• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL

PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

RINGKASAN

FANNY SEFTA ADITYA PUTRI. Formulasi Strategi Pemasaran Obat Tradisional

Taman Syifa, Kota Bogor, Jawa Barat. Di bawah bimbingan RATNA WINANDI. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia adalah keanekaragaman tanaman obat. Indonesia merupakan negara terkaya dalam spesies tanaman obat. Setidaknya 30.000 spesies dari 40.000 spesies tanaman obat yang ada di seluruh dunia ada di Indonesia. Namun hanya sekitar 940 jenis tanaman obat yang telah dimanfaatkan. Sejalan dengan paradigma pembangunan baru perekonomian Indonesia yang mendukung pengembangan industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi olahan (agroindustri), maka keberadaan industri yang bergerak di bidang pengolahan tanaman obat menjadi semakin berkembang. Hal ini juga ditunjang dengan semakin meningkatnya permintaan akan obat tradisional yang dipicu oleh maraknya tren back to nature, kesadaran akan efek samping yang ditimbulkan oleh obat sintetik, keterjangkauan dalam mengonsumsi, dan kecenderungan masyarakat kota yang menyukai hal-hal praktis.

Kota Bogor merupakan wilayah yang tidak terlepas dari perkembangan industri obat tradisional. Setidaknya terdapat sembilan produsen obat tradisional yang bergerak dalam industri obat tradisional dengan karakteristik produk yang hampir homogen. Hal tersebut memicu persaingan yang ketat dalam industri obat tradisional. Taman Syifa merupakan salah satu industri obat tradisional yang berada di kota Bogor. Persaingan yang ketat dan kegiatan pemasaran yang belum optimal menyebabkan omset yang diperoleh Taman Syifa berfluktuatif. Strategi pemasaran yang tepat dibutuhkan Taman Syifa untuk menghadapi persaingan, meningkatkan penjualan, dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan menganalisis keadaan lingkungan pemasaran baik internal maupun eksternal Taman Syifa, (2) mencari dan merancang strategi pemasaran Taman Syifa untuk menghadapi persaingan industri kecil obat tradisional, (3) Menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat bagi Taman Syifa untuk menghadapi persaingan.

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Syifa yang terletak di Tanah Baru, Bogor, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2008 – April 2008. Dalam penelitian ini, pengambilan responden untuk persepsi konsumen dilakukan dengan metode convenience sampling. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, segmentasi pasar, positioning, identifikasi dan seleksi pasar sasaran, komponen-komponen pada bauran pemasaran, dan persepsi konsumen terhadap atribut bauran pemasaran Taman Syifa. Analisis kualitatif berusaha mengidentifikasi apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Setelah itu dilakukan analisis SWOT yang nantinya akan menghasilkan empat alternatif strategi yaitu, strategi SO, WO, ST, dan

(3)

WT. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

Taman Syifa merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi obat tradisional yang terdiri dari minuman instan kesehatan, kapsul herbal, simplisia, dan kosmetik tradisional. Bentuk promosi yang sudah dilakukan Taman Syifa meliputi personal selling, pameran, kegiatan pelatihan, radio, dan melalui brosur atau leaflet. Kegiatan distribusi yang dilakukan menggunakan jasa perantara pemasar (distributor). Ruang lingkup pemasaran Taman Syifa masih berada di sekitar kota Bogor. Penetapan harga dilakukan dengan metode cost based pricing.

Analisis terhadap lingkungan pemasaran perusahaan yang terdiri dari lingkungan internal dan eksternal menghasilkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan perusahaan antara lain, (1) kualitas produk yang baik, (2) produk yang praktis dalam penggunaan, (3) harga yang relatif murah, (4) unggul dan aktif dalam penelitian dan pengembangan obat tradisional, dan (5) modal sendiri. Kelemahan yang dimiliki perusahaan antara lain, (1) distribusi yang terbatas, (2) promosi yang sederhana, sempit dan belum kontinyu, (3) merek yang belum kuat, (4) peran tenaga pemasar belum optimal, (5) adanya rangkap jabatan, dan (6) proses produksi sederhana. Total skor pada matriks IFE adalah 2,484 yang berarti bahwa Taman Syifa berada dibawah rata-rata dalam usahanya menjalankan strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan.

Faktor yang menjadi peluang bagi perusahaan adalah (1) kenaikan harga obat paten, (2) keanekaragaman tanaman obat yang tinggi, (3) kebijakan pemerintah mendukung penggunaan obat tradisional, (4) kepercayaan masyarakat terhadap jamu dan obat tradisional secara turun temurun, (5) gaya hidup back to nature, (6) pola hidup masyarakat yang praktis, dan (7) kemudahan mendapat bahan baku. Sedangkan faktor yang menjadi ancaman adalah (1) daya beli konsumen menurun, (2) teknologi pengemasan yang sederhana, (3) anggapan bahwa obat tradisional lebih bersifat sebagai pemelihara kesehatan dibanding untuk mengobati, (4) sistem konsinyasi, dan (5) persaingan yang semakin ketat. Total skor pada matriks EFE adalah 3,043 yang berarti Taman Syifa berada diatas rata-rata dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.

Analisis persepsi konsumen menunjukkan penilaian konsumen terhadap atribut bauran pemasaran yang dilakukan Taman Syifa. Matriks IE menempatkan posisi Taman Syifa di sel ke II yaitu tumbuh dan kembangkan (growth and build). Strategi yang sesuai dijalankan perusahaan berdasarkan matriks IE adalah pengembangan produk, penetrasi pasar, dan pengembangan pasar. Matriks SWOT menghasilkan sembilan alternatif strategi, yaitu mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk serta keterjaminan keamanan produk (SO1), meningkatkan inovasi yang mengarah kepada penambahan lini produk (SO2), menambah variasi produk dengan menggali khasiat tanaman obat lainnya (SO3), meningkatkan aktivitas promosi dan distribusi yang efektif dan efisien (WO1), mengoptimalkan fungsi tenaga pemasar (WO2), mempertahankan harga yang kompetitif dengan pesaing (ST1), memperbaiki sistem pembayaran (ST2), memperkuat merek (WT1), dan melakukan riset pasar untuk mengetahui perkembangan strategi pemasaran yang dilakukan pesaing (WT2).

(4)

Hasil analisis vertikal terhadap elemen tujuan dengan menggunakan metode PHA menghasilkan urutan prioritas tujuan yang ingin dicapai perusahaan secara berurutan yaitu, menghadapi persaingan, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan penjualan. Analisis vertikal terhadap elemen alternatif strategi menghasilkan prioritas strategi secara berurutan, yaitu melakukan riset pasar untuk mengetahui perkembangan strategi pemasaran yang dilakukan pesaing, memperkuat merek, serta meningkatkan aktivitas promosi dan distribusi yang efektif dan efisien. Prioritas selanjutnya adalah mempertahankan harga yang kompetitif dengan pesaing, meningkatkan kualitas produk serta keterjaminan keamanan produk, meningkatkan inovasi yang mengarah kepada penambahan lini produk, menambah variasi produk dengan menggali khasiat tanaman obat lainnya, mengoptimalkan fungsi tenaga pemasar, dan memperbaiki sistem pembayaran.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain, melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam pengembangan obat tradisional seperti Balitro, Pusat Studi Biofarmaka, dan juga dengan perusahaan sejenis. Selain itu, Taman Syifa juga dapat meminta pendapat konsumen terkait dengan strategi pemasaran yang dijalankan. Perbaikan dalam aktivitas promosi dan distribusi perusahaan diperlukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Saran selanjutnya adalah pengembangan dalam lini produk Taman Syifa yang memanfaatkan keanekaragaman tanaman obat. Alternatif strategi yang dihasilkan sebaiknya dikomunikasikan kepada seluruh manajemen dan karyawan agar proses pencapaian tujuan strategis dapat dilakukan dengan lebih baik dan hasil yang dicapai sesuai harapan.

(5)

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

Fanny Sefta Aditya Putri A14104093

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

Judul : Formulasi Strategi Pemasaran Obat Tradisional pada Taman Syifa di Kota Bogor, Jawa Barat

Nama : Fanny Sefta Aditya Putri NRP : A14104093

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP. 130 687 506

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juni 2008

Fanny Sefta Aditya Putri A14104093

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 September 1986 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Liki Hermanto dan Siti Nuriyah Ayu. Penulis menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Dasar Pertiwi Indonesia, Bekasi pada tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Jakarta sampai tahun 2001. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 26 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, Penulis diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan menjadi panitia dalam kegiatan kampus baik dalam lingkup departemen maupun fakultas. Penulis juga menjadi staf dalam Departemen Kewirausahaan MISETA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) pada periode 2005-2006. Selain itu, Penulis juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Departemen Hubungan Luar MISETA pada periode 2006-2007.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pemilihan topik dan judul skripsi didasarkan atas adanya ketertarikan yang besar terhadap pengembangan obat tradisional dan produk-produk herbal atau yang berbahan baku biofarmaka pada umumnya. Semakin meningkatnya persaingan dalam industri obat tradisional mendorong perusahaan untuk dapat mengembangkan kegiatan pemasaran dan merencanakan strategi pemasaran yang lebih baik agar dapat berdampak positif terhadap pengembangan usahanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2008

Fanny Sefta Aditya Putri A14104093

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup Penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dari lubuk hati yang terdalam, perkenankanlah Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, Ms, selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam memberikan dukungan, kerjasama, motivasi, dan nasehat yang berharga.

2. Ibu Ir. Yayah K. Wagiono, M.Ec, selaku dosen penguji utama yang telah memberi masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Tintin Sarianti, SP, selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberi masukan dan saran bagi penulis.

4. Kedua orangtua penulis, Mama Siti Nuriyah Ayu dan Papa Liki Hermanto, atas kasih sayang, cinta, dukungan, nasehat, doa yang tiada henti diberikan kepada penulis. Skripsi ini merupakan salah satu tanda cinta, bakti, dan terima kasih Penulis kepada Papa dan Mama.

5. Adikku, Oscar Leobrando Anugrah Putra dan tanteku Siti Nuryati yang telah mendukung dan menyemangati penulis selama ini.

6. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan dalam bidang akademik.

(11)

7. Sekretariat Program Studi Manajemen Agribisnis serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis. 8. Ibu Umi Cahyaningsih, pemilik Taman Syifa yang telah berkenan menyediakan

tempat penelitian dan merelakan waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Widi, Tere, Intan, Nung, Pretty, Agnes, Uci, Sastro, dan Rani, terima kasih atas persahabatan dan pembelajaran yang indah selama empat tahun ini. How lucky I am to have all of u in my life. Friends forever ya!

10. Duta, Nova, dan Aulia, teman-teman seperjuangan dibawah bimbingan Ibu Ratna, terima kasih atas saran, masukan, dan motivasi yang diberikan.

11. M. Fajri Firmawan, Ismawardhani, Dwi Agris, Annisa, dan Febri, teman-teman KKP-ku tersayang, terima kasih untuk kebersamaan, semangat, motivasi, doa, keceriaan, dan perhatiannya yang tulus.

12. Krishna, Yoga, Randi, Aliy, Evan, Nunu, Gerry, Yudhi, Mamieq, Ragil, Iwan, David, Mita, Nanien, Dika, Arisman, Yessica dan seluruh mahasiswa Manajemen Agribisnis 41 atas persahabatan dan bantuannya bagi penulis selama perkuliahan. 13. Uti, Nana, Mba Mala, Mba Icha, Mba Mine, Mba Netty, Mba Putri, Mba Gita,

Mba Ia, Tifa, Bapuq, Memes, dan teman-teman wina‟ers lainnya. Terima kasih atas kebersamaannya selama tinggal di Wisma Wina tercinta.

14. Seluruh pihak yang telah mendukung dan berdoa bagi penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL……….. iii

DAFTAR GAMBAR……….. v DAFTAR LAMPIRAN………... vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1 1.2 Perumusan Masalah………... 8 1.3 Tujuan Penelitian……… 12 1.4 Kegunaan Penelitian... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Obat……… 13

2.2 Obat Tradisional………. 14

2.3 Industri Obat Tradisional……… 16

2.4 Prospek Pengembangan Industri Berbahan Baku Tanaman Obat………. 17

2.5 Kajian Penelitian Terdahulu……….. 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1Kerangka Pemikiran Teoritis……….. 23

3.1.1 Pengertian dan Konsep Pemasaran……….. 23

3.1.2 Strategi Pemasaran……… 24

3.1.3 Bauran Pemasaran……… 26

3.1.4 Analisis Lingkungan Pemasaran……… 32

3.1.5 Persepsi Konsumen……… 36

3.1.6 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE………. 37

3.1.7 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)……… 38

3.1.8 Matriks Internal Eksternal (IE)……… 38

3.1.9 Matriks SWOT……… 38

3.1.10 Proses Hirarki Analitik (PHA)………. 39

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional……….. 41

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 45

4.2 Jenis dan Sumber Data……… 45

4.3 Metode Penarikan Sampel………. 46

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………. 46

4.4.1 Tahap Pengumpulan Data……… 47

4.4.2 Tahap Analisis………. 52

4.4.3 Tahap Pengambilan Keputusan……… 56

(13)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Perusahaan……….. 66

5.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan……… 67

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan………. 68

5.4 Karakteristik Produk………. 69

5.5 Aktivitas Usaha………. 70

5.6 Sumberdaya Perusahaan………. 72

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PEMASARAN PERUSAHAAN 6.1 Analisis Lingkungan Internal……… 74

6.1.1 Aspek Pemasaran……… 74

6.1.2 Aspek Sumberdaya Manusia………. 83

6.1.3 Aspek Produksi dan Operasi………. 84

6.1.4 Aspek Keuangan dan Akuntansi………. 85

6.1.5 Aspek Penelitian dan Pengembangan……… 85

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal………. 86

6.2.1 Lingkungan Eksternal Makro………. 87

6.2.2 Lingkungan Eksternal Mikro……….. 92

6.3 Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Bauran Pemasaran……… 95

6.3.1 Persepsi Konsumen terhadap Strategi Produk……….. 96

6.3.2 Persepsi Konsumen terhadap Strategi Harga……… 103

6.3.3 Persepsi Konsumen terhadap Strategi Distribusi………... 105

6.3.4 Persepsi Konsumen terhadap Strategi Promosi... 106

6.4 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan... 108

6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman………... 109

VII. MERANCANG STRATEGI PEMASARAN 7.1 Tahap Pengumpulan Data………. 111

7.1.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)………... 111

7.1.2 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)……… 114

7.2 Tahap Analisis………... 116

7.2.1 Matriks Internal Eksternal (IE)... 116

7.2.2 Matriks SWOT... 119

7.3 Tahap Pengambilan Keputusan………... 126

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan... 138

8.2 Saran... 140

DAFTAR PUSTAKA………... 141

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Tahun

2004-2006... 2

2 Proyeksi Permintaan Obat Modern dan Obat Tradisional... 3

3 Perkembangan Ekspor Beberapa Produk Tanaman Obat Tahun 2002-2003... 5

4 Produsen Obat Tradisional Berbahan Baku Tanaman Obat di Bogor... 7

5 Pertumbuhan Penerimaan Penjualan Taman Syifa Tahun 2007... 10

6 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan... 48

7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan... 49

8 Matriks Internal Factor Evaluatin (IFE)... 51

9 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)………. ….... 52

10 Matriks SWOT……….………….……... 56

11 Nilai Skala Banding Berpasangan... 59

12 Matriks Pendapat Individu………...……….... 60

13 Matriks Pendapat Gabungan... 61

14 Nilai Indeks Acak………... 63

15 Fasilitas Usaha Taman Syifa………... 73

16 Perkembangan dan Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (2003-2006)....……...……... 88

17 Persepsi Konsumen Terhadap Rasa... 96

18 Persepsi Konsumen terhadap Kemasan Produk... 98

(15)

20 Persepsi Konsumen terhadap Kandungan Bahan Alami... 99

21 Persepsi Konsumen terhadap Komposisi Produk... 100

22 Persepsi Konsumen terhadap Variasi produk... 101

23 Persepsi Konsumen terhadap Merek Produk... 101

24 Persepsi Konsumen terhadap Label Produk... 102

25 Persepsi Konsumen terhadap Kemudahan Penyajian... 103

26 Persepsi Konsumen terhadap Keterjangkauan Harga... 104

27 Persepsi Konsumen terhadap Kesesuaian Harga dengan Kualitas... 104

28 Persepsi Konsumen terhadap Kemudahan Produk untuk Dijangkau... 105

29 Persepsi Konsumen terhadap Ketersediaan Produk Saat Dibutuhkan... 106

30 Persepsi Konsumen terhadap Media Promosi... 107

31 Persepsi Konsumen terhadap Intensitas Promosi... 108

32 Rekapitulasi Persepsi Konsumen... 108

33 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan…..…... 109

34 Identifikasi Peluang dan Ancaman………..………..……... 110

35 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)……….….. 112

36 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)………. 114

37 Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Tujuan………... 128

38 Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi………... 129

39 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan... 133

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Konsep Pemasaran... 24

2 Komponen Bauran Pemasaran... 27

3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Harga... 29

4 Kerangka Pemikiran Operasional... 44

5 Matriks Internal Eksternal……….... 53

6 Model Struktur Hirarki……….. 58

7 Struktur Organisasi Taman Syifa………. 69

8 Proses Produksi Minuman Instan…..………... 71

9 Matriks Internal Eksternal Taman Syifa... 117

10 Hasil Uji Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats) Taman Syifa... 120

11 Hirarki Analitik Pemilihan Strategi Pemasaran……….……….... 127

12 Hasil Pengolahan Vertikal Hierarki Pengambilan Keputusan Prioritas Strategi Pemasaran Taman Syifa... 137

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuisioner Penelitian………... 143 2 Hasil Kuisioner Pemberian Bobot terhadap Faktor Strategis Internal

dan Eksternal………... 159 3 Cara Perhitungan Matriks IFE dan EFE………... 161 4 Hasil Pengolahan dengan Metode Prinsip Hirarki Anakitik………….... 162

(18)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai mega centric keanekaragaman hayati di dunia karena kekayaan habitat alaminya yang kaya baik kekayaan flora maupun fauna serta banyaknya spesies endemik. Keanekaragaman hayati flora di Indonesia sangat beragam. Namun baru sekitar 26 persen dari seluruh keanekaragaman hayati yang dimiliki telah dibudidayakan dan sisanya sebesar 74 persen masih tumbuh liar di hutan-hutan (Syukur dan Hernani, 2003).

Kekayaan flora Indonesia yang terbesar terletak pada keanekaragaman hayati untuk tanaman pertanian. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu dari dua belas Pusat Keanekaragaman Hayati untuk tanaman pertanian karena merupakan kawasan terluas di Pusat Indomalaya (Sutrisno dan Silitonga, 2004). Sejalan dengan hal itu, sektor yang bergerak di bidang pemanfaatan tanaman pertanian memang memiliki kontribusi yang nyata bagi perekonomian Indonesia. Dalam perkembangannya sektor pertanian dibagi menjadi beberapa subsektor antara lain subsektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan dan perikanan.

Salah satu subsektor yang paling berkontribusi dan berperan dalam perekonomian nasional adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari empat komoditi, yaitu buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan biofarmaka. Indikator makro ekonomi yang paling umum digunakan untuk mengetahui peran dan kontribusi hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai

(19)

Produk Domestik Bruto (PDB) yang disumbangkan oleh subsektor ini. Data perkembangan PDB hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Tahun 2004-20061

Kelompok Komoditi

Nilai PDB (Milyar Rp) Persentase Peningkatan (%)*) 2004 2005 2006 Buah-buahan 30.765 31.694 32.896 3,79 Sayuran 20.749 22.629 24.098 6,49 Tanaman Biofarmaka 722 2.806 2.964 5,63 Tanaman Hias 4.609 4.662 5.719 22,67

Sumber: Departemen Pertanian, 2006

Keterangan: *) persentase peningkatan antara tahun 2005-2006

Sumbangan subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan persentase rata-rata peningkatan sebesar 7,50 persen. Kontribusi komoditi biofarmaka terhadap PDB hortikultura terendah diantara komoditi lainnya, namun terus mengalami perkembangan setiap tahunnya. Tahun 2004, kontribusi biofarmaka sebesar 1,2 persen, tahun 2005 sebesar 4,9 persen, dan tahun 2006 sebesar 5,2 persen. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang menggembirakan dan menunjukkan meningkatnya ketertarikan pada tanaman obat.

Tanaman biofarmaka atau tanaman obat memang memiliki potensi untuk dikembangkan dan menjadi sumber pendapatan nasional yang cukup menjanjikan. Hal ini karena Indonesia merupakan negara terkaya di dunia dalam spesies tanaman obat. Setidaknya terdapat 30.000 spesies dar 40.000 spesies tanaman obat yang ada di seluruh dunia ada di Indonesia. Namun dari jumlah tersebut hanya 940 jenis tanaman obat yang telah dimanfaatkan (Syukur dan Hernani, 2003). Pemanfaatan tanaman

1 Bahar, Yul Harry. 2007. Keberhasilan dan Kinerja Agribisnis Hortikultura. www.deptan.go.id Diakses pada 9 Februari 2008.

(20)

obat saat ini terus mengalami perkembangan dan tidak hanya berkisar pada tahap produksi tetapi juga mengarah ke aspek bisnis.

Aspek bisnis dalam pengembangan tanaman obat saat ini diarahkan kepada pengolahan hasil-hasil panen tanaman obat yang ada di alam oleh industri menjadi produk-produk obat yang mampu mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing. Paradigma baru pembangunan ekonomi Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor pendukung yang tangguh bagi sektor industri. Industri yang seharusnya dikembangkan sebagai kelanjutan pembangunan pertanian adalah industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi olahan (Saragih,2001).

Keberadaan industri tanaman obat selain didukung oleh adanya ketersediaan bahan baku yang semakin baik, juga didukung oleh semakin meningkatnya permintaan akan obat-obat tradisional. Bertambahnya permintaan akan obat-obatan tradisional yang berbahan baku alami dipicu olah adanya tren gaya hidup kembali ke alam (back to nature) yang awalnya melanda negara-negara maju di dunia. Saat ini tren back to nature sudah meluas ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini karena adanya kesadaran akan tingginya nilai manfaat dengan efek samping yang relatif kecil dari penggunaan obat-obatan tradisional, serta keterjangkauan dalam mengonsumsi dibandingkan dengan obat-obatan modern.

Tabel 2. Proyeksi Permintaan Obat Modern dan Obat Tradisional

Tahun Obat Modern Obat Tradisional

Permintaan (Rp triliun) Pangsa Pasar (%) Permintaan (Rp triliun) Pangsa Pasar (%) 2003 17 89,5 2 10,5 2005 21,3 - 2,9 - 2010 37 84,0 7,2 16,0 Sumber: LIPI, 2003

(21)

Tabel 2 memperlihatkan kondisi permintaan obat modern dan obat tradisional.

Walaupun pangsa pasar obat bahan alam belum sebesar obat modern tetapi potensi peningkatannya cukup besar. Kontribusi obat tradisional pada saat ini yang mencapai

10,5 persen dengan nilai mencapai Rp 2 triliun. Ketika pasar obat modern naik

menjadi Rp 21,3 triliun pada 2005, obat herbal juga mengalami kenaikan menjadi Rp 2,9 triliun. Diperkirakan pada tahun 2010 akan meningkat 16 persen dengan nilai Rp 7,2 triliun.

Ekspor untuk produk tanaman obat saat ini memperlihatkan kecenderungan dan tren yang berbeda. Tren dalam obat tradisional baik di pasar domestik dan ekspor saat ini menuntut produk yang praktis dalam penggunaannya sehingga produk-produk olahan tanaman obat dalam bentuk kering (simplisia) dan bentuk lainnya (instant, serbuk, dan ekstrak) menjadi sangat digemari. Selain itu, tanaman obat yang sudah diolah menjadi simplisia ternyata mampu meningkatkan harga produk 7-15 kali dan produk olahan ekstrak menjadi 81-280 kali.2 Data ekspor pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa produk-produk seperti jahe segar dan curcuma segar menunjukkan penurunan dalam ekspor. Ekspor jahe dalam bentuk lainnya menunjukkan peningkatan sebesar 56,35 persen, ekspor kunyit dalam bentuk lainnya mengalami peningkatan sebesar 54,46 persen, dan ekspor curcuma dalam bentuk lainnya meningkat sebesar 295,48 persen.

2 Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat. www.deptan.go.id. Diakses pada 16 Februari 2008

(22)

Tabel 3. Perkembangan Ekspor Beberapa Produk Tanaman Obat Tahun 2002-20033

Nama Komoditi Tahun 2002 Tahun 2003

Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$)

Jahe segar 6.826.602 3.577.531 3.508.624 2.886.951

Jahe dalam bentuk lainnya 643.467 352.786 1.006.070 995.046

Kunyit segar 149.771 96.852 175.732 556.435

Kunyit dalam bentuk lainnya 88.666 64.074 136.953 144.935

Curcuma 7.160 25.789 3.264 16.747

Curcuma dalam bentuk lainnya 33.498 85.849 132.479 302.401

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004

Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan obat tradisional yang berbahan baku tanaman obat seperti minuman instan, kapsul herbal, dan suplemen kesehatan, maka jumlah produsen yang memproduksi obat-obatan tradisional juga semakin berkembang. Menurut Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, Dr. Charles Saerang, saat ini di Indonesia terdapat 1.243 buah industri tanaman obat terdiri dari 1.114 buah industri kecil obat tradisional dan 129 buah industri besar obat tradisional.4 Berdasarkan informasi tersebut, terlihat jelas bahwa dalam industri pengolahan tanaman obat, industri kecil memiliki peran strategis dalam pengembangan industri ini mengingat jumlahnya yang sangat besar.

Secara umum, industri obat tradisional diwarnai oleh pesatnya perkembangan industri kecil obat tradisional. Namun, beberapa industri besar juga memiliki peran dalam industri obat tradisional seperti, PT. Sidomuncul dengan produk minuman instant kunyit asam, jahe wangi dan STMJ (Susu Telor Madu Jahe) dan jamu komplit instan, sedangkan PT Jamu Jago dengan produk jamu buyung upik untuk anak-anak. Persaingan dalam industri obat tradisional yang ketat tidak hanya datang dari dalam

3www.bps.go.id. Diakses pada 9 Februari 2008 4

(23)

negeri tetapi juga dari luar negeri seperti Cina dan Korea yang merupakan negara produsen tanaman obat.

Di Bogor sendiri, persaingan dalam industri ini juga mengalami peningkatan. Tabel 4 menunjukkan daftar produsen obat tradisional berbahan baku tanaman obat di kota Bogor. Produsen obat tradisional tersebut menghasilkan produk yang bervariasi dengan lingkup pemasaran domestik kecuali PT Liza Herbal Internasional. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa sebagian besar produsen obat tradisional memproduksi produk yang relatif sama. Bahkan beberapa perusahaan seperti Rhizoma, Fatimah, Taman Sringanis, Lisna Agung dan Taman Syifa memiliki produk andalan yang sama, yaitu minuman instan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persaingan dalam industri ini akan semakin ketat.

Salah satu usaha kecil yang termasuk dalam industri kecil obat tradisional adalah Taman Syifa. Taman Syifa sudah memulai usahanya selama dua tahun dengan memproduksi minuman instan, kapsul herbal, suplemen kesehatan, dan simplisia yang semuanya berbahan baku tanaman obat. Namun dalam perkembangan terakhir, industri kecil tanaman obat termasuk Taman Syifa tentunya juga memiliki kendala dan masalah yang tidak mudah untuk dihadapi.

(24)

Tabel 4. Produsen Obat Tradisional Berbahan Baku Tanaman Obat di Bogor Perusahaan Produk

PT Supra Sari Lestari Minuman Serbuk

PT Liza Herbal Internasional Jamu berbentuk kapsul dan jamu instan (herbal

tea dan herbal soup)

Mitra Industri Jamu instan dan jamu cair

Rhizoma Jahe instan

Fatimah Jahe instan

Taman Sringganis Umbi segar, simplisia, serbuk dan instan

PT Biofarmaka Indonesia Gano tea, ganofarmaka instan, pelangsing

instan, aloefarmaka instan, grapti tea, phyllanthi tea, cantella tea dan permen minyak kayu putih

Lisna Agung Jahe emprit dan jahe merah instan, kunyit dan

kunyit putih instan, temulawak instan, dan mahkota dewa instan

Taman Syifa Jahe instan, kunyit instan, kencur instan,

temulawak instan, temuputih instan, secang wangi, kapsul herbal, bedak dingin, dan simplisia

Sumber: Disperindagkop Bogor, 2007

Pemasaran produk-produk tanaman obat oleh industri kecil masih bersifat sederhana dan belum efektif. Produk-produk tersebut dilakukan melalui saluran distribusi yang masih sempit jangkauannya dan menggunakan media yang sederhana. Padahal pemasaran merupakan kunci utama suatu produk mampu dikenal masyarakat sehingga nantinya diharapkan akan mampu bersaing di pasar yang semakin dinamis dan berdampak positif terhadap penjualan. Selain itu jenis produk yang mudah diikuti pesaing menuntut adanya suatu perencanaan dalam memasarkan produk sehingga dapat terlihat berbeda dibenak konsumen.

Berdasarkan hal itulah diperlukan suatu rancangan strategi pemasaran yang terbaik untuk menghadapi persaingan yang semakin keras dari industri besar maupun industri kecil tanaman obat sehingga nantinya mampu memperluas pangsa pasar, mendatangkan keuntungan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi pengembangan usaha. Perumusan strategi pemasaran ini dilakukan melalui pendekatan

(25)

komponen-komponen strategi pemasaran dan bauran pemasaran, serta analisis lingkungan pemasaran Taman Syifa. Selain itu juga dilakukan analisis persepsi konsumen terhadap atribut bauran pemasaran produk Taman Syifa.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah pemasaran merupakan salah satu masalah yang banyak dihadapi oleh industri kecil yang ada di Indonesia. Beberapa masalah dalam bidang pemasaran yang sering dihadapi oleh industri kecil antara lain banyaknya pesaing, harga jual rendah dan informasi yang kurang memadai. Persaingan yang semakin ketat dalam industri tanaman obat datang tidak hanya dari industri kecil tetapi juga dari industri besar. Saat ini terdapat 1.114 industri kecil obat tradisional dan 129 industri obat tradisional. Di Bogor terdapat sembilan industri obat tradisional yang saling bersaing. Dibandingkan dengan industri kecil, industri besar tentunya memiliki kemampuan yang lebih dalam berbagai hal seperti teknologi, manajemen usaha, akses terhadap informasi serta riset dan pengembangan produk.

Pengembangan produk juga merupakan hal penting yang mempengaruhi keberhasilan suatu produk untuk bersaing. Masalah produk sangat terkait dengan mutu produk dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan sesuai dengan yang telah dijanjikan produsen. Seiring berjalannya waktu dan adanya perubahan kebutuhan konsumen, perbaikan dan diversifikasi dari suatu produk menjadi hal yang harus dilakukan produsen untuk dapat bertahan dalam pasar. Selain itu pengemasan juga dapat mempengaruhi minat konsumen terhadap suatu produk.

(26)

Aspek lain yang perlu diperhatikan terkait dengan pemasaran adalah menyangkut masalah distribusi dan juga promosi. Distribusi dapat dilakukan melalui berbagai saluran distribusi, seperti pengecer. Menurut konsep integrated marketing, perluasan dari brand-customer relationship menjadi brand-stake holder relationship merupakan suatu isu yang berkembang akhir-akhir ini. Konsep ini menekankan pada arti penting dari usaha menjalin hubungan dengan para stakeholders termasuk pengecer atau distributor. Para distributorlah yang pada kenyataannya banyak berhubungan langsung dengan konsumen sehingga perlu diberikan pengetahuan dan pemahaman produk yang baik.

Taman Syifa sebagai salah satu usaha kecil yang termasuk dalam kategori industri kecil yang bergerak dalam pengelolaan tanaman obat memiliki beberapa kendala terkait dengan pengembangan usahanya. Tingkat penjualan Taman Syifa mengalami fluktuasi setiap bulannya. Hal ini dapat diketahui dari fluktuasi penerimaan penjualan Taman Syifa selama tahun 2007 yang disajikan dalam Tabel 5. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa penerimaan penjualan Taman Syifa mengalami fluktuasi setiap bulannya. Angka penjualan yang baik terjadi antara bulan Juli dan November. Penurunan penjualan yang terbesar terjadi pada bulan Agustus dan September yang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Penjualan pada bulan November mengalami peningkatan yang sangat signifikan, namun pada bulan Desember kembali mengalami penurunan yang cukup besar.

(27)

Tabel 5. Pertumbuhan Penerimaan Penjualan Taman Syifa Tahun 2007

No Bulan Penerimaan Penjualan Pertumbuhan Penjualan (%) 1. Januari Rp 3.922.500 - 2. Februari Rp 4.711.950 20,13 3. Maret Rp 4.868.900 3,33 4. April Rp 4.040.150 -17,02 5. Mei Rp 3.387.400 -16,17 6. Juni Rp 3.226.650 -4,75 7. Juli Rp 4.717.000 46,19 8. Agustus Rp 2.762.900 -41,43 9. September Rp 1.956.400 -29,19 10. Oktober Rp 2.404.700 22,91 11. November Rp 4.443.000 84,76 12. Desember Rp 2.629.400 -40,82

Sumber : Laporan Keuangan Taman Syifa, 2007

Kendala tersebut terkait dengan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Kendala internal terkait dengan komponen-komponen bauran pemasaran yang meliputi produk, distribusi, harga dan promosi. Sebagai industri kecil, Taman Syifa masih mengelola usahanya dengan sistem yang masih sederhana. Promosi yang seharusnya gencar dilakukan pendatang baru belum maksimal dilakukan dan masih menggunakan media promosi yang masih sangat kecil baik jumlah maupun jangkauannya.

Distribusi produk Taman Syifa masih menggunakan distributor sebagai perpanjangan tangannya ke konsumen. Disributor merupakan pihak yang menjadi perantara perusahaan kepada konsumen dalam menjual produknya. Selama menjalin kerjasama dengan para distributornya, Taman Syifa tidak memberikan pembekalan mengenai produk secara maksimal kepada distributornya sehingga dikhawatirkan

(28)

akan muncul keraguan dibenak konsumen. Selain itu jaringan distribusinya yang masih terbatas menyebabkan omset yang diterima Taman Syifa juga kurang berkembang. Menurut pemilik Taman Syifa, saat ini Taman Syifa baru memasarkan produknya melalui distributor-distributornya yang berada di sekitar kota Bogor dan selama ini belum pernah menjangkau daerah lain.

Tenaga pemasar yang dimiliki Taman Syifa hanya satu orang yang juga merangkap sebagai manajer pemasaran. Dalam menjalankan tugasnya, manajer pemasaran tersebut belum menjalankan fungsi yang seharusnya. Manajer pemasaran di Taman Syifa ini justru bertugas mendistribusikan produk-produk tersebut ke distributor. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan, dimana seharusnya manajer pemasaran dapat berkonsentrasi dalam hal yang terkait dengan merancang strategi pemasaran.

Dari sisi produk yang ditawarkan, produk dari Taman Syifa merupakan produk yang mudah diikuti oleh perusahaan lain sehingga perlu adanya upaya pengembangan produk yang lebih intensif agar dapat bersaing dan mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi Taman Syifa. Kendala eksternal antara lain datang dari kondisi persaingan dalam industri ini yang semakin ketat.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang terkait dengan pemasaran tersebut diperlukan sinergi antar aspek-aspek lingkungan pemasaran perusahaan yang meliputi aspek internal maupun eksternal perusahaan. Setiap aspek internal dan eksternal mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memasarkan produknya baik secara langsung maupun tidak langsung.

(29)

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan lingkungan pemasaran internal dan eksternal Taman Syifa? 2. Bagaimana rancangan strategi pemasaran bagi Taman Syifa untuk menghadapi

persaingan?

3. Bagaimana prioritas strategi pemasaran yang tepat bagi Taman Syifa?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis keadaan lingkungan pemasaran baik internal maupun eksternal Taman Syifa.

2. Mencari dan merancang strategi pemasaran Taman Syifa yang terkait dalam upaya menghadapi persaingan.

3. Menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat bagi Taman Syifa.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah, perusahaan, masyarakat dan juga mahasiswa. Bagi pemerintah diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan industri kecil khususnya yang berbasis tanaman obat. Bagi perusahaan tentunya dapat menjadi masukan yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan bagi masyarakat dan mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan referensi yang baik untuk penelitian selanjutnya.

(30)

2.1 Tanaman Obat

Tanaman obat menurut definisi Departemen Kesehatan RI adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.5 Jurusan Konservasi Sumberdaya Kehutanan Fakultas Kehutanan IPB (1994) mendefinisikan tanaman obat atau fitofarmaka yaitu sebagai obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang telah mengalami standarisasi dan telah dilakukan penelitian mengenai sediaan galeniknya.

Syukur dan Hernani (2003) mendefinisikan tanaman obat atau obat asal tumbuhan (OAT) sebagai salah satu sumber obat yang berasal dari alam. Biofarmaka juga didefinisikan sebagai sumber daya alam (bioresources) yang mempunyai manfaat obat, makanan fungsional dan suplemen diet (obat dan nutraceutical) untuk manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.6

Zuhud dan Riswan (1994) membagi tanaman berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Tumbuhan obat tradisional, merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memilki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

5www.depkes.go.id. Diakses pada 9 Februari 2008

6 Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Biofarmaka di Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta 2007.

(31)

b. Tumbuhan obat modern, merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan biaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

c. Tumbuhan obat potensial, merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara farmakologis sebagai bahan obat.

2.2 Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990).

Menurut Katno dan Pramono (2006), obat tradisional memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan obat tradisional antara lain:

1. Efek samping obat tradisional relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat. 2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat tradisional

atau komponen bioaktif tanaman obat.

3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi.

4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (penyakit gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi).

(32)

Sedangkan kelemahan dari obat tradisional antara lain: 1. Efek farmakologisnya yang lemah

2. Bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines

3. Belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, ada beberapa hal penting mengenai produksi dan peredaran obat tradisional, antara lain:

1. Memproduksi adalah membuat, mencampur, mengolah, mengubah bentuk, mengisi, membungkus dan atau memberi penandaan obat tradisional untuk diedarkan

2. Mengedarkan adalah menyajikan, menyerahkan, memiliki atau menguasai persediaan di tempat penjualan dalam industri obat tradisional atau di tempat lain, termasuk di kendaraan dgn tujuan untuk dijual kecuali jika persediaan di tempat tersebut patut diduga untuk dipergunakan sendiri

Selain itu, bentuk sediaan obat tradisional juga diatur oleh Departemen Kesehatan antara lain:

1. Pilis, yaitu berupa padat atau pasta yang digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.

2. Parem, yaitu berupa padat, pasta atau seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki dan tangan atau pada bagian tubuh lain.

3. Tapel, yaitu berupa padat, pasta atau seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.

(33)

5. Simplisia, yaitu berupa bahan baku industri obat tradisional yang belum mengalami pengolahan lain selain pengeringan.

2.3 Industri Obat Tradisional

Industri adalah suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang yang sama untuk pasar yang sama. Menurut Badan Pusat Statistik (1999), perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang dan jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2001), di Indonesia terdapat empat kelompok industri pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:

1. Industri rumah tangga adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara satu sampai dengan empat orang.

2. Industri kecil adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara lima sampai dengan 19 orang.

3. Industri sedang adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai dengan 99 orang.

4. Industri besar adalah industri yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang. Menurut Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990, yang dimaksud dengan industi obat tradisional (IOT) adalah adalah industri yg memproduksi obat tradisional dengan total aset di atas Rp 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan industri kecil obat

(34)

tradisional (IKOT) adalah adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

2.4 Prospek Pengembangan Industri Berbahan Baku Tanaman Obat

Pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia memiliki prospek yang baik. Obat tradisional semakin mendapat banyak perhatian selama dekade terakhir, baik dari kalangan medis maupun kalangan industri. Hal ini dikarenakan potensinya sebagai obat alternatif maupun prospek yang cukup menjanjikan bagi industri jamu maupun industri farmasi. Dengan telah diundangkannya lewat Lembaran Negara No.100 tahun 1992 yaitu : Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, ada beberapa hal yang menonjol antara lain ditetapkannya upaya kesehatan sebagai upaya yang tidak hanya monopoli dunia kedokteran modern sehingga bentuk konkritya adalah diperbolehkannya penggunaan obat tradisional oleh tenaga kesehatan.7

Faktor-faktor yang mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia menurut Syukur dan Hernani (2003) antara lain besarnya potensi kekayaan sumberdaya alam Indonesia sebagai bahan baku simplisia yang dapat diformulasikan menjadi tanaman obat. Adanya keikutsertaan segenap lapisan masyarakat petani tanaman obat, penjual, pemakai maupun masyarakat lain yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan tanaman obat atau pengobatan tradisional juga sangat mendukung pengembangan industri tanaman obat.

7

(35)

Selama lima tahun terakhir ini, pertumbuhan obat herbal lebih cepat daripada obat modern. Hal ini sejalan juga dengan berkembangnya tren di negara-negara maju yang cenderung menyukai obat-obatan tradisional karena sadar akan adanya efek samping dari penggunaan obat sintetik. Kecenderungan ini lebih dikenal sebagai gelombang hijau baru (new green wave) atau “tren gaya hidup kembali ke alam”. Beberapa peluang yang bisa mewujudkan keberhasilan agribisnis tanaman obat dan kosmetika di Indonesia menurut Martha Tilaar Inovation Centre (2002) antara lain: 1. Sejak terjadi krisis, posisi obat tradisional yang berbahan baku nabati mulai bisa

sejajar dengan obat-obatan modern di pasaran karena harganya yang relatif murah.

2. Tren kembali ke alam di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika makin mempopulerkan pengobatan dan perawatan kesehatan secara natural sehingga meningkatkan permintaan dunia terhadap bahan baku nabati.

3. Untuk mengantisipasi tingginya permintaan bahan baku nabati oleh negara-negara penghasil produk herbal seperti China dan India maka Indonesia adalah daerah yang cocok untuk pengembangan budidaya tanaman obat.

4. Beberapa jenis tanaman tropis yang berkhasiat obat dan banyak digunakan untuk perawatan natural hanya bisa tumbuh di daerah tropis Indonesia.

Selain itu dari segi bisnis, tanaman obat sebagai bahan baku obat-obatan alternatif sangat menjanjikan karena pangsa pasarnya yang cukup luas dan terbuka lebar. Selain digunakan sebagai obat, tanaman obat juga digunakan sebagai suplemen makanan diet yang sangat diminati di berbagai negara, seperti Cina, Korea, Jepang, Malaysia dan Taiwan. Beberapa bahan baku jamu (tanaman obat) juga telah menjadi

(36)

komoditas ekspor yang handal untuk menambah devisa negara. Berdasarkan data ekspor tanaman obat menurut negara tujuan ekspor, Hongkong, Singapura, dan Jerman merupakan pasar utama tanaman obat Indonesia karena mempunyai nilai ekspor paling besar.

2.5 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Kristanto (2006) yang berjudul Strategi Pemasaran Jamu Tradisional pada PT. Fito Medisina dengan menggunakan alat analisis matriks IFE, EFE, IE dan analisis SWOT menghasilkan strategi SO, WO, ST dan WT. Alternatif strategi SO yang dihasilkan yaitu mempertahankan iklim kerja yang kondusif, baik dengan SDM perusahaan secara internal maupun dengan pemasok secara eksternal. Strategi WO yang dihasilkan yaitu mencari dan membina hubungan baik dengan distributor-distributor baru. Sedangkan dari strategi ST perusahaan disarankan untuk mempertahankan harga jual yang kompetitif disbanding harga jual dipasaran. Berdasarkan strategi WT, perusahaan sebaiknya melakukan promosi yang aktif, baik kepada konsumen dan distributor. Selain itu, mengembangkan variasi produk dan mengembangkan kemasan yang lebih praktik juga penting bagi pengembangan perusahaan.

Apriani (2007), mengkaji tentang Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Berbahan Baku Biofarmaka pada Home Industry Lisna Agung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor internal dan eksternal perusahaan serta menganalisis altenatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat. Metode perumusan dan pemilihan strategi

(37)

dilakukan berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM. Berdasarkan analisis eksternal, peluang terbesar berasal dari pola hidup masyarakat back to nature, sedangkan ancaman utamanya adalah budaya masyarakat yang cenderung mengobati dibanding memelihara kesehatan.

Berdasarkan analisis internal, kekuatan utama Lisna Agung (LA) adalah kualitas roduk minuman instan yang bermutu, berkhasiat, tanpa bahan pengawet dan praktis, sedangkan kelemahan utama perusahaan adalah pemasaran dan promosi yang cenderung pasif. Analisis matriks IE menunjukkan bahwa saat ini perusahaan berada pada posisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Analisis SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan LA. Penentuan alternatif strategi terbaik dilakukan dengan metode QSPM. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan saat ini adalah memperluas jaringan distribusi dan pemasaran.

Kaharuddin (2006), mengkaji tentang Strategi Pemasaran Jambu Biji Organik PT Sawangan Bumi Makmur, Parung, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, mengetahui penerapan bauran pemasaran perusahaan dan penilaian pelanggan terhadap bauran pemasaran yang telah dijalankan dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang tepat. Perumusan strategi pemasaran dilakukan dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan. Setelah itu dilakukan juga penilaian pelanggan terhadap pelaksanaan bauran pemasaran.

Berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan, diperoleh nilai total skor IFE adalah 2,480 yang berarti perusahaan

(38)

memiliki kondisi internal dibawah rata-rata, sedangkan nilai total skor EFE sebesar 2,575 yang menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan sedang. Matriks IE memposisikan perusahaan perusahaan pada sel V yang merupakan posisi hold and maintain. Strategi yang dapat diterapkan perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Analisis SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi. Pemilihan alternatif strategi dengan metode QSPM merekomendasikan strategi bekerjasama dengan pihak lain untuk mengolah jambu biji organik agar dapat memberi nilai tambah, karena strategi ini memiliki nilai Total Attractive Score yang terbesar yaitu 5,430.

Ariani (2006), mengkaji tentang Strategi Pengembangan Identitas Merek Produk Sayuran Organik “AGATHO” melalui Bauran Pemasaran pada Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan identitas merek AGATHO kemudian menganalisis persepsi distributor Yayasan Bina Sarana Bakti terhadap identitas merek AGATHO dan pada akhirnya menyusun rekomendasi strategi pengembangan identitas merek melalui bauran pemasaran. Metode pengolahan data dan analisis data menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks TOWS dan pengambilan keputusan menggunakan matriks QSP. Selain itu dilakukan juga analisis persepsi dengan menggunakan Biplot dan Thurstone.

Hasil persepsi distributor akan identitas menunjukkan bahwa saluran distribusi agen memiliki posisi efektif untuk menanamkan nilai merek AGATHO. Hasil analisis eksternal menunjukkan yang menjadi peluang utama yayasan adalah peningkatan kesadaran masyarakat akan kebutuhan pangan sehat, sedangkan ancaman

(39)

utama adalah harga pasokan bahan baku; pupuk mahal. Adapun hasil analisis internal menunjukkan kekuatan utama yayasan adalah figuritas AGATHO yang kuat sebagai pendiri dan pionir pertanian organik, sedangkan kelemahan utama perusahaan adalah kurangnya promosi AGATHO dalam memasuki pasar.

Hasil analisis berdasarkan matriks IE, yayasan berada pada posisi persaingan usaha growth and build strategy, sehingga strategi yang dilakukan adalah strategi intensif pengembangan produk dan pasar dengan konsentrasi pada integrasi horizontal. Selanjutnya dilakukan analisis TOWS dan analisis dengan QSPM untuk menentukan alternatif strategi prioritas. Hasil dari matriks QSP adalah strategi menjaga kualitas produk dan meningkatkan nilai tambah produk.

Penelitian mengenai Formulasi Strategi Pemasaran Obat Tradisional Taman Syifa, Kota Bogor, Jawa Barat berupaya untuk merumuskan prioritas strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan dengan terlebih dahulu melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Penentuan prioritas strategi pemasaran dilakukan dengan menggunakan metode Prinsip Hirarki Analitik. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kristianto (2006) yang hanya sampai pada tahap merumuskan strategi melalui analisis SWOT. Apriani (2006) dan Kaharuddin (2006) dalam penelitiannya berupaya merumuskan prioritas strategi pengembangan usaha dan strategi pemasarannya dengan menggunakan metode QSPM. Penelitian yang dilakukan Ariani (2006) menggunakan matriks QSP untuk menentukan strategi pengembangan identitas merek yang paling tepat serta analisis persepsi dengan menggunakan Biplot dan Thurstone.

(40)

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pengertian dan Konsep Pemasaran

Definisi Pemasaran menurut Kotler (2005) dibedakan secara sosial dan secara manajerial. Secara sosial, pemasaran didefinisikan sebagai proses sosial yang dengan proses tersebut individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan definisi manajerial mendefinisikan pemasaran sebagai seni menjual produk. Namun proses penjualan itu sendiri bukan merupakan bagian penting dari pemasaran. Penjualan hanya merupakan ujung gunung es dari pemasaran.

Konsep pemasaran menurut Kotler (2005) menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep pemasaran berdiri diatas empat pilar yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu, dan kemampuan menghasilkan laba.

Konsep ini lebih menekankan kepada kepuasan pelanggan. Pada awalnya perusahaan akan mencari tahu keinginan dan kebutuhan pelanggan kemudian perusahaan akan mencari tahu produk yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Laba justru diharapkan akan diperoleh dari kepuasan konsumen

(41)

yang nantinya akan membeli dalam jumlah banyak, terus-menerus dan mungkin dengan harga yang menguntungkan. Hal ini terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Konsep Pemasaran

Sumber : Kotler (2005)

3.1.2 Strategi Pemasaran

Menurut Kotler (2005), strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapai sasaran yang diinginkan oleh perusahaan atau suatu unit bisnis. Strategi merupakan rencana yang disatukan, luas, dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui strategi yang tepat dari suatu organisasi.

Tjiptono (2002) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga lingkup strategi pemasaran yang banyak dijadikan acuan yaitu, marketing strategies, marketing elemen strategies, product-market entry strategies. Marketing strategies berfokus pada variabel-variabel pemasaran seperti segmentasi pasar, identifikasi dan seleksi pasar sasaran, positioning, dan bauran pemasaran. Marketing elemen strategies meliputi unsur individual bauran pemasaran, misalnya strategi promosi „push versus pull’, strategi distribusi „intensif, selektif atau ekslusif‟, dan strategi penetapan harga

Pasar Kebutuhan Pemasaran Laba melalui

(42)

„penetrasi versus skimming price’. Sedangkan product-market entry strategies mencakup strategi mempertahankan pangsa pasar, memanen pangsa pasar atau melepas pangsa pasar.

Menurut Porter dalam Malinda (2005), membangun strategi pemasaran merupakan usaha untuk merumuskan formula mengenai usaha kompetisi bisnis, target yang seharusnya dicapai dan kebijaksanaan yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut. Terdapat empat kunci utama yang perlu dipertimbangkan oleh suatu perusahaan dalam menentukan strategi persaingan untuk mencapai kesuksesan, yaitu: (1) kekuatan dan kelemahan perusahaan, (2) nilai SDM sebagai pelaksana kunci, (3) peluang dan hambatan dalam industri, dan (4) masyarakat dan sosial.

A. Segmentasi

Segmen pasar merupakan kelompok besar yang dapat diidentifikasi dalam sebuah pasar. Perusahaan yang menetapkan segmented marketing menyadari bahwa pembeli berbeda-beda dalam keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku pembelian, dan juga kebiasaan pembelian mereka. Konsumen yang menjadi bagian dari suatu segmen diasumsikan cukup serupa dalam keinginan dan kebutuhan mereka, namun tidaklah sama.

B. Identifikasi dan Seleksi Pasar Sasaran

Tahap selanjutnya setelah melakukan segmentasi pasar adalah memilih pasar sasaran. Pada pasar sasaran inilah seluruh usaha pemasaran diarahkan. Pemilihan pasar sasaran juga akan menentukan bagaimana mengalokasi sumberdaya perusahaan yang diarahkan untuk program pemasaran, setelah melakukan segmentasi maka pemasar dapat memilih target market yang sesuai dengan tahap segmentasi tersebut.

(43)

Pemilihan pasar harus mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan dan pengalokasian sebaiknya dilakukan pada pasar yang memberikan keuntungan yang terbesar. Pemilihan pasar yang tidak baik merupakan pekerjaan yang sia-sia dan dapat merugikan perusahaan.

C. Penentuan Posisi (Positioning)

Strategi positioning merupakan strategi yang berupaya menempatkan suatu merek pada bagian pasar dimana merek tersebut dapat diterima lebih baik daripada merek yang bersaing. Tujuan utama positioning adalah untuk menempatkan produk di pasar sehingga produk tersebut terpisah atau berbeda dengan merek-merek yang bersaing.

3.1.3 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) menurut Kotler (2005) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. McCarthy dalam Kotler (2005) mengklasifikasikan alat-alat tersebut menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P pemasaran: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Berbagai variabel pemasaran dalam masing-masing P bauran pemasaran ditunjukkan pada Gambar 2.

A. Produk

Produk merupakan elemen pertama dan paling penting dalam bauran pemasaran. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk

(44)

memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk dapat berupa barang atau jasa dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dimakan atau dikonsumsi sehingga dapat mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.

Gambar 2. Komponen Bauran Pemasaran

Sumber : Kotler (2005)

Strategi produk didefinisikan sebagai strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul dari para pesaingnya. Penetapan promosi yang baik, penetapan harga yang sesuai dan distribusi yang luas, menjadi tidak ada artinya bila produknya sendiri tidak sesuai

BAURAN PEMASARAN Produk Keragaman produk Kualitas Design Ciri Nama merek Kemasan Ukuran Pelayanan Garansi Imbalan Harga Daftar Harga Rabat/diskon Potongan harga khusus Perioda pembayaran Syarat kredit Promosi Promosi penjualan Periklanan Tenaga penjualan Public relation Pemasaran langsung Tempat Saluran pemasaran Cakupan pasar Penyortiran Lokasi Persediaan Transportasi

(45)

harapan konsumen. Strategi produk membutuhkan pengambilan keputusan yang terkoordinasi atas bauran produk, lini produk, merek, pengemasan dan pelabelan.

B. Harga

Menurut Kotler dan Amstrong dalam Amir (2005), harga adalah jumlah keseluruhan nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang didapatkan atau digunakan atas produk atau jasa. Harga juga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan; elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya. Selain itu, harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel. Hal ini karena harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti ciri khas (feature) produk dan perjanjian distribusi.

Penetapan dan persaingan harga juga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak menangani penetapan harga dengan baik. Kesalahan yang paling umum adalah penetapan harga yang terlalu berorientasi pada biaya, harga kurang sering direvisi untuk mengambil keuntungan dari perubahan pasar, harga ditetapkan secara independent dari bauran pemasaran lainnya dan bukan sebagai unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar serta harga kurang cukup bervariasi untuk berbagai macam produk, segmen pasar, dan saat pembelian. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti yang terlihat pada Gambar 3 juga mempengaruhi keputusan dari harga.

(46)

Gambar 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Harga

Sumber : Kotler dan Amstrong dalam Amir (2005)

C. Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan pemasar perusahaan agar produknya dapat sampai ke tangan konsumen. Suatu komoditi dikatakan sebagai suatu produk apabila ia berada pada tempat pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Tanpa pendistribusian yang jelas, pemasaran suatu produk belum dikatakan berhasil. Untuk mendapatkan sistem pemasaran yang strategis, selain merancang produk, menetapkan harga yang sesuai dan didukung suatu promosi yang baik, perusahaan juga harus menetapkan strategi distribusi yang tepat.

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Ada beberapa macam saluran perantara yang bergerak di bidang distribusi antara lain, agen, penyalur, distributor, pedagang besar, dan pengecer. Secara umum, saluran pemasaran mempunyai fungsi yaitu, tempat mendapatkan informasi, saran promosi dan komunikasi dengan konsumen, negosiasi dengan

Faktor Internal Tujuan pemasaran Bauran pemasaran Biaya Pertimbangan lain Keputusan Penetapan Harga Faktor Eksternal

Karakter pasar dan permintaan Persaingan Faktor lingkungan (perekonomian pemerintah dan lain-lain)

(47)

konsumen, distribusi fisik (pergudangan dan transportasi), menangani pembayaran pembelian, dan pembiayaan.

D. Promosi

Menurut Kotler, promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan agar membeli produk tersebut. Perusahaan harus mengalokasikan anggaran promosi diantara lima alat promosi yaitu, periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, wiraniaga, serta pemasaran langsung. Dalam industri yang sama, berbagai perusahaan dapat sangat berbeda dalam cara mengalokasikan anggaran promosi mereka. Setiap alat promosi memiliki karakteristik dan biaya tersendiri yang unik.

1. Periklanan

Periklanan menurut Kotler (2005) adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Periklanan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu produk, dan di sisi lain mampu mempercepat penjualan. Periklanan dapat secara efisien menjangkau berbagai pembeli yang tersebar secara geografis.

2. Promosi Penjualan

Menurut Kotler (2005), promosi penjualan merupakan kumpulan alat-alat insentif yang beragam, sebagian besar berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat dan atau lebih besar oleh

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Tahun  2004-2006 1
Tabel 3. Perkembangan Ekspor Beberapa Produk Tanaman Obat Tahun 2002- 2002-2003 3
Tabel 4. Produsen Obat Tradisional Berbahan Baku Tanaman Obat di Bogor
Tabel 5.  Pertumbuhan Penerimaan Penjualan Taman Syifa Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu pratindakan, siklus I, dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

Karena nilai signifikansi dari uji F < 0,05 maka model ini signifikan dapat menerangkan hubungan antara variabel pertumbuhan penjualan positif, non debt

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dalam penerapan metode drill untuk meningkatkan

Berdasarkan kajian dari data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti maka kesimpulan yang dapat diambil adalah ada pengaruh positif latihan keseimbangan dengan

Sedangkan untuk tingkat kesulitan pengendalian kebakaran hutan dan lahan berada pada tingkat AMAN - TIDAK SULIT (Sebagian Sumatera dan Kalimantan).. Ringkasan

Dengan kemajuan tekhnologi yang pesat akan menjadi susah bagi Samsung untuk meraup untung besar jika tidak selalu melakukan inovasi dan membuat gebrakan baru

Selanjutnya teori APOS dapat membuat prediksi yang mantap tentang pemahaman suatu konsep, artinya jika kumpulan action, process, object dan schema tertentu

Bila dibandingkan besarnya kemampuan produktivitas tanaman buah (Kg / pohon) dan sayuran (Kg / m 2 ) dengan jenis yang sama (terlihat pada Tabel 9 dan 10) bahwa, kisaran hasil