PERANCANGAN S IS TEM YANG DIUS ULKAN
4.1. Analysis Production Cost
4.1.1. Flow Of Manufacturing Costs
Dalam perhitungan biaya proses, masing-masing departemen produksi memiliki proses tersendiri. Begitu barang selesai dalam satu departemen, maka barang tersebut akan dipindahkan ke departemen selanjutnya.
Pada Gambar 4.1 menjelaskan bahwa proses produksi jamu aladina akan dimulai dari departemen pencampuran hingga departemen pengemasan. Dalam departemen pencampuran akan ada proses pencampuran antara bahan baku, tenaga kerja pencampur dan overhead yang dibebankan.
Setelah proses pencampuran selesai maka hasilnya akan dipindahkan ke departemen pengkapsulan. Dalam departemen pengkapsulan akan dilakukannya proses pengkapsulan dimana setiap kapsul-kapsul yang kosong akan diisi.
Kemudian setelah kapsul kosong diisi maka kapsul-kapsul tersebut akan di berikan ke departemen pengemasan untuk di strripping dan di pak. Di dalam departemen pengemasan semua kapsul akan distripping setelah stripping selesai maka hasil stripping tersebut akan dikemas lalu dipak.
Untuk setiap produk yang dipindahkan dari departemen yang satu ke departemen yang lain maka semua biaya yang terkait akan dibebankan. Pada akhir proses, semua biaya produksi berakhir di departemen terakhir yaitu departemen pengemasan.
Gambar 4.1 Aliran Biaya Produksi PT. Sinar Effendi M urni Dengan Perhitungan Biaya Proses
4.1.2. Weighted Average Costing
Perhitungan biaya rata-rata tertimbang memperlakukan biaya awal persediaan dan output ekuivalen setara dengan yang mengikutinya, sebagai periode waktu berjalan. Perhitungan ini dilakukan dengan menambahkan biaya produksi awal barang dalam proses ke biaya produksi yang muncul selama periode berjalan. Jumlah biaya diperlakukan sebagai jumlah biaya produksi periode berjalan. Output persediaan awal dan output periode berjalan akan digabungkan dalam perhitungan.
Dalam menganalisis perhitungan biaya rata-rata tertimbang pada PT. Sinar Effendi M urni akan digunakan produk jamu aladina regular dengan data biaya pada bulan Juli 2010 dan Agustus 2010 dan data produksi pada bulan A gustus 2010 dan jumlah hari kerja 25 hari serta menganggap unit produk dalam satuan kemasan. Data yang digunakan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Biaya Bulan Juli 2010 PT. Sinar Effendi M urni Departemen Pencampuran Departemen Pengkapsulan Departemen
Pengemasan Total Biaya Bahan Baku Rp. 234.823.680 Rp. 135.475.200 Rp. 19.295.360 Rp. 389.594.240 Tenaga Kerja Rp. 36.462.679 Rp. 49.918.896 Rp. 61.997.200 Rp. 148.378.775 Overhead Rp. 300.000 Rp. 350.000 Rp. 422.500 Rp. 1.072.500 Rp. 271.586.359 Rp. 185.744.096 Rp. 81.715.060 Rp. 539.045.515
Tabel 4.2 Biaya Bulan A gustus 2010 PT. Sinar Effendi M urni Departemen Pencampuran Departemen Pengkapsulan Departemen
Pengemasan Total Biaya Bahan Baku Rp. 209.664.000 Rp. 120.960.000 Rp. 17.228.000 Rp. 347.852.000 Tenaga Kerja Rp. 30.900.575 Rp. 43.949.000 Rp. 52.540.000 Rp. 127.389.575 Overhead Rp. 300.000 Rp. 350.000 Rp. 422.500 Rp. 1.072.500 Rp. 240.864.575 Rp. 165.259.000 Rp. 70.190.500 Rp. 476.314.075
Tabel 4.3 Produksi Departemen Pencampuran Bulan Agustus 2010 PT. Sinar Effendi M urni
Departemen Pencampuran
Unit Dalam Proses 01 Agustus 2010 90.000 Unit Yang Dikerjakan dan Diselesaikan 1.922.000
Unit Dalam Proses 31 Agustus 2010 85.500 Total Produksi (Kemasan) 2.097.500
Tabel 4.4 Produksi Departemen Pengkapsulan Bulan A gustus 2010 PT. Sinar Effendi M urni
Departemen Pengkapsulan
Unit Dalam Proses 01 Agustus 2010 80.000 Unit Yang Dikerjakan dan Diselesaikan 1.934.000
Unit Dalam Proses 31 Agustus 2010 78.000 Total Produksi (Kemasan) 2.092.000
Unit Dalam Proses 01 Agustus 2010 75.000 Unit Yang Dikerjakan dan Diselesaikan 1.941.000 Unit Dalam Proses 31 Agustus 2010 73.000 Total Produksi (Kemasan) 2.089.000 Jurnal :
Barang Dalam Proses - Pengkapsulan
512.450.934 Barang Dalam Proses - Pencampuran
512.450.934
Barang Dalam Proses - Pengemasan
664.968.823 Barang Dalam Proses - Pengkapsulan
664.968.823
Barang Jadi
715.175.671
Barang Dalam Proses - Pengemasan 715.175.671
4.1.2.1. Perhitungan Biaya Departemen Pencampuran
Dengan menggunakan data dari departemen pencampuran, Gambar 4.2 menggambarkan kegunaan biaya rata-rata tertimbang untuk mengalokasikan biaya produksi ke unit-unit yang ditransfer keluar dan ke unit-unit yang terdapat pada akhir barang dalam proses. Biaya dari persediaan awal barang proses akan disatukan dengan biaya-biaya yang ditambahkan ke produksi selama bulan agustus. Total biaya yang disatukan sebesar Rp. 512.450.934 dirata-rata dan dibebankan ke unit yang ditransfer ke luar dan ke unit pada persediaan akhir barang dalam proses. Untuk lebih jelas perhatikan perhitungan biaya sebagai berikut :
Produksi :
Jumlah unit dalam proses, 1 Agustus 2010 90.000 Jumlah unit yang telah selesai dan ditransfer keluar 2.012.000 Jumlah unit dalam proses, 31 Agustus 2010, 60%1 selesai 85.500 Biaya :
Biaya dalam proses, 1 Agustus 2010 Rp. 240.864.575 Biaya yang ditambahkan dalam bulan Juli Rp. 271.586.359
Gambar 4.2 Biaya Departemen Pencampuran
Gambar 4.3 Output Bulan Agustus Departemen Pencampuran
1
Gambar 4.4 Pembebanan Biaya Departemen Pencampuran
Untuk bagian unit akan dikonsentrasikan pada tingkat penyelesaian semua unit pada akhir periode. Perhitungan ini hanya memperdulikan apakah unit-unit telah selesai atau tidak pada akhir bulan agustus. Kemudian unit-unit ekuivalen akan dihitung. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada lima langkah perhitungan biaya rata-rata tertimbang.
Langkah 1 : Analisis Aliran Unit secara Fisik
Tujuan langkah ini adalah untuk menelusuri unit produksi secara fisik. Unit-unit fisik bukan merupakan unit ekuivalen melaikan adalah unit-unit yang berada dalam tahap penyelesaian. Dalam Table 4.6 terdapat 2.097.500 unit fisik yang terdiri dari 90.000 unit dari persediaan awal dan 2.007.500 unit adalah unit yang akan dikerjakan. Dari 2.007.500 unit hanya 85.500 unit yang tetap dalam persediaan akhir yaitu 60% yang telah diselesaikan. Analisis aliran unit secara fisik biasanya diselesaikan dengan menyiapkan laporan aliran fisik yang sebagaimana ditunjukan pada Tabel 4.6.
Untuk membuat laporan ini diperlukan dua perhitungan, yaitu yang pertama, unit-unit yang mulai dikerjakan dan diselesaikan dalam periode ini dihitung dengan mengurangi unit-unit pada awal barang dalam proses dengan total unit yang telah diselesaikan. Yang ke dua, unit-unit yang mulai dikerjakan dihitung dengan
menambahkan unit-unit yang mulai dikerjakan dan diselesaikan dengan unit-unit pada akhir barang dalam prose. Untuk total unit untuk dihitung haruslah sebanding dengan total unit yang telah dihitung. Untuk lebih jelasnya perhatikan Table 4.6.
Tabel 4.6 Analisis Aliran Unit Secara Fisik Departemen Pencampuran Kemasan Kemasan Unit untuk dihitung :
Unit pada awal barang dalam proses
90.000 Unit yang mulai dikerjakan
selama periode 2.007.500
Total unit untuk dihitung
2.097.500 Unit yang telah dihitung :
Unit yang telah selesai dan ditransfer keluar : M ulai dikerjakan dan diselesaikan
1.922.000
Dari awal barang dalam proses 90.000 2.012.000 Unit pada persediaan akhir barang
dalam proses (60% selesai) 85.500 Total unit yang telah dihitung 2.097.500
Langkah 2: Perhitungan Unit Ekuivalen
Dengan informasi yang diberikan dalam laporan aliran fisik, unit-unit ekuivalen berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang untuk bulan agustus dapat dihitung. Perhitungan akan ditunjukan pada Table 4.7. dapat terlihat bahwa output bulan agustus dihitung sebanyak 2.063.300 unit dimana 2.012.000 unit telah diselesaikan dan ditransfer keluar, dan 51.300 unit adalah unit ekuivalen dari persediaan akhir (85.500 x 60%). Untuk unit dalam persediaan awal 90.000, unit tersebut terdapat dalam 2.012.000 unit yang telah diselesaikan dan ditransfer keluar. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.7 dibawah ini.
selesai(85.500*60%) 51.300 Output unit setara 2.063.300 Langkah 3 : Perhitungan Biaya Per Unit
Sebagai tambahan output bulan agustus, biaya produksi bulan agustus juga diperlukan untuk menghitung biaya per unit. Jadi total biaya manufaktur pada bulan agustus ditetapkan sebesar Rp. 512.450.934 yang terdiri dari biaya produksi yang dibawa dari periode sebelumnya sebesar Rp 271.586.359 dan sisanya adalah biaya pada bulan agustus departemen pencampuran sebesar Rp. 240.864.575.
Dengan menggunakan biaya produksi bulan agustus dan output bulan tersebut, maka biaya per unit dapat dihitung dan digunakan untuk menghitung biaya barang yang ditransfer keluar serta biaya persediaan akhir barang dalam proses. Pada bulan agustus, perhitungan biaya rata-rata tertimbang menghasilkan biaya per unit sebesar Rp. 248,36 (Rp. 512.450.934 / 2.063.300 unit). Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Per Unit Departemen Pencampuran Rp
Biaya Produksi Bulan Agustus
271.586.359 Biaya Yg Ditambahkan dalam
Bulan Juli
240.864.575 Total Biaya M anufaktur
512.450.934 Biaya Per Kemasan = 248,36
Langkah 4 : Penilaian Persediaan
Dengan menggunakan biaya per unit Rp. 248,36, maka biaya barang yang ditransfer keluar ke departemen pengkapsulan adalah Rp. 499.709.823,2 (Rp. 248,36 x 2.012.000) dan biaya pada akhir barang dalam proses adalah Rp. 12.741.110,3 (Rp. 248,36 x 51.300). Dalam perhitungan ini setiap unit-unit yang telah selesai dari Langkah 1, unit-unit ekuivalen pada akhir barang dalam proses pada Langkah 2, serta biaya per unit pada Langkah 3 semua diperlukan untuk menilai barang. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Penilaian Persediaan Departemen Pencampuran Rp
Biaya yang ditransfer keluar ke departemen pengkapsulan
499.709.823,2 Biaya pada akhir barang dalam
proses
12.741.110,3 Langkah 5 : Rekonsiliasi Biaya
Total biaya produksi yang dibebankan ke persediaan adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Rekonsiliasi Biaya Departemen Pencampuran
Rp
Barang yang ditransfer keluar 499.709.823,2 Barang pada persediaan
akhir dalam proses
12.741.110,3 Total biaya yang dihitung 512.450.934 Persediaan awal barang dalam proses 271.586.359 Yang muncul selama bulan berjalan 240.864.575 Total biaya untuk dihitung 512.450.934
Tabel 4.11 Langkah 1 Departemen Pencampuran - Analisis Aliran Unit secara Fisik Kemasan Kemasan Unit untuk dihitung :
Unit pada awal barang dalam proses
90.000 Unit yang mulai dikerjakan
selama periode 2.007.500
Total unit untuk dihitung
2.097.500 Unit yang telah dihitung :
Unit yang telah selesai dan ditransfer keluar : M ulai dikerjakan dan diselesaikan
1.922.000
Dari awal barang dalam proses 90.000 2.012.000 Unit pada persediaan akhir barang
dalam proses (60% selesai) 85.500 Total unit yang telah dihitung 2.097.500
Tabel 4.12 Langkah 2 Departemen Pencampuran - Perhitungan Unit Ekuivalen Kemasan Unit yang telah diselesaikan 2.012.000 + Unit pada persediaan akhir barang dalam proses x bagian yang
selesai(85.500*60%) 51.300
Output unit setara 2.063.300
Tabel 4.13 Langkah 3 Departemen Pencampuran - Perhitungan Biaya Per Unit Rp
Biaya Produksi Bulan Agustus
271.586.359 Biaya Yg Ditambahkan dalam
Bulan Juli
240.864.575
Total Biaya M anufaktur 512.450.934
Tabel 4.14 Langkah 4 Departemen Pencampuran - Penilaian Persediaan Rp
Biaya yang ditransfer keluar ke
departemen pengkapsulan 499.709.823,2 Biaya pada akhir barang dalam proses 12.741.110,3
Tabel 4.15 Langkah 5 Departemen Pencampuran - Rekonsiliasi Biaya Rp
Barang yang ditransfer keluar 499.709.823,2 Barang pada persediaan
akhir dalam proses
12.741.110,3 Total biaya yang dihitung 512.450.934 Persediaan awal barang dalam proses 271.586.359 Yang muncul selama bulan berjalan 240.864.575 Total biaya untuk dihitung 512.450.934
4.1.2.2. Perhitungan Biaya Departemen Pengkapsulan
Dengan menggunakan data dari departemen penngkapsulan, Gambar 4.5 menggambarkan kegunaan biaya rata-rata tertimbang untuk mengalokasikan biaya produksi ke unit-unit yang ditransfer keluar dan ke unit-unit yang terdapat pada akhir barang dalam proses. Biaya dari persediaan awal barang proses akan disatukan dengan biaya-biaya yang ditambahkan ke produksi selama bulan agustus. Total biaya yang disatukan sebesar Rp. 664.968.823 dirata-rata dan dibebankan ke unit yang ditransfer ke luar dan ke unit pada persediaan akhir barang dalam proses. Untuk lebih jelas perhatikan perhitungan biaya sebagai berikut :
Jumlah unit dalam proses, 31 Agustus 2010, 80%2 selesai 78.000 Biaya :
Biaya dalam proses, 1 Agustus 2010 Rp. 165.259.000 Biaya yang ditambahkan dalam bulan A gustus Rp. 499.709.823
Gambar 4.5 Biaya Departemen Pengkapsulan
Gambar 4.6 Output Bulan Agustus Departemen Pengkapsulan
2
Gambar 4.7 Pembebanan Biaya Departemen Pengkapsulan
Untuk bagian unit akan dikonsentrasikan pada tingkat penyelesaian semua unit pada akhir periode. Perhitungan ini hanya memperdulikan apakah unit-unit telah selesai atau tidak pada akhir bulan agustus. Kemudian unit-unit ekuivalen akan dihitung. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada lima langkah perhitungan biaya rata-rata tertimbang.
Langkah 1 : Analisis Aliran Unit secara Fisik
Tujuan langkah ini adalah untuk menelusuri unit produksi secara fisik. Unit-unit fisik bukan merupakan unit ekuivalen melaikan adalah unit-unit yang berada dalam tahap penyelesaian. Dalam Table 4.16 terdapat 2.092.000 unit fisik yang terdiri dari 80.000 unit dari persediaan awal dan 2.012.000 unit adalah unit yang ditransfer dari departemen pencampuran. Dari 2.012.000 unit hanya 78.000 unit yang tetap dalam persediaan akhir yaitu 80% yang telah diselesaikan. Analisis aliran unit secara fisik biasanya diselesaikan dengan menyiapkan laporan aliran fisik yang sebagaimana ditunjukan pada Tabel 4.16.
Untuk membuat laporan ini diperlukan dua perhitungan, yaitu yang pertama, unit-unit yang mulai dikerjakan dan diselesaikan dalam periode ini dihitung dengan mengurangi unit-unit pada awal barang dalam proses dengan total unit yang telah
total unit yang telah dihitung. Untuk lebih jelasnya perhatikan Table 4.16. Tabel 4.16 Analisis Aliran Unit secara Fisik Departemen Pengkapsulan
Kemasan Kemasan Unit untuk dihitung :
Unit pada awal barang dalam
proses 80.000
Unit yang diterima dari departemen
pencampuran 2.012.000
Total unit untuk dihitung 2.092.000
Unit yang telah dihitung :
Unit yang telah selesai dan ditransfer keluar : M ulai dikerjakan dan diselesaikan
1.934.000 Dari awal barang dalam proses
80.000 2.014.000 Unit pada persediaan akhir
barang dalam proses (80% selesai) 78.000 Total unit yang telah dihitung 2.092.000
Langkah 2: Perhitungan Unit Ekuivalen
Dengan informasi yang diberikan dalam laporan aliran fisik, unit-unit ekuivalen berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang untuk bulan agustus dapat dihitung. Perhitungan akan ditunjukan pada Table 4.17 dapat terlihat bahwa output bulan agustus dihitung sebanyak 2.076.400 unit dimana 2.014.000 unit telah diselesaikan dan ditransfer keluar, dan 62.400 unit adalah unit ekuivalen dari persediaan akhir (78.000 x 80%). Untuk unit dalam persediaan awal 80.000, unit tersebut terdapat dalam 2.014.000 unit yang telah diselesaikan dan ditransfer keluar. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.17 dibawah ini.
Tabel 4.17 Perhitungan Unit Ekuivalen Departemen Pengkapsulan Unit yang telah diselesaikan 2.014.000 +
Unit pada persediaan akhir barang dalam proses x bagian yang selesai
(78.000*80%) 62.400 Output unit setara 2.076.400
Langkah 3 : Perhitungan Biaya Per Unit
Sebagai tambahan output bulan agustus, biaya produksi bulan agustus juga diperlukan untuk menghitung biaya per unit. Jadi total biaya manufaktur pada bulan agustus ditetapkan sebesar Rp. 664.968.823 yang terdiri dari biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya sebesar Rp 499.709.823 dan sisanya adalah biaya pada bulan agustus departemen pengkapsulan sebesar Rp. 165.259.000.
Dengan menggunakan biaya produksi bulan agustus dan output bulan tersebut, maka biaya per unit dapat dihitung dan digunakan untuk menghitung biaya barang yang ditransfer keluar serta biaya persediaan akhir barang dalam proses. Pada bulan agustus, perhitungan biaya rata-rata tertimbang menghasilkan biaya per unit sebesar Rp. 320,25 (Rp. 664.968.823 / 2.076.400 unit). Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.18 dibawah ini.
Tabel 4.18 Perhitungan Biaya Per Unit Departemen Pengkapsulan Rp
Biaya Produksi Bulan Agustus 165.259.000 Biaya dari departemen
pencampuran 499.709.823
Total Biaya M anufaktur 664.968.823 Biaya Per Kemasan = 320,25
2.014.000) dan biaya pada akhir barang dalam proses adalah Rp. 19.983.651,79 (Rp. 320,25 x 62.400). Dalam perhitungan ini setiap unit-unit yang telah selesai dari Langkah 1, unit-unit ekuivalen pada akhir barang dalam proses pada Langkah 2, serta biaya per unit pada Langkah 3 semua diperlukan untuk menilai barang. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.19 dibawah ini.
Tabel 4.19 Penilaian Persediaan Departemen Pengkapsulan Rp
Biaya yang ditransfer keluar ke
departemen pengemasan 644.985.171,41 Biaya pada akhir barang dalam
proses
19.983.651,79
Langkah 5 : Rekonsiliasi Biaya
Total biaya produksi yang dibebankan ke persediaan adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Rekonsiliasi Biaya Departemen Pengkapsulan
Rp
Barang yang ditransfer keluar 644.985.171,41 Barang pada persediaan akhir dalam
proses 19.983.651,79 Total biaya yang dihitung 664.968.823
Persediaan awal barang dalam proses
165.259.000 Biaya dari departemen pencampuran 499.709.823 Total biaya untuk dihitung 664.968.823
Perhitungan Biaya Rata-Rata Tertimbang Departemen Pengkapsulan
Bulan Agustus 2010
Tabel 4.21 Langkah 1 Departemen Pengkapsulan - Analisis Aliran Unit secara Fisik Kemasan Kemasan Unit untuk dihitung :
Unit pada awal barang dalam
proses 80.000
Unit yang diterima dari departemen
pencampuran 2.012.000
Total unit untuk dihitung 2.092.000
Unit yang telah dihitung :
Unit yang telah selesai dan ditransfer keluar : M ulai dikerjakan dan diselesaikan
1.934.000 Dari awal barang dalam proses
80.000 2.014.000 Unit pada persediaan akhir
barang dalam proses (80% selesai) 78.000 Total unit yang telah dihitung 2.092.000
Tabel 4.22 Langkah 2 Departemen Pengkapsulan - Perhitungan Unit Ekuivalen Kemasan Unit yang telah diselesaikan 2.014.000 + Unit pada persediaan akhir barang dalam
proses x bagian yang selesai (78.000*80%) 62.400
Output unit setara 2.076.400
Tabel 4.23 Langkah 3 Departemen Pengkapsulan - Perhitungan Biaya Per Unit Rp
Biaya Produksi Bulan Agustus 165.259.000 Biaya dari departemen pencampuran 499.709.823
Total Biaya M anufaktur 664.968.823
Biaya pada akhir barang dalam proses 19.983.651,79
Tabel 4.25 Langkah 5 Departemen Pengkapsulan - Rekonsiliasi Biaya Rp Barang yang ditransfer keluar 644.985.171,41 Barang pada persediaan akhir dalam proses 19.983.651,79 Total biaya yang dihitung 664.968.823 Persediaan awal barang dalam proses
165.259.000 Biaya dari departemen pencampuran 499.709.823
Total biaya untuk dihitung 664.968.823
4.1.2.3. Perhitungan Biaya Departemen Pengemasan
Dengan menggunakan data dari departemen pengemasan, Gambar 4.8 menggambarkan kegunaan biaya rata-rata tertimbang untuk mengalokasikan biaya produksi ke unit-unit yang ditransfer keluar dan ke unit-unit yang terdapat pada akhir barang dalam proses. Biaya dari persediaan awal barang proses akan disatukan dengan biaya-biaya yang ditambahkan ke produksi selama bulan agustus. Total biaya yang disatukan sebesar Rp. 715.914.126 dirata-rata dan dibebankan ke unit yang ditransfer ke luar dan ke unit pada persediaan akhir barang dalam proses. Untuk lebih jelas perhatikan perhitungan biaya sebagai berikut :
Produksi :
Jumlah unit dalam proses, 1 Agustus 2010 75.000 Jumlah unit yang telah selesai dan ditransfer keluar 2.016.000 Jumlah unit dalam proses, 31 Agustus 2010, 100%3 selesai 73.000 Biaya :
Biaya dalam proses, 1 Agustus 2010 Rp. 70.190.500 Biaya yang ditambahkan dalam bulan A gustus Rp. 644.985.171
Gambar 4.8 Biaya Departemen Pengemasan
Gambar 4.9 Output Bulan Agustus Departemen Pengemasan
3
Gambar 4.10 Pembebanan Biaya Departemen Pengemasan
Untuk bagian unit akan dikonsentrasikan pada tingkat penyelesaian semua unit pada akhir periode. Perhitungan ini hanya memperdulikan apakah unit-unit telah selesai atau tidak pada akhir bulan agustus. Kemudian unit-unit ekuivalen akan dihitung. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada lima langkah perhitungan biaya rata-rata tertimbang.
Langkah 1 : Analisis Aliran Unit secara Fisik
Tujuan langkah ini adalah untuk menelusuri unit produksi secara fisik. Unit-unit fisik bukan merupakan unit ekuivalen melaikan adalah unit-unit yang berada dalam tahap penyelesaian. Dalam Table 4.26 terdapat 2.089.000 unit fisik yang terdiri dari 75.000 unit dari persediaan awal dan 2.014.000 unit adalah unit yang diterima dari departemen pengkapsulan. Dari 2.014.000 unit hanya 73.000 unit yang tetap dalam persediaan akhir yaitu 100% yang telah diselesaikan. Analisis aliran unit secara fisik biasanya diselesaikan dengan menyiapkan laporan aliran fisik yang sebagaimana ditunjukan pada Tabel 4.26.
Untuk membuat laporan ini diperlukan dua perhitungan, yaitu yang pertama, unit-unit yang mulai dikerjakan dan diselesaikan dalam periode ini dihitung dengan mengurangi unit-unit pada awal barang dalam proses dengan total unit yang telah
diselesaikan. Yang ke dua, unit-unit yang mulai dikerjakan dihitung dengan menambahkan unit-unit yang mulai dikerjakan dan diselesaikan dengan unit-unit pada akhir barang dalam prose. Untuk total unit untuk dihitung haruslah sebanding dengan total unit yang telah dihitung. Untuk lebih jelasnya perhatikan Table 4.26.
Tabel 4.26 Analisis Aliran Unit secara Fisik Biaya Departemen Pengemasan Kemasan Kemasan Unit untuk dihitung :
Unit pada awal barang dalam proses 75.000 Unit yang diterima dari departemen
pengkapsulan 2.014.000
Total unit untuk dihitung
2.089.000 Unit yang telah dihitung :
Unit yang telah selesai dan ditransfer keluar : M ulai dikerjakan dan diselesaikan
1.941.000
Dari awal barang dalam proses 75.000 2.016.000 Unit pada persediaan akhir barang
dalam proses (100% selesai) 73.000 Total unit yang telah dihitung
2.089.000
Langkah 2: Perhitungan Unit Ekuivalen
Dengan informasi yang diberikan dalam laporan aliran fisik, unit-unit ekuivalen berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang untuk bulan agustus dapat dihitung. Perhitungan akan ditunjukan pada Table 4.27. dapat terlihat bahwa output bulan agustus dihitung sebanyak 2.089.000 unit dimana 2.016.000 unit telah diselesaikan dan ditransfer ke barang jadi, dan 73.000 unit adalah unit ekuivalen dari persediaan akhir (73.000 x 100%). Untuk unit dalam persediaan awal 75.000, unit tersebut terdapat dalam 2.016.000 unit yang telah diselesaikan dan ditransfer keluar. Untuk lebih jelasnya perhatikan Table 4.27 dibawah ini.
(80.000*100%) 73.000 Output unit setara 2.089.000
Langkah 3 : Perhitungan Biaya Per Unit
Sebagai tambahan output bulan agustus, biaya produksi bulan agustus juga diperlukan untuk menghitung biaya per unit. Jadi total biaya manufaktur pada bulan agustus ditetapkan sebesar Rp. 715.175.671 yang terdiri dari biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya sebesar Rp 644.985.171 dan sisanya adalah biaya pada bulan agustus departemen pengemasan Rp. 70.190.500.
Dengan menggunakan biaya produksi bulan agustus dan output bulan tersebut, maka biaya per unit dapat dihitung dan digunakan untuk menghitung biaya barang yang ditransfer keluar serta biaya persediaan akhir barang dalam proses. Pada bulan agustus, perhitungan biaya rata-rata tertimbang menghasilkan biaya per unit sebesar Rp. 342,35 (Rp. 715.175.671 / 2.089.000 unit). Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.28 dibawah ini.
Tabel 4.28 Perhitungan Biaya Per Unit Departemen Pengemasan Rp
Biaya Produksi Bulan Agustus
70.190.500 Biaya dari departemen
pengkapsulan
644.985.171 Total Biaya M anufaktur
715.175.671 Biaya Per Kemasan = 342,35 Langkah 4 : Penilaian Persediaan
Dengan menggunakan biaya per unit Rp. 342,35, maka biaya yang ditransfer ke barang jadi adalah Rp. 690.183.893,52 (Rp. 342,35 x 2.016.000) dan biaya pada akhir barang dalam proses adalah Rp. 24.991.777,89 (Rp. 342,35 x 73.000). Dalam perhitungan ini setiap unit-unit yang telah selesai dari Langkah 1, unit-unit ekuivalen pada akhir barang dalam proses pada Langkah 2, serta biaya per unit pada Langkah 3 semua diperlukan untuk menilai barang. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.29 dibawah ini.
Tabel 4.29 Penilaian Persediaan Departemen Pengemasan Rp
Biaya yang ditransfer ke barang jadi
690.183.893,52 Biaya pada akhir barang
dalam proses
24.991.777,89
Langkah 5 : Rekonsiliasi Biaya
Total biaya produksi yang dibebankan ke persediaan adalah sebagai berikut : Tabel 4.30 Rekonsiliasi Biaya Departemen Pengemasan
Rp Barang yang ditransfer ke barang jadi
690.183.893,52 Barang pada persediaan akhir
dalam proses 24.991.777,89
Total biaya yang dihitung 715.175.671 Persediaan awal barang dalam proses 70.190.500 Yang muncul selama bulan berjalan 644.985.171 Total biaya untuk dihitung 715.175.671
Tabel 4.31 Langkah 1 Departemen Pengemasan - Analisis Aliran Unit secara Fisik Kemasan Kemasan Unit untuk dihitung :
Unit pada awal barang dalam proses 75.000 Unit yang diterima dari departemen
pengkapsulan 2.014.000
Total unit untuk dihitung
2.089.000 Unit yang telah dihitung :
Unit yang telah selesai dan ditransfer keluar : M ulai dikerjakan dan diselesaikan
1.941.000
Dari awal barang dalam proses 75.000 2.016.000 Unit pada persediaan akhir barang
dalam proses (100% selesai) 73.000 Total unit yang telah dihitung
2.089.000
Tabel 4.32 Langkah 2 Departemen Pengemasan - Perhitungan Unit Ekuivalen Kemasan Unit yang telah diselesaikan 2.016.000 + Unit pada persediaan akhir barang dalam proses x bagian yang selesai
(80.000*100%) 73.000
Output unit setara 2.089.000
Tabel 4.33 Langkah 3 Departemen Pengemasan - Perhitungan Biaya Per Unit Rp
Biaya Produksi Bulan Agustus 70.190.500 Biaya dari departemen
pengkapsulan 644.985.171 Total Biaya M anufaktur
715.175.671
Tabel 4.34 Langkah 4 Departemen Pengemasan - Penilaian Persediaan Rp Biaya yang ditransfer ke
barang jadi 690.183.893,52
Biaya pada akhir barang
dalam proses 24.991.777,89
Tabel 4.35 Langkah 5 Departemen Pengemasan - Rekonsiliasi Biaya Rp Barang yang ditransfer ke barang jadi
690.183.893,52 Barang pada persediaan akhir
dalam proses 24.991.777,89
Total biaya yang dihitung 715.175.671
Persediaan awal barang dalam proses 70.190.500 Yang muncul selama bulan berjalan
644.985.171
M urni akan dimulai dengan perbaikan struktur organisasi sistem yang berjalan lalu pembuatan system definition dan rich picture. System definition akan menggambarkan sistem yang diusulkan dengan menggunakan FACTOR dan rich picture akan menggambarkan mengenai keseluruhan sistem yang diusulkan.
4.2.1.1. Purpose
PT. Sinar Effendi M urni adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur obat herbal yang memproduksi jamu secara masal. Pengembangan sistem informasi proses produksi ditujukan untuk membantu perusahaan dalam merancang suatu sistem yang dapat melakukan perhitungan biaya produksi secara otomatis, menyajikan data dan mengidentifikasi segala kebutuhan informasi sehingga dapat membantu para manajer dalam pengambilan keputusan pada saat melakukan evaluasi hasil proses produksi.
Selain itu juga pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan pengendalian internal dalam perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan untuk melakukan perubahan terhadap struktur organisasi perusahaan PT. Sinar Effendi M urni dengan melakukan penambahan divisi pembelian dan divisi IT Support (informasi teknologi). Struktur organisasi yang diusulkan pada PT. Sinar Effendi M urni adalah sebagai berikut :
Tugas M anajer Produksi antara lain :
a. M engatur dan mengawasi pekerjaan kepala produksi. b. M erencanakan proses produksi.
c. M engawasi pekerjaan kepala produksi.
M anajer Produksi ini membawahi enam bagian yaitu: 1. Kepala Produksi, tugas-tugasnya meliputi :
a. M embuat surat permintaan bahan baku. b. M embuat surat perintah kerja.
c. M embuat laporan hasil produksi.
d. M elaksanakan kegiatan produksi dan mengawasi pekerjaan admin produksi.
2. Bagian Admin Produksi, tugas-tugasnya meliputi :
a. M engambil bahan baku yang telah dipersiapkan oleh kepala produksi. b. M elakukan proses produksi.
c. M elakukan pencampuran obat.
d. M embuat surat hasil perhitungan biaya pencampuran. 3. Bagian Pengkapsulan, tugas-tugasnya meliputi :
a. M elakukan proses pengkapsulan. b. M embuat surat hasil produksi kapsul.
c. M embuat surat hasil perhitungan biaya pengkapsulan. d. M emperbaiki bobot kapsul yang berlebih.
4. Bagian Pengemasan, tugas-tugasnya meliputi : a. M elakukan pengemasan barang jadi. b. M embuat surat barang jadi.
c. M emperbaiki barang jadi yang rusak.
d. M embuat surat hasil perhitungan biaya pengemasan. 5. Bagian Quality Control (QC), tugas-tugasnya meliputi :
a. M engecek sample bahan baku obat. b. M enimbang bahan baku obat dan kapsul. c. M emeriksa keseragaman kapsul.
d. M embuat surat keseragaman kapsul. e. M emeriksa hasil barang jadi.
f. M embuat laporan reject barang jadi. 6. Bagian Gudang, tugas-tugasnya meliputi :
a. M encatat keluarnya persediaan barang jadi dalam kartu barang keluar. b. M enyimpan dan menjaga persediaan barang jadi.
c. M embuat surat permintaan produksi. • Manajer Pembelian
Tugas M anajer Pembelian antara lain :
a. M engatur dan mengawasi pekerjaan di bagian pembelian. b. M engadakan negosiasi dengan pemasok.
M anajer Pembelian ini membawahi dua bagian yaitu: 1. Bagian Pembelian, tugas-tugasnya meliputi :
a. M elaksanakan pembelian dengan membuat purchased order (PO) atas permintaan bagian bahan baku.
d. M engawasi dan bertanggung jawab atas pelaksanaan transaksi pembelian bahan baku sesuai dengan prosedur yang berlaku.
e. M engumpulkan informasi mengenai harga, kualitas barang dan jangka waktu pengiriman.
f. M emeriksa kualitas barang yang dibeli apakah sudah sesuai dengan pesanan.
2. Bagian Gudang Bahan Baku, tugas-tugasnya meliputi :
a. M embuat surat permintaan pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk pembelian bahan baku.
b. M embuat surat keluar bahan baku. c. M embuat surat terima bahan baku. d. M enyimpan dan menjaga bahan baku. e. M enyiapkan bahan baku untuk produksi. f. M emeriksa kualitas bahan.
• Manajer Keuangan dan Akutansi
M anajer Keuangan dan Akutansi bertanggung jawab kepada direktur. Adapun tugas adalah :
a. M engawasi dan bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya dan atas kebenaran penyajian laporan keuangan.
b. M engontrol serta memeriksa laporan-laporan keuangan (Neraca, laba rugi, cash flow) dan melakukan analisa agar dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
c. M elakukan pengontrolan dan penyusunan anggaran tahunan perusahaan sehingga dapat mengetahui kebutuhan operasional perusahaan baik dari segi penerimaan maupun pengeluaran.
M anajer Keuangan dan Akutansi ini membawahi dua bagian yaitu: 1. Bagian Keuangan dan Akutansi, tugas-tugasnya meliputi :
a. M emeriksa dan menandatangani laporan hasil produksi. b. M embuat laporan biaya produksi.
c. M enghitung biaya yang keluar.
d. M enyediakan laporan keuangan bagi pemilik perusahaan.
e. M elakukan pencatatan terhadap setiap transaksi akuntansi perusahaan.
f. M embuat jurnal. • Manajer IT Support
Tugas M anajer IT Support antara lain :
a. M emantau kondisi sistem aplikasi komputer.
b. M engevaluasi dan melakukan pengembangan aplikasi.
c. M empersiapkan dan merencanakan kebutuhan sistem dan komputer. M anajer IT Support ini membawahi dua bagian yaitu:
1. Bagian Teknisi Komputer , tugas-tugasnya meliputi : a. M emperbaiki komputer jika rusak dan ada masalah. b. M elakukan instalasi program atau software.
4.2.1.2. System Definition
Sistem informasi proses produksi dirancang untuk membantu perusahaan dalam proses perhitungan biaya produksi dan mendukung dalam pencatatan seluruh transaksi yang terjadi diperusahaan. Sistem informasi ini mengintegrasikan seluruh data dan informasi dalam proses produksi dan dalam pembuatan laporan-laporan sehingga dengan adanya sistem informasi ini dapat membantu meringankan pekerjaan karyawan dan dapat menghasilkan laporan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Sistem ini akan diimplementasikan pada PC (personal computer) yang memiliki OS (operating sistem) berbasis microsoft windows XP atau 7 dan terhubung dengan jaringan LAN (local area network) dengan sistem client-server. Bahasa pemograman yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah Visual Basic.Net 2005 dan database yang digunakan berbasis Microsoft SQL Server 2005. Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai system definition dapat dilihat dari tabel FACTOR sebagai berikut :
Tabel 4.36 System definition dengan kriteria FACTOR
Functionality Sistem ini dapat mendukung kegiatan proses produksi yang
dimulai dari proses pembelian bahan baku, proses produksi, perhitungan biaya produksi, pencatatan persediaan, dan penyediaan laporan-laporan yang memadai.
Application Domain
Bagian gudang, kepala produksi, bagian bahan baku, bagian pembelian, admin produksi, bagian pengkapsulan, bagian pengemasan, dan bagian keuangan & akuntansi, direktur.
Conditions Sistem ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dan sesuai dengan perbaikan dari sistem yang sedang berjalan. Sistem ini juga akan dapat membantu dalam pencatatan proses produksi dan perhitungan biaya produksi.
Technology PC (Personal Computer) yang terhubung dengan jaringan LAN
(Local Area Network), bahasa pemograman yang digunakan Visual Basic.Net 2005 dengan menggunakan database Microsoft SQL Server 2005, dan menggunakan OS (Operation System) Microsoft Windows XP atau 7 serta ditambah device umum seperti printer.
Objects Bahan baku, supplier, barang, surat permintaan produksi (SPP),
surat permintaan bahan baku (SPBB), surat keluar bahan baku (SKBB), surat permintaan pembelian bahan baku (SPPBB), surat permintaan penawaran harga (SPPH), surat penawaran harga (SPH) purchased order (PO), surat terima bahan baku (STBB), surat perintah kerja (SPK), surat keseragaman kapsul (SKK), surat hasil produksi kapsul (SHPK), surat barang jadi (SBJ), kartu barang keluar (KBK).
Responsibility M enghasilkan suatu informasi yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dan memberikan perhitungan biaya secara komputerisasi serta dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan.
4.2.1.3. Context
4.2.1.3.1. Problem Domain
Prosedur yang diusulkan terhadap sistem informasi akuntansi proses produksi pada PT. Sinar Effendi M urni adalah sebagai berikut:
produksi. Bagian gudang akan mengecek remaider tersebut dan melihat stock barang jadi apa yang telah dalam batas minimum lalu setelah mengetahui barang dalam keadaan minimum maka bagian gudang segera akan meminta kepada manajer produksi untuk dilakukannya proses produksi.
Kemudian bagian gudang akan membuat surat permintaan produksi (SPP). Dalam sistem, bagian gudang hanya cukup mengentry barang jadi apa saja yang akan di produksi. Selanjutnya surat pemintaan produksi (SPP) itu diberikan kepala produksi untuk dianalisis berapa jumlah barang jadi yang akan di produksi dan bahan baku apa saja yang harus dipersiapkan.
Proses produksi juga dapat dilakukan tanpa adanya remainder dari sistem mengenai stock barang jadi yang telah mencapai minimum. Proses produksi dapat dilakukan kapan saja untuk menambah stock barang jadi di gudang.
Setelah surat permintaan produksi (SPP) dianalisis maka kepala produksi akan mengentry semua data yang berhubungan dengan permintaan produksi ke dalam surat permintaan bahan baku (SPBB). Kepala produksi akan mengirimkan hasil penginputtan surat permintaan bahan baku (SPBB) kepada bagian bahan baku.
Bagian bahan baku akan menerima remainder dari sistem secara otomatis jika ada bahan baku telah mencapai titik pemesanan kembali (reorder point atau ROP). Setelah bagian bahan baku mengakses sistem tersebut maka sistem akan menampilkan bahan baku apa saja yang telah mencapai ROP. Kemudian bagian bahan baku akan langsung membuat surat permintaan pembelian bahan baku (SPPBB) dengan cara
mengentry ke dalam sistem dan menyimpan surat tersebut ke dalam database. Kemudian surat permintaan pembelian bahan baku (SPPBB) akan diberikan bagian pembelian untuk dilakukannya pembelian bahan baku.
Setelah menerima surat permintaan pembelian bahan baku (SPPBB) dari bagian bahan baku maka bagian pembelian akan membuat surat permintaan penawaran harga (SPPH) sebanyak 2 rangkap, SPPH yang rangkap 2 akan diberikan kepada supplier dan sisanya diarsipkan. Supplier kemudian akan mengirimkan surat penawaran harga (SPH) kepada bagian pembelian. Setelah SPH dari supplier dikirimkan maka bagian pembelian akan mencatat harga dari supplier dan membuat surat penawaran harga (SPH) pada sistem perusahaan.
Setelah pencatatan harga maka bagian pembelian akan membuat purchased order (PO) berdasarkan SPH. PO dibuat oleh bagian pembelian sebanyak 4 rangkap, rangkap 1 akan diberikan kepada supplier, rangkap 2 akan diberikan kepada bagian pembelian bahan baku dan rangkap 3 akan diberikan ke bagian keuangan dan akutansi dan sisanya diarsipkan.
Pada saat pengiriman bahan baku, supplier akan memberikan bahan baku dan surat jalan (SJ) kepada bagian bahan baku. Bagian bahan baku akan menerima bahan baku yang dikirim oleh supplier. Setelah itu bagian bahan baku akan menandatangani SJ dan supplier akan memberikan surat jalan (SJ) rangkap 3 kepada bagian bahan baku dan surat jalan (SJ) rangkap 2 kepada bagian pembelian.
Bagian gudang akan membuat surat terima bahan baku (STBB) berdasarkan PO rangkap 2 dan SJ rangkap 3 lalu surat terima bahan baku (STBB) akan disimpan ke dalam database. Ketika surat terima bahan baku (STBB) tersimpan ke dalam database,
mempersiapkan dan memberikan bahan baku sesuai dengn surat permintaan bahan baku (SPBB) yang telah dikirim oleh kepala produksi. Bagian bahan baku akan membuat surat keluar bahan baku (SKBB) berdasarkan surat permintaan bahan baku (SPBB) kemudian surat keluar bahan baku (SKBB) tersebut akan disimpan ke dalam database. Selanjutnya surat keluar bahan baku (SKBB) akan diberikan kepada kepala produksi.
Setelah bahan baku diberikan oleh bagian bahan baku kepada kepala produksi maka kepala produksi akan membuat surat perintah kerja (SPK) dan akan memberikan surat perintah kerja (SPK) tersebut kepada bagian admin produksi untuk dilaksanakan. Lalu bagian admin produksi akan melakukan proses produksi. Proses produksi yang akan dimulai dari :
1. Tahap 1 – Bahan Jamu Rajangan
- Setelah bahan jamu rajangan datang dan diberikan kepada admin produksi maka sebelum proses produksi dimulai semua bahan jamu rajangan akan ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan komposisi bahan jamu rajangan yang sesuai. - Bahan jamu rajangan yang telah ditimbang lalu diteliti dahulu mutunya dan
disortir, kemudian dipilih bahan jamu rajangan mana yang memenuhi syarat kesehatan.
- Jika bahan jamu rajangan telah disortir maka bahan jamu rajangan akan dicuci terlebih dahulu untuk membersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada bahan jamu rajangan.
- Bahan jamu rajangan yang telah dicuci bersih maka bahan jamu rajangan akan dijemur terlebih dahulu agar bahan jamu rajangan menjadi kering dan tidak mengandung air.
- Setelah bahan jamu rajangan menjadi kering dan bersih lalu bahan jamu rajangan akan ditimbang kembali untuk mendapatkan komposisi yang tepat sebelum dilakukan penyangraian terhadap bahan jamu rajangan.
- Bahan jamu rajangan yang telah ditimbang lalu akan dimasukkan ke sebuah mesin sangrai untuk disangrai.
- Setelah bahan jamu rajangan selesai disangrai maka bahan jamu rajangan akan dimasukkan ke dalam mesin penggilingan untuk digiling secara kasar.
- Setelah dilakukan penggilingan secara kasar maka bahan jamu rajangan akan digiling kembali dengan menggunakan mesin gilingan halus agar semua bahan jamu rajangan menjadi halus.
- Selanjutnya setelah bahan jamu rajangan digiling halus maka bahan jamu rajangan akan dimasukkan ke mesin siclon untuk dijadikan powder dan menjadikan bahan jamu rajangan tersebut menjadi bahan yang siap dicampur dengan bahan jamu ekstrak.
2. Tahap 2 – Bahan Jamu Ekstrak
- Setelah bahan jamu ekstrak datang dan diberikan ke admin produksi lalu bahan jamu ekstrak tersebut akan dilakukan pengecekan terhadap mutu dan kadar bahan jamu ekstrak.
- Selanjutnya bahan jamu ekstrak akan ditimbang untuk memastikan komposisi yang tepat.
- Setelah bahan jamu rajangan dan bahan jamu ekstrak selesai diproses maka bahan-bahan tersebut akan dicampur.
- Sesudah bahan jamu rajangan dan bahan jamu ekstrak dicampur maka campuran bahan baku tersebut akan diberi minyak agar kedua bahan tersebut menjadi solid dan berkhasiat.
- Tahap berikutnya kedua bahan tersebut akan dimasukkan kedalam mesin mixer untuk di mixer.
Setelah tahap 1 sampai 3 selesai maka bagian admin produksi akan menginput dan membuat surat hasil perhitungan biaya pencampuran (SHPBC) yang mana surat tersebut akan mencatat seluruh biaya yang telah digunakan pada saat pencampuran bahan baku. Surat hasil perhitungan biaya pencampuran (SHPBC) tersebut nantinya akan disimpan ke dalam database. Selanjutnya surat hasil perhitungan biaya pencampuran (SHPBC) akan diserahkan kepada bagian pengkapsulan beserta bahan baku yang telah di mixer. Lalu bagian pengkapsulan akan memasukkan campuran bahan yang sudah di mixer ke dalam semi automatic filling machine untuk diisi dan dimasukkan ke dalam kapsul.
Setelah campuran bahan tersebut diolah dan dimasukkan kedalam kapsul maka bagian pengkapsulan akan mencatat semua hasil produksi kapsulnya ke dalam surat hasil produksi kapsul (SHPK) dan nantinya surat beserta kapsul hasil produksi akan diberikan ke bagian quality control untuk ditimbang agar mengetahui keseragaman kapsul dan mengetahui kadar air dalam kapsul tersebut. Bagian quality control akan memeriksa
kapsul hasil produksi. Jika terdapat kapsul yang tidak seragam maka bagian quality control akan mencatatnya kedalam surat keseragaman kapsul (SKK) berapa banyak kapsul yang tidak seragam dan nantinya surat tersebut akan diberikan kepada bagian pengkapsulan. Selanjutnya bagian pengkapsulan akan mancatat semua biaya yang telah dikeluarkan untuk produksi kapsul ke dalam surat hasil perhitungan biaya pengkapsulan (SHPBK) yang mana nantinya surat tersebut akan dientry ke dalam sistem dan akan disimpan ke dalam database.
Lalu bagian pengkapsulan akan menyerahkan surat hasil perhitungan biaya pengkapsulan (SHPBK) kepada bagian pengemasan beserta kapsul hasil produksi kepada bagian pengemasan untuk dimasukkan ke dalam mesin strip dan dikemas lalu dibungkus dengan lembaran aluminium foil anti jamur agar kapsul tersebut terjamin ketahanan obatnya dan bebas dari jamur serta mutunya terjamin. Kapsul yang telah distripping akan distampel dan diberikan No. Batch.
Selanjutnya kapsul yang telah distripping akan dimasukkan kedalam mesin siling untuk diberi label. Tahap selanjutnya yaitu packing, packing merupakan suatu proses akhir dimana pada tahap ini bagian pengemasan akan mengemas kapsul yang telah diberi label ke dalam plastik per lusin lalu dimasukkan ke dalam kardus kecil, kemudian kardus tersebut dipak dan dimasukkan ke dalam kotak karton yang berukuran besar lalu dilem dengan lakban.
Selanjutnya bagian pengemasan akan mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan pada saat pengemasan ke dalam surat hasil perhitungan biaya pengemasan (SHPBP) dan nantinya surat tersebut akan disimpan ke dalam database serta diberikan kepada kepala produksi. Setelah itu bagian pengemasan akan mencatat semua barang
otomatis mengupdate database barang jadi. Bagian pengemasan akan memberikan surat barang jadi (SBJ) tersebut ke bagian gudang. Bagian gudang akan menyimpan semua barang jadi hasil produksi di dalam gudang. Bagian gudang akan mencatat barang jadi dalam kartu barang keluar (KBK) jika ada permintaan pengeluaran barang jadi.
Selanjutnya kepala produksi nantinya akan membuat laporan hasil produksi (LHP) dan bagian keuangan dan akutansi akan membuat laporan biaya produksi (LBP), Laporan Pembelian Bahan Baku (LPBB) serta membuat jurnal. LBP, LPBB, dan jurnal nantinya akan diberikan kepada direktur.
bagian pembelian, admin produksi, bagian pengkapsulan, bagian pengemasan, bagian quality control dan bagian keuangan dan akuntansi. Tugas-tugas utama dalam application domain yaitu permintaan produksi barang, permintaan bahan baku untuk produksi, permintaan penawaran harga, melakukan pembelian bahan baku, mencatat bahan baku yang masuk, melaksanakan produksi, membuat laporan biaya produksi, membuat laporan hasil produksi, membuat laporan pembelian bahan baku dan pelaporan barang jadi yang telah di produksi.
4.2.2. Problem Domain 4.2.2.1. Cluster
M odel sistem informasi akuntansi proses produksi PT. Sinar Effendi M urni terdiri dari beberapa cluster, yaitu karyawan, barang, bahan baku, pemasok, pembelian, produksi, dan biaya. Untuk lebih lanjut, lihat Gambar 4.13.
4.2.2.2. Structure
Struktur “Karyawan” ini menggambarkan karyawan sapa saja yang akan menggunakan sistem informasi akutansi proses produksi dengan menggunakan pola hubungan generalisasi. Pola tersebut akan terlihat pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14 Struktur “Karyawan”
Struktur “Barang” memperlihatkan struktur tunggal tanpa adanya pola hubungan asosiasi, generalisasi, ataupun agregasi. Pola tersebut akan terlihat pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Struktur “Barang”
Struktur “Bahan Baku” memperlihatkan struktur tunggal tanpa adanya pola hubungan asosiasi, generalisasi, ataupun agregasi. Pola tersebut akan terlihat pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Struktur “Bahan Baku”
Struktur “Supplier” memperlihatkan struktur tunggal tanpa adanya pola hubungan asosiasi, generalisasi, ataupun agregasi. Pola tersebut akan terlihat pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Struktur “Supplier”
Struktur “Pembelian” terdiri dari class Surat Permintaan Pembelian Bahan Baku (SPPBB), Surat Permintaan Penawaran Harga (SPPH), Surat Penawaran Harga (SPH) dan Purchase Order (PO). Satu class “SPPBB” memiliki struktur asosiasi dengan nol atau satu class “SPPH”. Satu class “SPPH” memiliki struktur asosiasi dengan nol atau satu class “SPH”. Satu class “SPH” memiliki struktur asosiasi dengan nol atau satu class “PO”. Pola tersebut akan terlihat pada Gambar 4.18.
+Meminta_Penawaran() +Memesan() -Kd_Supplier : varchar(10) -Nama_Supplier : varchar(30) -Alamat : varchar(40) -Kota : varchar(20) -Telepone : varchar(15) -Email : varchar(30) Supplier
Gambar 4.18 Struktur “Pembelian”
Struktur “Produksi” terdiri dari class Surat Permintaan Produksi (SPP), Surat Permintaan Bahan Baku (SPBB), Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Hasil Produksi Kapsul (SHPK), Surat Keseragaman Kapsul (SKK) dan Surat Barang Jadi (SBJ). Satu class “SPP” memiliki struktur asosiasi dengan satu class “SPBB”. Satu class “SPBB” memiliki struktur asosiasi dengan satu class “SPK”. Satu class “SPK” memiliki struktur asosiasi dengan satu class “SHPK”. Satu class “SHPK” memiliki struktur asosiasi dengan satu class “SKK”. Satu class “SKK” memiliki struktur asosiasi dengan satu class “SBJ”. Pola tersebut akan terlihat pada Gambar 4.19.
Gambar 4.19 Struktur “Produksi”
Struktur “Biaya” terdiri dari class Surat Hasil Perhitungan Biaya Pencampuran (SHPBC), Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengkapsulan (SHPBK), dan Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengemasan (SHPBP). Satu class “SHPBC” memiliki struktur
Gambar 4.20 Struktur “Biaya”
Pada gambar 4.21 menggambarkan mengenai class diagram sistem informasi akutansi proses produksi PT. Sinar Effendi M urni.
Gambar 4.21 Class Diagram sistem informasi akutansi proses produksi PT. Sinar Effendi M urni
Kepala Produksi, Bagian Bahan Baku, Bagian Pembelian, Admin Produksi, Bagian Pengkapsulan, Bagian Quality Control, Bagian Pengemasan, Bagian Gudang, dan Bagian Keuangan. Gambar 4.22 dibawah menunjukkan class Karyawan.
Gambar 4.22 Class Karyawan
Bagian Gudang
Class Gudang menggambarkan event meminta dilakukannya produksi, menginformasikan sisa stock barang digudang, menerima barang, menyimpan barang, mengeluarkan barang, menghitung jumlah barang digudang, dan menyesuaikan persediaan barang antara jumlah yang ada pada sistem dengan jumlah secara fisik di gudang.
Gambar 4.24 Behavioural pattern class Bagian Gudang
Kepala Produksi
Class Kepala Produksi menggambarkan event memilih bahan baku yang dibutuhkan, menginformasikan bahan baku, meminta bahan baku, menerima bahan baku dan memberika bahan baku kepada bagian yang membutuhkan.
Gambar 4.25 Class Kepala Produksi
Gambar 4.26 Behavioural pattern class Kepala Produksi
Bagian Bahan Baku
Class Bagian Bahan Baku menggambarkan event meminta pembelian bahan baku, menerima bahan baku, menyimpan bahan baku, mengeluarkan bahan baku, menghitung dan menyesuaikan jumlah persediaan barang antara kuantitas yang ada pada sistem dengan fisik.
+Menginformasikan() +Memilih()
+Meminta() +Menerima()
Gambar 4.27 Class Bagian Bahan Baku
Gambar 4.28 Behavioural pattern class Bagian Bahan Baku
Bagian Pembelian
Class Bagian Pembelian menggambarkan event dimana bagian pembelian akan meminta penawaran harga bahan baku kepada supplier, menilai kinerja supplier, dan memesan bahan baku.
Gambar 4.29 Class Bagian Pembelian
Supplier
Class supplier menggambarkan event dimana bagian pembelian meminta penawaran harga kepada supplier, dan memesan bahan baku.
Gambar 4.31 Class Supplier
Gambar 4.32 Behavioural pattern class Supplier
Admin Produksi
Class Admin Produksi menggambarkan event dimana admin produksi akan menerima bahan baku, mengerjakan, memproduksi bahan baku dan menghasilkan bahan baku yang siap diolah.
Gambar 4.33 Class Admin Produksi
+Meminta_Penawaran() +Memesan() -Kd_Supplier : varchar(10) -Nama_Supplier : varchar(30) -Alamat : varchar(40) -Kota : varchar(20) -Telepone : varchar(15) -Email : varchar(30) Supplier
Gambar 4.34 Behavioural pattern class Admin Produksi
Bagian Pengkapsulan
Class Bagian Pengkapsulan menggambarkan event dimana bagian pengkapsulan akan mengerjakan, memproduksi kapsul dan menghasilkan kapsul yang siap dikemas.
Gambar 4.35 Class Bagian Pengkapsulan
Gambar 4.36 Behavioural pattern Bagian Pengkapsulan
Bagian Quality Control
Class Bagian Quality Control menggambarkan event dimana bagian quality control akan mengerjakan, memeriksa kualitas kapsul dan menyeragamkan bobot kapsul.
Gambar 4.38 Behavioural pattern Bagian Quality Control
Bagian Pengemasan
Class Bagian Pengemasan menggambarkan event dimana bagian pengemasan akan mengerjakan, dan mengemas kapsul.
Gambar 4.39 Class Bagian Pengemasan
Gambar 4.40 Behavioural pattern Bagian Pengemasan
Bagian Keuangan & Akuntansi
Class Bagian Keuangan menggambarkan event dimana bagian keuangan akan menerima laporan, menghitung seluruh biaya dalam laporan dan dan mengeluarkan laporan biaya.
Gambar 4.42 Behavioural pattern Bagian Keuangan dan Akutansi
Barang
Class Barang menggambarkan event dimana barang akan meminta menambah jumlah stock, memproduksi dan menyimpan barang yang telah diproduksi.
Gambar 4.43 Class Barang
Gambar 4.44 Statechart Barang
Bahan Baku
Class Bahan Baku menggambarkan event dimana bahan baku akan diminta dilakukan pembelian kepada supplier, memesan, menerima bahan baku yang telah dikirim dan mengeluarkan bahan baku jika ada permintaan.
Gambar 4.45 Class Bahan Baku
Gambar 4.46 Statechart Bahan Baku
Surat Permintaan Produksi (S PP)
Class SPP menggambarkan event dimana SPP akan menginformasikan sisa stock barang digudang dan meminta stock untuk ditambah.
Gambar 4.47 Class SPP
dibutuhkan.
Gambar 4.49 Class SPBB
Gambar 4.50 Statechart SPBB
Surat Permintaan Pembelian Bahan Baku (S PPBB)
Class SPPBB menggambarkan event dimana SPPBB akan meminta untuk dilakukan pembelian bahan baku yang dibutuhkan, memesan barang yang diminta, dan membeli bahan baku yang telah dipesan.
Gambar 4.51 Class SPPBB
Surat Permintaan Penawaran Harga (S PPH)
Class SPPH menggambarkan event dimana SPPH akan meminta penawaran harga bahan baku, menyetujui penwaran harga, dan memesan bahan baku. Jika SPPH ditolak maka pemesanan bahan baku batal.
Gambar 4.53 Class SPPH
Gambar 4.54 Statechart SPPH
Surat Penawaran Harga (S PH)
Class SPH menggambarkan event dimana SPH akan meminta penawaran harga bahan baku, menyetujui penwaran harga, dan memesan bahan baku. Jika SPPH ditolak maka pemesanan bahan baku batal.
Gambar 4.55 Class SPH
Gambar 4.56 Statechart SPH
Purchase Order (PO)
Class PO menggambarkan event dimana bagian pembelian akan melakukan penilaian supplier terlebih dahulu sebelum PO diterbitkan, menyetujui hasil penilaian, memesan bahan baku. Jika penilaian kurang memuaskan maka PO akan ditolak.
Gambar 4.58 Statechart PO
Surat Terima Bahan Baku (S TBB)
Class STBB menggambarkan event dimana STBB akan menerima bahan baku yang dikirim supplier, memeriksa bahan baku, menyetujui bahan baku yang diterima, dan menyimpan bahan baku. Jika pada saat diperiksa bahan baku yang dikirim tidak sesuai maka akan ditolak.
Gambar 4.59 Class STBB
Gambar 4.61 Class SKBB
Gambar 4.62 Statechart SKBB
Surat Perintah Kerja (S PK)
Class SPK menggambarkan event dimana pelaksanaan proses produksi akan dilakukan oleh bagian admin produksi setelah menerima bahan baku dari kepala produksi. SPK akan melakukan event menerima bahan baku, mengerjakan bahan baku, memproduksi bahan baku, dan mengeluarkan hasil produksi.
Gambar 4.64 Statechart SPK
Surat Hasil Perhitungan Biaya Pencampuran (S HPBC)
Class SHPBC menggambarkan event dimana SHPBC akan melakukan event menerima bahan baku, mengerjakan perhitungan bahan baku, dan menghitung seluruh biaya yang telah dikeluarkan.
Gambar 4.65 Class SHPBC
Gambar 4.66 Statechart SHPBC
Surat Hasil Produksi Kapsul (S HPK)
Class SHPK menggambarkan event dimana SHPK akan menginformasikan jumlah kapsul, menghitung kapsul, dan menyetujui jumlah kapsul selesai.
Gambar 4.67 Class SHPK
Gambar 4.68 Statechart SHPK
Surat Keseragaman Kapsul (S KK)
Class SKK menggambarkan event dimana SKK akan melakukan event menerima kapsul, memeriksan kapsul, dan menyeragamkan kapsul yang bobotnya tidak seragam.
Gambar 4.69 Class SKK
Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengkapsulan (S HPBK)
Class SHPBK menggambarkan event dimana SHPBK akan melakukan event menerima kapsul, mengerjakan perhitungan, dan menghitung seluruh biaya yang telah dikeluarkan.
Gambar 4.71 Class SHPBK
Gambar 4.72 Statechart SHPBK
Surat Barang Jadi (S BJ)
Class SBJ menggambarkan event dimana SBJ akan melakukan event menerima barang jadi yang telah diproduksi, dan menyimpan barang jadi digudang.
Gambar 4.73 Class SBJ
Gambar 4.74 Statechart SBJ
Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengemasan (S HPBP)
Class SHPBP menggambarkan event dimana SHPBP akan melakukan event menerima barang yang telah dikemas, mengerjakan perhitungan, dan menghitung seluruh biaya yang telah dikeluarkan.
Gambar 4.76 Statechart SHPBP
Kartu Barang Keluar (KBK)
Class KBK menggambarkan event dimana KBK akan melakukan event meminta barang jadi yang telah diproduksi, dan mengeluarkan barang jadi.
Gambar 4.77 Class KBK
Gambar 4.78 Statechart KBK 4.2.2.4. Event
Berikut merupakan event table dari sistem informasi akuntansi proses produksi PT. Sinar Effendi M urni, seperti yang terlihat pada Tabel 4.37 berikut ini.
Event Ba gi an G uda ng Ke p al a P roduks i Ba gi an Ba h an Ba ku Ba g ian P emb eli an A d m in P roduks i Q u a lit y Cont ro l Ba g ia n P en g ka p su la n Ba gi an P enge m as an Ba g ia n K eua n g an da n A SP P Ba ra n g SPB B Ba ha n Ba ku SPPB B SPP H SP H S uppl ie r P O S T BB SKB B SP K SHP K SHPB C SHPB K SHPB P SK K KB K SB J M emproduksi * * * M enginformasikan * * + M eminta * * * + + + + + + + M engerjakan * * * * + + + + M emilih * + M engemas * M emeriksa * * * + M enghitung * * * * * * M engeluarkan * * * * + + + M engeluarkan_Lapor an * M enyetujui + + + + + + M enolak + + + + + M enyimpan * * + + + M eminta_Penawaran * + + * M emesan * * + + + * + M enerima * * * * * + * + * + + + + + + + + M enyeragamkan * + M enghasilkan * * M enentukan_Harga *
Class Event Bagi an G uda ng Ke p al a P roduks i Ba gi an Ba h an k Ba g ian A d m in P roduks i Q u a lit y Cont ro l Ba g ian Ba gi an Ba g ian SP P Ba ra n g SPB B Ba ha n Ba ku SPPB B SPP H SP H S uppl ie r P O S T BB SKB B SP K SHP K SHPB C SHPB K SHPB P SK K KB K SB J M enilai * + M embeli +
SPP = Surat Permintaan Produksi SPBB = Surat Permintaan Bahan Baku SKBB = Surat Keluar Bahan Baku
SPPBB = Surat Permintaan Pembelian Bahan Baku SPPH = Surat Permintaan Penawaran Harga SPH = Surat Penawaran Harga
PO = Purchase Order
STBB = Surat Terima Bahan Baku SPK = Surat Perintah Kerja
SHPBC = Surat Hasil Perhitungan Biaya Pencampuran SHPK = Surat Hasil Produksi Kapsul
SKK = Surat Keseragaman Kapsul
SHPBK = Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengkapsulan SBJ = Surat Barang Jadi
SHPBP = Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengemasan KBK = Kartu Barang Keluar
4.2.3. Application Domain 4.2.3.1. Usage
4.2.3.1.1. Overview
Pada sistem informasi akutansi proses produksi terdapat sembilan aktor yang menggunakan sistem ini yaitu bagian gudang, kepala produksi, bagian admin produksi, bagian pengkapsulan, bagian quality control, bagian pengemasan, bagian pembelian, bagian bahan baku, bagian keuangan dan akutansi dan terdapat dua puluh dua use case yang digambarkan pada use case diagram. Tabel berikut ini menjelaskan hubungan antara actor dengan use case yang terdapat dalam sistem informasi akutansi proses produksi PT. Sinar Effendi M urni.
Tabel 4.38 Actor Table sistem informasi akuntansi proses produksi
Use cases Actors Ba gi an G uda ng K epa la P roduks i Ba gi an K eua ng an da n A kut an si A d m in P roduks i Ba gi an P engka ps ul an Ba gi an Q ual it y Cont ro l Ba gi an P enge m as an Ba gi an Ba h an Ba ku B ag ian P emb eli an M embuat SPP √ M embuat KBK √ M embuat SPBB √ M embuat SPK √ M embuat LHP √ M embuat LBP √ M embuat LPBB √ M embuat Jurnal √ M embuat SHPBC √ M embuat SHPK √ M embuat SHPBK √ M embuat SKK √ M embuat Laporan Barang Reject √ M embuat SBJ √ M embuat SHPBP √
Ba gi an K epa la P Ba gi an K da n A A d m in P Ba P engka Ba gi an Cont Ba P enge Ba gi an Ba B ag ian P M embuat SPPBB √ M embuat SKBB √ M embuat STBB √ M embuat SPPH √ M embuat SPH √ M embuat PO √ M embuat LPH √ Keterangan :
SPP = Surat Permintaan Produksi KBK = Kartu Barang Keluar
SPBB = Surat Permintaan Bahan Baku SPK = Surat Perintah Kerja
LHP = Laporan Hasil Produksi LBP = Laporan Biaya Produksi
SHPBC = Surat Hasil Perhitungan Biaya Pencampuran SHPK = Surat Hasil Produksi Kapsul
SHPBK = Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengkapsulan SKK = Surat Keseragaman Kapsul
SBJ = Surat Barang Jadi
SHPBP = Surat Hasil Perhitungan Biaya Pengemasan SPPBB = Surat Permintaan Pembelian Bahan Baku SKBB = Surat Keluar Bahan Baku
SPPH = Surat Permintaan Penawaran Harga SPH = Surat Penawaran Harga
PO = Purchased Order
STBB = Surat Terima Bahan Baku LPBB = Laporan Pembelian Bahan Baku
LPH = Laporan Penentuan Harga LBR = Laporan Barang Reject
4.2.3.1.2. Actor
Actor specification dari sistem informasi proses produksi pada PT. Sinar Effendi M urni adalah sebagai berikut :
Tabel 4.39 Actor specification untuk Bagian Gudang Bagian Gudang
Tujuan : Karyawan yang bertanggung jawab dalam membuat surat permintaan produksi digunakan untuk meminta dilakukannya produksi kembali dan melakukan pencatatan stock barang dalam kartu barang keluar.
Karakteristik : Karyawan bagian Gudang harus mencatat barang keluar dalam kartu barang keluar dan harus mengetahui jumlah stock barang digudang telah mencapai minimum atau belum dan harus segera membuat permintaan produksi jika sistem mengeluarkan reminder stock barang.
Contoh : Bagian Gudang menerima remainder dari sistem yang memberitahukan bahwa stock digudang telah minimum maka bagian gudang harus membuat surat permintaan produksi untuk meminta produksi agar stock digudang tidak habis dan jika setiap barang keluar bagian gudang wajib mencatatnya dalam kartu barang keluar.
Tabel 4.40 Actor specification untuk Kepala Produksi Kepala Produksi
Tujuan : Karyawan yang bertanggung jawab dalam memilih bahan baku yang ingin diminta dengan cara membuat surat permintaan bahan baku terlebih dahulu, memberikan bahan baku yang telah diminta kepada bagian admin produksi, membuat surat perintah kerja.
Karakteristik : Kepala produksi harus dapat memiliki kemampuan dalam memilih bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan barang yang ingin diproduksi dan harus dapat membuat surat perintah kerja agar admin produksi dapat memproduksi barang yang telah habis.
Contoh : Kepala produksi akan mendapatkan surat permintaan produksi dari bagian gudang maka kepala produksi harus memilih bahan baku apa yang dapat digunakan untuk membuat barang tersebut dan meminta bahan baku tersebut ke bagian bahan baku serta membuat surat perintah kerja.
baku yang keluar pada surat keluar bahan baku dan menerima bahan baku yang dikirim oleh supplier serta mengecek bahan baku tersebut.
Karakteristik : Bagian bahan baku harus dapat memiliki ketelitian dalam mengecek bahan baku yang dikirim oleh supplier, melakukan permintaan pembelian sesuai dengan kebutuhan ketika sistem memberikan remaider stock minimum bahan baku.
Contoh : Pada saat sistem memberikan remainder kepada bagian bahan baku, maka bagian bahan baku harus melakukan permintaan pembelian bahan baku dengan membuat surat permintaan pembelian bahan baku dan diserahkan kepada bagian pembelian.
Tabel 4.42 Actor specification untuk Bagian Pembelian Bagian Pembelian
Tujuan : Karyawan yang bertanggung jawab dalam meminta penawaran harga bahan baku yang akan dibeli dengan membuat surat permintaan penawaran harga, membuat surat penawaran harga, membuat laporan penentuan harga antar supplier, dan memesan bahan baku kepada supplier dengan membuat purchase order.
Karakteristik : Bagian pembelian harus dapat memiliki kemampuan dalam melakukan penawaran harga kepada supplier dan bagian pembelian juga harus bisa mengetahui bahan baku apa yang akan dipesan dan sesuai dengan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan.
Contoh : Ketika bagian pembelian menerima surat permintaan pembelian dari bagian bahan baku maka bagian pembelian akan membuat surat permintaan penawaran harga kepada supplier. Setelah menerima surat penawaran harga dari supplier maka bagian pembelian menginput harga yang diberikan oleh supplier ke surat penawaran harga setelah itu bagian pembelian akan menganalisis supplier. Jika harga yang ditawarkan supplier menguntungkan perusahaan makan bagian pembelian akan membuat purchase order.
Tabel 4.43 Actor specification untuk Admin Produksi Admin Produksi
Tujuan : Karyawan bertanggung jawab dalam melakukan produksi yang telah dibuat oleh kepala produksi dalam surat perintah kerja dan harus dapat menghitung biaya apa saja yang telah dikeluarkan pada saat proses pencampuran bahan baku dan mencatatnya dalam surat hasil perhitungan biaya pencampuran.
Karakteristik : Admin produksi harus dapat memiliki kemampuan dalam melaksanakan perintah kerja yang terdapat dalam surat perintah kerja selain itu harus mampu menghitung semua biaya yang telah dikeluarkan untuk