• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Rumput gajah diperoleh berasal dari kebun rumput di sekitar kandang sapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Rumput gajah diperoleh berasal dari kebun rumput di sekitar kandang sapi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian 3.3.1 Bahan Pakan

Bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum penelitian sebagai berikut :

1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah diperoleh berasal dari kebun rumput di sekitar kandang sapi perah milik Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (UKM Kelompok Studi Profesi Ternak Perah). Rumput gajah hasil panen dicacah 2-3 cm menggunakan Choper kemudian dijemur selama 7 hari. Rumput gajah kering kemudian digiling menjadi tepung. Kandungan nutrisi rumput gajah disajikan pada Tabel 3.

2. Silase Biomasa Jagung (Zea mays L.)

Bahan baku pembuatan silase biomassa jagung adalah bagian aerial tanaman jagung utuh usia 100 hari. Biomassa tanaman jagung digunakan sebagai bahan pembuatan silase. Biomassa jagung yang digunakan berasal dari petani daerah Cimalaka-Sumedang. Kandungan nutrisi silase biomassa jagung disajikan pada Tabel 3.

3. Hay Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

Hay daun kaliandra yang digunakan berasal dari hasil proses pengeringan dari daun utuh kaliandra (tanpa tangkai dan ranting daun). Jenis kaliandra yang

(2)

dipakai adalah kaliandra bunga merah. Kandungan nutrisi hay daun kaliandra disajikan pada Tabel 3.

4. Umbi Singkong (Manihot esculenta)

Umbi singkong yang digunakan berasal dari pasar Cileunyi. Sebelum digunakan umbi singkong (termasuk kulit umbi) harus dibersihkan terlebih dahulu sehingga terbebas dari tanah kemudian diiris tipis serta dijemur selama 7 hari. Umbi singkong kering digiling menjadi tepung. Kandungan nutrisi umbi singkong disajikan pada Tabel 3.

5. Molases

Molases berasal dari KSU Tandangsari Tanjungsari-Sumedang. Molases digunakan sebagai aditif untuk pembuatan silase biomassa jagung. Dosis penggunaan molases sebagai aditif ini sebanyak 1% dari berat segar biomassa jagung yang akan dibuat silase.

6. Konsentrat

Konsentrat yang digunakan disusun berdasarkan pada SNI No. 3148.1:2009 untuk sapi perah produktif. Bahan baku pembutan konsentrat diperoleh dari KSU Tandangsari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Kandungan nutrisi konsentrat disajikan pada Tabel 3.

(3)

Bahan pakan diatas memiliki kandungan nutrisi yang masing-masing kandungannya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penelitian Berdasarkan Bahan Kering No. Bahan Pakan Kandungan BK Abu PK LK SK BETN TDN --- % --- 1 Rumput Gajah 80,12 13,50 11,50 2,56 22,58 49,86 63,94 * 2 Silase Biomassa Jagung 95,34 6,4 9,95 2,69 25,51 55,45 62,00* 3 Konsentrat 91,18 10,16 16,52 9,32 17,14 46,86 71,24** 4 Hay Daun Kaliandra 75,68 7,25 24,13 2,35 18,01 48,26 68,62 *** 5 Umbi Singkong 91,19 11,34 1,69 1,34 12,21 73,42 62,97 * Sumber :

Hasil Analisis Kimia di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2015).

Keterangan :

 Dihitung dengan rumus TDN = 70,6 + 0,259 PK + 1,01 LK – 0,76 SK +0,0991 BETN (Sutardi, 2001).

** Dihitung dengan rumus TDN = 2,79 + 1,17 PK + 1,74 LK - 0,295 SK + 0,810 BETN (Sutardi, 2001).

*** Dihitung dengan rumus TDN = 3,17 + 0,64 PK + 2,08 LK - 0,0675 SK+ 0,940 BETN (Sutardi, 2001).

(4)

Adapun penyusunan ransum penelitian disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4. Formulasi Ransum Perlakuan Berdasarkan Bahan Kering

No Bahan Pakan Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5 --- % --- 1 Rumput Gajah 15 15 15 15 15 2 Silase BJ 45 45 45 45 45 3 Konsentrat 36 34 32 30 28 4 Hay Daun Kaliandra 4 4 4 8 8 5 Umbi Singkong - 2 4 2 4 Total 100 100 100 100 100

Kandungan nutrien dari penyusunan ransum penelitian disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering

No Kandungan Nutrien Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5 ---%--- 1 Bahan Kering 81,74 81,74 81,74 81,12 81,12 2 Abu 8,85 8,88 8,90 8,76 8,78 3 Protein Kasar 13,11 12,82 12,52 13,12 12,83 4 Lemak Kasar 5,04 4,88 4,72 4,61 4,45 5 Serat Kasar 21,76 21,66 21,56 21,69 21,59 6

Bahan Ekstrak Tanpa

Nitrogen 51,23 51,76 52,29 51,82 52,35

(5)

3.3.2 Bahan Kimia dan Reagen 1. Cairan Rumen

Cairan rumen berasal dari RPH Ciroyom, Bandung. Cairan rumen ini berasal dari sapi perah FH jantan. Prosedur pengambilan cairan rumen dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Saliva Buatan

Saliva buatan dibuat berdasarkan metode McDougall (1948) yang dikutip oleh Tilley dan Terry (1963). Penggunaan saliva buatan berfungsi utama sebagai larutan buffer, yaitu untuk menjaga agar pH cairan rumen berada dalam kisaran 6,8 – 7,0. Fungsi lain saliva buatan ini digunakan sebagai medium untuk proses pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen in vitro. Adapun prosedur lengkap pembuatan saliva buatan tercantum pada Lampiran 2.

3. Gas Karbondioksida

Gas karbondioksida digunakan untuk mengkondisikan suasana anaerob dalam tabung fermentor sebelum fermentasi anaerob berlangsung oleh mikroba rumen in vitro. Karbondioksida dihembuskan ke dalam tabung sehingga oksigen terdesak keluar dan digantikan oleh karbondioksida sehingga tabung tetap anaerob.

4. HgCl2

HgCl2 digunakan untuk membunuh mikroba pada proses akhir in vitro tahap fermentasi. Kematian mikroba menyebabkan aktivitas fermentasi terhenti.

(6)

3.2 Peralatan Penelitian

1. Seperangkat Peralatan Pengambilan Cairan Rumen

Peralatan yang digunakan adalah thermos kapasitas 500 ml sebagai wadah penampung cairan rumen, dan kain saring muslin. Prosedur pengambilan cairan rumen dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Seperangkat Peralatan Analisis in vitro

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, tabung in vitro dengan penutup karet berpentil (klep), waterbath dengan heater thermoregulator, thermometer, tabung gas CO2.

3. Peralatan Ensilase

Peralatan yang digunakan adalah kantong plastik ukuran 70 cm X 40 cm untuk pembuatan silase sebanyak 5 kg.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Prosedur Pembuatan Silase Biomassa Jagung

1. Biomassa jagung dilayukan selama 24 jam dan dicacah dengan ukuran 2- 3 cm.

2. Cacahan biomassa jagung segar ditimbang sebanyak 5 kg untuk masing-masing perlakuan, kemudian ditebarkan di atas alas plastik secara merata. 3. Molases disiramkan di atas hamparan biomassa jagung. Dosis molases

sebanyak 1% dari berat segar biomassa jagung (50 g). Molases diaduk bersama biomassa jagung hingga homogen.

(7)

4. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik sebagai silo.

5. Sampel dipadatkan untuk mengeluarkan oksigen semaksimal mungkin dari dalam plastik.

6. Kantong plastik diikat dengan rapat menggunakan karet gelang.

7. Sampel tersebut diinkubasi (ensilase) selama 21 hari hingga menjadi silase. 8. Setelah 21 hari silo dibuka dengan membuka ikatan karet gelang. Silase biomassa jagung dikeluarkan kemudian dijemur selama 7 hari dan selanjutnya digiling menjadi tepung.

3.3.2 Prosedur Pembuatan Hay Daun Kaliandra

1. Daun kaliandra beserta tangkai dan rantingnya diletakkan ke dalam wadah yang dialasi kertas koran.

2. Daun kaliandra dikeringkan (diangin-angin) selama 7 hari.

3. Daun kaliandra yang telah kering dipisahkan dari tangkai dan ranting dengan cara digoyang hingga daun rontok dari tangkai dan rantingnya. 4. Bagian daun utuh dipisahkan dari tangkai dan rantingnya kemudian hay

daun kaliandra digiling menjadi tepung.

3.3.3 Prosedur Penyusunan Konsentrat dan Ransum Penelitian

1. Dilakukan penyusunan konsentrat dengan bahan-bahan konsentrat meliputi dedak halus, pollard, onggok, tetes, mineral, urea, bungkil kelapa, kapur (CaCO3), dan tepung tulang.

2. Bahan pakan yang telah dihitung formulasinya dicampurkan secara homogen.

(8)

3. Konsentrat digiling hingga ukuran partikelnya homogen. 4. Dilakukan penyusunan ransum sesuai SNI 2009 No. 3148. 3.3.4 Pengujian Fermentabilitas in vitro

Langkah-langkah pelaksanaan in vitro adalah sebagai berikut : Persiapan sampel untuk analisis in vitro.

1. Tabung in vitro kapasitas 150 ml disiapkan sebanyak 20 botol, kemudian diberi label sesuai perlakuan.

2. Sampel ditimbang sebanyak satu gram dengan menggunakan timbangan digital untuk masing – masing perlakuan.

3. Sampel dimasukkan ke dalam tabung in vitro sesuai dengan label yang ditentukan.

4. Larutan Mc.Doughall sebanyak 40 ml dan cairan rumen sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung yang berisi sampel.

5. Cairan rumen ditambahkan sambil terus dialiri gas CO2, kemudian ditutup dengan tutup berfentil.

6. Tabung in vitro dimasukkan ke dalam rak yang telah tersedia di dalam waterbath dengan pengaturan suhu 39-40o C.

7. Lama inkubasi selama 3 jam. Selama inkubasi dilakukan pengocokan secara kontinyu setiap 30 menit sekali.

8. Setelah tiga jam, kemudian membuka tabung in vitro dan ditetesi HgCl2 jenuh guna membunuh mikroba. Isi tabung in vitro dipindahkan ke tabung sentrifuge untuk sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit.

(9)

Bagian yang cair (supernatan) diambil untuk digunakan analisis VFA dan NH3.

3.3.5 Peubah yang Diamati A. Konsentrasi VFA

Konsentrasi asam lemak terbang diukur dengan metode penyulingan uap (General Laboratory Procedure, 1966). Prinsipnya adalah H2SO4 15% akan menguapkan dan memecah asam lemak terbang melalui tabung pendingin, terkondensasi dan ditampung dengan Erlenmeyer. Sebelum dititrasi dengan menggunakan asam klorida 0,5 M, terlebih dahulu larutan sampel ditambahkan phenopthalein 2% dan NaOH sebagai indikator sehingga pada proses titrasi terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi bening.

Pengukuran kadar VFA total ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

VFA total (mM) = (a-b) x c x 1000/5 Keterangan:

a = Volume titran HCl pada blanko b = Volume titran HCl pada sampel c = Normalitas HCl

5 = Volume supernatan yang digunakan B. Konsentrasi NH3

Konsentrasi amonia diukur dengan menggunakan dengan menggunakan teknik Mikrodifusi Conway (General Laboratory Procedure, 1966). Cawan conway terdiri atas tiga ruangan bersekat. Ditengahnya terdapat sebuah cawan

(10)

kecil dan dua ruang lain terletak diluar lingkaran. Adapun tahapan pengukurannya adalah sebagai berikut:

(1) Satu ml Asam borat 5% berindikator metil merah dimasukkan menggunakan pipet ke dalam cawan kecil dibagian tengah

(2) Supernatan sebanyak satu ml ditempatkan ke salah satu ruang sekat dan menempatkan NaOH jenuh sebanyak satu ml ke sisi yang berbeda di ruang yang sama.

(3) Tutup cawan diolesi dengan vaselin dan menutup cawan secara rapat.

(4) Melakukan pengocokkan cawan sampai supernatan dan NaOH tercampur rata (homogen), membiarkan 24 jam pada suhu kamar.

(5) Amonia yang keluar diikat oleh asam borat, selanjutnya dilakukan titrasi dengan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan warna dari warna biru menjadi merah muda.

Konsentrasi NH3 dalam rumen dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut:

(11)

3.3.6 Rancangan Percobaan dan Analisis statistik

Percobaan dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan terdiri atas 5 perlakuan, masing-masing diulang 4 kali. Ransum terdiri atas Rumput Gajah (RG), Silase Biomassa Jagung (SBJ), Konsentrat (K), Hay Daun Kaliandra (HDK), dan Umbi Singkong (US). Ransum perlakuan berupa substitusi sebagian konsentrat oleh hay daun kaliandra dan umbi singkong adalah sebagai berikut:

R1 = 15% RG + 45% SBJ + 36% K + 4% HDK

R2 = 15% RG + 45% SBJ + 34% K + 4% HDK + 2% US R3 = 15% RG + 45% SBJ + 32% K + 4% HDK + 4% US R4 = 15% RG + 45% SBJ + 30% K + 8% HDK + 2% US R5 = 15% RG + 45% SBJ + 28% K + 8% HDK + 4% US

Data kemudian diuji dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Adapun model matematika dan rancangan yang digunakan, yaitu :

Model matematik menurut Gazperz (1991) adalah sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑗 = µ+ τ𝑖 + ε𝑖𝑗

Keterangan:

𝑌𝑖𝑗 : Respon hasil pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai rata-rata umum

τ𝑖 : Pengaruh perlakuan ke-i

ε𝑖𝑗 : Galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j i : Perlakuan ke-i (1,2,3,4,5)

(12)

Hipotesis yang diuji :

𝐻0 : Pengaruh perlakuan 𝑅1 = 𝑅2 = 𝑅3 = 𝑅4 = 𝑅5

𝐻1 : Pengaruh perlakuan 𝑅1 ≠ 𝑅2 ≠ 𝑅3 ≠ 𝑅4 ≠ 𝑅5, atau paling sedikit ada satu pasang perlakuan yang berbeda.

Tabel 6. Daftar Sidik Ragam Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 Perlakuan 4 JKP JKP/db KTP/KTG 3,05 Galat 15 JKG JKG/db Total 19 JKT Keterangan: db = Derajat bebas JK = Jumlah kuadrat KT = Kuadrat tengah Kaidah keputusan:

1. Bila Fhitung ≤ Ftabel; berbeda tidak nyata (non significant) atau terima 𝐻0. 2. Bila Fhitung ˃ Ftabel; berbeda nyata (significant) atau tolak 𝐻0.

Selanjutnya untuk menguji perbedaan antar perlakuan digunakan uji Jarak Berganda Duncan :

LSR = SSR x √KTg r

Keterangan :

LSR : Least Significant Range SSR : Studentized Significant Range KTg : Kuadrat Tengah Galat

r : Ulangan Kaidah Keputusan :

(1) Apabila d ≤ LSR maka tidak berbeda nyata (terima H0)

(13)

2.3.7 Tataletak Percobaan

R1U1 R2U3 R5U3 R3U2

R2U1 R1U2 R3U1 R5U4

R2U3 R5U1 R1U3 R3U1

R3U2 R4U1 R2U4 R4U3

R5U2 R4U2 R3U4 R1U4

Keterangan : P : Perlakuan U : Ulangan

Gambar

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penelitian Berdasarkan Bahan Kering  No.  Bahan  Pakan  Kandungan  BK  Abu  PK  LK  SK  BETN  TDN  -------------------------------- %   ------------------------------------  1  Rumput  Gajah  80,12  13,50  11,50  2,56  22,58  49,86  63,94 * 2  Silase  Biomassa  Jagung  95,34  6,4  9,95  2,69  25,51  55,45  62,00 * 3  Konsentrat  91,18  10,16  16,52  9,32  17,14  46,86  71,24 ** 4  Hay Daun  Kaliandra   75,68  7,25  24,13  2,35  18,01  48,26  68,62 *** 5  Umbi  Singkong   91,19  11,34  1,69  1,34  12,21  73,42  62,97 * Sumber :
Tabel 5. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering

Referensi

Dokumen terkait

Nilai tersebut menunjukkan bahwa pellet ransum komplit dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar sebagai substitusi daun rumput gajah memiliki kualitas

Penggunaan aditif tepung gaplek pada pembuatan silase rumput gajah dengan berbagai level tepung gaplek dengan penambahan isolate bakteri asam laktat dari cairan

Bibit yang sudah dipilih kemudian ditanam pada petak yang sudah disiapkan dengan kedalaman satu ruas dalam tanah untuk rumput gajah kate, sedangkan leguminosa (centro dan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap sapi PO dan PFH yang diberi pakan rumput Gajah, ampas tahu dan singkong, dapat disimpulkan bahwa sapi PO dan PFH

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui imbangan yang optimal antara hijauan rumput gajah Pennisetum purpureum dan konsentrat yang berpengaruh paling baik terhadap kandungan