• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA REMAJA YANG MENJALANI PENDIDIKAN DI ASRAMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA REMAJA YANG MENJALANI PENDIDIKAN DI ASRAMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Hiasinta Primastuti

06 9114 045

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan

mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Mei 2010 Penulis,

(6)

vi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN MELAKUKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA

REMAJA YANG MENJALANI PENDIDIKAN DI ASRAMA

Hiasinta Primastuti

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama. Skala Harga Diri memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.883, sedangkan Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya sebesar 0.966. Subjek penelitian adalah 140 siswa-siswi SMA Pangudi Luhur Vanlith. Hasil penelitian menghasilkan r sebesar 0.716 dan nilai P sebesar 0.00, hasil ini menunjukkan bahwa P < 0.05 = signifikan. Hal ini berarti terdapat hubungan positif antara antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama. Mean teoritis Skala Harga Diri sebsesar 96 dan mean empirisnya 116.31. Mean teoitis Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya sebesar 192.5 dan mean empirisnya 257.20. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mean empiris pada kedua skala lebih besar daripada mean teoritisnya. Hal ini berarti subjek penelitian memiliki harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya yang tinggi.

(7)

vii

Hiasinta Primastuti

ABSTRACT

The aim of this research is to know the correlation between self-esteem and the tendency of doing social interaction with peers at adolescent who study in the boarding school. The hypothesis of the research is that there is a positive correlation between self-esteem and the tendency of doing social interaction with peers at adolescent who study in the boarding school. The scale of self-esteem has an alpha reliability coefficient for 0.883, whereas tendency of doing social interaction with peers’s scale was 0.966. The research subjects were 140 high school students (SMA Pangudi Luhur Vanlith). The results for r was 0.716 and P value was 0.00, these results suggested that P < 0.05 = significant. This result means there is a positive correlation between self-esteem and the tendency of doing social interaction with peers at adolescent who study in the boarding school. The theoretical mean of self-esteem scale was 96 and the empirical mean was 116.31. The theoretical mean of the tendency of doing social interaction with peers was 192.5 and the empirical mean was 257.2. These results indicated that the empirical mean on both scale larger than the theoretical mean. This means that research subjects have high self-esteem and tendency of doing social interaction with peers.

(8)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hiasinta Primastuti NIM : 06 9114 045

adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, memberikan skripsi saya yang berjudul :

“Hubungan antara Harga Diri dan Kecenderungan Melakukan Interaksi

Sosial dengan Teman Sebaya pada Remaja yang Menjalani Pendidikan

di Asrama”

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

Oleh karena itu Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mempublikasikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk digunakan dengan semestinya.

Yogyakarta, 20 Mei 2010 Penulis,

(9)

ix

di Surga atas segala berkat, kasih serta anugerahNya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Harga Diri dan Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Sylvia Carolina., M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Heri Widodo., M.Psi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, pengetahuan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

(10)

x

penulis menyelesaikan kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis.

6. Bapak Drs. H. Wahyudi., M.Si dan Ibu Tanti Arini, S.Psi., M. Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis.

7. Mas Muji, Pak Gie, Mas Gandung, Bu Nanik, dan Mas Doni yang sudah membantu penulis selama berada di Fakultas Psikologi

8. Bruder Albertus Suwarto selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Vanlith Muntilan yang dengan ramah menerima dan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Vanlith.

9. Ibu Yani dan Bu Kis selaku pendamping BK di SMA Pangudi Luhur Vanlith yang telah membantu penulis dalam penelitian.

10.Adik-adik angkatan Kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Vanlith Muntilan yang sudah membantu penulis untuk mengisi kuesioner penelitian.

11.Bapak Ignatius Mulyadi dan Ibu Cecilia Kaswardrilah tercinta terimakasih atas cinta kasih yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini.

12.Mas Yusup Sigit (Gepenk) Martyastiadi dan Mas Yohanes Andi (LhaLaact) Kristianto atas kasih dan bantuannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 13.Belarmino Cleondra Tantra Paselo, keponakan tercinta yang paling lucu dan

(11)

xi

mengurus ijin dan mengadakan try out untuk kepentingan penelitian ini. 15.Anna Maria Lisa Angela yang sudah dengan setia menemani ku mengurus ijin

dan mengadakan penelitian utama dari pagi sampai sore di SMA Pangudi Luhur Vanlith Muntilan.

16.The Keong’ers (Lisol, Ance, dan Maria) semoga kita bisa berbagi cerita sampai waktu yang tak ditentukan.

17. Teman-teman satu bimbingan (Novita, Ana, Made, Cicil, Winda, Rohna, Dian, Lingga, dan Sr Aryati) yang hobi berebut antri untuk bimbingan semoga kita dapat mengenang masa-masa itu.

18.Andrian Liem, makasih ya sudah memberikan kesempatan pada ku untuk menjadi asisten penelitian. Banyak pengalaman yang aku dapat dari situ. 19.Teman-teman Psikologi Angkatan 2006 (Liem, Windi, Wayan, Ninit, Nita

Vio, Sekar, Novita, Berto, Coro, Komenk, Aji dan masih banyak lagi) makasih untuk kebersamaan selama ini.

20.Mba Tia, Mba Alma, Mba Sismon, dan Mba Sanja makasih untuk bantuannya selama jadi asisten praktikum.

(12)

xii

22.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan, doa, dan kerjasamanya selama ini.

Penulis percaya bahwa kasih dan kemurahan Tuhan selalu menyertai dan memberkati semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungannya dalam skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Yogyakarta, 20 Mei 2010 Penulis

(13)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Permasalahan... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama... 9

(14)

xiv

2. Definisi Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ... 10

4. Aspek-aspek Interaksi Sosial ... 12

5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ... 13

6. Interaksi Sosial pada Remaja yang menjalani Pendidikan di Asrama ... 14

B. Harga Diri pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama... 15

1.Definisi Harga Diri ... 15

2.Aspek-aspek Harga Diri... 16

3. Pembentukan Harga Diri ... 17

4. Perkembangan Harga Diri pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama ... 19

C. Hubungan antara Harga Diri dan Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama... 20

D. Hipotesis... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian... 25

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 25

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 25

D. Subjek Penelitian... 26

(15)

xv

3. Estimasi Reliabilitas ... 35

G. Teknik Analisi Data... 36

1. Uji Asumsi ... 36

2. Uji Hipotesis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

A. Pelaksanaan Penelitian... 38

1. Perijinan Penelitian ... 38

2. Proses Penelitian ... 38

3. Data Demografi Subjek Penelitian... 39

B. Hasil Penelitian... 39

1. Uji Asumsi ... 39

a. Uji Normalitas ... 39

b. Uji Linearitas... 40

2. Uji Hipotesis ... 40

3. Hasil Tambahan ... 41

C. Pembahasan... 43

BAB V PENUTUP... 47

A. Kesimpulan... 47

B. Saran... 47

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Skor Butir-butir Favorable Skala Harga Diri ...29 Tabel 2 Skor Butir-butir Unfavorable Skala Harga Diri ...29 Tabel 3 Tabel Spesifikasi Item-item Skala Kecenderungan

Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya ...31 Tabel 4 Skor Butir-butir Favorable Skala Kecenderungan

Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya ...31 Tabel 5 Skor Butir-butir Unfavorable Skala Kecenderungan

Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya ...32 Tabel 6 Tabel Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial

dengan Teman Sebaya Sebelum dan Sesudah Uji Coba...34 Tabel 7 Tabel Spesifikasi Skala Kecenderungan Melakukan

Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya Sesudah Uji Coba...35 Tabel 8 Data Usia Subjek Penelitian ...39 Tabel 9 Data Teoritis dan Empiris Skala Harga Diri dan Skala

Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan

(17)

xvii

Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya ...53 LAMPIRAN II Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Korelasi ...61 LAMPIRAN III Skala Harga Diri dan Skala Kecenderungan

Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain, maka dari itu, manusia disebut makhluk sosial. Sebagai makhluk hidup, individu memiliki tugas untuk berinteraksi dengan orang lain agar kebutuhannya terpenuhi. Suatu interaksi akan tercipta apabila terdapat kontak sosial dan komunikasi antar individu (Soekanto, 2006). Hal ini disebut interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan suatu pertukaran antar pribadi. Di dalamnya, individu saling mempengaruhi satu sama lain (Shaw dalam Ali, 2004). Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Kehidupan bersama tak akan mungkin ada tanpa terjadinya interaksi sosial (Young dan Mack dalam Soekanto, 2006).

(19)

dengan teman sebaya mengisi suatu peran yang unik dalam dunia remaja (Hartup dalam Santrock, 2002).

Pada umumnya, remaja akan memilih berinteraksi dengan teman-teman sebayanya berdasarkan kesamaan yang dimiliki (Santrock, 2002). Kesamaan tersebut dapat mencakup pola tingkah laku, minat, ciri-ciri fisik, kepribadian, atau nilai-nilai yang dianut. Kesamaan minat yang khas pada masa remaja adalah kecenderungan untuk menghabiskan waktu di luar rumah dengan teman sebaya. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Feldman, Papalia, Olds, 2009). Santrock (2002) juga mengemukakan bahwa remaja cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah dan membentuk suatu kelompok. Sekolah merupakan tempat dimana remaja menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Interaksi dengan teman sebaya akan lebih intensif apabila remaja berada dalam lingkup yang berdekatan dengan kegiatan keseharian yang memiliki kesamaan (Sears, 1994). Hal ini dapat ditemui dalam kehidupan sekolah berbasis asrama. Salah satu ciri khas kehidupan remaja di asrama adalah kemungkinan terjalinnya ikatan dan interaksi yang cenderung baik serta intensif dengan sesama penghuni asrama (“Asrama dan, “ 2008).

(20)

3

diri. Salah satu fenomena nyata akibat penarikan diri dari interaksi dengan teman sebaya adalah terjadinya frustrasi pada remaja. Frustrasi yang berkepanjangan dapat memperburuk kesehatan emosi serta sosial, dan akhirnya sangat berpengaruh terhadap capaian akademis remaja (“Pendidikan Dini,” 2009). Selain itu, remaja yang tertutup dan pemalu juga akan cenderung menarik diri dan kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Hal ini membuat remaja terlihat pasif diantara teman-temannya yang lebih banyak berbicara dan bersenda gurau (“Mengajarkan Ketrampilan,” 2010).

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati (Soekanto, 2006). Selain itu, Sarwono dan Meinarno (2009) berpendapat bahwa harga diri juga memiliki peran yang penting untuk mendorong seseorang melakukan interaksi sosial.

Harga diri merupakan kecenderungan evaluasi individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima dan menolak akan diri sendiri. Harga diri juga mencakup indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap aspek kemampuan, keberartian, kekuasaan, dan kebajikan yang dimiliki (Coopersmith dalam Burn, 1993).

(21)

dalam berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang yang sudah lama dikenal maupun yang baru dikenal. Baumeister (dalam Chen, Huang, dan Tjosvold, 2005) mengemukakan bahwa taraf harga diri mempengaruhi kesuksesan dalam berinteraksi ataupun dalam pergaulan dengan orang lain. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi melihat dirinya mampu menghadapi lingkungan. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Baldwin dan Kellan (1999) juga mengindikasikan bahwa individu dengan harga diri yang tinggi akan lebih percaya diri untuk menunjukkan keramahan dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Harga diri positif dapat dikembangkan melalui adanya kesempatan bagi remaja untuk dapat mengeksplorasi diri dan melatih kemampuan yang dimiliki (Savary dan Berne, 1988).

Di sisi lain, harga diri negatif tercermin pada individu yang meremehkan diri sendiri dan tidak memiliki kepercayaan diri. Hal ini berdampak pada kesehatan psikologis individu. Remaja yang merasa dirinya tidak berharga akan kehilangan kepercayaan diri dan akhirnya menarik diri dari interaksi dengan teman-temannya. Hal tersebut menyebabkan remaja menjadi depresi dan memilih untuk bunuh diri. Dewasa ini, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja semakin marak terjadi (“Bunuh Diri,” 2007).

(22)

5

yang rendah untuk berinteraksi dengan orang lain. Di sisi lainnya, individu dengan harga diri yang tinggi akan lebih cakap, kompeten, dan menyadari akan kehadiran orang lain yang membuatnya lebih responsif pada orang lain.

Berdasarkan pengalaman peneliti, peneliti menemukan fenomena remaja yang memiliki harga diri rendah. Remaja tersebut menjalani pendidikan di sebuah sekolah berasrama. Sebagian besar awam berpendapat bahwa setiap siswa-siswi yang menjalani pendidikan di asrama pasti memiliki harga diri yang positif dan kecenderungan untuk melakukan interaksi sosial yang baik. Akan tetapi, terdapat kenyataan yang bertolak belakang dengan anggapan tersebut. Di sekolah berasrama pun dapat dijumpai remaja yang memiliki harga diri negatif. Remaja tersebut cenderung meremehkan diri sendiri dan lebih memilih untuk menarik diri dari pergaulan, padahal lingkungan sekolah remaja tersebut mendorong siswa-siswinya untuk membangun harga diri yang positif dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan.

(23)

sosial. Terdapat beberapa hal mendasar yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang disusun oleh peneliti, yaitu adanya perbedaan teori yang mendasari penyusunan penelitian ini, khusunya teori yang digunakan dalam mengukur harga diri maupun dalam mengukur interaksi sosial. Dalam penelitian ini, peneliti lebih terkonsentrasi pada kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya sedangkan penelitian sebelumnya lebih mengarah pada interaksi sosial secara umum. Selain itu, peneliti mengambil subjek yaitu remaja dengan latar belakang pendidikan berbasis asrama yang memiliki ciri khas dalam interaksi sosial maupun dalam pengembangan harga dirinya sedangkan penelitian sebelumnya mengambil subjek pada remaja secara umum.

(24)

7

B. Rumusan Permasalahan

Apakah terdapat hubungan antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menguji secara empirik apakah terdapat hubungan antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama.

D. Manfaat Penelitian a. Teoritis

Menambah wacana yang bermanfaat dalam bidang psikologi, khusunya mengenai hubungan antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama.

b. Praktis

1. Bagi remaja, dapat menambah informasi tentang pentingnya harga diri dalam kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya dalam kehidupan berasrama.

(25)
(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama

1. Definisi Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu pertukaran antar pribadi. Di dalamnya, individu mempengaruhi satu sama lain (Shaw dalam Ali, 2004). Soekanto (2006) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Selain itu, interaksi sosial juga didefinisikan sebagai suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi atau mengubah individu lain (Bonner dalam Ali, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang dilakukan dua orang atau lebih, dimana individu tersebut dapat saling mempengaruhi.

2. Definisi Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

(27)

dengan teman sebaya pada remaja merupakan hubungan timbal balik yang dilakukan oleh remaja dengan dua atau lebih teman sebayanya, dan individu-individu yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif bahkan dapat saling mempengaruhi.

Interaksi dengan teman sebaya mengisi suatu peran yang unik dalam dunia remaja (Hartup dalam Santrock 2002). Pada umumnya, remaja akan memilih berinteraksi dengan teman-teman sebayanya berdasarkan kesamaan yang dimiliki (Santrock, 2002). Kesamaan tersebut dapat mencakup pola tingkah laku, minat, ciri-ciri fisik, kepribadian, atau nilai-nilai yang dianut. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Feldman, Papalia, Olds, 2009). Santrock (2002) juga mengemukakan bahwa remaja cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah dan membentuk suatu kelompok.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Menurut Soekanto (2006), berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain :

(28)

11

dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Sisi negatif dari imitasi adalah adanya peniruan tindakan yang menyimpang dari norma masyarakat.

b. Faktor Sugesti, yaitu suatu tindakan untuk mempengaruhi individu lain sehingga individu tersebut dapat menerima norma atau pedoman tingkah laku tertentu tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu.

c. Faktor Identifikasi, yaitu kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi dapat terjadi secara tidak sadar maupun dengan disengaja karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya.

d. Faktor Simpati, yaitu suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Perasaan memegang peranan yang sangat penting dalam proses ini, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama.

(29)

4. Aspek-aspek Interaksi Sosial

Soekanto (2006) berpendapat bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: a. Adanya kontak sosial, yaitu hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial. Masing-masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial dapat bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif apabila terdapat respon dari pihak lain dan mengarah pada suatu kerja sama. Kontak sosial bersifat negatif apabila tidak menimbulkan respon atau bahkan tidak menghasilkan suatu interaksi sama sekali. Kontak sosial juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kontak primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sedangkan kontak sekunder memerlukan perantara, baik pihak lain maupun melalui alat-alat komunikasi.

(30)

13

menggunakan anggota tubuh tanpa harus mengeluarkan kata-kata. Pada proses terjadinya interaksi sosial, kedua bentuk komunikasi tersebut sama-sama penting untuk dipahami maknanya.

5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2006) berpendapat bahwa terdapat dua macam proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

a. Proses-proses asosiatif, yaitu proses yang menuju pada arah persatuan. Kerjasama dan akomodasi merupakan proses asosiatif.

b. Proses-proses disosiatif, yaitu proses yang menuju ke arah perpecahan. Persaingan dan konflik merupakan proses disosiatif.

Menurut Soekanto (2006), terdapat empat bentuk interaksi sosial, yaitu :

(31)

b. Akomodasi (Accomodation). Akomodasi merupakan suatu proses dalam interaksi sosial dimana terdapat penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar.

c. Persaingan (Competition). Persaingan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan.

d. Konflik (Conflict). Konflik dapat terjadi apabila individu ataupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan sehingga masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan. Konflik merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lain.

(32)

15

sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah dan membentuk suatu kelompok.

Dalam kehidupan berasrama, terdapat keseharian dengan jadwal masing-masing individu yang memiliki kesamaan. Hal ini menjadi salah satu pendorong terjadinya suatu interaksi sosial. Unit tempat tinggal yang kecil lebih memungkinkan terjadinya interaksi sosial dan pembentukan kelompok dibandingkan dengan unit tempat tinggal yang lebih besar. Bentuk interaksi sosial di dalam asrama dapat berupa kerjasama, akomodasi, persaingan, dan konflik (Sears, 1994).

B. Harga Diri pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama 1. Definisi Harga Diri

(33)

yang berharga atau yang tidak berharga (Baumister dalam Lopes dan Snyder, 2003).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri, baik secara positif maupun negatif.

2. Aspek-aspek Harga Diri

Coopersmith (dalam Burn, 1993) membagi harga diri kedalam empat aspek, yaitu:

a. Kekuasaan (Power)

Kekuasaan dikaitkan dengan kemampuan individu dalam mempengaruhi ataupun mengendalikan individu lainnya. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat dari orang lain. Apabila individu dapat mengendalikan dirinya sendiri maupun orang lain, maka akan terbentuk harga diri yang positif, begitu pula sebaliknya.

b. Keberartian (significance)

(34)

17

c. Kebajikan (Virtue)

Individu dapat diterima di dalam lingkungannya, bahkan dapat menjadi panutan apabila dapat mengikuti standar moral dan etika yang berlaku. Hal ini ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan. Semakin individu berperilaku sesuai norma yang sudah ditentukan, maka individu tersebut dapat dijadikan panutan sehingga mendorong terbentuknya harga diri yang positif.

d. Kemampuan (Competence)

Aspek kompetensi berkaitan dengan kesuksesan dalam memenuhi tuntutan prestasi. Individu akan berusaha mewujudkan harapan-harapan yang dimilikinya dan menghindari hal-hal yang dapat menghambat pencapaian prestasinya. Apabila individu mengalami kegagalan, maka hal tersebut dapat menimbulkan harga diri negatif. Sebaliknya, individu yang mampu mewujudkan prestasinya akan mendorong pembentukan harga diri positif.

3. Pembentukan Harga Diri

(35)

berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu memiliki harga diri positif (Burn, 1993). Menurut Coopersmith (dalam Burn, 1993) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan harga diri individu, yaitu :

a. Pengalaman. Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan kejadian yang pernah dialami individu yang dianggap memiliki makna dan meninggalkan kesan dalam hidup individu.

b. Pola asuh. Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yang meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.

c. Lingkungan. Lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orangtua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial. d. Sosial ekonomi. Sosial ekonomi merupakan sesuatu yang

(36)

19

4. Perkembangan Harga Diri pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama

Membangun rasa harga diri harus dilakukan pada saat individu masih kanak-kanak, karena apa yang sudah tertanam akan dibawa sampai individu tersebut beranjak dewasa (Hurlock, 1998). James (dalam Lopes dan Snyder, 2003) berpendapat bahwa harga diri berkembang dari akumulasi pengalaman-pengalaman di mana individu dapat meraih tujuan-tujuan dalam aspek yang penting. Individu yang pada masa kanak-kanak harga dirinya tidak terbentuk dengan baik, maka pada saat menginjak masa remaja akan terbawa sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya ataupun dengan orang lain di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri individu dan adanya perasaan bahwa teman-teman akan melakukan penolakan terhadap dirinya.

(37)

(Hurlock, 1998). Teman sebaya memberikan dukungan lebih kuat akan harga diri individu yang menginjak masa remaja daripada individu tersebut masih kanak-kanak (Santrock, 2002). Sebaliknya, remaja yang tidak percaya diri dan merasa tidak berharga akan berusaha menarik diri dan enggan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.

C. Hubungan antara Harga Diri dan Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Remaja yang Menjalani Pendidikan di Asrama

(38)

21

menghabiskan waktu di luar rumah. Santrock (2002) mengemukakan bahwa remaja cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya dan membentuk suatu kelompok. Dalam membentuk suatu kelompok, remaja tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima untuk dapat berinteraksi, tetapi juga harus menyesuaikan perilaku sehingga dapat diterima oleh kelompoknya (Hurlock, 1998). Selain itu, unit tempat tinggal yang kecil lebih memungkinkan terjadinya interaksi sosial dan pembentukan kelompok dibandingkan dengan unit tempat tinggal yang lebih besar. Bentuk interaksi sosial di dalam asrama dapat berupa kerjasama, akomodasi, persaingan, dan konflik (Sears, 1994).

(39)

diri yang negatif mengakibatkan adanya rasa rendah diri yang tercermin pada individu-individu yang meremehkan diri sendiri.

Penelitian dari Leary, Tambor, Terdal, dan Downs (1995) menemukan bahwa individu dengan harga diri yang tinggi akan lebih cakap, kompeten, dan menyadari akan kehadiran orang lain yang membuatnya lebih responsif pada orang lain. Di sisi lainnya, individu dengan harga diri yang rendah akan merasa tidak percaya diri sehingga cenderung menarik diri dari pergaulan dan memiliki dorongan yang rendah untuk melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Hal ini dapat memicu adanya kecemasan, depresi, dan gangguan emosional lainnya.

(40)

23

Evaluasi Diri Remaja

Skema hubungan antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani

pendidikan di asrama

Harga Diri Negatif

Merasa tidak berharga

Perasaan tidak mampu dalam hidup Meremehkan diri sendiri

Harga Diri Positif

Penerimaan diri sesuai realita Perasaan bahwa diri berharga Merasa memiliki kemampuan untuk dapat berhasil dalam hidup

Tidak percaya diri

Kurang mampu merespon lingkungan

Percaya diri

Menyadari akan kehadiran orang lain yang membuat individu lebih responsif terhadap lingkungan

Kecenderungan menarik diri dan menghindar dari interaksi sosial dengan teman sebaya

(41)

D. Hipotesis

(42)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian inferensial kuantitatif korelasional. Penelitian inferensial adalah metode penelitian yang dirancang untuk membuat suatu kesimpulan tentang populasi melalui pengambilan sampel (Deauna, 1996). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan membuat suatu kesimpulan antara dua variabel, yaitu harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yang diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Variabel prediktor : harga diri.

2. Variabel kriterium : kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

(43)

kekuasaan, dan kebajikan (Coopersmith, 1967). Harga diri diungkapkan menggunakan Skala Harga Diri yang disusun berdasarkan empat aspek, yaitu: kemampuan, keberartian, kekuasaan, dan kebajikan. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin positif harga diri yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin negatif harga diri yang dimiliki.

2. Kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya adalah kecenderungan untuk melakukan hubungan antar pribadi dengan teman sebaya dimana di dalamnya individu dapat saling mempengaruhi (Soekanto, 2006). Kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya akan diukur dengan Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya yang disusun berdasarkan dua aspek, yaitu: kontak sosial dan komunikasi. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.

D. Subjek Penelitian

(44)

27

diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Karakteristik pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Usia 13-18 tahun, yang merupakan rentang usia dalam masa remaja (Hurlock, 1998).

2. Masih bersekolah setingkat Sekolah Menengah Atas berasrama.

E. Metode dan Alat Pengumpul Data

Penelitian ini mengukur hubungan antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama, maka untuk mengolah data digunakan teknik korelasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Skala Harga Diri

2. Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan skala model Likert. Pernyataan yang digunakan dalam skala merupakan skala terstruktur, yang mana jawaban sudah disediakan dan subjek hanya memilih satu jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek (Sanapiah, 1995). Adapun skala untuk masing-masing variabel penelitian ini adalah :

1. Skala Harga Diri

(45)

a. Kekuasaan (Power), yaitu indikasi mengenai bagaimana individu dapat mengendalikan diri sendiri dan mempengaruhi serta mengendalikan orang lain.

b. Keberartian (Significance), yaitu indikasi mengenai adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain.

c. Kebajikan (Virtue), yaitu indikasi mengenai ketaatan individu untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan dan menaati peraturan yang berlaku.

d. Kemampuan (Competence), yaitu indikasi mengenai kesuksesan dalam memenuhi tuntutan prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki individu.

Skala Harga Diri yang digunakan terdiri dari 32 item dengan taraf reliabilitas 0,883. Skala harga diri disajikan dalam pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable. Subjek diminta memilih salah satu dari lima

(46)

29

Tabel 1

Skor Butir-butir Favorable Skala Harga Diri

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Semakin tinggi skor subjek pada butir tertentu, maka semakin tinggi harga diri subjek pada aspek yang bersangkutan. Sebaliknya, semakin rendah skor butir tertentu, maka semakin rendah harga diri subjek pada aspek yang bersangkutan. Penilaian subjek untuk pernyataan negatif (unfavorable) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Skor Butir-butir Unfavorable Skala Harga Diri

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Netral (N) 3

(47)

Skor yang rendah pada butir tertentu menunjukkan rendahnya taraf harga diri pada aspek yang bersangkutan. Semakin tinggi skor tinggi pada butir tertentu akan menunjukkan semakin tingginya taraf harga diri pada aspek yang bersangkutan.

2. Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya adalah Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya. Skala yang digunakan berupa pernyataan-pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban, yaitu “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”. Penulis membuat alat ukur ini berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut :

a. Kontak sosial, yaitu kecenderungan individu untuk melakukan hubungan dengan pihak lain, dimana masing-masing pihak saling bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. b. Komunikasi, yaitu kecenderungan individu memberikan tafsiran

pada perilaku pihak lain dan mengungkapkan perasaan-perasaan yang dialami menggunakan simbol-simbol tertentu.

(48)

31

Tabel 3

Tabel Spesifikasi Item-item Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

Aspek No Item Favorable No Item Unfavorable Jumlah

Kontak Sosial 1, 2, 7, 8, 15, 22, 23,

Penilaian subjek untuk pernyataan positif (favorable) pada Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya, yaitu :

Tabel 4

Skor Butir-butir Favorable Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

(49)

32

Semakin tinggi skor subjek, maka semakin tinggi kecenderungan subjek untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Sebaliknya, semakin rendah skor subjek, maka semakin rendah kecenderungan subjek untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Penilaian terhadap jawaban subjek untuk pernyataan unfavorable dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Skor Butir-butir Unfavorable Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

Respon Skor

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Skor yang rendah menunjukkan rendahnya kecenderungan subjek untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Semakin tinggi skor, menunjukkan semakin tingginya kecenderungan subjek untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.

F. Pertanggungjawaban Mutu 1. Estimasi Validitas

(50)

33

pengujian alat ukur untuk melihat seberapa jauh suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000).

Jenis validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi ditujukan untuk melihat sejauh mana item-item tes dapat mewakili komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang ingin diukur dan sejauh mana item-item tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur. Validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgement (Azwar, 2000).

2. Uji Daya Beda Item

Uji daya beda item dilakukan untuk melihat sejauh mana item-item tes dapat membedakan antara individu dengan individu lainnya yang mempunyai maupun yang tidak mempunyai atribut yang ingin diukur (Azwar, 2000). Pengujian daya beda item akan dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala yang menghasilkan koefisien korelasi item total. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.3 (= 0.3) dianggap memiliki daya beda item yang memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara item dengan skala berarti semakin tinggi konsistensi antara item dan skala secara keseluruhan (Azwar, 2000).

(51)

34

Kelas X SMA Pangudi Luhur Vanlith Muntilan. Setelah data terkumpul, Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya kemudian diproses menggunakan SPSS for windows seri 17. Hasil analisis pengukuran Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya menunjukkan bahwa dari 80 item yang diujikan, terdapat 77 item yang baik dan 3 item yang tidak baik. Besarnya koefisien korelasi bergerak pada kisaran 0.223 sampai 0.731. Hasil uji daya beda item dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6

Tabel Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya Sebelum dan Sesudah Uji Coba

No. Item Baik No. Item Tidak Baik Aspek

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

(52)

35

Tabel 7 berikut ini menunjukkan spesifikasi item setelah dilakukan penelitian uji coba :

Tabel 7

Tabel Spesifikasi Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya Sesudah Uji Coba

Aspek No Item Favorable No Item Unfavorable Jumlah

Kontak Sosial 1, 6, 7, 14, 20, 21,

(53)

kelompok subjek (Azwar, 2000). Nilai reliabilitas dianggap memuaskan apabila mendekati 0.900.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS for windows seri 17, Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya memiliki koefisien Alpha Cronbach sebesar 0.966. Hasil koefisien alpha Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel.

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan teknik korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara distribusi sebaran variabel prediktor dan variabel kriterium dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal apabila signifikansi lebih besar dari 5% atau 0.05. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 5% atau 0.05, maka sebaran data tersebut tidak berdistribusi normal.

(54)

37

variabel. Data dinyatakan linear apabila dua variabel mempunyai signifikansi kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008).

2. Uji Hipotesis

(55)

38 A. Pelaksanaan Penelitian

1. Perijinan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin pada pihak SMA Pangudi Luhur Vanlith Muntilan. Peneliti melengkapi berkas permohonan ijin dengan membawa contoh alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian, surat permohonan ijin, dan surat keterangan penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penelitian yang akan dilaksanakan mencakup pelaksanaan uji coba alat ukur dan pengumpulan data penelitian.

2. Proses Penelitian

(56)

39

3. Data Demografi Subjek Penelitian

Usia subjek dalam penelitian ini berkisar dari 15 sampai 17 tahun. Subjek yang berusia 17 tahun sebanyak 61 subjek atau sebesar 43.57%. Jumlah subjek yang berusia 16 tahun sebanyak 58 subjek atau 41.43%, sedangkan yang berusia 15 tahun sebanyak 21 subjek atau 15%.

Berikut ini merupakan tabel data demografi subjek penelitian berdasarkan usia :

Tabel 8

Data Usia Subjek Penelitian

Usia Jumlah Persentase

15 tahun 21 15%

16 tahun 58 41.43%

17 tahun 61 43.57%

Jumlah 140 100%

B. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan SPSS for windows seri 17 dan hasilnya adalah sebagai berikut :

(57)

2. Nilai probabilitas (P) variabel kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya sebesar 0.346. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 yang menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya adalah normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan SPSS for windows seri 17. Nilai probabilitas pada penelitian ini sebesar 0.00. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel harga diri dan variabel kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya dapat dikatakan linier karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0.05.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana pada taraf signifikansi 5% (0.05) dengan perangkat lunak SPSS for windows seri 17. Uji hipotesis satu ekor (one tailed) dilakukan pada penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini

sudah mengarah, yaitu berarah positif.

(58)

41

dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Jadi, semakin tinggi harga diri remaja yang menjalani pendidikan di asrama maka semakin tinggi pula kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Sebaliknya, semakin rendah harga diri remaja yang menjalani pendidikan di asrama, maka semakin rendah pula kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.

Dari penelitian ini, diketahui bahwa r = 0.716 dan koefisien determinan (r²) sebesar 51%. Hal ini berarti harga diri memiliki sumbangan efektif sebesar 51% terhadap kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama, sedangkan 49% lainnya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

3. Hasil Tambahan

(59)

42

Tabel 9

Data Teoritis dan Empiris Skala Harga Diri dan Skala Melakukan Kecenderungan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

Mean menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada Skala Harga Diri. Mean teoritis merupakan rata-rata skor pada alat ukur penelitian, sedangkan mean empiris merupakan rata-rata skor data hasil penelitian. Mean teoritis pada Skala Harga Diri sebesar 96 dan mean empirisnya sebesar 116.31. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa harga diri pada subjek penelitian tergolong tinggi.

(60)

43

Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya sebesar 192.5 dan mean empirisnya sebesar 257.20. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritis dan dapat diartikan bahwa kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada subjek penelitian tergolong tinggi.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama. Dari analisis data yang telah dilakukan, terdapat nilai koefisien korelasi antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya sebesar 0.716 dengan nilai pobabilitas 0.00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama. Hal ini berarti semakin tinggi skor harga diri, maka semakin tinggi pula skor kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Sebaliknya, semakin rendah skor harga diri, maka semakin rendah pula skor melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.

(61)

cenderung responsif terhadap lingkungannya. Individu yang memiliki harga diri positif cenderung berhasil dalam memenuhi harapan lingkungan sosialnya (Coopersmith dalam Burn, 1993). Sebaliknya, remaja dengan harga diri rendah akan cenderung meremehkan diri sendiri. Hal ini menyebabkan individu menjadi tidak memiliki kepercayaan diri sehingga kurang responsif terhadap lingkungannya, dan cenderung menarik diri dari interaksi sosial.

Melalui hasil penelitian, dapat diketahui bahwa harga diri memiliki peran yang sangat penting bagi remaja yang menjalani pendidikan di asrama dalam interaksi sosialnya, terutama dengan teman sebaya. Dalam penelitian ini, harga diri memiliki sumbangan efektif sebesar 51% terhadap kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama sedangkan 49% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil dari penelitian ini juga turut membuktikan teori yang didasarkan pada penelitian Leary, Tambor, Terdal, dan Downs (1995) yang menemukan bahwa individu dengan harga diri tinggi akan lebih kompeten dan sadar akan gejala-gejala sosial di lingkungannya sehingga membuat individu lebih responsif dengan orang lain. Di sisi lain, individu dengan harga diri yang rendah akan merasa tidak percaya diri sehingga cenderung menarik diri dari pergaulan dan memiliki dorongan yang rendah untuk melakukan interaksi sosial dengan orang lain.

(62)

45

teman-temannya. Selain itu, Pierce (dalam Chen, Huang, dan Tjosvold, 2005) mengemukakan bahwa individu dengan harga diri yang rendah akan cenderung memiliki kekhawatitan yang tinggi dalam menghadapi lingkungan dan lebih bersikap pasif dalam keterlibatannya saat berinteraksi dengan orang lain. Melalui hasil penelitian-penelitian yang sudah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara harga diri dan kecenderungan individu untuk melakukan interaksi sosial.

Subjek dalam penelitian ini tergolong memiliki harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya yang tinggi. Subjek penelitian merupakan siswa-siswi yang tinggal di lingkungan asrama selama kurang lebih 1 sampai 2 tahun. Lingkungan asrama memungkinkan individu yang tinggal di dalamnya untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya secara intensif (Sears, 1994). Lingkup ruang tinggal yang berdekatan satu sama lain dan kesamaan jadwal kegiatan cenderung membuat siswa-siswi melakukan kegiatan kesehariannya secara bersama-sama. Hal tersebut menjadi salah satu faktor pendorong tingginya kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada subjek penelitian.

(63)
(64)

47 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara harga diri dan kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama. Semakin tinggi harga diri remaja yang menjalani pendidikan di asrama, maka semakin tinggi pula kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Sebaliknya, semakin rendah harga diri remaja yang menjalani pendidikan di asrama maka semakin rendah pula kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Remaja

(65)

terhadap pujian dari orang lain. Selain itu, remaja diharapkan mau membuka diri untuk berinteraksi dengan teman sebaya maupun lingkungan sekitarnya.

2. Pendamping di Sekolah

Pendamping di sekolah memiliki andil yang cukup besar dalam mengolah dan meningkatkan harga diri positif yang dimiliki remaja agar remaja memiliki kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Selain itu, pendamping sekolah memiliki banyak kesempatan untuk mengamati pola interaksi sosial remaja dengan teman sebayanya di lingkungan sekolah. Pendamping di sekolah dapat membantu mengembangkan harga diri positif dan kecenderungan berinteraksi dengan teman sebaya pada remaja dengan cara, memberikan kesempatan pada remaja untuk melakukan komunikasi dua arah pada kelas konseling dan pengadaan kegiatan outbound di alam terbuka yang dapat mendorong terjalinnya interaksi antara siswa yang satu dengan lainnya.

3. Peneliti Selanjutnya

(66)

49

(67)

50

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad., Asrori, Mohammad. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrama dan Pendidikan. (2008, 13 Maret). Diunduh pada 23 Mei 2010 dari http://petak.wordpress.com/2008/03/13/asrama-dan-pendidikan/

Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Azwar, S. (2000). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Baldwin, Mark., Keelan, John. (1999). Interpersonal Expectations as a Function of

Self-Esteem and Sex. Journal of Social and Personal Relationship 16:822.

Diunduh pada 6 Oktober 2009 dari:

http://spr.sagepub.com/cgi/content/abstract/16/6/822.

Bunuh Diri, Merasa Diri Tidak Berarti. (2007, 20 Juli). Kompas. Diunduh pada 9 Januari 2010 dari http://untouch.wordpress.com/2007/09/03/bunuh-diri-merasa-diri-tidak-berarti/

Burn, R.B (1993). Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Chen, Yi Feng., Huang Xu., & Tjosvold Dean. (2005). Similarity in Gender and Self-Esteem for Supportive Peer Relationships: The Mediating Role of Cooperative Goals. Journal of Social and Personal Relationship.

Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecendents of Self-Esteem. San Fransisco: Freeman Company.

Deauna, Melecio. (1996). Elementary Statistics for Basic Education. Quezon City: Phoenix Publishing.

Feldman, R. Duskin., Papalia, Diane., & Olds, Sally Wendkos. (2007). Human Development Tenth Edition. New York: McGraw Hill.

(68)

51

Herkusumaningtyasrini, Theresia. (2001). Korekasi antara Harga Diri dengan Interaksi Sosial pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Hurlock, E. B. (1998). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Leary, M. R., Tambor, E. S., Terdal, S. K., & Downs, D. L. (1995). Self- esteem as an interpersonal monitor : The Sociometer Hypothesis. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 68 p 518-530.

Lopes, Shane. J., Snyder C. R. (2003). Positive Pychological Assesment. Washington DC : APA

Mengajarkan Ketrampilan.Sosial pada Anak Pemalu. (2010, 10 Februari). Pikiran

Rakyat. Diunduh pada 15 Februari 2010 dari Statistik. Jakarta: Buku Kita

Pudjijogyati, Clara. (1995). Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcon Sanapiah, Faizal. (1995). Format-format Penelitian Sosial. Dasar-dasar Aplikasi.

Jakarta: Rajawali Pers

Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

(69)

Sarwono, Sarlito., Meinarno, Eko. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Savary, Louis., Berne, Patricia. (1988). Membangun Harga Diri Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Sears, O. David., Freedman, J. L., & Peplau, A (1994). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Soekanto, Soerjono. (1996). Remaja dan Masalah-Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.

(70)

53

LAMPIRAN I

(71)

54

Estimasi Reliabilitas Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

Case Processing Summary

N %

Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Cases

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.966 77

(72)

55

Uji Daya Beda Item Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

item1 250.98 604.510 .223 .966

item2 251.36 594.439 .463 .966

item3 251.50 593.276 .375 .966

item4 251.20 598.408 .412 .966

item5 251.58 590.371 .419 .966

item6 250.86 597.307 .467 .966

item7 250.96 600.121 .372 .966

item8 250.98 597.938 .505 .966

item9 251.06 595.282 .440 .966

item10 250.98 591.653 .589 .965

item11 251.20 599.714 .364 .966

item12 251.14 594.490 .427 .966

item13 250.98 595.530 .343 .966

item14 251.22 590.828 .520 .966

item15 251.06 589.609 .731 .965

item16 251.22 594.624 .531 .966

item17 251.04 594.447 .583 .965

item18 250.92 603.218 .247 .966

item19 251.08 589.626 .625 .965

item20 250.90 594.255 .637 .965

item21 251.14 591.919 .548 .966

item22 251.16 592.178 .549 .966

item23 251.06 596.343 .519 .966

(73)

item25 250.96 591.141 .727 .965

item26 251.16 595.484 .572 .966

item27 251.34 592.351 .569 .965

item28 251.00 594.245 .481 .966

item29 250.84 592.831 .637 .965

item30 251.16 598.015 .513 .966

item31 251.18 591.987 .597 .965

item32 251.20 596.408 .523 .966

item33 250.94 595.160 .492 .966

item34 251.02 591.081 .658 .965

item35 251.10 596.255 .595 .966

item36 251.12 593.863 .608 .965

item37 251.16 599.362 .578 .966

item38 250.82 592.273 .710 .965

item39 250.92 591.953 .539 .966

item40 250.82 596.844 .483 .966

item41 251.04 591.631 .693 .965

item42 251.56 599.762 .321 .966

item43 251.62 596.689 .341 .966

item44 251.12 593.087 .691 .965

item45 250.92 595.177 .557 .966

item46 251.20 597.755 .469 .966

item47 251.26 597.584 .485 .966

item48 251.18 599.212 .535 .966

item49 251.10 594.582 .613 .965

item50 251.38 596.118 .384 .966

item51 251.08 592.198 .695 .965

item52 251.30 589.480 .602 .965

item53 251.40 592.939 .607 .965

item54 251.04 593.386 .548 .966

item55 251.06 600.017 .450 .966

item56 251.28 592.900 .449 .966

(74)

57

item58 251.58 596.044 .365 .966

item59 251.28 597.716 .498 .966

item60 251.04 601.100 .354 .966

item61 251.14 603.592 .260 .966

item62 251.30 593.847 .587 .965

item63 251.38 595.138 .453 .966

item64 251.46 592.702 .573 .965

item65 251.28 599.022 .488 .966

item66 250.82 594.477 .573 .966

item67 250.98 591.979 .612 .965

item68 251.08 589.912 .587 .965

item69 251.28 600.083 .322 .966

item70 251.04 594.529 .628 .965

item71 250.80 595.102 .594 .965

item72 251.06 590.466 .621 .965

item73 251.20 595.918 .590 .966

item74 251.22 592.828 .595 .965

item75 250.96 593.264 .531 .966

item76 251.02 592.265 .615 .965

item77 251.56 589.272 .581 .965

item78 251.16 598.056 .569 .966

item79 251.30 600.500 .365 .966

item80 250.88 600.761 .337 .966

(75)

58

(76)
(77)

60

item60 241.12 582.924 .353 .966 item62 241.38 575.587 .593 .966 item63 241.46 577.029 .453 .966 item64 241.54 574.213 .587 .966 item65 241.36 580.643 .497 .966 item66 240.90 576.255 .577 .966 item67 241.06 573.813 .615 .966 item68 241.16 571.933 .585 .966 item69 241.36 581.949 .319 .966 item70 241.12 576.393 .629 .966 item71 240.88 576.883 .598 .966 item72 241.14 572.327 .624 .966 item73 241.28 578.042 .579 .966 item74 241.30 574.582 .601 .966 item75 241.04 575.264 .527 .966 item76 241.10 574.173 .616 .966 item77 241.64 571.133 .584 .966 item78 241.24 579.819 .573 .966 item79 241.38 582.567 .354 .966 item80 240.96 582.774 .328 .966

(78)

61

LAMPIRAN II

(79)

62

Deskriptif Statistik

a. Variabel Harga Diri

Harga Diri 140 116.31 7.262 .614

One-Sample Test

Difference Lower Upper

Harga Diri 33.088 139 .000 20.307 19.09 21.52

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Harga Diri 140 106 141 116.31 7.262

Interaksi Sosial 140 201 304 257.20 28.916 Valid N (listwise) 140

(80)

63

b. Variabel Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

One-Sample Statistics

N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Interaksi sosial 140 257.20 28.916 2.444

One-Sample Test

Test Value = 192.5

95% Confidence Interval of the Difference

t df

Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper Interaksi

sosial

(81)

64

Asymp. Sig. (2-tailed) .079 .346

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Linearity 59578.945 1 59578.945 137.696 .000 Between

Within Groups 48027.841 111 432.683

(82)

65

Uji Korelasi

Correlations

HARGA_DI RI

INTERAKSI_ SOSIAL Pearson Correlation 1 .716**

Sig. (1-tailed) .000

Harga Diri

N 140 140

Pearson Correlation .716** 1 Sig. (1-tailed) .000

Interaksi Sosial

N 140 140

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

(83)

LAMPIRAN III

Skala Harga Diri dan Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya

(84)

67

Petunjuk Pengerjaan

Isilah data diri di bagian identitas dengan lengkap, coret yang tidak perlu.

Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda centang (v) pada masing-masing pernyataan.

Keterangan pilihan jawaban : SS : Sangat Setuju S : Setuju

N : Netral TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Isilah semua pernyataan yang ada sesuai dengan kondisi diri Anda yang sebenarnya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah.

Pernyataan pada Skala A berisi tentang harga diri remaja dan Skala B berisi tentang kecenderungan melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja.

Selamat Mengerjakan

(85)

68 ketidaksetujuan terhadap pendapat yang diyakini banyak orang

4. Saya cenderung tidak bisa menolak ajakan teman untuk mengerjakan hal-hal yang sebenarnya kurang saya minati

5. Orang tua saya tidak kesulitan membicarakan aturan kepada saya 6. Untuk mencapai hasil yang memuaskan,

saya bisa bertindak tidak jujur

7. Teman-teman saya sering meremehkan kemampuan yang saya miliki

lagi melakukan kontak (telepon, email, dll) dengan saya

(86)

69 20. Melanggar aturan bukanlah suatu masalah

(87)

70

Pilihan Jawaban

No Pernyataan

SS S N TS STS 26. Orang tua saya bangga menceritakan

keberhasilan-keberhasilan saya

27. Saya sedih melihat prestasi akademis yang saya miliki

28. Saya banyak menjadi beban dalam tugas-tugas kelompok

29. Saya pesimis dapat mencapai cita-cita dengan kemampuan yang saya miliki 30. Banyak teman berkonsultasi dengan saya

sebelum memutuskan sesuatu yang penting 31. Saya puas dengan prestasi akademis yang

saya miliki

32. Saya takut melakukan sesuatu yang berbeda dengan kelompok

(88)

71

yang beranggotakan teman-teman seumuran

2. Saya lebih senang menyendiri di dalam kamar

3. Saya merasa canggung apabila berada di tengah-tengah kumpulan teman sebaya 4. Saya lebih senang mengerjakan tugas

secara individual daripada bersama teman 5. Saya merasa senang saat tidak ada teman-kebahagiaan saya sendiri daripada menceritakannya pada teman-teman 9. Saya menghindari kontak mata apabila

bertemu dengan teman

10. Saya akan menyapa sekelompok teman yang sedang berkumpul

(89)

72 nyaman tanpa kehadiran teman meskipun sedang mengalami suatu masalah

13. Saat memiliki masalah, saya memilih menyelesaikannya sendiri tanpa kehadiran teman

14. Mengerjakan tugas dalam kelompok bersama teman-teman dapat meringankan beban saya

15. Saya kurang tertarik mendengarkan keluhan dari teman-teman

16. Saya tidak menggunakan ekpresi wajah maupun gerak tubuh saat mengobrol dengan teman

17. Saya lebih senang mengisi kekosongan waktu dengan mengobrol bersama teman-teman

18. Saya menghindari aktifitas-aktifitas yang melibatkan kehadiran teman-teman 19. Saya lebih senang menikmati kesendirian

Gambar

Tabel 2
Tabel Spesifikasi Item-item Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya
Tabel 5
Tabel Skala Kecenderungan Melakukan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya Sebelum dan Sesudah Uji Coba
+4

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA SMP NEGERI 2

Tujuan penelitian mengetahui:1) Mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dan konsep diri dengan kedisiplinan siswa; 2) Mengetahui sumbangan efektif interaksi teman

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan interaksi teman sebaya dengan perilaku konsumtif pada remaja di SMAN 2 Ngawi. Interaksi teman sebaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja, untuk mengetahui tingkat interaksi teman

Seorang remaja harus mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik terutama dengan teman sebaya di sekolah, karena remaja memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berelasi dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: hubungan positif antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi teman sebaya dengan perilaku sosial anak, mengetahui perilaku sosial anak usia dini, serta mengetahui

terdapat hubungan positif yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada remaja di SMP Negeri 1 Sukoharjo, koefisien korelasi rx 2