinforces managerial performance and job satisfaction when budgetary participation interacts with procedural justice as a moderating variable, therefore the influence will be stronger and more significant. So the researcher concludes that there is influence between budget participation on managerial performance. Managerial performance also has a significant effect on job satisfaction.
Keywords:Job satisfaction, Managerial Performance and Budgetary participation
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dan kepuasan kerja. Pengembangan penelitian ini dari penelitian Wasisto dan Sholihin (2004), Dalam penelitian ini, Data yang digunakan adalah data primer dengan penyebaran kuesioner kepada responden. Dari kuesioner Radar Kediri termasuk manajer menengah dan manajer di atasnya. Selama penelitian, dari 70 kuesioner yang didistribusikan, 58 kuesioner (78,6%) kembali, tetapi hanya 44 orang yang menjawab sepenuhnya sehingga sampel penelitian ini adalah 44 orang. Analisis penelitian ini dengan Moderating Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dari kinerja manajerial dan kepuasan kerja ketika penganggaran partisipasi berinteraksi dengan keadilan prosedural sebagai variabel moderating, sehingga pengaruh akan lebih kuat dan lebih signifikan. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara partisipasi anggaran pada kinerja manajerial. Kinerja manajerial juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja.
PENDAHULUAN
Sebuah organisasi membutuhkan
anggaran untuk menerjemahkan
keseluruhan strategi kedalam rencana serta tujuan jangka pendek juga jangka
panjang (Hansen serta Mowen,
1997:151). Fungsi dari anggaran
tersebut selain sebagai alat untuk pengendalian juga sebagai alat untuk mengkoordinasikan,
mengkomunikasikan, Radartivasi serta mengevaluasi prestasi (Kennis, 1979 dalam Hariyanti serta Nasir, 2002).
Dirtina et al. (1996) dalam
Ghozali serta Marsudi (2001)
menyatakan bahwa untuk tetap bertahan dalam lingkungan persaingan saat ini, pelaku bisnis harus mempu menciptakan kondisi bisnis fleksibel serta inovatif,
serta pelaku bisnis harus
mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan semakin sulit diprediksi.
Maka dengan asertaya teknologi
informasi semakin maju, dapat
memformulasikan sistem informasi
untuk menghasilkan informai akurat, tepat waktu serta dalam jumlah
mencukupi (Susilawati M, 1998).
Manajer perlu menyusun anggaran dengan baik karena anggaran merupakan gambaran perencanaan seluruh aktivitas operasional perusahaan (Siegel serta Marconi, 1989 : 138).
Suatu organisasi tidak akan efektif bila anggaran tersebut tidak dapat
mengakomodasi semua kepentingan
departemen terkait dalam
pelaksanaannya, untuk itu penganggaran
partisipasi digunakan untuk
menumbuhkan sense of belonging setiap pelaksana anggaran (Pranesti serta Roekhudin, 2001). Proses penyusunan anggaran juga merupakan kegiatan penting dalam melibatkan berbagai pihak baik manajemen tingkat atas (top level management) maupun manajemen tingkat bawah (lower level management) akan memainkan peran penting dalam
mempersiapkan serta mengevaluasi
berbagai alternatif dari penganggaran
partisipasi. Variabel partisipasi diambil sebagai titik tolak untuk menjalankan hubungan antara variabel lain terkait. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa terdapat tiga pendekatan
digunakan dalam penyusunan anggaran yaitu top – down (pendekatan dari atas ke bawah), bottom – up (pendekatan dari bawah ke atas) serta pendekatan lain merupakan gabungan dari kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan partisipasi (Anthony serta Govindarajan, 1995). Oleh karena itu, partisipasi dalam
penyusunan anggaran dapat
mempengaruhi kinerja.
Dalam beberapa penelitian telah dilakukan oleh Bass serta Leavitt (1963); Schuler serta Kim (1976); Brownell (1982b); Brownell serta McInnes (1986); serta Indriantoro menemukan bahwa ada hubungan positif serta signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Sementara hasil penelitian Milani (1975); Kenis (1979); serta Ryanto (1996) menunjukkan bahwa terdapat hubungan tidak signifikan
diantara partisipasi penyusunan
anggaran dengan kinerja manajerial, sesertagkan penelitian lain melaporkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut bertolak belakang atau negatif (Sterdy, 1960; Bryan serta Locke, 1967 dalam Riyadi, 1999). Penelitian lain telah dilakukan, disimpulkan bahwa persepsi
bawahan (subordinat) mengenai
keadilan merupakan pemrediksi penting atas sikap serta perilaku, dimana ternyata terdapat pengauh positif antara partisipasi dalam penyusunan angaran degan kepuasan kerja (Milani, 1975; Kenis, 1979).
RUMUSAN MASALAH
Berkaca dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara partisipasi penganggaran terhaadap kinerja
manajerial pada harian pagi Radar Kediri?.
2. Apakah ada pengaruh yang
signifikan antara kinerja
manajerial terhadap kepuasan kerja pada harian pagi Radar Kediri?.
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Anggaran
Kenis (1979) menyatakan
bahwa anggaran adalah alat koordinasi serta komunikasi antara pimpinan serta bawahan dalam organisasi. Anthony
serta Govindarajan (1998:373)
mendefinisikan anggaran sebagai sebuah rencana keuangan, biasanya mencakup periode satu tahun serta merupakan alat-alat untuk perencanaan jangka pendek serta pengendalian dalam organisasi.
Hansen and Mowen (1997)
mendefinisikan anggaran sebagai suatu rencana kuantitatif dalam bentuk
moneter maupun nonmoneter
digunakan untuk menerjemahkan tujuan serta strategi perusahaan dalam satuan operasional.
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran merupakan rencana kuantitatif dalam bentuk moneter serta nonmoneter sebagai alat koordinasi, komunikasi, perencanaan serta pengendalian laba dalam jangka waktu tertentu. Mulyadi (1993:488)
mendefinisikan Anggaran (budget)
sebagai suatu rencana terinci
dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif dalam satuan moneter serta satuan ukuran lain untuk menunjukkan perolehan serta penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.
Fungsi Serta Dampak Anggaran
Menurut Garrison (2000) dalam
Anggraeni (2003), perusahaan tidak akan mencapai tingkat kesuksesan maksimal jika tidak menggunakan sistem penganggaran terkoordinasi.
Garrison (1997) menyatakan bahwa fungsi anggaran adalah pengendalian
serta perencanaan. Perencanaan
mencakup pengembangan tujuan untuk masa depan, sesertagkan pengendalian digunakan untuk menjamin bahwa seluruh fungsi manajemen dilaksanakan sesuai dengan perencanaan telah ditetapkan sebelumnya (Garrison, 1997).
Selanjutnya Siegel serta
Marconi (1989:125) menyatakan bahwa anggaran juga berfungsi sebagai alat komunikasi nternal menghubungkan departemen atau divisi dalam organisasi,
dengan manajemen puncak,
mempengaruhi serta Radartivasi
manajer untuk bertindak secara efektif, efisien. Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk Radartivasi kinerja para anggota organisasi (Chow et al., 1988), alat koordinasi (kenis, 1992), serta alat
untuk mendelegasikan wewenang
pimpinan kepada bawahan (Hofstede, 1968 dalam Supomo serta Indriantoro, 1998).
Selain dampak fungsional,
anggaran dapat menimbulkan dampak disfungsional terhadap perilaku serta sikap anggota organisasi (Milani, 1975). Anggaran terlalu menekan akan
menyebabkan ketegangan sehingga
dapat menyebabkan inefisiensi (Argyris, 1952 dalam Supomo serta Indriantoro, 1998).
Partisipasi Anggaran
Partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya (Robbins, 2003). Polimeni et al., (1991)
menyatakan bahwa penganggaran
partisipasi merupakan suatu anggaran mengizinkan manajer tingkat menengah, bawah untuk merencanakan aktivitas mereka percaya secara realistis mampu dicapai, sesertagkan Heitger et al.,
(1992) menyatakan bahwa
penganggaran partisipasi merupakan suatu proses menyiapkan anggaran
menggunakan input dari manajer
memegang tanggung jawab untuk
performa anggaran.
Brownell (1982a) dalam
Supomo serta Indriantoro (1998)
menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses
dimana individu terlibat dalam
penyusunan target anggaran, lalu individu tersebut dievaluasi kinerjanya, memperoleh penghargaan berdasarkan
target anggaran. Faktor utama
membedakan penganggaran patisipatif,
non patisipatif adalah tingkat
keterlibatan serta pengaruh bawahan dalam menyusun anggaran (Milani, 1975).
Inti dari penganggaran
partisipasi adalah diperlukan kerjasama antara seluruh tingkatan organisasi.
Manajer puncak biasanya kurang
mengetahui bagian sehari-hari, sehingga harus mengandalkan informasi anggaran lebih rinci dari bawahannya. Sisi lain, manajer puncak mempunyai perspektif lebih luas atas perusahaan secara
keseluruhan sangat vital dalam
pembuatan anggaran secara umum. Setiap tingkatan tanggung jawab dalam suatu organisasi harus memberikan
masukan terbaik sesuai dengan
bisertagnya dalam suatu sistem
kerjasama penyusunan anggaran
(Garrison serta Noreen, 2000:409). Keunggulan Partisipasi Anggaran
Dunk (1990) serta Nur
Indriantoro (1993) dalam Poerwati (2002) berpendapat bahwa kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan
anggaran tercapai serta bawahan
mendapat kesempatan terlibat serta berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta Radartivasi bawahan
mengidentifikasi serta melakukan
negoisasi dengan atasan mengenai target
anggran, menerima kesepakatan
anggaran serta melaksanakannya
sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria
kinerja, sistem pengahargaan (reward) serta konflik.
Siegel serta Marconi (1989:139) menyatakan bahwa keuntungan dari partisipasi adalah memacu peningkatan moral, serta inisiatif bagi mereka untuk mengembangkan ide serta informasi
pada seluruh tingkat manajemen,
meningkatkan group cohesiveness
kemudian meningkatkan kerjasama
antar individu dalam pencapaian tujuan, terbentuknya group internalization yaitu
penyatuan tujuan individu serta
organisasi, menghindari tekanan,
kebingungan dalam melaksanakan
pekerjaan serta manajer menjadi tanggap terhadap masalah-masalah sub unit tertentu, memiliki pemahaman lebih baik tentang
ketergantungan antar departemen. Kelemahan Partisipasi Anggaran
Hansen serta Mowen (1997)
menyatakan bahwa penganggaran
partisipasi dapat menyebabkan
pembuatan standar terlalu tinggi sejak tujuan dianggarkan menjadi tujuan manajer. Sementara Dunk (1993) serta
Yuwono (1999) menyatakan
penganggaran partisipasi dapat
menyebabkan senjangan anggaran, yaitu perbedaan antara jumlah sumber daya
sebenarnya diperlukan untuk
menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah diajukan oleh manajer bersangkutan untuk mengerjakan tugas sama.
Menurut Hansen serta Mowen (1997:295) ada 3 masalah timbul menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara lain :
1. Pembuatan standar terlalu tinggi atau rendah, sejak dianggarkan menjadi tujuan manajer.
2. Slack anggaran, adalah perbedaan
antara jumlah sumberdaya
sebenarnya diperlukan untuk
menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah diajukan oleh
manajer bersangkutan untuk mengerjakan tugas sama.
3. Pseudoparticipation, mempunyai arti
bahwa perusahaan menggunakan
partisipasi dalam partisipasi
penganggaran padahal sebenarnya tidak. Dalam
Kinerja Manajerial
Kinerja merupakan faktor penting digunakan untuk mengukur efektifitas serta efisiensi organisasi. Dalam penelitian ini, definisi kinerja digunakan mengacu pada penelitian Mahoney et al., (1963) dalam Supomo serta Indriantoro (1998). kinerja manajerial didasarkan pada fungsi – fungsi manajemen ada dalam kinerja manajemen klasik yaitu: perencanaan, koordinasi, evaluasi, pengaturan staffi, negosiasi, investigasi, perwakilan serta pengawasan.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dapat
didefinisikan sebagai keadaan emosi positif atau menyenangkan diakibatkan
oleh penghargaan atas pekerjaan
seseorang atau pengalaman
pekerjaannya (Locke, 1976). Lind serta Tyler (1988) dalam Wasisto serta Sholihin (2004) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa prinsip keadilan tinggi dalam suatu perusahaan akan mendukung kepuasan kerja lebih tinggi. Dalam penganggaran, faktor manusia merupakan bagian penting. Siegel serta Marconi (1989) menyatakan bahwa manusia berada di balik aspek teknis dalam anggaran. Ia menetapkan tujuan serta bertanggungjawab pula untuk melaksanakan tujuan tersebut. Supomo serta Indriantoro (1998) menyatakan bahwa aspek human relation adalah hal
penting dalam upaya peningkatan
kinerja.
Kepuasan kerja adalah salah satu dampak dari aspek human relation tersebut. Hal ini dapat dilihat dari definisi kepuasan kerja, yaitu: Kepuasan
kerja merupakan suatu sikap positif menkut penyesuaian diri sehat dari para karyawan terhadap kondisi serta situasi kerja, termasuk didalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik serta kondisi psikologis (Anoraga, 1998: 82) Kepuasan kerja merujuk pada sikap
seseorang individu terhadap
pekerjaannya, seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu (Robbins, 2003: 91) Definisi kepuasan kerja digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Herzberg.
Herzberg et al., (1959) dalam Gibson et al., (1994) menggunakan pendekatan Incident Critical untuk mengukur kepuasan kerja. Pendekatan tersebut adalah analisis kepuasan dalam menentukan aspek terkait pada perilaku positif serta negatif. Perilaku pekerja
adalah faktor penting harus
diperhatikan, karena dapat
mempengaruhi perilaku organisasi. Kepuasan kerja merupakan perilaku pekerja terhadap kerja mereka lakukan. Hal ini diwujudkan dalam tanggapan emosional pekerja pada situasi kerja merupakan hasil persepsinya (Luthan, 1992).
Hubungan Partisipasi Anggaran - kinerja Manajerial
Pengaruh penganggaran
partisipasi pada kinerja manajerial merupakan tema menarik dalam penelitian akuntansi manajemen (Lukka, 1988) dalam (Supomo serta Indriantoro, 1998). Brownell (1982b) menyatakan alasan menariknya tema tersebut, yaitu: (1) Umumnya partisipasi dinilai dapat meningkatkan kinerja manjerial, (2) Hasil penelitian mengenai partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja menunjukkkan hasil tidak konsisten.
Salah satu fungsi dari partisipasi penganggaran adalah sebagai sarana komunikasi antara bawahan serta atasan,
kritiknya, untuk mencari informasi bagi penyelesaian tugas (Brownell serta Hirst, 1986), serta menjamin kecukupan anggaran (Nouri serta Parker, 1998) dengan mengikutsertakan input mereka pada sumber daya diperluklan untuk menyelesaikan tugas mereka.
Brownell (1982b) dalam
Supomo serta Indriantoro (1998)
melakukan studi lapangan terhadap 48 manajer pusat biaya level menengah bekerja pada perusahaan-perusahaan menufaktur skala besar di San Fransisco. Penelitian ini menggunakan instrumen
Milani (1975) untuk mengukur
partisipasi penganggaran serta instrumen Mahoney et al. (1963) untuk mengukur kinerja manajerial tersebut, menemukan hubungan positif serta signifikan antara partisipasi dengan kinerja manajerial. Indriantoro (1993) dalam Supomo serta Indriantoro (1998) melakukan studi lapangan pada perusahaan pada berbagai ukuran serta tipe industri berlokasi di Jakarta. Berdasarkan jawaban 179 manajer dari berbagi fungsi antara lain akuntansi, administrasi, produksi, sistem informasi serta pemasaran, penelitian tersebut menemukan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial. Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran, Keadilan Prosedural - kinerja Manajerial
Dalam penelitiannya, Tang serta
Starfield – Baldwin (1996)
mengemukakan bahwa apabila manajer dapat menerapkan peraturan secara adil serta konsisten ke seluruh karyawan serta memberikan reward bagi mereka berdasarkan kinerja serta kelebihannya tanpa bias pribadi, maka karyawan akan memiliki persepsi positif mengenai keadilan prosedural, secara langsung
dapat meningkatkan kepuasan,
komitmen, serta keterlibatan (misalnya dalam penyusunan anggaran). Akan tetapi, Lind serta Tyler (1988) dalam
Wasisto serta Sholihin (2004)
mengungkapkan bahwa hubungan antara kinerja dengan variabel sikap
(attitudinal variable) tidaklah bersifat langsung.
Lawler (1973) dalam Marsudi serta Ghozali (2001) menyatakan bahwa
proses partisipasi memberikan
kesempatan bagi bawahan untuk
mengajukan pertanyaan kepada atasan. Dengan mengajukan pertanyaan maupun
minta penjelasan, bawahan dapat
memperoleh pemahaman lebih baik tentang tugas serta penyelesaiannya. Penerimaan pengetahuan berhubungan dengan tugas (task relevant knowledge) dapat meningkatkan kinerja. Persepsi bawahan mengenai seluruh proses diterapkan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka, sebagai
sarana untuk mengkomunikasikan
feedback kinerja serta menentukan
reward bagi mereka seperti promosi
atau kenaikan gaji (McFarlin serta Sweeny, 1992) akan secara langsung dapat meningkatkan penerapan keadilan prosedural dalam organisasi/perusahaan. Hubungan Partisipasi Anggaran - Kepuasan Kerja
Garrison serta Noreen (2000) dalam Anggraeni (2003) menyatakan bahwa keunggulan partisipasi adalah menghargai pendapat serta pansertagan tingkat menengah serta bawah sehingga mereka lebih cenderung terdorong untuk mencapai anggaran. Selain itu, dalam penganggaran partisipasi terdapat sistem kendali unik, yaitu kesalahan serta tanggung jawab terdapat pada penyusun anggaran itu sendiri sehingga mereka tidak dapat berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal untuk dicapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penganggaran partisipasi akan
berpengaruh positif serta signifikan dalam meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja tergantung dari tingkat perolehan ekstrinsik (faktor hygiene) serta intrinsik (factor motivator) (Gibson
ini menggunakan definisi kepuasan kerja (faktor ekstrinsik) mengacu pada teori Herzberg. Syptak et al., (1999) menyatakan bahwa berdasarkan teori tersebut, kepuasan kerja memiliki dua dimensi yaitu faktor hygiene serta faktor
motivator: Syptak et al., (1999)
menyatakan bahwa untuk mengurangi ketidakpuasan, mutu dari supervisor harus baik dalam menentukan anggaran. Keputusan untuk menentukan seorang supervisor adalah hal sulit. Pekerja baik belum tentu dapat menjadi
supervisor baik. Oleh karena itu,
kepemimpinan serta kemampuan untuk memperlakukan pekerja dengan adil
merupakan hal – hal harus
dipertimbangkan dalam menentukan
supervisor. Partisipasi dalam penyusnan
anggaran mempunyai pengaruh
signifikan pada hubungan antara
penekanan anggaran serta kepuasan kerja.
HIPOTESIS
Berkaca dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Diduga ada pengaruh yang signifikan antara partisipasi penganggaran terhaadap kinerja manajerial pada harian pagi Radar Kediri.
2. Diduga ada pengaruh yang
signifikan antara kinerja
manajerial terhadap kepuasan kerja pada harian pagi Radar Kediri.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Dalam suatu penelitian,
pemilihan jenis penelitian akan
dilakukan merupakan hal sangat penting untuk mempermudah proses penyelesaian penelitian itu sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian survey dimana informasi dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian
survey adalah suatu penelitian
dilakukan untuk memperoleh fakta – fakta dari gejala – gejala ada serta untuk mencari keterangan – keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi/politik dari suatu kelompok atau suatu daerah (Hasan, 2002). Umumnya survey dibatasi pada survey sampel
dimana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi serta lingkungan penelitian ini berada pada lingkungan
sebenarnya/lapangan (Singarimbun,
1995).
Sumber Data serta Jenis Data
Sumber data penelitian adalah faktor penting digunakan untuk menentukan metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Data primer adalah sumber data penelitian diperoleh secara langsung dari sumber asli serta secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan untuk penelitian (Indriantoro serta Supomo, 1999; 146). Data ini dapat berupa individual atau kelompok, hasil observasi, serta hasil pengujian.
Jenis Data
Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data serta pemilihan
metode untuk memperoleh data
penelitian. Jenis data dalam penelitian ini adalah data subjek (self-report data) yaitu data penelitian berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik
dari seseorang/sekelompok orang
menjadi subjek penelitian (Indriantoro serta Supomo, 1999; 145). Data subjek ini juga dapat berasal dari berbagai
bentuk tanggapan atau respon
diberikan, yaitu lisan, tulisan, serta ekspresi.
Unit Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data dianalisa dalam penelitian. Unit
analisis ini merupakan elemen penting
dalam desain penelitian, karena
mempengaruhi proses pemilihan,
penyampelan, serta analisis data. Unit analisis digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat individu, karena diamati adalah perilaku manajer berkaitan dengan gaya pengambilan keputusan mereka (Indriantoro serta Supomo, 1999; 94).
Populasi Serta Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan dan wartawan koran
Radar Kediri termasuk manajer
menengah dan manajer di atasnya jumlahnya 70 orang. Dalam penelitian ini penulis membagikan kuesioner dan didapat kuesioner kembali adalah 58 kuesioner (78,6%), tetapi hanya 44 kuesioner menjawab secara lengkap sehingga sampel penelitian ini adalah 44 orang.
Metode Analisis Data
Dalam rangka
menganalisis data (agar sesuai dengan tujuan penelitian ini), maka data dianalisis secara kuantitatif untuk menjelaskan profil Radar dilihat dari umur perusahaan, modal usaha, tenaga kerja, biaya produksi, san volume kepuaasan kerja.
Disamping itu, juga
dilakukan analisis kuantitatif. Secara kuantitatif artinya memakai uji
statistik menjawab hipotesis
dikemukakan dengan regresi linear berganda. Model regresi linear
berganda digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh
antara variabe-variabel bebas
terhadap variabel terikat baik secara parsial maupun secara serempak. Perhitungan statistik didasari hasil angket pembaca harian pagi Radar Kediri, berjumlah 50 responden (Sesuai ketentuan, jumlah responden minimal 5 kali variabel diteliti). Hal ini sesuai pendapat Hamdy (1982) &
Subagyo (1985) dalam bukunya menjelaskan pemberian skor pada analisa kwalitatif menjadi kwantitatif dengan klasifikasi sebagai berikut :
Untuk jawaban bagus sekali ; Diberi nilai ; 90 % (9,0)
Untuk jawaban bagus ; diberi nilai 80% (8,0)
Untuk nilai cukup;
diberi nilai 70% (7,0)
Untuk nilai kurang ; diberi nilai 50% (5,0)
Untuk jawaban kurang sekali; diberi nilai 30% (3,0)
Untuk jawaban jelek ; diberi nilai 0.
Dari data diperoleh selanjutnya dianalisis dengan model regresi linear berganda, korelasi berganda serta
korelasi parsial. Adapun bentuk
implisitnya adalah sebagai berikut: Y = f ( X1,X2) + E Keterangan
Y = Hasil kepuaasan kerja E = Variabel pengganggu X, X2 = Faktor/variabel keunggulan strategis
Berdasarkan variabel
diturunkan dalam hipotesis maka secara spesifik, menggunakan model regresi linear berganda karena dilihat adalah pengaruh beberpa variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Formulasi tersebut secara eksplisit adalah sebagai berikut:
Y = bo + b1X1 + b2X2 + e Keterangan
Y= Variabel tidak bebas,yaitu hasil kepuaasan kerja Radar Kediri. Bo= Bilangan Konstanta. X1,X2 = Variabel bebas
B1, b2 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas.
E = Error (variabel yg tidak dianalisis)
Pengujian Hipotesa
Rumus digunakan menghitung R2 sebagai berikut : R2 = JK (Reg) (Sudjana; 1991) Y2 Keterangan R2 = Koefisien determinasi JK (Reg) = Jumlah kwadrat (Reg) Y2 = JK (total dikoreksi)
Kegunaan R2 adalah mengukur ketepatan paling baik dari analisis regresi linier ganda. Jika R2 mendekati 1 (satu), maka dikatakan semakin kuat model ini menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Sebaliknya, bila R2 mendekati 0 (nol), maka semakin lemah variasi variabel bebas menerangkan variasi variabel tidak bebas. Secara umum dikatakan, besarnya sumbangan variabel bebas
terhadap variabel bebas secara
keseluruhan dapat dijelaskan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi berganda (R2), berada antara 0 serta 1 atau secara matematis nol r2 1.
HASIL PENELITIAN SERTA PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden
Dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui kuesioner, terdapat 44 jawaban responden layak diuji serta diolah lebih lanjut. Gambaran
umum responden diklasifikasikan
menurut usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jabatan, lama responden menjabat di posisinya sekarang serta lama bekerja di perusahaan serta jumlah bawahan.
Dari 70 kuesioner disebarkan, jumlah kuesioner kembali adalah 58 kuesioner (78,6%) serta 14 diantaranya tidak terisi lengkap. Dengan demikian,
ada 44 jawaban kuesioner digunakan untuk diolah dalam analisis data. Dari 44 kuesioner diolah serta disajikan pada tabel diatas, responden paling banyak berpartisipasi dalam penelitian ini berusia antara 20-30 tahun yaitu 21 orang (47,7 %). Responden berjenis
kelamin pria paling banyak
berpartisipasi dengan jumlah sekitar 28 orang (63,6 %), sesertagkan sisanya berjenis kelamin wanita. S1 merupakan pendidikan terakhir paling banyak dimiliki responden yaitu 20 orang (45,5 %), kemudian D3 serta SLTA. Serta
paling banyak menempati jabatan
sebagai lower manajer yaitu 31. Statistik Deskriptif
Statisitik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami serta diintrepretasikan. Statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian utama
serta data demografi responden.
Pengukuran ini umumnya dibutuhkan
karena mampu menggambarkan
pemusatan nilai-nilai observasi sampel (Dajan, 1986:172). Pengukuran statistik sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan program
komputer Statistical Package for Social
Science (SPSS) versi 12.0.
Perhitungan Statistik
Perhitungan statistik ini didasari hasil angket berhubungan dengan variabel partisipasi penganggaran, kinerja manajerial serta kepuasan kerja.
Adapun perhitungan ini memakai
program statistik SPSS, dengan taraf significant () = 5 % . Untuk perhitungan regresi serta kolerasi, penulis berpedoman pada hasil survei (angket) sebanyak 44 orang. Dari data ada, diuraikan dalam perhitungan statistik program SPSS dengan hasil sebagai berikut:
Perhitungan regresi Antara Variabel bebas terhadap Kepuaasan kerja
Y X1 X2 Pearson Y Correlation X1 X2 1.000 .620 .348 .620 1.000 -.220 .348 .292 -.085 Sig. Y (1-tailed) X1 X2 . .000 .007 .000 . .062 .007 .062 . N Y X1 X2 44 44 44 44 44 44 44 44 44
Sumber : Data Primer, Diolah
(2018)
Hasil perhitungan korelasi diatas menunjukkan, antara variabel terikat serta 2 variabel bebas (X1, X2) ada hubungan sangat erat antara kedua variabel dengan hasil kepuasan kerja. Hal ini terlihat dari hasil regresi sebesar 0,62 untuk X1, 0,348 untuk X2, 0,6. Agar mampu memberikan gambaran lebih jelas analisis pengaruh 4 variabel pada kepuasan kerja Radar Kediri, dapat dilihat dari lanjutan tabel 6 dibawah ini.
menggambarkan urutan pengaruh
variabel (X1,X2) paling besar hingga paling kecil terhadap omset kepuaasan kerja (Y).
Urutan pengaruh variabel bebas terhadap (Y)
VARIABE
L
HASIL
PERHITUNGA
N STATISTIK
X1
0,62
X3
0,60
Sumber : Data primer diolah (2018)
Berdasarkan data dari tabel dibawah ini menunjukkan semua item pertanyaan untuk variabel Kepuasan Kerja mempunyai nilai korelasi lebih
besar dari 0.5 serta mempunyai
koefisien alpha 0.903 Dengan demikian berarti bahwa item pertanyaan untuk variabel Kepuasan Kerja (Y2) valid
serta reliable untuk pengujian
selanjutnya.
Uji R antara Variabel bebas &
Variabel Terikat
Model Summary Mo del R R Squ are Adjus ted R Squar e Std.Er ror Of the estim ate Durb in - Wats on 1 1.0 00 1.00 0 1.000 5.311 E-08 .452 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber : data primer diolahDistribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random
kontinyu (Dajan, 1986). Kurva
menggambarkan distribusi normal
adalah kurva normal berbentuk simetris. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal maka
digunakan pengujian
Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap
masing-masing variabel. Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai R serta R square sebesar 1,00 lebih besar dari 0,05, menunjukkan hipotesa 0 (H0) ditolak serta hipotesa alternatif (H1) diterima.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Dari hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi ditemukan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran menguatkan kinerja manajerial (nilai t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu 4.833 > 1.980). Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi tinggi
dalam penyusunan anggaran akan
meningkatkan kinerja manajerial. Hasil temuan tersebut sesuai dengan teori
telah ditemukan sebelumnya. Melalui
partisipasi, manajer dapat
mengumpulkan informasi, pengetahuan, kekuatan, serta kreativitas untuk
memecahkan persoalan dapat
meningkatkan kinerja (Gibson et al., 1994 dalam Mirthasari, 2004).
Internalisasi tujuan organisasi oleh para manajer akan meningkatkan efektifitas organisasi, karena konflik potensial antara tujuan individu dengan tujuan oganisasi dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan. Greenberg serta Folger (1983) dalam Hariyanti serta
Nasir (2002) berpendapat bahwa
partisipasi dapat meningkatkan kinerja karena (i) partisipasi memungkinkan
bawahan mengkomunikasikan apa
mereka butuhkan kepada atasannya serta (ii) partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk memilih.
Tindakan memilih tersebut
dapat membangun komitmen serta dianggap sebagai tanggung jawab atas apa telah dipilih. Semua kelebihan partisipasi ini sangat mungkin akan memperluas tingkat persetujuan dengan gaya evaluasi digunakan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja (Otley, 1978) dalam Yenti (2003). Hal ini menunjukkan hubungan positif antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial.
Hasil penelitian ini berhasil mengkonfirmasi penelitian sebelumnya
yaitu Brownell (1981), Brownell
(1982b), Brownell serta Mclnes (1986), Indriantoro (1992) dalam Marsudi serta Ghozali (2001), Hariyanti serta Nasir (2002), Puspaningsih (2002) berhasil membuktikan hubungan positif serta signifikan antara kinerja manajerial dengan partisipasi anggaran. Serta tidak konsisten dengan hasil penelitian Milani (1975), Kenis (1979), Brownell & Hirst (1986), Riyadi (1999), Supomo serta Indriantoro (1998), Yenti (2003) menemukan hubungan tidak signifikan.
Hasil pengujian hipotesis kedua ini menggunakan metode Moderating
Regression Analysis (MRA) (Gozali,
2001; 92), dimana metode ini
menghubungkan satu variabel
independen dengan variabel dependen. Pengujian pada hipotesis kedua (H2)
dalam penelitian ini, merupakan
pengembangan dari penelitian telah
dilakukan sebelumnya oleh
Puspaningsih (2002) meneliti hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial serta kepuasan kerja, menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial serta kepuasan kerja.
Peneliti mencoba memperluas
pembahasan dengan memasukkan
variabel keadilan prosedural sebagai variabel moderating. Alasan peneliti adalah, bahwa keadilan prosedural tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja. Lindquist (1995) serta Libby (1999) menemukan bahwa keadilan prosedural merupakan persepsi dari bawahan mengenai pansertagan bahwa perusahaan telah menerapkan prosedur serta proses ang adil, karena keadilan prosedural merupakan faktor ekstrinsik berasal dari dalam perusahaan serta bukan dari diri seorang bawahan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa keadilan prosedural menguatkan hubungan antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial (nilai t hitung lebih besar dari t tabel , yakni 4.277<1.980 untuk X1*X2) Hal ini menunjukkan bahwa tingginya keadilan prosedural akan menguatkan hubungan
antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial.
Partisipasi pengganggaran
memungkinkan bawahan untuk bertukar serta mencari informasi dari atasan mereka, tentunya dapat mendukung
terciptanya pemahaman lebih
mendalam mengenai proses penentuan anggaran serta urusan keorganisasian lain. Selain itu, partisipasi penganggaran juga memungkinkan bawahan untuk
mencari informasi bagi penyelesaian tugas (Brownell serta Hirst, 1986).
Partisipasi penganggaran juga
berhubungan secara positif dengan kinerja manajerial (Wasisto serta Sholihin, 2004).
Hasil penelitian ini konsisten dengan teori menyatakan partisipasi
dalam penyusunan anggaran akan
meningkatkan kinerja manajer melalui efek positifnya yaitu dari suatu prosedur adil, telah termuat pada berbagai buku bacaan akuntansi manajemen seperti ditulis oleh Argyris (1952), Becker & Green (1962), Welsch (1976), serta juga konsisten dengan penelitian dilakukan oleh Wasisto serta Sholihin (2004).
Hasil pengujian hipotesis
dengan analisis regresi sederhana
ditemukan bahwa partisipasi
penganggaran berpengaruh terhadap kepuasan kerja ditunjukkan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari α ditetapkan (p<0,05), yaitu 0.000 atau nilai t hitung lebih besar dari t tabel (5.905 > 1.980). Hal ini menunjukkan
bahwa partisipasi tinggi dalam
penyusunan anggaran akan
meningkatkan kepuasan kerja. Hasil temuan tersebut sesuai dengan penelitian – penelitian telah dilakukan sebelumnya oleh Puspaningsih (2002). Kepuasan kerja tergantung dari tingkat perolehan ekstrinsik (factor hygiene) serta intrinsik (factor motivator) (Gibson et al., 1994).
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan definisi kepuasan kerja mengacu pada teori Herzberg. Syptak et
al., (1999) menyatakan bahwa
berdasarkan teori tersebut, kepuasan kerja memiliki dua dimensi yaitu faktor hygiene serta faktor motivator: Syptak et
al., (1999) menyatakan bahwa untuk
mengurangi ketidakpuasan, mutu dari supervisor harus baik dalam menentukan anggaran. Keputusan untuk menentukan seorang supervisor adalah hal sulit. Pekerja baik belum tentu dapat menjadi supervisor baik.
Oleh karena itu, kepemimpinan serta kemampuan untuk memperlakukan pekerja dengan adil merupakan hal – hal
harus dipertimbangkan dalam
menentukan supervisor. Hasil penelitian ini konsisten dengan (Dijk, 1999) berhasil membuktikan partisipasi dalam
penyusunan anggaran mempunyai
pengaruh signifikan pada hubungan
antara penekanan anggaran serta
kepuasan kerja.
Hasil pengujian hipotesis
keempat juga menggunakan metode
Moderating Regression Analysis (MRA)
(Gozali, 2001; 92). Pengujian pada hipotesis kedua (H4) dalam penelitian ini, merupakan pengembangan dari penelitian telah dilakukan sebelumnya oleh Puspaningsih (2002) meneliti hubungan antara kinerja manajerial serta
kepuasan kerja dengan partipasi
penganggaran. Peneliti mencoba
mengembangkan penelitian
Puspaningsih (2002) dengan
memasukkan satu variabel moderating yaitu keadilan prosedural.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa keadilan prosedural menguatkan
hubungan antara partisipasi
penganggaran terhadap kepuasan kerja (nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α ditetapkan (p<0,05), yakni sebesar 0.008 atau dengan kata lain nilai t hitung lebih besar dari t tabel , yakni 2.796<1.980 untuk X1*X2. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya keadilan prosedural akan menguatkan hubungan antara
partisipasi penganggaran dengan
kepuasan kerja. Hasil temuan dalam
penelitian ini konsisten dengan
penelitian dilakukan oleh Rawls (1971), Thibaut serta walker (1975), Lissak serta Sheppard (1983), Heuer serta Penrod (1986) .
KESIMPULAN
Penelitian ini menguji apakah
partipasi penganggaran mempunyai
dampak terhadap kinerja manajerial
serta kepuasan kerja. Untuk
menganalisis pengaruh tersebut
digunakan Moderating Regression
Analysis (MRA) (Gozali, 2001; 92).
Metode ini menghubungkan satu
variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian data dari hasil penelitian terhadap manajer terlibat dalam penyusunan anggaran termasuk manajer middle serta
lower dari harian pagi radar kediri, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.. Penelitian ini berhasil membuktikan
hipotesis kedua bahwa partisipasi dalam penyusunan penganggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dengan nilai signifikansi p lebih kecil dari α ditetapkan (p <0,05), yakni sebesar 0.000. Dari hasil analisis diperoleh nilai R2 = 0.542 Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel partisipasi penganggaran
(X1) dalam menjelaskan atau
memberikan sebagian besar
informasi dibutuhkan untuk
memprediksi variabel kinerja
manajerial (Y1), dapat dijelaskan oleh persamaan regresi sebesar 54,2 %, sesertagkan sisanya, yaitu 45,8 %, dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan model.
2. Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis kedua bahwa kinerja manajerial akan mempengaruhi
kepuasan kerja dengan nilai
signifikansi p lebih kecil dari α ditetapkan (p<0,05), yaitu 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa manajer berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran maka semakin
meningkatkan kepuasan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R. W., serta V. Govindarajan.
1998. Management Control
System. Boston: 9th Edition,
Mc Graw Hill Co.
Bachtiar, arief. serta D.S. Susilowati.
1998. Analisis Hubungan
antara Penganggaran
Partisipatif, Motivasi, serta kinerja Manajerial di PT. Badak NGL. Co. Bontang Kalimanatan Timur. Jurnal
Akuntansi serta auditing
Indonesia (JAAI). Vol.2, No.1.
Becker, S., and D. Green. 1978.
Budgeting and Employee
Behavior. Journal of Business 35 (January) : 392-402. Brownell, P. 1981. Participation in the
Budgeting Process, Locus of Control and Organizational
Effectiveness. The Accounting
Review. Vol. LVI, No.4,
Oktober: 844-860.
Chenhall, R.H, serta P. Brownell. 1988. The Effect of Participative Budgeting on Job Satisfaction
and Performance Role
Ambiguity as an Intervening
Variable. Accounting,
Organization and Society. Vol.
13 : 225-233.
Dajan, Anton. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jakarta: LP3S
Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymetry on The Relation Beetween Budgetary
Participation and Slack. The
Accounting Review. Vol.68,
Garrison, Ray H serta Erick W Noreen. 2000. Managerial Accounting.
Terjemahan Totok
Budisantoso. 2004. Boston: Irwin McGraw Hill.
Gaspersz, J. 2003. Analisis Hubungan antara Struktur Desentralisasi, Partisipasi Anggaran dengan Job Relevant Information, VOI Manager serta Pengaruhnya
terhadap Job Related
Outcome. Simposium Nasional akuntansi VI, Surabaya. Ghozali, I. Serta A.S. Marsudi. 2001.
Pengaruh Partisipasi
Penganggaran, Job Relevant
Information serta Volatilitas
Lingkungan terhadap kinerja Manajerial pada Perusahaan
Manufaktur di Indonesia.
Jurnal akutansi serta auditing
Indonesia (JAAI). Vol.5, No.5.
Gibson, James L., John M. I., James f., D. 1997. Organisasi serta
Manajemen. Jakarta :
Erlangga.
Govindarajan, V. 1986. Impact of Participation in the Budgetary Process on Attitudes and
Performance. Universalistic
and Contigency Perspectives.
Decision Sciences halaman
496-516.
Hanson, Don R., serta Maryanne M.
Mowen. 1997. Managemen
Accounting. 7th Edition. USA:
International Thompson
Publishing.
Hariyanti, W. Serta M. Nasir. 2002.
Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran
terhadap kinerja Manajerial : Peran Kecukupan Anggaran serta Komitmen Organisasi
sebagai Variabel Intervenning. Simposium Nasional Akuntansi V,Semarang.
Indriantoro, N., serta B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
untuk akuntansi serta
Manajemen. Yogyakarta.:
BPFE.
Milani, K. 1975. The Relationshipof Participation in Budget Setting
to Industrial Supervisor
Performance and Attitudes: A
Field Study. The Accounting
Review, April halaman
274-284.
Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen. Edisi dua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Mulyasari, W. serta S. Sugiri. 2004.. Pengaruh Keadilan Persepsian, Komitmen pada Tujuan, serta
Job Relevant Information
terhadap Hubungan antara
Partisipasi Anggaran serta kinerja Manajer. Simposium
Nasional Akuntansi VII,
Denpasar.
Poerwati, T. 2002. Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran
terhadap kinerja Manajerial :
Budaya Organisasi serta
Motivasi sebagai Variabel
Moderating. Simposium
Nasional Akuntansi V,
Semarang.
Pranesti, G serta Roekhudin. 2001. Analisis Korelasi Antara Gaya
Kepemimpinan Dengan
Penerapan Penganggaran
Partisipasi. TEMA. Vol. II, No. 1.
Puspaningsih, Abriyani. 2002. Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusnan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja serta kinerja Manajer. Jurnal akutansi serta auditing
Indonesia (JAAI). Vol.6, No.2.
Rahman, F. A. 2002. Pengaruh
Partisipasi Anggaran serta Keterlibatan Kerja terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai
Variabel Moderating.
Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang.
Riyadi, S. 2000. Motivasi serta
Pelimpahan Wewenang
sebagai Variabel Moderating
dalam Hubungan antara
Partisipasi Penyusunan
Anggaran serta kinerja
Manajerial. Jurnal Riset
akuntansi Indonesia. Vol.3,
No.2.
Rosidi. 2000. Partisipasi dalam
Penganggaran serta Prestasi Manajer : Pengaruh Komitmen Organisasi serta job relevant
information. Jurnal Ekonomi
serta Manajemen. Vol.1, No.1.
Sayekti, F., L. E. Wijayanti serta P.
Iriana. 2002. Pengaruh
Informasi Job Relevan serta
Desentralisasi terhadap
Hubungan antara Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran dengan kinerja Manajerial. Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang.
Sekaran, Uma. 1992. Research
Methodes for Business. USA: John
Wiley& Sons, Inc.
Siegel, G serta H.R. Marconi. 1989.
Behavioral Accounting. Ohio:
South Western Publishing Co, Cincinnanti.
Supomo, B. serta Nur Indriantoro. 1998. Pengaruh Struktur serta Kultur Organisasi terhadap Kefektifan Partisipasi Anggaran dalam
Peningkatan kinerja
Manajerial : Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur.
Kelola. No.18, 61-48.
Supriyono, R.A serta Syakhroza, A.
2003. Peran Asimetri
Informasi Serta Peresponan
Keinginan Sosial Sebagai
Variabel Moderating
Hubungan Antara Partsipasi Pengangaran Serta kinerja
Manajer Di
Indonesia.Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.
Supriyono, R.A. 2004. Pengaruh
Komitmen Organisasi serta Keinginan Sosial terhadap Hubungan antara Partisipasi
Anggaran serta kinerja
Manajer. Jurnal Ekonomi serta
Bisnis Indonesia. Vol.20, No.1
Terry, G.R, and L. Rue. 1991.
Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta:
Bumi Aksara. Wasisto, A serta Sholihin, M. 2004. Peran
Partisipasi Penganggaran
dalam Hubungan Antara
Keadilan Prosedural Dengan
kinerja Manajerial Serta
Kepuasan Kerja. Simposium
Nasional Akuntansi VII,