• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAP AT P ANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERFILMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAP AT P ANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERFILMAN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAP AT

P ANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG Tahun Sidang Masa Persidangan RapatKe Jenis Rapat Sifat Hari/Tanggal W aktu Temp at Ketua Rapat Sekretaris Rapat Ac ara

Anggota Panitia Kerja yang hadir

PERFILMAN 1991/1992 III.

12

Rapat Kerja (Panitia Kerja) Tertutup

Rabu, 5 Pebruari 1992 Pukul, 09 .00 WIB

Wacanasabha-I Gedung MPR/DPR RI. Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. A. Hartono (Ketua Panitia Kerja) Toip Heriyanto, S.H.

Mem bahas masalah yang ili-Panja-kan 18 orang dari 18 orang Anggota

Pemerintah yang hadi.r DirekturJenderal Radio, Televisidan Film beserta Staf.

ANGGOTA PANI'IIA KERJA 1. A Hartono

2.

H. Imron Rosyadi, S.H. 3. Krissantono

4. Ors. H. Iman Soedarwo PS. 5. Marcel Beding

6. Ors. SabarKoembino 7. Ors. H. Abu Hasan Sazili M.

8. Ny. Endang Kusuma Inten Soeweno 9. Ir.H.T. Suriiansyah

(2)

10. Ors. H. Harun Rasyidi 11. Drs. Sutrisno R. 12. -Ors. Made Sudiartha 13. Soeardi

14. H.E. Kusnaedi

15. Ny. Hj. Aisyah Aminy, S.H. 16. H. Kem as Badaruddin 17. B.N. Marbun, S.H. 18.

Drs.

H Ukun Sucyaman.

KETUA RAPAT (A. HARTONO) :

Mengatakan bahwa sesuai dengan Pasal 59 Ayat (4) Ayat (1 ), Pasal 92 Ayat (2) dan Pasal 96 Ayat (2 ), · maka Rapat Panitia Kerja di buka secara resmi dan dinyatakan tertutup.

Ketua mengatakan bahwa sesuai dengan kesepakatan hari kemarin da1arn Rapat Pleno \Panitia Khusus, maka pada pagi hari ini dimanfaatkan untuk mengadakan Rapat Panitia Kerja, mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang diputuskan oleh Rapat Pleno Pani1ia Khusus untuk diselesaikan da1am Rapat Panitia Kerja pada hari ini.

Selanjutnya Ketua mengatakan bahwa: memrut catatan sampai dengan hari kemarin tetap 7 (tujuh) butir yang menjadi bebari Panitia Kerja dengan

tidak bermaksud. untuk diselesaikan pada hari ini, hanya untuk menyegarkan ingatan kita semua, adalah:

pertama, ke dua, ke tiga ke empat kelima, keenam ke tujuh

konsiderans menimbang huruf a, huruf b dan huruf d;

Pasal 1 lutir 4; ·

Pasal 2 lmu atau Pasal 5 lama;

Pasal 8 khusus yang berkaitan dengan usiil FABRI Ayat (5) baru waktu itu yang berkaitan dengan sebagai payung dalam upaya mencegah atau upaya mencegah atau menghindari adanya pemusatan kekuatan dari segala usaha perfihnan;

Pas al 13 Ayat (3 );

Pasal 15 dan yang terakhir; . Pasal 29.

Selanjutnya ketua mengatakan bahwa atas perkenan para anggota Panitia Kerja maupun pihak Pemerintah, maka akan lan~ung memulai dengan butir satu koosiderans menimbang huruf a, huruf b dan huruf d karena dari catatan yang ada pada J,'impinan dari Sekretariat adaloo sebagai berikut, untuk konsi-derans menimbang huruf_ a, huruf b dan huruf d_yang perlu mulai kita sele-saikan hari ini adalah pertama catatannya usulan dalam Daftar Inventarisasi Masalah dengan materi Rancangan Undang-undang secara prinsip tidak ada perbedaan artinya esensi-esensi atau materi-materi substansi-substansi dasar, empat Fraksi ctan Pemerintah dalam hal ini Rancangan Undang-undang

(3)

tidak ada perbedaan yang kontradiktif. Berikutnya pembahasan hunif a, huruf b oan huruf a merupakan satu kesatuan termasuk huruf c, namun huruf c sudah kita sepakati secara utuh. Berikutnya film dan perfilman mempunyai peran besar di dalam pengembangan budaya bangsa.dan pembangunan na· sional.

Catatan berikutnya adalah mengenai fungsi film juga tidak ada bedaan, catatan berikutnya usul F ABRI mengenai pencantuman kata per-lindungan dimasukkan dalam penjelasan, itu juga sudah disepakati,. dalam artian makna dan arti dari kata pembinaan included di dalamnya atau sudah tersirat pengertian perlindungan yang nanti akan dielaborasikan dalam pen• jelasan umum ten tu, karena ini konsiderans menimbang.

Catan berikutnya yang dibina dan dikembangkan adalah perf:tlman nasional, kemudian catatan terakhir adalah perlu sarana hukum dan kata ketahanan nasional yang menurut usulan dari FKP pada huruf d disepakati dan dimengerti, namun justru pada kesempatan irii perumusan menimbang a, b dan d akan coba kita ulas menjadi satu sehingga nanti secara m~tik

susunannya sesuai dengan penuntun pembentukan perundang-undangan dalam konsiderans menimbang ini adalah singkat, jelas tajam namun men· cakup substansi-substansi dasar yang paling tidak memberikan cerminan gambaran apa yang akan diatur di dalam batang tubuh Undang-undang itu sendiri.

Oleh karena itu pada kesempatan pagi hari ini, Ketua ingin menanya-kan apakah pihak .Pemerintah telah mempunyai konsep draft terhadap be-berapa catatan ini, sehingga ten tu saja pada huruf a dan huruf b ada perubah-an-perubahan yang akan berisi substansi-substansi atau catatan-catatan yang taai telah disebutkan, yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Kalau dari Pemerintah mungkin ada draftnya, mungkin akan kita tanggapi bersama sehingga dengan demikian akan bisa mempercepat proses pembahasan Panitia Kerja ini secara lugas.

Ketua mengucapkan terima kasih.

PEMERINTAH (DIREKTUR JENDERAL RADIO, TELEVISI DAN FILM/DRS. ALEX LEO ZULKARNAIN) :

Mengucapkan terima kasih dan mengatakan bahwa secara terus terang karena pihak Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film juga selalu ikut dalam rapat-rapat Panitia Khusus, maka Panitia Kerja dari pihak Pemerintah ini belum sempat merumuskan, oleh karena itu secara konkret untuk me-nampung usul-usul yang telah dikemukakan di dalam Panitia Khusus, dalam bentuk redaksional yang baru terns terang pihak Pemerintah belum sempat merumuskan.

Terima kasih.

(4)

.KETUA RAPAT:

Mengatakan baik dari Pemerintah, mungkin dari pengusul atau dari Fraksi-fraksi lain sudah mencoba merumus kesepakatan-kesepakatan secara substansi yang ada.

Ketua mempersilakan FKP.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) :

Mengatakan bahwa secara redaksional memang belum diiumuskan tapi kalau boleh di dalam konsiderans menimbang a, FKP ingin menggambarkan sebetulnya apa yang menjadi pola pikir dari FKP sehingga mungkin rumusan yang ke Iuar ini sebagaimana yang diusulkan, mengenai perumusan secara keseluruhan itu kita serahkan secara bersama, tapi pola pikirnya "a" bahwa mengapa FKP mencantumkan masalah kebudayaan, FKP memandang ini dengan berpijak pola pikir tentang pengembangan kebudayaan dari bangsa Indonesia, dari titik tolak tersebut yang mana bagi. kita kebudayaan itu sendiri merupakan konfigurasi tata pikir, pikiran, perbuatan dan hasil per-buatan daripada keseluruhan bahasa maka kita lihat apa sebetulnya peranan perfilman itu sendiri.

Perfilman di sini itu merupakan totalitas karena kita tidak berbicara hanya hasilnya saja film, tetapi sebagai satu kesatuan mulai dari proses se-belumnya, yaitu mulai dari persiapan skenario, pekerjaan-pekerjaan di dalam pembuatan film itu 'sendiri secara keseluruhan itu semuanya mempunyai pengaruh yang akan memberikan akibat terhadap perkembangan kebudaya-an.

Jadi pola pikir dari FKP sebetulnya adalah itu kenapa kita mencantum-kan rumusan yang disampaimencantum-kan oleh FKP, dan bagaimana nanti kita menang-kapnya, merumuskan sesuatu kesatuan yang utuh sebagaimana Saudara Pimpinan sampaikan.

F ABRI (DRS. MADE SUDIARTHA) : Saudara Pimpinan yang saya hormati.

Anggota Panitia Kerja yang saya hormati pula.

Saya sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Pimpinan Rapat di dalam rangka kita membicarakan konsiderans menimbang, di mana kalau kita teliti kembali rumusan huruf a, huruf b, huruc, dan huruf d ini merupa-kan satu kesatuan. Di mana huruf c sudah kita sepakati merupamerupa-kan bagian dari pada kesatuan itu, di dalam kesatuan berpikir ini kalau kita rinci bahwa butir a ini adalah merupakan suatu konsep berpikir daripada Pemerintah dalam hal ini menyangkut apa film itu.

Kemudian di sana dijelaskan juga mengenai peran dari film itu sedang-kan mengenai butir b saya rasa ini asedang-kan menyangkut mengenai aturan pem-binaan masyarakat film. Sedangkan mengenai yang keempat d itu adalah perlu ada Undang-undang, jadi kalau kita melihat kerangka berpikir daripada

(5)

Pemerintah memang dari keadaan yang umum sampai yang final. Oleh karena itu yang kita persoalkan sekarang adalah, kalau menurut F ABRI sesuai dengan usulan C1ari FKP yang menyangkut mengenai ketahanan nasional di dalam butir ct kalau kita kembalikan kepada rumusan daripada huruf a, di sana sudah jelas bahwa peranan film itu dalam kesatuan bangsa dan pembangunan. Dalam pembangunan itu sendiri sudah masuk di dalamnya ada Yayasan Nusantara ada juga ketahanan nasional.

Jadi berdasarkan atas pola berpikir itu mungkin nanti FKP dengan usulan terhadap pencantuman daripada ketahanan Nasional ini tidak terlepas dari rumusan huruf a itu, bahwa di dalam kesatuan bangsa pengembangan kesatu-an bkesatu-angsa dkesatu-an. pembkesatu-angunkesatu-an. Dengkesatu-an sendirinya di dalam pembkesatu-angunkesatu-an itu sendiri ada menyangkut mengenai tidak saja dasar-dasar pembangunan, tu-juan pembangunan ·dan juga ada masalah mengenai ketahanan nasional dan wawasan nasional

Dengan demikian rumusan daripada b ifu yang ditekankan di sana ada-lah perlunya ada undang-undang sehingga ·nanti apa yang dimaksudkan oleh FKP itu nanti bisa diteliti lagi di dalam rumusan Pasal-pasal yang ada. Dengan sendirinya bukan maksud kami untuk menghilangkan penghayatan, ini hanya masalah redaksional saja sehingga maksud dan tujuan daripada FKP itu sudah dapat ditampung di dalam butir a, sehingga dengan demikian kita hanya bisa rnernikitkan mengenai butir a saj a.

FPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, S.H.):

Apa yang dikernukakan oleh FKP, seIJerulnya sudah kita dengar pada waktu Panitia Khusus yang lalu. Barangkali kita perlu lebih jelas dalam meru-rnuskan ini seperti dalarn ayat a ini, ini peranan film yang akan dikaji bvkan peranan dari budaya atau kebudayaan.

Kalau kita lihat rurnusan baru FKP bahwa dalarn rangka memajukan ke-budayaan bangsa, jadi keke-budayaan yang menjami subjek padahal subjeknya yang kita bahas sekarang adalah film itu. Ini barangkali yang perlu kita per-samakan dulu, yang mau kita bicarakan filmnyakah atau kebudayaannya. Menurut pendapat kami, film itu memang adalah sebagai salah satu kegiatan budaya tetapi yang kita bahas sekarang ialah film itu dalam rangka untuk me-ningkatkan.kebudayaan nasional dalam kerangka yang lebih luas ialah pemba-ngunan Indonesia, yang peranannya itu di sini dijelaskan mempunyai pe-ranan yang besar. Oleh karena mempunyai pepe-ranan yang besar maka dia perlu mernpunyai perangkat untuk dapat I>t:nar-benar menuju tujuannya, ini barang-kali yang perlu kita samakan lebih dahulu Saudara Ketua kalau kita tidak sama persepsinya tentang apa yang dibahas kita ialu susah menyebutkan kalimat yang tepat, itu yang kami usulkan Saudara Ketua.

Terima kasih.

(6)

FPDI (B.N. MARBUN, S.H.): Terima kasih Saudara Ketua;

Peserta Panitia Kerj a yang saya hormati;

Sebetulnya kita sudah panjang membicarakan soal ini, bagaimana kalau kita bikin usaha kombinasi yang baik bagi kami rumusan dari F ABRI ini sete-lah kami menarik audio visual dari usulan kami sudah cukup baik kecuali baris ketiga yaitu: Film sebagai salah satu media komunikasi massa dengar pandang mempunyai peranan yang besar artinya pada, kata pada bagi kami dari segi

bahasa lebih tepat bagi. Bagi pengembangan budaya bangsa dalam pem-bangunan nasional, hanya itu saja kalau soal rasa, kami rasa selama fungsional tercapai kita bukan mau menang sendiri di sini tetapi mencari yang terbaik.

KETUARAPAT: Baik terima kasih;

Jadi setelah secara singkat kami dengarkan tadi baik dari Pemerintah kemudian 4 Fraksi sera kita kembali kepada catatan-catatan yang menjadi kesepakatan kita bersama, maka kiranya kalau.dapat saya rangkum sementa-ra, pada butir a ini yang menjadi masalah adalah masalah film dan perfilman. Sebetulnya tidak.ada yang salah dan tidak ada yang keliru, mari kita dekatkan kita kombinasikan bahwa kedua-duanya ini secara substansional .akan ada di dalam sumtansi butir a.

Kemudian yang kedua, sebetulnya semua menyadari justeru film dan per-:filman inilah sehlgai sarana dalam rangka pengembangan budaya bangsa. Yang ketiga, juga semua sadar bahwa pengembangan budaya bangsa ini adalah juga : di dalam upaya pembangunan nasional adalah rnembangun nasional secara keseluruhan. Yang kalau kita ingat muara akhir dari pernbangunan nasional ' adalah pernbangunan manusia Indonesia seutuhnya yang di dalamnya juga ; terkandung nilai-nilai budaya bangsa.

Kita juga semua sepakat dan sadar bahwa pembangunan nasional dan ke-tahanan nasional ini bagaikan lingkaran yang tidak putus, pembangunan bang-sa untuk ketahanan nasional adanya ketahanan nasional yang meningkat

jus-ttU untuk memperlancar pembangunan bangsa, ini saya kira juga berputar. Kemudian ada satu yang mungkin tidak disinggung adalah sesuai dengan kon-sep Rancangan Undang-undang di sana disebutkan media kornunikasi dengar pandang. Sebetulnya yang ada di Garis-garis Besar Haluan Negara di sektor komunikasi, pers dan komunikasi sosial, di sana memang film sebaga.f media penera.'lgan dan pada butir sebelumnya disebutkan bahwa penerangan terrna-suk film sebagai wahana komlDlikasi massa.

Jadi kalau kita pula!'-putar sebenamya konkritnya di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1988 yang ada di meja saya ini, film adalah merupakan komunikasi massa, sarana kornunikasi rnassa, rnernang tidak ada istilah den gar pandang. Jadi butir-butir ini sebenamya semuanya sudah kita sepakati, kalau

(7)

saya lemparkan saran dari pimpinan adalah bahwa Film dan Perfilman marl kita. rumuskan. Artinya substa.nsi yang berperan ini dalam pengembangan budaya bangsa ini adalah pada dasamya film, namun film tidak bisa lepas dari proses perfilman. Karena mungkin di dalam aspek makna arti peran di dalam pembangunan nasional ini tidak hanya film tetapi juga proses perfilmann)'.'a.

Dengan demikian film perfilman, marl kita rumuskan peranannya di da-lam pengembangan budaya bangsa yang pada dasamya adalah unsur film dan peran di dafam pembangunan nasional pada dasamya seluruh proses perfilman yang pembangunan nasional ini juga merupakan sarana secara tidak langsung atau berkaitan dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional. Kalau ditam-bah satu butir lagi sebagai pengamalan Pancasila memang ini sebetulnya sudah ada di dalam pengertian-pengertian tersebut.

Dengan demikian apabila alur pikir yang kita sepakati dan persamaan persepsi ini ada, maka nanti kita rumuskan lagi di dalam butlr a sehingga ru-musan tersebut akan memuat ke lima substansi dasar tadi. Jadi saya ulangi bahwa rumusan dasar pada butir a adalah pada dasamya menurut Pak Imron yang sudah sangat pengalaman di dalammembuat undang-undang, pada dasar-nya pada konsiderans menimbang ini research dari keseluruhan diadakandasar-nya undang-undang ini. Jadi kalau kita lihat terjemahannya, apa yang dicapai saya kira tadi sudah termasuk. Jadi film dan perfilman itu sendiri sebagai media kominikasi massa berperan di dalam _pengembangan budaya bangsa berperan di dalam pembangunan nasional dan sekaligus ketahanan nasional, ini tidak bisa dipisahkan.

J adi ada 5 substansi dasar yang pada dasamya kita semua sudah sepa-kat, untuk ini saya ulangi

lagi,

mulai dari FKP.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZlLI M.) :

Saya ingin menangkap esensinya kedua dari hal itu, mungkin saya ada· usuJan rumusan konkret saya tidak tahu nanti bisa kita lengkapi bagaimana perbaikannya. Tetapi itu menurut yang kami coba coret-coret. bahwa per-filman dan film mempunyai peranan yang penting dalam pengem bangan budaya!bangsa dalam pembangunan nasional,jadi mungkin dua kali dalamnya tetapi intinya kira-kira begitu. Bahwa perfilman dan

film

mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan budaya.bangsa bagi pembangunan nasio-nal

KETUA RAP AT :

Secara langsung bagaimana dengan Ketahanan Nasional yang diminta did.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.):

Tadinya menurut pikiran kita itu ada did, tetapi kalau menurut FABRI ta.di minyatakan bahwa ini dalam a itu bisa dilengkapi dengan Ketah_anan

(8)

sional, jadi untuk meningkatkan Ketahanan Nasional bisa ditambahkan nanti bagaimana rumusannya.

PEMERINTAH (DIREKTUR JENDERAL RADIO, TELEVISI DAN FILM/DRS. ALEX LEO ZULKARNAIN) :

Saudara Ketua apa boleh interupsi sebentar ?

Kami mohon rnaaf kemooli sedikit kepada pengantar.daripada Saudara Ketua, dengan pertanyaan yang pertarna ta.Pi apakah Pemerintah sudah siap dengan rumusan· baru munekin satu pertanyaan kecil, bagairnana sebetulnya mekanisme daripada pekerjaan Panitia Kerja ini? ~akah Pemerintah haru!I merumuskan dari kesemua usul Fraksi tersebut? Kemudian baru kita lempar-kan kembali ataukah umpamanya Pemerintah mendengar rum usan daripada keempat Fraksi mungkin dilakukan oleh Sekretariat Panitia Khusus dan mem-bandingkan dengan Rancangan Undang-undang.

Itulah sebabnya tadi saya agak kaget ditanya begitu, memang Pemerintah belum siap karena bagi Pemerintah sebetulnya sulit untuk mana yang harus

diambi~ tetapi kalau seandainya mekani.Smenya itu kita tentukan rumusan daripada Panitia Khusus nanti kita sandingkan dengan perumusan daripada Rancangan Undang-undang.

KETUA RAPAT:

Terirna kasih Pak Alex, dari Pemerintah ;

Secara jujur kita sampaikan 00.hwa berdasarkan pengalaman pembua.tan Undang-undang bahwa setiap basil pemoohasan setiap hari memang dibua.t oleh Pemerintah kem·udian di print baru dan setiap catatan kesepakatan se-perti tadi substmsi dasar, karena ini datangnya Rancangan Undang-undang dari Pemerintah memang selama ini yang terjadi di Rancangan Undang-undang lain Pemerintah segera mengajukan usulan-usulan draft baru berdasarkan ke-sepakatan-kesepakatan di dalam pemooha.San. Di sini memang sudah kebiasa-an ykebiasa-ang selalu sudah berjalkebiasa-an.

Jadi secara konkretnya memang kita sangat mengharapkan baik \ pasal pasal yang sudah disetujui maupun disetujui secara 100% tidak berubah Ran-cangan Undang-undang maupun persetujuan oleh sidang pleno Panitia Khu-sus karena perubahan-perubahan redaksional kecil. Misalnya kemarin ada 1 pa-sal yang hanya ditamooh dan penayangannya maupun dan ditayangkannya ini seyogyanya memang segera ditranskrip lagi sehingga kita masing-masing tidak kehilangan notes tersebut, kemudian hal-hal yang dipending maupun me:rijadi Tim Perumus itu nanti juga demikian sehingga setiap kita memasuki, karena ini Rancangan Undang-undang datang dari Pemerintah, biasanya pihak Peme-rintah kita sangat harapkan untuk sudah mengajukan draft baru berdasarkan· kesepakatan-kesepakatan di dalam rapat pleno Panitia Khusus. Ini memang

(9)

yang suaah berjalan narnun dernikian ini rnernang belurn waktunya Panitia Kerja, jadi rnernang .Kita rnenyadari bah wa mungkin rnasih di dalam pem-bahasan-pernbahasan bersama.

PEMERINTAH (DIREKTUR JENDERAL RADIO, TELEVISI DAN FILM/DRS. ALEX LEO ZULKARNAIN) :

Terima kasih Saudara Ketua.

Jadi dengan demikian ini suatu warning bagi kami untuk pada Panitia ·Kerja berikutnya karni akan menyiapkan diri untuk mencoba merumuskan

cta-n kemudian membawakan sesuatu kalau demikian halnya. Baik terima kasih.

FPDI (B.N. MARBUN, S.H.): Terima kasih Saudara Pimpinan.

Saya bukan mau membela Pemerintah atau Pak Alex di sini, jadi catatan dari Pemerintah itu juga bertahan bahwa yang terbaik tidak apa istilah yang pertama itu, ini tidak harus merubah kalau yakin itu terbaik yah terus, me-mang kalau ada setelah mendengar yang lain itu menjadi lebih baik yah di-rumuskan, jadi kami bukan mau membela, tapi praktisnya begitu.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) :

Mungkin saya perbaiki rumusan ini, bahwa perfilman dan film mem-punyai peranan yang penting bagi pengembangan budaya bangsa guna me-ningkatkan ketahanan nasional dalam pernbangunan nasional.

Terirna kasih Saudara Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Dari FKP saya baca bahwa perfilman dan film mempunyai peranan yang penting bagi pengembangan budaya bangsa guna meningkatkan ketahanan nasional dalam pembangunan nasional.

Jadi initial draft yang tadi saya sebutkan, ada lima butir yang menjadi kesepakatan atau catatan-catatan di meja kami pertarna film dan perfilman tidak dapat dipisahkan, dan sekarang perfilmannya dulu apakah fil~nya, nah ini perlu pertimbangan. Kemudian film sebagai media komunikasi massa, ini bisa saja nanti dipenjelasannya atau mernang di sana-sini, kemu'd}an yang ketiga memiliki peran yang besar dalam pengembangan budaya bangsa, kemudian berperan di dalarn pembangunan nasional dan demi peningkatan ketahanan nasional, diambil dari butir b.

(10)

- -

-Sementara FKP menstranporrnil 5 butir substansi tadi ke dalam rumusan demikian.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) :

Kalau saya tidak salah ingat memang pada saat kita berbicara mengenai m1, Menteri Penerangan itu menangkap dan memang menginginkan adanya kata-kata dalam pengamalan Pancasila, jadi memang pada saat itu memang Jitangkap baik oleh Menteri Penerangan, bahwa keseluruhannya itu di dalam rangka pengamalan Pancasila, nah mungkin bisa ditambahkan saya tidak tahu bagaimana rumusannya.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Coba ditulis saja, sebagai pengamalan Pancasila, biar kita koreksi lang-sung saja supaya tidak berpanjang lebar.

FPDI (B.N. MARBUN, S.H.)

Kami tadi mengusulkan untuk tapi tidak ada yang menanggapi begitu, yaitu bahwa kami mendukung karena apa hanya mengganti pada menjadi bagus tadi, apa kami tidak dianggap ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Marbun dari FPDI.

Saya masih ingat jelas, karena usul F ABRI namun kami tadi melernpar-kan yang semula berdasarmelernpar-kan kesepakatan catatan 5 butir yang menjadi kesepakatan coba dirumuskan oleh rekan dari FKP, dengan demikian seka-rang ini, ada 2 persi rumusan. Pertama rumusan tetap dari usul FPDI tadi dengan menyempurnakan sedikit dari usulan FABRI pada butir a, sedang dari FKP sekarang, mencoba merumuskan 5 butir kesepakatan substansi yang harus termuat dalam butir a sebagai berikut, mari kita kawinkan. "coba yang a F ABRI aituliskan, Bapak dan Ibu sekalian, anggota Panitia Kerja dan Pemerintah selesai dengan wira wiri bagaimana kalau kami break saja 20 menit untuk mendekatkan kira-kira secara konkrit mau dirumuskan demikian apa mungkin mau di, kami hanya.

Silakan.

FPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, S.H.):

Saya hanya bertanya Saudara Ketua, karena judul Rancangan Undang-undang ini perfilman, apakah memang harus kata perfilman itu rnasuk dalam menimbang. Menurut pendapat saya tidak perlu, pengalaman juga se

(11)

bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai-- bagai--

- --

-contoh, pada waktu kita membahas Undang-undang tentang Kejaksaan, itu tidak dimulai dengan Kejaksaan itu, dalam pembaharuan hukum itu yang pen ting kita sekarang ini mau mencapai apa, jadi film itu kan yang kita harap-kan film itu nanti aharap-kan menjadi wahana dalam pembangunan nasional itu intinya. Kenapa, karena film itu kalau tidak diatur, dia sebagai media komu-nikasi massa punya penganih besar kalau dia tidak diatur ini bisa berbahaya, karena itu intinya saya kira. Sebab kalau kita harus kalimat perfilman di-depannya dan segala macam apa kita tidak jadi susah nanti dalam rumusan-nya, saya hanya ingin bertanya itu saja.

KETUA RAPAT : Terima kasih.

Dari FPP jadi tadi sebetulnya karni mencoba sudah memberikan rang-kuman, jadi film dan perfilman tidak bisa dipisahkan, film pada dasarnya itulah yang berfungsi dalam rangka pengembangan budaya bangsa. Bukan usaha-usaha produksi dan lain sebagainya, tapi filmnya tadi. Namun proses keseluruhan itu yaitu perfilman, karena misalnya masalah usaha dan sebagai-nya itu kaitansebagai-nya di dalam pembangunan nasional, nah inilah yang sebetul-nya, substansi dasar yang akan kita muat nah memang menurut Ibu tadi muatnya ini film, sudah tersirat mungkin seperti halnya makna dari rumusan Rancangan Undang-undang yang kemungkinan mungkin bisa dijelaskan di rialam lebih lanjut di dalam pembahasan. Namun idealnya ini mau diisi secara penuh, jadi tadi ada perfihnan dulu dan film, nah kalau misalnya yang kami coba tangkap maknanya ini menjadi kesepakatan, tentu tidak akan bergoyang pada rumusannya.

Sekarang yang berperan di dalam pembangunan nasional mungkin film dan perfilmannya, namun kalau kita berbicara yang berperan di dalam pe-ngembangan budaya bangsa pada dasamya filmnya. Nah ini a,da dua ma.Ima yang mungkin perlu kita, perlu kita tangkap, jadi kalau memang rumusan dari Rancangan Undang-undang ini, seperti Ibu tadi katakan film se bagai komunikasi massa, itulah yang sangat besar pengaruhnya dalam pengembang-an budaya bpengembang-angsa. Namun ini memerlukpengembang-an proses bagipengembang-an proses perfilmpengembang-an, perfilman karena ada usaha nilai ekonomi, ada segala kegiatan lain-lain, yang masuk dalam fungsi pembangunan nasional. Nah inilah sebetulnya makna ini mari kita coba rumuskan secara singkat; padat tentu karena ini konsi-derans, sehingga Daftar Inventarisasi Masalah atau akuesis ini akan tercer-min di aalam kalimat yang pendek ini.

Silakan Ibu.

FPP (NY. HJ. AISY AH AMINY, S.H.):

Persis apa yang dikemukakan dan Pimpinan kemukakan, dan memang film dan perfilman itu tidak bisa dipisahkan, tetapi tidak berarti setiap kita membaca film harus ada perfilman. Buktinya bahwa perfilman dan film itu 477

(12)

tidak bisa dipisahkan maka perfilman itu yang diatur dalam Undang-undang ini yang terbesar kita tidak mengatur film itu harus ceritanya begini-begini tidak, kita tidak mengatur film sebagai komuditi film, tetapi perfilman itu, tetapi produk akhirnya itu film, yang inginnya mempunyai pengaruh besar. Karena dia tidak bisa dipisahkan maka sebahagian besar boleh dikatakan isinya nanti adalah mengatur perfilman itu, bukan filmnya. Tetapi sekali lagi kalau ujung tombaknya film, itu yang mempengaruhi kepada kehidupan bangsa., maka itu yang kita harus rumuskan secara jelas.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih, Pak Alex sudah, silakan.

PEMERINTAH (DIRE.KTUR JENDERAL RADIO, TELEVISI DAN FILM/DRS. ALEX LEO ZULKARNAIN) :

Terima kasih.

Saudara Ketua, dan anggota Panitia Kerja yang saya hormati, di dalam seksi pemikiran Pemerintah pada waktu merumuskan ini yang berperan di dalam perfilrnan itu adalah filrnnya sendiri, ini yang merupakan media ko-rnunikasi massa yang bisa diberi bobot, seandainya pun perfilman tersebut yang dalarn Rancangan Undang-undang dirumuskan sebagai suatu proses, proses itu adalah sebagai suatu upaya saja untuk mengaitkan film, tapi film inilah yang menjadi inti daripada permasalahan kita. Dan untuk itulah di-perlukan suatu Undang-undailg untuk mengatumya. Jadi pada hemat Pe-merintan apa yang tertera dalam Rancangan Undang-undang ini sudah me-rupakan semacarn grand daripada permasalahan film itu sendiri, seandainya-pun akan ditegaskan pada muaranya yang terakhir ketahanan nasional, yah rnungkin, kalau kita setuju setelah budaya bangsa. pembangunan nasional dan ditambahkan sebagai muaranya, sebagai peningkatan ketahanan nasional. Kembali kepada eksensi berpikir dari pada perumusan Undang-undang ini ialah bahwa perfilman itu hanyalah sebagai suatu proses, sebagaimana diwaktu-waktu yang Ialu pada saat kita belum mempunyai Iaboratotjum, belurn mempunyai fasilitas pembuatan film sendiri, kita bisa rnelakukannya di luar negeri, tetapi film itu sendiri ala street, maaf daripada Indonesia setelah menjadi film.

Jadi oleh karena itu saya juga ingat kata-kata Pak Marbun sebagai kom-plernen pada saya sendiri, bahwa kita memasalahkan beras bukan perberasan, s,aya kira begitu. Pada dasamya seandainya bisa diterima, Pemerintah ingin mempertahankan terlebih dahulu filmnya yang didahulukan bukan perfilman-nya.

(13)

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Terima kasih.

Mohon maaf Pemerin tah maupun dari FPP, mungkin kita berbeda pandangan, kami ingin kembali mengingatkan kesepakatan-kesepakatan efeknya yang telah kita sepakati, kami berpegang pada itu. Kemudian yang kedua kami masih menganggap bahwa film itu bukan sekedar proses, tetapi se-bagai suatu totaliter, tidak hanya sese-bagai suatu proses, karena banyak ter-gantung masalah-masalah di situ. Mengenai masalah perekonomiannya me-ngenai masalah jasa teknis, meme-ngenai keutuhan bukan hanya sekedar proses, oleh karena itu maka apa Saudara Ketua Panitia Kerja sampaikan bahwa perfilman itu juga mempunyai pengaruh terhadap pembangunan nasional, bukan hanya sekedar filmnya saja, mungkin titik tolak kita berbeda, jadi FKP berpendapat demikian.

Terima kasih.

FPDI (DRS. UK.UN SURY AMAN) : Terima kasih Saudara Ketua.

Kami sependapat dengan FPP bahwa adanya judul Rancangan Undang-undang tentang Prfilman harus dimulai dengan perfilman, akan tetapi yang terpenting adalah penempatannya di mana film di mana perfilman. Sebagai-. mana tercantum dalam Rancangan Undang-uridang ini memang sudah tepat

sebagai salah satu media pengkata adalah ftlm bukan perfilman. Bahwa perfilman juga disinggung memang terdapat di dalam butir b, butir c, dan butir d, jadi tidak ada masalah kalau memang ini disesuaikan dengan juduL tapi tadi kami katakan tidak mutlak harus dimulai dengan peruraian tentang perfilman.

Jadi dalam hal ini kamipun sependapat dengan apa yang dijelaskan deh Pemerintah.

KETUA RAPAT:

Terima kasih dari FPDI, biasanya memang, sekarangisudah ada pendekat-an masalah ketahpendekat-anpendekat-an nasional, pengarnalpendekat-an Ppendekat-ancasila, tinggal masalah film dan perftlman memang.

Silakan FPDI.

FPDI (B.N. MARBUN, S.H.) :

Kami dalam mengkaitkan Ketahanan Nasional dan Pancasila di sini keberatan, ada film yang berciuman segala macam itu, pada Ketahanan Nasional atau Ketahanan Pancasilaitu tidak ada hubungannya.

(14)

KETUA RAPAT:

Baik jacli saya hanya mengulangi dari FPDI bahwa point-point yang sudah mertjadi kesepakatan, jadi tadi ada saya sebutkan lagi 5 point yang menjacli kesepakatan. Saya menangkap kesepakatan 5 point ini yang menjadi lesis dari Undang-undang tentang Perfilman ini kita adakan itu, akan kita rumuskan secara singkat jelas di dalam konsideran menirnbang a, apa ke 5

point ini kita bunyikan semua. Nah tentu di sinilah permasalahannya. Jadi namun 5 point ini tadi termasuk sebetulnya masalah ketahanan nasiona~ karena supaya alur pemikiran kita ini menjadi kerucut terbalik, karena kalau kita berbicara pembangunan nasional itu yah kita bicara pengamalan Panca-sila, kita bicara juga ketahanan nasional, tidak bisa itu dipisahkan, tetapi'ai>a-kah akan kita tulis semua, inilah justru menjadi pekerjaan kita. Jadi kami mohon, 5 butir kesepakatan di dalam substansi itu sudah kita sepakati. Per-masalahannya sekarang tadi kami coba kami uraikan satu-satu, sekarang masalah film dan perfilrnan.

Pemerintah, 3 fraksi beranggapan bahwa film itu sudah implisit di dalam-nya perfilman, sebab memang FKP juga benar kalau kita bicara film yah tidak ftlm sinoloit itu, tapi ada proses di dalamnya, yah ada artisnya, ada orang-nya, ada produserorang-nya, ada laboratoirumorang-nya, ada gedung bia;koporang-nya, itulah suatu proses. Jadi ini tidak bisa dipisahkan, ini butirr pertama. Sekarang perurnusannya temyata kita belum ketemu, jadi satu pihak ingin perfilman juga in atau masuk, tapi beberapa pihak tidak perlu karena sudah implisit di dalamny a.

Sekarang ini saja yang; perlu kita ketatkan, nanti baru pendekatan ke-2, jacli sekarang kalau boleh saya simpulkan, tinggal 2 usul, rnasalah perbedaan, rnasalah film clan perfilman dan masalah 3 kata-kata, pembangunan- nasiorial, pengamalan Pancasila dan ketahanan nasional.

Seilakan F ABRI.

F ABRI (DRS. MADE SUDIARTHA) :

Saudara Pimpinan, saya sependapat memang film dan perfilman tidak bisa dipisahkan, tetapi di dalarn konsideran rnenimbang ini itukan dirumuskan di dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, dan yang huruf a ini i1u ada-lah mengenai film, kalau alasan dia rnempunyai. peranan yang sangat besar di dalam pengern bangan budaya bangsa dan pem bangunan, konsekwensi dari pada maka proses pembuatannya ini hams, nah itu pada butir b, di sana di dalam huruf b, oleh karena itu perlu diatur mengenai perfilmannya itu tertib.

Pengembangan dan pembinaan perfilman itu perlu akan diatur dengan dasar hukum, kalau melihat kerangka berpikir ini saya rasa ini alurnya sudah tidak cocok, jadi bukan berarti bahwa tidak dipisahkan memang

(15)

perumusan-nya bisa dipisahkan. Tapi pengertianperumusan-nya itu sendiri tidak bisa dipisahkan, antara film dan perftlman. Tapi bisa kita lihat di dalam urut berpikirnya daripada Pemerintah dan juga F ABRI itu nan ti perfilman itu bisa dirumuskan di butir b, baik mengenai pembinaannya, maupun pengembangannya, justru itu yang penting. Supaya nanti dalam pembinaan pengembangannya dan pembinaan perfilman ini supaya sesuai dengan butir a ini, yaitu peranan daripada film ini di dalam pembangunan dan pengembangan bangsa. Jadi dengan demikian bahwa apa yang diusulkan oleh FKP itu kalau dicanturn.kan di sana kurang tepat.

Jadi kami menyarankan kiranya nanti apa yang dikandung di dalam pengertian perfilman itu bisa dirumuskan di dalam butir b,

KETUA RAPAT: Terima kasih FABRI.

Jadi ini terus terang say a: mencoba menghimpun 20 Rancangan Undang-undang yang sedang dibahas dan sudah dibahas, bukan mau menjjplak hanya sebagai bahan pertimbangan mungkin rumusan ini kalau kita balik supaya kita tidak tercenung pada film dan perfilmannya ini ada delapan tadi saya buka misalnya dirnulai dengan pembanggunan nasional jadi kita tidak, ke-lihatannya karena kita sudah semakin tajam dan 1 semakin, konkrit ada 2

perbedaan dari pandangan FKP satu pihak, ketiga Fraksi dan Pemerintah lain pihak yang berkaitan dengan film dan perfilman, semua mengerti tapi rumusannya belum sepakat. Kedua adalah pembangunan nasional; pengamalan Pancasila dan ketahanan nasional ini tidak · bisa dipisahkan, apa mau tiga-tiganya disebut, apa dua, apa satu ini belum sepakat. Saya kira tinggal 2, saya rasa walaupun diputar mungkin kira-kira sama bagaimanna kalau saya sarankan kita mojok sebentar, apa mungkin masih ada mojok supaya sebab saya kira bagaimana dua ini, semua mengerti cuma bagaimana transkripsi dalam perumusan sehingga menjadi semua orang mengerti makna dari pe-rumusan tersebut.

Silakan.

FABRI (SOEARDI):

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Sidang Panitia Kerja yang kami hormati, jadi kalau kita lihat pukul 10.00 lewat I 0 menit kita sudah bertukar pikiran selama 1 jam kurang lebih, maka sebelm:n kita mojok, kami ingin mengemukakan, pandangan dan saran atau bekal untuk warung pojok itu nan ti. Pada waktu yang lalu kita sudah membahas berbagai Daftar Inventarisasi Masalah yang kita sandingkan di dalam Daftar Inventarisasi Masalah, dan itu sudah lewat dan hasilnya merupa-kan butir-butir yang dirangkum di dalam rekapitulasi ini yang sudah di-kemukakan tadi oleh Saudara Ketua yang pada dasarnya, ada beberapa butir. Pertama adalah film media komunikasi massa, ·b'entuknya dengar pandang.

(16)

Kedua bahwa film dan perfilman memang seperti ikan dengan air, tidak bisa dipisahkan. Ketiga mak~ yang penting dari film yang diatur dalam rangkaian kegiatan perfilman itu memang bermuara kepada segi budaya bangsa sekaligus pembangunan nasional, itu semuanya saya kira sudah kita sepakati, itulah yang pertama.

Kedua kita berangkat untuk meninjau konsideran menimbang menurut pakar Undang-undang yang katanya mengerti dan berpengalaman, konsideran menimbang itu harus mengalir dari besar ke kecil dan bermuara kepada kesimpulan, perlunya diterbitkan Undang-undang ini. Di sini disisipkan bahwa alur pemikiran makro ke mikro ini agar hal yang idiil dan luhur kita kibarkan sebagai acuan pokok sedangkan hal-hal yang di luar itu seperti aspek ekonomis atau perdagangan atau segala macam yang lainnya itu kita coba sisiri, mana yang bisa rnasuk dalarn landasan yang luhur dan idial itu mana yang cukup kita muatkan di dalam bltang tubuh saja.

Lalu pendapat kami ini pribadi kalau kita dengan titik pandang atau garis awal seperti dua butir yang saya kernukakan tadi, rnaka kita akan marnpu memilih pembangunan nasional itu dia bersaudara dengan kerahanan nasional berkibar dengan peningkatan dan pembinaan budaya bangsa, atau dia itu bisa kita sisir mana yang bisa rnasuk dengan nilai luhur dan idialisme yang tinggi masuk ke dalarn kosideran menim bang, lainnya masuk ke dalam batang tubuh, dengan yang lebih kurang pentingnya lagi di dalam penjelasan pasal-pasal. Hal-hal yang kurang bisa ditampung dan pada dasamya dia ber-sifat cukup tinggi kita uraikan di dalam penjelasan umum.

Nah dengan acuan ini saya ingin mengajak kita semua marilah kita me-masuki warung pojok itu dengan pandangan seperti itu.

Terima kasih. KETUA RAP AT : Terima kasih F ABRI.

Jadi ini sekedar mengingatkan kita m~ncoba rewine kita,, perbedaan tidak ada, yang ada adalah belum adanya kesamaan cara merumuskan sub-tansi yang sudah sama. Maksud kami dengan mojok kita bisa membahas dan kita berjiwa besar, kita sadar. Demokrasi Pancasila karena musyawarah mufakat, saya sarankan kita mojok, sebenar, seberapa jauh perumusan yang bisa kita sepakati yang memuat 5 atensi dan subtansi yang sudah kita sepakati, begitu kalau a dan b selesai c dan d bisa ikut selesai, kami ~kors sebentar untuk take and give toleransi kebesaran jiwa kita.

(17)

KETUA RAPAT : Skors kami cabut.

Sementara untuk mencoba menampung seluruh aspirasi dan kesepakat-an lima substkesepakat-ansi Konsiderkesepakat-ans a, b, dkesepakat-an d, kita coba untuk sementara, artinya konsep awalnya menjadi 3 butir a, butir b dan butir c. Seandainya ini, draft ini nanti bisa digunakan menjadi kesepakatan sebetulnya butir b sudah men· jadi terjawab, artinya tinggal kita earl rumusan yang umumlah, yang umurn tentang pada dasarnya butir d itu kan dengan ini diperlukan Undang-undang tentang Perfilman, itu apa perlu mengatur, apa perlu ditetapkan, kami kira disesuaikan sajalah. Oleh karena itu saya membawa 20 Undang-undang yang belum diproses dan yang sudah diproses, boleh pilih yang mana saja, kecuali Undang-undang.

Baik lagi kita renungkan,.secarajelasnya kalau saya baca sebagai berikut: a. Bahha film sebagai salah satu media komunikasi massa dengar pandang

mempunyai peranan yang besar, artinya dalam pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

c. Bahwa perfilman sebagai suatu proses yang mendukung terciptanya film sebagaimana dimaksud huruf a mempunyai peran yang besar dalam pe-ningkatan Ketahanan Nasional.

c. Bahwa dengan memperhatikan huruf a clan b di atas diperlukan sarana hukum dan upaya yang memadai bagi pembinaan dan pengembangan-nya.

Im sementara bahwa missi sudah ada di tangan. Mari sekarang kita baca secara kalimat hukum, bukan kalimat biasa, apakah ini pas, kalau pas tentu secara kahmat hukum, bukan katimat biasa, apakah ini pas, kalau pas teritu kalau mau rapih secara bahasa tentu ada ahlinya. Kemarin kita sepakat bahwa di dalam Tim Perumus nan ti kita akan memohon ahli, tidak saja dari.huruf b dan kali huruf b soal bahasa, tetapi juga ahli dari Badan\Pembinaan Hukum Departemen Kehakiman, untuk bahasa hukum, sebab bahasa biasa belum tentu betul sebagai bahasa hukum. Bahasa hukum banyak tidak ngerti tetapi betul dalam segi hukum, yang ngerti Pak Markus .

. Demikian, mungkin ada pandangan. FABRI silakan.

FABRI (SOEARDI): Terima kasih.

Setelah mtj ok izinkan kami mencoba melihat apa yang dirumUskan di , dalam white board yang lebih canggih daripada yang dimiliki DPR itu, dengan pengertian bahwa dari sini kelihatan kok seperti semut beriring-iringan, kecil tidak terbaca. Karena masih jalanjalan dia jadi berhenti <lulu. }adi dengan asumsi bahwa semua pihak telah memegang kenas yang sama dengan yang saya pegang maka izinkan saya menanggapi formulasi ini.

(18)

- -

-~---Saya mengasumsikan bahwa formulasi ini adalah 3 butir fOrmulasi, di manayang butir pertama dan kedua adalah katakanlah semacam initial penu-lisan untuk butir a Konsitierans Menimbang. Jadi sebetulnya ini bukan butir a, butir b, butir c tetapi tir-tu, tir-wa, tir-ga. Mari kita baca perlahan-lahan; bahwa

film

sebagai salah satu media komunikasi dengar pandang. Ini saya komentari sepotong-sepotong supaya jelas. Bahwa film sebagai salah satu media komunikasi dengar pandang, sampai di situ <lulu. Kami kurang menye-tujui makna ini, kami setuju apabila bahwa film sebagai salah satu media ko-minikasi massa atau bahwa film sebagai media komunikasi massa dengar pan-dang. Karena menurut katanya komunikasi massa dengar pandang itu, ya film itu, tidak ada saudaranya yang lain. Jadi kalau dikatakan salah satu, yang sa-lah lainnya apa ?

Jadi di sini kita luruskan, maksud saya coba kita luruskan umpamanya begini; bahha film sebagai satu media komunikasi massa dengar pandang, itu masih boleh. Mempunyai peranan yang besar artinya, j adi bukan peran. Saya kira peranan, tadi saya sudah ngintip kamusnya Bu Aisyah, memang lebih co-cok peranan. Mempunyai peranan yang besar artinya penting diganti besar, ya bolehlah. Dalam pengembanga.n budaya bangsa, ini di dalam Rancangan Undang-undang ditulis pembinaan dan pengembangan. Maaf mempunyai pe-ranan yang besar artinya di dalam pengembanga.n, dalarn pengembangan bu-daya bangsa dan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Me-nurut saya ini sudah baik, dengan koreksi yang tadi Denga.n ca ta tan pula ma-sih bisa dipolernikkan buntut dari kalimat ini, tiga kata terakhir sebagai peng-amalan Pancasila. Karena menurut buku Garis-garis Besar Haluan Negara pem-bangunan nasional itu semua orang sudah tahu bahwa itu memang merupa-kan pengamalan dari Pancasila.

Kata-kata penghubung "dalam", "di dalam", "bagi", "untuk", kami kira itu ma.sing-masing punya seleranya, monggo ditanggapi

Kemudian yang butir kedua ditulis sebagai b di sini, bahwa perfilman se-bagai\suatu proses yang mendukuilg terciptanya film, ini saya ragukan. Perfil-man bukan suatu proses untuk menciptakan film, pembuatan film atau pe-rusahaan perfilman, di dalamnya ada proses untuk menciptakan filrit Saya lebih condong bahwa perfilman itu seperti apa yang kita bahas di dalam Bab IV kemarin merupakan rangkaian kegiatan dengan titik sentral yang dibicara-kan adalah film. Sebagaimana dimaksud huruf a, mempunyai peran yang be-sar dalam peningkatan Ketahanan Nasio·nal. Jadi kalau diringkas, perfilman berperan besar dalam ketahanan nasional.

Izinkan saya membacakan ini, buku jimat ini - Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), dulu katanya ada yang menulisnya Ge-Be-Ha-En; k,arena biasa nulis huruf Arab,.jadi ya kita tahu kalau kita Garis-garis Besar Haluan Negara. Ini di halaman 12, buku yang saya pegang mengenai f - ketahanan nasional. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan

inte-grasi

dan kondisi tiap-tiap aspek dari kehidupan ban~ dan negara. Saya

(19)

me-ragukan kalau perfilman itu merupakan satu aspek dari kehidupan bangsa dan negara.

Jadi mohon maaf yang sebesar-besarnya, kalau menurut pandangan FABRI butir kedua ini tidak sound. Kemudian butir ketiga, over bodiy kata-nya marga Batak. Butir ketiga yang ditulis dengan huruf c, bahwa dengan memperhatikan huruf a dan b,.dan c-nya tadi saya kurang sepakati, diperlu-kan sarana hukum dan upaya yang memadai bagi. pembinaan dan pengembang-annya. Pada dasarnya itu F ABRI mengerti makna dari yang butir.ketiga, yang ditulis c, bahwa dengan pertimbangan .di atas diperlukan sarana hukum dan upaya yang memadai bagi. pembinaan, dan mungkin di sini boleh masuk -dan pen~mba.ngan perfilman Indonesia. Kalau itu maknanya, kami bisa . mengadaptasi butir ketiga yang ditulis dengan huruf c ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih FABRI.

Jadi saya ingin menyegarkan lagi, me-refresh, a - FABRI berpendapat

f!lm

itu pada dasarnya adalah media komunikasi massa dengar pan~pg.

De-ngan adanya kata "salah satu'', maka disarankan bahwa film sebagai salah satu media komunikasi massa saja, karena media komunikasi massa tidak ha-nya film. Ini, kemudian sebagai .pengamalan Pancasila tadi tidak ada masalah. b - bahwa perfilman sebagai suatu proses yang mendukung terciptanya film, ini tidak cocok, saya juga ingin mengingatkan mungkin kita juga perlu mene-: ngok kembali hal yang sudah kita sepakati tentang rumusan Pasal (1) butir 2 yang sudah kita sepakati, bahwa perfilman adalah seluruh kegiatan tetek be-ngek itu, itu mungkin bisa di, kalimatnya dicocokkan lagi.. Bahwa, huruf c tadi saya kira tidak ada permasalahan, hanya lebih ditekankan kepa.6a per-filman nasional Begi.tu.

FABRI (SOEARDI) :

Maaf Pak, yang lebih memadai bagi pembinaan dan pengeml:>angan per-filman Indonesia, jadi jelas ada, karena ini kalimat sendiri-sendiri, jadi "nya" itu meragukan "nya" itu siapa?

Terima kasih. KETUARAPAT:

Baik, saya kira demikian dari tanggapan FABRI. Dari Fraksi Jain, FPP, FPDI, FKP silakan, urut saja urut ke kiri, habis ini PDI.

FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.): Terima kasih.

Bapak dan lbu yang kami hormati, memang uraian daripada a clan b itu adalah merupakan pemecahan daripada satu ayat sebelumnya yaitu a. Memang kita carikan bagaimana perumusannya, terutama~-'tadi F ABRI menyatakan masalah ketahanan nasional memang kalau dilihat urutannya di sini pada 485

(20)

point b ini memang belum klop. Nah masalah · sekarang memang bagaimana agar supaya ini bunyi, itq saja kan. Saya tidak tahu persis rumusannya; apakah memang kalau Ketahanan Nasional dimasukkan di point a, di dalam butir a. Kemudian di dalam butir b itu ada kertas yang diusulkan oleh Pemerin-tah, itu bunr b kalau saya bacakan, ja.di kalau _misalnya masalah Ketahanan Nasional-nya diangkat dinaikkan ke a, kemudian butir b-nya itu a.da rumusan dari Pemerintah; bahwa petfilman sebagai suatu proses yang mendukung ter-ciptanya fihn sebagaimana dimaksud huruf a, memerlukan upaya pengembang-an, kami tambahkan - upaya pengembangan dan pembinaan secara terus menerus. Baru masuk c di situ.

Kaiau itu, tetapi rnemang hanya masalahnya sekarang point a-nya itu di-tambah bagaimana rnemasukkan unsur ketahanan nasional ini, supaya inipun tetap bunyi Saya pikir titik kita, saya tidak tahu karena kalau ada yang meno-lak masalah Ketahanan Nasional, rnasalah pengarnalan Pancasila, rnungkin pe-ngamalan Pancasila-nya itu karena sudah dianggap sebagai satu kesatuan dari-pada pembangunan bangsa, ya mungkin okey kalau dikatakan ini Tetapi ka-lau ada yang menolak mengenai ketahanan, nasional, saya tidak tahu persis bagaimana itu ? Tetapi yang pmting bagi kita ada masuk di point a-nya, mungkin kita bagaimana merumuskannya, apakah mempunyai peran yang besar, artinya dalam pmgembangan budaya bangsa, guna meningkatkan Keta-hanan Nasional, di point a-nya itu, dalam pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nasional guna meningkatkan Ketahanan Nasional. Baru point b-nya rumusan yang dibuat oleh Pemerintah, hanya saya taambahkan, dan pembinaan; pengernbangan dan pembinaan. Baru masuk point c, itu adalah; bahwa dengan memperhatikan huruf a dan b diperlukan sarana hukrim dan upaya yang mema.dai. Karena di b sudah diatur mmgenai.pembinaan dan pe-ngembangan.

Terima kasih Saudara Ketua. KETUA RAPAT:

Terima.kasih dari FKP.

Jadi saya ulangi, FKP bisa menerima ta.di tanggapan dari FABRI, masa-lah Ketahanan Nasional tersebut dari FABRI untuk • ditransformasikan t ke

butir a. Kemudian masalah butir c tadi saya kira ada perubahan sedikit, na-mun pada dasarnya. kembali ~erti konsep yang semula dari Pemerintah.

Kami persilakan FPDI. .

FPDI (DRS. H. UKUN SURY AMAN): Teri.ma kasih Saudara Ketua.

Mengenai tanggapan kami terhadap bunyi butir a, bahwa film sebaga Media komunikasi, jadi ini langsung saja pandangan kami. Saya ulangi bahwa film sebagai media komunikasi massa dengar pandang ini mempunyai peranan

(21)

yang besar, artinya kami mengusulkan, kalau di terima memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan budaya bang.5a dalam pembangunan nasional. Mengapa tidak dalam pengembangan budaya bangsa dan pem-bangunan nasional? Oleh karena pempem-bangunan nasional itu merupakan wadah secara menyeluruh, jadi difokuskan kepada pengembangan budaya ban~

di dalam wadah pembangunan nasional. ·

Sebagai pengamalan Pancasila itu sebenamya saudah masuk dalarn pengertian pembangunan nasional, karena apa? Pembangunan nasional itu adalah penerapan dari landasan id.ill Pancasila yang dioperasionalkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara, itu yang a. Yang b, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh FABRI memang.rumusan ini tidak sesuai dengan. apa yang telah kita rumuskan dalam Pasal 1, jadi perlu diubah. Yang c, bahwa den~

memperhatikan huruf a dan huruf b diperlukan sarana hukum dan upaya bagi pembinaan dan pengembangan perfilman Indonesia, bukan film, tetapi per-filman Indonesia, jadi tidak termasuk film.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih dari FPDI, Saya silakan FPP .

. FPP (NY. HJ. AISY AH AMINY, S.H.) : Terima kasih Saudara Pin:ipinan .

. Mengenai butir a kami setuju intinya, prinsipnya mungkin hanya kata

"dalam" yang seperti dari pertama diusulkan oleh 1FABRI, kernudian juga oleh FPDI diusulkan lagi, bukan pada tetapi bagi. Kemudian kata "dan" diganti dengan "dalam". Dan kami juga sependapat dengan FABRI, kalau kata-kata "salah satu" itu dihilangkan, walaupun F ABRI druam Daftar Inven-tarisasi Masalah~nya tidak menghilangkan itu. Ya sekarang setelah membaca-baca lagi, mendalami kita melihat bahwa memang kecuali kalau ada Peme-rintah dapat mengeniukakan . apakah ada media komunikasi massa dengar pandang itu selain dari fklm? Kalau ada ya ini salah satu, tetapi kalau tidak ada yang lain, ya ini satu-satunya. Mungkin kalau ada?

Jadi dalam soal "salah satu" ini tergantung pada pengertian yang ada sekarang atau yang akan ada di masa yang akan datang. Lalu pengamalan Pancasila seperti yang lain-lain juga mengatakan ini sudah includid dalam pengertian pembangunan nasional.

Kemudian memang bagian b itu rasanya tidak biasa kita mendengar bahwa film itu mempunyai peran dalam peningkatan ketahanan nasional. Tetapi memang kita mengetahui bahwa film itu dapat mempengaruhiketahan-an nasional, itu barmempengaruhiketahan-angkali intinya ymempengaruhiketahan-ang kita pahami, tetapi bagaimmempengaruhiketahan-ana harus membunyikannya itu barangkali perlu dipelajari~. Tetapi bukan pertilman

(22)

menurut kami, tetapi film seperti yang oleh FKP juga disetujui kalau ini diangkat ke satu, yaitu fil_m. Ini bagaimana memasukkannya supaya ketahanan nasional itu kaitannya ~ngan film. Lalu yang c itu, karena ini iremang sama dengan b dari Rancangan Undang-undang, dan memang dari pertama kami sudah menyetujui.

Terima kasih Saudara Ketua dan KETUA RAPAT:

Terima kasih dari FPP.

Setelah kita mendengar empat Fraksi dan saran-sarannya, saya mohon-kan tanggapan Pemerintah, sekaligus menanggapi usulan-usulan dari setiap Fraksi.

Kami persilakan.

PEMERINTAH (DIREKTUR JENDERAL RADIO, TELEVISI DAN FILM/DRS. ALEX LEO ZULKARNAIN) ;

Terima kasih Saudara Ketua,

lbu-ibu serta Bapak-bapak yang kami hormati.

Ya syukur alhamdulillah bahwa kita sudah mendekati suatu kesepakatan yang hampir-hampir bulat. Yang pertama saya sangat berpendapat sekali dengan FABRI bahwa perkataan "ketahanan nasional" yang kemudian di-dukung oleh FKP seyogyanya ditelJlpatkan pada huruf a yang memang inti-nya adalah film, bukan perfilman itu sendiri, dan kedua merupakan apakah film merupakan ataukah di luar film masih ada media komunikasi 1 massa dengar pandang. Kami bisa menjelaskan dari segi teknisnya, biasanya film dan televisi itu dari segi teknis dibedakan. Karena back ground daripada film boleh dikatakan adalah marginal, sedangkan televisi adalah elektronikal. Dan juga kalau ingin contoh yang lain, seperti umpamanya sekarang slide umpamanya yang sudah di-sincronise dengan suara itu juga dikatakan sebagai media dengar pandang. Tetapi seandainya pun kita merasa agak sedikit over bodig dengan menggunakan salah satu, perkataan salah satu, itu pun juga tidak akan menghilangkan maknanya apabila itu diangkat, tergantung dari-pada test kita masing-masing kami kira.

Tetapi kalau kita berbicara media massa dengar pandang bia;anya film dan televisi itu dibedakan dari akar tekniknya, teknologinya. Tetapi dalam hal perumusan seperti a, saya kira kalau salah satu itu di angkat tidak akan mengurangi pengertiannya saya pikir.

Demikian Pak Ketua, Terima kasih. KETUA RAPAT:

(23)

PEMERINTAH (DIREKTUR JENDERAL RADIO, TELEVISI DAN FILM/DRS. ALEX LEO ZULKARNAIN):

Yang huruf b, kami kira dengan kesepakatan dan juga pandangan dari pada FKP, saya kira Pemerintah dapat menerimanya dengan catatan bahwa ketahanan nasional itu langsung dikaitkan ke filmnya bukan ke perfilman-nya.

Sedangkan film, perfilman maksud saya _itu mungkin lebih dikaitkan bahwa itu merupakan satu sarana pendukungnya yang perlu dikembangk.an secara terus-menerus, dibina dan dikembangk.an secara terus-menerus.

Yang c tidak ada perbedaan prinsip dengan Rancangan Undang-undang, dan perumusannya marilah kita earl kesepakatan yang paling baik menurut hemat kita pada saat ini.

Cukup sekiari Pak Ketua, terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih dari Pemerintah.

Jadi kalau saya coba kumpulkan mungkin bentuknya menjadi, tadi dari Fraksi masalah salah satu, setelah mendengar dari Pemerintah-artinya sebenar-nya ada pun benar ditiadakan pun tidak jadi masalah. Kemudian tadi dari FPDI tentang peranan yang besar, artinya ini redaksional, memegang peran yang sangat penting, kemudian bagi, dalam dan dalam, ctan sebagainya. Tetapi yang penting di sihi tadi masalah pembangunan nasional sebenamya sudah implisit sebagai pengamalan Pancasila, artinya ada pun tidak salah, tidak ada pun tidak salah. Jadi kami kira ini tinggal apa, tidak, penekanan di mana:. Kemudian tadi FKP juga sependapat bahwa ketahanan·nasional itu kita angkat ke a, sehingga mungkin, kalau secara urut, secara hirarki, masalah ini mungkin yang peranannya sangat besar artinya bagi pengembangan budaya bangsa dan peningkatan ketahanan nasional, dalam pembangunan nasional sebagai pehgamalan Pancasila, ini sementara. Jadi ini secara hirarki urut itu substansi ini demikian.

Kemudian masalah b, tadi rupanya kalimat yang masih ganjal adalah bahwa perfilman sebagai suatu proses yang mendukung terciptanya, jadi karni pun mengingatkan seyogyanya kita juga menengok pada rumusan yang sudah kita sepakati pada Pasal 1 butir 2 tentang pengertian perfilman. Nah mungkin makna rumusannya saja nanti kita, karena pada dasamya bahwa perfilman inilah yang kita soroti pada huruf b; mempunyai peran yang besar, apa tadi, memerlukan upaya pengembangan secara terus-menerus. Jadi konsep yang Ketua tadi.

Kemudian c tadi pada dasarnya semua sependapat bahwa lebih ditekan-kan c ini adalah missio-nya, perlunya upaya memadai bagi pengembangan dan pembinaan, serta pengembangan perfilman Indonesia di dalarn bentuk sarana hukum. Saya kira masalah ini, sekarang tinggal, kalau kami lihat adalah pertama; apakah kita sepakat sementara secara substansi .salah satu 489

(24)

dalam memegang peranan yang sangat penting tadi kita anggap ini bersifat redaksionai, nanti akan kita serahkan perumusan saja.

Kemudian pengembangan budaya dan peningkatan ketahanan nasiona1 <;talam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, ini sebenarnya semua kalimat betul. Namun kami sarankan bagairnana sebetulnya bahasa nukum yang pas, aan pemang semua orang oijamin mengerti makna dari keempat mission yang aoa ini.

Kemudian huruf b adalah sebagai proses yang mendukung terciptanya ini - nanti kita sesuaikan dengan rumusan Pasal l yang pada dasarnya di sini dititikberatkan bahwa perfilman harus selalu diupayakan pembinaan dan pengembangannya secara terus-menerus. Jadi ini saya mencoba merang-kum dari putaran pertama.

Sekarang saya silakan FKP dipersilakan. FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) : Terima kasih Ketua.

Ya jadi saya ingin kembali rumusan konkretnya, jadi setelah metidengar usulan 'FPDI, kemudian usuian Pemerintah tadi saya bacakan pe1an-pe1an; a. bahwa film sebagai media komunikasi massa oengar pandang mempunyai peran yang sangat penting bagi pengembangan budaya bangsa daJam pem-bangunan nasional guna meningkatkan ketahanan nasional. Saya uiangi, Pak Toip kalau mau ditulis, bahwa film sebagai media komunikasi massa dengar pandang mempunyai peranan yang sangat pertting bagi pengembang-an budaya bpengembang-angsa daiam pembpengembang-angunpengembang-an nasiona1 guna meningkatkpengembang-an ketahpengembang-an-

ketahan-an nasional. ·

b.

FABRI (SOEARDI): Interupsi sebentar.

Bukan materi, untuk kelancaran daripada formulator barangkali mohon dibantu ditulis <li papan putih, kalau boleh supaya dinamic dan bergairah lagi, apa bisa ditulis oleh Mbak yang ada satu-satunya ini, Pak Alex. Barangkali supaya dinamis kita, tetapi tulisan Arab, bisa ? Jadi Pak Alex mudah-mudah-an mengerti machide dari F ABRI.

a. bahwa film sebagai media komunikasi massa, dengar pandang mem-punyai peranan yang sangat penting bagi pengembangan.budaya bangsa dalam pembangunan nasional guna meningkatkan ketahanan nasional. b. bahwa perfilman sebagai suatu proses yang mendukung terciptanya film sebagaimana dimaksud huruf a, memerJukan upaya pembinaan dan pengembangan secara terus-me·nerus.

(25)

c. bahwa dengan memperhatikan huruf a dan huruf b di atas diperlukan sarana hukum dan upaya yang memadai.

Vemikian Saudara Ketua, tugas saya dengan Mbak sudah selesai. KETUA RAPAT :

Terima kasih dari FKP.

Saya kira rasanya kita sudah semakin dekat menurut pengamatan saya pribadi. Jadi usulan F ABRI tadi masuk juga peranan yang sangat pen ting dari FPDI saya kira sudah ada di aalamnya. Kemudian masalah ketahanan nasional ditingkatkan dengan meniadakan pengamalan Pancasila dan inipun secara herarki, kalau kita bicara ketahanan nasional, pembangunan nasional itu juga sudah saya sampaikan, bahwa dalam pengembangan budaya bangsa dan kita hadapkan kepada ketahanan nasional dari berbagai aspek dan dalam kaitan pembangunan nasional.

Kemudian huruf b tadi adalah yang mendukung proses terciptanya film ini sementara seperti konsepnya semula, namun kemudian diteruskan dengan upaya terus-menerus atau upaya pembinaan dan pengembangan secara terus-menerus. Oan huruf c tadi, bahwa dengan memperhatikan huruf a dan huruf b di atas diperlukan sarana hukum dan upaya yang memadai.

Mungkin yang huruf c ini terus gantung. FKP (DRS. H. ABU HASAN SAZILI M.) :

Taui itu Pak Ketua, kalau rumusan itu memang upaya yang me~adai

bagi pembinaan dan pengembangannya, kata-kata pembinaan dan pengembang-annya, itu sudah masuk di point b. Jadi kalau kita ulang lagi, kecuali kalau lebih menekankan upaya yang memadai bagi pembinaan clan pengembangan ini diulang lagi ya tidak apa. Tetapi kami karena sudah masuk di point b, itulah yang dimaksudkan.

KETUARAPAT:

Baiklan ini setidak-tidaknya sudah merupakan penyempurnaan dan saya kira sudah semua substansi sudah masuk, mungkin dari F ABRI silakan.

F ABRI (SOEARDI) : Terima kasin Saudara Ketua.

Mari kita baca perlahan-lahan sekaligus diberikan tanggapan dari FABRI. · Menimbang butir a begitu katanya membacanya; bahwa film sebagai media · komunikasi massa dengar pandang (saya kii:a sudah cocok) mempunyai .. peranan yang sangat penting bagi pengembangan budaya bangsa dalam

pem-bangunan nasional guna meningkatkan ketahanan nasional.

(26)

mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengembang-an budaya bpengembang-angsa (itu saya kira sudah cocok semua sampai di situ) dalam pembangunan nasional (saya kira sampai situ cocok kita) guna meningkatkan ketahanan nasional. Nah ini di sini dia timbul lagi permasalahannya. F ABRI melihat bahwa proses untuk mencapai the never handing gold itu, itu kita namakan pem-bangunan nasional. Memang pempem-bangunan nasional dengan kata ketahanan nasional itu ada suatu tali pengaruh-mernpengaruhi secara timbal-balik, tetapi bukan dengan ketahanan nasional saja, tetapi dengan segala segi sektor ataupun sisi yang merupakan komponen timbal balik dari pembangunan nasional.

FABRI melihat bahwa ketahanan nasional ini kalau baris akhir dihapus-kan pengertiannya sudah terangkum di dalam formulasi pembangunan nasio-nal seperti apa yang kami bacakan tadi. Untuk lebih jelas barangkali saya coba lagi membaca dengan tambahan yang mungkin bermanfaat di dalam buku Garis-garis Besar Haluan Negara.. saya baca dulu butir 1-nya dulu. Garis-garis Besar Haluan Negara halaman 1 2 saya tidak tahu halamannya sarna tidak, huruf f ketahanan nasional, jadi ini Bab II bu Is pola dasar pem-bangunan nasional.

1. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi setiap-tiap aspek dari kehidupan bangsa dan negara, jadi ada aspek di sana, pada hakekatnya ketahanan· nasional adalah kemam-puan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsung-an hidup untuk menuju kejayakelangsung-an bkelangsung-angsa dkelangsung-an negara.

2. Untuk tetap memungkinkan berjalanriya pembangunan nasional, nah dia baru muncul pembangunan nasional, yang selalu harus menuju ke-tujuan yang ingin kita capai, agar secara efektif dielakkan hambatan-hambatan, tantangan-tantangan, ancaman-ancaman yang timbul baik dari luar maupun dari dalam perlu dipupuk terus-menerus ketahanan nasional yang meliputi segala aspek kehidupan bangsa dan negara, kaya di atas tadi.

Jadi kalau butir 2 saya singkatkan dengan loncatan untuk tetap me-mungkinkan berjalannya pembangunan nasional perlu dipupuk ketahanan nasional.

Jadi ketahanan nasional di sini menunjang pembangunan nasional .

..

3. Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional, selanjutnya ketahanan na5ional yang tangguh akan mendorong lagi pembangunan nasional.

l>i sini memang ada pengaruh timbal balik dengan antara pembangunan nasional oengan ketahanan nasional. Tetapi kalau perkataan nasional ini saya · ganti dengan kata-kata lain juga akan bermakna sama, saya tunjukkan.

(27)

"Berhasilnya pembartgunan nasional akan meningkatkan pendapatan Anggota RI, selanjutnya pendapatan Anggota RI akan menyebabkan DPR-RI lebih tangguh dan lebih mampu mendorong lagi pembangunan nasional", bisa.

Jadi kembali lagi kepada permasalahannya, di sirri F ABRI dengan pe-ngertian dan pendalaman bahwa pembangunan nasional itu sudah mencakup ketahanan nasional, wawasan nusantara dan seterusnya maka tidak terlalu perlu baris yang terakhir dari butir a itu dicantumkan secara pim poin secara tersurat, bisa di dalam penjelasan umum. ~

Kemudian kita lihat butir b, bahwa perfilman sebagai suatu proses yang mendukung terciptanya film, nah, ini, ini sampai di sini dahulu ya. Tadi pada tanggapan saya pertama F ABRI kurang cocok dengan ini, bahwa pem-buatan film merupakan suatu proses benar, tetapi bahwa perfilman sebagai suatu proses itu tidak, marl kita acu kepada pengertian perfilman. Bahwa per-filman sebagai suatu rangkaian kegiatan itu bisa jadi betul, jadi dia terangkai, dibuat kemudian dibantu jasa teknik, kemudian diedarkan ditambahi sampai pertunjukan, pertayangan, itu menurut istilah saya yang ketemu dirangkaian kegiatan.

Bahwa perfilman sebagai suatu rangkaian kegiatan yang mendukung, bukan terciptanya film, peranan film. Karena tidak ada ceritanya peranan sebagaimana dimaksud huruf, ini rasanya kagok ini seperti di batang tubuh jadinya.

Kalau menurut hemat kami, pengalaman melihat konsideran itu tidak menunjuk dalam formulasi begi.tu, jadi ini bisa diubah kalimatnya; bahwa per-filman sebagai suatu rangkaian kegiatan yang mendukung peran film sebagai-mana dimaksud di atas, misalnya, memerlukan upaya pembinaan dan pengem-bangan secara terus-menerus, itu kita mengerti bahwa itu perlu dibina dan di-kembangkan, kalau ada barangkali pendirian lain FABRI bisa menerima ini atau diganti katakanlah lebih luas sedikitlah, pembinaan dan pengembangan secara bertingkat dan berlanjut, bisa saja itu, umpama.

Kemudian c; bahwa dengan memperhatikan huruf a dan huruf b di atas diperlukan sarana hukum dan upaya yang memadai, atau lebih memadai. Menurut 'saya lebih baik bisa dilanjutkan, yang memadai seperti yang tadi atau seperti yang di dalam Rancangan Undang-undang, bagi pembinaan dan pengembangan perfilman Indonesia. Jadi ada beda di atas itu, cuman pengem-bangan perfilman di sini ada Indonesianya, saya kira bisa-bisa saja. Jadi saya ulang lagi dari b.

b. bahwa perfilman sebagai suatu rangkaian kegiatan yang mendukung peranan film sebagaimana dimaksud di atas memerlukan upaya pembina-an dpembina-an pengembpembina-angpembina-an secara terus-menerus guna memajukpembina-an kebudaya-an nasional, kebudayakebudaya-an nasional di mkebudaya-ana tadi, di atas, nah buntu lagi di situ.

(28)

Karena menurut hemat kami pertama kali, kalau prfilman itu memang dia harus mendukung peran serta film sebagairnana dimaksud di atas habis, habis di situ saja habis begitu, dari pada bingung.

c. bahwa dengan memperhatikan huruf a dan huruf b di atas diperlukan sarana hukum sebagai upaya yang memadai. Barangkali beggitu, karena matanya sudah lama dipakai jadi melihat hurufnya begitu jauh jadi ter-pengaruhi jalannya pikiran mohon maaf.

Sementara itu saja dahulu. KETUARAPAT:

Baik dari F ABRI ini saya kira yang menjadi masalah adalah masalah ke-tahanan nasional dengan merefir kepada GariS--garis Besar Haluan Negara kalau Fraksi di sana 12, kami halaman 22.

Tadi sejak semula memang kita sudah menyadari semua itu ada di dalain-nya, namun FKP ingin lebih menekankan.ketahanan nasional. Kalau kita baca arti netahanan nasional butir 1, butir 2, dan butir 3 sebenamya bisa ambil intisarinya dari sana. J adi kalau lihat terutama tadi ditekankan pada butir 2; untuk memungkinkan tetap berjalannya pembangu'nan nasional, maka diperlu-kan upaya peningkatan, pemupudiperlu-kan, pemeliharaan ·ketahanan nasional, jadi sekali lagi aspek kehidupan.

Jadi kalau mi lihat ini, ini saya menangkap, jadi implisit, tetapi kalau diekspresikan memang ketahanan nasional itu yang mendukung pembangunan nasional. Jadi mungkin secara tersirat bisa kalau toh ini, saya bikin alternatif lain, namun dibalik.

Pengernbangan kebudayaan bangsa dalain rangka peningkatan ketahanan nasional,

jadi

ketahanan nasionalnya dahuluan baru ini kalau menurut Garis-garis Besar Haluan Negara. Jadi urut-urutannya sistimatiknya begitu, meski-pun di dalamnya sudah berputar-putar menjadi satu proses, tali-temali,jadi ini yang a. Tadi yang b, saya kira disarankan sesuai dengan pengertian Pasal 1 bu-tir 2, bahwa perfihnan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang mendukung pe-ran film. Sebagaimana di anu, sebetulnya ini hanya rumusan yang disesuaikan, namun saya lihat substansinya tidak berbeda. Saya kira c sementara juga se-perti yang; di sana.

Dari FPDI saya persilakan.

FPDI (DRS. H. UKuN SURYAMAN): Terima kasih Saudara Pimpinan.

Namun setelah kami rnendengar komentar ini· tarnbah bingung, sernen-tara ini pas dahulu:

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan menggambar pada anak dipercaya sebagai salah satu bentuk penyaluran emosia yang efektif dan kegiatan menggambar juga dapat sebagai bentuk terapi yang

Minggu berikutnya saya banyak belajar mengenai Fiber Optik secara fisik karena saat itu sedang mengalami gangguan sehingga harus melakukan troubleshooting dan saya diperbolehkan

Berdasarkan uji daya hambat 12 isolat bakteri endofit kulit batang tanaman terap memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri isolat klinik S.aureus

Saya kira ini memang masih ada kaitan · dengan apa yang dibicaral&lt;an sebelumnya, kalau saya menangkap disini bahwa di daerah yang belum kompetisi itu bisa tidak ada

Karena kita harus menghormati kedaulatan pemerintah daerah di dalam hal- hal yang bukan listrik ya, dan listrik ini harus mengacu atau mematuhi peraturan- peraturan

Terima kasih pada. Beberapa perternuan terakhir kelihatan sudah banyak argumen sudah dibicarakan, saya ngajak untuk bagaimana kita melal&lt;ukan kesepakatan

Jadi di sini kan kita lihat konsistensi juga antara usulan dari rancangan undang-undang dari Presiden, dari DPD, maupun dari DPR, artinya kalau logika yang disampaikan tadi

Pasal 12 Ayat (2), yang kemarin sore juga kita bicarakan, kita kaitkan dengan Pasal 14 Ayat (2), yaitu yang mengandung usulan mengenai tambahan kata-kata yang