• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hal. Kopi Minang Jadi Incaran Eksportir. Hal. Eksportir petani Kopi Sumbar Sepakati Kerjasama Kemitraan Pemasaran. Hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hal. Kopi Minang Jadi Incaran Eksportir. Hal. Eksportir petani Kopi Sumbar Sepakati Kerjasama Kemitraan Pemasaran. Hal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pemasaran Hasil Perkebunan

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen BUN

Edisi Oktober 2020

Kementan :

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Buletin Pemasaran Hasil Perkebunan edisi September 2020 dapat diselesaikan dengan baik.

Buletin permasaran hasil perkebunan menyajikan kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung perluasan akses pasar hasil perkebunan beserta data dan informasi beberapa komoditi perkebunan unggulan bersumber dari Petugas Informasi Pasar (PIP) subsektor perkebunan di provinsi sentra.

Kelancaran proses penyusunan laporan pelaksanaan ini tentunya tidak terlepas dari keterlibatan dan peran aktif seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab menyelesaikan tugasnya. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan kerjasama tersebut.

Semoga data dan informasi yang disajikan dalam bulletin ini dapat digunakan oleh berbagai kalangan dan para pengguna data serta dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan.

Selamat membaca.

Ir. Dedi Junaedi, M.Sc Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

Buletin

Perkuat Kemitraan Kopi Minang

Di Masa Pandemi

Kemitraan Usaha Perkebunan Sudah Diatur Kuat dalam Undang-Undang Perkembangan Harga Internasional Produsen Komoditi Perkebunan (Oktober 2019 – Oktober 2020) Perkembangan Harga Domestik Produsen Komoditi Perkebunan (Oktober 2019 – Oktober 2020) Hal

8

Hal

3

Hal

11

Hal

2

Eksportir – petani Kopi Sumbar Sepakati Kerjasama Kemitraan Pemasaran

Hal

5

Digandrungi di Korea Hingga Timur Tengah, Ekspor Kopi Minang Digenjot

Program Petani PIR Sukses Membawa Indonesia Sebagai Produsen dan Eksportir Minyak Sawit Terbesar Dunia

Kopi Minang Jadi Incaran Eksportir

Hal

4

Hal

6

Berkat Hilirisasi, Kini Petani Solok Mampu Ekspor Minyak Sereh Wangi

Hal

6

Tingkatkan Daya Saing, Ditjen Perkebunan Perkuat Hilirisasi Lewat alat Pasca Penen

Hal

(2)

Kopi Minang Jadi

Incaran Eksportir

Kopi “Minang” provinsi Sumatera Barat berpeluang untuk dilakukan peningkatan akses pasar dan ekspor ditengah kondisi pandemic covid19. Hal ini didukung dengan diinisiasinya kegiatan Bussiness Matching antara Pelaku usaha atau Eksportir kopi dengan kelompok tani kopi minang provinsi Sumatera Barat pada tanggal 6-7 Oktober 2020 di Kota Padang.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat, Ir. Syafrizal menyambut baik pelaksanaan Bussiness Matching ini. Hal ini menjadi momentum penguatan pasar kopi di Provinsi Sumatera Barat walaupun saat ini dimasa pandemic terdapat beberapa kendala pasar ekspor kopi, tetapi kedepan melalui kegiatan ini diharapkan ekspor kopi Sumatera Barat bisa meningkat signifikan.

Potensi perkebunan Sumatera Barat selain kopi juga dilakukan pengembangan komoditas kakao, kelapa, karet, sawit, teh, dan rempah-rempah perlu terus digali pengembangan hulu hilir dan ekspor.

“Kami jajaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan terus mendukung Ditjen. Perkebunan dalam akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan di Sumatera Barat, utamanya kopi di 7 sentra produksi kabupaten seperti Agam, Tanah Datar, Solok, Solok Selatan, Pasaman, 50 Kota dan Pasaman Barat,” papar Syafrizal. Menurut data Dinas TPHortiBun, ekspor kopi minang hingga bulan September 2020 dengan volume 275 ton atau senilai Rp. 6,45 milyar ke Malaysia, Korea Selatan, Hongkong dan beberapa negara Timur Tengah.

Syafrizal mengapresiasi dengan diadakannya kegiatan Bussiness Matching ini, walaupun ditengah pandemik, permintaan kopi masih terus berdatangan meski jumlahnya belum signifikan, dalam waktu dekat saya mendapat order ekspor dari Korea dan Eropa dari jenis Robusta dan Arabika sehingga saya mengharapkan mendapat pasokan kopi dari Sumatera Barat.

Sementara itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ir. Dedi Junaedi, M.Sc dalam sambutannya menyatakan ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang defisit 5,32%, sub sektor perkebunan tumbuh positif dan menjadi jaminan pemulihan ekonomi nasional dari sektor pertanian.

Tercatat PDB sektor Pertanian tumbuh 16,24% pada TW 2 tahun 2020, khusus komoditas kopi, ekspor Indonesia ke dunia meningkat 12% dari sisi volume ekspor jika dibandingkan TW 2 tahun 2019. Ini menjadi angin segar bagi pengembangan komoditas perkebunan Indonesia terutama kopi minang, Sumatera Barat.

“Saya harapkan kedepan komitmen Bersama antara Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov Sumatera Barat, Ditjen. Perkebunan dan para pelaku usaha dalam mengakselerasi peningkatan ekspor komoditas kopi, selain itu Bersama-sama dalam memperbaiki rantai pasok kopi, mutu produk, nilai tambah dan memperkuat kemitraan petani,” harap Dedi.

Pada kegiatan business matching ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, yang akan terus mendorong akses pasar kopi Indonesia terutama melalui promosi serta penyederhaan tata niaga dan prosedur-prosedur ekspor.

Selain itu juga dipaparkan perkembangan pemasaran kopi Minang di Sumatera Barat oleh Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat yang selama ini di masa pandemic untuk kebutuhan dalam negeri masih belum ada kendala yang signifikan terkait pemasaran.

Permintaan terus berdatangan untuk skala kecil dan menengah ke beberapa kota di Indonesia dan stok kopi Minang masih mencukupi untuk memenuhi permintaan tersebut.

Juga dihadirkan ketua Kelembagaan Ekonomi Usaha KSPU-Solok Radjo yang membahas mengenai success story pembinaan petani kopi arabika dan pemasarannya di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Acara ini dihadiri oleh pelaku usaha/ eksportir kopi dari Bandung yaitu PT. Surya Indo Singa melalui Direktur Utama, Lily ratnasari yang sudah berpengalaman lebih dari 3 tahun menjalankan bisnis ekspor kopi.

“Saya juga mengapresiasi semangat para petani yang hadir pada acara ini hingga saat mengunjungi sentra kopi solok radjo. Selanjutnya saya mengharapkan petani kopi di Sumatera Barat dapat mempertahankan kualitas kopi untuk memenuhi selera pasar,” ungkap Syafrizal.

Ditempat terpisah, Direktur Jenderal perkebunan, Kasdi Subagyono mengucapkan selamat kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat atas pelaksanaan business matching ini yang akan mendorong mensukseskan peningkatan ekspor komoditas perkebunan Indonesia utamanya produk kopi dalam rangka akselerasi program Gratieks.

(3)

Perkebunan terus memfasilitasi petani untuk memberikan bantuan sarana alat pascapanen dan pengolahan untuk menghasilkan produk-produk kopi bernilai tambah tinggi, juga dalam hal pembinaan dan pendampingan petani. Saat ini hanya tercatat Kopi Bareh Solok di tahun 2018 (dikenal dengan Sumatera Arabica Minang Solok) yang memperoleh sertifikat Indikasi Geografis, kami mendorong penetapan kopi-kopi di Sumatera Barat lain yang memiliki kekhasan dari sisi geografis yang dihasilkan melalui perbedaan rasa dan aroma.

“Saya mencatat ada potensi jenis kopi Sumbar yang diperdagangkan dengan nama dagang Solok Rajo, Lasi, Robusta/Arabica Equator Talu, Kopi Kajai Spesialty, Charmintoran Coffee, kopi Payo dan lain-lain untuk mendapat pengakuan spesifik dari Indikasi Geografis (IG),” ungkap Kasdi.

Sekedar catatan, pengakuan indikasi geografis pada suatu produk diyakini akan membawa banyak dampak positif, terutama dari segi aspek perekonomian dan sosial antara lain mampu menghasilkan produk berday saing dan pada akhirnya mandongrak nilai jual suatu produk secara signifikan.

Diakhir acara ditutup dengan ditandatanganinya kesepakatan kerjasama kemitraan pemasaran kopi Minang Prov. Sumatera Barat antara PT. Surya Indo Singa dengan 16 Ketua Kelompok Tani Kopi Minang dari Kabupaten Solok Selatan, Pasaman Barat, Solok, 50 Kota, Agam, dan Tanah Datar dengan disaksikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kasubdit Pemasaran Hasil, Kelapa Seksi Pemasaran Internasional dan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat beserta jajarannya.

Eksportir - Petani Kopi

Sumbar Sepakati Kerja Sama

Kemitraan Pemasaran

Di tengah pandemi COVID-19, kopi Minang Sumatera Barat berpeluang untuk dilakukan peningkatan akses pasar dan ekspor seiring dengan diinisiasinya kegiatan business matching sekaligus penandatanganan kesepakatan kerja sama kemitraan pemasaran antara pelaku usaha/eksportir kopi dengan kelompok tani kopi Minang di Kota Padang, Sumatera Barat sekaligus.

Penandatanganan dilakukan antara PT Surya Indo Singa dengan 16 Ketua Kelompok Tani Kopi Minang dari Kabupaten Solok Selatan, Pasaman Barat, Solok, 50 Kota, Agam, dan Tanah Datar disaksikan oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kasubdit Pemasaran Hasil, Kelapa Seksi Pemasaran Internasional dan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat beserta jajarannya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Provinsi Sumatera Barat, Syafrizal menyambut baik pelaksanaan business matching ini. Menurutnya ini menjadi momentum penguatan pasar kopi di Provinsi Sumatera Barat.

"Walaupun saat ini di masa pandemi terdapat beberapa kendala pasar ekspor kopi, tetapi kedepan melalui kegiatan ini diharapkan ekspor kopi Sumatera Barat bisa meningkat signifikan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (9/10/2020).

Selain kopi, menurutnya potensi perkebunan Sumatera Barat yang juga perlu dilakukan pengembangan dari hulu ke hilir dan ekspor adalah komoditas kakao, kepala, karet, sawit, teh, rempah-rempah.

"Kami jajaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan terus mendukung Ditjen. Perkebunan dalam akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan di Sumatera Barat, utamanya kopi di 7 sentra produksi kabupaten seperti Agam, Tanah Datar, Solok, Solok Selatan, Pasaman, 50 Kota, dan Pasaman Barat," paparnya.

Berdasarkan data Dinas TPHortiBun, ekspor kopi Minang hingga September 2020 tercatat mencapai volume 275 ton atau senilai Rp 6,45 ke Malaysia, Korea Selatan, Hong Kong, dan beberapa negara Timur Tengah.

Acara business matching juga dihadiri oleh pelaku usaha/eksportir kopi dari Bandung, yakni PT Surya Indo Singa. Direktur Utama PT Surya Indo Singa, Lily Ratnasari yang berpengalaman 3 tahun menjalankan bisnis ekspor kopi mengapresiasi adanya kegiatan ini.

Menurutnya walaupun di tengah pandemi, permintaan kopi masih terus berdatangan meski jumlahnya belum signifikan. Dalam waktu dekat, ia juga menyebut mendapat order ekspor dari Korea dan Eropa jenis robusta serta arabika sehingga ia berharap mendapat pasokan kopi dari Sumatera Barat.

"Saya juga mengapresiasi semangat para petani yang hadir pada acara ini hingga saat mengunjungi sentra kopi solok radjo. Selanjutnya saya mengharapkan petani kopi di Sumatera Barat dapat mempertahankan kualitas kopi untuk memenuhi selera pasar," ungkap Lily.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi menyampaikan di tengah pandemi COVID-19 dan ekonomi Indonesia defisit 5,32%, sub sektor perkebunan tumbuh positif dan menjadi jaminan pemulihan ekonomi nasional dari sektor pertanian.

Tercatat PDB di sektor pertanian tumbuh 16,24% pada triwulan II tahun 2020. Khusus komoditas kopi, ekspor Indonesia ke dunia meningkat 12% dari sisi volume jika dibandingkan triwulan II tahun 2019. Menurutnya ini menjadi angin segar bagi pengembangan komoditas perkebunan Indonesia, terutama kopi Minang, Sumatera Barat.

(4)

"Saya harapkan kedepan komitmen Bersama antara Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov Sumatera Barat, Ditjen. Perkebunan dan para pelaku usaha dalam mengakselerasi peningkatan ekspor komoditas kopi, selain itu Bersama-sama dalam memperbaiki rantai pasok kopi, mutu produk, nilai tambah dan memperkuat kemitraan petani," ungkapnya.

Perwakilan Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan yang juga menghadiri kegiatan business matching ini akan terus mendorong akses pasar kopi Indonesia, terutama melalui promosi serta penyederhanaan tata niaga dan prosedur-prosedur ekspor.

Selain itu, Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat juga memaparkan perkembangan pemasaran kopi Minang yang dalam masa pandemi ini belum menemui kendala signifikan terkait pemasaran. Permintaan terus berdatangan untuk skala kecil dan menengah ke beberapa kota di Indonesia dan stok kopi Minang masih cukup untuk memenuhi permintaan tersebut.

Hadir pula Ketua Kelembagaan Ekonomi Usaha KSPU-Solok Radjo yang membahas mengenai success story pembinaan petani kopi arabika dan pemasarannya di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono berterima kasih kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat atas pelaksanaan business matching yang akan mendorong suksesnya peningkatan ekspor komoditas perkebunan Indonesia, khususnya produk kopi dalam rangka akselerasi program gratieks (gerakan tiga kali lipat ekspor) hingga tahun 2024. "Ditjen Perkebunan terus memfasilitasi petani untuk memberikan bantuan sarana alat pascapanen dan pengolahan untuk menghasilkan produk-produk kopi bernilai tambah tinggi, juga dalam hal pembinaan dan pendampingan petani," ungkapnya.

Menurutnya, saat ini hanya tercatat kopi bareh Solok di tahun 2018 (dikenal dengan nama Sumatera Arabica Minang Solok) yang mendapat sertifikat indikasi geografis. Pihaknya mendorong penetapan kopi-kopi di Sumatera Barat lain yang memiliki ciri khas dari sisi geografis yang dihasilkan melalui perbedaan rasa dan aroma.

"Saya mencatat ada potensi jenis kopi Sumbar yang diperdagangkan dengan nama dagang Solok Rajo, Lasi, Robusta/Arabica Equator Talu, Kopi Kajai Spesialty, Charmintoran Coffee, kopi Payo dan lain-lain untuk mendapat pengakuan spesifik dari Indikasi Geografis," ungkapnya.

Menurutnya, pengakuan indikasi geografis pada suatu produk diyakini akan membawa banyak dampak positif, khususnya aspek perekonomian dan sosial, antara lain mampu menghasilkan produk berdaya saing dan pada akhirnya mendongkrak nilai jual suatu produk secara signifikan.

Digandrungi di Korea hingga

Timteng, Ekspor Kopi Minang

Digenjot

Kopi “Minang” provinsi Sumatera Barat menjajaki peluang peningkatan akses pasar dan ekspor ditengah kondisi pandemic covid19 yang melanda saat ini.

Baru-baru ini telah dilakukan Bussiness Matching antara Pelaku usaha/ Eksportir kopi dengan kelompok tani kopi minang provinsi Sumatera Barat di Kota Padang. Dalam acara itu dilakukan telah penandatanganan kesepakatan kerja sama kemitraan pemasaran kopi Minang Prov. Sumatera Barat antara PT. Surya Indo Singa, eksportir asal Bandung dengan 16 Ketua Kelompok Tani Kopi Minang dari Kabupaten Solok Selatan, Pasaman Barat, Solok, 50 Kota, Agam, dan Tanah Datar.

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat Syafrizal Bussiness Matching ini menjadi momentum penguatan pasar kopi di Provinsi Sumatera Barat walaupun saat ini dimasa pandemi terdapat beberapa kendala pasar ekspor kopi.

Selain kopi, Potensi ekapor dari komoditas perkebunan Sumatera Barat yang dapat dikembangkan meliputi kakao, kelapa, karet, sawit, teh, dan rempah-rempah. "Kami jajaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan terus mendukung Ditjen. Perkebunan dalam akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan di Sumatera Barat, utamanya kopi di 7 sentra produksi kabupaten seperti Agam, Tanah Datar, Solok, Solok Selatan, Pasaman, 50 Kota dan Pasaman Barat," ujar Syafriza.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi mengatakan di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang defisit 5,32%, sub sektor perkebunan tumbuh positif dan menjadi jaminan pemulihan ekonomi nasional dari sektor pertanian.

Tercatat PDB sektor Pertanian tumbuh 16,24% pada TW 2 tahun 2020, khusus komoditas kopi, ekspor Indonesia ke dunia meningkat 12% dari sisi volume ekspor jika dibandingkan TW 2 tahun 2019. "Ini menjadi angin segar bagi pengembangan komoditas perkebunan Indonesia terutama kopi minang, Sumatera Barat.

(5)

Menurut data Dinas TPHortiBun, ekspor kopi minang hingga bulan September 2020 sebesar 275 ton senilai Rp6,45 miliar dengan tujuan Malaysia, Korea Selatan, Hongkong dan beberapa negara Timur Tengah.

Sementara itu Direktur Utama PT. Surya Indo Singa Lily Ratnasari mengatakan, walau di tengah pandemi Covid-19 permintaan kopi masih terus berdatangan meski jumlahnya belum signifikan. "Dalam waktu dekat saya mendapat order dari Korea dan Eropa untuk jenis Robusta dan Arabika sehingga saya mengharapkan dapat pasokan kopi dari Sumatera Barat.

Saat ini hanya Kopi Bareh Solok di tahun 2018 (dikenal dengan Sumatera Arabica Minang Solok) yang memperoleh sertifikat Indikasi Geografis. Ada potensi jenis kopi Sumbar yang diperdagangkan dengan nama dagang Solok Rajo, Lasi, Robusta/Arabica Equator Talu, Kopi Kajai Spesialty, Charmintoran Coffee, kopi Payo dan lain-lain untuk mendapat pengakuan spesifik dari Indikasi Geografis.

Saya harapkan kedepan komitmen Bersama antara Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov Sumatera Barat, Ditjen. Perkebunan dan para pelaku usaha dalam mengakselerasi peningkatan ekspor komoditas kopi. Bersama-sama memperbaiki rantai pasok kopi, mutu produk, nilai tambah dan memperkuat kemitraan petani."

Diakhir acara ditutup dengan ditandatanganinya kesepakatan kerjasama kemitraan pemasaran kopi Minang Prov. Sumatera Barat antara PT. Surya Indo Singa dengan 16 Ketua Kelompok Tani Kopi Minang dari Kabupaten Solok Selatan, Pasaman Barat, Solok, 50 Kota, Agam, dan Tanah Datar dengan disaksikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kasubdit Pemasaran Hasil, Kelapa Seksi Pemasaran Internasional dan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat beserta jajarannya.

Kemitraan Usaha Perkebunan

Sudah Diatur Kuat dalam

Undang-Undang

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian, Dedi Junaedi mengatakan mengenai kemitraan dalam usaha perkebunan, termasuk kemitraan inti plasma sudah diatur dengan sangat baik dan kuat dalam undang-undang perkebunan.

"Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, Pasal 58 tentang Kemitraan Usaha Perkebunan ayat 1 bahwa perusahaan yang memiliki izin usaha perkebunan wajib memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat atau plasma seluas 20 persen dari total luas areal kebun yang diusahakannya. Itu sudah jelas dituangkan dalam undang-undang tersebut sebenarnya," kata Dedi pada Rabu, 30 September 2020.

Hal ini dikatakan Dedi saat menjadi salah satu narasumber dalam program Indonesia Bicara yang diselenggarakan Media Indonesia dengan tema "Inti Plasma Sektor Perkebunan" secara live streaming di akun-akun media sosial MI pada Rabu, 30 September 2020.

Kegiatan yang dipandu Ketua Dewan Redaksi Media Group, Usman Kansong ini menghadirkan enam narasumber yakni Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian, Deddy Juaedi, lalu ada Direktur CECT Trisakti dan MM Suistanability, Maria R Nindita Radyati, kemudian Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat atau ASPEKPIR, Setiyono, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau APKASINDO, Gulat Manurung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute atau PASPI, Tungkot Sipayung, serta Ketua Bidang Agraria dan Tata Ruang, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI, Eddy Martono Rustamadji

Pengakuan indikasi geografis pada suatu produk diyakini akan membawa banyak dampak positif, terutama dari segi aspek perekonomian dan sosial antara lain mampu menghasilkan produk berdaya saing dan pada akhirnya mendongrak nilai jual suatu produk secara signifikan.

Saya juga mengapresiasi semangat para petani yang hadir pada acara ini hingga saat mengunjungi sentra kopi solok radjo. saya mengharapkan petani kopi di Sumatera Barat dapat mempertahankan kualitas kopi untuk memenuhi selera pasar.

"Satu kebun inti dari perusahaan kelapa sawit harus mengintegrasikan beberapa hektare dari kebun rakyat. Pembinaan itu dilakukan agar hasil produksi kebun rakyat bisa diserap oleh kebun inti atau pabrik di perusahaan perkebunan ini," tutur Eddy lagi.

Tujuannya ialah agar amanat undang-undang dapat terlaksana dengan baik. "Selain itu aturan mengenai plasma ini juga sebenarnya membantu perusahaan untuk memenuhi target produksi.” tuturnya.

(6)

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP), Ditjen Perkebunan, Kementan, Dedi Junaedi mengatakan hilirisasi yang terkait pasca panen sangat diperlukan untuk mendorong pekebun mendapatkan nilai tambah dan daya saing.

Belum lama ini Ditjen Perkebunan telah memfasilitasi alat pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan kepada kelompok tani, seperti petani atsiri di Solok, Sumatera Barat.

“Hilirisasi difokuskan di tingkat kelompok tani agar menghasilkan bahan baku berkualitas. Sedangkan dukungan pasca panen dilakukan agar petani atau pekebun punya nilai tawar dan menghasilkan end product bernilai tinggi,” jelas Dedi.

Petani sereh wangi di Solok, Sumatera Barat (Sumbar) tak sekadar melakukan budidaya sereh wangi di lahan marginal saja. Bahkan, untuk mendapatkan nilai tambah, petani sereh wangi yang tergabung dalam Kelompok Tani Agribisnis Atsiri Kota Solok, Sumbar, juga melakukan hilirisasi sereh wangi melalui penyulingan sereh wangi dan menjual minyaknya ke eksportir.

Ketua Kelompok Tani Agribisnis Atsiri Kota Solok, Djanuardi mengatakan, sereh wangi yang ditanam petani disuling sendiri dengan memanfaatkan ketel. Lama penyulingannya 7-8 jam untuk ketel isi 1 ton daun sereh wangi.

“Ukuran ketel yang digunakan petani macam-macam, sesuai kebutuhan. Umumnya yang dipakai volumenya 500 kg-1 ton. Rendemen minyak yang dihasilkan 0,8-1 persen,” ujar Djanuardi.

Djanuardi yang juga Ketua Perhimpunan Petani dan Penyuling Minyak Atsiri (P3MA) Sumbar mengatakan, setelah melalui proses penyulingan, tiap 1 ton daun sereh wangi mampu menghasilkan 8-10 kg minyak sereh wangi.

“Akan sulit untuk perusahaan memperluas areal kebun untuk memenuhi target produksi pabriknya. Namun, dengan bermitra bersama petani dan membina lahan kebun mereka sebagai plasma, wilayah perusahaan akan menjadi luas dalam kaitannya kapasitas produksi yang harus dihasilkan industri itu," sambungnya.

Berkat Hilirisasi, Kini Petani

Solok Mampu Ekspor Minyak

Sereh Wangi

Sebagai langkah untuk mendorong para petani mendapatkan nilai tambah dan daya saing pasca panen, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan siap memperkuat hilirisasi sub sektor perkebunan dengan memberikan fasilitas alat pasca panen.

Ketua Perhimpuam Petani dan Penyuling Minyak Atsiri (P3MA) Sumatera Barat ini juga menjelaskan setelah melalui proses penyulingan, tiap 1 ton daun sereh wangi mampu menghasilkan 8-10 kg minyak sereh wangi.

"Kalau tiap 1 hektare, kami bisa panen daun segar sereh wangi 10-15 ton. Panen daun sereh wangi ini sangat tergantung pemeliharaan kebun," katanya. Lebih lanjut ia menjelaskan umumnya minyak sereh wangi tersebut dijual ke eksportir dengan harga Rp 165.000 per kg.

Selain itu, Kelompok Tani Agribisnis Atsiri Kota Solok menerima pembelian minyak sereh wangi dari petani lainnya seharga Rp 155.000 - Rp 157.000 per kg. "Ya kita untung sedikitlah. Walau untung tipis, asalkan petani kita lancar pemasaran produknya. Dan hilirisasi sereh wangi inilah yang terus kami lakukan ke petani lain agar mereka mendapat nilai tambah," paparnya.

Djanuardi menambahkan sebanyak 70 persen hasil minyak dijual ke eksportir, sementara 30 persennya diolah menjadi sabun mandi padat maupun cair seperti aromatherapy, minyak urut dan obat tradisional. Sedangkan hasil minyak yang kotor diolah menjadi pestisida organik dan disinfektan.

Program Petani PIR Sukses

Membawa Indonesia Sebagai

Produsen dan Eksportir Minyak

Sawit Terbesar Dunia

Mungkin tak ada yang menyangka, pengembangan kelapa sawit yang dilakukan kurun 40 tahun lalu mampu menjadikan Indonesia saat ini sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar dunia. Keberhasilan tersebut tak lepas dari pola inti plasma yang dikembangkan dalam program perusahaan inti rakyat (PIR).

Ketua Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (FP2SB), Achmad Mangga Barani mengemukakan, pada saat sawit ini dikembangkan di sejumlah daerah, seperti di Kalimantan Barat, banyak orang yang belum tahun apa itu sawit. Namun, dengan Inpres No.1 tahun 1986, pemerintah menyiapkan pendanaan melalui bank dan petani plasmanya didatangkan dari luar (PIR Trans), dengan 2 ha per kepala keluarga (KK) akhirnya budidaya sawit tersebut mampu berkembang sampai saat ini.

(7)

“Pada saat itu, (tahun 2006) kita sudah menyalip Malaysia. Bahkan, saat ini sawit mampu mendulang devisa negara dan menciptakan lapangan kerja,” kata Mangga Barani, dalam sebuah webinar, di Jakarta, Kamis (22/10). Mangga Barani juga mengatakan, sejak 40 tahun lalu pemerintah sudah berfikir ke depan, terkait dengan kemandirian energi.

“Jadi sudah dipikirkan, kira-kira apa pengganti minyak bumi dari energi yang terbarukan. Setelah proses sekitar 40 tahun, baru dibuktikan kalau sawit mampu kalahkan minyak bumi dan menjadi alternatif energi terbarukan,” kata Mangga Barani.

Menurut Mangga Barani, karena program PIR saat ini sudah tak ada, pemerintah diharapkan bisa meniru pola kemitraan tersebut dalam bentuk lain melalui revitalisasi perkebunan. Salah satunya adalah mengembangkan perkebunan (sawit) melalui kemitraan.

“Setiap lokasi pengembangan diarahkan untuk terwujudnya sistem pekebunan yang kompak, serta memenuhi skala ekonomi. Paling tidak setiap KK luas lahannya 4 ha,” ujar Mangga Barani.

Mangga Barani juga menyarankan agar pemerintah memberi jaminan kepastian dan keberlanjutan usaha sawit, melalui pengelolaan kebun dalam satu manajemen. “Selain ada kredit dengan bunga rendah bagi petani, dengan tenggang waktunya sampai tanaman menghasilkan, juga diperlukan petugas pendamping,” papar Mangga Barani.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP), Dedi Junaedi mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Perkebunan sampai saat ini tetap konsisten untuk memberdayakan petani sawit.

“Jadi, kami mendorong petani sawit melalui kemitraan, memberdayakan petani sawit, menguatkan kelembagaan petani dan mengarahkan budidaya sawit yang berkelanjutan,” kata Dedi Junaedi.

Menurut Dedi, untuk menjaga keberlanjutan agribisnis sawit, Ditjen Perkebunan hingga saat ini terus menyelesaikan kebun sawit rakyat yang masuk dalam kawasan dan adanya tumpang-tindih pengelolaan agribisnis sawit.

“Saya kira ini sangat penting ditindaklanjuti. Juga tentang kewajiban ISPO bagi petani sawit rakyat. Sehingga peran pemberdayaan petani sawit sangatlah penting dikedepankan,” kata Dedi.

Menurut Mangga Barani, pola kemitraan inti-plasma itulah yang membuat program PIR berhasil. Inti, berupa perusahaan perkebunan dan petani (plasma) -nya didatangkan dari luar daerah, dan bank hanya menyalurkan bantuan kepada 784.007 KK. Berkat PIR inilah menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar. Pada tahun 2006 luasannya mencapai 6,59

juta ha dengan produksi sebanyak 17,35 juta ton.

Tingkatkan Daya Saing, Ditjen

Perkebunan Perkuat Hilirisasi

Lewat Alat Pasca Panen

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) hingga saat ini terus memperkuat hilirisasi sub sektor perkebunan melalui alat pasca panen. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi menegaskan bahwa hilirisasi pasca panen sangat diperlukan.

Dedi mengungkapkan bahwa tujuan hilirisasi pasca panen untuk mendorong pekebun mendapatkan nilai tambah dan daya saing. Oleh karena itu, guna memperkuat hilirisasi sub sektor perkebunan, pihaknya memfasilitasi alat pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan kepada kelompok tani. "Hilirisasi difokuskan ditingkat kelompok tani agar menghasilkan bahan baku berkualitas. Sedangkan dukungan pasca panen dilakukan agar petani atau pekebun punya nilai tawar dan menghasilkan end produk bernilai tinggi," jelas Dedi.

Di Jawa Barat misalnya, Ditjen Perkebunan memberikan bantuan alat-alat pengolahan kopi kepada Pemprov Jabar. Alat-alat tersebut pun dapat dimanfaatkan untuk membantu pembibitan, budidaya hingga pasca panen.

"Dengan bantuan alat pasca panen kami jadi tidak terlalu repot mengurusi proses pengolahan kopi. Kopi kami kumpulkan sendiri dari petani, diolah sendiri, sampai jadi kopi gabah dan green bean diekspor. Ada juga diolah lebih lanjut sampai jadi disajikan di kafe milik sendiri," kata Hari Yuniardi, dari Kelompok Mahkota Java Coffee Garut.

Rata-rata setiap musim panen Mahkota Java Coffee menampung sampai 200 ton kopi dan diekspor. Mahkota juga punya kafe yang paling paling banyak dikunjungi di Garut yang dimiliki oleh Hari.

Dari puluhan kafe, Mahkota Java yang paling terkenal sampai ke luar negeri dan merupakan salah satu titik yang wajib dikunjungi oleh siapa saja yang ke Garut dengan cita rasa kopi khasnya.

Mahkota melalui KASUGA (Kopi Asli Urang Garut, Kopi Asli Orang Garut) menghimpun 12 kelompok tani dengan total anggota 320 orang. Adanya berbagai peralatan pasca panen membuat Mahkota mampu memenuhi standar ekspor.

(8)

"Importir minta keseragaman fisik kopi, kalau tidak maka akan ada masalah. Dalam satu karung kalau kupas basah maka semua harus sama, demikian juga kupas kering semua tidak bisa satu karung dicampur kopi yang dikupas basah dan kering" katanya.

Dengan banyaknya peminat dari luar negeri, artinya, kopi Garut bukan sekadar menghadirkan komoditas terbaik dari Indonesia saja. Tapi kopi Garut juga menjadi penyelamat ekonomi para petani Garut setelah sayur mayur.

Perkembangan Harga Domestik Produsen Komoditi Perkebunan

(Oktober 2019 – Oktober 2020)

Kelapa dalam

Rp. 3.462 /Kg

1,83 %

Harga rata-rata kelapa dalam menunjukkan tren kenaikan yaitu sebesar 1,48 % dengan harga rata-rata periode Oktober 2019 – Oktober 2020 sebesar Rp. 3.337/ Kg. Pada bulan Oktober 2020, harga kelapa dalam meningkat sebesar 1,83 % bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat permintaan kelapa yang kembali meningkat seiring dengan banyaknya permintaan akan vco.

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

Kopra

Rp. 5.631/Kg

Selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 komoditas kopra cukup dinamis dengan tren kenaikan sebesar 1,58 %, dengan harga rata-rata sebesar Rp. 4.901/Kg. Bila dibandingkan Oktober 2019 vs OKtober 2020, harga Kopra mengalami kenaikan sebesar 29,94 %. Pada bulan Oktober 2020, harga kopra mengalami kenaikan sebesar 1,78 % bila

dibandingkan bulan sebelumnya. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

8,52 %

Lada Putih

Harga rata-rata produsen Lada Putih selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 cenderung stabil dengan harga rata-rata selama periode tersebut adalah sebesar Rp. 46.262/Kg. Pada bulan Oktober 2020, terjadi kenaikan harga rata-rata sebesar 6,65 % bila dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat sudah terbukanya pasar ekspor untuk komoditi lada.

Rp. 47.727 / Kg

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

1,32 %

Lada Hitam

Rp. 30.444 / Kg

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

6,65 %

Harga rata-rata Lada Hitam selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 cenderung stabil dengan rata-rata sebesar Rp. 27.438/Kg selama periode tersebut. Apabila dibandingkan Oktober 2019 vs Oktober 2020 terjadi kenaikan harga sebesar 8,04 %. Pada bulan Oktober 2020, harga rata-rata lada hitam mengalami kenaikan sebesar 6,65 % bila dibandingkan harga bulan sebelumnya.

Karet Lump non UPPB

Rp. 6.560/Kg

10,56 %

Pada periode Oktober 2019 – Oktober 2020 karet Lump mengalami tren / kecenderungan penurunan sebesar 1,6 %. Di bulan Oktober 2020 harga karet Lump menguat sebesar 10,56 % bila dibandingkan harga bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat kenaikan harga minyak mentah dunia dan pasar dunia yang sudah menggeliat kembali selepas pandemi

covid -19 di beberapa negara. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020 8

(9)

Karet Lump UPPB Pilot Project

Rp. 9.447/Kg

8,47 %

Harga rerata karet di tingkat produsen/petani yang tergabung dalam Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) seperti di Kab. Kuantan Singingi, Prov. Riau terdapat perbedaan harga cukup tinggi, yaitu Rp 10.288/Kg bila dibandingkan dengan harga karet yang dijual tanpa melalui kelembagaan UPPB. Hal ini disebabkan mutu bokar yang dihasillkan UPPB sudah sesuai dengan standar mutu yang diminta oleh industri pengolahan crumb rubber sehingga petani mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Harga rata-rata UPPB Nasional pilot project pada bulan Oktober 2020 menguat sebesar 8,47 % bila dibandingkan

dengan bulan sebelumnya. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

Kopi Arabika

Rp. 49.566 /Kg

Perkembangan harga rata-rata biji kopi Arabika ditingkat produsen periode Oktober 2019 – Oktober 2020 cenderung stabil dengan rata-rata harga selama periode tersebut adalah sebesar Rp. 49.565/Kg. Pada bulan OKtober 2020, terjadi kenaikan harga sebesar 0,22 % bila dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat sudah mulai

terbukanya pasar ekspor ke beberapa negara. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

0,22 %

Kopi Robusta

Rp. 23.591/Kg

3,44 %

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

Harga kopi Robusta di tingkat produsen selama Oktober 2019 – Oktober 2020 relatif stabil dengan rata-rata sebesar Rp. 23.979/Kg. Pada bulan Oktober 2020 terjadi kenaikan harga sebesar 3,44 % bila dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat sudah mulai terbukanya pasar ekspor ke beberapa negara.

Kakao Fermentasi

Rp. 27.472 /Kg

Harga kakao fermentasi selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 cenderung stabil dengan rata-rata sebesar Rp. 26.112/Kg. Harga rata-rata Kakao Fermentasi pada bulan Oktober 2020 mengalami kenaikan sebesar 4,64 % bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat sudah mulai terbukanya pasar komoditi dan semakin

mudahnya distribusi komoditas. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

4,64 %

Kakao Non Fermentasi

Rp. 22.361/Kg

Harga rata-rata produsen Kakao non fermentasi selama periode Oktober 2019 - Oktober 2020 cenderung stabil dengan rata-rata sebesar Rp. 21.292 /Kg selama periode tersebut. Bila dibandingkan Oktober 2019 vs Oktober 2020 terjadi kenaikan sebesar 0,75 %. Harga rata-rata Kakao non fermentasi pada bulan Oktober 2020 mengalami kenaikan

sebesar 2,91 % bila dibandingkan bulan sebelumnya. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

2,91 %

Mete Gelondong

Rp. 16.899/Kg

Perkembangan harga rata-rata mete gelondong di tingkat produsen cenderung stabil sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020, dengan harga rata-rata mete selama periode tersebut adalah sebesar Rp. 17.263/Kg. Pada bulan Oktober 2020 terjadi kenaikan harga sebesar 1,11 % bila dibandingkan harga bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat permintaan mete mulai meningkat kembali.

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

1,11 %

(10)

TBS Kelapa Sawit

Rp. 1.822/Kg

2,06 %

Perkembangan harga rata-rata TBS Kelapa Sawit (Umur Tanam 10-20 Tahun), CPO dan Kernel cenderung dinamis sepanjang Oktober 2019 - Oktober 2020. Harga rata-rata TBS pada periode tersebut adalah sebesar Rp. 1.587/Kg, sedang harga rata-rata CPO sebesar Rp. 7.819 / Kg. Harga rata-rata TBS mengalami kenaikan sebesar 2,06 % pada bulan Oktober 2020 bila dibandingkan dengan harga bulan

sebelumnya. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

Teh Pucuk Basah

Rp. 1.963 /Kg

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

Vanili

Perkembangan harga Vanili di tingkat produsen selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 cukup berfluktuatif dengan kecenderungan penurunan harga sebesar 1,3 %. Harga rata-rata Vanili untuk periode tersebut adalah sebesar Rp. 2.299.843/Kg. Pada bulan Oktober 2020 terjadi kenaikan harga sebesar 10,32 % bila dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat sudah mulai terbukanya pasar ekspor ke beberapa negara.

Rp. 2.497.768/Kg

Perkembangan harga rata-rata teh pucuk basah selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 di tingkat produsen cukup berfluktuatif dengan tren / kecenderungan menurun sebesar 1,3 %. Harga rata-rata the pucuk basah selama periode tersebut adalah sebesar Rp. 2.115/Kg. Pada bulan September 2020 terjadi penurunan harga harga sebesar 0,06 % bila dibandingkan harga bulan sebelumnya.

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

0,06%

%

10,32 %

Perkembangan harga rata-rata Gula Tebu di tingkat produsen cukup berfluktuatif sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020 dengan rata-rata sebesar Rp. 12.603/Kg. Pada bulan Oktober 2020 terjadi kenaikan harga sebesar 6,32 % bila dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat stok gula sudah mulai melimpah, sehingga harga mulai berangsur turun.

Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

Gula Tebu

Rp. 11.896 /Kg

6,32 %

Bunga Cengkeh Kering

Rp. 52.042 /Kg

Harga rata-rata Bunga Cengkeh di tingkat produsen selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 adalah sebesar Rp. 60.352/Kg. Pada bulan Oktober 2020 terjadi penurunan sebesar 1,09 % bila dibandingkan dengan harga bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat panen raya yang terjadi di beberapa daerah dan adanya pandemi covid-19 yang membuat distribusi barang menjadi lebih sulit akibat

adanya pembatasan di beberapa wilayah. Sumber : Petugas Informasi Pasar, diolah Dirat PPH Bun 2020

Minyak goreng curah

Rp. 13.100 /Kg

Perkembangan harga rata-rata minyak goreng curah di pasar domestik sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020 cenderung dinamis, dengan harga rerata sebesar Rp. 12.231/Kg. Pada bulan Oktober 2020 terjadi kenaikan harga sebesar 1,55 %. Hal ini diperkirakan akibat sudah mulai dibukanya beberapa tempat umum, sehingga kebutuhan minyak goreng untuk

rumah makan sudah mulai meningkat. Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, diolah Dirat PPH Bun 2020

1,09 %

1,55 %

(11)

Gula pasir lokal

Rp. 13.550 /Kg

Perkembangan harga rata-rata gula pasir di pasar domestik sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020 cukup stabil dengan rerata harga selama periode tersebut sebesar Rp. 14.658/Kg. Pada bulan Oktober 2020 harga sudah mulai berangsur turun, dengan penurunan sebesar 0,74 %, bila dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan akibat stok gula di masyarakat sudah melimpah, sehingga harga berangsur turun

mencapai HET. Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, diolah Dirat PPH Bun 2020

1,81 %

Perkembangan Harga Internasional Produsen Komoditi Perkebunan

(Oktober 2019 - Oktober 2020)

Minyak sawit (CPO)

U$D. 756,02 / Ton

Perkembangan harga rata-rata CPO (Ciff Rotterdam) di pasar dunia berfluktuatif sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020. Besaran harga rata-rata CPO di pasar dunia pada periode tersebut adalah $671,83/Ton. Harga rerata terendah terjadi pada bulan Mei 2020 sebesar $527,22/MT, sedangkan harga rerata tertinggi terjadi pada bulan Januari 2020 sebesar $830,83/MT. Tren/kecenderungan harga CPO di pasar dunia

pada periode tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,17%. Sumber: Bloomberg, diolah Dirat PPH Bun 2020

2,48 %

Karet (RSS)

U$D. 1.526,86 / Ton

Perkembangan harga rata-rata karet (SIKOM) di pasar dunia berfluktuasi sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020 dengan besaran rata-rata $1.300,57/Ton pada periode tersebut. Harga rerata terendah terjadi pada bulan Mei 2020 sebesar $1.103,06/Ton, sedangkan harga tertinggi dicapai pada bulan Oktober 2020 sebesar $1.526,86/Ton. Tren/kecenderungan harga karet karet (SIKOM) pada periode Oktober 2019 –

Oktober 2020 mengalami penurunan sebesar 0,22%. Sumber: Bloomberg, diolah Dirat PPH Bun 2020

18,7 %

Kakao Bean

U$D. 2.432,13 / Ton

Sumber: Bloomberg, diolah Dirat PPH Bun 2020

Perkembangan harga rata-rata kakao di pasar dunia berfluktuasi sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020. Besaran harga rata-rata kakao di pasar dunia pada periode tersebut adalah $ 2.481,13/Ton. Harga rerata terendah terjadi pada Bulan Juli 2020 sebesar $2.206,77/Ton, sedangkan harga rerata tertinggi dicapai pada bulan Februari 2020 sebesar $2.833,61/Ton. Tren/kecenderungan harga kakao selama periode Oktober 2019 – Oktober 2020 mengalami penurunan sebesar 0,64%.

6,78 %

Kopi Arabica (Bean)

U$D. 2.365,08 / Ton

Sumber: Bloomberg, diolah Dirat PPH Bun 2020

11,09 %

Perkembangan harga rata-rata kopi arabika di pasar dunia berfluktuatif sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020 dengan besaran rata-rata $2.426,74/Ton. Harga rerata terendah pada periode tersebut terjadi pada bulan Oktober 2019 sebesar $2.144,66/Ton, sedangkan harga tertinggi terjadi pada bulan Desember 2019 sebesar $2.854,89/Ton. Tren/kecenderungan harga kopi sepanjang periode Oktober 2019 – Oktober 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,12%.

(12)

REDAKSI :

Pembina :

Direktur Jenderal Perkebunan

Pengarah :

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

PenanggungJawab :

Kepala Sub Direktorat Pemasaran Hasil

Penyunting dan Redaksi :

Kepala Seksi Pemasaran Domestik; Kepala Seksi Pemasaran Internasional

Penyusun/Penulis :

Diyan Purnomo, Satriyo Ihsan Radityo, Aris Sulistyowati, Niken Sukma Andarini, Rima Agustania KW, Puspita Wulandari, Tiffani, Haris Adelani Siregar.

ALAMAT REDAKSI :

Sub Direktorat Pemasaran Hasil Perkebunan –Ditjen Perkebunan

Gedung C Lantai 3 Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jln. Harsono RM no. 3 Ragunan – Jakarta Selatan Telp : +62 21 7815585 Fax : +62 21 7819725, Email : pemasaranbun@yahoo.com

Website : http://aplikasi2.pertanian.go.id/sipasbun/index.php

Gula

U$D. 314,7 / Ton

Sumber: Bloomberg, diolah Dirat PPH Bun 2020

Perkembangan harga rata-rata gula di pasar dunia berfluktuatif sepanjang Oktober 2019 – Oktober 2020. Besaran rata-rata harga gula pada periode tersebut adalah sebesar $275,95/Ton. Harga rerata terendah terjadi pada Bulan April 2020 sebesar $204,29/Ton, sedangkan harga tertinggi dicapai pada bulan Februari 2020 sebesar $326,01/Ton. Tren/kecenderungan harga gula periode Oktober 2019 – Oktober 2020 mengalami penurunan sebesar 0,20%.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti :He’em. Narasumber :Tapi nanti kita naik level atas, bukan komunikasi massa lagi, tapi massa komunikasi. Massa komunikasi adalah proses penyampaian pesan

Yang di hitung sebagai biaya atau pengeluaran proyek adalah hanya biaya-biaya atau ongkos-ongkos yang akan di keluarkan di masa yang akan datang (future cost)

Robot cerdas pemadam api divisi berkaki telah berhasil dirancang dan dibuat menggunakan mikrokontroler ATMega128 dengan sistem penggerak kaki

MASYARAKAT PEMDES Puskesmas/Ranap BPD K Poktan/Pokmas PPL/Posludes Sekolah Kopdit/Bank RT/RW LembagaAdat Linmas Gereja/Biara Polindes PKK Koptan/UPH UPK/BKAD

model Problem Based Learning berbantuan media gambar. c) Melakukan konsultasi kepada guru kelas mengenai rencana pelaksanaan. pembelajaran yang telah dirancang dengan

Intisari - Motor soft start adalah perangkat yang digunakan pada motor AC, bertujuan untuk mengurangi beban dan torsi motor sesaat pada saat pertama kali motor

5.Untuk Daerah Tingkat I Timor Timur dengan Peraturan Pemerintah Nomo 19 Tahun 1976 (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 39) kepada Daerah Tingkat I Timor Timur urusan kesehatan

Siguro, hindi mawawala sa makata ang kalungkutan, pero nang marinig kong umaawit ang pipit, ni katiting na sakit o lungkot ay wala akong naramdaman; at pagtingin ko sa