Studi Inovasi Obat Bisul Dalam Bentuk Sediaan Gel Dari Ekstrak Daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea Batatas L)
Henni Wati, Prayoga F. Yuniarto
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur
Email: [email protected]
ABSTRAK
Daun ubi jalar merah (Ipomoea batatas L.) mengandung zat aktif seperti Flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid yang berkhasiat sebagai antibakteri. Salah satu bakteri yang dapat dihambat dengan daun ubi jalar merah yaitu bakteri streptococus pyogenes dan
Staphylococcus aureus. Untuk itu dibuat sediaan gel dengan basis gel CMC-Na. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu fisik gel daun ubi jalar merah dengan konsentrasi ekstrak 2%, 4% dan 8%. Tahapan penelitian ini meliputi determinasi tanaman, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, pengujian skrining fitokimia dan uji mutu fisik gel. Gel diformulasikan menjadi 3 formula, dengan variasi konsentrasi ekstrak 2%, 4% dan 8%. Kesimpulan dari penelitian mutu fisik gel yang meliputi uji organoleptis, homogenitas, kejernihan, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas dan kadar air. Yang memenuhi parameter mutu fisik gel adalah formula 1 yaitu memiliki bentuk semisolid, homogen, jernih, daya sebarnya 3,62 cm, daya lekat 7 detik,viskositas 18.333 cP, pH 6,6 dan kadar airnya 80,75%. Sedangkan formula 2 dan 3 tidak memenuhi parameter mutu fisik gel yaitu pada uji kejernihan dan uji kadar air.
PENDAHULUAN
Penelitian (Permatasari, 2015) membuktikan bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar merah memiliki kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Penelitian (Melati, dkk., 2009) juga membuktikan bahwa ektrak metanol daun ubi jalar merah dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Dari kedua penelitian
tersebut, menunjukan bahwa kandungan dari daun ubi jalar merah berperan sebagai antibakteri, salah satunya bakteri Streptococcus
pyogenes yang merupakan bakteri penyebab
bisul. Penggunaan ekstrak untuk mengobati bisul secara langsung dinilai kurang efektif dan efisien sehingga perlu dikembangkan dalam bentuk sediaan farmasi yang nyaman, aman, dan mudah digunakan secara topikal.
Salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan secara topikal yaitu sediaan gel. Pemilihan bentuk sediaan gel ini juga berdasarkan pada kandungan senyawa metabolit sekunder dari daun ubi jalar merah (alkaloid, flavonoid, saponin,tanin) yang sifatnya polar dan nonpolar sehingga sesuai jika dibuat sediaan gel.
METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan serta berapa besar hubungan sebab dan akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol sebagai pembandingnya (Nazir,1983). Dimana pada penelitian ini ingin mengetahui mutu fisik dari sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah dengan variasi konsentrasi ekstrak 2%, 4%, dan 8%.
Rancangan penelitian ini meliputi penentuan formula, persiapan alat dan bahan serta penyusunan prosedur kerja, determinasi daun ubi jalar merah, pengumpulan daun ubi jalar merah, pembuatan simplisia daun ubi jalar merah, proses ekstraksi daun ubi jalar merah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%, kemudian dievaporasi, pembuatan
sediaan gel sesuai dengan prosedur, pengujian yang meliputi uji organoleptis, homogenitas, kejernihan, pH, viskositas, daya sebar,daya lekat, kadar air dan analisis data untuk mengetahui mutu fisik sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah.
Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah. Sampel penelitian ini adalah sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah dengan konsentrasi ekstrak 2%, 4% dan 8%
Formulasi sediaan gel daun ubi jalar merah
Perhitungan Formula gel
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bejana maserasi, mesin penghalus, timbangan analitik, evaporator, beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi, batang pengaduk, pipet, cawan porselin, kertas saring, rotary evaporator, corong pisah, waterbath, mortir, stamfer, pH meter, kaca preparat, botol timbangan, oven, dan viskometer brokfield.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun ubi jalar merah, kertas saring, HCl Pekat, HCl2N, serbuk logam Mg, pereaksi FeCl3 1%, pereaksi mayer,
dragendrorf, wagner CMC-Na, Propilenglikol, gliserin, Natrium Benzoat, dan Aquadest.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel daun ubi jalar merah diambil didaerah Malang, pembuatan simplisia daun ubi jalar merah dilakukan di
Laboratorium Farmasi FMIPA Universitas Brawijaya Malang.
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober2015 sampai Agustus 2016.
Pengumpulan Data
A. Determinasi tanaman ubi jalar merah
1. Menyiapkan tanaman yang akan dideterminasikan yaitu tanaman ubi jalar merah.
2. Dicocokkan morfologi tanaman ubi jalar merah yang digunakan pada kunci determinasi.
3. Ditemukan genus dan spesies.
4. Kemudian dibuktikan oleh Lembaga penelitian Materia Medika Batu
B. Pembuatan simplisia daun ubi jalar merah 1. Dicuci bersih daun ubi jalar merah
2. Dilakukan pemisahan kotoran-kotoran dari daun ubi jalar merah
3. Dilakukan pencucian
4. Dikeringkan daun ubi jalar merah dengan cara tidak terkena langsung sinar matahari 5. Setelah kering dilakukan sortasi kering
untuk memisahkan kotoran yang ada pada saat pengeringan.
6. Ditimbang simplisia kering daun ubi jalar merah
7. Kemudian daun ubi jalar merah yang telah kering diblender sampai terbentuk serbuk halus dan siap diekstraksi.
C. Pembuatan ekstrak daun ubi jalar merah 1. Serbuk simplisia daun ubi jalar merah
ditimbang 700 gram dimasukkan dalam bejana maserasi dan ditambah dengan pelarut etanol 70% sebanyak 4,9 L sampai seluruh serbuk terendam
2. Rendam selama 5 hari dan terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. 3. Disaring dan dipisahkan antara filtrat dan
residu.
4. Residu direndam lagi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 2.5 L sampai terendam selama 48 jam, dan disaring lagi, kedua filtrat yang diperoleh disatukan dan dievaporasi dengan evaporator pada suhu 75O C.
5. Hasil evap dikentalkan lagi menggunakan
waterbath pada suhu 65˚C,kemudian hasil
pemekatan diambil dan ditimbang, selanjutnya ekstrak siap digunakan untuk sediaan gel.
D. Skrining fitokimia ekstrak daun ubi jalar merah
1. Identifikasi senyawa flavonoid
a. Dimasukkan Sampel ekstrak daun ubi jalar merah sebanyak 0,5 g kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan aquadest sebanyak 10 ml c. Dipanaskan, kemudian dinginkan dan
saring
d. Diambil 1 ml kemudian ditambahkan 3 tts HCl pekat dan serbuk logam Mg e. Diamati adanya warna merah sampai
jingga, menunjukkan adanya flavonoid (Marliana, dkk., 2005)
2. Identifikasi senyawa saponin
a. Dimasukkan Sampelekstrak daun ubi jalar merah sebanyak 0,5 g kedalam tabung rekasi
b. Ditambahkan 2 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik
c. Diamati perubahan yang terjadi.
d. Apabila terbentuk busa yang stabil (tidak hilang selama 30 detik)dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang. Maka identifikasi menunjukkan saponin(Marliana, dkk., 2005 dalam Fajarullah, dkk.,)
3. Identifikasi senyawa tanin
a. Dimasukkan Sampel ekstrak daun ubi jalar merah sebanyak 0,5 g kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan aquadest 10 ml c. Dipanaskan, kemudian dinginkan dan
saring
d. Diambil 1 ml dari filtratnya, kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3 1%
e. Diamati perubahan yang terjadi, terbentuk warna hijau kehitaman, menunjukan adanya senyawa tannin (Marliana, dkk., 2005)
4. Identifikasi senyawa alkaloid
Uji alkaloid dilakukan dengan metode Mayer, Dragendrof dan Wagner.
a. Ekstrak daun ubi jalar merah sebanyak 0,5 gram kemudian ditambahkan HCl 2N sebanyak 1 mL
b. Tambahkan aquadest 9 mL lalu dikocok dan disaring.
c. Dipanaskan selama 2 menit kemudian larutan tersebut dibagi menjadi 3 pada tabung reaksi.
d. Tabung A ditetesi 1 mL pereaksi Wagner menghasilkan endapan coklat e. Tabung B ditetesi 1 mL pereaksi Mayer
menghasilkan endapan putih
f. Tabung C ditetesi 1mL pereaksi Dragendrof menghasilkan endapan jingga coklat.
E. Pembuatan sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
1. Disiapkan alat dan bahan 2. Disetarakan timbangan
3. Ditimbang ekstrak kental sesuai konsentrasi, CMC-Na, propilenglikol, gliserin, dan Na benzoat
4. Disiapkan air panas
5. Dimasukkan air panas kedalam mortir, tambahkan CMC-Na lalu biarkan sampai mengembang
6. Di larutkan Na Benzoat dengan air didalam beaker glas
7. Setelah CMC-Na mengembang
masukkan propilen glikol dan gliserin sedikit demi sedikit kemudian aduk ad membentuk massa gel
8. Dimasukkan Ekstrak daun ubi jalar merah kedalam mortir kemudian aduk ad homogen
9. Dimasukkan Na Benzoat kedalam mortir, kemudian tambahkan dengan aquades ad 100 gram
10. Diaduk ad membentuk gel yang homogen kemudian simpan diwadah gel 11. Dilakukan hal yang sama untuk ekstrak
dengan konsentrasi 4% dan 8%
F. Evaluasi sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
1. Uji Organoleptis
a. Di ambil 0,1 gsediaan gel masing-
masing dari tiga titik
(atas,tengah,bawah)
b. Kemudian diletakkan diatas kaca preparat dan diamati secara visual warna, tekstur, dan bau.
c. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali 2. Uji Homogenitas
a. Di ambil 0,1 g sediaan gel masing-
masing dari tiga titik
(atas,tengah,bawah)
b. Kemudian diletakkan diatas kaca preparat dan diamati secara visual
sediaan gel yang homogen tidak adanya gelembung udara dan partikel terpisah. c. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali 3. Uji pH
a. Pengujian pH dilakukan dengan cara dikalibrasi pH meter menggunakan larutan dapar pH 4
b. 1 gram sediaan gel dilarutkan dengan aquadest 10 ml
c. Elektroda pH meter dibersihkan dengan aquadest, dan dicelupkan kedalam larutan, kemudian dibaca hasilnya (Istiana, 2016)
d. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali 4. Uji Viskositas
a. Disiapkan viskometer brokfield dan
spindle 2
b. Sediaan sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam cup
c. Dipasang spindle nomor 2 dan rotor dijalankan
d. Hasil viskositas dicatat setelah viskometer menunjukkan angka yang stabil(Suparman, dkk., 2012)
e. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali 5. Uji Daya Sebar
a. Sebanyak 0,5 gram gel diletakkan dengan hati-hati diatas kaca preparat b. Dibiarkan sesaat (1 menit) dan luas
daerah yang diberikan oleh sedian dihitung kemudian tutup lagi dengan kaca preparat yang diberi beban tertentu masing-masing 50 gram, 100 gram, dan 150 gram dan dibiarkan selama 1 menit c. Kemudian catat hasilnya dan lakukan
replikasi sebanyak tiga kali. (Mappa, dkk., 2013)
6. Uji Daya Lekat
a. Di ambil 0,5 gram sediaan gel
b. Diletakkan sampel diantara dua kaca preparat
c. Kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit
d. Dipasang alat tes (tali) pada beban, diberikan beban 1 kg
e. Dicatat waktu pelepasan sediaan f. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali 7. Uji kadar air
a. Disiapkan botol timbang b. Ditimbang botol timbang
c. Dikeringkan botol timbang pada oven dengan suhu 105˚C selama 30 menit d. Kemudian didinginkan pada desikator
selama 15 menit dan ditimbang lagi e. Dimasukkan 2 gram sediaan gel kedalam
botol timbang
f. Dikeringkan botol timbang pada oven dengan suhu 105˚C selama 1 jam
g. Didinginkan kembali pada desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga bobot konstan
h. Dihitung kadar air sediaan gel
i. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali 8. Uji kejernihan
a. Dioleskan gel pada kaca preparat
b. Diamati dibawah sinar yang terang (jernih atau keruh)
c. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali
Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan mengamati hasil penelitian mutu fisik sediaan gel dari ekstrak daun ubi jalar merah variasi konsentrasi ekstrak yang berbeda dan dibandingkan dengan standarnya. Kemudian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi ekstrak 2%, 4%, dan 8% dibandingkan dengan menggunakan analisis data one way annova.
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan determinasi
Tujuan melakukan determinasi tanaman yaitu untuk membuktikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini benar berasal dari spesies ipomoea batatas L.
Pada penelitian ini determinasi tanaman dilakukan dengan mencocokkan morfologi tanaman dengan kunci determinasi di buku
Flora Van Java kemudian dibuktikan oleh UPT
Materia Medika Batu menunjukkan hasil determinasi bahwa tanaman Ubi jalar berasal dari jenis ipomoea batatas L. Dari famili
Convolvulaceae.
Hasil dan pembahasan simplisia daun ubi jalar merah
Daun ubi jalar merah yang di ambil di daerah Malang dilakukan sortasi basah untuk menghilangkan dan memisahkan pengotor yang
melekat pada simplisia dan dilakukan pencucian dengan air mengalir, kemudian dikeringkan dengan cara di angin-anginkan ± 1 minggu secara tidak langsung dikarenakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam daun ubi jalar merah tidak tahan terhadap pemanasan. Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu yang lebih lama dengan penurunan kadar air, hal tersebut dapat menghentikan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Simplisia daun ubi jalar merah yang telah kering kemudian diblender hingga menjadi serbuk. Hasil serbuk simplisia yang diblender diayak menggunakan ayakan mesh 60 dimana dengan ayakan mesh 60 dihasilkan serbuk simplisia yang halus sesuai parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat (Depkes RI, 2000) semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi semakin relatif dan efisien.
Hasil dan pembahasan ekstraksi etanol daun ubi jalar merah
Serbuk simplisia daun ubi jalar merah diekstraksi menggunakan metode maserasi atau cara dingin, karena ekstraksi menggunakan metode maserasi merupakan metode yang paling sederhana dan juga senyawa yang terkandung dalam daun ubi jalar merah tidak tahan terhadap pemanasan suhu tinggi sehingga diekstraksi menggunakan metode maserasi untuk menghindari kerusakan senyawa yang terdapat dalam daun ubi jalar merah.
Pelarut yang digunakan untuk merendam serbuk simplisia daun ubi jalar merah adalah etanol 70%. Etanol (70%) sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi (Voight, 1994).
Serbuk simplisia daun ubi jalar merah sebanyak 700 gram dengan pelarut etanol 70% sebanyak 4,9 L dimaserasi 5 hari kemudian dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring untuk memisahkan residu dan filtratnya. Kemudian residunya diremaserasi lagi dengan pelarut yang sama sebanyak 2,5 L selama 2 hari kemudian disaring lagi untuk memisahkan residu dan filtratnya. Total penggunaan pelarut untuk proses maserasi dan remaserasi adalah
perbandingan pelarut 1:10,5. Kedua filtrat dari hasil pemisahan ini kemudian di evaporasi pada suhu 75oC untuk menguapkan etanol dan di
waterbath untuk mengurangi kadar air yang
terdapat dalam filtrat untuk mendapatkan ekstrak kental.
Setelah diperoleh ekstrak kental sebanyak 115,29 gram dilakukan pemeriksaan organoleptis ekstrak yang meliputi bentuk, bau, warna dan pH untuk selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam ekstrak daun ubi jalar merah. Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis ekstrak daun ubi jalar merah diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil dan Pembahasan Pengamatan Organoleptis Ekstrak daun ubi jalar merah
Organoleptis Hasil pengamatan
Bentuk Cairan Kental
Warna Cokelat kehitaman
Bau Khas daun ubi jalar
merah
pH 5
Setelah diwaterbath diperoleh ekstrak kental daun ubi jalar merahyang memiliki bentuk cairan kental, warna coklat kehitaman, bau khas daun ubi jalar merah dan memiliki nilai pH 5.
Setelah dilakukan pengamatan
organoleptik ekstrak daun ubi jalar merah dihitung rendemennya, dan didapatkan nilai rendemennya yaitu 16,47%. Nilai ini berbeda dengan literatur sebelumnya dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Ukuran serbuk
Pada jurnal sebelumnya tidak diketahui ukuran serbuk simplisianya (sangat kasar, kasar, setengah kasar,halus atau sangat halus) sedangkan pada penelitian proses pengayakannya menggunakan ayakan yang umum untuk simplisia daun yaitu ayakan 60 mesh sehingga serbuk yang dihasilkan halus. Hal ini dikarenakan, serbuk yang lebih halus akan lebih mudah diekstraksi karena permukaan serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dimana semakin halus ukuran serbuk simplisia maka kontak antara bahan dengan pelarutnya semakin luas, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dari ekstraksi.
2. Waktu Maserasi
Pada jurnal sebelumnya tidak dilakukan remaserasi, sedangkan pada saat penelitian dilakukan perendeman serbuk simplisia selama 5 hari kemudian dilanjutkan dengan remaserasi selama 2 hari dengan alasan agar zat aktif yang terdapat dalam simplisia daun ubi jalar merah dapat ditarik semuanya sehingga ekstrak yang didapatkan juga banyak. Hal ini dapat berpengaruh juga pada ekstrak yang didapat. 3. Waktu untuk evaporasi
Pada jurnal sebelumnya tidak diketahui lama waktu evaporasinya, sedangkan pada saat penelitian waktu evaporasi per 800 ml membutuhkan waktu 50-60 menit dengan suhu evaporator 75˚C. Sehingga berpengaruh juga ekstrak yang didapatkan.
4. Kekentalan dari ekstrak
Pada jurnal sebelumnya tidak diketahui seberapa kental ekstrak yang dihasilkan, sedangkan pada saat penelitian ekstrak yang dihasilkan kental.
Hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder ekstrak daun ubi jalar merah
Uji identifikasi ini bertujuan untuk memastikan keberadaan senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri benar – benar terdapat pada ekstrak daun ubi jalar merah. Hasil uji identifikasi senyawa metabolit sekunder ekstrak daun ubi jalar merah dicantumkan pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil dan Pembahasan Uji Identifikasi Metabolit Sekunder Ekstrak daun ubi jalar merah.
Penelitian ini menggunakan metode uji tabung untuk mengetahui senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa yang dideteksi antara lain alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Pada pengujian alkaloid menunjukkan tidak adanya endapan setelah penambahan pereaksi Mayer, wagner dan Dragendroff sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar merah tidak mengandung alkaloid. Selanjutnya dilakukan pengujian flavonoid dengan penambahan HCl pekat dan serbuk Mg menunjukkan ekstrak etanol daun ubi jalar merah positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan adanya warna jingga pada larutan.
Pada pengujian senyawa saponin terbentuk buih yang stabil selama 10 menit setelah pengocokan selama 30 detik yang sebelumnya ditambahkan akuades. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar merah positif mengandung saponin. Pengujian terhadap senyawa tanin menunjukkan adanya warna hijau kehitaman pada larutan setelah penambahan FeCl3 sehingga dapat
diketahui bahwa ekstrak etanol daun ubi jalar merah positif mengandung tanin terkondensasi.
Hasil mutu fisik sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah dan pembahasan
Setelah dilakukan pembuatan sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah dengan variasi konsentrasi ekstrak 2%, 4% dan 8%diperoleh hasil mutu fisik sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah dengan 3 formula yang direplikasi sebanyak 3 kali untuk memastikan kualitas sediaan dengan membandingkan hasil mutu fisik sediaan gel.
Tabel 4.3 Hasil uji organoleptis sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Dari hasil uji organoleptis, bentuk sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah dari ketiga formula memenuhi syarat yaitu mempunyai bentuk setengah padat seperti gel umumnya. Untuk formula 1 dan 2 mempunyai warna yang sama yaitu cokelat, sedangkan untuk formula 3 mempunyai warna yang berbeda yaitu cokelat kehitaman hal ini karena semakin tinggi konsentrasinya maka ekstrak yang dibutuhkan juga semakin banyak, jadi jumlah ekstrak mempengaruhi warna dari sediaan gel yang dihasilkan. Dari ketiga formula gel diatas menghasilkan bau yang sama yaitu bau khas daun ubi jalar merah, karena dalam pembuatan sediaan gel ini tidak ditambahkan dengan pengaroma untuk menutupi bau khas daun ubi jalar merah.
Tabel 4.4 Hasil uji homogenitas sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat keseragaman partikel dalam sediaan gel sehingga memberikan kualitas yang maksimal ketika digunakan. Homogenitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dari sediaan gel.
Berdasarkan tabel diatasHasil uji homogenitas menunjukkan hasil yang sama pada 3 formula yaitu homogen yaitu dengan tersebar merata seluruh komponen gel baik bahan aktif maupun bahan tambahan dan tidak terdapat partikel-partikel atau gelembung dalam sediaan gel. Sediaan gel yang homogen akan terdispersi secara merata pada setiap penggunaan gel pada kulit.
Tabel 4.5 Hasil uji kejernihan sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa yang memenuhi syarat kejernihan sediaan gel adalah formula 1 ditandai dengan tidak adanya partikel dan tembus pandang ketika diamati dibawah kaca preparat, sedangkan formula 2 dan 3 tidak memenuhi syarat. gel yang dihasilkan yaitu tidak jernih dan berwarna cokelat hingga coklat kehitaman. Hal ini dikarenakan pada formula 2 dan 3 ekstrak yang ditambahkan juga banyak sehingga berpengaruh dengan kejernihannya.
Tabel 4.6 Hasil uji daya sebar sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa ketiga formula sediaan gel memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu antara 3-5 cm. akan tetapi dari ketiga formula ini yang menghasilkan nilai daya sebar paling optimum adalah formula 1 dan 2 yaitu 3,62 cm dan 3,5 cm. sedangkan pada formula 3 memiliki nilai daya sebar yang kecil yaitu 3,15 cm hal ini dikarenakan formula 3 kekentalannya tinggi sehingga pada saat diberi dengan beban 50 g,100 g dan 150 g penyebaran gel kurang sempurna akibatnya dalam pengukuran luas permukaan memiliki hasil yang rendah.
Uji daya sebar sangat penting dilakukan karena berkaitan dengan efektifitas dari sediaan yang telah dibuat, dimana semakin besar daya sebarnya, maka zat aktif dalam suatu sediaan akan tersebar merata.
Hasil analisa one way Anova
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Berdasarkan analisis data Anova pada tabel dapat dilihat nilai probabilitasnya atau sig (0,019) lebih kecil daripada 0,05 maka Ho di tolak dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga formula gel terhadap nilai daya sebar gel ekstrak daun ubi jalar merah. Kemudian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai daya sebar gel dari ke tiga formula tersebut dilakukan uji post hoc Multiple comparisons.
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Dari hasil analisa post hoc multiple comparisons diperoleh data bahwa formula 1 dan 2 tidak ada perbedaan yang signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai sig (0,581)>0,05. Untuk formula 1 dan 3 memiliki perbedaan yang signifikan terhadap nilai daya sebar gel dapat dilihat dari nilai sig(0,18)<0,05. Untuk formula 2 dan 3 tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai daya sebar gel hal ini dapat dilihat dari nilai sig(0,062)>0,05.
Tabel 4.7 Hasil uji daya lekat sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa sediaan gel dengan 3 formula memenuhi nilai daya lekat gel yaitu lebih dari 1 detik. Dimana formula 1 memiliki daya lekat 7 detik, formula 2 memiliki daya lekat 6,67 detik dan formula 3 memiliki daya lekat 8,6 detik. Daya lekat gel sangat berpengaruh oleh kekentalan dari sediaan gel, dimana kekentalan yang
semakin tinggi membutuhkan waktu daya lekat gel yang lebih lama.
Uji daya lekat penting untuk
mengevaluasi gel sehingga diketahui sejauh mana gel dapat menempel pada kulit sehingga zat aktifnya dapat diabsorbsi secara merata. Semakin lama daya lekat gel maka semakin baik, karena zat aktif yang terdapat dalam sediaan geljuga semakin lama melekat dan memberi efek ke kulit.
Hasil analisis one way anova
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Berdasarkan analisis data Anova pada tabel dapat dilihat nilai probabilitasnya atau sig (0,066) lebih besar daripada 0,05 maka Ho di terima dan dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara ketiga formula gel terhadap lama waktu lekat gel ekstrak daun ubi jalar merah. Sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut post hoc.
Tabel 4.8 Hasil uji pH sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Berdasarkan tabel diatas, ketiga formula gel memenuhi rentang nilai pH yang telah ditentukan yaitu 4,5-7. Dimana formula 1
menghasilkan nilai pH 6,6, formula 2 menghasilkan nilai pH 5,8, dan formula 3 menghasilkan nilai pH 5,7.
Apapila sediaan gel yang dibuat memiliki nilai pH yang sesuai dengan standar maka dapat dikatakan bahwa sediaan gel yang telah dibuat aman jika diaplikasikan ke kulit. Dan juga jika sediaan gel yang dibuat pH sediaannya tidak memenuhi standar maka akan menyebabkan kulit iritasi dan kering.
Hasil analisis data one way anova
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Berdasarkan analisis data Anova pada tabel dapat dilihat nilai probabilitasnya atau sig (0,001) lebih kecil daripada 0,05 maka Ho di tolak dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga formula gel terhadap nilai pH gel ekstrak daun ubi jalar merah. Kemudian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai pH gel dari ke tiga konsentrasi ekstrak tersebut dilakukan uji post hoc Multiple comparisons.
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Dari hasil analisa post hoc multiple comparisons diperoleh data bahwa formula1 dan 2 memiliki perbedaan yang signifikan terhadap nilai pH, hal ini dapat dilihat dari nilai sig(0,002)<0,05. Untuk formula 1 dan 3 memiliki perbedaan yang signifikan terhadap nilai pH gel, hal ini dapat dilihat dari nilai sig(0,001)<0,005. Untuk formula 2 dan 3 tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai pH gel, hal ini dapat dilihat dari nilai sig(0,965)>0,05. Ketiga formula tersebut masih memenuhi rentang nilai pH dari sediaan gel.
Tabel 4.9 Hasil uji kadar air sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa dari ketiga formula yang memenuhi adalah formula 1 sedangkan pada formula 2 dan 3 tidak memenuhi syarat kadar air, hal ini
dikarenakan pada formula 2 dan 3 membutuhkan ekstrak yang banyak, sehingga air yang ditambahkan sedikit yang menyebabkan sediaan gel itu memiliki tekstur yang kental sehingga kadar airnya tidak memenuhi syarat dari sediaan gel yang baik. Hasil analisis one way anova
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Berdasarkan analisis data Anova pada tabel dapat dilihat nilai probabilitasnya atau sig (0,000) lebih kecil daripada 0,05 maka Ho di tolak dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan ketiga formula gel terhadap nilai kadar air gel ekstrak daun ubi jalar merah. Kemudian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai kadar air gel dari ke tiga konsentrasi ekstrak tersebut dilakukan uji post hoc Multiple comparisons.
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Dari hasil analisa post hoc multiple comparisons diperoleh data bahwa formula 1 dan 2 terdapat perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari nilai sig(0,000) < 0,05, formula 1 dan 3 memiliki perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari nilai sig(0,000) < 0,05, formula 2 dan 3 memiliki perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari nilai sig (0,000)<0,05. Dari ketiga formula tersebut yang tidak memenuhi uji kadar air gel adalah formula 2 dan 3.
Tabel 4. 10 Hasil uji viskositas sediaan gel ekstrak daun ubi jalar merah
Pengujian viskositas merupakan syarat penting dari sediaan gel. Apabila suatu sediaan memiliki viskositas tinggi maka akan semakin kental bentuk sediaan tersebut. Semakin tinggi
viskositasnya maka makin susah sediaan dioleskan kekulit, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa sediaan gel dengtan 3 formula memenuhi standar viskositas sediaan gel yaitu antara 3000- 50.000 cps. Pengujian viskositas sediaan gel menggunakan alat viskometer brokfield dengan spindel 2 dan menghasilkan nilai viskositas untuk formula 1 yaitu 18.333,333 cps, formula 2 menghasilkan nilai viskositas yaitu 23.000 cps dan formula 3 menghasilkan viskositas yaitu 33.333,333 cps. Dari ketiga ketiga formula ini, formula 3 menghasilkan nilai viskositas yang tinggi, hal ini dikarenakan pada formula 3 ekstrak yang ditambahkan banyak, dan air yang ditambah juga sedikit, sehingga menghasilkan sediaan gel dengan tekstur yang kental dan berpengaruh juga pada nilai viskositasnya, dimana semakin tinggi kekentalan dari suatu sediaan, maka viskositas yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Hasil analisis data one way anova
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Berdasarkan analisis data Anova pada tabel dapat dilihat nilai probabilitasnya atau sig (0,022) lebih kecil daripada 0,05 maka Ho di tolak dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga formula gel terhadap nilai viskositas gel ekstrak daun ubi jalar merah. Kemudian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai viskositas gel dari ke tiga konsentrasi ekstrak tersebut dilakukan uji post hoc Multiple comparisons.
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau
probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Dari hasil analisa post hoc multiple comparisons diperoleh data bahwa formula 1 dan 2 tidak ada perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari nilai sig(0,498) >0,05, formula 1 dan 3 memiliki perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari nilai sig(0,020) < 0,05, formula 2
dan 3 tidak memiliki perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari nilai sig (0,085)>0,05. Akan tetapi ketiga formula tersebut masih memenuhi rentang nilai viskositas dari sediaan gel.
Berdasarkan uji mutu fisik yang telah dilakukan, yang memenuhi parameter sediaan gel yaitu formula 1 sedangkan formula 2 dan 3 tidak memenuhi paramater mutu fisik. Kemudian setelah dilakukan uji mutu fisik dilanjutkan dengan analisis one way anova dan analisa post hoc multiple comparisons yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap mutu fisik gel dari ketiga formula tersebut. Berdasarkan analisis tersebut dapat dilihat bahwa formula gel yang memiliki perbedaan yang signifikan terhadap mutu fisik gel yaitu formula 1 dengan formula 2 dan 3 . Sedangkan formula 2 dan3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap mutu fisiknya. Untuk formula 2 dan 3 mutu fisiknya ada yang tidak memenuhi yaitu uji kejernihan dan kadar air, karena persyaratan sediaan gel yang baik adalah yang memenuhi semua parameter mutu fisik sediaan gel.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian uji mutu fisik gel ekstrak daun ubi jalar merah dengan 3 formula gel,maka dapat disimpulkan dari uji organoleptis, homogenitas, kejernihan, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas, dan kadar air yang memenuhi parameter mutu fisik gel adalah formula 1. Sedangkan formula 2 dan 3 tidak memenuhi parameter mutu fisik gel yaitu pada uji kejernihan dan uji kadar air.
DAFTAR PUSTAKA
Ageoes, Geoswin. 2007. Teknologi Bahan
Alam. Bandung: ITB
Ansel, Howard C.1989. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi. Edisi IV.
Penerbit:Universitas Indonesia
Barasa, Sabaretnam Lotmi. 2016. Formulasi
Gel Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam berbagai variasi konsentrasi CMC-Na dan Gliserin. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia.Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1986.Sediaan Galenika. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1991. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia. Edisi kedua. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Fajar S, Desi Reski. 2013. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas Var
Ayamurasaki) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa Dengan Metode Difusi Agar.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Fajarullah, Aulia. Henky Irawan. Arief Pratomo.
Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron ciliatum Pada Pelarut Berbeda. Program Studi Ilmu
Kelautan, FIKP UMRAH
Garna, H., 2001. Patofisiologi Infeksi Bakteri Pada Kulit.
Hidayaturrahmah, Rizki. 2016. Formulasi Dan
Uji Efektivitas Antiseptik gel Ekstrak Etanolik Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz. And Pav.). Karya Tulis
Ilmiah tidak diterbitkan. Yogyakarta : Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta https://ikkmbatam.blogspot.co.id/2016/08/ubi-
jalar-merah.html/
Ibrani, Meilisa Fitriani. 2012. Aktivitas Antioksidan Dan Stabilitas Fisik gel Antiaging Yang Mengandung Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L.). Skripsi tidak diterbitkan. Depok :
Program Ekstensi Departemen Farmasi
Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Ismarani. 2012. Potensi Senyawa Tannin dalam
Menunjang Produksi Ramah Lingkungan. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. Vol 3 (2): 46-55
Istiana, Sarah. 2016. Formulasi Sediaan gel
Basis Na-Cmc Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lmk.) Pers.) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kelinci. Naskah Publikasi tidak
diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Lachman, L., dan Lieberman, H. A., 1994, Teori
dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta. Mappa, Tiara. Hosea Jaya Edy. Novel Kojong.
2013. Formulasi gel Ekstrak Daun
Sasaladahan (Peperomia Pellucida (L.) H.B.K) Dan Uji Efektivitasnya Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 2 No. 02
Marliana,Soerya Dewi. Venty Suryanti. Suyuno. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol.
Biofarmasi Vol 3 (1): 26 – 31
Melati, Putjha. Eni Widiyati. Rochmah Supriati. Welly Darwis. 2009. Efektivitas Ekstrak
Daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea Batatas Poir) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Penyebab Penyakit Bisul Pada Manusia. Konservasi Hayati Vol. 05.
Bengkulu : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Bengkulu
Minarno, Eko Budi. 2015. Skrining Fitokimia
Dan Kandungan Total Flavanoid Pada Buah Carica Pubescens Lenne & K. Koch Di Kawasan Bromo, Cangar, Dan Dataran Tinggi Dieng. El-Hayah. Vol 5,
No 2
Mozer, Hardi. 2015. Uji Aktivitas Antifungi
Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) terhadap Aspergilus niger, Candida albicans dan Trichophyton rubrum. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta : Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarifhidayatullah.
Nazir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pambudi, Ade Muchlas Wijayanto Dwi. 2014.
Perbandingan Aktivitas Antihipertensi Ekstrak Dekokta dan Fraksi Etil Asetat
Daun Nyamplung (Calophyllum
Inophyllum) Secara IN-VIVO. Karya Tulis
Ilmiah tidak diterbitkan. Malang: Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia.
Permatasi, Eka Pradita Putri. 2015. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea Batatas Lamk.) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes. Naskah Publikasi tidak diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta.
Rahman, Dea Arditia. 2009. Optimasi Formula
Sediaan gel Gigi yang Mengandung Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) dengan Na CMC Sebagai Gelling Agent. Skripsi tidak diterbitkan.
Jakarta: Progam Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri (UIN)
Riskawati, 2016. Isolasi Dan Karakterisasi
Bakteri Patogen Pada Tanah Di
Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Tpas) Kota Makassar. Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Setyaningrum, Nur Latifah. 2013. Pengaruh
Variasi Kadar Basis HPMC Dalam Sediaan gel Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L.) Terhadap Sifat Fisik Dan Daya Antibakteri Pada Staphylococcus Aureus.
Naskah Publikasi tidak diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Setyowati, Widiastuti Agustina Eko. Sri Retno Dwi Ariani. Bakti Mulyani. Cici Putri Rahmawati. 2014. Skrining Fitokimia dan
Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Metanol Durian (Durio zibethinus
Murr.)Varietas Petruk. Makalah
Pendamping disajikan dalam Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI, Surakarta, 21 Juni.
Sumadi, Rina Septiana. 2011. Identifikasi dan
Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Teraktif Daun Sirih Merah (Piper crocatum Rui & Pav.). Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
Suparman, Ika Yuni Astuti. Dwi Saesar Nur Syafril. 2012. Uji Sifat Fisis gel Antiacne
Ekstrak Daun Gambir (Uncaria Gambir Roxb) Dalam Basis Na Cmc Dan Uji
Aktivitas Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Aureus. Purwokerto :
Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Puwokerto
Solikhin. 2016. Pengaruh Variasi Konsentrasi
Na-Cmc Pada Sediaan gel Ekstrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana Camara L.) Terhadap Karakteristik Fisik Dan Efektivitas Penyembuh Luka. Skripsi
tidak diterbitkan. Semarang : Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim.
Taufiq, Sarah. Umi Yuniarni. Siti Hazar. 2015.
Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Escherichia Coli dan Salmonella Typhi.
Bandung: Prodi Farmasi, Fakultas MIPA Unisba.
Voight, Rudolf. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi kelima. Terjemahan oleh Soendani Noerono Soewandhi. 1995. Yogyakarta : Gajah Mada Press
Wasitaatmadja, S.M.,1997. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik. Jakarta : Universitas
Indonesia Press
Widodo, Nanang. 2007. Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Yang Terkandung Dalam Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Jurusan Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang
Wiguna, Agung. 2016. Uji Aktivitas Formulasi
gel Antijerawat Ekstrak Daun Nangka
(Artocarpus Heterophyllus Lam.)
Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Karya Tulis Ilmiah tidak
diterbitkan. Ciamis : Program Studi D3 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis
Zats, J.L., dan Kushla, G.P,. 1996. Gels in
Lieberman, H.A., Lachman, L,. And
Schwatz, J.B., Pharmaceutical Dosage
Forms : Dyspers System. Vol .2, 2nd