• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORETIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORETIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1. Pengertian Piutang

Menurut Niswonger dkk. (1999): “istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.”

Dalam Standar Akuntansi Asuransi Kerugian (1994), disebutkan bahwa: “Piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang underwriting dan non underwriting

(piutang lain-lain). Piutang underwriting terdiri dari piutang premi dan piutang re-asuransi”.

Sedangkan pengertian dari underwriting yaitu kegiatan yang berkaitan dengan seleksi resiko atau pengelolaan risiko yang ditawarkan perusahaan asuransi, termasuk menetapkan tingkat premi dan ketentuan-ketentuan lain yang akan diterapkan atas penjualan jasa asuransi kepada tertanggung.

Selain daripada itu, dalam kegiatan ini ditentukan jumlah nilai pertanggungan yang akan menjadi bagian tanggung jawab pihak re-asuransi dan yang akan ditanggung sendiri oleh perusahaan asuransi (retain). Kegiatan underwriting ini menimbulkan premi dan apabila penjualan jasa asuransi dilakukan secara kredit maka akan menimbulkan Piutang Underwriting. Piutang premi merupakan bagian dari Piutang Underwriting.

Menurut Standar Akuntansi Asuransi Kerugian (1994): “bahwa piutang premi meliputi tagihan premi kepada Tertanggung/Agen/Broker, dan perusahaan Asuransi (ceding company) sebagai akibat adanya transaksi asuransi. Piutang dicatat sebesar jumlah nominalnya, dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (piutang ragu-ragu). Dalam hal perusahaan asuransi memberikan diskon premi kepada

(2)

Tertanggung, maka diskon tersebut langsung dikurangkan dari piutang preminya. Piutang premi ini dapat disebut sebagai piutang usaha atau piutang dagang”.

2.2. Ruang Lingkup Piutang

Perusahaan yang memiliki kelebihan kapasitas dan biaya variabel yang rendah cenderung melakukan invasi penjualan secara kredit, sehingga meningkatkan jumlah piutang. Sebaliknya, perusahaan dengan operasional yang optimal dan margin laba yang rendah akan sangat berhati-hati memperluas penjualan kredit. Kebijakan kredit yang optimal dan tingkat piutang yang optimal bergantung kepada kondisi operasional perusahaan.

Menurut Weston dan Brigham (1997), jumlah piutang usaha ditentukan oleh dua faktor yaitu volume penjualan kredit dan jangka waktu rata-rata di antara penjualan dan penagihan. Apabila perusahaan dapat beroperasi secara stabil, maka akan timbul kondisi: Piutang usaha = Penjualan kredit per hari x Jangka waktu penagihan

Namun apabila salah satu unsur yaitu penjualan kredit ataupun lamanya periode penagihan mengalami perubahan, maka piutang usaha mengalami perubahan, sehingga diketahui bahwa jumlah piutang usaha bergantung kepada tingkat penjualan maupun periode penjualan dan setiap kenaikan piutang usaha membutuhkan pembiayaan, walaupun seluruh piutang usaha tidak dibiayai karena di dalamnya terkandung unsur laba yang tidak merupakan pengeluaran kas, dengan asumsi bahwa kemungkinan pembiayaan berasal bank, membeli secara kredit, menjual obligasi ataupun saham biasa.

2.2.1. Penggolongan Kredit

Menurut Sutojo (1997), berdasarkan kolektifibilitas yaitu tingkat pembayaran kembali kredit, ada dua golongan kredit yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah.

(3)

1. Kredit Lancar bilamana memenuhi kriteria:

a. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga; atau

b. Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi belum melampaui satu bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya kurang dari satu bulan; atau belum melampaui tiga bulan, bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya secara bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan; atau belum melampaui enam bulan, bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan empat bulanan atau lebih; atau

c. Terdapat tunggakan bunga, tetapi belum melampaui satu bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan; atau belum melampaui tiga bulan bagi kredit yang masa angsurannya lebih dari satu bulan.

2. Kredit Bermasalah terdiri dari: 1. Kredit Kurang Lancar, bilamana:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui masa satu bulan dan belum melampaui masa dua bulan, bagi kredit dengan masa angsuran kurang dari satu bulan; atau melampaui tiga bulan dan belum melampaui enam bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan; atau melampaui enam bulan, tetapi belum melampaui masa dua belas bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan enam bulan atau lebih; atau

b. Terdapat tunggakan bunga yang melampaui masa satu bulan, tetapi belum melampaui masa tiga bulan, bagi kredit dengan angsuran kurang dari

satu bulan; atau melampaui masa tiga bulan, tetapi belum melampaui masa enam bulan, bagi kredit yang masa angsurannya lebih dari satu bulan.

(4)

2. Kredit Diragukan, bilamana kredit tersebut tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar dan kredit kurang lancar, namun berdasarkan hasil penilaian kreditur dapat disimpulkan bahwa:

a. Kredit tersebut masih dapat diselamatkan, serta nilai jaminan kreditnya tidak kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman pokok dan bunga yang tertunggak; atau

b. Kredit tersebut tidak dapat diselamatkan, tetapi nilai jaminan kreditnya tidak kurang dari 100% nilai kredit dan bunga tertunggak.

3. Kredit Macet, bilamana:

a. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit diragukan; atau

b. Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu dua puluh satu bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; atau

c. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.

2.2.2. Pemrakiraan dan Pengendalian Piutang

Pengelolaan piutang yang dilakukan secara efektif berkaitan erat dengan ketersediaan kas. Oleh karena itu yang sering menjadi permasalahan utama dalam pengelolaan piutang adalah dalam hal pemrakiraan jangka waktu piutang. Pemrakiraan dan pengendalian piutang dilakukan untuk menghindarkan piutang tak tertagih dengan menggunakan metode proyeksi Days Sales Outstanding (DSO) atau Days Sales in Receivable.

(5)

Semakin cepat piutang menjadi kas, menandakan bahwa perusahaan tersebut mempunyai pengelolaan piutang yang baik. Days Sales Outstanding (rata-rata periode pengumpulan piutang) digunakan untuk menjelaskan berapa hari penjualan tertahan dalam bentuk piutang, dengan formulasi sebagai berikut:

Average Annual Sales

Average Daily Sales = --- 360

Annual Account Receivable

Days Sales Outstanding = --- Average Daily Sales

Apabila rata-rata periode pengumpulan piutang memperlihatkan kenaikan pada periode tertentu, perusahaan harus berupaya meningkatkan arus kas masuk.

2.2.3. Analisis Rasio Piutang

Menurut Prihadi (2008), ada beberapa rasio yang dapat dipergunakan untuk menilai pengelolaan piutang dagang perusahaan dengan melakukan pengukuran waktu penagihan dalam dua tahap yaitu dengan Receivable Turn Over dan Average Collection Period, sebagai berikut:

Sales

Receivable Turn Over = ---

Average Account Receivable

360

Average Collection Period = --- Receivable Turn Over

Dari rasio tersebut di atas akan diketahui bahwa semakin cepat perputaran piutang berarti semakin sedikit dana yang perlu ditanam di dalam piutang usaha. Demikian juga semakin pendek jangka waktu penagihan piutang, maka akan semakin cepat perusahaan dapat mempergunakan kas tersebut untuk kepentingan operasional.

(6)

Sebaliknya, semakin lama jangka waktu penagihan piutang, maka akan semakin tertunda tersedianya kas yang akan dipergunakan untuk kegiatan usaha perusahaan.

Selain daripada rasio tersebut di atas, untuk mengetahui besarnya tingkat piutang dagang terhadap penjualan digunakan rasio sebagai berikut:

Annual Account Receivable Credit Sales Ratio = ---

Sales

2.2.4. Biaya Pengelolaan Piutang

Perusahaan tidak terlepas dari penanggungan resiko berupa biaya-biaya yang ditimbulkan dari pengelolaan atas akumulasi sejumlah piutang.

Menurut Weston dan Brigham dalam Sirait (1997), biaya-biaya pengelolaan piutang tersebut terdiri dari biaya kerugian piutang (bad debt expense), biaya pengumpulan piutang, biaya administrasi dan biaya sumber dana, dengan uraian sebagai berikut:

1) Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense)

Dalam pengelolaan piutang, perusahaan perlu memperhitungkan risiko atas tidak tertagihnya sejumlah piutang dalam jangka waktu tertentu ke dalam biaya kerugian piutang. Probabilitas risiko kerugian piutang cenderung meningkat bilamana standar kredit diperlunak, dan akan menurun bilamana standar kredit diperketat.

2) Biaya Pengumpulan Piutang

Biaya pengumpulan piutang merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka penagihan piutang. Biaya ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan piutang sebagai dampak dari melunaknya standar kredit. 3) Biaya Administrasi

(7)

banyak tugas-tugas administrasi yang dilakukan, dan sebaliknya, tugas-tugas administrasi akan semakin sedikit apabila penjualan kredit menurun.

4) Biaya Sumber Dana

Sejumlah dana diperlukan dan disediakan untuk pengawasan piutang yang merupakan bagian dari aktiva. Dana yang disediakan itu akan diperhitungkan dan dibebani biaya sumber dana.

2.3. Pengertian Sistem Pengawasan Manajemen Piutang

Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Tjakrawala (2005), definisi sistem adalah “Suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas. Sistem memiliki karakteristik berupa rangkaian langkah-langkah yang berirama, terkoordinasi, dan berulang; yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Pengendalian (pengawasan) dalam arti sempit sering disebut sebagai pengecekan internal. Maksudnya adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang diawasi oleh orang lain.

Sistem pengendalian (pengawasan) sedikitnya memiliki empat elemen:

1. Pelacak (detector) atau sensor-suatu perangkat yang mengukur apa sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.

2. Penilai (assessor)-suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan cara membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.

3. Effector-suatu perangkat (yang sering disebut dengan “umpan balik”) yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan hal tersebut.

(8)

4. Jaringan komunikasi-perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan

assessor dan antara assessor dan effector.

Manajemen merupakan suatu organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama (dalam suatu organisasi bisnis tujuan utamanya adalah memperoleh tingkatan laba yang memuaskan).

Proses pengendalian (pengawasan) manajemen adalah proses di mana manajer di seluruh tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang dimaksud.

Sistem pengendalian (pengawasan) manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu organisasi. Sistem pengendalian (pengawasan) manajemen merupakan alat untuk mengimplementasikan strategi.

Secara internal perusahaan, sistem pengendalian (pengawasan) manajemen piutang membentuk pengendalian (pengawasan) untuk melindungi piutang dengan melakukan pemisahan fungsi-fungsi yang bertanggung jawab atas terbentuknya piutang. Setiap individu dalam perusahaan yang bertanggung jawab dalam menangani penjualan dipisahkan dari individu-individu yang menangani akuntansi untuk piutang dan persetujuan kredit.

Sistem pengendalian (pengawasan) manajemen piutang sangat berperan bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, terutama oleh karena hal tersebut berkaitan erat dengan masalah kebijakan kredit dan merubah kredit yang diterapkan.

Kebijakan kredit adalah merupakan seperangkat keputusan yang meliputi:

1) Periode kredit, merupakan keleluasaan waktu yang diberikan kepada debitur untuk membayar pembelian-pembelian kredit mereka, misalnya, jangka waktu kredit 30, 60 atau 90 hari.

(9)

2) Diskon yang diberikan oleh penjual untuk debitur yang melakukan pembayaran dini, meliputi potongan tunai (discount amount) dan periode potongan tunai (discount period).

3) Standar kredit, merupakan kriteria yang harus dipenuhi debitur untuk mendapatkan kredit. Menurut Weston dan Brigham dalam Sirait (1997), penetapan standar kredit menggambarkan ukuran terhadap kualitas kredit terkait dengan informasi menyeluruh tentang debitur dengan salah satu cara menerapkan Lima “K” atau The five “C” of Credit yaitu analisis tentang karakter, kapasitas, kapital, kolateral dan kondisi dari debitur.

4) Kebijakan pengumpulan piutang, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan semua piutang bilamana sudah jatuh tempo. Perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang panjang cenderung memiliki jumlah piutang yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang pendek. Situasi yang terbaik adalah melakukan penagihan piutang secepat mungkin, sehingga kas yang diperoleh dari penagihan piutang akan meningkatkan solvensi dan mengurangi resiko kerugian dari piutang tak tertagih. Menurut Sutojo (1997), beberapa teknik pengumpulan piutang yang diterapkan oleh perusahaan adalah melalui surat, telepon, kunjungan personal dan melakukan tindakan yuridis.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan metode guided inquiry - discovery dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas

(1) Pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan peruntukan atau penggunaan lain dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf. (2)

Dengan prinsip ini, biaya-biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila pihak/orang yang menerima pengeluaran uang atas biaya perusahaan tersebut melaporkannya sebagai

(4) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai terobosan dalam budidaya nilam pada tanah Ultisols yang cukup luas di daerah Lampung, dengan penggunaan zeolit, limbah

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar (66,7%) dari seluruh ruangan rawat inap dengan tingkat pengetahuan perawat yang baik, merupakan ruangan yang

 Peserta didik yang tidak masuk sekolah selama sekurang-kurangnya 5 (lima) hari secara akumulatif/tidak berturut-turut tanpa memberikan keterangan (alpa) dalam 1 (satu)

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa elektrode yang telah dibuat dapat digunakan untuk mengganti elektrode standart karena hasil perekaman potensial

Praktek Kerja Lapangan Farmasi merupakan program khusus yang harus dilaksanakan oleh Mahasiswa Muhammadiyah Mataram pada semester 2. Program ini dilaksanakan di luar kampus