AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128 CURAHAN WAKTU KERJA GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH
DI DESA TAMPABULU KECAMATAN POLEANG UTARA KABUPATEN BOMBANA
Oleh: Sukmawati Abdullah1) dan Putu Arimbawa1)
ABSTRACT
The objectives of this study are to know gender profile in the Tampabulu village, North Poleang District Bombana regency, and to know the working effusing of gender labor in the Tampabulu village, North Poleang District in Bombana regency. The research was conducted on August in the Tampabulu village, North Poleang District in Bombana regency by taking the farmers data who cultivate rice farm being sampled in this study. Determination of the sample is done by simple random sampling. This method is used because of the characteristic of the population is homogeneous, which means that taking some samples from populations already represent the entire population. The number of samples in this study was as many as 27 families. Data obtained from this study analyzed qualitative and quantitative, that is by looking at the gender profile in the study area and measure the amount of labor productivity work flow of labor in rice farming. The research results showed that: (1) people living in rural Tampabulu still sample, still bound mores and gender profile of the village showed that reproductive roles is still dominated by women with an average flow of work time 4 hours / day, productive roles of men and women; woman (wife) helped the male (husband) in making a living to supplement the family income in rice paddies without reducing its role in the household, and the role of civil society; in community activities of men and women make themselves available to participate in community social activities in accordance with their needs and abilities. (2) the outpouring of male labor in rice farming is greater than the outpourings of women workers, women are only involved at the stage a certain stage it is at this stage of weeding, harvesting and postharvest.
Keywords: gender, productivity, outpouring labour, outpouring of work time
PENDAHULUAN
Pembagian kerja antara anggota keluarga tidak saja ditentukan oleh investasi sumber insani dan produksi, tetapi juga oleh gender. Untuk memperoleh pendapatan rumahtangga yang maksimum, perlu adanya pembagian peran dalam pekerjaan domestik dan pekerjaan di luar rumah dalam melakukan aktivitas. Secara biologis, hakekatnya kaum wanita tidak hanya berperan dalam fungsi reproduksi saja tetapi
juga dalam produksi. Jika wanita
mempunyai keuntungan komparatif lebih besar daripada pria dalam pekerjaan
rumahtangga, dibandingkan dengan
investasi serupa dalam kapital sosial maka alokasi waktu digunakan untuk pekerjaan
keluarga, sedangkan pria sebagai pencari nafkah keluarga.
Tenaga kerja antara perempuan dan laki-laki dalam produksi benda atau jasa sama-sama mempunyai peran, di sektor publik dari tingkat lingkungan sampai
tingkat pemerintahanpun demikian,
sehingga sering terjadi ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender adalah setiap pembedaan, pengucilan yang dibuat atas dasar jenis kelamin baik dalam masyarakat maupun rumahtangga petani.
Anto Arianto (2004) Mengatakan bahwa, pembagian kerja berdasarkan gender sering berkaitan dengan tingkat upah, biasanya wanita diberikan tugas-tugas yang dianggap tidak membutuhkan keterampilan, mereka seringkali menerima upah lebih
1
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128
rendah dibandingkan dengan yang diterima pekerja pria. Untuk itu perlu adanya analisis gender.
Mengalokasikan waktu dalam
rumahtangga petani lahan sawah
dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar keluarga serta pembagian peran dalam rumahtangga. Faktor dalam keluarga adalah
usia, pengalaman, jenis kelamin,
pengetahuan, keterampilan, jumlah
tanggungan keluarga, pendapatan kepala keluarga, lahan dan aset lainnya. Faktor di luar keluarga adalah tingkat upah, harga barang, jenis pekerjaan, teknologi, dan struktur sosial. Faktor dalam dan luar
keluarga tidak hanya mempengaruhi
kegiatan yang dilakukan tetapi juga mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Analisis gender merupakan suatu analisis sosial yang memfokuskan perhatian pada relasi antara pria dan wanita dalam kehidupan rumahtangga dan masyarakat secara lebih luas, yaitu terkait peran dan
fungsinya masing-masing. Dengan
demikian nampak bahwa analisis
seharusnya dilakukan secara seimbang terhadap kedua pihak tersebut. Dari analisis gender yang telah dilakukan beberapa peneliti nampak bahwa pembahasan lebih difokuskan pada perempuan saja. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa fenomena ketimpangan gender yang terjadi dalam rumahtangga dan masyarakat lebih banyak dialami kaum perempuan. Dalam penelitian ini, difokuskan untuk kedua pihak yaitu pria
dan wanita secara seimbang dalam
pemenuhan kebutuhan rumahtangga dan pendapatan usahatani khususnya usahatani padi sawah.
Masyarakat di Desa Tampabulu. Kaum laki-laki di Desa Tampabulu sangat peduli terhadap status sosial wanita. Wanita
(isteri) bagi mereka adalah yang
dipinang/dibeli (secara adat) yang di hormati sebagai pendamping keluarga dan sumber keturunan. Wanita (isteri) tidak di pandang sebagai pembantu di dalam rumahtangga melainkan sebagai sumber “kekuatan di dalam rumahtangga”, sehingga ada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Bertolak dari uraian latar belakang, maka tujuan penelitian ini adalah:
(1) mengetahui profil gender di Desa Tampabulu Kecamatan Poleang Utara Kabupaten Bombana, dan (2) menganalisis curahan tenaga kerja gender dalam usahatani padi sawah di Desa Tampabulu
Kecamatan Poleang Utara Kabupaten
Bombana.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 yang berlokasi di Desa Tampabulu Kecamatan Poleang Utara Kabupaten Bombana yang dilakukan secara secara purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Tampabulu merupakan salah satu desa dimana penduduknya adalah petani yang mengusahakan tanaman padi sawah dengan luas lahan persawahan ± 573 Ha dari 1.059 Ha lahan pertanian yang ada di desa tersebut (Kantor Desa Tampabulu, 2010) dan paada umumnya wanita/pria di Desa Tampabulu turut bekerja dalam kegiatan usahatani padi sawah.
Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman padi sawah sebanyak 274 KK petani. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling).
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 27 KK.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan mencakup data sekunder dan data primer. Data sekunder diambil dari instansi terkait seperti kantor desa, Biro Pusat Statistik (BPS), dan instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data primer yang dikumpulkan mencakup data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif khususnya informasi mengenai curahan waktu dan jumlah tenaga kerja dari anggota rumahtangga sampel pria dan wanita dalam setiap tahapan usahatani padi sawah. Sementara data kualitatif mencakup data profil dan gambaran umum pembagian kerja menurut sex dari anggota rumahtangga sampel pada kegiatan reproduktif, produktif
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128
dan kemasyarakatan. Untuk mengukur besarnya curahan tenaga kerja dalam
mengusahakan usahatani padi sawah
digunakan perhitungan produktivitas
dengan rumus sebagai berikut:
P = Output (jumlah produksi yang dihasilkan Kg Ha
Input (jumlah alokasi waktu kerja per hektar HKPHa ………(1)
Keterangan :
P = Produktivitas Tenaga Kerja pada usahatani padi sawah (Kg/HKP)
Output = Jumlah Produksi yang
dihasilkan (Kg/Ha)
Input = Jumlah alokasi waktu yang
digunakan dalam
melakukan proses produksi (HKP/Ha)
Tenaga kerja dan curahan waktu kerja laki-laki dan wanita, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun dari luar keluarga dinyatakan dalam HKP (Hari Kerja Pria) menurut angka konversi G.J Vink (1984) adalah:
1 Hari Kerja Pria = 7 jam kerja pria 1 Hari Kerja Wanita = 0.8 HKP Dengan menggunakan rumus :
L = 𝑡ℎ𝑗𝑤……… (2)
Keterangan :
L = Hari kerja pria (HKP) t = Jumlah tenaga kerja (org) h = Jumlah jam kerja (jam) j = Jumlah hari kerja (jam)
w = Jumlah rata-rata jam kerja/hari/org
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Gender di Desa Tampabulu
Masyarakat Desa Tampabulu
umumnya adalah masyarakat transmigran yang berasal dari berbagai daerah yaitu dari Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa. Masyarakat Desa Tampabulu juga terdiri dari berbagai suku, diantaranya; suku Bugis, Mandar, Jawa dan Bali. Begitu pula dengan agama, tapi meskipun demikian mereka
tetap mengedepankan rasa toleransi yang tinggi antar masyarakat. Masyarakat Desa Tampabulu menganut sistem kekerabatan yang mengikuti garis keturunan ayah (Bapak) dalam istilah sosial disebut patrilinear, oleh karena itu kedudukan wanita berbeda sebelum dan sesudah kawin. Harta/warisan yang dimiliki laki-laki (suami) ternyata ikut mempengaruhi tinggi atau rendahnya status sosial wanita (isteri) di daerah penelitian, demikian juga dengan luas lahan yang dimiliki. Semakin luas lahan yang mereka miliki maka akan membuat derajat si wanita (isteri) tinggi dan jika sudah demikian mereka akan lebih disegani dan dihormati oleh masyarakat sekitarnya, begitu juga dengan anggota keluarganya. Selain itu, tingkat pendidikan wanita (isteri) di daerah penelitian juga merupakan salah satu faktor yang membuat status sosial wanita akan tinggi.
Perbedaan laki-laki dan perempuan menurut konsep gender dikonstruksikan oleh sistem nilai budaya dan struktur sosial, dimana laki-laki dan perempuan menjadi anggotanya yang kemudian menentukan peranan dan status laki-laki dan perempuan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Di tingkat keluarga atau rumahtangga analisis gender dilihat dari pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif, reproduktif, dan curahan waktu dalam kegiatan tersebut. Di tingkat masyarakat analisis gender dilihat dari pengelolaan kelembagaan masyarakat laki-laki dan perempuan.
Peran Reproduktif Gender
Perbedaan gender sesungguhnya tidak menimbulkan permasalahan sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun yang menjadi
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128
persoalan adalah jika perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan
baik bagi kaum laki-laki maupun
perempuan. Ketidakadilan gender
merupakan sistem dan struktur dimana baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dalam sistem tersebut. Perbedaan gender dapat menimbulkan permasalahan
seputar ketidakadilan gender yang
mencakup stereotype, beban kerja,
subordinasi, marjinalisasi, dan kekerasan (Herti Nelly, 2008).
Peran reproduktif merupakan peran yang berhubungan dengan tanggungjawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik
yang dibutuhkan untuk menjamin
pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan tenaga. Contoh: melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, mengambil air, memasak,
mencuci, membersihkan rumah,
memperbaiki baju, dan lain sebagainya (Elizabeth, 2007).
Pekerjaan rumahtangga seperti
memasak, mengasuh anak, mencuci
piring/alat-alat rumahtangga, mengambil air, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan pekarangan, menyetrika baju dan sebagainya dapat dilakukan oleh laki-laki dan wanita. Pekerjaan rumahtangga seperti ini di Desa Tampabulu merupakan pola pekerjaan wanita (isteri) yang kadang-kadang juga dilakukan oleh laki-laki (suami). Untuk lebih jelasnya gambaran peran reproduktif gender dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Jam Kerja Responden dalam Satu Hari pada Pekerjaan Rumahtangga (Jam/Hari) Kegiatan Laki-laki (Jam/Hari) Wanita (Jam/Hari) Memasak 0:00:00 1:18:00 Mencuci 0:00:00 0:30:00 Menimba air 0:16:88 0:19:25 Membersihka n rumah 0:04:36 0:26:25 Merapikan pakaian 0:00:00 0:08:08 Mengasuh anak 0:01:88 1:27:00 Jumlah 0:30:77 4:00:58
Rata-rata waktu yang di curahkan wanita dalam pekerjaan rumahtangga adalah sekitar 4 jam/hari, sementara laki-laki hanya sekitar 0,30 jam/hari. Untuk kegiatan
membersihkan rumah laki-laki
menggunakan waktu 4 menit 36 detik, biasanya digunakan untuk membersihkan selokan sekitar rumahnya saja. Wanita menggunakan waktu 26 menit 25 Detik untuk membersihkan rumah. Pola curahan waktu nampak jelas bahwa pandangan yang menyatakan pekerjaan rumahtangga adalah pekerjaan wanita masih di jumpai di Desa Tampabulu walaupun sebenarnya laki-laki sudah ikut terlibat dalam membantu pekerjaan rumahtangga.
Tabel 2. Gambaran jumlah tenaga kerja
Responden pada Peran
Reproduktif Gender dalam
Rumah tangga Jenis Kegiatan Dilakukan Oleh Laki-laki (Jiwa) Wanita (Jiwa) Peran Reproduktif Memasak - 27 Mencuci - 27 Menimba air 25 27 Membersihkan rumah 25 27 Merapikan pakaian - 27 Mengasuh anak 3 27
Tabel 2 menunjukkan bahwa peran reproduktif lebih dominan dilakukan oleh wanita. Berdasarkan hasil penelitian dari 27 responden semua wanita terlibat langsung dalam peran reproduktif, mulai dari kegiatan
memasak, mencuci, menimba air,
membersihkan rumah, merapikan pakaian, sampai kegiatan mengasuh anak. Semua kegiatan ini dilakukan oleh kaum wanita setiap hari. Data tersebut menunjukkan bahwa tidak semua pria terlibat dalam kegiatan domestic, hal ini dianggap sebagai sesuatu yang wajar dikarenakan mereka lebih disibukkan oleh pekerjaan mencari nafkah, dan sebagian kecil menyatakan karena pekerjaan rumahtangga merupakan
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128
kewajiban atau tanggung jawab wanita (isteri).
Peran Produktif Gender
Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa di sektor formal dan informal, baik
untuk dikonsumsi maupun untuk
diperdagangkan (Sudarta, 2008). Di daerah penelitian, pekerjaan mencari nafkah adalah pekerjaan laki-laki, sedangkan pekerjaan wanita adalah pekerjaan rumahtangga, namun sekarang ini tidak demikian lagi. Hal
ini disebabkan karena semakin
meningkatnya kebutuhan rumahtangga
sehingga laki-laki dan perempuan ikut terlibat dalam pekerjaan mencari nafkah.
Keadaan ekonomi mendorong
wanita untuk lebih banyak bekerja mencari nafkah. Pada keluarga yang tergolong ekonomi lemah didapati bahwa orang tua tidak menyekolahkan anak perempuan mereka sampai jenjang perguruan tinggi. Mereka hanya mampu menyekolahkan sampai tingkat SD saja dan jika ada anak perempuan mereka yang memaksa, mereka hanya memperbolehkan sampai tingkat SMP saja, setelah itu mereka dituntut untuk membantu orang tua dengan ikut serta dalam mengelola usahatani padi sawah keluarga atau mencari pekerjaan di luar
daerah (merantau). Gambaran peran
produktif gender dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Responden pada Kegiatan
Usahatani Padi Sawah Jenis Kegiatan Dilakukan Oleh Laki-laki (Jiwa) Wanita (Jiwa) Peran Produktif Persiapan lahan 27 - Pengolahan tanah 27 - Penanaman 27 - Penyiangan - - Pemupukan 27 - Pencegahan hama dan penyakit 27 - Panen - 26 Pengangkutan - - Pengeringan - 26 Penyimpanan - -
Tabel 3 menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama terlibat dalam kegiatan usahatani padi sawah. Wanita yang berperan produktif, yaitu pada kegiatan panen dan pasca panen. Dari tabel diketahui bahwa 26 responden wanita terlibat dalam kegiatan panen dan pengeringan, 27 responden laki-laki terlibat dalam peran produktif, yaitu pada kegiatan persiapan lahan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, dan kegiatan pencegahan hama dan penyakit. Selebihnya dilakukan oleh anggota keluarga lain (tenaga kerja upahan) baik laki-laki maupun wanita. Perbedaan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif usahatani padi sawah lebih disebabkan sifat pekerjaannya. Dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki dianggap sebagai suatu pekerjaan berat secara fisik, sementara pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan wanita adalah pekerjaan yang memerlukan ketelitian.
Peran Kemasyarakatan
Peranan kemasyarakatan, yaitu peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial), yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan dalam tingkat komunitas untuk melihat hierarki wewenang yang ada di satu kelompok masyarakat, dalam hal ini
adalah masyarakat Desa Tampabulu.
Masyarakat Desa Tampabulu merupakan masyarakat yang heterogen karena mereka terdiri dari berbagai suku dan agama (Islam, Kristen dan Hindu). Talcott dalam Sunarto (1988), mengemukakan beberapa macam sumber status, yaitu keanggotaan dalam keluarga, kualitas pribadi, prestasi, pemilikan wewenang, dan kekuasaan.
Peran kemasyarakatan gender di Desa Tampabulu untuk peran perempuan, sebagai ibu rumahtangga dalam keluarga
masing-masing. Perempuan dalam
kedudukannya sebagai tenaga kerja dalam
keluarga memberikan dukungan bagi
anggota lain untuk mencari nafkah dengan memanfaatkan peluang kerja yang ada. Laki-laki dan wanita bekerjasama dalam memutuskan tanaman atau hewan apa yang akan diusahakan, kapan waktu bertanam, kapan menjual hasil, dan sebagainya.
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128
Disamping itu, laki-laki sebagai kepala keluarga berkewajiban memimpin dan melindungi keluarganya. Beberapa peran kemasyarakatan yang juga dilakukan dalam berbagai kegiatan oleh masyarakat di Desa Tampabulu dapat dilihat pada Tabel 4.
Semangat gotong royong
masyarakat di Desa Tampabulu, masih sangat kuat. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kepedulian
yang besar terhadap sesama warga
masyarakat. Jika kaum laki-laki bergotong royong membersihkan maka kaum wanita yang menyiapkan makanan. Begitu juga ketika ada masyarakat yang sakit dan memerlukan bantuan, masyarakat lain dengan sertamerta ikut menolong dan
membantu sesuai dengan kemampuan
masing-masing baik dalam bentuk tenaga maupun materi.
Tabel 4. Gambaran Jumlah Responden pada Peran Kemasyarakatan
Jenis Kegiatan Dilakukan Oleh Laki-laki (Jiwa) Wanita (Jiwa) Peran Kemasyarakatan Gotong royong 27 21 Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) 1 27 Majelis Ta‟lim - 19 Kelompok tani 27 21 Upacara perkawinan 27 27 Upacara kelahiran 19 27
Kegiatan PKK dan majelis ta‟lim di Desa Tampabulu ini di pimpin oleh Ibu kepala desa. Karena anggota PKK dan majelis ta‟lim ini adalah ibu-ibu petani maka waktu dan jadwal kegiatannya disesuaikan dengan jadwal yang mereka
inginkan. Kegiatan PKK meliputi
pembinaan kebersihan rumah dan
pekarangan, pembinaan pemanfaatan
pekarangan rumah dengan menanam
tanaman yang bermanfaat. Kegiatan majelis ta‟lim adalah kegiatan pengajian yang biasa
di laksanakan di rumah-rumah penduduk secara bergantian sekali dalam seminggu.
Kelompok tani di Desa Tampabulu biasanya melaksanakan kegiatan gotong royong membersihkan saluran pengairan sawah, membersihkan kantor desa dan tempat-tempat ibadah yang ada di Desa Tampabulu. Dalam perkumpulan ini semua marga atau masyarakat di Desa Tampabulu boleh menjadi anggota, karena perkumpulan ini tujuannya adalah untuk mempererat
hubungan antar sesama warga,
merundingkan serta menyelesaikan masalah
terutama yang berhubungan dengan
usahatani yang dilakukan warga desa. Peran laki-laki dan wanita pada upacara pernikahan, para wanita terutama
keluarga dekat keluarga yang
melangsungkan upacara pernikahan di bantu para tetangga menyiapkan bumbu-bumbu
masakan, memasak nasi, menyiapkan
minum, menyiapkan peralatan makan dan minum seperti piring dan cangkir, dan membantu melayani para tamu akan makan dan minum. Sedangkan laki-laki bertugas menyiapkan tikar dan kursi untuk tempat duduk para tamu. Pada upacara kelahiran, para wanita (isteri) datang mengunjungi keluarga yang baru lahir dan memberi ucapan selamat kepada keluarga yang menggelar acara kelahiran atas hadirnya anak di tengah-tengah keluarga tersebut.
Tabel 4 adalah menggambarkan sederetan kegiatan yang diikuti/dilakukan masyarakat (laki-laki dan perempuan) di Desa Tampabulu yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Hal ini juga berarti bahwa sebagaian warga masyarakat Desa Tampabulu telah menerapkan peran gender tanpa menunjukkan dikonomi secara tajam antara peran laki-laki dan perempuan. Hal tersebut juga tercermin dari peran gender yang dilakukan di masing-masing rumahtangga responden.
Produktivitas Tenaga Kerja Gender
Produktivitas tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan tenaga kerja untuk
menghasilkan produksi padi sawah selama satu kali musim tanaman dalam satuan
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128
kilogram per hari kerja pria (Kg/HKP). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus produktivitas, diketahui bahwa besarnya tingkat produktivitas tenaga kerja pada usahatani padi sawah berkisar antara 2,96 Kg/HKP sampai 8,33 Kg/HKP dengan rata-rata 4,24 Kg/HKP. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 4,24 Kg padi sawah dapat dihasilkan oleh 1 HKP atau 1 HKP mampu menghasilkan 4,24 Kg padi sawah.
Jumlah Tenaga Kerja Pria dan Wanita dalam Usahatani Padi Sawah
Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja (laki-laki dan Wanita) yang dipergunakan oleh keluarga petani dalam usahatani padi sawah, dalam satuan HKP. Curahan tenaga kerja laki-laki dan wanita dalam keluarga memberikan sumbangan yang terbesar bagi penghasilan rumahtangga di Desa Tampabulu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Tenaga Kerja (laki-laki
dan perempuan) dalam
Usahatani Padi Sawah
Kegiatan Tenaga kerja yang
tidak menerima upah (Anggota Keluarga) Laki-Laki Wanita Persiapan lahan 2 - Pengolahan tanah 2 - Penyemaian 1 - Penanaman 2 - Penyiangan - Pemupukan 2 - Pencegahan hama dan penyakit 1 - Panen - 1 Pengangkutan - - Pengeringan - 1 Penyimpanan - - Jumlah 10 2
Tabel 5 menjelaskan bahwa dalam setiap tahapan kegiatan usahatani padi
sawah lebih banyak menggunakan tenaga kerja laki-laki, meskipun ada juga tenaga kerja wanita yang ikut terlibat, tapi hanya pada kegiatan tertentu saja seperti kegiatan panen dan pengeringan. Tenaga kerja wanita yang banyak terlibat adalah tenaga kerja yang bukan anggota keluarga (tenaga kerja upahan) yaitu sebanyak 16 orang.
Curahan Waktu Kerja Pria dan Wanita dalam Usahatani Padi Sawah
Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata curahan waktu kerja untuk tenaga kerja dalam keluarga adalah: pada persiapan lahan besar curahan waktu kerja pria sebesar 80,0 HKP; pengolahan tanah besar curahan waktu kerja pria sebesar 45,0 HKP; penyemaian besar curahan waktu kerja pria sebesar 39,75 HKP; penanaman besar curahan waktu kerja pria sebesar 30,0 HKP; penyiangan besar curahan waktu kerja pria sebesar 60,0 HKP; pemupukan besar curahan waktu kerja pria sebesar 8,57 HKP; pencegahan hama dan penyakit besar curahan waktu kerja pria sebesar 12,0 HKP; panen besar curahan waktu kerja pria sebesar 69,64 HKP sedang wanita 203,12 HKP; pengeringan besar curahan waktu kerja wanita 31,25 HKP.
Tabel 6. Besar Rataan Curahan Waktu Kerja Laki-laki dan Wanita dalam usahahatani Padi Sawah
No Tahapan Kegiatan Curahan Waktu Kerja (HKP) L W 1 Persiapan lahan 80,00 - 2 Pengolahan tanah 45,00 - Penyemaian 39,75 3 Penanaman 30,00 - 4 Penyiangan 60,00 - 5 Pemupukan 08,57 - 6 Pencegahan ha ma dan penyakit 12,00 - 7 Panen 69,64 203,12 8 Pengangkutan - - 9 Pengeringan - 031,25 10 Penyimpanan - -
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128
Curahan waktu kerja pada tenaga kerja upahan (bukan anggota keluarga) laki-laki dan wanita pada usahatani padi sawah lebih besar dibandingkan dengan besarnya curahan waktu kerja pada tenaga kerja laki-laki dan perempuan dari anggota keluarga pada proses panen meskipun pada sebagian anggota keluarga (laki-laki dan wanita) ada yang ikut membantu. Hal ini di sebabkan karena lahan persawahan yang mereka miliki tidak begitu luas dan ingin menambah penghasilan keluarga mereka.
Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Petani Padi Sawah di Desa Tampabulu
Pendapatan rumahtangga adalah
seluruh kegiatan yang langsung
menghasilkan pendapatan yang berasal dari laki-laki (suami) dan wanita (isteri) dalam
rangka memenuhi kebutuhan anggota
rumahtangga dalam hal ini adalah usahatani padi sawah. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan responden di
Desa Tampabulu diketahui bahwa
keterlibatan laki-laki dan wanita dalam kegiatan usahatani padi sawah secara
bersama-sama memberikan kontribusi
positif bagi ekonomi dan kesejahteraan keluarga.
KESIMPULAN
1. Profil gender di wilayah penelitian
menunjukkan bahwa: (a) peran
reproduktif masih didominasi oleh kaum wanita dengan rata-rata curahan waktu kerja 4 jam/hari, (b) peran produktif laki-laki dan wanita; wanita (isteri) turut membantu laki-laki (suami) dalam mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarga pada usahatani padi sawah dengan tidak mengurangi perannya dalam rumahtangga, dan (c) peran kemasyarakatan; dalam aktifitas kemasyarakatan laki-laki dan wanita menyempatkan diri untuk ikut dalam kegiatan sosial kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
2. Curahan tenaga kerja laki-laki dalam usahatani padi sawah lebih besar daripada curahan tenaga kerja wanita, wanita hanya terlibat pada tahap-tahap tertentu saja yaitu pada tahap penyiangan, panen dan pasca panen.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, A. 2004. Alokasi Waktu dan
Ekonomi Rumahtangga Pekerja Pada Sektor Industri Formal Berdasarkan Gender. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dessler, G. 1997 dalam Prasetyo. E. 2007 .
Human Resource Management (Seventh Edition). London: Prince
Hall International Inc.
Elizabeth,R. 2007a. Remitansi Bekerja dari
Luar Negeri dan Diversifikasi Usaha Rumahtangga di Pedesaan.
Tesis IPB, Bogor.
Hubeis, A.V.S. 1993. Situasi dan Kondisi
Perempuan Tani dalam Pembangunan Pedesaan dalam Sri Wahyuni dkk, Eda. Pengembangan Terpadu Peranan Wanita Tani di Provinsi Sumatera Utara. Risalah
Lokakarya Pembuatan Materi
Penyuluhan Bagi Wanita Tani. Proyek Irigasi bah Balom Sumatera Utara.
Mugniesyah, S.S. dalam Soepriati. 2006.
Konsep dan Analisis Gender dalam Program Pembangunan. Pusat Studi Wanita. “ Bergen Conference
on Gender Training and
Development Planning”. Lembaga Penelitian, IPB, Bogor.
Sajogyo, P. 1991. Peran Wanita Tani dalam
Perkembangan Masyarakat Desa.
Rajawali. Jakarta.
Suharni, S., 1994. Peranan Wanita Tani
Dalam Proses Ahli Teknologi.
Dapartemen Pertanian. Jakarta. Sulistyaningsih, E. 1995. dalam Ariyanto,
AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128 Ekonomi Rumahtangga Pekerja
pada Sektor Industri Formal Berdasarkan Gender. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sundari, S., 2007. Konsep dan Teori
Gender. Pusat Pelatihan Gender Dan Peningkatan Kualitas Perempuan. BKkbN. Jakarta.
Susanto, 1997. Wanita Masa Kini. Perum Percetakan Negara. Jakarta.
Tjandraningsih, I. 1996 dalam Elizabeth, R. 2007. Mengidentifikasi Persoalan
Perempuan dalam Analisis Gender dalam Memahami Persoalan Perempuan. Jurnal Analisis Sosial.
Edisi 4 Nopember 1996.
AKATIGA. Bandung.
Vitayala, A. S. 1995 dalam Elizabeth, R. 2007. Posisi dan Peran Wanita
dalam Era Globalisasi dalam E. L.
Hastuti, 2004. Pemberdayaan
Petani dan Kelembagaan Lokal dalam Perspektif Gender. Working
Paper No. 50. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.