• Tidak ada hasil yang ditemukan

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Provinsi Kalimantan Tengah 2015"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

1.

KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH

1

1.1.

PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA

1

1.2.

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

4

2.

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH

8

2.1.

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

8

2.1.1.

Pendidikan

8

2.1.2.

Kesehatan

10

2.1.3.

Perumahan

12

2.1.4.

Mental/Karakter

13

2.2.

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

14

2.2.1.

Pengembangan Sektor Pangan

14

2.2.2.

Pengembangan Sektor Energi

18

2.2.3.

Pengembangan Sektor Kemaritiman dan Kelautan

20

2.2.4.

Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri

22

2.3.

ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

24

2.3.1.

Pusat Pertumbuhan Wilayah

24

2.3.1.1

Kawasan Ekonomi Khusus

24

2.3.1.2

Kawasan Industri

25

2.3.2.

Kesenjangan intra wilayah

25

3.

ISU STRATEGIS WILAYAH

26

4.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

35

(3)

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

1.

KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH

Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan daya saing wilayah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan antarwilayah, serta memajukan kehidupan masyarakat. Pembangunan wilayah yang strategis dan berkualitas menjadi harapan setiap daerah di Indonesia.

1.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA

Pembangunan wilayah selain meningkatkan daya saing wilayah juga mengupayakan keseimbangan pembangunan antardaerah sesuai dengan potensinya masing-masing. Perkembangan indikator utama dalam pembangunan wilayah meliputi pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, dan pengurangan kemiskinan dapat menggambarkan capaian kinerja pembangunan wilayah secara umum.

1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah berfluktuatif dan cenderung menurun tahun 2011-2014. Pada periode tersebut laju pertumbuhan rata-rata Kalimantan Tengah besarnya 6,97 persen per tahun, di atas laju pertumbuhan rata-rata nasional sebesar 5,90 persen per tahun (Gambar 1). Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional terutama sektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan hasil komoditas utama kelapa sawit dan karet.

Gambar 1

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Sumber: BPS, 2014

Selama kurun waktu 2010-2014 pendapatan per kapita di Provinsi Kalimantan Tengah cenderung meningkat , namun lebih rendah dari pendapatan per kapita nasional. sampai

2011 2012 2013 2014 Kalimantan Tengah 7.01 6.87 7.38 6.21 Nasional 6.16 6.16 5.74 5.21 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Per sen / Ta h u n

(4)

dengan tahun 2013 namun pada tahun 2014 lebih rendah dari nasional. Dukungan pendapatan dari sektor-sektor dengan kontribusi besar terhadap perekonomian mempengaruhi peningkatan pendapatan perkapita di Provinsi Kalimantan Tengah. Jika pada tahun 2010 rasio PDRB perkapita Provinsi Kalimantan Tengah dan PDB Nasional sebesar 88,45 persen, maka pada tahun 2014 rasionya menurun menjadi 86,81 persen (Gambar 2). Apabila pertumbuhan penduduk antar provinsi tidak terlalu berbeda jauh, ini menunjukkan kinerja rata-rata provinsi lain berkembang lebih pesat dari Kalimantan Tengah.

P

engaruh sektor pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan sedikit mulai mengalami penurunan bagi peningkatan pendapatan perkapita di provinsi ini.

Gambar 2

PDRB Per Kapita ADHB.

Sumber: BPS, 2014

1.1.2. Pengurangan Pengangguran

Tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Tengah berada di bawah rata-rata tingkat pengangguran nasional. Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran wilayah cenderung menurun pada tahun 2008-2013, namun kembali meningkat pada tahun 2014-2015, yang menunjukkan peningkatan angkatan kerja baru selama tahun 2008-2013 masih mampu diserap oleh lapangan kerja yang tersedia. Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008-2015 berkurang sebesar 1,65 persen (Gambar 3).

2010 2011 2012 2013 2014 Kalimantan Tengah 25,455.05 28,952.94 31,515.97 34,345.94 36,834.82 Nasional 28,778.17 32,336.26 35,338.48 38,632.67 42,432.08 0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 35,000.00 40,000.00 45,000.00 Ribu Ru p ia h

(5)

Gambar 3

Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2008-2015.

Sumber: BPS, 2015

1.1.3. Pengurangan Kemiskinan

Tingginya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah berdampak signifikan terhadap pengurangan tingkat kemiskinan di wilayah ini. Selama kurun waktu 2008-2015 persentase penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Tengah telah berkurang sebesar 2,77 persen dan kondisi kemiskinan di wilayah lebih rendah dari tingkat kemiskinan nasional (Gambar 4). Meskipun tingkat kemiskinan dapat diturunkan secara bertahap, namun demikian untuk kemiskinan di perdesaan perlu ditekan secara signifikan dikarenakan penurunannya yang relatif lebih lambat apabila dibandingkan dengan perkotaan.

Gambar 4

Persentase Penduduk Miskin 2008-2015

Sumber: BPS, 2015 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Kalimantan Tengah 4.79 4.53 3.88 3.66 2.71 1.82 2.71 3.14 Nasional 8.46 8.14 7.41 6.80 6.32 5.92 5.70 5.81 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 p er sen 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Perkotaan 6.72 5.81 4.45 4.03 3.91 4.21 4.30 4.98 Perdesaan 10.76 10.20 8.34 8.19 7.89 7.19 6.75 6.57 Kalimantan Tengah 9.38 8.71 7.02 6.77 6.56 6.19 5.93 6.03 Nasional 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49 11.96 11.37 10.96 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Per sen

(6)

1.2. KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

Kualitas pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta perluasan lapangan kerja.

1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskinan

Gambar 5 menunjukkan persebaran kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, dengan penjelasan sebagai berikut. Pertama, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat termasuk kabupaten dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di atas rata-rata provinsi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kuadran ini dapat mendorong pengurangan kemiskinan secara lebih cepat (growth,

pro-poor). Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum

pertumbuhan ekonomi dengan tetap meningkatkan upaya pengurangan kemiskinan.

Gambar 5

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013

(7)

Kedua, Kabupaten Sukamara, Barito Selatan, Pulang Pisau, dan Barito Timur termasuk

kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan di atas rata-rata (low growth, pro-poor). Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga efektvititas dan efisiensi kebijakan dan program pengurangan kemiskinan, dan secara bersamaan mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, serta perdagangan dan jasa.

Ketiga, Kabupaten Kapuas, Murung Raya, Gunung Mas, Seruyan, dan Katingan terletak di

kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-poor). Kinerja pembangunan daerah tersebut menegaskan bahwa pemerintah daerah harus bekerja keras untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produkvititas sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara lebih besar dari golongan miskin. Selain itu, pemerintah daerah juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi berbagai kebijakan dan program pengurangan kemiskinan.

Keempat, Kabupaten Lamandau, Barito Utara, dan Kota Palangkaraya terletak di Kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata (high-growth, less-pro poor). Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut belum memberi dampak penuruan angka kemiskinan secara nyata. Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah mendorong pengembangan sektor dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti pertanian dan perkebunan, serta usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi. Tantangan lainnya adalah meningkatkan koordinasi sinergi dalam mengoptimalkan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

1.2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan IPM

Gambar 6 menunjukkan distribusi kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM selama tahun 2008-2013.

Pertama, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat terletak di kuadran I,

merupakan daerah dengan rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di atas rata-rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi sejalan dengan peningkatan IPM (pro-growth, pro-human development). Dengan kinerja yang baik ini, tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, dan sekaligus mempertahankan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan.

Kedua, Kabupaten Sukamara, Pulang Pisau, dan Murung Raya terletak di kuadran II

termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi peningkatan IPM di atas rata-rata (low growth, pro-human development). Hal ini mengindikasikan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk meningkatkan pelayanan publik dapat meningkatkan IPM. Tantangan yang harus diatasi adalah mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan ekonomi yang menggunakan sumber daya lokal seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan

(8)

Gambar 6

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Ketiga, Kabupaten Katingan, Barito Timur, Barito Selatan, Kapuas, Gunugn Mas, dan

Seruyan terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-human development). Kondisi ini menegaskan perlunya pemerintah daerah membenahi pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, pemerintah daerah juga harus bekerja keras mendorong seluruh SKPD untuk memacu pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan utama daerah.

Kempat, Kabupaten Barito Utara, Lamandau, dan Kota Palangkaraya terletak di kuadran

IV

dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi peningkatan IPM di

bawah rata-rata (high-growth, less-pro human development). Tantangan bagi

pemerintah daerah adalah menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan

peningkatan mutu pelayanan publik terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

(9)

1.2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Pengangguran

Gambar 7 menunjukkan persebaran kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran selama tahun 2008-2013. Pertama, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Lamandau, dan Kota Palangkaraya termasuk darah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di atas rata-rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mendorong perluasan lapangan kerja (pro-growth, pro-job). Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan.

Gambar 7

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah Pengangguran Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Kedua, Kabupaten Barito Selatan, Kapuas, Sukamara, dan Barito Timur yang terletak di

kuadran II termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan pengangguran di atas rata-rata (low growth, pro-job). Hal ini mengindikasikan

(10)

bahwa perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan rendah seperti pertanian dan perikanan.

Ketiga, Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, Murung Raya, Seruyan, dan Katingan

terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-job). Hal ini menegaskan bahwa pemerintah daerah harus bekerja keras untuk memacu pengembangan sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara lebih besar.

Keempat, Kabuapten Barito Utara terletak di kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan

tinggi di atas rata-rata, tapi pengurangan pengangguran di bawah rata-rata (high-growth,

less-pro job). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut,

tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran. Daerah tersebut termasuk daerah perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari daerah perdesaan. Tantangan yang harus dihadapi adalah mendorong pengembangan sektor dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti pertanian dan perkebunan. Tantangan lainnya adalah mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang mampu menyerap tenaga kerja di sektor informal.

2.

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH

Pembangunan wilayah berkelanjutan bersifat multidimensi sehingga diperlukan analisis pembangunan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai masalah publik. Analisis pembangunan wilayah didasarkan pada dimensi pembangunan manusia, pembangunan sektor unggulan, serta pemerataan pembangunan dan kewilayahan.

2.1. ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

2.1.1.

Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan penduduk dapat mempengaruhi dinamika perubahan ataupun kualitas kehidupan sosial ekonomi penduduk suatu daerah. Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Pendidikan berperan penting dalam pengentasan kemiskinan dan memberikan ketrampilan kepada seluruh masyarakat untuk mencapai potensinya secara optimal. Penyelenggaraan pendidikan di daerah terpencil akan mampu menjembatani kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah.

Secara keseluruhan tingkat pendidikan di Kalimantan Tengah belum berkembang, terutama apabila dibandingkan dengan tingka pendidikan di Pulau Jawa. Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun (pendidikan dasar) tahun 2013 antarkota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah belum merata (Gambar 8). Rata-rata APS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 sebesar 99,01 persen untuk usia 7-12 tahun dan 85,88 persen untuk usia 13-15 tahun. Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah dengan APS terendah meliputi Kabupaten Gunung Mas (82,12 persen), Kabupaten Kapuas (87,77 persen), dan Kabupaten Kota Waringin Barat (87,64 persen). Angka partisipasi sekolah untuk usia 7-12 (jenjang SD) dan 13-15 (jenjang SLTP) cenderung tinggi, sedangkan partisipasi sekolah usia 16-18 (jenjang SLTA) lebih rendah. Hal ini menjadi indikasi partisipasi penduduk untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi cenderung masih rendah

(11)

Gambar 8

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, 2013

Gambar 9

Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Tahun 2009-2013

Sumber: BPS, 2013

Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah menunjukkan keberhasilan dalam upaya memperluas pelayanan pendidikan. Perkembangan RLS dan AMH di Kalimantan Tengah 85.88 99.01 0 20 40 60 80 100 120

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) 07-12 tahun

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) 07-12 tahun

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 8 8.1 8.2 8.3 2009 2010 2011 2012 2013

RLS Provinsi (tahun) RLS Nasional (tahun) AMH Provinsi (persen) AMH Nasional (persen)

(12)

menunjukkan peningkatan. Dari RLS terlihat bahwa pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah baru berjalan sekitar 7 sampai 8 tahun. Kota Palangka Raya sebagai ibukota provinsi, memliki rata-rata lama sekolah tertinggi di antara kabupaten lain di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 10,73 tahun. Dari 14 kabupaten/kota, ada 7 kabupaten yang RLS nya dibawah RLS Provinsi, yaitu Kapuas, Seruyan, Murung Raya, Sukamara, Pulang Pisau, Lamandau, dan Kotawaringin Timur. RLS Kalimantan Tengah tahun 2013 sebesar 8,17 tahun sementara nasional nasional 8,14 tahun. Sementara untuk AMH Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009-2013 berkisar pada angka 97 persen dan nasional berkisar 92-94 persen, AMH Kalimantan Timur jauh lebih tinggi dari AMH Nasional. Provinsi Kalimantan Tengah perlu konsisten dalam meningkatkan APS, AMH, dan RLS sehingga penyelenggaraan layanan untuk pemerataan akses dan mutu pendidikan dapat tercapai. Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya dilakukan analisis terhadap kondisi umum pendidikan, prioritas bidang, prioritas wilayah dan anggaran sebagai suatu kesatuan analisis pemecahan masalah penyelenggaraan pembangunan pendidikan di Kalimantan Tengah.

2.1.2. Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan salah satu kebutuhan penting untuk pembangunan manusia. Penyediaan fasilitas kesehatan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah. Tingkat kesehatan masyarakat Kalimantan Tengah belum menunjukkan hasil yang baik apabila dilihat dari indikator kesehatan, seperti angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, serta gizi buruk yang berada di atas nasional. Angka kematian bayi di Kalimantan Tengah pada tahun 2012 sebanyak 49 kematian per 1000 kelahiran baru, sedangkan angka nasional menunjukkan 34 kematian per 1000 kelahiran baru (Gambar 10), angka ini juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007. Faktor penyebab meningkatnya AKB adalah gizi buruk, penanganan persalinan yang kurang memadai, kesehatan lingkungan yang buruk, serta wawasan masyarakat terhadap kesehatan.

Gambar 10

Angka Kematian Bayi Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2012 2007 2010 2012 Kalimantan Tengah 30 23 49 INDONESIA 39 26 34 0 10 20 30 40 50 60

(13)

Jenis tenaga penolong persalinan menentukan keberhasilan persalinan dan akan berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi yang ditolong. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan dan tenaga medis lainnya mencapai 67,04 persen pada tahun 2014, lebih baik dibandingkan tenaga non medis seperti dukun yaitu sebesar 32,96 persen. Persalinan yang masih dibantu oleh dukun dan keluarga berkaitan erat dengan kemampuan ekonomi dan faktor budaya yang biasa terdapat di pedesaaan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah mengajukan program prioritas untuk percepatan pembangunan kesehatan di Kalimantan Tengah. Sasaran pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah antara lain pembangunan RS pratama di Kabupaten Gunung Mas, serta program peningkatan sarana prasarana alat RS rujukan regional di RSUD Dorys Silvanus Kota Palangkaraya, RSUD Murjani Sampit Kab. Kotawaringin Timur, RSUD Imanuddin Pangkalan Bun Kotawaringin Barat, RSUD Muara Teweh Kab. Barito Utara. Pemerintah juga mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang terdidik guna menjamin keselamatan ibu dan bayi. Adanya peningkatan kuantitas dan kualitas program-program pelayanan bidang kesehatan, telah mampu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan meningkatkan Angka Harapan Hidup Kalimantan Tengah.

Tabel 1

Jumlah Puskesmas dan Perawatan (Unit) Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Tengah

No. Kabupaten/Kota Puskesmas Puskesmas Perawatan

Puskesmas Non Perawatan Rasio Puskesmas terhadap 1000 penduduk

1 Kab. Kotawaringin Barat 16 5 11 0,06

2 Kab. Kotawaringin Timur 20 5 15 0,05

3 Kab. Kapuas 26 5 21 0,08

4 Kab. Barito Selatan 12 5 7 0,09

5 Kab. Barito Utara 16 9 7 0,13

6 Kab. Sukamara 5 3 2 0,09

7 Kab. Lamandau 11 9 2 0,15

8 Kab. Seruyan 12 4 8 0,07

9 Kab. Katingan 16 6 10 0,10

10 Kab. Pulang Pisau 11 7 4 0,09

11 Kab. Gunung Mas 15 9 6 0,14

12 Kab. Barito Timur 11 1 10 0,10

13 Kab. Murung Raya 14 2 12 0,13

14 Kota Palangka Raya 10 3 7 0,04

Provinsi 195 73 122 0,08

Nasional 9.731 3.378 6.336 -

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2015

Puskesmas merupakan pilihan utama masyarakat yang memiliki keluhan kesehatan karena mudah dijangkau dan biaya berobat yang murah. Rumah sakit yang banyak dikunjungi adalah rumah sakit milik pemerintah dibandingkan swasta, sedangkan untuk praktek dokter

(14)

dipilih karena kemudahan dan kecepatan pertolongan kesehatan walaupun dengan harga yang lebih mahal. Berdasarkan data BPS tahun 2014, jumlah puskesmas di Provinsi Kalimantan Timur sekitar 195 unit, yang terdiri dari 73 unit puskesmas perawatan dan 122 unit puskesmas non perawatan (Tabel 1). Jika dilihat dari rasio ketersediaan puskesmas terhadap jumlah penduduk beberapa daerah masih rendah, termasuk di Kota Palangkaraya. Namun untuk Kota Palangkaraya keterbatasan puskesmas dapat digantikan dengan adanya rumah sakit.

Untuk masalah gizi buruk, di Kalimantan Tengah masih terdapat kasus kurang gizi pada beberapa daerah terutama di perdesaan. Hal ini terkait dengan status ekonomi masyarakat setempat yang tidak menunjukkan peningkatan yang lebih baik. Peningkatan angka kecukupan gizi harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Program prioritas yang harus dilakukan terkait dengan pembangunan kesehatan harus menyeluruh dari penurunan AKB, peningkatan gizi masyarakat,jaminan kesehatan ibu hamil, serta pelatihan tenaga medis.

2.1.3. Perumahan

Arah kebijakan pada sasaran pembangunan perumahan adalah meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai. Kebutuhan rumah layak huni di Kalimantan Tengah sangat besar, mengingat masih banyaknya penduduk yang belum memiliki rumah yang layak ditempati, kepemilikan pemukiman yang belum tertata, serta terdapat keterbatasan lahan. Penyediaan lahan baru bagi pembangunan perumahan dilakukan untuk menghindari permasalahan perumahan ke depan. Pemenuhan hunian yang layak dengan didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Masyarakat berpenghasilan rendah masih banyak yang belum tinggal di rumah layak huni karena rendahnya keterjangkuan mereka untuk membangun maupun membeli rumah.

Gambar 11

Persentase Rumah Tangga Kriteria Kelayakan Sanitasi dan Air Minum

Sanitasi Air Minum

Sumber: BPS, 2013

Pembangunan perumahan yang layak huni bagi masyarakat juga harus memperhatikan akses air minum dan sanitasi layak. Selama tahun 2010-2013 rumah tangga di Kalimantan Tengah yang mendapatkan kriteria sanitasi dan air minum layak cenderung meningkat, meskipun masih di bawah nasional (Gambar 11). Jumlah rumah tangga dengan kelayakan sanitasi di Provinsi Kalimantan Tengah meningkat tajam pada tahun 2011 ke tahun 2013, yaitu

2010 2011 2012 2013 Kalimantan Tengah 35.14 33.72 38.31 44.05 Nasional 55.53 55.6 57.35 60.91 0 10 20 30 40 50 60 70 pe rs en 2010 2011 2012 2013 Kalimantan Tengah 40.55 47.14 52.44 48.04 Nasional 44.19 63.48 65.05 67.73 0 10 20 30 40 50 60 70 80 pe rs en

(15)

dari 33,72 persen menjadi 44,05 persen. Sementara itu jumlah rumah tangga dengan kriteria kelayakan air minum di Kalimantan Tengah selama 2010-2013 sedikit peningkatannya, dan masih jauh di bawah rata-rata nasional.

Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan manajemen aset. Penyediaan layanan sanitasi belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya pengamanan air minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan).

2.1.4. Mental/Karakter

Pembangunan karakter di setiap wilayah berbeda, tergantung dari budaya, agama, serta kehidupan masyarakatnya. Pembangunan karakter melalui pendidikan dalam masyarakat merupakan upaya meningkatkan sikap mental untuk meningkatkan nilai etis diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, bersikap, berbuat dan memotivasi kehidupan seseorang. Karakter erat kaitannya pola tingkah laku dan kecenderungan untuk berbuat baik. Dalam hal ini perlu adanya usaha mengadakan pendidikan baik formal maupun informal di lingkungan tempat tinggal untuk menggerakkan perubahan yang terjadi.

Pembangunan wilayah Kalimantan Tengah menuntut perubahan sikap mental manusia yang selain merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembangunan juga merupakan salah satu tujuan utama pembangunan itu sendiri. Semua elemen masyarakat berperan serta dalam membangun karakter bangsa, di antaranya melalui media massa, pada akademisi, tokoh adat, dan melalui peran organisasi kepemudaan. Proses penanaman karakter yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah meliputi pengembangan bentuk pembelajaran substantif yang materinya terkait langsung dengan nilai, serta melalui pendidikan keagamaan. Peran lembaga adat juga dapat memberikan pemahaman tentang kearifan lokal yang memiliki nilai positif untuk pembangunan.

Pendidikan karakter di Kalimantan Tengah dapat dikembangkan melalui budaya lokal berbasis masyarakat adat dan agama. Pendidikan agama dalam masyarakat dan lingkungan sekolah juga menjadi dasar pada terbentuknya karakter masyarakat. Keberadaan tempat ibadah untuk pendidikan karakter masyarakat menjadi penting untuk dikembangkan (Tabel 2) Pembentukan karakter bisa dilakukan melalui pemuka agama dan penyuluh agama di Kalimantan Tengah.

Tabel 2

Data Umat, Tempat Ibadah, Penyuluh Agama Provinsi Kalimantan Tengah

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

Jumlah Pemeluk Agama 1.944.177 408.340 86.238 218.890 9.388 Jumlah Tempat Peribadatan 195.625 1.687 185 626 14

Banyaknya Rohaniawan 133 1 815 54 772 34

(16)

Adanya keberagaman etnis dan agama dan berkembangnya lembaga sosial dalam kehidupan masyarakat membutuhkan peran pemuda sebagai aset pembangunan sosial. Untuk menjamin kesejahteraan sosial keterlibatan pemuda dipelukan untuk mendorong proses pembelajaran serta membangun komitmen bersama dalam pembangunan. Pengembangan karakter pemuda dapat dilakukan melalui lembaga sosial dan organisasi kemasyarakatan karena keterlibatan pemuda dalam hal ini sangat tinggi. Jumlah organisasi di Kalimantan Tengah yang terdaftar pada Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2014 sebanyak 29 organisasi yang menjadi wadah aspirasi generasi muda dalam menjalankan aktivitas kepemudaan (Gambar 12). Melalui peran organisasi ini pengembangan karakter yang positif dapat dilakukan. Pemuda memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun daerahnya untuk kepentingan masyarakat.

Gambar 12

Bidang Organisasi Kepemudaan di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2014 (diolah)

2.2. ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

2.2.1. Pengembangan Sektor Pangan

Terwujudnya kedaulatan pangan merupakan salah satu cerminan kemandirian ekonomi nasional. Pertanian menjadi sektor strategis pembangunan di Kalimantan Tengah karena potensi sumberdaya pertanian yang melimpah di wilayah ini. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan dan dikembangkan untuk ketahanan pangan masyarakat Kalimantan Tengah. Produksi padi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan mencapai 918.658 ton (Gambar 13). Hal ini didukung karena meningkatnya luas lahan dan produktivitas. Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau merupakan dua kabupaten yang dikenal sebagai lumbung padi Kalimantan Tengah. Produksi padi di kedua kabupaten tersebut mencapai 60 persen dari produksi padi Kalimantan Tengah. Produktivitas padi di kedua kabupaten tersebut juga di atas produktivitas Kalimantan Tengah. Tercatat sebanyak 3 (tiga) kabupaten dengan produktivitas di atas produktivitas Kalimantan Tengah yaitu Kapuas, Pulang Pisau, dan Barito Timur.

keagamaan 10% kepartaian 7% ekonomi 4% kekaryaan 3% kesukuan 7% kepramukaan 3% kebangsaan 45% kesiswaan 21%

(17)

Gambar 13

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Padi Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2014

Produksi jagung di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 mencapai 9.172 ton, meningkat sebesar 1.034 ton dari tahun 2014 sebesar 8.138 ton (Gambar 14). Produksi jagung terbesar di Kalimantan Tengah 23,82 persen berasal dari Kabupaten Kotawaringin Barat, 17,93 persen Kabupaten Barito Utara dan 17,93 persen dari Kabupaten Lamandau. Peningkatan produksi ini dikarenakan meningkatnya luas panen dan produktivitas.

Gambar 14

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Jagung Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2014 610,236 755,507 812,652 838,207 918,658 27.49 30.01 31.78 34.66 34.75 0 10 20 30 40 50 60 0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Padi Produktivitas Padi Produktivitas Nasional

9,208 7,947 6,217 8,138 9,172 0 10 20 30 40 50 60 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 2011 2012 2013 2014 2015

(18)

Untuk komoditas kedelai, kontribusi Provinsi Kalimantan Tengah terhadap nasional 0,15 persen pada tahun 2014, dan menurun menjadi 0,14 persen pada tahun 2015. Pada tahun 2015 produksi kedelai mencapai 1.369 ton, turun sebesar 28 ton dibandingkan tahun 2014 sebesar 1.397 ton (Gambar 15), dengan produksi kedelai terbesar sekitar 19,76 persen dari Kabupaten Kapuas dan 11,52 persen dari Kabupaten Murung Raya.

Gambar 15

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Kedelai Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2014

Gambar 16

Produksi Daging Provinsi Kalimantan Tengah (Ton)

Sumber: BPS, 2014 2,823 1,700 1,684 1,397 1,369 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Kedelai Produktivitas Kedelai Produktivitas Nasional

5,224 3,116 4,154 4,277 4,382 725 26 28 45 49 221 138 320 339 347 1,780 2,021 2,348 2,434 2,491 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 2010 2011 2012 2013 2014

Daging Sapi Daging Kerbau Daging Kuda Daging Kambing Daging Domba Daging Babi

(19)

Kebutuhan bahan pangan selain bersumber dari pertanian juga berasal dari peternakan. Kebutuhan konsumsi daging di Provinsi Kalimantan Tengah dipenuhi dari produksi sendiri dan pasokan daerah lain. Produksi daging terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah didominasi oleh daging sapi dan babi yang terus mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya (Gambar 16). Populasi ternak sapi terbesar terdapat di Kotawaringin Barat, Seruyan, dan Pulau Pisang, sementara untuk populasi babi terdapat di Kota Waringin Timur , Barito Selatan, dan Gunung Mas.

Gambar 17

Populasi Ternak Unggas Provinsi Kalimantan Tengah (Ribu Ekor

)

Sumber: BPS, 2014

Peternakan unggas di Provisi Kalimantan Tengah juga mengalami peningkatan dengan hasil produksi yang terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah populasi ternak terbesar di Kalimantan Tengah adalah ayam pedaging yaitu sebanyak 5,6 juta ekor pada tahun 2015, meningkat sebesar 785 ribu ekor dari tahun sebelumnya (Gambar 17). Peningkatan jumlah produksi dan populasi unggas didukung adanya pemberian bantuan bibit ternak, bantuan pakan ternak, serta pengobatan ternak dari pemerintah. Kebutuhan pakan ternak di Kalimantan Tengah sebagian besar masih didatangkan dari luar wilayah terutama didatangkan dari Makassar dan Surabaya karena produksi bahan utama pembuat pakan ternak masih terbatas.

Tercapainya kondisi ketahanan dan kemandirian pangan di Provinsi Kalimantan Tengah juga dipengaruhi adanya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan usaha tani tanaman pangan, usaha tani hortikultura, usaha peternakan, dan usaha perkebunan yang mampu memberikan dampak bagi peningkatan produksi dan produktivitas petani dan peternak. Pemerintah daerah mendorong peningkatan jumlah lahan pertanian dengan memfungsikan kembali lahan sawah untuk ditanam padi, jagung, dan kedelai sesuai dengan musimnya. Ketersediaan lahan di Kalimantan Tengah cukup luas untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi tanaman pertanian dan kebutuhan pangan lainnya. Upaya perluasan areal sawah sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan karena kebutuhan produksi tanaman pangan khususnya padi terus meningkat sedangkan alih fungsi lahan cukup luas setiap

5,557.00 2,496.80 3,028.30 3,167.20 3,420.60 64.4 15.6 37.3 40.9 42.7 4,669.20 4,921.20 5,225.40 4,892.20 5,677.50 291.8 249.5 290.7 305.5 319.2 0.00 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 2010 2011 2012 2013 2014

(20)

tahunnya. Untuk mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Tengah diperlukan pembukaan lahan pertanian dalam memenuhi target produksi tanaman pangan di tahun 2019 (Tabel 3).

Tabel 3

Sasaran Kedaulatan Pangan Provinsi Kalimantan Tengah Desa

Mandiri Benih

Cetak Sawah (Ha)*

Target Produksi 2019 (ribu ton)

Padi Jagung Kedelai Daging Sapi dan kerbau

30 101.750 969.188 10.075 7.034 5.913

*indikasi awal

Sumber: Perhitungan Bappenas, 2015

Dalam pemanfaatan dan pengolahan lahan sawah petani perlu mendapatkan pembinaan dan didampingi secara intensif baik dalam pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen oleh penyuluh pertanian dengan menerapkan inovasi teknologi spesifik lokasi. Dinas pertanian perlu memantau penyaluran benih dan pupuk agar lahan sawah bisa diusahakan secara berkelanjutan sehingga meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Petani juga perlu mendapatkan fasilitas berupa kemudahan dalam mengakses sarana produksi, sumber permodalan, pengolahan hasil serta pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahterannya.

Salah satu upaya dalam mendorong produksi dan produktivitas pangan adalah tersedianya infrastruktur pertanian yang memadai. Pembangunan infrastruktur yang saat ini diperlukan antara lain berupa perbaikan dan pembangunan infrastruktur pengairan, seperti waduk dan saluran irigasi, serta pembangunan jalan yang menghubungkan sentra produksi kepada konsumen akhir. Untuk mewujudkan ketersediaan infrastruktur tersebut, dukungan dan koordinasi antara instansi yang membidangi pembangunan fisik serta pemerintah daerah melalui dukungan kebijakan yang mempermudah implementasi pembangunan tersebut, mutlak diperlukan. Selain pembangunan infrastruktur, peningkatan produksi dan produktivitas pertanian juga memerlukan dukungan penyediaan teknologi dan sarana produksi, serta sumber daya manusia yang baik.

2.2.2. Pengembangan Sektor Energi

Sumber daya energi Kalimantan Tengah yang melimpah berupa minyak bumi, batu bara, gas bumi, panas bumi, tenaga air, dan tenaga matahari umumnya belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena pemanfaatan sumber energi tersebut memerlukan program konservasi, diversifikasi, intensifikasi energi. Sebagian besar kebutuhan energi di Kalimantan Tengah baik untuk sektor ekonomi maupun sebagai pembangkit tenaga listrik masih mengandalkan potensi migas yang sebagian besar dimanfaatkan untuk memenuhi komoditas ekspor. Ketersediaan energi yang berkesinambungan, handal, terjangkau dan ramah lingkungan merupakan hal yang fundamental dalam membangun industri energi yang bisa mendukung perkembangan ekonomi dan sosial suatu negara. Berdasarkan hal tersebut beberapa negara termasuk Indonesia telah mulai memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil yang cadangannya mulai menipis. Tidak seperti negara-negara maju, pengembangan EBT di Indonesia hingga saat ini masih belum dominan karena masih didominasi penggunaan bahan bakar fosil.

(21)

Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang mengalami masalah dengan penyediaan energi.Kebutuhan energi listrik di Kalimantan Selatan mencapai 170 MW tetapi keadaan pembangkit-pembangkit listrik yang ada belum memadai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut. Ketidakmampuan ini disebabkan pembangkit-pembangkit yang digunakan di Kalimantan Tengah kebanyakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berdaya kecil dan telah menjalani proses operasi yang cukup lama sehingga tidak bisa bekerja dengan baik lagi. Untuk mengatasi masalah energi listrik Kalimantan Timur membangun PLTU batubara berdaya 2 x 60 MW di Kabupaten Pisau Kalimantan Tengah. Pemanfaatan EBT sebagai sumber energi di Kalimantan Tengah adalah penggunaan pembangkit tenaga surya untuk menjangkau desa-desa yang belum berlistrik dan berada di luar jangkauan PLN .

Pemadaman listrik menjadi fenomena yang biasa terjadi di Kalimantan Tengah karena kecilnya daya energi listrik yang dibangkitkan. Potensi sumber daya energi terbarukan di Kalimantan Tengah yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik menggunakan sinar matahari. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat harus diimbangi dengan ketersediaan tenaga listrik karena meningkatnya permintaan tenaga listrik. Berbagai kendala dalam pembangunan kelistrikan di Kalimantan Tengah adalah sebagian besar desa-desa di provinsi ini belum terjangkau oleh jaringan listrik. Rasio elektrifikasi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2014 masih di bawah 100 persen yaitu sebesar 61, 38 persen lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 81,70 persen (Gambar 18). Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan jumlah rumah tangga yang berlistrik dan jumlah keseluruhan rumah tangga (RUPTL PLN 2015-2024). Rasio elektrifikasi ini menggambarkan tingkat ketersediaan energi listrik untuk masyarakat. Saat ini masih ada sekitar 188.267 rumah tangga yang belum berlistrik dari 624.026 rumah tangga yang ada di Kalteng yang tersebar di 307 desa dari 1.567 desa di Kalimantan Tengah yang lokasinya jauh di daerah pedalaman.

Gambar 18

Rasio Elektrifikasi (%) Tahun 2014

Tidak termasuk pelanggan non PLN

Sumber: Statistik PLN, 2014 61.38 81.70 0 20 40 60 80 100 120 A ce h Sum at er a U ta ra Sum at er a Ba ra t R ia u Ja m bi Sum at er a Se lat an Be ngk ulu La m pun g Ke p Ba ngk a Be lit un g Ke pu laua n R ia u D KI Ja kar ta T an ge ra ng Ja wa Ba ra t Ja wa T en ga h D .I Yo gy aka rt a Ja wa T im ur Ba nt en B A L I N us a T en ggar a B ar at N us a T en ggar a Ti m ur Kali m an ta n Ba ra t Kali m an ta n T en ga h Kali m an ta n Se lat an Kali m an ta n T im ur da n U ta ra Sulaw es i U ta ra Sulaw es i T en ga h Sulaw es i S elat an Sulaw es i T en gga ra Go ro nt alo Sulaw es i B ar at M aluk u M aluk u U ta ra Pa pu a B ar at Pa pu a

(22)

Pembangkit-pembangkit listrik yang dimiliki PT. PLN (Persero) cabang Kalimantan Tengah sendiri semuanya berjenis PLTD dengan total daya mampu sebesar 60,72 MW. Produksi listrik di Kalimantan Tengah periode 2010-2014 menunjukkan tend meningkat. Produksi listrik terbesar terdapat di Palangka Raya, 26,25 persen dari total produksi 2014. Jumlah pelanggan meningkat 8,48 persen di 2014 menjadi 437.552 pelanggan. Peningkatan produksi listrik diikuti peningkatan jumlah PLTD sebesar 183,70 persen menjadi 383 unit PLTD pada 2014. Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan listrik dengan pemenuhan yang terfokus di kabupaten dan daeran yang ketersediaan listrik yang masih terbatas. yang selama ini relatif masih belum memperoleh pelayanan energi yang memadai dibandingkan daerah lainnya. Pelayanan sistem jaringan kelistrikan merupakan salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Kalimantan Tengah. Rencana penyediaan kebutuhan listrik selain untuk meningkatkan ketersediaan listrik, juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat membantu kegiatan sosial dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah.

2.2.3. Pengembangan Sektor Kemaritiman dan Kelautan

Pembangunan ekonomi bidang maritim merupakan salah satu prioritas program kerja pembangunan nasional. Untuk pengembangan sektor kemaritim dan kelautan, Kalimantan Tengah memiliki p

otensi laut

seluas 94.500 km2 dengan panjang garis pantai ± 750 km , serta

memiliki berbagai jenis ikan pelagis, udang, rajungan, dan lainnya. Pantai laut di selatan Kalimantan Tengah merangkai 7 (tujuh) kabupaten; yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau, dengan panjang garis pantai ± 750 km. Sedangkan perairan umum dengan luas ± 2.29 juta Ha dengan potensi sumberdaya ikannya yang cukup besar perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara baik.

Untuk mendukung transportasi laut, terdapat 8 pelabuhan laut yang berfungsi untuk bongkar muat barang dalam negeri, luar negeri dan pelayaran rakyat, yaitu pelabuhan laut Pulang Pisang, Pegatan Mendawai, Sampit, Kuala Pembuang, Samuda, Sukamara, Pangkalan Bun, dan Kumai. Aktivitas bongkar muat barang paling besar terdapat di 2 pelabuhan yaitu pelabuhan laut Kumai dengan volume bongkar mencapai 1.726.439 ton dan muat sebesar 5.538.453 ton, dengan jumlah kunjungan kapal sebanyak 2.996, dan pelabuhan laut Sampit dengan volume bongkar 1.964.080 ton dan muat barang sebesar 4.732.265 ton dengan kunjungan kapal sebanyak 3.590 (Tabel 4). Jumlah kunjungan kapal dapat digunakan untuk menganalisis aktivitas suatu pelabuhan karena data jumlah kunjungan kapal di suatu pelabuhan menunjukkan tingkat kesibukan aktivitas pelabuhan. Semakin rendahnya aktivitas pelabuhan, biaya logistik semakin tinggi sehingga biaya operasional kurang efisien. Transportasi laut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis maritim dan menekan angka inflasi karena disparitas harga antarwilayah makin rendah.

Tabel 4

Aktivitas Pelabuhan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014 Pelabuhan Laut Kapal Kapal DWT/BRT Bongkar Barang Muat

1. Pulang Pisau 560 530.060 670.919 351.058

(23)

Pelabuhan Laut Kapal Kapal DWT/BRT Bongkar Barang Muat 3. S a m p i t 3.590 5.553.841 1.964.080 4.732.265 4. Kuala Pembuang - - - - 5. Samuda 49 5.931 974 2.600 6. Sukamara 1.456 115.139 38.454 329.009 7. Pangkalan Bun 1.089 796.921 294.279 358.189 8. Kumai 2996 5.449.543 1.726.439 5.538.453 Jumlah 9951 12.451.435 4.699.617 11.595.819

Sumber: Statistik Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, 2015

Luasnya wilayah perairan darat dan perairan laut di Kalimantan Tengah mendukung untuk pengembangan perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hasil perikanan tangkap laut mendominasi produksi perikanan di Kalimantan Timur taun 2013 dengan produksi sebesar 66.312 ton (Gambar 19). Perikanan budidaya di Kalimantan Tengah didominasi oleh budidaya keramba, diikuti budidaya kolam, dan budidaya tambak. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap adalah sebanyak 21.770 RTP yang terdiri dari 5.340 RTP Perikanan Laut dan 16.430 RTP Perikanan Darat.

Gambar 19

Produksi Perikanan (ton) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013

Sumber: BPS, 2013

Tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan sektor perikanan di Kalimantan Tengah antara lain belum terpadunya usaha penangkapan ikan, tambak ikan, serta budidaya perikanan lainnya, dan penggunaan teknologi penangkapan dan pengolahan hasil ikan yang belum memadai. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perekonomian berbasis kelautan ini antara lain pemberian kredit mikro kepada nelayan, peningkatan kualitas produk perikanan di pasar lokal dan untuk ekspor, dan pengembangan industri yang berasal dari produk olahan ikan. Pengembangan sektor kelautan ini harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan agar memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

42%

23% 6%

14%

15%

Tangkap Laut Perairan Umum Budidaya Laut Tambak

(24)

2.2.4. Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri

Sektor pariwisata dan industri merupakan salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan pariwisata dan industri harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga memberikan manfaat langsung untuk kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan dalam pengembangan sektor pariwisata meliputi: pemasaran pariwisata nasional dengan mendatangkan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara; pembangunan destinasi pariwisata dengan meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam dan luar negeri; pembangunan industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk dan jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran; dan pembangunan kelembagaan pariwisata dengan membangun sumberdaya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional. Arah kebijakan dalam pengembangan sektor industri meliputi pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa, penumbuhan populasi industri, serta peningkatan daya saing dan produktivitas.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah masih rendah dibandingkan dengan potensi pariwisata yang dimilikinya. Wisatawan asing maupun domestik yang berkunjung ke Kalimantan Tengah belum begitu besar. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di Kalimantan Tengah meningkat setiap tahunnya walaupun peningkatan jumlah kunjungan tersebut dianggap tidak signifikan. Hal ini juga terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah dibandingkan Indonesia secara keseluruhan Tahun 2010-2014 (Gambar 20). Jumlah tamu asing pada hotel dan akomodasi lain di Kalimantan Tengah tahun 2014 sebanyak 924.146 orang, menurun dari dibandingkan tahun 2013 sebanyak 2.168.466 orang. Salah satu kendala dalam pengembangan pariwisata di Kalimantan Tengah adalah keterbatasan dana dan kurangnya kerjasama pemerintah dengan masyarakat lokal untuk mengelola pariwisata

Gambar 20

Jumlah Tamu yang Menginap Tahun 2010-2014

Sumber: BPS, 2014 457 1,924 1,705 30,478 3,941 581,147 758,976 709,689 2,137,988 920,205 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 90,000,000 100,000,000 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Tamu Asing (Provinsi) Jumlah Tamu Indonesia (Provinsi) Jumlah Tamu Asing (Nasional) Jumlah Tamu Indonesia (Nasional)

(25)

Kalimantan Tengah memiliki potensi pariwisata yang potensial untuk dikembangkan, terutama wisata alam, antara lain kawasan cagar alam (Bukit Raya dan kelompok Hutan Monumental di Kabupaten Kotawaringin Timur, Bukit Sapat Hawung di Kabupaten Barito Utara serta Marang di Kotamadya Palangka Raya), suaka alam darat dan Taut di Kabupaten Kotawaringin Barat, Taman Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kotawaringin Barat, air terjun Malau Besar di Kabupaten Barito Utara serta taman wisata (Air Terjun Poaras di Kabupaten Barito Utara, Tangkiling di Kotamadya Palangka Raya), Pantai Kubu dan Tanjung Keluang di Kabupaten Kotawaringin Barat, serta Ujung Pandaran di Kabupaten Kotawaringin Timur. Sektor pariwisata mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja dan menjadi multiplier effect untuk pengembangan sektor perekonomian yang lain. Objek wisata yang dimiliki Kalimantan Tengah belum ditata dengan baik menjadi daya tarik wisata unggulan, padahal potensinya sangat besar karena alam yang dimiliki masih asli dan memiliki budaya khas dan unik Kalimantan Tengah.

Untuk sektor industri, salah satu tantangan yang dihadapi industri nasional saat ini adalah daya saing yang rendah di pasar internasional. Faktor yang menyebabkan rendahnya daya saing tersebut antara lain adanya peningkatan biaya energi, tingginya biaya ekonomi, serta belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan lain yang dihadapi adalah masih lemahnya keterkaitan antar industri (industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil dan menengah), adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi antardaerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditas tertentu.

Tabel 5

Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Tahun 2014 Kabupaten/ Kota Jumlah Unit Usaha Jumlah

Tenaga Kerja Investasi (000 Rp) Jumlah Nilai Nilai Produksi (000 Rp.)

Kotawaringin Barat 536 1.643 74.591.109 112.119.149 KotawaringinTimur 195 1.117 6.489.329 33.228.366 Kapuas 310 1.512 27.499.500 50.096.350 Barito Selatan 143 254 2.461.540 8.070.000 Barito Utara 379 1.530 8.928.558 20.748.640 Sukamara 446 1.063 3.118.970 54.905.442 Lamandau 157 554 13.202.050 11.016.652 Seruyan 366 1.116 5.760.400 69.919.300 Katingan 537 2.343 18.691.950 36.302.250 Pulang Pisau 121 442 374.870 2.090.238 Gunung Mas 91 205 4.300.382 4.031.205 Barito Timur 161 523 22.798.758 46.752.589 Murung Raya 217 479 4.531.075 13.426.647 Palangka Raya 1.019 3.399 44.916.042 90.078.907 Jumlah 4.678 16.180 237.664.533 552.785.735

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah, 2014

Jumlah industri kecil menengah tahun 2014 mencapai 4.678 industi dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 16.180 orang, serapan tenaga kerja terbesar di Kota Palangka Raya 3.399 orang dan Kabupaten Katingan sebanyak 2.343 orang (Tabel 5). Sementara untuk industri besar terdapat 8 jenis industri besar dengan total serapan tenaga kerja lebih besar dari

(26)

industri kecil menengah yaitu sebanyak 25.542 orang, serapan tenaga kerja terbesar yaitu industri makanan meyerap tenaga kerja sebanyak 21.751 orang, dan industri kayu, barang dari kayu dan gabus menyerap tenaga kerja sebanyak 2,223 orang (Gambar 21). Industri manufaktur tersebar di beberapa kabupaten antara lain Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, dan Barito Selatan. Untuk meningkatkan perekonomian sektor industri diperlukan upaya dan peran pemerintah untuk melakukan pembinaan, pelatihan dan ketrampilan berwirausaha perlu diberikan kepada masyarakat/kelompok masyarakat atau UMKM supaya , dan industri-industri di wilayah ini untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian masyarakat dalam pengembangan usaha.

Gambar 21

Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar di Kalimantan Tengah Tahun 2014

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2015

2.3. ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

2.3.1. Pusat Pertumbuhan Wilayah

Pusat pertumbuhan wilayah banyak ditentukan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Peningkatan infrastruktur dan ketersediaan sarana mampu mendukung percepatan pembangunan. Ketersediaan infrastruktur yang lengkap di suatu wilayah juga bisa digunakan sebagai dasar dalam penetapan pusat pertumbuhan, karena hierarki suatu kota yang besar akan mempercepat wilayah lain untuk berkembang. Hierarki kota dapat menentukan jenjang pelayanan terkait dengan pusat pelayanan di kota.

2.3.1.1.

Kawasan Ekonomi Khusus

Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Salah satu syarat pengembangan KEK adalah ketersediaan investor yang akan menggerakkan investasi di wilayah tersebut. KEK bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 0 10 20 30 40 50 60

(27)

mengurangi kesenjangan dalam masyarakat melalui hadirnya aktivitas ekonomi yang memberikan nilai tambah. Terbentuknya KEK diharapkan semakin membangun daya saing wilayah dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saat ini Provinsi Kalimantan Tengah belum memiliki KEK, dan pada RKP 2016 belum ada daerah di Kalimantan Tengah yang akan dikembangkan menjadi KEK. KEK bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan mengurangi kesenjangan dalam masyarakat melalui hadirnya aktivitas ekonomi yang memberikan nilai tambah. Terbentuknya KEK diharapkan semakin membangun daya saing wilayah dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3.1.2.

Kawasan Industri

Arah pengembangan KI di luar Pulau Jawa diharapkan dapat menciptakan pemerataan pembangunan ekonomi dan meningkatkan efisiensi sistem logistik dan KI sebagai pergerakan utama pusat-pusat pertumbuhan baru. Provinsi Kalimantan Tengah belum memiliki kawasan industri yang akan dikembangkan. Sektor industri Kalimantan Tengah saat ini didominasi oleh industri manufaktur yang juga memiliki peran penting dalam peningkatan nilai tambah kegiatan ekonomi di Kalimantan Tengah.

2.3.2. Kesenjangan intra wilayah

Tingkat kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang ditunjukan dengan nilai indeks wiliamson dari tahun 2009-2013 relatif rendah dan berada jauh dibawah rata-rata nasional (Gambar 22). Penyebab kesenjangan ekonomi dan sosial di Provinsi Kalimantan Tengah antara lain masih terbatasnya jangkauan sarana dan prasarana bagi masyarakat. Kondisi di atas menghadapkan Kalimantan Tengah pada tantangan untuk meningkatkan, memeratakan, dan memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya, serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah.

Gambar 22

Perkembangan Kesenjangan Ekonomi (Indeks Williamson) 2009-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah) 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.78 0.78 0.80 0.80 0.78 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 2009 2010 2011 2012 2013 Kalimantan Tengah Nasional

(28)

Kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah cukup tinggi, terlihat dari besarnya gap antara kabupaten atau kota dengan PDRB perkapita tertinggi dan PDRB perkapita terendah (Tabel 6). Pendapatan perkapita di Provinsi Kalimantan Tengah relatif sama dengan pendapatan perkapita kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Wilayah Kalimantan Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih rendah daripada wilayah lain di Indonesia dengan konsentrasi penduduk tersebar di perdesaan dan pedalaman. Besarnya pendapatan perkapita kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah memiliki besaran yang hampir sama karena kesamaan struktur perekonomian di wilayah ini, yaitu pada sektor pertanian.

Tabel 6

Perkembangan Nilai PDRB Perkapita ADHB dengan Migas Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013 (000/jiwa)

Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kotawaringin Barat 16.390 17.612 19.036 20.984 23.174 25.937 Kotawaringin Timur 16.545 18.577 21.184 23.963 26.605 29.590 Kapuas 11.693 13.191 14.931 16.716 18.698 20.983 Barito Selatan 14.221 15.713 17.825 19.967 22.223 24.799 Barito Utara 15.545 17.180 19.311 21.873 24.071 26.576 Sukamara 20.640 21.220 23.174 25.076 26.942 28.985 Lamandau 14.460 15.190 17.058 18.832 20.783 22.900 Seruyan 14.969 15.701 17.584 19.094 20.291 21.787 Katingan 15.178 16.348 18.133 20.284 22.651 25.313 Pulang Pisau 8.639 9.489 10.752 12.084 13.728 15.599 Gunung Mas 11.015 11.618 13.096 14.608 15.958 17.504 Barito Timur 12.418 13.496 15.021 16.588 17.784 19.219 Murung Raya 17.147 19.126 21.576 24.607 26.476 28.391 Kota Palangka Raya 13.344 14.368 16.280 18.085 19.996 22.400

Kalimantan Tengah 15.307 17.021 19.169 21.558 23.987 26.634

Sumber: BPS, 2013

3.

ISU STRATEGIS WILAYAH

Isu strategis merupakan permasalahan pembangunan yang memiliki kriteria yaitu: (i) berdampak besar bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional; (ii) merupakan akar permasalahan pembangunan di daerah; dan (iii) mengakibatkan dampak buruk berantai pada pencapaian sasaran pembangunan yang lain jika tidak segera diperbaiki. Berdasarkan gambaran kinerja pembangunan wilayah, analisis pembangunan, serta identifikasi permasalahan yang telah dilakukan, maka isu-isu strategis Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut:

1. Tingginya Ketergantungan pada Sektor Primer (Pertanian)

Pembangunan ekonomi Kalimantan Tengah sebagian besar masih tergantung kepada sektor primer (pertanian dan pertambangan), dan sektor industri pengolahan berbasis sumberdaya alam lokal. Peranan sektor pertanian (23,50%) sangat ditunjang oleh ketersediaan sumberdaya alam pertanian khususnya perkebunan. Sementara untuk industri pengolahan

(29)

yang dikembangkan adalah pengolahan berbasis pada sumberdaya alam pertanian. Kendala dalam pengembangan usaha industri masih rendahnya kualitas sumberdaya manusi dalam penguasaan teknologi pengolahan secara modern, dan sebagian besar tenaga kerja dengan pendidikan rendah (tamat SD). Strukur perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2014 didominasi oleh kontribusi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan (Tabel 7).

Tabel 7

Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014

Lapangan Usaha Distribusi Persentase (%) ADHK ADHB

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,76 23,50 2. Pertambangan dan Penggalian 16,90 13,15 3. Industri Pengolahan 15,25 16,10 4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,04 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,09 0,09 6. Konstruksi 8,40 8,35 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10,82 11,35 8. Transportasi dan Pergudangan 5,72 6,03 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,65 1,76 10. Informasi dan Komunikasi 1,21 1,03 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,33 3,35 12. Real Estat 2,00 2,01 13. Jasa Perusahaan 0,04 0,04 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,79 5,99 15. Jasa Pendidikan 4,32 4,45 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,71 1,76 17. Jasa lainnya 0,95 0,99

Sumber: BPS, 2014

Apabila ditelusuri lebih lanjut berdasarkan analisis sektor basis, sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah, sektor transportasi dan pergudangan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan sektor-sektor tradable (dapat diperdagangkan antardaerah), dengan nilai location quotient lebih besar dari satu (LQ>1). Hal ini menunjukkan Provinsi Kalimantan Tengah memiliki proportional share lebih besar dari rata-rata daerah lain untuk sektor-sektor tersebut (Tabel 8).

Tabel 8

Nilai LQ Sektor Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,75 1,70 1,67 1,63 1,66 2. Pertambangan dan Penggalian 1,43 1,61 1,72 1,91 1,85

(30)

4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,18 0,19 0,21 0,21 0,23 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 1,01 1,02 1,03 1,03 1,03

6. Konstruksi 0,92 0,90 0,89 0,84 0,86

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,82 0,80 0,79 0,77 0,78 8. Transportasi dan Pergudangan 1,70 1,61 1,55 1,61 1,51 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,54 0,54 0,56 0,55 0,55

10. Informasi dan Komunikasi 0,28 0,27 0,27 0,26 0,26

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,74 0,89 0,92 0,90 0,90

12. Real Estat 0,66 0,68 0,68 0,67 0,67

13. Jasa Perusahaan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,50 1,51 1,56 1,62 1,67

15. Jasa Pendidikan 1,42 1,40 1,40 1,35 1,36

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,70 1,70 1,70 1,63 1,61

17. Jasa lainnya 0,35 0,34 0,34 0,33 0,34

Nilai LQ dihitung menggunakan PDRB ADHK Tahun 2010

Sumber: BPS, 2014(diolah)

Sektor pertanian perlu dikembangkan untuk mendukung kedaulatan pangan sesuai dengan agenda prioritas pembangunan nasional. Upaya mencapai kedaulatan pangan dilakukan dengan meningkatkan produksi pertanian sekaligus menggerakkan usaha industri pengolahan hasil-hasil pertanian. Ada dua alasan yang mendukung hal tersebut. Pertama, sektor pertanian primer memiliki elastisitas permintaan yang rendah terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan relatif bertahannya kinerja pertumbuhan sektor pertanian di masa krisis, namun ketika situasi ekonomi membaik dan pendapatan masyarakat meningkat permintaan terhadap komoditas pertanian tidak meningkat dengan proporsi yang sama. Berbeda halnya dengan permintaan terhadap produk manufaktur, yang sangat elastis terhadap peningkatan pendapatan. Kedua, sektor industri pengolahan non migas sangat potensial dalam menciptakan nilai tambah, mendorong perkembangan sektor-sektor lain dan menciptakan lapangan kerja.

Perkembangan tenaga kerja selama periode 2011-2015, perubahan orang bekerja menunjukkan jumlah tenaga kerja tahun 2015 menunjukan peningkatan untuk seluruh sektor, kecuali tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 71.910 orang (Tabel 9). Ke depan, sektor industri pengolahan non migas masih perlu berkembang lagi sehingga mampu menyerap angkatan kerja baru dan menyerap tenaga kerja yang menumpuk di sektor pertanian dan jasa-jasa dengan yang kurang produktif.

Tabel 9

Perubahan Jumlah Orang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan 2011-2015 No. Lapangan Pekerjaan 2011 2015 (Feb) Perubahan

1 Pertanian 605.379 533.469 -71.910

2 Pertambangan 60.463 111.778 51.315

3 Industri Pengolahan 31.277 49.323 18.046

4 Listrik, Gas, Air 3.712 7.392 3.680

5 Bangunan 52.107 73.085 20.978

6 Perdagangan, Hotel, Restoran 178.791 211.232 32.441 7 Angkutan & Telekomunikasi 29.409 41.885 12.476

(31)

No. Lapangan Pekerjaan 2011 2015 (Feb) Perubahan

8 Keuangan 14.373 15.698 1.325

9 Jasa-Jasa 151.241 203.762 52.521

Total 1.126.752 1.247.624 120.872

Sumber: BPS, 2014

2. Kurangnya Sumber Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan

Dari sisi pengeluaran (penggunaan) pendorong utama pertumbuhan ekonomi selama 2007-2014 adalah pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan PMTB., sementara untuk ekspor relatif kecil (Tabel 10). investasi (PMTB) yang sangat penting bagi pertumbuhan daerah kontribusinya berada di atas ketiga sektor tersebut. Investasi berperan meningkatkan stok kapital di daerah yang digunakan untuk berproduksi. Tingkat investasi yang rendah akan diikuti oleh terbatasnya kemampuan daerah untuk memacu peningkatan produksi.

Tabel 10

PDRB Menurut Penggunaan 2014 Penggunaan

Kontribusi (%) ADHK 2010 ADHB

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 41,23 42,47 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,30 1,32 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerlntah 14,64 15,06 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 43,24 45,19

5. Perubahan Inventori 1,36 1,40

6. Ekspor Luar Negeri 19,85 17,99

7. Impor Luar Negeri 1,12 1,26

8. Net Ekspor Antar Daerah -20,50 -22,16

Total 100,00 100,00

Sumber : BPS, 2014

Sejalan dengan kebijakan percepatan pembangunan di Kalimantan Tengah, kegiatan investasi perlu ditingkatkan dengan mengembangkan potensi wilayah, meliputi sumber daya alam dengan kandungan minyak dan gas, kandungan mineral logam, sumber daya hutan dan perairan, pengembangan pertanian dan agribisnis, serta potensi pariwisata yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Mengingat pentingnya investasi bagi pertumbuhan ekonomi daerah, hal yang perlu diperhatikan adalah kelembagaan yang ramah dunia usaha. Pencapaian nilai tambah pada komponen investasi diantaranya dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur, pengurusan perizinan usaha, kepastian hukum dan kondisi keamanan suatu daerah.

3.

Rendahnya Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur Wilayah

Pembangunan infrastruktur yang baik akan menjamin efisiensi, memperlancar pergerakan barang dan jasa, dan meningkatkan nilai tambah perekonomian. Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas daerah. Keberadaan infrastruktur seperti jalan raya dan jembatan akan mampu membuka akses bagi masyarakat dalam melaksanakan aktivitas ekonomi. Provinsi Kalimantan Tengah dilayani oleh jaringan jalan sepanjang 15.253 km, dengan kepadatan penduduk rendah. Pembangunan ekonomi

(32)

membutuhkan dukungan sarana transportasi dan ketersediaan jaringan listrik yang memadai. Kerapatan jalan yang menunjukkan rasio panjang jalan terhadap luas wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah berada di urutan 3 terendah secara nasional (Tabel 11).

Tabel 11

Kerapatan Jalan dan PDRB Per Kapita Provinsi Tahun 2014

No. Provinsi PDRB Per Kapita

( Ribu Rp) Kerapatan Jalan 1 DKI Jakarta 136.407,58 1068,36 2 D.I Yogyakarta 21.873,72 136,19 3 Bali 29.666,48 133,20 4 Jawa Tengah 22.858,32 90,56 5 Jawa Timur 32.703,80 89,03 6 Banten 29.961,85 70,84 7 Sulawesi Selatan 27.760,65 69,98 8 Jawa Barat 24.961,05 69,55 9 Kepulauan Riau 76.753,11 60,40 10 Lampung 23.648,76 56,85 11 Sumatera Barat 25.963,24 54,57 12 Sumatera Utara 30.482,59 50,41 13 Sulawesi Utara 27.804,68 49,14

14 Nusa Tenggara Barat 15.351,54 43,52

15 Bengkulu 19.631,40 43,06

16 Gorontalo 18.627,37 42,76

17 Nusa Tenggara Timur 10.742,42 42,10

18 Sulawesi Barat 19.211,14 41,93

19 Aceh 23.199,49 39,86

20 Sulawesi Tenggara 27.898,88 31,32

21 Sulawesi Tengah 25.316,32 30,38 22 Kalimantan Selatan 27.230,80 30,16

23 Kep Bangka Belitung 32.868,70 29,62

24 Riau 72.331,01 28,27 25 Jambi 36.088,33 26,65 26 Maluku Utara 16.872,31 19,39 27 Sumatera Selatan 30.627,55 18,71 28 Maluku 14.230,08 16,61 29 Kalimantan Timur 123.985,45 12,13 30 Kalimantan Barat 22.707,79 10,42 31 Kalimantan Tengah 30.220,97 9,93 32 Papua Barat 59.156,84 8,40 33 Papua 38.891,99 5,26 Sumber: BPS (2014)

Berdasarkan asumsi terdapat korelasi antara tingkat kerapatan jalan dan tingkat pendapatan perkapita dalam suatu perekonomian, dengan menggunakan data 33 provinsi terlihat hubungan positif antara PDRB per kapita dan tingkat kerapatan jalan (Gambar 23).

Gambar

Gambar 5 menunjukkan persebaran kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah  menurut  rata-rata  pertumbuhan  ekonomi  dan  pengurangan  kemiskinan  tahun  2008  sampai  dengan  tahun  2013,  dengan  penjelasan  sebagai  berikut
Gambar  7  menunjukkan  persebaran  kabupaten/kota  di  Provinsi  Kalimantan  Tengah  menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran selama tahun  2008-2013

Referensi

Dokumen terkait

PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Dengan memperhatikan perkembangan dan kondisi daerah, isu-isu strategis yang berkembang di daerah dengan mengacu pada

Sejalan dengan visi dan misi Gubernur Kalimantan Tengah maka Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Tengah dalam percepatan Pembangunan Infrastruktur

Penetapan kebijakan pembangunan daerah agar memperhatikan arah kebijakan, strategi, dan prioritas pengembangan wilayah Pulau Kalimantan, serta Provinsi Kalimantan Tengah yang

Kemudian jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Pulau Kalimantan, TPT Provinsi Kalimantan Tengah merupakan TPT terendah yaitu sebesar 4,23 persen, sedangkan

Penyerahan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) TA 2018 (Unaudited) dari Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah kepada BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan

Sejalan dengan Misi-3 RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016-2021 yang merupakan salah satu pelaksanaan amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Wilayah administrasi Kabupaten Lamandau merupakan wilayah Provinsi Kalimantan Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Lamandau

Sejalan dengan kebijakan percepatan pembangunan di Papua, kegiatan investasi perlu ditingkatkan dengan mengembangkan potensi wilayah, meliputi sumber daya alam dengan