• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek hipoglikemik infusa biji pinang [Areca catechu L.] pada tikus putih jantan terbebani glukosa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek hipoglikemik infusa biji pinang [Areca catechu L.] pada tikus putih jantan terbebani glukosa - USD Repository"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK HIPOGLIKEMIK INFUSA BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Liza Kartika

NIM : 048114010

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

EFEK HIPOGLIKEMIK INFUSA BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Liza Kartika

NIM : 048114010

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)
(5)

v Reach. Strive. And you will succeed. Try...

but don't try too hard.

Some of the best things come naturally. Give...

but don't give beyond your means.

Save some strength and some quiet time for yourself. Question...

but don't question everything. Some problems have no answers. Attempt...

but don't try to conquer everything at once. Go slowly, discovering and growing along the way. Trust in doing the right thing,

even if it may seem wrong at the time. Believe in your inner strength,

even if you don't feel very strong all the time. Live your life and give your best.

And try each and every day to keep in mind.. That to truly enjoy this moment it time, all you really need to do is..

to reach out for your dreams.. and let them reach out to you.

Skripsi ini kupersembahkan untuk My Lord, Jesus Christ

Papi Mami tercinta

Adikku Ivan Sebastian

Sahabat-sahabatku

and Everybody who ever entered my life

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)
(7)

vi

PRAKATA

Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya pada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Hipoglikemik Infusa Biji Pinang pada

Tikus Putih Jantan Terbebani Glukosa” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program

Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus

sebagai wujud harapan dan cita-cita penulis untuk selalu belajar tanpa batas.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan dari

berbagai pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penulisan laporan skripsi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta dan segenap civitas akademika.

2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan,

nasihat, dan ilmu yang telah diberikan.

3. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt., yang telah bersedia meluangkan waktu

sebagai dosen penguji, dan atas segala saran dan masukannya.

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah bersedia meluangkan waktu

sebagai dosen penguji, dan atas bantuannya dalam determinasi tanaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

5. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. yang telah membantu penulis selama

determinasi tanaman.

6. Romo Sunu yang telah membantu dalam pengolahan statistik data.

7. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Yuwono, Mas Sigit, Mas Wagiran,

Mas Sarwanto, Mas Andre, Mas Otok, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Agung

selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD yang telah membantu

selama pelaksanaan penelitian di laboratorium.

8. Papi, Mami tercinta atas segala doa dan kasih sayang tiada henti yang telah

diberikan kepada penulis selama ini.

9. Adikku tersayang Ivan Sebastian atas dukungan dan doanya.

10. Yosephine, Tika, Fili, Hendrikus dan keluarga, Hel Diyanto atas persahabatan

yang telah terjalin selama ini.

11. Feri Dian, Rizky, Dika, Chika yang menjadi teman seperjuangan di

laboratorium.

12. Ferry Anto, Willy Anto, Fhery Catur, Felicitas, Teddy, Andi atas dukungan,

bantuan, nasehat, dan semangat yang diberikan.

13. Dessy Roseta, Agnes Rufina, Tara untuk bantuan dalam pengerjaan dan

pencarian bahan penelitian.

14. Rony, Donald, Raden Natalino, Andrew, Ratna, Cicil, Eka, Wiwid untuk

(9)

viii

15. Meiki Haryadi, Ryu Deka atas dukungan dan sumbangan kata-kata dalam

naskah.

16. Teman-teman angkatan 2004 kelas A, B, dan C serta secara khusus kelompok

praktikum A.

17. Teman-teman KKN angkatan 35 khususnya kelompok 8.

18. Teman-teman kos Dewi.

19. Sahabat-sahabat di SMU Stella Duce I, SLTP Stella Duce I, SD Tarakanita, dan

TK Sekar Melati.

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu penulis selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat menyempurnakan dan membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca sekalian. Terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)
(11)

x

INTISARI

Beberapa tahun belakangan ini penggunaan bahan alami sebagai obat amat marak di tanah air. Karena harga obat sintetis yang semakin mahal, dan melihat bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yang berbahaya, maka muncullah pemikiran untuk membuktikan kebenaran manfaat infusa biji pinang sebagai obat diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data sebagai bukti adanya efek hipoglikemik infusa biji pinang pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni dan dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah.

Efek hipoglikemik infusa biji pinang diuji mengikuti metode uji toleransi glukosa oral (UTGO). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 35 ekor tikus yang terdiri atas tujuh kelompok perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi perlakuan air suling, kelompok II diberi larutan CMC-Na 1% sebagai kontrol negatif pensuspensi glibenklamida, kelompok III diberi suspensi glibenklamida 0,45 mg/kgBB sebagai kontrol positif dan kelompok IV, V, VI, dan VII diberi perlakuan infusa biji pinang dengan peringkat dosis 0,51 g/kgBB, 0,765 g/kgBB, 1,147 g/kgBB, dan 1,721 g/kgBB secara per-oral. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode enzimatik Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP). Data kadar glukosa darah pada tiap waktu sampling pada tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode GLM Repeated Measure. Sedangkan nilai LDDK0-300 glukosa darah dianalisis secara statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan kemudian dilanjutkan dengan uji

Mann Whitney bertaraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa biji pinang dengan dosis 0,51 g/kgBB sampai 1,721 g/kgBB memberikan penurunan kadar glukosa darah sebesar 13,69 % sampai 25,30 % terhadap kontrol negatif. Peringkat dosis 0,765 g/kgBB memberikan efek penurunan kadar glukosa darah secara bermakna terhadap kontrol negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa infusa biji pinang memiliki efek hipoglikemik, dengan persentase perbedaan daya sebesar 77,62% jika dibandingkan dengan glibenklamida.

Kata kunci: biji pinang, GOD-PAP, efek hipoglikemik, diabetes mellitus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

ABSTRACT

At least few years, the use of herbal medicine is lift up. Because the price of sintetic medicine always higher than before, and diabetes mellitus is one of the quite dangerous diseases, so there is an idea to prove the advantages water extract of the nuts of Areca catechu L. as diabetes mellitus drugs. The purpose of this research is to get the prove of hypoglycemic effect from water extract of the nuts of Areca catechu

L. to male white rat that loaded by glucose. This research was purely experimental with complete random pattern design.

The hypoglycemic effect on male rat which had been given glucose was tested through Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Thirty five mice were divided into seven groups with seven different kinds of treatment for each group. Group I was treated by aquadest 5ml/kg bw as negative control, group II was treated by CMC-Na 1 % as negative control from glibenclamide, group III was treated by glibenclamide 0.45 mg/kg bw as positive control, group IV, V, VI, and VII were treated water extract of the nuts of Areca catechu L. which have equivalent dosage 0.51 g/kg bw, 0.765 g/kg bw, 1.147 g/kg bw, and 1.721 g/kg bw, and all the dispention were per os. Blood glucose level was assayed with Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP) enzymatic method. The data of blood glucose level from each sampling time on each group was statistically analyzed using GLM Repeated Measure design. The AUC0-300 of blood glucose was statistically analyzed using Kruskal Wallis test and then continued with Mann Whitney test with 95% level of convidence.

The result indicated that water extract of the nuts of Areca catechu L. with 0.51 g/kg bw until 1.721 g/kg bw dosages decreased the concentration of blood glucose from 13.69 % until 25.30 % to negative control. Level dosage 0.765 g/kg bw decreased the concentration of blood glucose significantly to negative control. Thus, it can be concluded that water extract of the nuts of Areca catechu L. has hypoglycemic effect, 77.62% if compare with glibenclamide.

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ... xxii

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang... 1

1. Permasalahan... 3

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 4

a. Manfaat teoritis ... 4

b. Manfaat praktis ... 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

B. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Tanaman Pinang ... 6

1. Keterangan botani ... 6

2. Nama daerah ... 6

3. Morfologi tanaman pinang ... 6

4. Kandungan kimia ... 7

B. Transport Glukosa ... 8

C. Diabetes Mellitus ... 11

1. Definisi ... 11

2. Penyebab ... 12

3. Gejala ... 12

4. Klasifikasi ... 13

5. Cara dan kriteria dignosis ... 16

6. Terapi diabetes mellitus ... 17

D. Glibenklamida ... 17

E. Teknik Uji Diabetik dan Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah .. 19

1. Teknik uji diabetik ... 19

2. Metode penetapan kadar glukosa darah ... 19

F. Spektrofotometri ... 21

(15)

xiv

H. Landasan Teori ... 23

I. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 24

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 24

1. Variabel utama ... 24

2. Variabel pengacau terkendali ... 24

3. Variabel pengacau tak terkendali ... 25

4. Definisi operasional ... 25

C. Bahan dan Alat Penelitian ... 25

1. Bahan penelitian ... 25

2. Alat penelitian ... 26

D. Jalannya Penelitian ... 27

1. Determinasi tanaman pinang ... 27

2. Pembuatan simplisia uji ... 27

a. Pengolahan bahan ... 27

b. Pembuatan infusa biji pinang ... 28

c. Pasca pengolahan ... 28

d. Penetapan dosis infusa biji pinang ... 28

3. Preparasi bahan ... 29

a. Pembuatan larutan asam benzoat 0,1% b/v ... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

b. Pembuatan larutan stock glukosa p.a. 10 mg/ml ... 29

c. Natrium oksalat p.a. 2% b/v ... 29

d. Pembuatan CMC-Na 1% ... 30

e. Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamida ... 30

f. Penentuan dosis glibenklamida ... 30

g. Penetapan konsentrasi pemberian suspensi glibenklamida pada hewan uji ... 31

h. Pembuatan suspensi glibenklamida ... 31

i. Penetapan konsentrasi larutan glukosa monohidrat ... 32

4. Percobaan pendahuluan ... 32

a. Penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa murni ... 32

b. Penetapan panjang gelombang maksimum ... 32

c. Pembuatan kurva baku ... 32

d. Penetapan waktu pemberian glibenklamida ... 33

e. Penetapan waktu pemberian infusa biji pinang ... 34

f. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ... 34

5. Penetapan kadar glukosa darah ... 35

E. Analisis Hasil ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Determinasi Tanaman Pinang ... 39

(17)

xvi

C. Percobaan Pendahuluan ... 39

1. Waktu resapan stabil glukosa ... 39

2. Penetapan panjang gelombang maksimum ... 42

3. Pembuatan kurva baku ... 43

4. Penetapan waktu pemberian glibenklamida ... 45

5. Penetapan waktu pemberian infusa biji pinang ... 47

D. Efek Hipoglikemik Infusa Biji Pinang ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 66

BIOGRAFI PENULIS... 96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Isi pereaksi enzim glucose GOD-PAP ... 26

Tabel II. Keseragaman bobot tablet ... 30

Tabel III. Volume pengukuran kadar glukosa darah ... 36

Tabel IV. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa

standar ... 41 Tabel V. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada λ 502 nm ... 44

Tabel VI. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300

suspensi glibenklamida ... 46

Tabel VII. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300

infusa biji pinang ... 47

Tabel VIII. Data kadar glukosa darah rata - rata dan LDDK0-300 setiap

kelompok perlakuan ... 50

Tabel IX. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah ... 54

Tabel X. Pengaruh praperlakuan infusa biji pinang terhadap LDDK0-300

kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase

perbedaan terhadap kelompok negatif dan positif ... 55

Tabel XI. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova

(19)

xviii

Tabel XII. Test Mean LDDK0-300 ketujuh kelompok perlakuan dengan uji

Kruskal-Wallis ... 57

Tabel XIII. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah tikus putih

jantan terbebani glukosa... 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah.. 9

Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel ... 10

Gambar 3. Rumus struktur glibenklamida ... 17

Gambar 4. Bagan alur analisis hasil kadar glukosa darah ... 38

Gambar 5. Bagan alur analisis hasil LDDK0-300 glukosa darah ... 38

Gambar 6. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ... 40

Gambar 7. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar pada λ 502 nm... 41

Gambar 8. Kurva hubungan antara λ dan resapan maksimum glukosa selama operating time ... 42

Gambar 9. Kurva baku glukosa pada λ maksimum 502 nm selama operating time ... 45

Gambar 10. Diagram pengaruh waktu pemberian glibenklamida terhadap % selisih LDDK ... ... 46

Gambar 11. Diagram pengaruh waktu pemberian infusa biji pinang terhadap LDDK ... 48

(21)

xx

Gambar 13. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan .. 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi tanaman pinang ... 66

Lampiran 2. Foto tanaman pinang ... 67

Lampiran 3. Foto daun, bunga, dan biji pinang ... 68

Lampiran 4. Foto herbarium basah dan infusa biji pinang ... 69

Lampiran 5. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan) ... 70

Lampiran 6. Foto alat penelitian ... 71

Lampiran 7. Preparasi bahan ... 73

Lampiran 8. Data kadar glukosa darah pada tiap perlakuan dan waktu

sampling ... 77

Lampiran 9. Hasil uji distribusi data dengan Tes Kolmogorov Smirnov .. 80

Lampiran 10. Hasil uji GLM Repeated Measure kadar glukosa darah ... 81

Lampiran 11. Hasil uji Kruskal Wallis ... 84

Lampiran 12. Hasil uji Mann Whitney ... 85

Lampiran 13. Hasil uji Anova One Way ... 93

(23)

xxii

ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

ad libitum : tanpa batas

Antikoagulan : bekerja untuk mencegah pembekuan darah; berbagai

substansi yang menekan, memperlambat atau meniadakan

pembekuan darah

CMC : Carboxy Methyl Cellulosa

Geoxalated : darah yang mengandung oksalat sebagai antikoagulan

GOD–PAP : Glucose Oxidase - Phenol Antipirin atau Glukosa Oksidase

Phenol p-aminophenazone

Herbal : Obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti

infusa, dekok, dan sebagainya yang berasal dari simplisia

Hipoglikemi(k) : penurunan kadar glukosa dalam darah

LDDK : Luas Daerah di Bawah Kurva

λ : panjang gelombang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pada masa sekarang ini, di negara-negara maju dan berkembang, lama hidup

masyarakat semakin berkurang karena menurunnya kondisi kesehatan. Problem

kesehatan yang utama dan sebab-sebab kematian sekarang ini adalah karena

penyakit-penyakit degeneratif diantaranya yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi,

hiperlipidemia, dan diabetes mellitus (Suyono, 2002). Penyakit degeneratif

merupakan penyakit tidak menular. Perubahan-perubahan pola penyakit menuju

penyakit tidak menular diperkirakan meningkat searah dengan perkembangan sosial

ekonomi dan kecenderungan baru pada kependudukan (Smet, 1994).

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok gangguan metabolik dari

metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang diakibatkan karena adanya

defisiensi insulin atau gangguan kerja insulin, atau karena keduanya. Tujuan terapi

pada diabetes mellitus adalah mengurangi secara langsung gejala-gejala dari

hiperglikemia, menurunkan kemungkinan komplikasi retinopati, nefropati, dan

neuropati, terapi intensif pada pasien yang mempunyai faktor resiko kardiovaskuler,

dan meningkatkan kualitas serta kuantitas hidup pasien (Triplitt, Reasner, dan Isley,

2005).

Diabetes mellitus menyerang segala lapisan masyarakat. Dewasa ini, diabetes

(25)

2

Diabetes mellitus merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan

merupakan penyebab kebutaan akibat retinopati diabetik (Anderson, 1984).

Pada dasarnya diabetes mellitus tidak berbahaya tetapi yang justru ditakutkan

yaitu apabila mengalami komplikasi jangka panjang. Penyakit ini dapat

menimbulkan berbagai penyakit lain, seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan

gangguan pada ginjal serta kerusakan-kerusakan pada saraf dan retina mata. Diabetes

mellitus pada dasarnya bersifat menurun dan kompleks (Anderson, 1984).

Penyembuhan alami untuk para penderita diabetes mellitus dengan

menggunakan terapi herbal atau tanaman obat dewasa ini di seluruh dunia

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Terapi herbal atau tanaman obat

merupakan salah satu metode perawatan dalam konsep pengobatan tradisional China

selain dengan akupuntur, terapi diet, dan latihan pikiran atau tubuh. Terapi peradaban

bangsa barat atau konvensional untuk diabetes mellitus dilakukan dengan

mengontrol glukosa darah dengan kombinasi modifikasi diet, insulin dan atau agen

farmakologik oral, penurunan berat badan jika tepat, dan latihan (Covington, 2001).

Pada metode pengobatan tradisional, obat herba telah menjadi pilihan

terbesar yang dipercaya sebagai penyembuh mujarab serta telah memberi sumbangan

terbesar dalam proses penelitian dan pengembangan kesehatan manusia secara luas.

Beberapa obat herba telah lulus pengujian secara ilmiah dan yang lainnya dalam

penggunaannya hanya sekedar untuk melindungi, memperbaiki, atau memulihkan

kesehatan pengguna secara tradisional. Biji pinang merupakan salah satu alternatif

obat tradisional yang oleh masyarakat digunakan untuk menurunkan kadar gula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

darah pada penderita diabetes mellitus. Penggunaan biji pinang ini didasarkan

pengalaman ataupun pengetahuan yang diwariskan turun temurun. Adapun cara

pemakaian dalam masyarakat adalah dengan memecah biji pinang menjadi beberapa

bagian yang lebih kecil kemudian direbus dan diminum hasil rebusannya. Untuk itu

perlu diteliti keefektifan biji pinang dalam menurunkan kadar gula dalam darah

penderita diabetes mellitus dengan pendekatan menggunakan bentuk sediaan infusa.

Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat berguna untuk membantu para penderita

diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah.

1. Permasalahan

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah infusa biji pinang memiliki efek hipoglikemik?

2. Seberapa besar daya hipoglikemik infusa tersebut jika dibandingkan dengan

glibenklamida pada tikus putih jantan terbebani glukosa?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran penulis, penelitian menggunakan tanaman pinang masih

jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian menggunakan biji pinang pernah dilakukan

oleh Yanti (1982) yang berjudul the protective effects agains induced diarrhea of

curcuma extract, Areca catechu extract and both extract combined with kaolin in

albino rats; oleh Ogunkolade (2006) dengan judul Vitamin D Metabolism in

(27)

4

catechu) and Vitamin D Status di mana hasilnya adalah dengan peningkatan

pengkonsumsian pinang maka akan memperburuk efek dari defisiensi vitamin D;

oleh Tsai dan Jung-Fa (2004) yang berjudul Habitual Betel Quid Chewing and Risk

for Hepatocellular Carsinoma Complicating Cirrhosis dengan hasil yaitu dengan

semakin banyak mengunyah pinang dan dalam jangka waktu yang lama akan

meningkatkan resiko kanker hati; dan oleh Chun (2007) dengan judul Betel-quid use

is associated with heart disease in woman, hasilnya yaitu dengan mengkonsumsi biji

pinang akan mempengaruhi penyakit jantung pada wanita. Penelitian ini berbeda

dengan penelitian yang telah ada karena melihat aspek dari segi farmakologik yaitu

efek hipoglikemik infusa biji pinang terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan

terbebani glukosa.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan manfaat biji pinang sebagai

obat tradisional yang berkhasiat sebagai antidiabetik.

c. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,

informasi, dan masukan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya para

penderita diabetes mellitus mengenai penggunaan biji pinang sebagai obat

antidiabetik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengembangkan penelitian

mengenai efek hipoglikemik infusa biji pinang demi kepentingan ilmu pengetahuan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk membuktikan adanya efek hipoglikemik infusa biji pinang.

b. Untuk mengetahui seberapa besar daya hipoglikemik infusa tersebut jika

(29)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Pinang 1. Keterangan botani

Tanaman pinang (Areca catechu L.) termasuk dalam familia Palmae (Stenis,

1992).

2. Nama daerah

Jambe, penang, wohan (Jawa). Pineng, pineung, pinang, batang mayang,

batang bongkah, pining, boni (Sumatra). Gahat, gehat, kahat, taan, pinang

(Kalimantan). Alosi, mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon

(Sulawesi). Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku) (Anonim, 2007).

3. Morfologi tanaman

Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di taman-taman atau

dibudidayakan, kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain, dapat

ditemukan dari 1-1.400 m dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30

m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun

majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang.

Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang

helaian daun 1-1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan

ujung sobek dan bergigi. Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah

rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga

jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4

mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal

buah beruang satu. Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang

3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Biji satu,

bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar

dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna

kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan

warna yang lebih muda. Umbutnya dimakan sebagai lalab atau acar, sedang buahnya

merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil

zat samak. Pelepah daun yang bahasa Sundanya disebut upih, digunakan untuk

pembungkus makanan, bahan campuran untuk pembuatan topi, dan sebagaimya.

Perbanyakan dengan biji (Anonim, 2007).

4. Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam pinang yaitu alkaloids, areca-red,

arecaidine, arecaine, arecolidine, arecoline, ascorbic-acid, ASH, beta-carotene,

beta-sitosterol, calcium, capric-acid, carbohydrates, cellulose, choline, copper,

d-catechine, diosgenin, fat, fiber, galactan, gallic-acid, guvacine, guvacoline,

heneicosanic-acid, homoarecoline, iron, isoguvacine, kryptogenin, lauric-acid,

leucocyanidine, leucopelargonidine, linoleic-acid, magnesium, manganese, mannan,

(31)

8

palmitoleic-acid, phlobaphene-tannin, phosphorus, potassium, protein, resin,

riboflavin, sodium, steric-acid, sucrose, tannin, thiamin, water, zinc (Duke, 2007).

B. Transport Glukosa

Karbohidrat glukosa adalah karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan

penyediaan energi di dalam tubuh, hal ini dikarenakan semua jenis karbohidrat baik

monosakarida, disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi manusia akan

terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa ini akan berperan sebagai salah

satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Glukosa yang telah

diserap (diabsorpsi) oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel

tubuh melalui aliran darah (Irawan, 2007).

Glukosa di dalam tubuh selain tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam

otot dan hati, juga tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood

glucose). Di dalam tubuh glukosa berperan sebagai bahan bakar bagi proses

metabolisme, dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan untuk

mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) melalui proses oksidasi. ATP

merupakan molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam

kebutuhan seharian, glukosa menyediakan hampir 50-75% dari total kebutuhan

energi tubuh (Irawan, 2007).

Sekresi insulin oleh sel beta tergantung oleh 3 faktor utama yaitu kadar

glukosa darah, ATP-sensitive K channels dan Voltage-sensitive Calsium Channels

sel beta pankreas. Mekanisme kerja faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

pada keadaan puasa, kadar glukosa darah turun, ATP-sensitive K channels pada

membrane sel beta akan terbuka sehingga ion kalium akan meninggalkan sel beta,

dan Ca-channels tertutup, akibatnya kalsium tidak dapat masuk ke dalam sel beta,

dan perangsangan sel beta untuk mensekresi insulin menurun (Merentek, 2006).

Pada saat keadaan setelah makan, kadar glukosa darah akan meningkat dan

akan ditangkap oleh sel beta melalui glucose transporter 2 (GLUT2) dan dibawa ke

dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami fosforilase menjadi

glukosa-6-fosfat (G6P) dengan bantuan enzim glukokinase. Glukosa-6-glukosa-6-fosfat akan mengalami

glikolisis menjadi asam piruvat. Proses glikolisis juga menghasilkan produk 6-8

ATP. Penambahan ATP ini akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan menutup

terowongan kalium. Penumpukan kalium dalam sel mengakibatkan depolarisasi

membran sel sehingga membuka terowongan kalsium dan kalsium akan masuk

kedalam sel dan insulin akan dilepaskan ke dalam sel (Merentek, 2006).

(33)

10

Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase, yaitu early peak

(fase 1) yang terjadi dalam 3–10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi

pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai). Fase 2 atau

disebut juga fase lanjut adalah sekresi insulin yang dimulai 20 menit setelah

stimulasi glukosa. Pada fase 1 pemberian glukosa meningkatkan sekresi insulin

untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan glukosa darah

selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksi insulin. Pada

diabetes mellitus tipe-2, sekresi insulin pada fase 1 tidak mampu menurunkan

glukosa darah sehingga merangsang fase 2 untuk menghasilkan insulin lebih banyak,

tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang non

diabetes (Merentek, 2006).

Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel

Insulin berikatan dengan reseptor insulin, dan meningkatkan sinyal transduksi. Sinyal ini kemudian akan merangsang glucose transporter 4 (GLUT4) untuk membawa glukosa kedalam sel (Cartailler, 2004)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(34)

C. Diabetes Mellitus 1. Definisi

Diabetes mellitus adalah sejumlah gangguan metabolisme yang ditandai oleh

hiperglikemia; dihubungkan dengan keabnormalan dalam metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein dan menghasilkan komplikasi meliputi gangguan mikrovaskuler,

makrovaskuler, dan neuropati (DiPiro dkk, 2005). Komplikasi mikrovaskuler

meliputi retinopati, neuropati, dan nefropati. Komplikasi makrovaskuler meliputi

panyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Diabetes

mellitus dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin atau

keduanya (Wells, 2003).

Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat

serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang

dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah

menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes

mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel,

sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya

hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat hingga darah menjadi

hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya adalah glikosuria yang

timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat

disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati

(35)

12

2. Penyebab

Diabetes mellitus sebagian disebabkan karena faktor genetik (herediter) dan

sebagian lagi karena faktor dari luar misalnya obesitas, kehamilan, akromegali, dan

obat-obatan seperti kortikosteroid, pil kontrasepsi, dan diuretika. Penyakit ini bersifat

menahun dan penderitanya dari segala lapisan umur (Martin, Mayes, dan Rodwell,

1983).

3. Gejala

Gejala diabetes mellitus yaitu hiperglikemia yang sering diikuti glukosuria,

ekskresi air kemih dalam jumlah yang banyak (poliuria), rasa lapar (polifagia), haus

terus menerus (polidipsia), turunnya berat badan, ketonuria dan asidosis. Gejala

selanjutnya akibat diabetes mellitus dalam waktu yang lama adalah degenerasi

dinding pembuluh darah dan pengaruhnya terhadap berbagai organ tubuh terutama

kemungkinan terjadinya kebutaan (Wirahadikusumah, 1985). Hiperglikemia relatif

tidak berbahaya kecuali bila sampai darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan

intrasel. Yang berbahaya dari diabetes mellitus adalah bila terjadi glukosuria karena

glukosa bersifat diuresis osmotik maka diuresis akan meningkat yang disertai

hilangnya berbagai elektrolit. Adanya dehidrasi akan mengakibatkan badan berusaha

mengatasinya dengan banyak minum. Tubuh akan kehilangan energi, akibatnya

tubuh akan membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energi yang disertai

dengan pembentukan zat-zat perombakan antara lain aseton, asam hidroksibutirat,

dan diasetat yang membuat darah menjadi asam. Akibatnya terjadi ketoasidosis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

bisa berakhir pada koma diabetik dan kematian, selain itu nafas penderita juga

berbau aseton (Tjay dan Rahardja, 2002).

4. Klasifikasi

Pada akhir tahun 1997 American Diabetes Assosiation (ADA)

mempublikasikan suatu klasifikasi dan kriteria diagnosis yang baru, yang pada saat

ini secara luas digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia.

Klasifikasi yang baru ini membagi diabetes mellitus atas empat kelompok yaitu

diabetes mellitus tipe-1, diabetes mellitus tipe-2, diabetes mellitus bentuk khusus,

dan diabetes mellitus gestasional. Pembagian ini berdasarkan etiologi diabetes

mellitus (Adam, 2000).

a. Diabetes mellitus tipe-1 atau tergantung insulin

Dikenal dua bentuk yaitu otoimun dan idiopatik, di mana ditemukan

kerusakan sel β dan mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin yang absolut. Pada

bentuk otoimun dapat ditemukan beberapa petanda imun (Immune Markers) yang

menunjukkan pengerusakan sel β pankreas untuk mendeteksi kerusakan sel β.

Sebagian kecil penderita diabetes mellitus tipe-1 penyebabnya tidak jelas (idiopatik),

pada mereka ini jelas ditemukan insulinopeni tanpa petanda imun, dan mudah sekali

mengalami ketoasidosis (Adam, 2000).

b. Diabetes mellitus tipe-2 atau tidak tergantung insulin

Bentuk ini bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin defisiensi insulin

relatif, sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

(37)

14

ditemukan, diperkirakan sekitar 90% dari semua penderita diabetes mellitus di

Indonesia. Sebagian besar diabetes tipe-2 diderita oleh orang gemuk (di negara barat

sekitar 85%, di Indonesia 60%), disertai dengan resistensi insulin, dan tidak

membutuhkan insulin untuk pengobatan. Sekitar 50% penderita sering tidak

terdiagnosis karena hipoglikemi meningkat secara perlahan-lahan sehingga tidak

memberikan keluhan (Adam, 2000).

c. Diabetes mellitus bentuk khusus

Klasifikasi baru dari diabetes mellitus non tipe-1 dan non tipe-2 yaitu:

1) Defek genetik fungsi sel beta

a) Chromosom 20, HNF-4alpha (formerly MODY1)

b) Chromosom 7, glucokinase (formerly MODY2)

c) Dan lain-lain

2) Defek genetik insulin

a) Leprechaunism

b) Sindrom Rabson-Mendelhall

c) Dan lain-lain

3) Lipoatrophic diabetes

a) Penyakit eksokrin pankreas

b) Pancreatitis

c) Dan lain-lain

4) Endokrinopati

a) Acromegaly

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

b) Pheochomocytoma

c) Dan lain-lain

5) Karena obat atau zat kimia

a) Glukokortikoid

b) Diuretik Thiazid

c) Dan lain-lain

6) Infeksi

a) Congential rubella

b) Cytomegalovirus

c) Dan lain-lain

7) Sebab imunologi yang jarang

a) Sindrom “Stiff-man”

b) Antibodi reseptor anti-insulin

8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes

a) Down's syndrome

b) Turner's syndrome

( Reasner dan DeFronzo, 2006; Rushakoff dan Goldfine, 2006)

d. Diabetes mellitus gestasional

Diabetes mellitus gestasional diartikan sebagai intoleransi glukosa yang

ditemukan pada saat hamil dan diperkirakan insidens sebesar 1-3 %. Pada umumnya

mulai ditemukan pada kehamilan trimester kedua atau ketiga, pada saat itu terjadi

(39)

16

5. Cara dan kriteria diagnosis

a. Berdasarkan glukosa plasma vena sewaktu

Dengan keluhan klinis yang jelas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu sudah

dapat menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Keluhan-keluhan klinis tersebut

misalnya haus dan banyak kencing, berat badan menurun, glukosuria, bahkan

kesadaran menurun sampai koma. Seseorang dikatakan masuk kriteria diabetes

mellitus apabila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg% (plasma vena).

b. Berdasarkan glukosa plasma vena puasa

Glukosa plasma dalam keadaan puasa dibagi atas tiga nilai, yaitu < 110 mg/dl,

antara > 110 mg/dl sampai < 126 mg/dl, dan ≥ 126 mg/dl. Kadar glukosa plasma

puasa < 110 mg/dl dinyatakan normal, ≥ 126 mg/dl adalah diabetes mellitus,

sedangkan antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

Sehingga pada mereka dengan kadar glukosa plasma vena setelah puasa sedikitnya

10 jam > 126 mg/dl sudah cukup untuk membuat diagnosis diabetes mellitus.

c. Dengan menggunakan tes toleransi glukosa oral

Apabila pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu kadar glukosa plasma tidak

normal, yaitu antara 140-200 mg/dl, maka harus dilakukan pemeriksaan tes toleransi

glukosa oral untuk meyakinkan apakah diabetes mellitus atau bukan. Sesuai dengan

kesepakatan WHO maka tes toleransi glukosa oral harus dilakukan dengan memberi

beban glukosa oral sebanyak 75 g setelah berpuasa minimal 10 jam. Penilaiannya

adalah sebagai berikut, toleransi glukosa normal apabila < 140 mg/dl, toleransi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(40)

glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl , dan diabetes mellitus

jika > 200mg/dl.

(Adam, 2000)

6. Terapi diabetes mellitus

Terapi terbaru bagi penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi menjadi terapi

primer dan terapi sekunder, yang masing-masing mencakup hal-hal berikut:

a. Terapi primer

Terapi primer terdiri atas diet diabetes mellitus, latihan fisik/olah raga, dan

penyuluhan kesehatan.

b. Terapi sekunder

Terapi sekunder terdiri obat antidiabetika dan cangkok pankreas.

(Lanywati, 2006)

D. Glibenklamida

Cl

C

OCH3 O

N H

C H2

C H2

S O2

N H

C

O NH

Gambar 3. Rumus struktur glibenklamida

(Anonim, 1995)

Glibenklamida merupakan obat hipoglikemik oral yang digunakan secara luas

(41)

18

Glibenklamida merupakan sulfonilurea paling poten dan dikenal sebagai sulfonilurea

‘generasi kedua’ (Dollery, 1999).

Glibenklamida mempunyai aksi farmakologi yang umum seperti semua obat

sulfonilurea. Efek utamanya adalah menstimulasi pelepasan insulin dengan

meningkatkan fungsi sel-sel islet β pankreas. Pada terapi jangka pendek, hal ini

signifikan dengan peningkatan sirkulasi konsentasi insulin, tetapi dengan

penggunaan berkelanjutan biasanya terjadi penurunan kadar insulin tanpa merusak

kontrol glikemik. Sebagai tambahan terdapat bukti bahwa glibenklamida mempunyai

aksi pada jaringan perifer. Sulfonilurea menunjukkan peningkatan sintesis glikogen

dan penghambatan glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati. Pada subyek

normal puasa, peningkatan konsentrasi insulin dalam plasma dan penurunan glukosa

plasma terjadi 15-60 menit setelah pemberian glibenklamida oral dan mencapai

maksimum setelah 1-2 jam sebelum kembali ke nilai dasar setelah 3 jam (Dollery,

1999).

Glibenklamida dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktivitas

hipoglikemik yang sangat rendah. Meskipun analisis spesifik untuk senyawa yang

tidak dimetabolisme menimbulkan dugaan terdapatnya suatu waktu-paruh plasma

yang singkat, tetapi efek biologis glibenklamida jelas bertahan selama 24 jam setelah

pemberian satu dosis tunggal yang diberikan pada pagi hari pada pasien diabetes.

Awal dosis pemberian yang biasa adalah 2,5 mg/hari atau kurang,dan rata-rata dosis

pemeliharaan adalah 5-10 mg/hari yang diberikan sebagai dosis tunggal pada pagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(42)

hari; tidak dianjurkan untuk memberikan dosis pemeliharaan lebih dari 20 mg/hari

(Katzung, 2002).

E. Teknik Uji Diabetik dan Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah 1. Teknik uji diabetik

Pada suatu penelitian yang bertujuan untuk membuktikan khasiat suatu obat

antidiabetes, hewan uji yang digunakan perlu diubah keadaannya menjadi diabetes

baik DMTI maupun DMTTI. Suatu keadaan DMTI dapat dibuat secara

pankreatektomi dan juga secara kimia dengan menggunakan zat kimia sebagai

induktor (diabetogen) seperti aloksan, streptozosin, adrenalin, glukagon, dan EDTA

yang diberikan secara parenteral. Diabetogen-diabetogen tersebut mampu

menginduksi diabetes secara permanen yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi

yang diakibatkan oleh rusaknya sel β pada pankreas. DMTTI dapat dihasilkan

dengan pembebasan glukosa peroral sebagai diabetoagen pada dosis 1,75 g/kg BB

hewan uji, keadaan hiperglikemi hanya berlangsung beberapa jam setelah

pembebanan glukosa tersebut (Anonim, 1991).

2. Metode penetapan kadar glukosa darah

Secara umum menurut Widowati, Dzulkarnain, dan Sa’roni (1997), metode

(43)

20

a. metode kondensasi dengan gugus amina

Prinsip: aldosa dikondensasikan dengan orto-toluidin dalam suasana asam

dan menghasilkan larutan berwarna hijau setelah dipanaskan. Kadar glukosa darah

dapat ditentukan sesuai dengan intensitas warna yang terjadi diukur secara

spektrofotometri.

b. metode enzimatik

Glukosa dapat ditentukan secara enzimatik, dengan menggunakan enzim

glukosa oksidase (GOD). Dengan adanya glukosa oksidase, maka glukosa dioksidasi

oleh udara (O2) menjadi asam glukuronat disertai pembentukan hidrogen peroksida.

Dengan adanya enzim peroksidase (POD), H2O2 akan membebaskan O2 yang

mengoksidasi akseptor kromogen yang sesuai serta memberikan warna merah.

Akseptor kromogennya dapat berupa senyawa aminoantipirin dan fenol atau

orthodianisidin, kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang

terjadi, diukur secara spektrofotometri.

c. metode oksidasi-reduksi

Kadar glukosa darah ditentukan dengan cara dioksidasi dengan menggunakan

suatu oksidan ferrisianida. Oksida ini direduksi menjadi ferrosianida oleh glukosa

dalam suasana basa dengan pemanasan, kemudian kelebihan garam ferri dititrasi

secara iodometri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(44)

F. Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang

mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada

panjang gelombang 190–380 nm (UV) dan 380–780 nm (vis) dengan memakai

instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Prinsip kerja

spektrofotometri adalah berdasarkan atas interaksi antara radiasi elektromagnetik

dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion, atau molekul, sedang radiasi

elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang ditransmisikan dalam ruang

dengan kecepatan tinggi (Khopkar, 1990). Interaksi antara molekul yang mempunyai

gugus kromofor dan radiasi elektromagnetik pada daerah sinar ultraviolet dan sinar

tampak (200-800 nm) akan menghasilkan spektra serapan elektronik. Spektra

serapan ini dapat digunakan untuk analisis kuantitatif karena jumlah radiasi

elektromagnetik yang diserap ada hubungannya dengan jumlah molekul penyerap

(Skoog, 1985).

Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan

serapan maksimum disebut sebagai panjang gelombang serapan maksimum.

Penentuan panjang gelombang pada saat serapan maksimum dapat digunakan untuk

mengidentifikasi molekul (Mulja dan Suharman, 1995). Pada analisis kuantitatif,

pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang saat serapan maksimum,

(45)

22

1. Sensitivitas maksimum diperoleh dengan mengerjakan pada pita maksimum

karena pada konsentrasi yang diberikan maka pada panjang gelombang tersebut

memberikan respon yang paling kuat.

2. Pada pita maksimum, perubahan yang kecil pada panjang gelombang akan

memberikan perubahan serapan yang minimal (kecuali kalau pita absorpsi sangat

tajam). Dengan demikian kesalahan kecil dalam meletakkan tanda pemilih

panjang gelombang pada instrumen tidak akan mengakiibatkan kesalahan besar

pada pengukuran serapan (Fatah, 1989).

G. Infusa

Menurut Farmakope Indonesia edisi III infusa merupakan sediaan cair yang

dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15

menit. Pembuatannya dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus yang

sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan di atas penangas

air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sesekali diaduk.

Serkai selagi panas dengan kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui

ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Infusa dapat dibuat dari

bahan segar maupun bahan kering seperti daun, bunga, akar, ranting, dan kayu.

Bahan lunak dididihkan selama 10 – 15 menit, sedangkan bahan keras dididihkan

selama 15 – 20 menit. Kecuali dinyatakan lain, infusa yang mengandung bukan

bahan khasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(46)

H. Landasan Teori

Kandungan kimia yang terdapat dalam biji pinang yang menimbulkan efek

hipoglikemik yaitu ascorbic-acid, beta-sitosterol, manganese, dan niacin (Duke,

2007). Pada penelitian ini menggunakan bentuk sediaan infusa sehingga kandungan

kimia dalam biji pinang yang akan tersari adalah ascorbic-acid, manganese, dan

niacin karena sifat dari ketiganya yang polar.

I. Hipotesis

(47)

24

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental murni

dan dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama

a. Variabel bebas : dosis infusa biji pinang

Dosis infusa biji pinang adalah jumlah gram (g) infusa biji pinang tiap satuan

kilogram (kg) berat badan subjek uji yang bersangkutan.

b. Variabel tergantung : kadar glukosa dalam darah (mg/dl) yang diperoleh dari

pengukuran absorbansi mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-300 yang dihitung

menggunakan metode trapezoid (LDDK0-300).

2. Variabel pengacau terkendali

a. Subyek uji : tikus putih

b. Jenis kelamin : jantan

c. Galur spesies subyek uji : galur Wistar

d. Berat badan subyek uji : 175 - 225 gram

e. Umur subyek uji : antara 2 – 3 bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(48)

f. Cara Pemberian : peroral

3. Variabel pengacau tak terkendali

Keadaan patologi subyek uji

4. Definisi operasional

a. Efek hipoglikemik adalah penurunan kadar glukosa dalam darah.

b. Biji pinang diambil dari tanaman pinang (Areca catechu L.).

C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian

a. hewan uji

Tikus putih jantan galur Wistar, umur 2 - 3 bulan, berat badan 175 - 225 gram,

dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

b. bahan uji

Biji pinang diperoleh dari Yogyakarta. Biji pinang dipilih dari buah pinang

yang tua berwarna merah orange.

c. senyawa pembanding

Senyawa pembanding berupa kaplet generik glibenklamida yang diproduksi

(49)

26

d. pereaksi untuk pengukuran kadar glukosa darah

Pereaksi yang digunakan adalah enzim Glucose GOD FS*(DiaSys, Germany)

yang terdiri atas:

Tabel I. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP

Reagen:

Phosphat buffer pH 7,5 250 mmol/l

Phenol 5 mmol/l

4-aminoantipyrine 0,5 mmol/l

Glukosa oksidase (GOD) ≥ 10 kU/l Phenol AminoAntipirin Peroksidase (PAP) ≤ 1 kU/l

Glukosa standar 100mg/dl (5,5 mmol/dl)

e. lain-lain

1) natrium oksalat p.a. 2 mg/ml sebagai antikoagulan pada waktu pengambilan darah

2) glukosa monohidrat p.a, Merck, sebagai larutan untuk uji toleransi glukosa oral

3) asam benzoat p.a 0,1% b/v, sebagai pengawet glukosa monohidrat

4) aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma

2. Alat penelitian

a. seperangkat alat gelas (pyrex)

b. seperangkat alat infus

c. jarum suntik (injeksi peroral)

d. mikropipet (Biohit PLC 10-100 μl, Finland)

e. sentrifuge (Hettich EBA 8S, Germany)

f. spektrometer UV/VIS (Optima®SP300, Japan)

g. kuvet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(50)

h. oven (Marius)

i. neraca analitik (Mettler Toledo AB204, Switzerland)

j. vortex (Janke-Kunkel IKA®-Labortechnik)

k. holder

D. Jalannya Penelitian 1. Determinasi tanaman pinang

Determinasi tanaman pinang mengikuti Flora untuk Sekolah di Indonesia

menurut Stenis (1992), serta dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Pembuatan simplisia uji

a. Pengolahan bahan

1) Mempersiapkan bahan mentah

Pengambilan biji pinang dilakukan pada bulan Juni tahun 2007 dan dipilih

dari buah yang sudah tua. Kriteria buah yang sudah tua yaitu buahnya

berwarna merah orange.

2) Pembersihan

Biji pinang yang akan diolah harus bebas dari debu, kotoran, pasir atau tanah.

Oleh karena itu biji harus dicuci dengan air bersih secara berulang-ulang

paling tidak sampai tiga kali kemudian ditiriskan. Air yang digunakan adalah

(51)

28

3) Pengeringan

Setelah diserbuk, serbuk biji pinang yang akan digunakan dimasukkan dalam

oven pada suhu 500 C sampai kering sehingga bahan tersebut tidak mudah

rusak dan dapat bertahan lama.

b. Pembuatan infusa biji pinang

Simplisia (berupa serbuk kering) dengan derajat halus yang sesuai dicampur

dengan air secukupnya dalam panci. Kemudian dipanaskan di atas penangas air

selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sesekali diaduk.

Serkai selagi panas dengan kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui

ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki.

c. Pasca pengolahan

infusa disimpan dalam wadah tertutup yang tidak berhubungan langsung dengan

udara. Penyimpanan ini bertujuan untuk menghindari gangguan serangga dan

pertumbuhan jamur yang akan merusak bahan obat tersebut.

d. Penetapan dosis infusa biji pinang

Berdasarkan pengalaman empiris di masyarakat, penggunaan biji pinang

untuk menurunkan kadar glukosa darah yaitu sebanyak 1 biji atau ± 6,1

g/50kgBB. Untuk manusia 70 kg dibutuhkan 8,5 g biji pinang dan dikonversikan

ke tikus 200 gram dengan faktor konversi 0,018.

8,5 g biji pinang x 0,018 = 0,153 g/200g

= 0,765 g/kgBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(52)

Berdasarkan perhitungan maka besarnya dosis biji pinang pada hewan uji tikus

yaitu 0,765 g/ kgBB. Untuk selanjutnya digunakan satu dosis di bawah dan dua di

atas dosis orientasi dengan faktor perkalian 1,5 sehingga didapat rentang dosis

terapi yang digunakan adalah 0,51 g/kgBB, 0,765 g/kgBB, 1,147 g/kgBB, dan

1,721 g/kgBB.

Infusa yang digunakan harus dibuat baru setiap hari. Dengan konsentrasi

10% sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi III dan dengan dosis yang akan

digunakan, maka dapat dihitung volume pemberiannya dengan rumus :

) (C i Konsentras

BeratBadan Dosis

volume= ×

3. Preparasi bahan

a. Pembuatan larutan asam benzoat p.a. 0,1% b/v

Serbuk asam benzoat p.a. ditimbang seksama sebanyak 0,50 gram dan dilarutkan

dengan aquadest panas dalam labu takar 500 ml sampai tanda.

b. Pembuatan larutan stok glukosa p.a. 10 mg/ml

Glukosa monohidrat p.a. ditimbang seksama sebanyak 1,00 gram dan dilarutkan

dengan asam benzoat 0,1% b/v dalam labu takar 100 ml sampai tanda.

c. Natrium oksalat p.a. 2% b/v

Natrium oksalat p.a. ditimbang sebanyak 1,00 gram dan dilarutkan dengan

(53)

30

d. Pembuatan CMC-Na 1%

CMC-Na ditimbang sebanyak 1,00 gram kemudian disuspensikan sampai 100 ml

dengan aquadest hangat, kemudian aduk sampai diperoleh larutan yang homogen.

e. Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamida

Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamida mengacu pada Anonim

(1979). Timbang 20 tablet, hitung bobot tablet. Jika ditimbang satu-satu, tidak

boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot

rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu

tabletpun menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan

kolom B. Nilai penyimpangan bobot rata-rata kolom A dan B dapat dilihat pada

tabel II.

Tabel II. Keseragaman bobot tablet

f. Penentuan dosis glibenklamida

Dosis glibenklamida yaitu 5 mg pada manusia dengan berat badan 70 kg,

dikonversikan ke tikus 200 gram dengan faktor konversi 0,018

5 mg glibenklamida x 0,018 = 0,09 mg glibenklamida/ 200 gram

= 0,45 mg glibenklamida/ kg BB

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %

26 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 %

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(54)

Berdasarkan perhitungan maka besarnya dosis glibenklamida pada hewan uji

tikus yaitu 0,45 mg/ kgBB.

g. Penetapan konsentrasi pemberian suspensi glibenklamida pada hewan uji

Volume pemberian glibenklamida ditetapkan sebesar 0,8 ml sehingga diperoleh

konsentrasi sebagai berikut :

) (C i Konsentras

BeratBadan Dosis

volume= ×

C

kgBB kgBB

mg

ml 0,45 / 0,200 8

,

0 = ×

C = 0,09 mg/0,8 ml C = 0,1125 mg/ml

h. Pembuatan suspensi glibenklamida 0,1125 mg/ml

Serbuk glibenklamida ditimbang setara dengan 25 mg glibenklamida murni,

kemudian disuspensikan dengan larutan CMC-Na 1% dalam labu takar 10 ml

sampai tanda sebagai suspensi induk glibenklamida. Buat dengan konsentrasi

0,1125 mg/ml dalam labu ukur 10 ml dari suspensi induk glibenklamida tersebut.

Pembuatan suspensi glibenklamida menggunakan CMC-Na sebagai

pensuspensinya dikarenakan menurut Farmakope Indonesia edisi IV serbuk

(55)

32

i. Penetapan konsentrasi larutan glukosa monohidrat 1,75 g/kgBB

Volume pemberian glukosa dapat dibuat seminimal mungkin sehingga ditetapkan

konsentrasi glukosa sebesar 15%. Dengan demikian volume maksimum untuk

tikus 200 gram adalah :

) (C i Konsentras BeratBadan Dosis

volume= ×

ml g kgBB kgBB g volume 100 / 15 200 , 0 / 75 , 1 ×

= =2,33ml

4. Percobaan pendahuluan

a. Penetapan waktu resapan stabil glukosa murni

Sebanyak 25,00 μl larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml pereaksi

GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan segera diukur

resapannya pada panjang gelombang 500 nm (sesuai dengan yang tertulis dalam

leaflet Glucose GOD FS*) selama 60 menit. Waktu resapan stabil yang digunakan

adalah waktu inkubasi yang memberikan resapan stabil.

b. Penetapan panjang gelombang maksimum

Sebanyak 25,00 μl larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml pereaksi

GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan diukur pada

rentang panjang gelombang 400-600 nm.

c. Pembuatan kurva baku

Dipipet 0,75 ml; 1,00 ml; 1,50 ml; 2,00 ml; dan 2,25 ml larutan glukosa

monohidrat 1% b/v. Penetapan kadar glukosa darah dilakukan seperti pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(56)

penetapan kadar glukosa darah dengan metode GOD-PAP. Resapan diukur secara

spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum.

d. Penetapan waktu pemberian glibenklamida

Tujuan dari penetapan pemberian glibenklamida adalah untuk melihat

pengaruh waktu pemberian terhadap efek hipoglikemik glibenklamida, agar pada

saat uji toleransi glikosa oral (UTGO) glibenklamida sudah memberikan efek

penurunan kadar glukosa darah. Orientasi ini menggunakan 9 ekor tikus yang

terbagi dalam 3 kelompok dimana masing-masing kelompok diberi perlakuan

kontrol positif, kontrol negatif aquades, dan kontrol negatif CMC-Na. Perlakuan

tersebut dilakukan terhadap masing-masing kelompok yaitu pada menit ke-15

sebelum UTGO untuk kelompok kesatu, menit ke-30 sebelum UTGO untuk

kelompok kedua, dan menit ke-45 sebelum UTGO untuk kelompok ketiga.

Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO

dengan diberikan larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB.

Pengambilan cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit

ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO.

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode

GOD-PAP. Selanjutnya dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300.

Penentuan waktu pemberian glibenklamida didasarkan pada harga selisih LDDK 0-300

(57)

34

e. Penetapan waktu pemberian infusa biji pinang

Penetapan waktu pemberian infusa biji pinang digunakan untuk melihat

pengaruh waktu pemberian terhadap efek penurunan kadar glukosa darah, agar

pada saat dilakukan UTGO infusa biji pinang sudah memberikan efek dalam

menurunkan kadar glukosa darah. Orientasi ini menggunakan 6 ekor tikus yang

terbagi dalam 3 kelompok di mana masing-masing kelompok diberi infusa biji

pinang pada menit ke-15, 30, dan 45 sebelum UTGO.

Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO

dengan diberikan larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB.

Pengambilan cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit

ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO.

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode

GOD-PAP. Selanjutnya dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300.

Penentuan waktu pemberian infusa biji pinang didasarkan pada harga LDDK0-300

terendah.

f. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Penelitian ini mengikuti rancangan acak lengkap pola searah, yang mana 35 ekor

tikus dibagi secara acak menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 ekor. Tiap hewan uji diadaptasikan dengan kondisi yang sama, jauh dari

kebisingan dan dihindarkan dari stres. Sebelum mendapat perlakuan,

masing-PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(58)

masing kelompok dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi minum ad

libitum, lalu diberi perlakuan sebagai berikut:

• Kelompok I : aquades 5 ml/ kg BB (kontrol negatif)

• Kelompok II : larutan CMC-Na 1% (kontrol negatif)

• Kelompok III : suspensi glibenklamida 0,45 mg/kgBB (kontrol positif)

• Kelompok IV : infusa biji pinang dengan dosis 0,51 g/kgBB

• Kelompok V : infusa biji pinang dengan dosis 0,765 g/kgBB

• Kelompok VI : infusa biji pinang dengan dosis 1,147 g/kgBB

• Kelompok VII : infusa biji pinang dengan dosis 1,721 g/kgBB

Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO dengan

diberikan larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB. Pengambilan

cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum UTGO sebagai menit ke-0 dan pada

menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO. Pengukuran

kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP.

Selanjutnya dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300.

5. Penetapan kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode GOD-PAP. Pada tiap kelompok

dilakukan pengambilan cuplikan darah sebanyak 0,5 ml melalui vena lateralis

ekor dan ditampung dalam tabung microtube yang berisi 50 μl natrium oksalat

2%. Pengambilan cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai

(59)

36

UTGO. Kemudian darah geoxalated ini diputar dalam sentrifuge selama 10 menit

3000 rpm. Selanjutnya diambil 0,025 ml plasma darah, kemudian dilakukan

pengukuran sebagai berikut:

Tabel III. Volume pengukuran kadar glukosa darah

Bahan Sampel (ml) Standar (ml) Blangko (ml) Supernatan

Larutan baku glukosa Asam benzoat 1% b/v Pereaksi GOD-PAP

0,025 - - 2,5

- 0,025

- 2,5

- - 0,025

2,5

Bahan-bahan tersebut dicampur dan diinkubasi selama operating time. Kemudian

kadar glukosa darah ditetapkan secara spektrofotometri visibel menggunakan

metode GOD-PAP. Resapan diukur pada panjang gelombang maksimum.

Kemudian kadar glukosa darah dihitung dengan rumus:

Kadar glukosa = (As / Ast) x 100 mg%

Keterangan : As = resapan sampel Ast = resapan standar

Selanjutnya dibuat kurva dengan mem-plot-kan nilai kadar glukosa darah lawan

waktu ke-0 sampai menit ke 300 dengan metode trapezoid (LDDK0-300) dan

rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(60)

LDDK

to-tn

=

t

1

– t

o

x (C

o

+ C

1

) +

t

2

– t

1

x (C

2

+ C

1

) +

2 2

t

3

– t

2

x (C

3

+ C

2

)

+

t

n

– t

n-1

x (C

n

+ C

n-1

)

2 2 Keterangan:

t = waktu (menit)

C = konsentrasi zat dalam darah (mg/dl)

LDDKto-tn = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n

E. Analisis Hasil

Data kadar glukosa darah pada tiap kelompok dianalisis secara statistik

menggunakan metode General-Linier Model Repeated Measured. Dari harga

LDDK0-300 glukosa darah dilakukan uji distribusi menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov kemudian jika distribusinya normal dilanjutkan dengan analisis Anova One

Way dan post hoc tests LSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai LDDK0-300

glukosa darah mempunyai variansi yang berbeda maka dilakukan uji Kruskal Wallis

dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Berikut adalah ringkasan untuk

(61)

38

Gambar 4. Bagan alur analisis hasil kadar glukosa darah

Gambar 5. Bagan alur analisis hasil LDDK 0-300 glukosa darah

Kadar glukosa darah

General-Linier Model Repeated Measured

Interaksi waktu pengambilan cuplikan dan perlakuan terhadap kadar glukosa darah

LDDK0-300 glukosa darah

Kolmogorov Smirnov normal tidak normal

non parametrik

varian berbeda

Kruskal Wallis

Mann Whitney

parametric

(Anova One Way)

varian sama

post hoc tests LSD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Banyak tanaman secara morfologi mirip sehingga tanaman pinang yang

digunakan dalam penelitian ini dilakukan determinasi agar tidak terjadi kekeliruan

dalam mengidentifikasi tanaman pinang supaya pada akhirnya dapat dikonfirmasi

bahwa tanaman yang dipakai memang benar pinang. Hasil determinasi tanaman

berdasarkan buku Flora untuk Sekolah di Indonesia menurut Stenis (1992)

menunjukkan ciri-ciri yang serupa. Gambaran lengkap tanaman pinang (lampiran 1 –

3).

B. Pembuatan Simplisia Uji dan Preparasi Bahan

Pembuatan simplisia uji sesuai dengan tata cara (halaman 27 – 29) dan

gambar hasil pembuatan simplisia (lampiran 4). Preparasi bahan sesuai dengan tata

cara (halaman 29 – 31) dan uraian lengkapnya (lampiran 7).

C. Percobaan Pendahuluan 1. Waktu resapan stabil glukosa

Reaksi antara glukosa dan reagen GOD-PAP merupakan reaksi enzimatis

(63)

40

H O H

H OH CH2OH

H OH OH H OH OH H H C OH H OH CH2OH

H

O

OH

OH

+ O2 + H2O2

glukosa

GOD

asam glukonat hidrogen

peroksida

H2O2 H2N

N N CH3 O CH3 PAP OH O N N CH3 N O CH3 + +

+ H2O

fenol hidrogen

peroksida

4 amino-antipirin

kuinonimin

(berwarna merah muda) glukosa untuk mengetahui operating time (OT) dari reaksi tersebut. Tujuan dari

penentuan operating time adalah untuk mengetahui waktu resapan saat senyawa

berwarna yang terbentuk memberikan resapan yang stabil pada pengukuran

menggunakan spektrofotometri visible. Pengukuran dilakukan pada panjang

gelombang 500 nm (sesuai pada leaflet enzim GOD-PAP) selama 60 menit.

Reagen GOD-PAP bekerja secara enzimatik dengan prinsip adanya GOD

(glucose oxidase) akan mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan

hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida akan bereaksi, dengan adanya enzim

peroksidase, bersama dengan fenol dan 4-amino-antipirin membentuk senyawa

kuinonimin yang berwarna merah muda (Gambar 6). Intensitas warna merah muda

yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi glukosa.

Gambar 6. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP (DiaSys, 2007)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(64)

Data penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar 100 mg/dl dapat

dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar

Grafik hubungan resapan glukosa murni dengan waktu inkubasi seperti berikut:

Gambar 7. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar pada λ 502 nm

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa pada menit ke-15 sampai menit

ke-30 memberikan grafik yang relatif datar, ini berarti pada menit te

Gambar

Tabel XIII. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300  glukosa darah tikus putih
Gambar 13. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan .. 56
Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah (Cartailler, 2004)
Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input (tebu, jam tenaga kerja, dan jam mesin) terhadap jumlah gula pasir yang dihasilkan, besarnya tingkat elastisitas input

Informasi kondisi lampu dikirim melalui jaringan Zigbee yang diimplementasikan menggunakan modul Xbee serta pengendalian pada titik sensor menggunakan modul

Penelitian ini untuk membandingkan dua jenis pengelasan, yaitu las listrik dengan las gas, yang mana dua jenis pengelasan tersebut paling mempengaruhi kekuatan pengelasan

2013.An Analysis of Speech Function In The Transcript Of Face 2 Face Interview Of Desi Anwar With Richard Gere on July 23, 2011.Skripsi.English Education Department, Teacher

Dari keseluruhan hasil penelitian ini didapatkan bahwa status kesehatan hidung masyarakat di Komplek Perumahan TNI LANUDAL Manado yaitu baik.. Hal ini kemungkinan

Bentuk- bentuk pengembangan profesi model yang kedua ini lebih disarankan karena: (1) lebih menekankan pada peningkatan aspek kepercayaan, sikap, komitmen, dan

Membandingkan teknologi produksi bioflok yang telah ada perlu dilakukan guna mengetahui efektiviitasnya masing-masing dan nilai nutrisi bioflok yang dihasilkan. Dua metode

Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal kategori tinggi dengan pembelajaran strategi inkuiri terbimbing memiliki hasil belajar lebih baik dibandingkan