• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN UTAMA UTAMUTAM,AANT MASTER PLAN DRAINASE KOTA BALIKPAPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN UTAMA UTAMUTAM,AANT MASTER PLAN DRAINASE KOTA BALIKPAPAN"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN UTAMA

UTAMUTAM,AANT

ARA

(2)

Buku Laporan Utama Master Plan Drainase Kota Balikpapan ini disusun untuk memenuhi kewajiban Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dalam pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama Nomor : 06/PK-MD/VII/2004 tanggal 12 Juli 2004 dengan Pemimpin Kegiatan Penyusunan Master Plan Drainase Kota Balikpapan.

Buku laporan ini juga di dukung oleh buku laporan penunjang antara lain : 1. Appendix Kriteria Desain

2. Appendix Hidrologi 3. Appendix Hidrolika

4. Apprendix Deskripsi Sungai 5. Appendix GIS

Tentunya tidak tertutup kemungkinan terjadi kekurang sempurnaan pada penyusunan laporan ini, untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi sempurnanya laporan ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian pekerjaan ini dan penyusunan laporan-laporan serta kepercayaan yang telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan tersebut diatas disampaikan terima kasih.

Surabaya, Desember 2006 Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

(3)

RINGKASAN

1. LATAR BELAKANG

Kota Balikpapan yang terletak di pantai selatan Propinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu kota terbesar di Propinsi Kalimantan Timur, meliputi luas sekitar 503,30 Km2. Dari luas tersebut sekitar 10,65 % telah dikembangkan untuk pengembangan

kota yang terdiri dari daerah : perdagangan, perkantoran, pendidikan, perumahan dan fasilitas pendukungnya, daerah pelabuhan laut, daerah pelabuhan udara, 18,65% dikembangkan sebagai area persawahan, kebun, tegalan yang umumnya berada di daerah pedesaan, 28,94 % masih berupa hutan belukar, hutan rawa dan kawasan penghijauan dan sisanya 42,78% terdiri dari semak, alang-alang, danau, rawa dan lain-lain.

Dilihat dari sejarah perkembangannya, Kota Balikpapan merupakan kota jasa terutama bagi pertambangan khususnya minyak bumi yang ditandai dengan adanya kilang-kilang minyak dan kawasan Pertamina yang berada di daerah perbukitan sebelah barat, oleh karena itu Kota Balikpapan dikenal sebagai kota minyak. Berdasarkan uraian yang diperoleh dari RPJM Kota Balikpapan 2006-2011 struktur ekonomi telah menunjukkan semakin meningkatnya peranan dari sektor Sekunder (Industri pengolahan, listrik, gas, air bersih dan bangunan dan sektor tersier (Perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa). Pada tahun 2005 struktur ekonomi Kota Balikpapan jika dihitung dengan migas, kontribusi sektor Primer mencapai 7,32 %, Sektor Sekunder 59,27% dan Sektor Tersier 33,42%. Sedangkan bila tanpa Migas, peran sektor primer hanya 4,28%, Sektor Sekunder 21,29% dan Sektor tersier 74,42%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur perekonomian dari kelompok sektor Primer ke kelompok sektor Sekunder dan Tersier.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perekonomian Kota Balikpapan telah mengarah pada sektor ekonomi modern, yaitu ekonomi yang didukung oleh niaga, angkutan, komunikasi moneter dan sektor jasa. Kecenderungan ini ditunjang oleh data lapangan usaha yang menunjukkan bahwa sektor jasa, perdagangan dan bangunan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Kondisi tersebut merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan Kota Balikpapan. Potensi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : posisi geografis yang sangat strategis sebagai pintu gerbang utama Kalimantan Timur pencapaian regional maupun nasional yang lengkap melalui

(4)

aksesibilitas darat, laut maupun udara, kondisi kota yang makin berkembang, fasilitas perdagangan dan pertumbuhan serta perkembangan kegiatan eksplorasi/pengilangan minyak dan gas bumi.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pusat Kota Balikpapan mengalami perkembangan, dan perkembangan tersebut pada umumnya menjalar dari daerah pantai ke arah bukit, namun ada kemungkinan juga untuk berkembang ke arah laut dengan cara reklamasi. Perkembangan kota yang pesat masih belum diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana drainase yang memadai sehingga banjir dan genangan air hujan masih kerap terjadi, dan merupakan gangguan terhadap kegiatan perekonomian dan kenyamanan kehidupan masyarakatnya.

Beberapa kegiatan penanggulangan banjir telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat, namun kegiatan tersebut masih bersifat penanganan lokal saja, sehingga permasalahan banjir belum dapat diselesaikan secara menyeluruh, Mengingat permasalahan banjir tersebut sangat kompleks dan saling berkaitan antara daerah satu dengan yang lainnya maka diperlukan suatu pedoman yang berbentuk suatu Master Plan Drainase yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan perencanaan dan pelaksanan sistem drainase utama dan sistem jaringan drainase tersier (SJDT) nya.

Operasi dan pemeliharaan dari fasilitas drainase yang ada pada saat ini dan yang akan datang juga memerlukan peningkatan prioritas agar fungsi fasilitas drainase dapat optimal dalam mengurangi terjadinya banjir, termasuk dalam hal ini adalah pemeliharaan saluran dan kolam penampungan (bendali) akibat erosi dan sedimentasi, pompa dan pintu-pintu air.

2. ASPEK PERENCANAAN

Dari luas Kota Balikpapan sebesar 503,30 Km2, yang telah dikembangkan adalah sekitar 25%, namun pengembangan sistem drainase disiapkan untuk meliputi seluruh luas Kota Balikpapan tersebut. Oleh karena itu luas total yang dicakup dalam Master Plan Drainase adalah 503,30 Km2.

3. KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN BIDANG DRAINASEDasar Pertimbangan

Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula

(5)

berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni atau digunakan sebagai tempat usaha oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal ini membawa dampak rendahnya kemampuan drainase untuk mengeringkan kawasan terbangun, rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir seperti sungai, pompa, pintu-pintu pengatur, polder, untuk mengalirkan ke laut. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa pembangunan perkotaan yang pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduknya dapat pula menimbulkan masalah di bidang drainase.

Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan drainase antara lain menurunnya perhatian pengelola pembangunan di bidang drainase khususnya mengenai operasi dan pemeliharaan, pola pikir dan kesadaran masyarakat yang masih rendah akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat, serta lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase dan ketidakmampuan untuk menyusun program yang dibutuhkan.

Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan permasalahan, salah satunya adalah permasalahan genangan air yang disebabkan antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran secara keseluruhan, yang mengakibatkan hambatan (back

water) dari hilirnya, dan beban slurun dari hulunya. Belum disadari bahwa sistem

drainase kawasan harus terpadu dengan sistem badan air regionalnya (flood control

system), kurang disadarinya bahwa pemeliharaan saluran (pembersihan dan perbaikan)

merupakan perkerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar sistem pengaliran air hujan dapat berlangsung dengan baik/lancar.

Sesuai dengan semangat otonomi daerah bahwa penanganan masalah drainase perkotaan/kawasan adalah menjadi tanggung jawab pemerintah kota atau kabupaten pada daerahnya masing-masing. Jadi untuk melaksanakan tanggung jawab penanganan masalah drainase kawasan maka aparat daerah yang terkait dengan masalah ini atau aparat Propinsi dan Pusat yang melaksanakan pembinaan memerlukan kebijakan dan strategi penanganan drainase yang komprehensif.

(6)

Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan kebijakan dan strategi penanganan drainase perkotaan untuk jangka waktu 5 tahun yang dapat dijabarkan sebagai panduan penanganan drainase baik di Pusat, maupun Daerah dalam melaksanakan tugasnya sesuai tugas dan tanggung jawabnya sehingga terjadi sinergi pelaksanaan yang optimal.

Adapun tujuannya adalah:

 Mewujudkan sistem penanganan drainase yang berkelanjutan, lingkungan yang layak dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

 Mewujudkan peningkatan kinerja penanganan drainase melalui pembangunan yang memiliki kualitas baik dan bermanfaat bagi masyarakat, dunia usaha, Pemerintah Daerah dan Pemerintah.

 Mewujudkan sinergi kerja yang optimal antara Pusat dan Daerah  Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah tersedianya produk kebijakan nasional pembangunan drainase untuk kurun waktu 5 tahun kedepan berdasarkan kajian nasional yang telah ada serta peraturan dan perundangan yang berlaku.

Paradigma

Seiring dengan makin langkanya air baku yang dibutuhkan untuk air minum, paradigma baru penanganan drainase adalah mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan meresapkan air permukaan tersebut ke dalam tanah (konservasi air). Oleh sebab itu dalam perencanaan drainase sedapat mungkin mengunakan kolam-kolam penampungan retarding basin/bendungan pengendali banjir. Bendungan pengendali tersebut diharapkan dapat mereduksi debit banjir untuk mengurangi beban debit yang harus dialirkan oleh saluran dan menambah resapan air ke dalam tanah.

Isu Strategis

 Sampai saat ini belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman. Oleh karena fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah maka tentunya akan

(7)

membawa masalah pada daerah aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

 Belum adanya produk pengaturan yang mengatur pembangunan di areal lahan basah (wet land) misalnya lembah bukit, rawa, situ-situ, embung dan lain-lain.  Dalam hal pengendalian debit puncak, untuk daerah-daerah yang relatif sangat

padat bangunan sehingga mengurangi luasan peresapan air, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk mengendalikan debit puncak. Penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, di dasar-dasar bangunan, waduk, yang selanjutnya dialirkan secara bertahap.

 Adanya fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global yang ditandai dengan kekeringan panjang dan curah hujan yang tinggi sehingga berpotensi mengakibatkan bencana kebakaran hutan saat kemarau dan bencana banjir pada saat musim hujan.

 Pembangunan sistem drainase utama dan lokal belum terpadu, terutama masalah peil banjir, desain kala ulang, belum adanya Master Plan Drainase sehingga pengembang tidak mempunyai acuan untuk sistem drainase lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya partial di wilayah yang dikembangkannya saja.

 Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah :

 Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah, penggunaan daerah resapan air dan sempadan sungai, termasuk sanksi yang diterapkan.

 Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur jaringan kabel, pipa-pipa termasuk kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.

 Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.

 Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus dirumuskan dalam peraturan daerah.

(8)

Sasaran Kebijakan

Dengan memperhatikan berbagai kendala, tantangan dan peluang yang ada, maka ditetapkan beberapa sasaran utama bidang drainase yang hendak dicapai pada tahun 2006-2026 yang meliputi:

- Tercapainya kondisi lingkungan yang bersih termasuk saluran drainase perkotaan.

- Berkurangnya wilayah genangan permanen maupun temporer hingga 75% dari kondisi saat ini.

- Tercapainya kualitas pelayanan yang sesuai atau mampu melampaui standar pelayanan minimal drainase.

- Peningkatan kinerja institusi pengelola drainase.

Kebijakan dan Strategi

Arah kebijakan pembangunan bidang drainase tahun 2006-2026 ditetapkan untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut di atas meliputi:

1. Penyelenggaraan/penanganan terpadu dengan sektor/sub-sektor terkait terutama pengendalian banjir, jalan, bangunan gedung, perumahan dan permukiman, air limbah dan persampahan.

2. Mengoptimalkan sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan, pengembangan dan pembangunan baru.

3. Melakukan perkuatan kapasitas kelembagaan pengelola sistem drainase, dunia usaha dan peran serta masyarakat.

4. Mendorong/memfasilitasi pemerintah Kabupaten/Kota untuk melancarkan perekonomian masyarakat serta menciptakan lapangan kerja.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut di atas, maka beberapa strategi ditetapkan sebagai berikut:

1. Pembangunan sistem drainase yang berwawasan lingkungan.

2. Menentukan prioritas penanganan, pengembangan dan improvement di kawasan strategis, rawan genangan.

3. Membuat mekanisme koordinasi, menentukan peran dan tanggung jawab pemerintah, swasta dan masyarakat dalam penanganan drainase, memperkuat kapasitas kelembagaan, dan meningkatkan SDM pengelola drainase.

4. Mendorong pemerintah Kabupaten/Kota untuk memprioritaskan penanganan drainase dalam skala prioritas yang memadai.

(9)

5. Mendorong swasta dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan drainase.

Pendekatan Kelembagaan

Untuk dapat mencapai pengembangan secara efektif maka pelaksanaan program tersebut perlu dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu: koordinasi dan sinergi, pemberdayaan masyarakat, teknologi tepat guna, dan stimulasi serta terobosan baru agar target nasional penurunan genangan sebesar 75% dari saat ini dapat dicapai.

4. SOLUSI BAGI PERMASALAHAN DRAINASE KOTA BALIKPAPAN

Sungai-sungai di Kota Balikpapan sebagian besar mengalir ke langsung ke laut. Sungai Wain, Manggar Besar dan Somber merupakan sungai-sungai besar yang dikategorikan sebagai badan air dari anak-anak sungainya dan merupakan sebuah basin

drainage. Anak-anak sungai yang bermuara di sungai besar ini dapat dikategorikan

sebagai saluran drainase primer, sekunder maupun tersier tergantung dari daerah pematusannya.

Oleh karena sungai-sungai tersebut pada umumnya mengalir langsung ke laut maka setiap sungai besar direncanakan merupakan satu sistem yang terpisah dari sistem sungai yang lain. Sedang sungai-sungai kecil atau saluran yang bermuara ke laut digabung dengan sungai-sungai yang lain yang terdekat.

Terdapat 31 sungai yang terdapat di 5 wilayah administrasi yaitu Balikpapan Barat, Balikpapan Timur, Balikpapan Selatan, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Utara.

Mengingat Kota Balikpapan mempunyai kondisi topografi yang berbukit-bukit menyebabkan debit puncak banjir menjadi lebih besar daripada kondisi medan yang landai, sedang pada bagian lembah merupakan tempat air menggenang atau air menunggu untuk masuk ke sungai dan terbuang ke laut.

Kondisi saluran alam yang tidak teratur aliran dan dimensinya, pembangunan perumahan yang menjamur dengan sangat pesat dengan mengepras bukit-bukit maka penanggulangan banjir Kota Balikpapan akan dibagi menjadi pengendalian di bagian hulu sungai-sungai dan percepatan pengaliran air di bagian hilir. Sedapat mungkin digunakan sistem gravitasi, apabila kondisi topografi sedemikian rupa sehingga sistem gravitasi sulit dilakukan/terlalu lambat maka dilakukan sistem pompa. Sedang apabila pengaruh pasang

(10)

surut air laut di muara sungai cukup tinggi maka kombinasi sistem gravitasi dan sistem pompa dilakukan dengan membangun busem seperti di sistem Sepinggan.

Dalam melaksanakan solusi pengendalian banjir, pembangunan prasarana dan sarana drainase baik di bagian hulu maupun di bagian hilir sasarannya adalah sebagai berikut: a. Melindungi kawasan kota yang telah terbangun.

b. Menciptakan lingkungan yang aman dan memungkinkan pengembangan kota yang aman dari banjir.

c. Melindungi prasarana, fasilitas jalan dan lainnya. d. Mendukung kegiatan usaha, perdagangan.

e. Menciptakan perbaikan lingkungan kota.

f. Mendukung berlangsungnya pendidikan dengan baik. g. Melindungi kesehatan masyarakat.

h. Memperbaiki kesehatan dengan menghilangkan air yang tergenang.

5. IMPLEMENTASI PROGRAM DAN RANCANGAN BIAYA

Dalam summary ini disampaikan tindak lanjut yang perlu dilakukan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pencapaian sasaran diperlukan investasi sangat besar sehingga tidak dapat dicapai dalam waktu yang pendek tetapi kira-kira 10 tahun. Disamping sistem drainase utama, sistem tersier juga perlu ditingkatkan dan diperluas untuk melayani pengaliran ke saluran utama.

6. ASPEK KELEMBAGAAN

Dalam pelaksanaan penyusunan Master Plan ini diketahui bahwa permasalahan drainase tidak dapat diselesaikan dengan cara teknik saja, tetapi harus diimbangi dengan cara non teknik yang melibatkan kelembagaan, ekonomi, sosial dan budaya.

Implementasi dari manajemen drainase dan pengendalian banjir akan lebih efektif dan efisien apabila dilaksanakan secara terpadu antara instansi-instansi terkait.

7. TINJAUAN SOSIAL EKONOMI

Dalam mengkaji dampak banjir terhadap kondisi sosial ekonomi di masyarakat, baik masyarakat rumah tangga maupun masyarakat pelaku usaha, strategi sosial ekonomi yang akan diberikan adalah dengan melakukan pendekatan ilmu Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Adapun strategi yang diperlukan dalam menanggulangi dampak banjir adalah :

(11)

 Peningkatan Pendapatan

Kemiskinan merupakan salah satu agen perusak lingkungan, sehingga harus diupayakan pendapatan masyarakat dapat meningkat. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tentunya dengan jalan meningkatkan kegiatan ekonomi yang melibatkan masyarakat banyak. Dimana kondisi ini tingkat pemerataan pendapatan perlu menjadi tujuan utama dari upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka kerugian akibat banjir dapat dikurangi.

 Merubah Ketidakpastian menjadi Kepastian

Merubah ketidakpastian menjadi kepastian disini maksudnya adalah haruslah ada kepastian hukum yang menunjang tertibnya pelaksanaan Master Plan Drainase di Kota Balikpapan untuk dilaksanakan dengan konsekwen sesuai dengan kajian yang telah dilakukan.

 Membuat Dampak Positif

Setiap pembuatan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan, tentunya akan memiliki dua dampak yang saling berlawanan, yaitu dampak positif maupun dampak negatif. Tentunya dalam mengembangkan Master Plan Drainase ini diharapkan dampak positif yang ditimbulkan dapat ditingkatkan sedangkan dampak negatifnya haruslah dapat dikurangi.

8. ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN

Pada penyusunan Master Plan ini hanya dilakukan identifikasi proyek, sehingga studi-studi lingkungan termasuk Analisa Dampak Lingkungan harus menjadi bagian dari kegiatan-kegiatan pasca Master Plan. Kemungkinannya, studi-studi tersebut akan dilaksanakan selama studi-studi kelayakan atas proyek-proyek penting yang telah diidentifikasi sebagai prioritas-prioritas dalam Master Plan Drainase.

9. LANGKAH BERIKUTNYA

Sebagai tindak lanjut dari studi penyusunan Master Plan Drainase ini, langkah –

langkah selanjutnya direkomendasikan sebagai berikut:

a. Menyebarluaskan informasi mengenai Master Plan Drainase Kota Balikpapan ke berbagai pihak yang akan, yang mungkin akan terlibat dalam implementasinya. Penyebarluasan informasi ini terutama pada instansi terkait antara lain: Dinas PU Bina Marga dalam hubungannya antara pembangunan jalan dan saluran drainase,

(12)

Dinas Permukiman dan Para Pengembang dalam hubungannya antara pengembangan permukiman dengan pengembangan saluran, bendali dan fasilitas lainnya.

b. Suatu program pembuatan desain detail (detailed design) harus disiapkan tahap demi tahap untuk pembangunan fasilitas baru dan rehabilitasi fasilitas yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitasnya seperti: normalisasi saluran, stasiun pompa, kolam penampung (bendali), yang dicantumkan di dalam Master Plan Drainase ini.

c. Melakukan studi AMDAL atau UKL/UPL yang diperlukan/menjadi persyaratan untuk pembangunan fasilitas drainase, seperti bendali, rumah pompa.

(13)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Ringkasan ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... viii BAB 1 LATAR BELAKANG PROYEK

1.1 Pendahuluan ... 1–1 1.2 Studi-studi sebelumnya pada Masalah Drainase Kota

Balikpapan ... 1–1 1.3 Kebijakan Nasional Pembangunan Bidang Drainase ... 1–3 1.3.1 Paradigma di Bidang Drainase ... 1–3 1.3.2 Arah Kebijakan ... 1–3 1.3.3 Strategi ... 1–4 1.3.4 Prioritas Program ... 1–4 1.3.5 Pendekatan Pengembangan ... 1–5 1.3.6 Sasaran ... 1–5 1.4 Pengantar untuk Kebijakan Perencanaan Regional ... 1–5 1.4.1 Latar Belakang Perkembangan Kota Balikpapan ... 1–5 1.4.2 Permasalahan ... 1–7 1.4.3 Kebutuhan akan Master Plan untuk Drainase Kota

Balikpapan ... 1–8 1.4.4 Dasar Pertimbangan dari Pembuatan Master Plan

Drainase Kota Balikpapan ... 1 - 8 1.4.5 Kebijakan Pembangunan Drainase Kota Balikpapan... 1–11 1.4.6 Maksud dan Tujuan Penyusunan Master Plan

Drainase Kota Balikpapan ... 1–11 1.4.7 Rencana Investasi ... 1–12 1.4.8 Strategi Pembangunan Drainase Kota Balikpapan ... 1–13 1.4.9 Lingkup Kegiatan Penyusunan Master Plan Drainase

(14)

1.4.10 Organisasi Proyek Penanganan Drainase Kota

Balikpapan ... 1 - 15 1.4.11 Kendala yang dihadapi ... 1–17

BAB 2 WILAYAH PROYEK

2.1 Batasan Wilayah Proyek ... 2 - 1 2.2 Kondisi Fisik dan Administrasi ... 2–1

2.2.1 Kondisi Fisik ... 2–1 2.2.2 Wilayah Administrasi ... 2–5 2.3 Kondisi Sosial Ekonomi ... 2–5 2.3.1 Jumlah penduduk sekarang ... 2–5 2.3.2 Kepadatan penduduk ... 2–6 2.3.3 Pertumbuhan penduduk ... 2–6 2.3.4 Laju pertumbuhan penduduk ... 2–6 2.3.5 Kegiatan ekonomi ... 2–6 2.4 Pertumbuhan Kota dan Masalah Drainase ... 2–7 2.4.1 Pembangunan Kota Balikpapan ... 2–7 2.4.2 Sistem Drainase Eksisting ... 2–7 2.4.3 Perencanaan tataguna lahan ... 2–8 2.4.4 Pembebasan lahan dan permukiman kembali ... 2–11 2.4.5 Kesadaran masyarakat tentang sanitasi dan drainase ... 2–12 2.4.6 Manajemen drainase perkotaan ... 2–12 2.4.7 Operasi dan Pemeliharaan ... 2–12 2.5 Masalah- masalah Lingkungan ... 2–13

BAB 3 KONDISI SISTEM DRAINASE KOTA SAAT INI

3.1 Basin Drainage ... 3–1 3.2 Sistem Drainase yang ada ... 3–1 3.2.1 Sistem Drainase Keseluruhan ... 3–1 3.2.2 Sistem Drainase Klandasan Besar / Ampal ... 3–3 3.2.3 Sistem Drainase Klandasan Kecil, Klandasan II

Saluran Puspoyudho, Saluran Prapatan dan

Sungai Pandan Sari ... 3–3 3.2.4 Sistem Drainase Sepinggan ... 3–4

(15)

3.2.5 Sistem Drainase Manggar Besar ... 3–4 3.2.6 Sistem Drainase Manggar Kecil ... 3–4 3.2.7 Sistem Drainase Teritip ... 3–5 3.2.8 Sistem Drainase Salok Api ... 3–5 3.2.9 Sistem Drainase Somber ... 3–6 3.2.10 Rumah Pompa Drainase ... 3–6 3.2.11 Tanggul laut / Kondisi Pantai ... 3–6

BAB 4 STRATEGI PROYEK

4.1 Kajian Umum ... 4–1 4.2 Kebijakan Nasional Sektor Drainase ... 4–1 4.2.1 Rencana Pembangunan ... 4–1 4.2.2 Tujuan Pembangunan ... 4–3 4.2.3 Kebijakan Sektor Drainase ... 4–3 4.2.4 Kriteria Penanganan ... 4–4 4.3 Kebijakan Dasar Pengembangan Kota Balikpapan 2006-2011 ... 4–5 4.4 Kebijakan Pengembangan Sektor Drainase Kota Balikpapan... 4–6

BAB 5 PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENYUSUNAN MASTER PLAN DRAINASE

5.1 Latar Belakang ... 5 - 1 5.2 Tujuan ... 5 - 2 5.3 Konteks Perencanaan ... 5 - 2 5.4 Kerangka Acuan Master Plan Drainase Kota Balikpapan ... 5 - 2 5.4.1 Pentingnya Master Plan ... 5 - 2 5.4.2 Tujuan ... 5 - 3 5.4.3 Lingkup kerja ... 5 - 3 5.5 Rencana Pendekatan ... 5 - 4 5.5.1 Pengumpulan informasi dan analisa ... 5 - 4 5.5.2 Penentapan permasalahan dan kebijakan ... 5 - 5 5.5.3 Penetapan Kriteria Desain dan Perangkat Perencanaan ... 5 - 8 5.5.4 Peta-peta perencanaan ... 5 - 10 5.5.5 Modelling Hidrologi dan Hidrolika pada Sistem Drainase 5 - 12

(16)

5.5.6 Pengembangan Alternatif Solusi-solusi Teknik ... 5 - 17 5.5.7 Evaluasi terhadap Solusi-Solusi Alternatif... 5 - 18 5.5.8 Penentuan Elevasi Air Maksimum Mendatang ... 5 - 18 5.5.9 Kajian Sosial Ekonomi ... 5 - 19 5.5.10 Kajian Lingkungan ... 5–23 5.6 Laporan Master Plan Drainase Perkotaan ... 5–24 5.7 Immediate Action Plan ... 5–24

BAB 6 REKOMENDASI UNTUK SISTEM PEMATUSAN DAN PENGENDALIAN BANJIR KOTA BALIKPAPAN

6.1 Rekomendasi Tata Guna Lahan Berhubungan dengan sistem

pematusan kota ... 6–1 6.1.1 Asumsi dasar ... 6–1 6.1.2 Kebutuhan lahan perkotaan hingga tahun 2015 ... 6–1 6.1.3 Kendala dalam Pembangunan Drainase ... 6–2 6.1.4 Rekomendasi untuk pengembangan Kawasan Baru... 6–2 6.2 Global Warming dan Meningkatnya Elevasi Air Laut ... 6–3 6.2.1 Perubahan Iklim ... 6–3 6.2.2 Akibat Meningkatnya Elevasi Muka Air Laut ... 6–4 6.2.3 Perkiraan Dampak terhadap Desain Pematusan

di Balikpapan ... 6–4 6.3 Sistem Pematusan dan Daerah Tangkapan ... 6–5 6.3.1 Sistem Pematusan yang ada ... 6–5 6.3.2 Perubahan yang Diusulkan pada Perbatasan Sistem ... 6–6 6.4 Evaluasi Pilihan untuk Perkembangan Jaringan Pematusan ... 6–7 6.4.1 Penggunaan Lahan yang Diproyeksikan ... 6–7 6.4.2 Modelling Sistem Pematusan ... 6–8 6.5 Usulan Teknis untuk Perbaikan Infrastruktur Pematusan ... 6–9 6.5.1 Prinsip-Prinsip Pokok ... 6–9 6.5.2 Prasana Pematusan Utama Saat Ini ... 6–9 6.5.3 Rencana Prasarana Pematusan Utama ... 6 - 10 6.5.4 Pengembangan Waduk/Bosem yang ada... 6 - 12 6.5.5 Waduk-Waduk/Bendali Baru yang diusulkan untuk

(17)

Mengurangi Banjir ... 6–13 6.5.6 Usulan konstruksi saluran tepi jalan pada daerah

dengan kemiringan terjal ... 6–17 6.7 Elevasi Air Tertinggi dalam Saluran ... 6–17 6.8 Meningkatkan Kualitas Air dalam Saluran Pematusan ... 6–18 6.9 Operasi dan Pemeliharaan ... 6–18

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Sungai di Kota Balikpapan ... 2–4 Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Balikpapan tahun 2001–2005 ... 2–7

Tabel 3.1 Sungai-sungai Besar di wilayah Kota Balikpapan ... 3–2

Tabel 5.1 Periode Ulang untuk Perencanaan ... 5–14 Tabel 5.2 Performa Masukan Data Presentase Kedap Air dan Nomor

Kurva CN ... 5–15

Tabel 6.1 Rencana Penggunaan Lahan Kota Balikpapan Tahun 2005–2015 6–2 Tabel 6.2 Nama DAS di wilayah Kota Balikpapan ... 6–5

(19)

BAB 1

LATAR BELAKANG PROYEK

1.1. Pendahuluan

Master Plan Drainase Kota Balikpapan yang disampaikan dalam buku ini disusun berdasarkan kerangka acuan yang disusun oleh Pemerintah Kota Balikpapan, seperti yang ditampilkan dalam Lampiran I buku ini.

1.2. Studi-Studi Sebelumnya pada Masalah Drainase Kota Balikpapan

Beberapa studi telah dilaksanakan pada sistem drainase Kota Balikpapan sejak tahun 1999. Namun demikian belum semua pekerjaan yang diusulkan dalan studi-studi tersebut dilaksanakan, karena keterbatasan dana dan terbentur pada masalah pembebasan lahan.

Studi-studi tersebut dan kelanjutan pelaksanaannya dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Studi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan (2005-2015) Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan ini yang dibuat pada tahun anggaran 2005, merupakan revisi atau penyempurnaan dari RTRW sebelumnya.

Tujuan dari penyusunan RTRW Kota Balikpapan adalah mewujudkan rencana tata ruang wilayah Kota Balikpapan yang berkualitas, serasi dan optimal dengan fungsi yang diembannya serta sesuai dengan daya dukung lingkungan serta berkelanjutan.

Sasaran yang ingin dicapai dengan penyusunan RTRW Kota Balikpapan ini adalah:  Terumuskannya konsep dan strategi pengembangan wilayah secara menyeluruh.

 Terumuskannya struktur tata ruang kota yang mengintegrasikan antar pusat kegiatan perkotaan dan jaringan prasarana.

 Terumuskannya rencana pemanfaatan ruang wilayah kota yang mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya.

 Terumuskannya rencana pengembangan sarana dan prasarana kota.

 Terumuskannya kawasan-kawasan yang diprioritaskan pengembangannya (kawasan strategis).

(20)

Di dalam RTRW tersebut dimuat Kebijakan dan Strategi Sistem Drainase yang terdiri dari:

a. Kebijakan pengembangan DAS sebagai daerah tangkapan hujan dan rawa-rawa serta pesisir, dengan strategi sebagai berikut :

 Konservasi kawasan sungai di perbukitan (hulu sungai) dari masing-masing DAS melalui penanganan DAS di Areal A.

 Penataan/penanganan kawasan dataran sungai (hilir sungai) dari masing-masing DAS dan memaksimalkan fungsi rawa terhadap ekologi daratan, melalui normalisasi penampang sungai dan penyediaan fasilitas drainase di Areal B, untuk mengatasi banjir dan mengatasi ekologi rawa-rawa daratan.

 Penataan/Penanganan terhadap kawasan pesisir sungai (outlet Sungai) melalui konservasi kawasan pesisir dan penyediaan fasilitas bangunan pesisir pantai di Areal C, untuk pengendalian pasang-surut ekologi pantai.

b. Kebijakan kondisi hutan lindung sebagai daerah resapan air, dengan strategi sebagai berikut:

 Konservasi hutan lindung dengan meningkatkan fungsi hutan lindung.  Pencegahan penebangan/perambahan hutan lindung.

 Pengendalian eksplorasi tambang di kawasan hutan lindung.  Penataan potensi sistem Tata Air.

 Penataan kawasan hunian sebagai daerah resapan dengan pengaturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB).

 Penggantian pipa-pipa distribusi lama yang tidak layak dan mengadakan pengecekan secara berkala.

 Meningkatkan sistem pengelolaan/pencatatan pembacaan water meter ke pelanggan.

 Penataan sistem Administrasi air bersih.

B. Penyusunan Perencanaan Penanggulangan Banjir di Kel. Sepinggan, Kel Damai, Kel Baru Ilir serta Penyusunan Program Jangka Menengah Drainase Kota Balikpapan (FTSP-ITS, 2000).

(21)

C. Penyusunan Rencana Penataan dan Pengembangan Sub Kawasan Pantai Kota Balikpapan (FTSP-ITS, 2000).

 Pembuatan Peta Rawan Bencana Kota Balikpapan

 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan 2005 s/d 2015

D. Studi Penangan Banjir Sungai Sepinggan, Ampal dan Pandansari (FTSP ITS, 2001). E. Studi Bendali Sub Kampung Timur di Kota Balikpapan (Teknik Sipil FTSP- ITS, 2002). F. Studi Banjir Kawasan sekitar Kantor Pemberdayaan masyarakat Balikpapan (FTSP ITS,

2002).

G. Studi Penataan Muara-muara Sungai (FTSP ITS, 2002)

1.3. Kebijakan Nasional Pembangunan Bidang Drainase 1.3.1 Paradigma di Bidang Drainase

Seiring dengan langkanya air baku yang dibutuhkan air minum, pradigma baru penanganan drainase adalah pengendalian kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan meresapkan air permukaan tersebut ke dalam tanah (konservasi air). Oleh sebab itu dalam perencanaan drainase sedapat mungkin mengunakan kolam-kolam penampungan retarding basin/bangunan pengendali banjir. Bangunan-bangunan tersebut diharapkan dapat menampung sebagian debit banjir untuk mengurangi beban debit yang harus dialirkan oleh saluran dan menambah resapan air ke dalam tanah.

1.3.2 Arah Kebijakan

Arah kebijakan pembangunan drainase tahun 2006-2026 ditetapkan untuk dapat mencapai sasaran pembangunan yang telah dibahas sebelumnya. Kebijakan tersebut meliputi :

 Penyelenggaraan/penanganan terpadu dengan sektor terkait terutama pengendalian banjir, jalan, bangunan gedung, perumahan dan permukiman, air limbah dan persampahan.

 Mengoptimalkan sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan, pengembangan dan pembangunan baru.

 Melakukan perkuatan kapasitas kelembagaan Pengelola Prasarana dan Sarana Drainase, dunia usaha dan Peran serta Masyarakat.

(22)

 Mendorong/memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pembangunan Prasarana dan Sarana Drainase untuk melancarkan perekonomian masyarakat serta menciptakan lapangan kerja.

Arahan Kebijakan Nasional di bidang drainase tersebut ditujukan untuk mencapai :  Terwujudnya sistem penanganan drainase yang berkelanjutan, lingkungan yang layak

dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

 Terwujudnya sistem penanganan drainase melalui pembangunan yang memiliki kualitas baik dan bermanfaat bagi masyarakat, dunia usaha, Pemerintah Daerah dan Pemerintah.

 Terwujudnya sinergi kerja yang optimal antara Pusat dan Daerah.

1.3.3. Strategi

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut ditetapkan beberapa strategi sebagai berikut:  Penyiapan peraturan dan produk hukum untuk penanganan drainase.

 Membantu Kabupaten/Kota dengan memberi stimulan pembangunan pada simpul-simpul yang tidak tersentuh serta perkuatan institusinya.

 Mengembangkan sumber pendanaan melalui retribusi lingkungan.

 Mendorong pemerintah Kabupaten/Kota untuk memprioritas penanganan drainase dalam skala prioritas yang memadai.

 Mendorong swasta dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan drainase.

1.3.4. Prioritas Program

Beberapa program prioritas di bidang pembangunan drainase meliputi:

Kampanye nasional untuk menggalang kesadaran kolektif seluruh stakeholders drainase, baik Pemerintah, Masyarakat, maupun Swasta untuk memahami paradigma baru drainase yang mengutamakan upaya-upaya untuk mengurangi limpasan permukaan melalui upaya-upaya meresapkan kembali air hujan.

 Perkuatan kelembagaan, untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan agar mampu memberikan pelayanan dengan kinerja yang lebih baik dan mampu membangun kerjasama dengan stakeholders lainnya termasuk untuk kerjasama antar kota.  Mengembangkan sumber pendanaan melalui retribusi lingkungan.

(23)

 Mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota untuk memprioritaskan penanganan drainase dalam skala prioritas yang memadai.

1.3.5. Pendekatan Pengembangan

Untuk mencapai pengembangan secara efektif maka pelaksanaan program tersebut di atas perlu dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut:

Program harus mampu membangun koordinasi dan sinergi antar stakeholder baik Pemerintah di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota; juga dengan masyarakat lembaga kemasyarakatan dan sektor swasta.

 Program harus mengedepankan pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam program tersebut.

 Program harus memperhatikan kapasitas dan kemampuan penguasaan teknologi

stakeholder terkait untuk menanganinya, namun dengan tetap mengedepankan

kaidah lingkungan.

 Program harus mampu memberikan upaya terobosan yang dapat menjadi contoh keberhasilan pengelolaan drainase oleh Pemerintah Daerah.

1.3.6. Sasaran

Sasaran dari pembangunan di bidang drainase adalah:

 Berkurangnya wilayah genangan permanen dan temporer hingga 75% dari kondisi saat ini.

 Terbebasnya saluran-saluran dari sampah.

 Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih termasuk saluran-salurannya

1.4. Pengantar untuk Kebijakan Perencanaan Regional 1.4.1. Latar Belakang Perkembangan Kota Balikpapan

Kota Balikpapan yang terletak di pantai selatan Propinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu kota terbesar di Propinsi Kalimantan Timur, meliputi luas sekitar 503,30 Km2. Dari

luas tersebut sekitar 10,65 % telah dikembangkan untuk pengembangan kota yang terdiri dari daerah: perdagangan, perkantoran, pendidikan, perumahan dan fasilitas pendukungnya, daerah pelabuhan laut, daerah pelabuhan udara, 18,65% dikembangkan sebagai area persawahan, kebun, tegalan yang umumnya berada di daerah pedesaan, 28,94 % masih berupa hutan

(24)

belukar, hutan rawa dan kawasan penghijauan dan sisanya 42,78% terdiri dari semak, alang-alang, danau, rawa dan lain-lain.

Dilihat dari sejarah perkembangannya, Kota Balikpapan merupakan kota jasa terutama bagi pertambangan khususnya minyak bumi yang ditandai dengan adanya kilang-kilang minyak dan kawasan Pertamina yang berada di daerah perbukitan sebelah barat, oleh karena itu Kota Balikpapan dikenal sebagai kota minyak. Berdasarkan uraian yang diperoleh dari RPJM Kota Balikpapan 2006 – 2011 struktur ekonomi telah menunjukkan semakin meningkatnya peranan dari sektor Sekunder (Industri pengolahan, listrik, gas, air bersih dan bangunan dan sektor tersier (Perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa). Pada tahun 2005 struktur ekonomi Kota Balikpapan jika dihitung dengan migas, kontribusi sektor Primer mencapai 7,32 %, Sektor Sekunder 59,27% dan Sektor Tersier 33,42%. Sedangkan bila tanpa Migas, peran sektor primer hanya 4,28%, Sektor Sekunder 21,29% dan Sektor tersier 74,42%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur perekonomian dari kelompok sektor Primer ke kelompok sektor Sekunder dan Tersier.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perekonomian Kota Balikpapan telah mengarah pada sektor ekonomi modern, yaitu ekonomi yang didukung oleh niaga, angkutan, komunikasi moneter dan sektor jasa. Kecenderungan ini ditunjang oleh data lapangan usaha yang menunjukkan bahwa sektor jasa, perdagangan dan bangunan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Kondisi tersebut merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan Kota Balikpapan. Potensi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: posisi geografis yang sangat strategis sebagai pintu gerbang utama Kalimantan Timur, pencapaian regional maupun nasional yang lengkap melalui aksesibilitas darat, laut maupun udara, kondisi kota yang makin berkembang, fasilitas perdagangan dan pertumbuhan serta perkembangan kegiatan eksplorasi/pengilangan minyak dan gas bumi.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pusat Kota Balikpapan mengalami perkembangan, dan perkembangan tersebut pada umumnya menjalar dari daerah pantai ke arah bukit, namun ada kemungkinan juga untuk berkembang ke arah laut dengan cara reklamasi. Perkembangan kota yang pesat tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana drainase yang memadai sehingga banjir dan genangan air hujan masih kerap terjadi.

Beberapa kegiatan penanggulangan banjir telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat, namun kegiatan tersebut masih bersifat penanganan lokal saja, sehingga permasalahan banjir belum dapat diselesaikan secara menyeluruh, hal ini disebabkan oleh

(25)

permasalahan banjir tersebut yang sangat komplek dan saling berkaitan antara daerah satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu diperlukan suatu Master Plan Drainase Kota yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembangunan drainase kota untuk menanggulangi permasalahan banjir pada saat ini dan di masa yang akan datang.

1.4.2. Permasalahan

Permasalahan yang berkaitan dengan drainase Kota Balikpapan adalah sebagai berikut : a. Ditinjau dari kondisi klimatologi, curah hujan di kota Balikpapan cukup tinggi,

dari data BMG hujan rata-rata harian mencapai 120 mm, dan tertinggi 223 mm (data tahun 1975-2005). Dari hujan pada 3 tahun belakangan cenderung meningkat.

b. Ditinjau dari kondisi topografinya yang berbukit-bukit kemudian landai di dekat pantai maka debit aliran di daerah ini cenderung flashy.

c. Laju erosi dan sedimentasi yang makin tinggi akibat pengreprasan bukit tanpa

penutupan tanaman lagi,hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas saluran

d. Kemiringan cukup besar di daerah hulu sampai daerah alur tengah menyebabkan kecepatan aliran besar yang membawa hasil gerusan dan diendapkan di sungai pada bagian hilir.

e. Daerah hilir dipengaruhi oleh pasang air laut yang dapat berpengaruh sampai ke arah hulu (pada beberapa sungai sampai sekitar 2 km). Apabila debit puncak terjadi bertepatan dengan pasang tertinggi maka akan terjadi kenaikan permukaan air di sungai yang memungkinkan melebihi kemampuan saluran dan menyebabkan genangan di daerah sekitarnya.

f. Gelombang laut yang menimbulkan spit di muara sungai, mengurangi kemampuan saluran.

g. Pembangunan oleh masyarakat pada umumnya tidak memperhatikan drainase. h. Ditinjau dari bentuk, lebar, kedalaman dan kemiringan saluran yang ada, secara

umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar kondisi saluran saat ini merupakan alur sungai alam yang dinormalisasi, hal ini tampak pada trace yang tidak teratur. i. Peningkatan kapasitas saluran dengan cara melebarkan saluran pada umumnya

terbentur pada sempitnya lahan karena di sepanjang sungai sudah padat hunian. j. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran masih rendah,

(26)

1.4.3. Kebutuhan akan Master Plan untuk Drainase Kota Balikpapan

Sampai saat ini Master Plan Drainase Kota Balikpapan belum ada, sehingga sistem drainase dibuat berdasarkan aliran sungai utama saja.

Studi yang dilakukan sekarang ini ditujukan pada penyiapan Master Plan Drainase hingga tahun 2015 sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan tahun 2005 s/d 2015 dengan memperhitungkan studi-studi sebelumnya, pengalaman-pengalaman dari pelaksanaan studi, dan rencana-rencana saat ini untuk pengembangan tata guna lahan di Kota Balikpapan. Pekerjaan yang diusulkan drainase haruslah dapat dipadukan dengan rencana jangka panjang dan menengah sektor-sektor perkotaan lainnya.

1.4.4. Dasar Pertimbangan dari Pembuatan Master Plan Drainase Kota Balikpapan Dasar pertimbangan dari penyusunan Master Plan Drainase Kota Balikpapan adalah :

a). Pesatnya perubahan tata guna lahan dari hutan/semak atau lahan pertanian menjadi lahan terbangun terutama di daerah perbukitan. Perubahan tersebut akan mengakibatkan dua hal penting untuk penyediaan fasilitas drainase yaitu : berkurangnya daerah peresapan atau bertambahnya daerah kedap air yang akan berakibat pada makin besarnya limpasan (run-off), dan berkurangnya lahan-lahan cekungan yang semula dapat menyimpan air sementara air hujan lokal yang dapat menghambat aliran ke hilir yang lebih rendah sehingga aliran langsung ke hilir menjadi bertambah besar.

b). Kondisi Kota Balikpapan yang sebagian terdiri dari daerah perbukitan dan sebagian terdiri dari daerah datar yang berada di dekat pantai akan sangat menarik untuk menghadapkan kota ini ke laut. Oleh karena itu tidak dapat dielakkan adanya keinginan dari berbagai pihak untuk mengembangkan daerah pantai dengan cara reklamasi baik dengan cara legal (dengan ijin) maupun illegal (tanpa ijin). Perpanjangan garis pantai ke arah laut akan berpengaruh pada kelancaran pengaliran air hujan ke laut. Dengan bertambah panjangnya aliran (L) sementara perbedaan elevasi antara hulu dan hilir (H) tetap maka akan menyebabkan berkurangnya kemiringan aliran (

L H

ib  ) yang berakibat penurunan kecepatan aliran.

(27)

c) Perlunya mengalirkan banjir/genangan dari daerah yang saat ini selalu tergenang serta mengendalikan banjir dari atau ke daerah yang baru berkembang dan yang akan dikembangkan, merupakan kunci dari perlunya suatu Master Plan Drainase. d) Genangan yang terjadi di atas jalan tidak saja akan menyebabkan gangguan

terhadap kelancaran lalu lintas tetapi mempunyai akibat pula pada cepatnya kerusakan badan jalan. Oleh karena itu seharusnya dibuat saluran tepi jalan yang dapat menampung dan mengalirkan air ke saluran drainase yang lebih besar sehingga jalan tidak menjadi saluran. Saluran tepi jalan yang ada saat ini tidak memenuhi syarat untuk pengaliran air dari atas badan jalan karena dimensinya yang tidak memenuhi kebutuhan, banyak yang tertutup untuk keperluan parkir dan lain-lain, tersumbatnya sampah yang makin lama menjadi padat.

e) Bagian bawah dari Kota Balikpapan merupakan daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pertimbangan mengenai kemungkinan naiknya permukaan air laut karena kenaikan panas global (global warming) dan pengaruhnya terhadap Kota Balikpapan juga perlu dilakukan; untuk itu pengembangan dari penempatan bosem dan pintu-pintu air serta pompa perlu di studi dengan cermat (dengan pertimbangan ekonomi dan sosial) untuk mengamankan daerah rendah dari genangan yang dalam dan lama, seperti di daerah muara: Sungai Sepinggan, Sungai Ampal, Sungai Pandansari dan daerah lainnya seperti daerah Kelurahan Baru Ilir.

f) Cepatnya run-off dari daerah bukit ke daerah hilir yang rendah menyebabkan banjir dan genangan di daerah hilir; penahanan laju aliran tersebut di daerah bukit perlu dilakukan dengan membuat bendali-bendali (retaining basins) di lokasi-lokasi cekungan yang memungkinkan untuk menampung air agar tidak langsung ke hilir. Bendali-bendali tersebut harus dapat dimanfaatkan pula untuk menahan laju erosi dan penyimpanan air untuk digunakan sebagai tempat tersedianya air pada saat musim kemarau.

g) Tidak cukupnya kapasitas sungai-sungai/saluran-saluran yang ada menyebabkan banjir di berbagai daerah, serta tidak dilengkapinya daerah-daerah real estat dengan jaringan saluran drainase menyebabkan genangan-genangan di daerah-daerah hilirnya.

h) Pengelupasan bukit tanpa penutupan lagi dengan tanaman akan mempercepat laju erosi di daerah tersebut dan mengakibatkan besarnya sedimen di sungai-sungai/

(28)

saluran-saluran. Akibat dari sedimentasi akan mengurangi kapasitas pengaliran sungai/saluran.

i) Daerah pantai akan berkembang dengan pesat; rencana struktur dan bangunan-bangunan dari daerah ini dalam hubungannya dengan perubahan tata guna lahan dan studi lingkungannya harus dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan Master Plan Drainase ini.

j) Salah satu pertimbangan non teknis penting yang harus dimasukkan dalam pembuatan Master Plan Drainase ini adalah “pembebasan lahan” dan pemindahan

penduduk (apabila diperlukan), hal ini karena makin padatnya bangunan di sepanjang sungai/saluran yang menyebabkan sulitnya pelaksanaan perlebaran saluran. Jangan sampai proyek perlebaran saluran atau pembuatan bendali atau bosem tidak dapat dilaksanakan karena alasan pembebasan lahan.

k) Dalam hal genangan yang terjadi di suatu daerah disebabkan oleh rendahnya daerah tersebut dibanding dengan elevasi permukaan air di sungai/saluran dimana air genangan harus dialirkan maka pengaliran dengan pompa perlu dipertimbangkan.

l) Saat ini telah dilakukan pengembangan sistem drainase tetapi masih bersifat pemecahan masalah lokal, belum secara menyeluruh dan terintegrasi; oleh sebab itu di dalam pembuatan Master Plan Drainase ini pengembangan tersebut harus menjadi pertimbangan sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan dari detailed design nantinya.

m) Demand oriented, partisipasi masyarakat, pelestarian air dan pelestarian

lingkungan merupakan butir-butir paradigma baru pengelolaan sumber daya air, oleh karena itu pengaliran air dengan cepat untuk menghindarkan banjir harus tetap memperhatikan upaya penahanan di hulu dengan penanaman kembali daerah yang terkelupas dan/atau membuat bendali. Di dalam pelaksanaannya harus memperhatikan pelestarian lingkungan, kebutuhan masyarakat (terhindar dari gangguan banjir, gangguan kesehatan dan lain-lainnya), serta kemungkinan dari minat partisipasi masyarakat.

n) Dengan adanya perubahan tata guna lahan yang sangat pesat di kota Balikpapan, maka perlu pula dilakukan pemetaan yang lebih akurat mencerminkan kondisi Kota Balikpapan saat ini yang didasarkan pada pemotretan udara. Dengan demikian hasil dari rangkaian pembuatan Master Plan Drainase Kota Balikpapan

(29)

ini juga akan memberikan informasi perkembangan Kota Balikpapan terutama yang berkaitan dengan saluran, perbedaan tinggi tanah dan lain–lain.

1.4.5. Kebijakan Pembangunan Drainase Kota Balikpapan

Mengacu pada kebijakan nasional dan strategi pembangunan sistem drainase tersebut di atas dan dari hasil analisis penanganan sistem drainase sampai saat ini, dimana permasalahan utama yang ada pada sistem drainase Kota Balikpapan adalah masih kurangnya sistem drainase tersier, di samping belum memadainya salurandrainase sekunder dan primernya, maka untuk mengantisipasi banjir dilakukan rencana pengembangan sebagai berikut:

 Mengingat kondisi Kota Balikpapan dengan topografi yang berbukit-bukit maka sistem saluran yang sesuai adalah dengan membagi wilayah menjadi beberapa sistem pelayanan saluran pembuangan air hujan. Hal ini diambil dengan harapan bahwa apabila terjadi kerusakan/hambatan di satu sistem tidak akan mengganggu pelayanan dari sistem yang lain, memudahkan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunannya mengingat ruang lingkupnya relatif kecil, dan memudahkan pemeliharaannya.

 Pada daerah hulu sungai diusahakan pencegahan longsoran, antara lain dengan pengawasan dan pengendalian terhadap pengambilan tanah dan diusahakan penanaman pohon-pohon sebagai penguat tebing atau suatu konstruksi tambahan penahan tanah.  Meningkatkan kapasitas saluran dan merehabilitasi saluran, terutama Sungai Klandasan

Besar/Ampal, Sungai Klandasan Kecil, dan Sungai Sepinggan.

 Membebaskan badan air dari penghuni liar dan menetapkan garis sempadan.  Menambah dan memperbaiki gorong-gorong di sekitar jalan.

 Dalam rangka partisipasi masyarakat dilakukan sosialisasi agar tidak melakukan pengupasan lereng-lereng bukit dan tidak membuang sampah ke selokan.

 Pembangunan dan perbaikan drainase dilaksanakan secara bertahap dengan bantuan dana pinjaman melalui Program Kalimantan Urban Development Project (KUDP) maupun dari APBD dalam program penanggulangan banjir.

1.4.6. Maksud dan Tujuan Penyusunan Master Plan Drainase Kota Balikpapan

Maksud dari kegiatan ini adalah menyiapkan/membuat suatu Master Plan Drainase Kota Balikpapan yang menyediakan dasar, strategi dan perancangan investasi (investment

(30)

perkembangan kota saat ini dan dimasa yang akan datang serta menyediakan pedoman untuk implementasinya sedemikian sehingga komponen-komponen yang direncanakan dapat dilaksanakan dalam tahapan-tahapan yang berkesinambungan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Balikpapan dan masyarakat yang ingin berpartisipasi.

Adapun tujuannya adalah :

a. Untuk melindungi daerah pembangunan perkotaan (permukiman, komersial, perkantoran, pendidikan dan fasilitas pendukung lainnya).

b. Untuk menciptakan lingkungan yang aman agar memungkinkan pengembangan di masa datang bebas dari gangguan banjir.

c. Untuk melindungi infrastruktur seperti jalan, fasilitas air minum, kabel listrik dan kabel telepon dari kerusakan akibat banjir.

d. Mendukung kegiatan bisnis dan perdagangan dengan cara menjaga agar jaringan transportasi bebas dari kelambatan akibat banjir.

e. Untuk melindungi gedung dan fasilitas pendidikan dari gangguan akibat banjir. f. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan mengalirkan air keruh dari

perumahan, kantor, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya dapat tergelontor.

1.4.7. Rencana Investasi

Pada dasarnya Pemerintah Daerah hanya bertanggung jawab pada sistem drainase di dalam wilayah administrasi, dan pendekatan untuk penanganan aspek fisik dan fungsi dari sistem drainase dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sungai atau saluran yang mempunyai sumber di dalam kota yang difungsikan juga sebagai drainase perkotaan.

b. Dari segi fisik sistem drainase perkotaan terdiri dari Saluran-saluran primer, sekunder dan tersier. Saluran primer adalah saluran yang mengalirkan langsung ke badan air, dan menerima pasokan dari saluran sekunder dan tersier.

c. Dari segi fungsi pelayanannya sistem drainase terdiri dari drainase utama dan drainase lokal. Sistem drainase utama (major urban drainage) adalah sistem jaringan drainase yang secara struktur terdiri dari saluran primer yang menampung air dari saluran sekunder. Saluran sekunder menampung air dari saluran tersier. Drainase utama ini melayani daerah pematusannya seluas lebih dari 10 Ha. Drainase lokal (minor drainage) adalah suatu jaringan drainase yang melayani suatu kawasan kota tertentu, seperti kawasan permukiman, daerah komersial, perkantoran dan kawasan industri serta kawasan pariwisata. Luas daerah

(31)

layanannya kurang lebih 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal dapat dibebankan kepada masyarakat, pengembang atau instansi kawasan masing-masing.

Penanganan sistem drainase dapat dilakukan dengan pendekatan makro dan mikro sebagai berikut:

a. Pendekatan Makro

Penanganan drainase perkotaan secara menyeluruh yang termasuk drainase utama dan drainase lokal, meliputi banjir rutin dan banjir potensial.

b. Pendekatan Mikro

Penanganan sistem drainase kota di daerah permukiman yang menderita karena genangan.

1.4.8. Strategi Pembangunan Drainase Kota Balikpapan

Prinsip-prinsip dasar pembangunan sistem drainase adalah sebagai berikut:

a. Perancangan

Perancangan didasarkan pada Master Plan yang difokuskan pada optimasi sistem yang ada sekarang, meminimalkan genangan lokal dengan membangun sistem primer dan sekunder secara terintegrasi.

b. Teknik

Limpasan (run off) didasarkan pada daerah pematusan (catchment area), dan intensitas curah hujan.

- Untuk daerah pematusan seluas sampai 150 ha digunakan metode Rasional. - Untuk daerah pematusan seluas di atas 150 ha, digunakan metode Hidrograf. - Kala ulang (return period) digunakan 2 tahunan untuk saluran tersier, 5– 10

tahunan untuk saluran sekunder dan primer.

- Perencanaan hydraulik menggunakan Rumus Manning.

- Untuk pengurangan debit puncak dan pengendalian sedimen digunakan kolam-kolam penampung/ bendali-bendali.

c. Ekonomi

Setiap pengembangan sub-sistem dilakukan analisa ekonomi, yang dicek dengan estimasi keuntungan dari :

i) terhindarnya kerusakan, ii) peningkatan harga lahan.

d. Lingkungan

(32)

1.4.9. Lingkup Kegiatan penyusunan Master Plan Drainase Kota Balikpapan

 Melaksanakan pengumpulan, review dan analisis semua laporan yang relevan, peta-peta, informasi dan data statistik yang berkaitan.

Melaksanakan survei dan investigasi termasuk pembuatan peta dari pemotretan

udara untuk menentukan kondisi saat ini dari Kota Balikpapan.

 Mengembangkan satu set kriteria hidrologi dan hidrolika yang sesuai untuk drainase perkotaan dari Kota Balikpapan untuk berbagai periode ulang (return

period) dan durasi dari curah hujan berdasarkan pada analisis curah hujan dari data

yang tersedia.

 Mengembangkan metode dan/atau model matematik (model hidrologi dan hidrolika) untuk perhitungan banjir.

 Menentukan interval pengulangan pemeriksaan kembali desain untuk daerah permukiman dan daerah komersial.

 Mengembangkan model untuk tiap-tiap saluran utama, termasuk model pengelolaan banjir.

 Menentukan dan mengecek garis ”kemiringan hydraulik” aliran di saluran,

membuat estimasi sistem jaringan drainase mikronya, dan menentukan debit rencana dan dimensi.

 Mengembangkan kriteria dan metode penentuan prioritas dari sub-proyek dan komponen-komponen drainase.

Mengembangkan suatu Master Plan, perencanaan strategi (strategy plan), dan pra-studi kelayakan dari sistem drainase berdasarkan prioritas dari setiap sub-proyek.  Mengembangkan keperluan infrastruktur drainase untuk sub-proyek dan

komponen-komponennya untuk setiap daerah tangkapan (catchment), yang terdiri dari normalisasi saluran dan struktur pendukungnya.

 Melakukan analisis ekonomi dari biaya dan keuntungan (besarnya kenaikan nilai pengadaan, operasi dan pemeliharaan sistem drainase saat ini, untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan investasi dan pengelolaan drainase.

 Menyusun program investasi drainase yang direkomendasikan sebagai hasil dari Master Plan Drainase.

(33)

1.4.10. Organisasi Proyek Penanganan Drainase Kota Balikpapan

Dalam mengelola kota, Walikota bertindak sebagai penanggung jawab yang dibantu oleh perangkat daerah, yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas daerah, dan lembaga teknis daerah lainnya. Selain itu untuk pelaksanaan pembangunan di tingkat kecamatan dan kelurahan, Walikota dibantu oleh perangkat kecamatan dan kelurahan. Hal ini sesuai dengan UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Peran serta organisasi sosial, pihak swasta, dan swadaya masyarakat pun perlu diperhitungkan, karena turut mendukung pengelolaan kota, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Perangkat daerah di Kota Balikpapan meliputi:

1). Lembaga Teknis Daerah

Lembaga teknis daerah merupakan unsur penunjang atau pelaksana teknis pemerintah daerah dalam melaksanakan atau mendukung penyelenggaraan kewenangan daerah. Kewenangan yang dimaksud adalah hak dan kewajiban pemerintah daerah untuk menentukan atau mengambil kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Lembaga teknis daerah memiliki fungsi koordinasi, perumusan kebijakan, dan fungsi pelayanan masyarakat serta pelaksana teknis.

Lembaga teknis daerah dapat berbentuk badan atau kantor. Pembentukan Lembaga Teknis Daerah di Kota Balikpapan didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 2 Tahun 2001 tentang pembentukan, susunan organisasi lembaga teknis daerah. Lembaga teknis daerah yang terdapat di Kota Balikpapan antara lain Badan Pengawas Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, Kantor Polisi Pamong Praja, Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil, Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Kantor Arsip dan Perpustakaan, Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, Kantor Tenaga Kerja, Kantor Pariwisata, Kantor Penanggulangan Kebakaran, Kantor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kantor Peternakan, Kantor Perikanan dan Kelautan, Kantor Kehutanan, dan Kantor Perkebunan.

Lembaga teknis yang terkait dengan perencanaan pembangunan terutama adalah Bappeda. Dalam Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 2 Tahun 2001 Pasal 11 dijelaskan mengenai kewenangan Bappeda. Kewenangan Bappeda yang terkait dengan pengelolaan dan pengendalian rencana antara lain:

(34)

 Manajemen pembangunan bidang fisik dan prasarana, ekonomi dan sosial budaya.

 Pendataan dan pelaporan pelaksanaan pembangunan daerah.

 Pembuatan juklak dan juknis koordinasi perencanaan dan koordinasi pelaksanaan.

 Penelitian dan pengembangan wilayah.

 Menyusun rencana makro pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.

 Melakukan koordinasi perencanaan dengan dinas-dinas organisasi lain dalam lingkungan pemerintah daerah, instansi-instansi vertikal, serta satuan organisasi lain yang berada dalam kota.

 Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama-sama dengan unit kerja terkait dengan koordinator sekretaris daerah.

 Melakukan koordinasi dan atau mengadakan penelitian untuk kepentingan perencanaan pembangunan di daerah.

 Memonitor pelaksanaan pembangunan di daerah.

 Penyusunan rencana dan program sebagai penjabaran kebijakan teknik kegiatan penanaman modal.

2). Dinas Daerah

Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah kota yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 3 tahun 2001 tentang pembentukan, susunan organisasi dinas daerah, dinas-dinas yang terdapat di Kota Balikpapan antara lain dinas pekerjaan umum, dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas pertanahan, dinas perindustrian perdagangan dan koperasi, dinas kebersihan, pertamanan, dan pemakaman, dinas penataan kota dan permukiman, dinas perhubungan, dinas pendapatan daerah, serta dinas pasar. Dinas-dinas inilah yang menjadi organisasi pengelola sektor-sektor pembangunan.

(35)

3). Organisasi Kecamatan

Kecamatan merupakan perangkat daerah kota yang dipimpin oleh Camat, sedangkan kelurahan adalah perangkat kecamatan yang dipimpin oleh lurah. Kecamatan bertugas menjalankan sebagian kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah, diantaranya:

- menyelenggarakan pemerintahan di kecamatan.

- menyelenggarakan koordinasi kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pelayanan di lingkungan kecamatan.

Untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut, kecamatan memiliki kewenangan antara lain:

a. Koordinasi terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh perangkat pemerintah kecamatan dalam rangka penyelenggaraan administrasi pemerintahan terpadu b. Pelaksanaan pembinaan kegiatan di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan c. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat

d. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan pembangunan masyarakat

e. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan pembangunan, administrasi, serta memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh perangkat pemerintah wilayah kecamatan

f. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan pemerintah kecamatan.

1.4.11. Kendala yang dihadapi

Studi penyusunan Master Plan Drainase Kota Balikppan telah mempertimbangkan perlunya Studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk setiap pembangunan bendali (bendungan pengendali). Dalam kegiatan ini yang akan menjadi kendala adalah pembebasan lahan. Kendala tersebut akan dijumpai pula dalam pelaksanaan normalisasi saluran dan pembangunan stasiun pompa.

(36)

BAB 2

WILAYAH PROYEK

2.1. Batasan Wilayah Proyek

Wilayah Proyek Master Plan Drainase Kota Balikpapan meliputi daerah yang berada dalam batas administrasi Kota Balikpapan dan sebagian besar termasuk dalam Daerah Aliran Sungai-sungai di wilayah Kota Balikpapan yang bermuara di Teluk Balikpapan dan Selat Makasar. Daerah Aliran Sungai-sungai tersebut, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara, sebelah selatan berbatasan dengan Selat Makasar, sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Panajam Paser Utara.

2.2. Kondisi Fisik dan Administrasi 2.2.1. Kondisi Fisik

a. Geografi

Kota Balikpapan dengan luas 503,30 Km2 menurut letak geografinya berada pada posisi 1° LS - 11° LS dan diantara 116° 50’ BT - 117° 5’ BT, dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara  Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Makasar

 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara  Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara b. Topografi

Berdasarkan kemiringan dan ketinggian dari permukaan laut, kondisi topografi Kota Balikpapan sangat beragam, terdiri dari wilayah pantai pada ketinggian 0 meter dan wilayah berbukit dengan ketinggian sampai 100 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Balikpapan yaitu 30.565 Ha mempunyai kelas kemiringan antara 15% sampai 40%.

(37)

Ditinjau dari ketinggian, Kota Balikpapan berada pada ketinggian 0–100 m yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok ketinggian yaitu : ketinggian antara 0 – 7 m seluas 14,2 %, antara 7 – 25 m seluas 32,3 %, dan ketinggian lebih besar dari 25 – 100 m seluas 53,5 %.

c. Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di wilayah Kota Balikpapan secara keseluruhan terdiri dari kawasan permukiman dan perkotaan, pertanian dan peternakan, tempat usaha, industri, perdagangan dan jasa, serta kawasan lindung.

Permukiman yang paling padat di wilayah Kota Balikpapan terdapat di Kecamatan Balikpapan Tengah, diikuti oleh Kecamatan Balikpapan Selatan merupakan permukiman swadaya masyarakat yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan dan pembangunan kota. Pengembangan daerah permukiman dicirikan dari bangunan perumahan-perumahan yang mengikuti pertumbuhan kawasan industri, kawasan perkantoran baik swasta maupun pemerintah. Permukiman tersebut di atas umumnya sudah teratur dan mempunyai fasilitas perkotaan yang memadai. Permukiman Real Estate sebagian besar terkonsentrasi di Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan Timur, Balikpapan Utara dan dan sebagian kecil di Balikpapan Barat dan Tengah. Namun demikian di kawasan perkotaan yang padat didapati pula kawasan kumuh yang tidak mengikuti rencana kota. Kawasan kumuh tersebut banyak tersebar di wilayah pantai, bantaran sungai dan lereng bukit.

Kawasan perdagangan dan jasa pada kondisi sekarang masih terpusat di Balikpapan Tengah dan Balikpapan Selatan. Kawasan industri, seperti Pertamina di Kelurahan Baru Ilir Kecamatan Balikpapan Barat. Sedangkan pengembangan kawasan industri akan direalisasikan di Kariangau. Kegiatan industri kecil masih tersebar di berbagai kawasan permukiman dan di bantaran sungai yang cenderung kumuh dan rawan pencemaran. Di Kota Balikpapan terdapat pula kawasan permukiman nelayan di atas air/pantai yang letaknya mengikuti garis pantai jauh dari kota dengan kondisi umumnya kumuh. Permukiman semacam ini terdapat di Kecamatan Balikpapan Selatan, yaitu di Kelurahan Prapatan, Klandasan Ilir, Klandasan Ulu, Damai, dan Sepinggan. Di Kecamatan Balikpapan Barat yaitu di Kelurahan Margasari, Baru Tengah, Baru Ulu dan Baru Ilir serta sebagian kecil di Kelurahan Margomulyo dan Kariangau serta di Kecamatan Balikpapan Timur, yaitu di Kelurahan Sepinggan, Manggar Baru, Lamaru dan Teritip.

(38)

Kawasan perkantoran meliputi perkantoran swasta yang akan berkembang cukup pesat seiring berkembangnya potensi bisnis yang ada di Kota Balikpapan. Saat ini pusat perkantoran yang diminati adalah di Klandasan Hulu, Klandasan Ilir serta di kawasan pusat kota yang baru di Kelurahan Batu Ampar sebelah timur atau di Kelurahan Sepinggan sebelah utara. Kawasan Pemerintahan dan fasilitas umum saat ini kawasan tersebut sifatnya masih tersebar di Kota Balikpapan, yaitu Kantor Instansi Pemerintah Kota terpusat di Jl. Jenderal Sudirman Kelurahan Klandasan Ulu Kecamatan Balikpapan Selatan, sedang kantor pemerintahan di tingkat bawahnya tersebar di pusat kecamatan dan kelurahan. Sedang fasilitas umum meliputi fasilitas kesehatan (balai pengobatan/rumah sakit/puskesmas, rumah bersalin dan apotik), fasilitas pendidikan (Sekolah Dasar, SLTP dan SMU) dan fasilitas peribadahan (masjid, gereja, pura, wihara) tersebar di Kota Balikpapan.

Kawasan pertanian yaitu berupa sawah tadah hujan tercatat 909 ha, sedang yang bukan berupa sawah (pekarangan, kebun, dll) seluas 37.839 ha.

Kawasan perikanan darat berupa tambak di darat, di tepi sungai atau di tepi pantai tersebar di Kelurahan Teritip, Manggar, Manggar Baru dan Kariangau.

Kawasan Lindung, meliputi hutan lindung yang berada di sebelah utara, yaitu Hutan Lindung DAS Sungai Wain (7203,18 Ha) dan Hutan Lindung DAS Sungai Manggar (4500 Ha) menurut hasil interprestasi citra satelit LANDSAT-TM 2000 tahun 2003. Luas ini diketahui sudah berkurang dari hasil pendataan sebelumnya. Lahan didominasi oleh semak belukar dan sebagian berupa perkebunan penduduk. Kawasan lindung tersebut merupakan daerah resapan, terutama bagi Waduk Manggar yang merupakan sumber air baku Kota Balikpapan.

Di samping kawasan lindung terdapat pula kawasan yang perlu dilestarikan, yaitu kawasan sepanjang pantai di selatan wilayah Kota Balikpapan, kawasan sempadan sungai di sepanjang Sungai Wain dan Sungai Manggar Besar, serta kawasan hutan bakau (mangrove) di Teluk Balikpapan. Tahun 2000 tercatat hutan bakau seluas 1.810 Ha

Yang memprihatinkan adalah adanya lahan kritis di wilayah Kota Balikpapan pada tahun 2003 tercatat seluas 656,3 Ha. Lokasi kawasan tersebut paling dominan terdapat di Kelurahan Sepinggan, Kelurahan Damai dan Kelurahan Gunung Bahagia yang berada di wilayah Balipapan Selatan dan ada kecenderungan luas lahan kritis makin meningkat di berbagai tempat.

(39)

d. Iklim

Untuk mengetahui keadaan iklim Kota Balikpapan dalam menentukan kondisi air/sumber air dilakukan pencatatan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang mana hasil pendataan tersebut dapat dijabarkan mengenai data-data tentang suhu udara, kecepatan angin, curah hujan dan sinar matahari.

Kondisi klimatologi Kota Balikpapan adalah sebagai berikut : suhu udara rata-rata 27,85

o

C, suhu udara minimum 23 oC dan maksimum 32,5 oC. Kelembaban udara berkisar 85%, tekanan udara 1.010,3 mb, curah hujan tahunan bervariasi antara 1.483 - 3.592 mm, Curah hujan rata-rata tahunan 2.914 mm, kecepatan angin 6 knots dan penyinaran matahari 48 %.

e. Hidrologi

Potensi hidrologi yang terdapat di Kota Balikpapan meliputi air tanah dan air permukaan (sungai). Potensi air tanah di Kota Balikpapan termasuk dalam klasifikasi cukup baik. Sesuai dengan kondisi topografi dan fisiografi wilayah yang berbukit, menyebabkan pola aliran air tanah yang terbentuk mengalir dari arah wilayah bagian utara menuju ke arah wilayah bagian selatan kota. Adanya keterbatasan penyediaan air bersih PDAM meyebabkan banyak penduduk yang memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus (perlu diwaspadai) karena pengambilan air tanah secara berlebihan dikhawatirkan dapat mengganggu potensi air tanah, yaitu penurunan muka air tanah, salinasi dan intrusi air laut. Kasus intrusi air laut dan salinasi telah terjadi di wilayah Sungai Wain, Sungai Somber, Sungai Manggar, Sungai Tempadung dan Sungai Lempasuang.

Potensi air permukaan dapat dilihat dari banyaknya sungai-sungai besar di Kota Balikpapan, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Daftar Sungai Besar di Kota Balikpapan

No Nama Sungai Panjang (m)

1 S. Wain 11.200

2 S. Somber 7.100

3 S. Klandasan Kecil 3.800

4 S. Klandasan Besar / Ampal 4.900

5. S. Sepinggan 5.600 6. S. Batakan Kecil 5.100 7. S. Batakan Besar 9.500 8. S. Manggar Kecil 7.200 9. S. Manggar Besar 19.400 10. S. Lamaru 2.300 11. S. Ajiraden 2.100

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Sungai Besar di Kota Balikpapan
Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Balikpapan tahun 2001 - 2005 No Tahun Dengan Migas ADHK Tanpa Migas ADHK
Tabel 3.1 Sungai-sungai Besar di wilayah Kota Balikpapan
Tabel 5.1 Periode Ulang untuk Perencanaan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan keadaan topografi Kota Blitar yang terletak pada daerah. pegunungan/dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 150 -

Drainase bawah permukaan (sub surface drainage) adalah sistem drainase yang menangani permasalahan kelebihan air di bawah permukaan tanah atau di dalam lapisan tanah,

Mengembangkan sistem dan jaringan drainase kawasan yang terintegrasi dengan sistem drainase kota melalui rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan jaringan

Aspek lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perlu adanya perubahan konsep sistem drainase konvensional dengan mengupayakan penanganan genangan berwawasan

Hasil dan pembahasan utama yang terjadi pada penyaluran limpasan air pada sistem drainase kawasan pemukiman drainase tando IV kota Lhokseumawe terjadi pada waktu

Permasalahan banjir atau genangan serta segala akibat yang timbul karena sistem drainase yang kurang baik di Kelurahan Bugis perlu dilakukannya “ Evaluasi Sistem

Beranjak dari permasalahan tersebut dilakukan penanganan permasalahan yang terjadi melalui program dan kebijakan nasional untuk meningkatkan pembangunan yang berdampak pada

Mengacu pada hasil analisa, alternatif penanggulangan terhadap permasalahan sistem drainase eksisting adalah mengadakan inspeksi rutin satu kali setiap bulannya dan