• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Makrozoobenthos

Jumlah makrozoobenthos yang ditemukan di seluruh stasiun selama pengamatan terdiri dari 22 kelas, yaitu Polychaeta, Aplachopora, Priapulida, Sagittoidea, Anthozoa, Hydrozoa, Cirripedia, Malacostraca, Ostracoda, Asteroidea, Holothuroidea, Ophiuroidea, Polythalamea, Bivalvia, Gastropoda, Polyplachopora, Scaphopoda, Nematoda, Anopla, Porifera, Phascolosomatidae, dan Sipunculidea. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 126 genus dari 108 famili. Organisme-organisme makrozoobenthos yang ditemukan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

4.1.1.1. Kepadatan makrozoobenthos

Kepadatan makrozoobenthos yang ditemukan selama penelitian berbeda-beda antar stasiun. Gambar 4 menjelaskan kepadatan makrozoobenthos di setiap stasiun dan jumlah spesies yang ditemukan di setiap stasiun pengamatan.

Gambar 4. Kepadatan dan jumlah jenis makrozoobenthos dari seluruh stasiun Stasiun 2 memiliki kepadatan makrozoobenthos paling sedikit dari seluruh stasiun, sedangkan Stasiun 9 memiliki kepadatan makrozoobenthos paling

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ju m lah J en is Kep ad atan ( In d /m 2) Stasiun

(2)

banyak. Pada Stasiun 1 ditemukan jumlah jenis yang paling banyak dari seluruh stasiun sedangkan pada Stasiun 8 jumlah jenis yang ditemukan paling sedikit. Stasiun yang dekat dengan wilayah pesisir terlihat memiliki kepadatan dan jumlah jenis yang lebih tinggi dibanding stasiun lainnya.

4.1.1.2. Komposisi Makrozoobenthos

Selama penelitian ditemukan adanya perbedaan dalam komposisi makrozoobenthos di setiap stasiun pengamatan. Komposisi makrozoobenthos pada Stasiun 1 didominasi oleh Kelas Polychaeta dan Malacostraca, selain itu ditemukan juga organisme dari kelas Ophiuroidea, Holothuroidea, Anopla, Ostracoda, Hydrozoa, dan Polyplachopora.

Komposisi makrozoobenthos pada Stasiun 2 didominasi oleh Kelas Polychaeta. Selain itu ditemukan juga makrozoobenthos dari kelas Anopla dan Ostracoda. Komposisi makrozoobenthos pada Stasiun 3 didominasi oleh kelas Polychaeta dan Malacostraca. Selain itu ditemukan juga jenis-jenis dari kelas Anopla. Stasiun 4 didominasi oleh Kelas Polychaeta, Ophiuroidea, dan Malacostraca. Selain kelas tersebut, pada Stasiun 4 juga ditemukan jenis-jenis dari Kelas Holothroidae, Anopla, Phascolomatidae, dan Sipunculidae.

Komposisi makrozoobenthos pada Stasiun 5 didominasi oleh Kelas Polychaeta, Malacostraca, dan Ophiuroidea. Selain itu, pada Stasiun 5 juga ditemukan jenis-jenis dari kelas Anopla, Bivalvia, Polythalamea, Sagittoidea, dan Priapulida. Stasiun 6 didominasi oleh kelas Ophiuroidea, Polychaeta, dan Malacostraca. Selain itu ditemukan juga jenis-jenis dari kelas Cirripedia, Ostracoda, Priapulida, Holothuroidea, Bivalvia, Scaphopoda, Adenophora, dan Anopla.

Stasiun 7 didominasi oleh kelas Ophiuroidea, Polychaeta, dan Malacostraca. Selain itu ditemukan juga jenis-jenis dari kelas Sipunculidae, Phascolomatidae, Anopla, Adenophora, Bivalvia, Aplachopora, dan Sagittoidea. Pada Stasiun 8, tidak terlalu banyak ditemukan makrozoobenthos. Kelas makrozoobenthos yang ditemukan cukup banyak adalah kelas Polychaeta, Malacostraca, dan Aplachopora.

Stasiun 9 didominasi oleh Polychaeta dan Sipunculidae. Selain itu, ditemukan juga jenis-jenis makrozoobenthos dari kelas Anopla, Adenophora,

(3)

Gastropoda, Bivalvia, Ophiuroidea, dan Anthozoa. Stasiun 10 didominasi oleh Polychaeta dan Malacostraca. Selain itu ditemukan pula jenis-jenis dari kelas Sipunculidae, Porifera, Anopla, Polyplachopora, Gastropoda, Ophiuroidea, dan Holothuroidea.

Terlihat bahwa jenis-jenis dari kelas Polychaeta ditemukan banyak pada semua stasiun pengamatan. Hal ini dikarenakan makrozoobenthos Polychaeta merupakan organisme yang kosmopolit. Mereka dapat ditemukan pada hampir semua habitat laut. Adapun komposisi makrozoobenthos yang ditemukan selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Komposisi Makrozoobenthos berdasarkan kepadatan

Tabel 3 menunjukan nilai indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi makrozoobenthos pada setiap stasiun pengamatan. Secara umum nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,95 hingga 4,62. Stasiun 1 memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sedangkan Stasiun 8 memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah. Nilai indeks keanekaragaman ini berbanding lurus dengan jumlah jenis yang ditemukan pada setiap stasiun,

0 100 200 300 400 500 600 700 800 St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 St 7 St 8 St 9 St 10 K ep ad ata n (I n d /m 2)

Sipunculidea Phascolosomatidae Porifera Anopla

Adenophorea Scaphopoda Polyplacophora Gastropoda

Bivalvia Aplachopora Polythalamea Ophiuroidea

Holothuridae Asteroidae Hydrozoa Anthozoa

Sagittoidea Priapulida Ostracoda Malacostraca

(4)

semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman semakin banyak jenis makrozoobenthos yang ditemukan pada suatu komunitas (Krebs 1989).

Nilai indeks keseragaman pada semua stasiun berkisar antara 0,77 hingga 0,98. Stasiun 2 memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi sementara Stasiun 6 memiliki nilai indeks keseragaman terendah. Secara umum nilai indeks keseragaman pada setiap stasiun cukup tinggi (mendekati 1). Dengan nilai indeks keseragaman yang tinggi (mendekati 1) suatu komunitas dapat dikatakan berada dalam kondisi yang relatif mantap dan tidak ada ketidakstabilan pada faktor-faktor lingkungan (Krebs 1984).

Nilai indeks dominansi pada semua stasiun berkisar antara 0,06 hingga 0,30. Stasiun 8 memiliki nilai indeks dominansi tertinggi sedangkan Stasiun 1 memiliki nilai indeks dominansi terendah. Secara umum nilai indeks dominansi pada seluruh stasiun cukup rendah (mendekati 0). Menurut Odum (1971), nilai indeks dominansi yang tinggi (mendekati 1) terdapat suatu jenis yang mendominasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada seluruh stasiun pengamatan tidak ada jenis yang secara ekstrim mendominasi jenis lainnya.

Tabel 3. Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi makrozoobenthos Indeks Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Indeks keanekaragaman 4,64 2,95 3,62 3,18 4,30 4,03 4,24 1,95 4,31 4,37 Indeks keseragaman 0,86 0,98 0,81 0,96 0,91 0,77 0,81 0,84 0,81 0,82 Indeks dominansi 0,06 0,14 0,14 0,12 0,07 0,13 0,11 0,30 0,08 0,09 4.1.2. Meiobenthos

Selama pengamatan, dari seluruh stasiun penelitian ditemukan 14 kelas meiobenthos yang terdiri dari 50 famili. Contoh meiobenthos hanya diambil pada Stasiun 2, 5, 6, 7, 8, dan 9. Contoh meiobenthos pada Stasiun 1, 3, 4, dan 10 tidak diambil karena tipe substrat yang berbatu sehingga pengambilan contoh meiobenthos tidak mungkin dilakukan. Organisme-organisme meiobenthos yang ditemukan selama pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.

4.1.2.1. Kepadatan Meiobenthos

Kepadatan meiobenthos yang ditemukan selama penelitian berbeda-beda di setiap stasiun. Gambar 6 menunjukan kepadatan dan jumlah jenis meiobenthos

(5)

yang ditemukan selama pengamatan. Terlihat bahwa pada Stasiun 8 memiliki kepadatan dan jumlah jenis terendah dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini dikarenakan tipe substrat pada stasiun tersebut didominasi oleh lempung dan liat, sehingga menyebabkan diameter partikel dan pori-pori substrat lebih kecil. Diameter partikel dan pori-pori substrat yang lebih kecil akan mengurangi ruang untuk meiobenthos yang merupakan biota intersitial (biota yang menempati ruang kosong pada substrat).

Hal yang berbeda terlihat pada Stasiun 9 dimana meiobenthos memiliki kepadatan dan jumlah jenis yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena tipe substratnya yang didominasi oleh pasir sehingga memberikan ruang lebih banyak bagi meiobenthos untuk hidup.

Gambar 6. Kepadatan dan jumlah jenis meiobenthos dari seluruh stasiun

4.1.2.2. Komposisi Meiobenthos

Selama penelitian ditemukan adanya perbedaan dalam komposisi meiobenthos di setiap stasiun pengamatan. Gambar 7 menunjukan komposisi meiobenthos yang ditemukan selama pengamatan. Terlihat bahwa hampir di setiap stasiun, meiobenthos yang ditemukan didominasi oleh kelas Adenophorea. Kelas Adenophorea termasuk kedalam Filum Nematoda. Nematoda merupakan organisme meiobenthos yang paling banyak ditemukan di alam.

0 5 10 15 20 25 30 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 2 5 6 7 8 9 Ju m lah J en is Kep ad atan ( In d /m 3) Stasiun

(6)

Gambar 7. Komposisi meiobenthos berdasarkan kepadatan

Tabel 4 menunjukan nilai indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi makrozoobenthos pada setiap stasiun pengamatan. Secara umum nilai indeks keanekaragaman makrozoobenthos berkisar antara 2,23 hingga 4,11. Stasiun 9 memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi sedangkan Stasiun 8 memiliki nilai indeks keanekaragaman terendah. Nilai indeks keanekaragaman ini berbanding lurus dengan jumlah jenis yang ditemukan pada setiap stasiun. Semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman semakin banyak jenis makrozoobenthos yang ditemukan pada suatu komunitas (Krebs 1989).

Nilai indeks keseragaman meiobenthos pada semua stasiun berkisar antara 0,82 hingga 0,96. Stasiun 8 memiliki nilai indeks keseragaman tertinggi sementara Stasiun 6 memiliki nilai indeks keseragaman terendah. Secara umum nilai indeks keseragaman pada setiap stasiun cukup tinggi (mendekati 1). Dengan nilai indeks keseragaman yang tinggi (mendekati 1) maka suatu komunitas dapat dikatakan berada dalam kondisi yang relatif mantap dan tidak ada ketidakstabilan pada faktor-faktor lingkungan (Krebs 1984).

Nilai indeks dominansi meiobenthos pada semua stasiun berkisar antara 0,10 hingga 0,23. Stasiun 8 memiliki nilai indeks dominansi tertinggi sedangkan Stasiun 9 memiliki nilai indeks dominansi terendah. Secara umum nilai indeks

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000

Stasiun 2 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Stasiun 9

K epa da ta n ( Ind /m 3)

Sipunculidea Sipuncula K1 Sarcomastigophora K1

Eurotaria Turbellaria Nemertina K1

Adenophorea Kynorhryncha Priapulida

Ostracoda Maxillopoda Malacostraca

(7)

dominansi pada seluruh stasiun cukup rendah (mendekati 0). Menurut Odum (1971), nilai indeks dominansi yang tinggi (mendekati 1) menunjukan adanya suatu jenis tertentu yang mendominasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada seluruh stasiun pengamatan tidak ada jenis yang secara ekstrim mendominasi jenis lainnya.

Tabel 4. Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi meiobenthos Indeks Stasiun 2 5 6 7 8 9 Indeks Keanekaragaman 3,70 3,62 3,69 3,68 2,23 4,11 Indeks Keseragaman 0,87 0,87 0,82 0,88 0,96 0,86 Indeks Dominansi 0,12 0,13 0,15 0,12 0,23 0,10

4.1.3. Karakteristik fisika kimia perairan

Karakteristik fisika kimia perairan di sekitar dasar perairan dapat mempengaruhi kehidupan suatu organisme, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan dekat dasar yang dilakukan selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 8.

Berdasarkan hasil penelitian, kekeruhan di stasiun pengamatan berkisar antara 0,37-0,70 NTU dengan kekeruhan tertinggi terdapat pada Stasiun 6, yaitu 0,70 NTU. Padatan tersuspensi (TSS) di stasiun pengamatan berkisar antara 5-12 mg/L. Nilai padatan tersuspensi tertinggi terdapat pada Stasiun 6, yaitu 12 mg/L. Kekeruhan yang tinggi akan mengganggu kehidupan makrozoobenthos karena mengganggu daya lihat dan sistem pernafasan. Tingginya kekeruhan di suatu perairan disebabkan tingginya bahan organik yang terakumulasi dan mengendap di daerah ini. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai padatan tersuspensi (TSS).

Suhu perairan dekat dasar pada stasiun pengamatan berkisar antara 2 °C-29 °C. Stasiun-stasiun yang tidak terlalu dalam (Stasiun 1, Stasiun 3, Stasiun 10) memiliki suhu perairan dekat dasar yang cukup tinggi. Sedangkan setelah melewati kedalaman 200 m, suhu menurun dari 10 °C hingga 2 °C. Hal ini terkait dengan kurangnya transfer kalor yang berasal dari cahaya matahari dari air permukaan. Air laut dalam sendiri memiliki suhu yang dingin, berkisar antara 10 °C pada kedalaman 200 m hingga 2 °C pada kedalaman di bawah 3000 m (Carney 2011 in Kropp 2004).

(8)

Gambar 8. Nilai parameter fisika-kimia perairan dekat dasar di lokasi penelitian

Salinitas di perairan dekat dasar pada setiap stasiun berkisar antara 33-35 PSU. Salinitas dari setiap stasiun tidak terlalu berbeda, namun terlihat bahwa pada stasiun yang lebih dalam nilai salinitas lebih tinggi dibanding stasiun yang lebih dangkal. Kandungan oksigen di perairan dekat dasar pada stasiun pengamatan berkisar antara 1,19 ml/L hingga 2,89 ml/L. Kandungan oksigen terendah terdapat pada Stasiun 5 sedangkan kandungan oksigen tertinggi terdapat pada Stasiun 10. Rendahnya kandungan oksigen dikarenakan kedalaman perairan yang cukup dalam. Effendi (2003) menyatakan bahwa semakin dalam suatu

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 1 2 3 4 5 6 7 8 10 Kek er u h an ( NT U) Stasiun 0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 10 T SS ( m g /L ) Stasiun 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 Su h u ( C) Stasiun 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 1 2 3 4 5 6 7 8 10 B OD5 (m g /L ) Stasiun 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 1 2 3 4 5 6 7 8 10 Dis so lv e O x y g en (m l/L ) Stasiun 32 32,5 33 33,5 34 34,5 35 35,5 36 1 2 3 4 5 6 7 8 10 Sa lin it a s (P SU) Stasiun

(9)

perairan maka kelarutan gas-gas yang ada di dalamnya akan semakin berkurang. Selain itu, pada perairan laut dalam sumber oksigen seperti difusi gas antara air dan udara serta proses fotosintesis tidak terjadi. Perairan laut dalam biasanya memiliki kandungan oksigen yang rendah, mencapai 3 ml/L (Kropp 2004).

Nilai kebutuhan oksigen biologis (BOD) di stasiun pengamatan berkisar antara 0,77-6,62 mg/L. Nilai BOD tertinggi terdapat pada Stasiun 7 (6,62 mg/L) dan Stasiun 6 (6,27 mg/L), sedangkan nilai BOD terendah terdapat pada Stasiun 1 (0,77 mg/L). Hal ini diduga karena tingginya partikel tersuspensi pada stasiun tersebut.

4.1.4. Karakteristik Substrat

Karakteristik substrat dasar suatu perairan akan mempengaruhi kehidupan benthos yang hidup pada substrat tersebut. Karakteristik substrat akan mempengaruhi keefektifan gerak maupun cara makan benthos. Pada penelitian ini tipe substrat ditentukan berdasarkan Skala Wentworth. Ukuran butiran substrat disajikan dalam grafik kumulatif ukuran butiran substrat yang dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan Tabel 5 menunjukan karakteristik substrat berdasarkan skala Wentworth pada setiap stasiun serta komposisi penyusun substrat tersebut (kerikil, pasir, lempung dan liat). Sedangkan untuk Stasiun 1 dan 10, penentuan tipe substrat dilakukan dengan pengamatan secara visual.

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan karakteristik substrat antar stasiun pengamatan. Median diameter substrat terbesar terdapat pada substrat Stasiun 3 sedangkan yang terkecil terdapat pada substrat Stasiun 6. Median diameter substrat diperoleh dengan cara memplotkan persentase 50% pada grafik kumulatif fraksi ukuran partikel substrat, sehingga nilai mediannya dapat diketahui. Berdasarkan klasifikasi kelas Wentworth (Buchanan 1984), Stasiun 2 bertipe substrat pasir sangat halus, Stasiun 3 dan 4 bertipe substrat pasir kasar, Stasiun 5; 6; 7; dan 8 bertipe substrat lempung, dan Stasiun 9 bertipe substrat pasir sedang. Terlihat bahwa Stasiun 1 dan 10 bertipe substrat batuan.

Stasiun 5, 6, 7, dan 8 memiliki kandungan lempung dan liat (lumpur) lebih banyak dibanding stasiun lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kedalaman di stasiun tersebut lebih tinggi dibanding stasiun lain. Lokasi stasiun yang lebih dalam memungkinkan partikel halus terakumulasi di bagian tersebut. Dengan tipe

(10)

substratnya yang halus, stasiun tersebut memiliki diameter partikel dan pori-pori yang lebih kecil (Plaser 2003 in Honata 2010). Hal yang berbeda terjadi pada Stasiun 2, 3, 4, dan 9 dengan kandungan pasir lebih tinggi dibanding stasiun lainnya. Stasiun tersebut berada pada lokasi dekat pesisir dengan kedalaman perairan lebih dangkal sehingga partikel halus tidak terakumulasi karena biasanya pada daerah dekat pantai terdapat arus yang kencang. Odum (1971) menyatakan bahwa partikel halus akan mengendap dan menjadi substrat bila arusnya lemah. Tabel 5. Karakteristik substrat di lokasi penelitian berdasarkan Skala Wentworth

Stasiun

Fraksi Substrat (%) Median Diameter

Substrat (mm)

Tipe Subtrat Kedalaman (m) Kerikil Pasir Lempung Liat

1 100,00* 0,00* 0,00* 0,00* - Batuan* 29,4 2 0,00 50,97 38,78 10,25 0,1000 Pasir Sangat Halus 303,4 3 5,93 93,97 0,10 0,00 0,6670 Pasir Kasar 85,0 4 1,66 98,32 0,02 0,00 0,6062 Pasir Kasar 293,0 5 0,00 36,28 45,22 18,50 0,0177 Lempung 590,0 6 0,00 27,10 52,15 20,75 0,0080 Lempung 1840,0 7 0,00 33,38 42,87 23,75 0,0150 Lempung 1547,0 8 0,00 4,40 73,85 21,75 0,0700 Lempung 2549,0 9 0,00 99,36 0,64 0,00 0,2636 Pasir Sedang 290,0 10 90,00* 10,00* 0,00* 0,00* - Batuan* 46 *Visual 4.1.5. Pengelompokan Stasiun

Pengelompokan stasiun dilakukan untuk mengetahui kesamaan antar stasiun. Pengelompokan stasiun dilakukan dengan menggunakan Indeks Similaritas Bray-Curtis (berdasarkan kepadatan makrozoobenthos dan meiobenthos) dan Indeks Similaritas Canberra (berdasarkan karakteristik substrat dasar) dengan bantuan program Minitab 15. Pada penelitian ini, stasiun yang diamati dikelompokan berdasarkan kepadatan makrozoobenthos, kepadatan meiobenthos dan karakteristik substrat dasar perairan.

Gambar 9 menunjukan pengelompokan stasiun berdasarkan kepadatan makrozoobenthos. Terlihat dengan taraf kesamaan 65,74%, terdapat enam kelompok stasiun berdasarkan kepadatan makrozoobenthosnya. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 1 dan 10, hal ini sangat mungkin terjadi karena

(11)

karakteristik habitat yang mirip antara kedua stasiun. Kelompok kedua terdiri dari Stasiun 2, 5, 6, dan 7. Sementara Stasiun 9, 8, 4, dan 3 membentuk kelompok sendiri.

Gambar 9. Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kepadatan makrozoobenthos (K= Kelompok)

Gambar 10 menunjukan pembagian kelompok stasiun berdasarkan kepadatan meiobenthos. Terlihat bahwa dengan taraf kesamaan 98,23% terbentuk 2 kelompok stasiun. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 2, 5, 9, 6, dan 7 sedangkan Stasiun 8 membentuk kelompok sendiri. Hal ini dapat dikarenakan tipe substrat pada Stasiun 8 yang sangat berbeda dengan stasiun lainnya.

Gambar 11 menunjukan pengelompokan stasiun berdasarkan karakteristik substrat dasar perairan. Berdasarkan taraf kesamaan 96,07%, terbentuk 4 kelompok. Kelompok pertama hanya terdiri dari Stasiun 1 dan 10. Kelompok kedua terdiri dari Stasiun 2, 5, 7, dan 6. Kelompok ketiga hanya terdiri dari Stasiun 8. Kelompok keempat terdiri dari Stasiun 3, 4, dan 9.

(12)

Gambar 10. Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan kepadatan meiobenthos (K= Kelompok)

Gambar 11. Dendrogram pengelompokan stasiun berdasarkan karakteristik substrat (K= Kelompok)

Berdasarkan pengelompokan stasiun, terlihat adanya kemiripan antara pengelompokan stasiun berdasarkan kepadatan makrozoobenthos, kepadatan meiobenthos, dan karakteristik substrat. Kemiripan tersebut mengindikasikan adanya suatu kelompok benthos (baik meiobenthos maupun makrozoobenthos) yang lebih menyukai jenis substrat tertentu. Misalnya pada Stasiun 8 yang selalu

(13)

mengelompok sendiri baik dalam pengelompokan stasiun menurut kepadatan makrozoobenthos, meiobenthos, maupun karakteristik substrat. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa organisme benthos baik makrozoobenthos maupun meiobenthos yang dominan pada Stasiun 8 merupakan organisme yang lebih menyukai karakteristik substrat Stasiun 8 yang lebih didominasi lempung. Contoh lain terlihat pada Stasiun 1 dan 10 yang merupakan satu kelompok baik berdasarkan kepadatan makrozoobenthos maupun karakteristik subtrat. Hal tersebut mengindikasikan adanya organisme benthos yang lebih menyukai tipe substrat pada Stasiun 1 dan 10.

4.1.6. Hubungan benthos dan karakteristik substrat dasar perairan

Analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik substrat dan benthos (makrozoobenthos dan meiobenthos). Analisis komponen utama akan mereduksi banyaknya peubah yang digunakan dalam sejumlah data sehingga didapat suatu komponen utama yang menggambarkan keragaman total yang terkandung dalam sejumlah variabel.

Dalam analisis ini benthos yang didapat dikelompokan berdasarkan kebiasaan makannya. Pengelompokan ini dilakukan melalui studi literatur dan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Pengelompokan dilakukan karena diduga benthos akan mengelompok pada tipe substrat tertentu karena kebiasaan makannya. Gambar 12 menunjukan tipe-tipe kebiasaan makan pada benthos yang ditemukan pada seluruh stasiun yang diamati.

Makrozoobenthos dari seluruh stasiun memiliki beberapa kebiasaan makan yang berbeda. Dari seluruh stasiun ditemukan 53 jenis makrozoobenthos deposit

feeder, 28 jenis carnivore, 22 jenis omnivore, 20 jenis suspension feeder dan 3

jenis yang belum diketahui kebiasaan makannya. Seperti makrozoobenthos, meiobenthos yang ditemukan dari seluruh stasiun juga memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Dari seluruh stasiun, ditemukan 18 jenis yang bersifat deposit

feeder, 14 jenis yang bersifat carnivore, 12 jenis omnivore, dan 6 jenis yang

(14)

Gambar 12. Kebiasaan makan benthos pada seluruh stasiun

Variabel yang digunakan untuk Analisis Komponen Utama makrozoobenthos adalah kepadatan dari setiap kebiasaan makan makrozoobenthos, persentase kerikil, persentase pasir, persentase lempung, persentase debu, dan median diameter substrat. Sedangkan untuk Analisis Komponen Utama meiobenthos variabel yang digunakan adalah kepadatan dari setiap kebiasaan makan meiobenthos, persentase kerikil, persentase pasir, persentase lempung, persentase debu, dan median diameter substrat. Hasil Analisis Komponen Utama dapat dilihat pada Lampiran 9.

Gambar 13 menunjukan hubungan benthos (makrozoobenthos dan meiobenthos) dengan karakteristik substrat dasar perairan. Semakin sempit sudut yang dibentuk antar dua variabel maka kedua variabel tersebut berkorelasi positif yang kuat, sebaliknya jika posisi kedua variabel berlawanan satu sama lain, makan kedua variabel tersebut berkorelasi negatif yang kuat.

Berdasarkan Gambar 13 tampak bahwa hasil analisis komponen utama (Principal Component Analysis) makrozoobenthos menunjukan komponen utama pertama memiliki nilai eigenvalue sebesar 5,47 dan memberikan kontribusi sebesar 54,7%. Komponen utama kedua memiliki nilai eigenvalue sebesar 2,43 dan memberikan kontribusi sebesar 24,3%. Kedua komponen utama dapat menjelaskan sebesar 79,1% dari variasi data yang ada. Kepadatan makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder memiliki korelasi positif yang kuat

Carnivore; 14 Deposit feeder; 18 Omnivore; 12 Unknown; 6 Carnivore; 28 Deposit feeder; 53 Omnivore; 22 Suspension Feeder; 20 Unknown; 3 MAKROZOOBENTHOS MEIOBENTHOS

(15)

dengan persentase lempung dan liat. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin besar komposisi lempung dan liat dalam substrat maka makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder akan semakin banyak. Hal ini menunjukan makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder akan ditemukan lebih banyak pada substrat halus.

Gambar 13. Hubungan benthos dengan karakteristik substrat (atas=makrozoobenthos, bawah=meiobenthos)

(16)

Makrozoobenthos yang bersifat suspension feeder, omnivore, dan carnivore memiliki korelasi positif yang kuat dengan persentase kerikil dan pasir. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin banyak komposisi kerikil dan pasir dalam substrat maka makrozoobenthos yang bersifat suspension feeder, omnivore, dan

carnivore akan semakin banyak. Makrozoobenthos suspension feeder, omnivore,

dan carnivore akan lebih banyak ditemukan pada substrat kasar.

Berdasarkan Gambar 13 hasil analisis komponen utama (Principal

Component Analysis) untuk meiobenthos menunjukan komponen utama pertama

memiliki nilai eigenvalue sebesar 6,68 dan memberikan kontribusi sebesar 83,6% sedangkan komponen utama kedua memiliki nilai eigenvalue sebesar 0,74 dan memberikan kontribusi sebesar 9,3% sehingga kedua komponen utama dapat menjelaskan data yang ada sebesar 92,9% dari data yang ada.

Terlihat bahwa meiobenthos dari berbagai tipe kebiasaan makan memiliki korelasi positif yang kuat dengan persentase pasir dalam substrat. Hal tersebut menunjukan bahwa meiobenthos akan semakin banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak.

Tabel 6. menunjukan jenis-jenis makrozoobenthos yang dominan pada stasiun yang memiliki karakteristik substrat tertentu. Terlihat bahwa jenis-jenis makrozoobenthos deposit feeder lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi substrat lempung maupun liat. Sedangkan jenis-jenis makrozoobenthos suspension feeder, omnivora, dan carnivore lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi substrat kerikil maupun pasir lebih banyak. Walaupun begitu, terdapat pula makrozoobenthos deposit feeder yang ditemukan lebih banyak pada substrat yang berkomposisi kerikil maupun pasir lebih banyak dan makrozoobenthos suspension feeder, carnivore dan

omnivore yang lebih banyak ditemukan substrat yang berkomposisi lempung

(17)

Tabel 6. Jenis makrozoobenthos dominan sesuai dengan kebiasaan makan dan tipe substrat

% Tipe

Substrat Kebiasaan makan Genus

% Kerikil Carnivore Amphicteis sp., Phylodoce sp., Aphrodita sp., Parahesione sp., Eunice sp. (Polychaeta), Deposit feeder Heterotanais sp., Maera sp. (Malacostraca); Pherusa sp., Myriochele sp. (Polychaeta), Suspension feeder Paramoera sp., Ampelisca sp.,

(Malacostraca); Luidia sp., Cucumaria sp., Thyone sp. (Echinodermata), Omnivore Atylus sp., Munida sp., Rhithropanopeus sp., Pasiphaea sp. (Malacostraca) % Pasir

Omnivore Atylus sp., Dardanus sp.,

(Malacostraca) Suspension feeder Cucumaria sp. (Holothuroidea), Ophiopholis sp., Ophiarachnella sp. (Ophiuroidea), Paramoera sp. (Malacostraca), Potamilla sp. (Polychaeta)

Carnivore Glycera sp. (Polychaeta)

% Lempung Deposit feeder Cossura sp., Scoloplos sp.

(Polychaeta)

% Liat

Deposit feeder

Pectinaria sp., Maldane sp., Aricidea

sp., Paraonis sp. (Polychaeta), Yoldia sp. (Bivalvia), Phascolion sp.

(Sipunculidea)

Carnivore

Onuphis sp. (Polychaeta), Sagitta sp.

(Chaetognata), Prochaetoderma sp. (Aplachopora)

Unknown Thalassolaimus sp. (Adenophorea)

Tabel 7 menunjukan jenis-jenis meiobenthos yang dominan pada stasiun yang memiliki tipe substrat tertentu. Walaupun secara keseluruhan meiobenthos akan lebih banyak ditemukan lebih banyak pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak, terdapat pula meiobenthos yang lebih dominan pada substrat yang memiliki komposisi lempung maupun liat lebih banyak.

(18)

Tabel 7. Jenis meiobenthos dominan sesuai dengan kebiasaan makan dan tipe substrat

% Tipe

Substrat Kebiasaan Makan Genus

% Pasir

Carnivore Sigambra sp. (Polychaeta), Encentrum

sp., Brachionus sp., (Eurotaria),

Deposit feeder Capitellidae sp1, Nodellum sp.

(Polythalamea)

% Lempung Unknown

Cervinia sp., Harpacticus sp.,Oncaea

sp. (Maxillopoda), Echinoderes sp. (Kynorhyncha)

Unknown Pselionema sp.

% Liat Deposit feeder

Sarcomastigophora sp2, Sipuncula sp1 (Sipunculidae), Philomedes sp.,

Cypridina sp. (Ostracoda), Syllidae sp1,

Cirratulidae sp1, Sabellidae sp1,

Unknown Polychaeta sp1,

Hubungan antara benthos dengan karakteristik substrat dasar perairan juga dapat terlihat pada Gambar 14. Gambar 14 menunjukan penyebaran makrozoobenthos maupun meiobenthos pada setiap stasiun.

Berdasarkan Gambar 14 terlihat bahwa makroozoobenthos yang ditemukan pada setiap stasiun memiliki kebiasaan makan yang bervariasi. Komposisi benthos pada Grup 1 terlihat lebih bervariasi dibandingkan komposisi benthos pada Grup 2 dan 3. Hal ini disebabkan oleh karakteristik stasiun pada Grup 1 yang lebih bervariasi dibanding Grup 2 dan Grup 3. Pada gambar tersebut terlihat bahwa makrozoobenthos deposit feeder lebih banyak ditemukan pada stasiun yang memiliki komposisi substrat lempung maupun liat yang lebih banyak dibanding stasiun lainnya. Misalnya pada Stasiun 2 yang memiliki tipe substrat pasir sedang dan Stasiun 8 yang bertipe substrat dasar lempung. Sedangkan makroozoobenthos suspension feeder, carnivore maupun omnivore ditemukan lebih banyak pada stasiun yang memiliki komposisi substrat dasar kerikil maupun pasir yang lebih banyak dibanding stasiun lainnya. Misalnya pada Stasiun 3 dan 4 yang bertipe substrat dasar pasir kasar.

(19)

34

Gambar 14. Penyebaran benthos pada seluruh stasiun (atas=makrozoobenthos, bawah=meiobenthos)

Komposisi meiobenthos pada seluruh stasiun yang ditemukan tidak terlalu berbeda. Hal tersebut sesuai dengan hasil analisis komponen utama yang menunjukan bahwa hubungan meiobenthos dengan substrat lebih ditunjukan oleh jumlahnya yang akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak.

4.2. Pembahasan

Stasiun-stasiun penelitian dapat dikelompokan menjadi tiga grup, yaitu Grup 1 (Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5), Grup 2 (Stasiun 6, 7, dan 8) dan Grup 3 (Stasiun 9 dan 10). Kepadatan dan jumlah jenis makrozoobenthos pada Grup 1 terlihat

Legenda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 27,1 52,15 20,75 33,38 42,87 23,75 0 4,4 73,85 21,75 99,36 0,64 90 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 23 217 13 140 3 47 187 3 107 3 3 57 77 577 7 57 3 150 157 83 67 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 50,97 38,78 10,25 0 36,28 45,22 18,5 27,1 52,15 20,75 33,38 42,87 23,75 0 4,4 73,85 21,75 99,36 0,64 16744 7728 1288 0 2 5 6 7 8 9 2 3 6 7 8 9 236998 48945 18032 0 193205 39929 14168 5152 548702 72130 128802576 186765 43793 51523864 559006 131379 34777 14168

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 90 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 9 0 1 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 90 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 90 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 90 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 90 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 90 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 23 217 13 140 3 27,1 52,15 20,75 47 187 3 107 3 33,38 42,87 23,75 3 57 0 4,4 73,85 21,75 77 577 7 57 3 99,36 0,64 150 157 83 67 3 90 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 0 36,28 45,22 18,5 27,1 52,15 20,75

33,38

42,87

23,75

0

4,4

73,85

21,75

99,36 0,64 9 0 1 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

200

150

57

103

10

20

30

47

60

77

3

23

3

13

43

130

10

33

23

217

13

140

3

47

187

3

107

3

3

57

77

577

7

57

3

150

157

83

67

3

Pasir Sedang % Kerikil % Pasir % Liat % Lempung Suspension Feeder Omnivore Carnivore Deposit Feeder Unknown Batuan

Pasir Sangat Halus Pasir Kasar

(20)

lebih bervariasi dibanding Grup 2 maupun 3. Pada Grup 1 kondisi perairan maupun substrat dasarnya lebih bervariasi hal tersebut akan menyebabkan lebih bervariasi pula makrozoobenthos yang ditemukan pada Grup 1. Stasiun 1 memiliki kepadatan dan jumlah jenis makrozoobenthos yang tinggi, Stasiun 3 dan 5 sedang dan Stasiun 2 dan 4 rendah. Penyebaran makrozoobenthos berdasarkan kebiasaan makanannya pada Grup 1 juga menunjukan hasil yang lebih bervariasi dibanding grup lainnya. Stasiun-stasiun di Grup 1 memiliki komposisi kebiasaan makanan makrozoobenthos yang sangat berbeda satu sama lain. Hal yang berbeda terlihat pada stasiun-stasiun pada Grup 2, pada grup ini komposisi kebiasaan makanan makrozoobenthos secara umum cenderung sama yaitu makrozoobenthos deposit feeder ditemukan lebih dominan pada setiap stasiun. Hal yang serupa juga terlihat pada kepadatan dan jumlah jenis pada mieobenthos.

Selama penelitian, makrozoobenthos ditemukan paling banyak pada Stasiun 9. Makrozoobenthos yang paling melimpah pada seluruh stasiun berasal dari filum Annelida kelas Polychaeta. Fauchald & Jumars (1979) menyatakan bahwa Polychaeta merupakan salah satu hewan laut yang paling sering dan paling banyak ditemukan pada lingkungan dasar perairan. Kelas Polychaeta memiliki berbagai macam cara hidup tergantung tempat hidupnya masing-masing.

Meiobenthos ditemukan paling melimpah pada Stasiun 9. Meiobenthos yang paling melimpah pada seluruh stasiun ditemukan berasal dari kelas Adenophorea (Nematoda). Genus yang paling banyak ditemukan adalah

Thalassolaimus sp. Giere (1993) menyatakan bahwa pada umumnya filum

Nematoda merupakan meiobenthos yang mendominasi baik dari segi kepadatan maupun biomassa. Mereka memiliki struktur tubuh yang sangat sesuai untuk substrat lumpur maupun pasir.

Lebih bervariasinya makrozoobenthos maupun meiobenthos pada Grup 1 juga didukung oleh lebih bervariasinya karakteristik fisika-kimia perairan dekat dasar maupun karakteristik substrat dasar pada Grup 1 yang disebabkan oleh perbedaan kontur kedalaman yang lebih bervariasi dibanding pada Grup 2 dan 3 yang memiliki kedalaman lebih homogen.

Suhu pada perairan dekat dasar berkisar antara 2 °C hingga 29 °C. Stasiun yang memiliki kedalaman yang tinggi memiliki nilai suhu yang rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tidak adanya penyinaran dari matahari. Kekeruhan

(21)

pada air dekat dasar pada seluruh stasiun berkisar antara 0,37-0,70 NTU sedangkan padatan tersuspensi (TSS) dari seluruh stasiun berkisar antara 5-12 mg/L. Kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu kehidupan makrozoobenthos karena mengganggu daya lihat dan sistem pernafasan. Tingginya kekeruhan di suatu perairan disebabkan oleh tingginya bahan organik yang terakumulasi dan mengendap di daerah ini. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai padatan tersuspensi (TSS). Kandungan oksigen terlarut pada dasar perairan berkisar antara 1,19 mg/L hingga 2,89 mg/L. Kandungan oksigen pada perairan dekat dasar ini tergolong rendah karena tidak adanya sumber oksigen misalnya aktivitas fotosintesis dari organisme autotrof maupun difusi oksigen dari udara. Walaupun kandungan oksigen ini dapat meningkat apabila terjadi aliran air dari tempat lain yang memiliki kandungan oksigen yang tinggi (Kropp 2004). Nilai kebutuhan oksigen biologis (BOD) di stasiun pengamatan berkisar antara 0,77-6,62 mg/L. Nilai BOD ini menunjukan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara biologis. Bahan organik ini merupakan salah satu sumber makanan bagi benthos. Secara umum, karakteristik fisika-kimia perairan pada air dekat dasar di seluruh stasiun masih dapat ditolerir oleh benthos.

Substrat dasar merupakan tempat hidup bagi organisme makrozoobenthos maupun meiobenthos. Karakteristik substrat dasar akan mempengaruhi kehidupan makrozoobenthos maupun meiobenthos yang hidup pada substrat tersebut. Dari seluruh stasiun ditemukan lima tipe substrat dasar perairan. Berdasarkan skala Wentworth, ditemukan empat tipe substrat dasar perairan pada stasiun penelitian, yaitu lempung (Stasiun 5, 6, 7, dan 8), pasir sangat halus (Stasiun 2), pasir sedang (Stasiun 9), dan pasir kasar (Stasiun 3 dan 4). Berdasarkan pengamatan visual Stasiun 1 dan 10 bertipe substrat batuan. Terlihat bahwa pada stasiun yang berada di tengah laut dimana kondisinya sangat dalam, jenis substrat lebih lunak/lembut dibanding stasiun yang berada di dekat daerah pesisir. Hal tersebut dikarenakan arus pada daerah pesisir biasanya lebih deras dibandingkan daerah tengah laut, sehingga menyebabkan partikel-partikel kecil tidak mengalami sedimentasi. Odum (1971) menyatakan bahwa partikel halus akan mengendap dan menjadi substrat apabila arusnya lemah.

Bervariasinya karakteristik stasiun menunjukan perbedaan yang ada antar stasiun. Pengelompokan stasiun dengan indeks similaritas dilakukan untuk

(22)

mengetahui kemiripan antar stasiun, sehingga akan diketahui stasiun-stasiun tertentu yang memiliki karakteristik yang sama. Pengelompokan dilakukan berdasarkan kepadatan makrozoobenthos, kepadatan meiobenthos dan karakteristik substrat. Berdasarkan kepadatan makrozoobenthos terdapat enam kelompok stasiun. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 1 dan 10. Kelompok kedua terdiri dari Stasiun 2, 5, 6, 7. Kelompok 3, 4, dan 5 merupakan Stasiun 3, 4, 8, dan 9 yang masing-masing membentuk kelompok tersendiri. Pengelompokan stasiun tersebut dapat terjadi karena kemiripan jenis makrozoobenthos maupun kepadatan makrozoobenthos pada masing-masing stasiun yang mengelompok. Pengelompokan ini juga diduga karena tipe substrat pada stasiun tersebut yang mirip sehingga makrozoobenthos yang ditemukan pada stasiun tersebut hampir sama. Seperti pada Stasiun 1 dan 10 dimana terdapat genus Dulichia sp., Alpheus sp., dan Pasiphaea sp. yang lebih melimpah dibanding stasiun lainnya.

Berdasarkan kepadatan meiobenthos terdapat dua kelompok stasiun. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 2, 5, 6, 7 dan 9 sedangkan kelompok kedua terdiri dari Stasiun 8 yang membentuk kelompok tersendiri. Pengelompokan stasiun tersebut dapat terjadi karena kemiripan jenis meiobenthos maupun kepadatan meiobenthos pada masing-masing stasiun yang mengelompok. Pengelompokan ini juga diduga karena tipe substrat pada stasiun tersebut yang mirip sehingga meiobenthos yang ditemukan pada stasiun tersebut hampir sama. Seperti pada Stasiun 2, 5, 6, 7 dimana terdapat jenis Paraonidae sp1 yang melimpah pada stasiun tersebut namun tidak ditemukan pada Stasiun 8.

Berdasarkan karakteristik substrat terdapat empat kelompok stasiun. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 1 dan 10. Kelompok kedua terdiri dari Stasiun 1, 5, 6, dan 7. Kelompok ketiga terdiri dari Stasiun 8. Kelompok keempat terdiri dari Stasiun 3, 4, dan 9. Pengelompokan stasiun ini disebabkan karena kemiripan komposisi penyusun substrat (kerikil, pasir, lempung, dan liat) pada stasiun tersebut. Misalnya pada stasiun 1 dan 10 yang sama-sama memiliki komposisi kerikil lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lain.

Pengelompokan yang dibentuk dengan menggunakan Indeks Similaritas mengindikasikan adanya makrozoobenthos tertentu ataupun meiobenthos tertentu yang menyukai karakteristik substrat dasar tertentu. Misalnya pada Stasiun 8

(23)

yang selalu mengelompok sendiri baik dalam pengelompokan stasiun menurut kepadatan makrozoobenthos, meiobenthos, dan karakteristik substrat. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa organisme benthos baik makrozoobenthos maupun meiobenthos yang dominan pada Stasiun 8 merupakan organisme yang lebih menyukai karakteristik substrat Stasiun 8 yang lebih didominasi lempung. Contoh lain terlihat dari dekatnya pengelompokan Stasiun 2, 5, 6, dan 7 baik berdasarkan makrozoobenthos, meiobenthos, maupun substrat. Hal tersebut mengindikasikan adanya organisme benthos yang lebih menyukai tipe substrat pada Stasiun 2, 5, 6, dan 7.

Korelasi antara makrozoobenthos maupun meiobenthos dengan karakteristik substrat tertentu dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principle Component Analysis/PCA). Berdasarkan PCA diketahui bahwa makrozoobenthos yang bersifat suspension feeder akan ditemukan lebih banyak pada substrat yang memiliki komposisi kerikil dan pasir yang lebih banyak (substrat kasar). Seperti hasil penelitian Craig & Jones (1966) yang menunjukan bahwa benthos suspension feeder akan lebih banyak ditemukan pada substrat dasar yang kasar. Melimpahnya makrozoobenthos suspension feeder pada substrat kasar disebabkan karena makrozoobenthos suspension feeder mendapat makan dengan cara menyaring makanan dari perairan. Organisme ini memerlukan arus yang akan membawa makanan ke arahnya. Pada stasiun yang memiliki komposisi kerikil maupun pasir yang lebih banyak (substrat kasar) diduga memiliki arus dasar yang lebih deras. Arus yang deras akan menghambat proses sedimentasi dan membawa bahan makanan kepada organisme suspension

feeder.

Makrozoobenthos suspension feeder seperti Potamilla sp. (Polychaeta),

Dulichia sp., Thyone sp. (Malacostraca), dan Cucumaria sp. (Holothuroidea) lebih

banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi kerikil dan pasir yang lebih banyak (substrat kasar). Namun demikian dalam penelitian ini ditemukan pula makrozoobenthos suspension feeder yang ditemukan pada substrat halus, misalnya Anadara sp. dan Gafrarium sp. (Bivalvia). Ditemukannya makrozoobenthos suspension feeder pada substrat halus ini diduga karena organisme tersebut selain bersifat suspension feeder ia juga secara fakultatif bersifat deposit feeder.

(24)

Makrozoobenthos yang bersifat carnivore terlihat memiliki korelasi kuat dengan persentase substrat kerikil dan pasir. Hal ini menunjukan bahwa makrozoobenthos carnivore akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir maupun kerikil yang lebih banyak (substrat kasar). Menurut Craig & Jones (1966) penyebaran organisme carnivore lebih dipengaruhi keberadaan mangsanya dibandingkan karakteristik substrat dasar perairan. Dari seluruh stasiun penelitian, terlihat bahwa stasiun yang bertipe substrat kasar (Stasiun 1, 3, 4, 9, dan 10) memiliki kepadatan makrozoobenthos yang lebih tinggi, sehingga mangsa bagi makrozoobenthos carnivore tersebut akan lebih banyak pada stasiun tersebut. Beberapa makrozoobenthos carnivore seperti

Lepidonotus sp. dan Amblyosyllis sp. lebih banyak ditemukan pada stasiun yang

memiliki substrat kasar. Makrozoobenthos yang bersifat omnivore secara umum memiliki korelasi kuat dengan persentase kerikil dan pasir dalam substrat, yang berarti mereka akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi kerikil dan pasir lebih banyak (substrat kasar). Keberadaan benthos pada substrat kasar juga dipengaruhi oleh kemampuan geraknya, misalnya

Amphicteis sp. yang bersifat carnivore juga suspension feeder (fakultatif)

merupakan organisme sessile sehingga memerlukan substrat yang kokoh sebagai tempat hidup (Fauchald & Jumars 1979).

Makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder memiliki korelasi yang kuat dengan persentase lempung dan liat dalam substrat. Hal ini berarti makrozoobenthos deposit feeder akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi substrat lempung dan liat lebih banyak (substrat halus). Menurut Craig & Jones (1966) benthos deposit feeder akan ditemukan lebih banyak pada substrat halus. Selain itu Stewart et al. (1985) menyatakan bivalvia yang bersifat deposit feeder akan lebih banyak ditemukan pada substrat halus. Benthos deposit feeder ini merupakan organisme pemakan partikel organik yang telah tersedimentasi pada dasar perairan. Pada stasiun yang bertipe substrat halus sumber makanan bagi organisme ini lebih melimpah. Contoh makrozoobenthos

deposit feeder yang lebih banyak ditemukan pada substrat halus adalah Maldane

sp., Paraonis sp., dan Scoloplos sp. (Polychaeta); Maera sp., dan Westwoodila sp. (Malacostraca); Yoldia sp. dan Tellina sp. (Bivalvia). Beberapa makrozoobenthos ini juga hidup di dalam substrat (infauna), mencari makan dengan menggali dan

(25)

memakan sedimen yang terdeposit pada substrat (Fauchald & Jumars 1979) seperti Cossura sp.

Secara umum, meiobenthos berkorelasi dengan persentase pasir dalam substrat, yang berarti meiobenthos akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak. Hal tersebut diduga karena substrat pasir akan memberikan ruang untuk tempat hidup meiobenthos yang merupakan hewan interstitial. Misalnya meiobenthos dari genus Cervinia sp. dan

Harpacticus sp. (Malacostraca) yang lebih banyak ditemukan pada stasiun yang

bertipe substrat lebih kasar. Namun demikian, dalam penelitian ini ditemukan pula beberapa meiobenthos yang ditemukan lebih melimpah pada stasiun yang memiliki komposisi lempung dan liat lebih banyak, misalnya Pselionema sp. (Kelas Adenophorea). Kelas Adenophorea yang memiliki korelasi erat dengan substrat halus merupakan meiobenthos yang merupakan deposit feeder (Giere 1993).

Substrat sebagai tempat hidup benthos akan mempengaruhi penyebaran benthos di dasar perairan. Pada Selat Bali bagian selatan ditemukan berbagai tipe substrat dasar perairan mulai dari tipe substrat kasar hingga halus, dimana substrat kasar cenderung berada pada stasiun yang dekat pesisir dan substrat yang halus terdapat pada perairan laut dalam. Perairan Selat Bali bagian selatan termasuk ke dalam laut dalam dengan kedalaman yang dapat mencapai lebih dari 200 m. Di Selat Bali bagian selatan, ditemukan berbagai macam jenis benthos, beberapa di antaranya merupakan biota yang cenderung ditemukan pada laut dalam seperti

Cirriformia sp., Pholoe sp., Pherusa sp., Aricidea sp. (Polychaeta), Elphidium sp.

(Polythalamea), Cuspidaria sp., Nuculana sp. (Bivalvia), dan Amphioplus sp. (Ophiuroidea). Keberadaan beranekaragam benthos pada laut dalam membuktikan bahwa laut dalam merupakan salah satu habitat dengan keanekaragaman yang cukup tinggi.

Komunitas benthos pada perairan laut dalam ini mendapat ancaman dari berbagai kegiatan manusia pada perairan lepas pantai. Misalnya kegiatan penggelaran kabel telekomunikasi antar pulau yang akan memberikan gangguan pada komunitas benthos pada dasar laut, namun dengan seiring waktu komunitas benthos tersebut akan terbentuk lagi pada lokasi penggelaran kabel tersebut, namun kegiatan lain seperti kegiatan penambangan mineral dari dasar laut,

(26)

penambangan minyak lepas pantai maupun praktek pembuangan limbah pada laut dalam akan memberikan ancaman yang lebih besar bagi komunitas benthos laut dalam. Dengan masih sedikitnya pemahaman kita tentang komunitas benthos laut dalam masih sangat terbatas dan berbagai ancaman di atas, komunitas benthos laut dalam perlu dijaga kelestariannya serta pengkajian lebih lanjut.

Gambar

Gambar 4. Kepadatan dan jumlah jenis makrozoobenthos dari seluruh stasiun  Stasiun  2  memiliki  kepadatan  makrozoobenthos  paling  sedikit  dari  seluruh  stasiun,  sedangkan  Stasiun  9  memiliki  kepadatan  makrozoobenthos  paling
Gambar 5. Komposisi Makrozoobenthos berdasarkan kepadatan
Tabel 3.  Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi   makrozoobenthos  Indeks  Stasiun  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  Indeks keanekaragaman  4,64  2,95  3,62  3,18  4,30  4,03  4,24  1,95  4,31  4,37  Indeks keseragaman  0,86  0,98
Gambar 6. Kepadatan dan jumlah jenis meiobenthos dari seluruh stasiun  4.1.2.2. Komposisi Meiobenthos
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah famili yang teramati pada 10 stasiun penelitian sebanyak 30 famili. Famili yang teramati adalah Pomacentridae, Labridae, Caesionidae, Acanthuridae, Serranidae,

Pada stasiun pengamatan 4–6, warna substrat cenderung berwarna coklat hitam dengan dominasi ukuran butiran 4 mm, sedangkan pada stasiun pengamatan 7–9 warna substrat hitam

Dekat stasiun pasut Kolaka, nilai yang terbentuk lebih rapat dibandingkan di daerah tengah tengah perairan.Di bagian ini juga dapat terlihat bahwa gelombang pasut berpropagasi

Total kelimpahan makrozoobenthos terkecil yaitu 622 individu/m 3 yang terdapat pada stasiun A dimana stasiun A memiliki substrat dasar perairan dengan komposisi farksi liat

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 13 menunjukkan bahwa ekstrak kasar bintang laut dengan pelarut metanol dan etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar

Gracilaria salicornia memiliki nilai efisiensi hidrolisis tertinggi pada tiap konsentrasi asam karena Gracilaria salicornia memiliki kadar serat kasar lebih rendah diantara

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bila terdapat nilai kepadatan bulu babi yang tinggi pada stasiun pengamatan (stasiun 1

Jenis kerang-kerangan yang ditemukan pada Stasiun ketiga dimana stasiun ini memiliki tipe substrat pasir berlumpur dan batu berpasir adalah donax vittaus yang memiliki kepadatan