• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1. Ayam Arab Silver Jantan (A) dan Betina (B) Sumber : Robert, 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 1. Ayam Arab Silver Jantan (A) dan Betina (B) Sumber : Robert, 2008"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Arab

Ayam Arab merupakan ayam lokal pendatang yang asal muasalnya merupakan ayam lokal Eropa. Braekels adalah jenis ayam lokal petelur introduksi yang paling dikenal di Indonesia. Tubuh ayam Braekels bewarna putih dengan kombinasi totol hitam yang berbaris di sekujur tubuh, jengger bewarna merah, dan terdapat bercak putih di telinga. Ayam Arab sebagai keturunan dari ayam Braekels bersifat gesit, aktif, dan daya tahan tubuhnya kuat. Secara genetis ayam Arab tergolong rumpun ayam lokal yang unggul karena memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi (Sulandari et al. 2007).

Ayam Arab, konon pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Bapak Suwarno yang pulang ibadah haji dari Arab Saudi, membawa delapan butir telur tetas yang kemudian ditetaskan dan dikembangkan di daerah Malang Jawa Timur. Ayam ini dibesarkan dan diumbar diperkarangan rumahnya sehingga kawin dengan ayam lokal. Perkawinan silang ini memperlihatkan produksi telur dari hasil kawin silang dengan ayam Arab lebih tinggi dibandingkan dengan ayam lokal lainnya (Sulandari et al. 2007).

Ayam Arab ada dua jenis yaitu ayam Arab silver (Brakel Kriel Silver) dan ayam Arab golden (Brakel Kriel Gold). Ayam Arab silver memiliki warna bulu putih keperakan dari kepala hingga leher dan badan memiliki warna total hitam putih atau lurik hitam putih, warna lingkar mata hitam, shank dan paruh hitam. Bobot badan dewasa ayam Arab silver jantan bisa mencapai 1,4-2,3 kg dan betina 0,9-1,8 kg. Ciri khas ayam Arab silver ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ayam Arab Silver Jantan (A) dan Betina (B)

Sumber : Robert, 2008

(2)

4 Ayam Arab golden memiliki bulu bewarna merah lurik kehitaman, warna shank, kulit, dan paruh hitam, bulu leher merah, dan lingkar mata hitam. Bobot jantan dewasa 1,4-2,1 kg dan betinanya sekitar 1,1-1,6 kg, memiliki keunggulan dalam produksi telur (Sulandari et al., 2007). Ciri khas ayam Arab golden ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Ayam Arab Golden Betina

(Sumber : Association for Promotion of Belgian Poultry. 2003)

Jengger ayam Arab jantan bewarna merah, berukuran besar dan tipis, sedangkan ukuran jengger ayam betina lebih kecil. Selama usia produktif (1-2 tahun), ayam Arab hampir setiap hari bertelur, jika pakan yang diberikan cukup berkualitas, produksi telurnya bisa mencapai 75-85%. Penampilan ayam Arab lebih menarik dibandingkan ayam lokal biasa. Ayam Arab mempunyai keunggulan yaitu, produksi telur bisa mencapai 300 butir pertahun dengan bobot 30-35 gr (Sulandari et al. 2007).

Telur Tetas Ayam Arab

Karakteristik Kimia Telur

Telur unggas merupakan bahan makanan yang sangat lengkap terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang menunjang perkembangan embrio selama 21 hari (Ensminger et al., 2004). Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk embrio selama empat hari pertama perkembangan. Komponen lemak sebagian besar diperoleh dari demobilisasi lemak tubuh dan memiliki asam lemak yang tidak jenuh (Oluyemi dan Robert, 1979). Lemak telur mengandung 65% trigliserida, 28,3% fosfolipid dan 5,2% kolesterol. Asam lemak trigliserida pada kuning telur adalah asam linoleat, oleat dan stearat (Romanoff dan Romanoff, 1963).

(3)

5 Mineral yang terkandung pada telur seperti kalsium dan fosfor merupakan komponen utama dalam pembentukan tulang (Oluyemi dan Robert, 1979). Sumber Ca untuk pembentukan kerabang berasal dari pakan dan tulang (North dan Bell, 1990). Kandungan abu telur memiliki hubungan dengan kadar mineral yang terdapat dalam telur, misalnya kalsium dan fosfor. Kandungan Ca dan P kerabang telur dapat dipengaruhi oleh kandungan Ca dan P dalam pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, sifat genetik individu ayam, dan umur induk (Sodak, 2011). Komposisi kimia telur ayam Arab ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam Arab Komponen Kuning Telur1 Putih Telur1 Kerabang Telur1 Telur Utuh (Ensminger et al., 2004) ---(% BK)---Kadar Air 23,52 87,91 - 65,5 Kadar Abu 1,95 0,60 84,26 - Protein 18,93 10,25 - 11,8 Lemak 32,24 0,01 - 11 Kalsium 0,43 0,27 45,89 - Pospor 0,57 0,31 0,90 -

Energi Bruto (EB) kkal/kg

3886 3526 - -

Keterangan : Sodak (2011)1

Karakteristik Fisik Telur Tetas Bentuk Telur

Bentuk telur yang menyimpang merupakan keabnormalan pada telur. Bentuk telur yang tidak proporsional berupa, bentuk telur yang tidak bulat dan tidak

seimbang perbandingan panjang dan lebarnya (Sodak, 2011). Bentuk– bentuk telur ditunjukan Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk – bentuk Telur

(4)

6 Kebersihan Kerabang Telur Ayam

Kebersihan kerabang telur tidak lepas dari penanganan kebersihan kandang dan frekuensi pengkoleksian telur. Ekskereta ayam yang menempel pada telur kemungkinan besar mampu menjadi media bakteri untuk mengkontaminasi telur melalui kerabang dan menurunkan kualitas telur setelah disimpan beberapa waktu (Sodak, 2011).

Keutuhan Telur Ayam

Telur utuh adalah telur yang tidak mengalami keretakan baik retak halus maupun retak kasar. Pemberian pakan yang mengandung nutrien yang mencukupi kebutuhan ayam petelur dapat mengatasi keretakan pada kerabang telur. Nutrien Ca, P, dan Mg merupakan unsur mineral dalam pakan yang sangat penting untuk proses pembentukan kerabang. Keretakan pada kerabang telur dapat disebabkan oleh kandungan Ca yang tidak tercampur merata pada pakan (Sodak, 2011).

Kantung Udara Telur

Kantung udara dipengaruhi oleh lama dan suhu penyimpanan telur, kelembaban dan perubahan internal dari telur (Yuwanta, 2010). Kantung udara telur semakin bertambah besar karena adanya penguapan air di dalam telur atau penyusutan berat telur. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kantung udara cepat membesar akibat adanya penguapan air di dalam telur (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Berat Telur

Berat telur ayam Arab berkisar antara 33,33-53,27 g/butir. Perbedaan jenis pakan berpengaruh terhadap berat telur yang dihasilkan (Sodak, 2011). Faktor yang mempengaruhi berat telur yaitu genetik dan umur ayam, pakan, penyakit, suhu lingkungan, musim, periode produksi (awal atau menjelang akhir), umur dewasa kelamin, besar tubuh, banyaknya telur yang dihasilkan dan sistem pengelolaan ayam (North dan Bell, 1990; Dharma et al., 2001). Kehilangan berat telur terjadi seiring bertambahnya waktu penyimpanan telur. Kehilangan berat telur merupakan salah satu perubahan yang paling jelas karena penyimpanan telur. Hal ini terutama disebabkan oleh hilangnya kadar air dari albumen. Penurunan berat telur disebabkan

(5)

7 oleh lepasnya gas, seperti CO2, ammonia, nitrogen , dan kadang-kadang H2S yang

sebagian besar merupakan hasil dari perubahan kimia pada telur (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Indeks Bentuk Telur

Faktor yang mempengaruhi indeks bentuk telur antara lain umur induk, sifat genetik, bangsa, juga disebabkan oleh proses-proses yang terjadi selama pembentukan telur terutama pada saat telur melalui magnum dan isthmus (Dharma et al., 2001; Sodak, 2011). Indeks bentuk telur tetas ayam lokal yang baik menurut Wardiny (2002) yaitu 76-78% (rasio lebar dan panjang telur).

Ketebalan dan Berat Kerabang Telur

Ketebalan kerabang merupakan salah satu aspek penilaian kualitas kerabang telur. Kerabang yang tipis diakibatkan oleh kurangnya kandungan Ca dan P dalam pakan, umur ayam yang terus meningkat dan suhu lingkungan yang tinggi. Pengaruh perubahan suhu dan kelembaban lingkungan secara langsung dapat menyebabkan stres pada ayam, sehingga produksi hormon FSH akan terganggu yang kemungkinan berdampak negatif pada kerabang telur yang dihasilkan (Sodak, 2011). Penguapan H2O yang bereaksi dengan lapisan kutikula (Ca) mengakibatkan kerabang semakin

porous sehingga lapisan kutikula akan semakin berkurang (Pribadi, 2000). Rataan tebal kerabang telur yang baik yaitu antara 0,33 mm dan 0,35 mm (North dan Bell, 1990).

Penanganan Telur Tetas

Telur tetas merupakan unsur pokok dalam kegiatan penetasan. Kesalahan dalam penanganan telur tetas dapat menyebabkan kegagalan dalam penetasan.

Koleksi Telur Tetas

Pada suhu lingkungan normal, telur harus dikumpulkan setidaknya tiga kali dalam satu hari. Saat suhu lingkungan diatas 85°F telur tetas harus dikumpulkan lima kali atau lebih dalam satu hari. Frekuensi pengumpulan telur mengurangi kemungkinan kontaminasi telur dari kontak dengan bahan sarang dan feces, dan mencegah pendinginan pada saat musim dingin dan menjadi terlalu panas pada musim panas (Ensminger et al., 2004).

(6)

8 Penyimpanan Telur Tetas

Penyimpanan telur yang semakin lama sebelum ditetaskan mengakibatkan penguapan air di dalam telur dan membesarnya kantung udara. Periode penyimpanan yang lama tidak hanya menurunkan daya tetas tetapi juga meningkatkan waktu inkubasi. Lama penyimpanan juga menurunkan bobot anak ayam (Mulyantini, 2010). Telur tetas tetap baik disimpan sampai hari ke tujuh asalkan disimpan pada suhu 12,8 °C dan pada kelembaban relatif 60 -70%. Telur yang akan ditetaskan tidak boleh disimpan dalam lemari es karena dapat mengurangi fertilitas telur (Williamson dan Payne, 1993).

Seleksi Telur Tetas

Kualitas fisik dan kimia telur tergantung pada kualitas isi telur dan kulit telur. Faktor kulitas telur dibagi menjadi dua yaitu faktor kualitas eksterior dan interior. Faktor kualitas eksterior meliputi kebersihan telur, bentuk telur, berat telur, indeks bentuk telur, dan kedalaman kantung udara. Faktor kualitas interior antaralain ketebalan kerabang, berat kerabang, dan kandungan nutrien telur. Karakteristik kimia telur secara keseluruhan meliputi kandungan air, abu, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (United States Departement of Agriculture, 2002). Persyaratan utama telur tetas yaitu telur dalam kondisi fertil dan berasal dari breeder. Menurut Cobb Vantress (2008) bila dilihat dengan mikroskop ciri telur fertil ditunjukkan pada Gambar 4.

Blastoderm

Gambar 4. Gambaran Telur Fertil

(7)

9 Standar kualitas telur tetas ayam lokal yang digunakan dalam penetasan ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan Tingkat Mutu Telur Tetas Ayam Lokal

No. Faktor Kualitas Standar

1. Fertilitas telur Fertil

2. Bobot telur (g) / butir Minimal 371

3. Indeks bentuk telur (%) 76-783

4. Ketebalan kerabang (mm) 0.322

5. Bentuk telur Oval1

6. Umur telur Maksimal 7 hari1

7. Suhu penyimpanan (°C) 22-251

Sumber : Kementrian Pertanian (2006)1 ; Pribadi (2000)2 ; Wardiny(2002)3.

Fumigasi Mesin Tetas dan Telur Tetas

Fumigasi dilakukan dengan menggunakan gas beracun untuk menghilangkan organisme yang dapat membunuh embrio atau menginfeksi anak ayam saat penetasan. Fumigasi juga dilakukan untuk menjaga telur atau perpindahan penyakit pada penetasan. Fumigasi mesin tetas menggunakan potassium permanganate dan formalin. Formalin dicampurkan kedalam potassium permanganate dan mesin tetas ditutup selama 30 menit. Mesin tetas dapat dijalankan 12-24 jam setelah dilakukan fumigasi. Fumigasi telur tetas juga dilakukan sebelum telur disusun di dalam mesin tetas (Oluyemi dan Roberts, 1979).

Inkubasi Telur Tetas

Faktor yang penting dalam inkubasi telur yaitu suhu dan kelembaban inkubator, ventilasi, posisi telur, peneropongan dan waktu inkubasi.

Suhu dan Kelembaban Inkubator

Suhu dan kelembaban relatif harus diatur selama inkubasi agar kehidupan embrio di dalam telur dapat dipertahankan pada tingkat optimal (Williamson dan Payne, 1993). Pembentukan embrio yang optimal terjadi saat suhu 37,2-39,4°C (Ensminger et.al.,2004). Suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan mortalitas embrio meningkat, sebaliknya suhu yang terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan

(8)

10 embrio dan telur tidak menetas. Suhu optimum perkembangan embrio berbeda pada masing-masing telur, hal ini dipengaruhi oleh ukuran telur, kualitas kulit telur, genetik (breed atau strain), umur telur saat dimasukkan dalam inkubator, kelembaban inkubasi (Mulyantini, 2010). Kelembaban udara relatif pada mesin tetas selama 18 hari pertama inkubasi harus sekitar 60%. Selama tiga hari terakhir atau periode penetasan kelembaban harus sekitar 70% (Ensminger et al, 2004).

Ventilasi

Ventilasi diperlukan untuk membersihkan mesin tetas dari ammonia dan bahan berbahaya yang dapat menyebabkan pembusukan pada telur setelah mesin tetas difumigasi (Oluyemi dan Robert, 1979).

Peneropongan Telur (Candling)

Peneropongan dapat dilakukan untuk mengetahui fertilitas dan kematian embrio. Telur yang tidak fertil dapat diketahui setelah 15-18 jam inkubasi. Pemeriksaan kedua dapat dilakukan setelah 14 sampai 16 hari inkubasi, embrio yang mati dapat dikeluarkan dari inkubator (Ensminger et al., 2004).

Posisi Telur

Penempatan telur pada mesin tetas memanjang sumbu horizontal atau vertikal. Bagian yang tumpul dari telur harus berada dibagian atas ketika telur diletakkan secara vertikal. Bagian tumpul tersebut terdapat banyak pori-pori kerabang yang memungkinkan lebih besar kehilangan uap air dan gas dibandingkan bagian lain pada kerabang (Ensminger et. al., 2004).

Waktu Inkubasi

Waktu inkubasi pada telur ayam yaitu 21 hari. Semakin besar ukuran telur maka waktu inkubasi yang diperlukan semakin lama, begitu juga dengan telur yang berukuran kecil membutuhkan waktu yang lebih cepat (Ensminger et al., 2004).

Daya Tetas

Keberhasilan penetasan telur biasanya ditentukan oleh persentase daya tetas telur (secara umum diatas 65% dari semua telur yang ditetaskan). Beberapa faktor yang mempengaruhi daya tetas telur diantaranya adalah:

(9)

11 Fertilitas

Fertilitas merupakan kemampuan untuk bereproduksi. Fertilitas dipengaruhi oleh jumlah betina yang dikawinkan dengan seekor jantan (sex ratio), umur ayam, lama waktu mulai ayam kawin sampai telur dikumpulkan untuk ditetaskan manajemen pemeliharaan pembibitan, pakan, dan musim (Ensminger et al., 2004).

Genetik

Closebreeding tanpa adanya seleksi pada ayam dapat menurunkan daya tetas karena adanya gen lethal (Ensminger et al., 2004). Crossbreeding menghasilkan daya tetas yang tinggi, hal itu dapat terlihat dari strain produksi, fertilitas, dan daya tetas telur yang lebih tinggi (Ensminger et al., 2004 ;Oluyemi dan Robert, 1979).

Nutrien

Kekurangan nutrien mungkin dapat menyebabkan mortalitas embrio yang tinggi atau menetasan anak ayam yang lemah (Williamson dan Payne, 1993).Telur harus mengandung semua nutrien yang dibutuhkan embrio. Induk harus mendapatkan rasio pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrien yang diperlukan untuk menyuplai nutrien yang diperlukan untuk perkembangan embrio (Ensminger et al., 2004). Kebutuhan umum yang harus tersedia dalam jumlah yang lebih banyak untuk menghasilkan telur tetas yang baik diantaranya adalah protein, karbohidrat, dan lemak (Funk dan Irwin, 1955). Kandungan pakan ayam lokal periode bertelur ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Nutrien Pakan Ayam Lokal Periode Bertelur

No Kandungan Nutrien Jumlah

1. Kadar air (KA) maksimal (%) 14

2. Energi metabolis (kkal/kg ransum) 2600

3. Protein kasar (PK) (%) 15

4. Kalsium (Ca) (%) 3,4

5. Phosphor (P) (%) 0,34

6. Serat kasar (SK) (%) Maksimal 5

(10)

12 Kebutuhan protein pakan unggas dipengaruhi oleh suhu lingkungan, umur, spesies atau bangsa atau strain, kandungan asam amino, dan kecernaan (Widodo, 2002). Kebutuhan kalsium lebih besar ketika unggas mulai memproduksi telur dibandingkan saat pertumbuhan, karena kalsium diperlukan untuk pembentukan kerabang telur (Mulyantini, 2010). Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan sumber pati yang terkandung dalam pakan. Pati adalah bagian dari karbohidrat yang mudah dicerna dan merupakan sumber energi utama bagi unggas (Sodak, 2011).

Penyakit

Pullorum disebabkan oleh Salmonella pullorum. Chronic Respiratory Desease (CRD) juga merupakan penyakit yang mempengaruhi daya tetas. Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum. Penyakit lain yang dapat mempengaruhi embrio secara langsung adalah Newcastle Disease dan infeksi bronchitis. Telur yang berasal dari induk yang terinfeksi penyakit ini pada umumnya tidak akan menetas dengan baik (Ensminger et al., 2004).

Seleksi telur

Karakteristik fisik telur biasanya berhubungan dengan daya tetas telur diantaranya ukuran telur, bentuk telur, kualitas kerabang, dan kualitas interior. Kualitas kerabang menunjukkan jumlah kalsium dan vitamin D yang dapat dimanfaatkan embrio untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang. Kualitas interior pada telur dapat dilakukan dengan cara candling dengan melihat perpindahan kuning telur (Ensminger et al., 2004).

Penanganan telur pada penetasan

Penanganan telur meliputi pengumpulan telur, kebersihan telur, sanitasi, pengaturan suhu dan kelembaban saat penetasan, posisi telur, serta pemutaran telur (Ensminger et al., 2004).

Pembentukan Awal Embrio

Pembentukan struktur embrio dimulai setelah fertilisasi dan dilanjutkan selama inkubasi (Ensminger et.al., 2004). Pada kondisi yang optimal, embrio berkembang secara normal dan menetas dalam waktu sekitar 21 hari (Yalcin dan

(11)

13 Siegel, 2003). Secara umum, semakin kecil unggas, semakin kecil telur, suhu tubuh tinggi, dan periode inkubasi yang pendek (Card dan Neishem, 1972).

Pembelahan sel terjadi tiga jam setelah fertilisasi atau ketika telur masuk ke dalam isthmus dari oviduct. Pembelahan kedua terjadi sekitar 20 menit kemudian (Funk dan Irwin, 1955). Pembelahan ketiga, tahap untuk membentuk 8 sel, biasanya terjadi di isthmus, dan pada saat telur masuk ke dalam uterus berlanjut ke tahap pembentukan 16 sel. Tahapan pembelahan berlanjut untuk kira-kira 256 sel dalam waktu 4 jam (Card dan Neishem, 1972). Hasil proses pembelahan pada saat telur tetap di oviduct yaitu terbentuknya sebuah lapisan. Lapisan yang terbentuk merupakan lapisan tunggal pertama dari sel, tetapi kemudian terdapat beberapa lapisan tebal. Akhirnya sel yang terdapat pada pusat blastoderm menjadi terpisah dari kuning telur untuk membentuk rongga, yang disebut blastocole. Blastoderm dipisahkan menjadi dua lapisan sel saat sebelum ditelurkan atau tidak lama setelahnya dengan proses gastrulasi (Card dan Neishem, 1972).

Proses gastrulasi merupakan proses pembentukan tiga lapis kecambah, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan pertama yaitu ektoderm, membentuk kulit, bulu, paruh, jari atau cakar, sistem saraf, lensa dan retina mata, serta lapisan pada mulut dan ekor. Lapisan kedua adalah endoderm, membentuk saluran pencernaan dan organ respirasi. Setelah inkubasi terbentuk lapisan ketiga yaitu mesoderm. Mesoderm membentuk tulang, otot, darah, organ reproduksi dan ekskresi. Pertumbuhan embrio paling besar terjadi setelah hari ketujuh pertumbuhan awal (Ensminger et.al., 2004). Gastrulasi dimulai dengan migrasi sel epiblas dan berkumpul di area pelucida yang terlihat sebagai sebuah penebalan. Penebalan ini memanjang di tengah area pelucida membentuk garis primitif. Perubahan struktur pertamakali setelah telur diinkubasi yaitu munculnya garis primitif (Card dan Neishem, 1972).

Sel-sel epiblas selanjutnya bergerak ke garis primitif (primitif streak) dan masuk ke blastosul. Sel-sel epiblas yang bermigrasi ke blastosul kontak dengan hipoblas dan menggantikan sel-sel hipoblas untuk membentuk lapisan endoderm. Migrasi epiblas terus berlanjut sehingga sel-sel di garis primitif masuk ke dalam blastosul, digantikan dengan sel lain sehingga garis primitif tetap konstan. Sel-sel epiblas yang masuk ke dalam blastosul bergerak ke kranial dan lateral diantara

(12)

14 epiblas dan endoderm membentuk mesoderm. Lapisan epiblas selanjutnya disebut ektoderm (Kardong, 2009).

Pertumbuhan sel-sel epiblas di anterior lebih cepat dibandingan di daerah posterior. Tahap ini garis primitif mencapai panjang maksimum (Card dan Neishem, 1972). Garis primitif selanjutnya regresi ke arah kaudal, notokorda yang terbentuk akan semakin panjang. Pada tahap inilah terjadinya proses neurulasi. Neurulasi merupakan proses pembentukan buluh syaraf dari lapis kecambah ektoderm Proses neurulasi diikuti oleh perkembangan struktur dasar tubuh. Proses ini dimulai dengan induksi notokorda pada lapis ektoderm sehingga membentuk lempeng syaraf. Lempeng syaraf melipat ke arah dorsal dan median yang kemudian akan menyatu sehingga membentuk buluh syaraf. Pemanjangan buluh saraf terus terjadi seiring bertambahnya umur embrio. Pada saat yang bersamaan, lapisan mesoderm membentuk lempeng-lempeng mesoderm yang disebut somite (Kardong, 2009).

Tulang Belakang (Somite)

Somitogenesis adalah proses pembagian sumbu anterior-posterior embrio vertebrata ke dalam unit-unit morfologi yang sama, dikenal sebagai somite. Somite terbentuk berpasangan dengan pembentukan pertama pada akhir tengkorak dari mesoderm paraxial, terus kaudal. Ritme produksi somite adalah karakteristik dari spesies pada suhu tertentu (Nurunnabi et al. 2010). Somite terbentuk dari presomitic mesoderm dan somite muncul untuk memberi pertumbuhan pada tulang belakang serta otot skeletal dari tubuh (Pourquie, 2004).

Somite yang terbentuk pertama kali umumnya yaitu bagian depan dan yang lainnya terbentuk kemudian (Marshall, 1960). Struktur yang pertama kali muncul pada embrio setelah telur ditelurkan adalah garis primitif (primitif streak). Pada telur yang telah diinkubasi sekitar 16 jam garis primitif sudah terbentuk sebagai sebuah garis lurus yang diapit oleh punggung yang membentang dari dalam area opaca ke pusat blastoderm. Tampak punggung embrio ayam padantahap garis primitif ditunjukkan pada Gambar 5.

(13)

15 Gambar 5. Tampak Punggung Embrio Ayam pada Tahap Garis Primitif (Sekitar 16

Jam Inkubasi) Sumber : Patten (1920)

Garis primitif terletak pada sumbu longitudinal embrio. Ujung yang berakhir pada area opaca adalah ujung posterior ekor. Ujung kepala dari garis primitif meluas untuk membentuk lubang primitif. Bagian depan lubang primitif, lipatan primitif kanan dan kiri bergabung pada garis tengah untuk membentuk simpul Hensen (Patten,1920).

Perkembangan Embrio Setelah 22-28, 33-36, dan 48 Jam Inkubasi

Radboud University Nijmegen (2011) menyatakan bahwa pembentukan somite setelah 24 jam inkubasi ditandai dengan empat sampai lima pasang somite. Struktur tersebut akan berdiferensiasi menjadi tulang belakang, tulang rusuk, bagian dari kulit dan otot punggung (Tabel 4). Tahap pembentukan somite setelah 33-36 jam inkubasi ditandai dengan terbentuknya 12 sampai 13 pasang somite (Tabel 4). Tahap ini juga ditandai dengan terbentuknya jantung berbentuk S yang menjorok kekanan dari embrio

Pada tahap perkembangan embrio setelah 48 jam inkubasi, embrio berbentuk C. Otak terbagi menjadi lima vesikula yaitu telencephalon dan diencephalon (keduanya terbentuk dengan pembelahan dari vesicle otak depan). Mesencephalon, metencephalon dan myencephalon (keduanya terbentuk dari pembelahan vesicle otak belakang). Jantung dibedakan menjadi empat bagian sinus venosus, terhubung dengan pembuluh darah, atrium, ventrikel berbentuk U dan cordis bulbus (Radboud University Nijmegen, 2011). Gambaran perkembangan embrio setelah 22-28, 33-36, dan 48 jam inkubasi ditunjukkan pada Tabel 4.

(14)

16 Tabel 4. Morfologi Embrio Ayam setelah 22-28, 33-36, dan 48 Jam Inkubasi

Tahap Perkembangan Gambar Keterangan

24 jam inkubasi 1= Area opaca,

2 = Area pelucida, 3 = Neural fold, 4 = head folding, 5 = Foregut, 6 = Neural groove, 7 = Somite, 8 = Chorda, 9 = unsegmented mesoderm, 10 = Hensen's node, 11 = Primitive streak

33 jam inkubasi 1 = Proamnion

2 = Prosencephalon, 3 = Mesencephalon, 4 = Rhombencephalon, 5 = Somite, 6 = Eye vesicle, 7 = Foregut, 8 = Chorda, 9 = Heart, 10 = Lateral mesoderm, 11 = Spine, 12 = Sinus rhomboidalis, 13 = Primitive streak, 14 = Blood islands.

(15)

17 Tabel 4. Morfologi Embrio Ayam setelah 22-28, 33-36, dan 48 Jam Inkubasi

(Lanjutan)

Tahap Perkembangan Gambar Keterangan

36 jam inkubasi 1 = Prosencephalon,

2 = Eye vesicle, 3 = Mesencephalon, 4 = Rhombencephalon, 5 = Heart, 6 = Lateral mesoderm, 7 = Somite, 8 = Spine, 9 = Sinus rhomboidalis, 10 = Primitive streak, 11 = Small blood vessel, 12 = Blood islands

48 Jam Inkubasi 1 = Amnion, 2 =Metencephalon,

3 =Mesencephalon, 4 = Optic cup + lens, 5 = Prosencephalon, 6 = Optic vesicle, 7 = Branchial arches, 8 = Atrium , 9 = Ventricle, 10 = Lateral fold, 11 = Lateral mesoderm, 12 = Vitelline arteria / vein, 13 = Somite,

14 = Spine, 15= Tail fold

Sumber : Radboud University Nijmegen (2011)

Perkembangan embrio dipengaruhi oleh perbedaan genetik pada dua strain yang berbeda. Perbedaan perkembangan somite pada dua ayam tersebut mungkin terjadi karena akumulasi dari kualitas telur, umur telur, perbedaan suhu telur saat

(16)

18 diletakkan di inkubator, dan ukuran masing-masing telur. Hasil penelitian Nurunnabi et al. (2010), terlihat bahwa perkembangan somite pada embrio ayam Local (deshi) Hen sangat cepat dibandingkan perkembangan somite pada embrio ayam tipe Plymouth Rock Hen. Hasil rataan jumlah pasangan somite pada dua jenis ayam tersebut ditunjukkan pada Tabel 5. menurut Nurunnabi et al. (2010) ditunjukkan pada Gambar 6.

Tabel 5. Rataan Jumlah Somite setelah (24, 36, dan 48 Jam) Inkubasi Waktu Inkubasi

(Jam) Local (deshi) Hen Plymouth Rock Hen

24 1,02 ± 0,34 0,86 ± 0,65

36 12,26 ± 2,14 10,24 ± 2,58

48 21,34 ± 2,57 18,62 ± 0,84

Sumber : Nurunnabi et al. (2010)

Gambar 6. Gambaran Perkembangan Somite Setelah 24, 36, dan 48 Jam Inkubasi

Keterangan : Lingkaran Merah Menunjukkan Somite; A = Perkembangan Somite Setelah 24 Jam Inkubasi; B = Perkembangan Somite Setelah 36 Jam Inkubasi; C = Perkembangan Somite Setelah 48 Jam Inkubasi

Pengaruh Penyimpanan Telur Tetas Sebelum diinkubasi terhadap Perkembangan Somite

Waktu penyimpanan telur sebelum diinkubasi berpengaruh tehadap pertumbuhan dan metabolisme embrio. Embrio dari telur yang disimpan dalam waktu lama sebelum inkubasi memiliki efek diantaranya, tidak terjadinya pertumbuhan embrio saat inkubasi atau pertumbuhan embrio yang lambat dibandingkan telur yang disimpan dalam waktu singkat, dan dapat terjadi keduanya (Fasenko, 2007). Penyimpanan telur sebelum inkubasi (umur telur) dapat mempengaruhi perkembangan tulang belakang pada embrio. Arora dan Kosin (1966)

(17)

19 melakukan penelitian terhadap telur tetas ayam White Leghorn dan kalkun dengan umur telur 0, 1, 3, 7, 10,14, 21, dan 28 hari. Inkubasi dilakukan pada suhu 37.5°C dengan kelembaban relatif 66%.

Berdasarkan hasil penelitian (Arora dan Kosin, 1966) diperoleh informasi bahwa perkembangan tulang belakang pada telur yang disimpan dalam waktu lama akan mengalami penundaaan atau lambat. Rataan jumlah somite yang diperoleh setelah 40 jam inkubasi pada telur tetas ayam White Leghorn umur telur 0, 7, dan 14 hari berturut-turut yaitu 11,8 ± 0,31 pasang somite, 7,8 ± 0,19 pasang somite, dan 5,2 ± 0,37 pasang somite. Penambahan waktu inkubasi pada telur yang telah mengalami penyimpanan selama 7 dan 14 hari yaitu 9 dan 12 jam.

Telur yang disimpan lebih dari 7 hari sebelum inkubasi akan menurunkan daya tetas dan kualitas anak ayam yang dihasilkan. Efek negatif tersebut terjadi karena penurunan daya hidup embrio serta peningkatan kematian sel (Reijrink, 2010). Penyimpanan telur dalam waktu yang lama mengakibatkan menipisnya kerabang telur, kerabang telur semakin porous dan lapisan kutikula akan berkurang (Pribadi, 2000). Kutikula merupakan pelindung dari penetrasi bakteri kedalam telur (Yuwanta, 2010).

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam Arab   Komponen  Kuning  Telur 1  Putih Telur1 Kerabang Telur1  Telur Utuh  (Ensminger et al., 2004) ------------------------------------(%  BK)-------------------------------------Kadar Air   23,52  87,91  -  65,5  Kada
Tabel 2. Persyaratan Tingkat Mutu Telur Tetas Ayam Lokal
Tabel 3. Kandungan Nutrien Pakan Ayam Lokal Periode Bertelur
Tabel 5. Rataan Jumlah  Somite setelah (24, 36, dan 48 Jam) Inkubasi   Waktu Inkubasi

Referensi

Dokumen terkait

Di Banjarmasin, istilah Dayak mulai digunakan dalam perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda tahun 1826, untuk menggantikan istilah Biaju Besar

Tetapi dari penuturan itu kiranya juga menjadi jelas bahwa al-Masjid al-Aqsha baru didirikan oleh Nabi Sulaiman, sekitar delapan abad setelah Nabi Ibrahim, sementara Ka’bah

Dan dari hasil penelitian di lapangan keberhasilan pencapaian tujuan program Jamsostek TK-LHK Sektor Informal Kota Semarang ini belum bisa dikatakan berhasil

[r]

Pupuk Organik bersubsidi (X 6 ) dengan nilai t hitung yang diperoleh adalah 4,755 dan lebih besar dari nilai t tabel dengan nilai signifikansi yang lebih kecil

Jumlah benih per lubang tanam yang tinggi pada petani pengguna benih padi tidak bersubsidi disebabkan oleh kekhawatiran petani akan serangan hama dan penyakit yang

Dimana Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta dapat membaur dengan peserta penyuluhan. Pendekatan Kelompok adalah suatu pendekatan dengan daya jangkau

Hasil penelitian memiliki dampak positif pada pengembangan pendekatan ilmiah berbasis multimedia interaktif pada subjek pendidikan kewarganegaraan karena hasil