• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SUMBER ENERGI MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH AL MA’ARIF ROWOBONI KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SUMBER ENERGI MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH AL MA’ARIF ROWOBONI KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

ARIF HADI PURNOMO

115-13-098

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)

duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan

di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

(Q.S. Al-Qoshos: 77)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Rifai dan Ibu Rusnaneli) yang selalu

mendoakan, mendukung, dan memberikan kasih sayangnya yang tak

terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Semoga beliau

senantiasa diberikan kesehatan dan rizki yang barokah;

2. Adikku tersayang Ratih Wulan Ndari dan Amelia Putri Agustina yang

selalu memberikan motivasi dalam segala hal. Semoga senantiasa diberi

(7)

vii

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Energi Melalui Metode make a match Pada Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2017 bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga; 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga; 4. Ibu Dr. Maslikhah, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi;

5. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Akademik: 6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf karyawan IAIN Salatiga yang telah

memberikan ilmu dan bantuan kepada peneliti;

7. Bapak Arifudin Hirawan, S.Pd.I. selaku kepala MI Al Ma’arif Rowoboni

(8)
(9)

ix

Ibtidaiyah Al Ma’arif Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten

Semarang Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Maslikhah, M.Si.

Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Metode Make a Match

Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Al Ma’arif Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang belum menggunakan berbagai metode pembelajaran aktif dan masih bersifat konvensional. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru terutama materi sumber energi. Terbukti dari rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM 65. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi sumber energi melalui metode

make a match pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al Ma’arif Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2017.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Instrumen penelitian dengan menggunakan lembar observasi dan tes. Analisis data berupa ketuntasan individual dengan kriteria ketuntasan ≥ 65 dan ketuntasan klasikal ≥ 85% dari 12 siswa dengan menggunakan rumus persentase. Subjek penelitian di Madrasah

Ibtidaiyah Al Ma’arif Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang

yang berjumlah 12 siswa meliputi 5 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

(10)

x A. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Hasil Belajar ... 18

a. Pengertian ... 18

b. Prinsip-prinsip Belajar ... 20

(11)

xi

b. Hakikat Pembelajaran IPA ... 27

c. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 29

d. Materi Sumber Energi ... 30

B. Metode Make a Match 1. Pengertian Metode Make a Match ... 40

2. Langkah-langkah Metode Make a Match ... 41

3. Kelebihan Metode Make a Match ... 43

4. Kekurangan Metode Make a Match ... 43

C. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1. Pengertian KKM ... 44

2. Prosedur Penetapan KKM ... 45

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Gambaran Umum MI Al Ma’arif Rowoboni ... 47

2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah ... 48

3. Data Guru ... 49

4. Data Siswa ... 49

5. Sarana Prasarana dan Fasilitas ... 50

(12)

xii

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Paparan Siklus 1. Deskripsi Data Siklus I ... 74

2. Deskripsi Data Siklus II ... 76

3. Deskripsi Data Siklus III ... 77

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(13)

xiii

Tabel 3.1. Batas Wilayah Desa Rowoboni ... 47

Tabel 3.2. Data Guru MI Al Ma’arif Rowoboni ... 49

Tabel 3.3. Data Siswa Kelas II MI Al Ma’arif Rowoboni ... 50

Tabel 3.4. Data Ruang MI Al Ma’arif Rowoboni ... 50

Tabel 4.1. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 74

Tabel 4.2. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 75

Tabel 4.3. Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 76

(14)

xiv

Gambar 2.13. Alat-alat yang menghasilkan Bunyi ... 37

Gambar 2.14. Televisi dan Sumber Energi ... 37

Gambar 2.15. Alat-alat yang menghasilkan Bunyi ... 38

Gambar 2.16. Bermain Seruling dan Gitar... 38

Gambar 2.17. Penggunaan Energi Listrik ... 39

Gambar 2.18. Pembangkit Listrik ... 39

Gambar 2.19. Radio ... 39

Gambar 2.20. Aki Kendaraan... 40

Gambar 3.1. Peta Desa Rowoboni ... 47

(15)

xv

Lampiran 3 Nota Pembimbing ... 90

Lampiran 4 Lembar Konsultasi ... 91

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian ... 93

Lampiran 6 Identitas Kolaborator ... 94

Lampiran 7 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 95

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 96

Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus I ... 108

Lampiran 10 Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I ... 109

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 113

Lampiran 12 Soal Evaluasi Siklus II ... 123

Lampiran 13 Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II ... 124

Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 128

Lampiran 15 Soal Evaluasi Siklus III ... 143

Lampiran 16 Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus III ... 144

Lampiran 17 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 148

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga sangat berperan penting dalam berbangsa dan bernegara, yaitu untuk menjamin keberlangsungan, perkembangan maupun kemajuan bangsa itu sendiri. Hal ini karena pendidikan merupakan upaya yang terorganisasi, terencana, dan berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina siswa menjadi manusia mandiri, berbudaya, berkompeten, memiliki akhlak yang baik dan mengembangkan potensi dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menjelaskan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Kegiatan pembelajaran merupakan bagian terpenting dari pendidikan. Kegiatan pembelajaran merupakan perpaduan dari dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Belajar menurut Susanto (2013: 4) adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Sedangkan mengajar menurut Howard dalam Susanto (2013: 20) adalah suatu aktivitas membimbing seseorang untuk

(17)

mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, pengetahuan, dan penghargaan.

Salah satu pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar (SD) adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat penting bagi siswa khususnya pada sekolah dasar, sebab IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.

(18)

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Padahal untuk anak jenjang sekolah dasar menurut Marjono (1996), hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu masalah (Susanto, 2013: 165-167).

Guru yang berperan penting dalam hal perkembangan dan rasa ingin tahu siswa. Guru sebagai unsur pokok dalam proses pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan membuat perencanaan dan mengelola kelas dengan baik, menerapkan metode pembelajaran yang tepat, menggunakan metode yang sesuai, serta memberikan evaluasi yang berkualitas untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang baik.

(19)

siswa. Metode pembelajaran dapat menghidupkan suasana yang baru dan

(20)

wali kelas II, salah satu materi yang dianggap sulit para siswa pada semester II adalah materi tentang sumber energi. Hal ini diakui oleh guru tersebut bahwa dengan cara yang diterapkannya ini masih banyak siswa yang sulit mengidentifikasi dari macam-macam sumber energi. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa materi sumber energi masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dari 12 siswa hanya 5 siswa (41,67%) yang dapat mencapai KKM, sedangkan 7 siswa (58,33%) masih di

bawah KKM pada mata pelajaran IPA di MI Al Ma’arif Rowoboni yaitu 65.

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara di MI Al Ma’arif Rowoboni maka untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan metode make a match. Zainal Aqib (2013:23) menjelaskan metode make a match ini siswa diminta mencari pasangan dengan batas waktu yang ditentukan. Kelebihan dari metode ini adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. Selain itu, metode ini juga menyenangkan karena ada unsur permainannya di dalamnya. Melalui metode ini, guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan menarik sehingga diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA bagi siswa kelas II materi sumber energi.

(21)

macam-macam sumber energi sesuai dengan manfaat dan kegunaannya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada metode pembelajaran ini, siswa dilatih aktif dan percaya diri saat melakukan permainan dengan teman-temannya untuk memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan materi. Selain itu, dengan diberikannya kartu soal atau kartu jawaban kepada setiap siswa, akan menumbuhkan rasa ingin tahu dan tanggung jawab siswa dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Energi Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al Ma’arif

Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sumber energi siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al Ma’arif Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi sumber energi siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al

(22)

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Jika Metode Make a Match digunakan dengan baik pada mata pelajaran IPA materi sumber energi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al Ma’arif Rowoboni tahun 2017.

2. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA pada materi lingkungan yang ditandai dengan:

a. Nilai yang diperoleh siswa dapat melebihi KKM yang sudah ditentukan di sekolah tersebut, yakni 65 untuk mata pelajaran IPA. b. Keberhasilan mencapai 85% dari jumlah siswa yang mampu mencapai

nilai KKM yaitu sesuai kriteria ketuntasan klasikal (Trianto, 2009: 241).

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

(23)

kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’arif Rowoboni tahun pelajaran 2016/2017.

2. Manfaat Praksis

a. Manfaat bagi Guru

1) Memperoleh metode baru dalam proses pembelajaran. 2) Sebagai referensi cara memperbaiki pembelajaran. 3) Berkembang dalam pengetahuan maupun keterampilan. b. Manfaat bagi Siswa

1) Mendapatkan pelajaran IPA yang lebih menarik, menyenangkan, dan memungkinkan dirinya untuk memahami materi IPA.

2) Meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam dalam belajar. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam materi sember energi. c. Manfaat bagi Sekolah

1) Menciptakan lulusan (output) yang berkompeten.

2) Dapat mengangkat nama baik sekolah tersebut karena guru sudah memperoleh referensi baru yaitu dengan metode make a match

dalam meningkatkan prestasi belajar bagi siswa.

F. Definisi Operasional

(24)

1. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto, 2013: 5).

2. Metode Make a Match

Metode make a match yaitu metode pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran, pada tahun 1994. Metode ini digunakan oleh pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan (Sutikno, 2014: 128). Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode make a match yang digunakan dengan meminta siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal dari kartu yang dimiliki.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

(25)

(kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus. PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan di dalam kelas yang dilakukan secara sengaja untuk mengetahui kondisi atau masalah dalam suatu kelas serta mencari solusi dari masalah yang ditemukan dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa siklus untuk meningkatkan mutu dalam proses pembelajarannya.

Beberapa alasan penulis memilih Penelitian Tindakan Kelas yaitu: a. Melalui PTK, guru akan menjadi tanggap dan peka terhadap segala

sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya.

b. Dalam melaksanakan tahap-tahap yang ada dalam PTK, guru akan mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu rangkaian kegiatan untuk mengkaji secara cermat apa yang terjadi di kelas. c. Meningkatkan mutu (kualitas) dalam proses pembelajaran

2. Subjek Penelitian

(26)

kelas II yaitu Ibu Dania Rizky Septianti, S.Pd. Peneliti dapat berkolaborasi dengan guru ( Dania Rizky Septianti, S.Pd.) sehingga metode pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pelajaran IPA.

b. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester 2 tahun 2017 di ruang kelas II MI Al-Ma’arif Rowoboni Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

3. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 16) ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

(27)

a. Perencanaan

Langkah pertama dalam PTK yaitu melakukan perencanaan dengan matang. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang penggunaan metode make a match untuk meningkatkan hasil belajar materi sumber energi. Peneliti mengarahkan siswa untuk menyimak pemaparan guru, melakukan, mengamati dan berusaha menemukan sendiri pengetahuan yang ada dengan bimbingan dari guru.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi (penerapan isi rancangan) yaitu mengenakan tindakan di kelas. Jadi perlu diingat bahwa guru harus berusaha mentaati apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus tetap berlaku wajar dan tidak dibuat-buat ( Arikunto, 2006: 17).

c. Pengamatan (Observing)

Observasi (pengamatan) yaitu: alat untuk memotret tinggi atau besarnya efek tindakan dalam mencapai sasaran. Pada tahap ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkannya, dan alat atau instrument pengumpulan data misalnya: angket, wawancara, tes, dan sebagainnya.

d. Refleksi (Reflecting)

(28)

ke layar kaca sehingga tampak jelas baik kelemahan maupun kelebihannya.

4. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

(29)

2. Tes

Tes merupakan salah satu instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes formatif yang berupa tes tertulis yang berkaitan dengan materi ajar. Tes ini akan diberikan pada akhir pembelajaran. Teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila telah memperoleh minimal 85% dari target pembelajaran. 3. Dokumentasi

Cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkip, buku dan lain sebagainya. Menurut Sartono Kartodirjo (Bungin, 2012: 125) sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto,

(30)

organisasi Madrasah Ibtidaiyah Al-Ma’arif Rowoboni dan foto- foto saat kegiatan pembelajaran IPA.

5. Instrumen Penelitian

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas ini, instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Berdasarkan kegiatan yang diobservasi secara langsung meliputi observasi aktivitas kegiatan peserta didik, observasi kegiatan guru dalam pengelolaan kelas, dan bagaimana proses belajar mengajar yang berkaitan dengan upaya dari guru IPA dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran yakni hasil belajar melalui penggunaan metode

make a match untuk membuat kesimpulan pelaksanaan pembelajaran pada siklus tersebut yang akan direfleksikan pada siklus berikutnya. b. Tes

Tes atau soal tes digunakan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode make a match.

6. Analisis Data

(31)

a. Ketuntasan Individual

Ketuntasan setiap individu dapat diketahui apabila siswa dapat mencapai skor ≥ 65 pada materi pesawat sederhana dapat dilihat dari nilai hasil tes evaluasi.

b. Ketuntasan Klasikal

Persentase ketuntasan klasikal adalah ≥ 85% dari jumlah total siswa sebanyak 12 siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai ≥ 65%. Pengukuran persentasi kompetensi siswa secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

(Daryanto, 2011: 192). H. Sistematika Penuliasan

Uraian di atas dapat digambarkan penelitian yang akan dilakukan dalam sistematika berikut ini:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Pada bab ini mencakup pengertian belajar, pengertian hasil belajar, faktor yang memengaruhi hasil belajar, pengertian IPA, tujuan pembelajaran IPA di MI, materi sumber energi, pengertian metode

(32)

BAB III Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini memuat tentang gambaran umum MI Al-Ma’arif Rowoboni, dan deskripsi pelaksanaan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini memuat tentang deskripsi hasil penelitian per siklus dan pembahasan.

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Hasil Belajar

a. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis

belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.

Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya (Baharudin, 2008: 13).

Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak (Susanto, 2013: 4).

Menurut Gagne dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono (2002: 10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, belajar adalah

(34)

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Dalam bukunya Baharudin & Wahyuni (2008: 11) juga dijelaskan bahwa belajar juga merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia dilahirkan sampai dengan akhir hayat. Contohnya saja pada saat manusia masih bayi, ia menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mulai mengenal orang-orang disekelilingnya. Ketika sudah menginjak anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, serta keterampilan dalam berinteraksi dicapai sebagai kompetensi. Saat manusia sudah dewasa, ia diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas dan pekerjaan tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam setiap kegiatan pembelajaran guru biasanya menetapkan tujuan belajar, dimana anak akan dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Susanto, 2013: 5).

(35)

dapat diketahui melalui evaluasi. Dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback (tindak lanjut), atau dapat digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan kompleks yang dilakukan seseorang secara sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh keterampilan, ilmu, pengetahuan, sikap, dan nilai untuk menjadi kapabilitas yang baru dan lebih baik. Hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar yang dan untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar seperti yang dijelaskan dalam bukunya Baharudin & Wahyuni (2008: 16) adalah :

1) Siswa bertindak aktif;

2) Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;

3) Siswa belajar dengan baik apabila mendapat penguatan langsung selama proses belajar;

4) Siswa melakukan penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan sehingga membuat proses belajar lebih berarti; 5) Siswa diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas

(36)

c. Ciri-ciri Perubahan Tingkah Laku

Menurut Slameto (1991: 3) ciri-ciri dari perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Yaitu individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil dari belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna dalam kehidupan maupun proses belajar selanjutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan-perubahan dalam belajar senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, maka makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

(37)

terjadi setelah belajar akan bersifat menetap bukan bersifat sementara atau temporer.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainnya.

d. Faktor yang Memengaruhi Proses Belajar

Menurut Baharudin & Wahyuni (2008: 19) secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menemukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor Internal

(38)

a) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan ini pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang ditangkap dan diterima oleh manusia (Baharudin & Wahyuni, 2008: 19-20);

b) Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis merupakan keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat (Baharudin & Wahyuni, 2008: 20-21).

2) Faktor Eksternal

(39)

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi 3, meliputi lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.

(1) Lingkungan Sosial Sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar siswa. Hubungan yang harmonis dari ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah;

(2) Lingkungan Sosial Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Contohnya saja lingkungan tempat tinggal siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar;

(3) Lingkungan Sosial Keluarga

(40)

melakukan aktivitas belajar dengan baik (Baharudin & Wahyuni, 2008: 26-27).

b) Lingkungan Nonsosial

Lingkungan nonsosial dapat dibedakan menjadi 3, meliputi lingkungan alamiah, faktor instrumental, dan faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

(1) Lingkungan Alamiah

Lingkungan alamiah ini contohnya seperti kondisi udara yanag segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kilat, suasana yang sejuk dan tenang;

(2) Faktor Instrumental

Yaitu: perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain-lain. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain-lain; (3) Faktor Materi Pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

(41)

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan menjelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu: mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya. Ada dua hal yang berkaitan yang tidak bisa dipisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisduwati & Sulistyowati, 2014: 22).

(42)

sifat materi benda disebut ilmu kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan tertentu perbedaan itu sudah tidak nampak lagi.

Menurut Ahmadi & Supatmo (2000: 2) IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan (observasi). Fakta-fakta tentang gejala kebendaan (alam) diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (experimen), kemudian berdasarkan hasil

experimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya). Teoripun tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu teoritis yang mempelajari alam semesta, fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan menjelaskan dengan penalaran.

b.Hakikat Pembelajaran IPA

(43)

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran (Wisduwati & Sulistyowati, 2014: 26).

Proses pembelajaran IPA harus memerhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA terpadu telah diberikan di SD/MI dan SMP/MTS sebagai mata pembelajaran IPA terpadu dan secara terpisah di SMA/MA sebagai mata pembelajaran ilmu Biologi, Fisika, IPA, serta Bumi dan Antariksa. Dalam proses belajarnya objek IPA meliputi kerja ilmiah (prosedur) dan objek produk yang meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif IPA (Wisduwati & Sulistyowati, 2014: 26-27).

(44)

c. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.

Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan untuk: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

2) Mengembangkan pengertahuan dan pemahaman konsep-konsep dasar yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;

5) Menigkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;

(45)

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketermpilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP (Susanto, 2013: 171-172).

Mata pelajaran IPA juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari IPA siswa dapat mengenal berbagai sumber energi, sehingga diharapkan siswa dapat mensyukuri apa yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan tidak mendustakannya. Dalama Q.S. Ar-Rahman: 13 Allah berfirman:



Setiap hari kita menggunakan energi. Energi adalah tenaga. Energi dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan. Contohnya adalah belajar. Tanpa energi tubuh kita akan terasa lemas. Energi yang kita gunakan berasal dari makanan. Makanan adalah sumber energi bagi tubuh kita.

(46)

64). Materi dari sumber-sumber energi adalah sebagai berikut : Sumber energi panas, sumber energi cahaya, sumber energi bunyi, dan sumber energi listrik.

1) Sumber Energi Panas

Sumber energi panas yang terbesar berasal dari matahari.

Gambar 2.1. Matahari

Selain matahari, terdapat benda lain yang menghasilkan energi panas.

Gambar 2.2. Benda-benda yang Menghasilkan Panas

(47)

Gambar 2.3. Memasak dengan Kompor Gas

Jenis kompor bermacam-macam. Ada kompor minyak tanah dan kompor gas. Selain itu, ada pula kompor listrik.

Gambar 2.4. Macam-macam Kompor

(48)

Gambar 2.5. Macam-macam Setrika

Roti dapat dipanggang menggunakan pemangga roti listrik.

Gambar 2.6. Pemangang Roti

(49)

2) Sumber Energi Cahaya

Gambar 2.7. Matahari sebagai Sumber Cahaya di Bumi

Matahari adalah sumber energi cahaya yang utama di bumi. Alat-alat berikut dapat menghasilkan energi cahaya (Arifin, Mulyati, dkk. 2009: 68).

(50)

Lampu belajar dan televisi dapat menghasilkan cahaya. Sumber energi cahayanya berasal dari listrik

Gambar 2.9. Lampu dan Televisi

Lampu senter dapat menghasilkan cahaya. Baterai membuat lampu senter menyala. Sumber energi lampu senter berasal dari baterai.

Gambar 2.10. Lampu Senter dan Baterai

Lampu minyak tanah juga menghasilkan cahaya. Sumber energinya berasal dari minyak tanah (Arifin, Mulyati, dkk. 2009: 69).

(51)

Lampu sepeda motor dan mobil dapat menghasilkan cahaya. Sumber energinya berasal dari aki. Aki adalah salah satu jenis baterai.

Gambar 2.12. Lampu Sepeda Motor dan Aki

Listrik dan baterai merupakan sumber energi cahaya. Minyak tanah dan aki pun termasuk ke dalamnya (Arifin, Mulyati, dkk. 2009: 70).

3) Sumber Energi Bunyi

a) Ketika berbicara dan bernyanyi; b) Kita mengeluarkan energi bunyi;

(52)

Gambar 2.13. Alat-alat yang Menghasilkan Bunyi

Alat-alat tersebut dapat menghasilkan energi bunyi. Radio dan televisi dapat menghasilkan bunyi. Jika dihubungkan dengan listrik, radio dan televisi dapat menghasilkan bunyi. Listrik adalah sumber energi bunyi.

Gambar 2.14. Televisi dan Sumber Listrik

(53)

Gambar 2.15. Alat-alat yang Menghasilkan Bunyi Alat lain penghasil bunyi ialah seruling dan gitar.

Gambar 2.16. Bermain Seruling dan Gitar

Seruling menghasilkan bunyi jika ditiup. Adapun gitar menghasilkan bunyi jika dipetik (Arifin, Mulyati, dkk. 2009: 71-74).

4) Sumber Energi Listrik

(54)

Gambar 2.17. Penggunaan Energi Listik

Banyak peralatan lain yang menggunakan energi listrik. Sumber energi listrik berasal dari pembangkit listrik. Pembangkit listrik juga disebut generator. Pembangkit listrik menyalurkan listrik ke rumah penduduk.

Gambar 2.18. Pembangkit Listrik

Sumber energi listrik dapat pula berasal dari baterai. Baterai dan aki dapat menyimpan energi listrik.

Gambar 2.19. Radio

(55)

Gambar 2.19. Aki Kendaraan

Energi listrik aki digunakan untuk menyalakan lampu kendaraan (Arifin, Mulyati, dkk. 2009: 76-77).

B. Metode Make a Match

1. Pengertian Metode Make a Match

Mifathul Huda (2013: 251) Metode make a match pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran (1994), metode make a match saat ini menjadi salah satu metode penting dalam ruang kelas. Tujuan dari metode ini antara lain: a) pendalaman materi; b) penggalian materi; dan c)

edutainment. Edutainment itu sendiri berasal dari perpaduan atau gabungan kata education dan entertainment.

Education itu sendiri memiliki arti pendidikan, sedangkan

entertainment memiliki arti hiburan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa

edutainment merupakan sebuah metode atau model pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan yang dipadukan atau dikombinasikan dengan hiburan sehingga siswa tidak merasa jenuh maupun bosan dalam mempelajari apa yang diajarkan oleh guru/pengajar. Dengan adanya

(56)

menyenangkan dan bisa meningkatkan minat siswa (http://www.wincompmagic.com/apa-itu-edutainment/).

Guru melaksanakan metode make a match dengan persiapan beberapa hal yaitu:

a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan;

b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu jawaban. Akan tetapi lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna;

c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa);

d. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi (Huda, 2013: 252).

2. Langkah-langkah Metode Make a Match

Miftahul Huda (2013: 252-253); (Asmani, 2014: 45) menjelaskan prosedur teknik Make a Match adalah sebagai berikut:

a. Guru menayampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materii di rumah;

(57)

c. Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B;

d. Guru menyampaikan kepada semua siswa bahwa mereka harus mencari pasangan/mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka;

e. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. jika meraka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta meterka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan;

f. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri;

g. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan mempehatikankan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak;

h. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi;

(58)

3. Kelebihan Metode Make a Match

Miftahul Huda (2013: 253) menjelaskan kelebihan metode make a match antara lain:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;

b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan;

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;

d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentrasi;

e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

4. Kekurangan Metode Make a Match

Miftahul Huda (2013: 253-254) juga menjelaskan kekurangan metode

make a match antara lain:

a. Jika metode ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan menghabiskan banyak waktu dalam proses pembelajaran;

b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;

c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan ada banyak siswa yang kurang memerhatikan pada saat presentasi pasangan; d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa

(59)

e. Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbukan kebosanan.

C. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1. Pengertian KKM

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

(60)

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya.

2. Prosedur Penetapan KKM

a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung dan intake peserta didik;

(61)

c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;

d. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik ( http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/PenetapanKKM_Arifin,S.Pd_10604.pdf. Diakses tanggal

(62)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Gambaran Umum MI Al Ma’arif Rowoboni

MI Al Ma’arif Rowoboni terletak di Desa Rowoboni Kecamatan

Banyubiru Kabupaten Semarang. Batas wilayah MI Al Ma’arif Rowoboni

yaitu: a) sebelah utara yaitu rawa pening dan persawahan, b) sebelah timur yaitu Dusun Rowokasam, c) sebelah selatan yaitu Desa Kebumen dan Dusun Muncul, d) dan sebelah barat persawahan dan Desa Rowosari.

Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa Rowoboni

Lokasi Keterangan

Sebelah Utara Rawa Pening

Sebelah Timur Desa Tegaron dan Desa Kebondowo Sebelah Selatan Desa Kebumen dan Desa Gedong Sebelah Barat Desa Kalibeji Kecamatan Tuntang

(Sumber: Administrasi Desa Rowoboni)

Berikut Peta Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru dan MI Al

Ma’arif Rowoboni dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Desa Rowoboni

(63)

Penelitian pembelajaran ini dilaksanakan di MI Al Ma’arif

Rowoboni yang beralamat di jalan Teratai Indah no 3 Dusun Rowoganjar, Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru pada siswa kelas II semester 2

mata pelajaran IPA materi sumber energi. MI Al Ma’arif Rowoboni yang

sudah terakreditasi B ini merupakan tanah Wakaf seluas 950 M2 dan mempunyai luas bangunan 450 M2.

Siswa berasal dari lingkungan sekolah, yang rata-rata orang tuanya bekerja sebagai petani dan nelayan. Dengan kondisi semacam itu, orang tua mereka hanya mampu menyekolahnya saja dan tidak memfasilitasi putra-putinya dengan bimbingan belajar yang ada di luar jam sekolah. Hal itu membuat anak merasa minim dalam masalah pengetahuan di sekolah. Dengan masalah seperti itu, peneliti mempunyai metode yang cocok untuk menunjang proses pembelajaran tersebut.

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah a. Visi Madrasah

Terwujudnya Madrasah yang Handal da Islami b. Misi Madrasah

1) Menyiapkan siswa yang memiliki aqidah salimah, akhlak karimah, akal yang cerdas, ilmu yang luas, serta amal salih;

2) Menjadikan Madrasah sebagai rujukan dan tujuan belajar. c. Tujuan Madrasah

(64)

2) Menjadikan Madrasah yang unggul dalam prestasi

3. Data Guru

MI Al Ma’arif Rowoboni, memiliki tenaga pendidik 7 orang yang

terdiri dari 5 orang guru kelas, 1 orang guru mata pelajaran, dan 1 orang Kepala Sekolah.

Tabel 3.2 Data Guru MI Al Ma’arif Rowoboni

No Nama Jabatan NIP

1. Arifudin Hirawan, S.Pd.I Kepala

Madrasah 198008072005011001 7. Dania Rizky Septianti, S.Pd. Guru Kelas

II Belum ber NIP

(Sumber: Administrasi Sekolah) 4. Data Siswa

Siswa kelas II MI Al Ma’arif Rowoboni yang beralamat di Jalan Teratai Indah no 3 Dusun Rowoganjar, Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 84 siswa, dan 12 siswa untuk kelas 2. Namun pada penelitian ini peneliti hanya meneliti kelas 2 saja, yang terdiri dari 5 siswa laki-laki, 7 siswa perempuan. Data keadaan siswa kelas 2 MI Al

(65)

Tabel 3.3 Data Siswa Kelas II MI Al Ma’arif Rowoboni 5. Sarana Prasarana dan Fasilitas

Tabel 3.4 Data Ruang MI Al Ma’arif Rowoboni

No Nama Barang Kondisi Jumlah

6. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) materi sumber energi. Penelitian ini menggunakan metode make a match yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus. Waktu penelitian sebagai berikut:

(66)

b. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017 c. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada semester 2, hari Selasa, 9 Mei 2017 pukul 08.00 sampai 09.10 WIB, selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2x35 menit) di ruang Kelas II MI Al Ma’arif Rowoboni. Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah sumber energi. Pelaksanaan setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu dengan tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), obeservasi (observing), dan refleksi (reflekting). Adapun rincian tiap tahapan kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

1) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode make a match. Adapaun materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi sumber energi;

(67)

pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode

make a match;

3) Guru menyiapkan materi ajar yang berkaiatan dengan materi sumber energi;

4) Guru menyiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode make a match;

5) Guru menyiapkan instrumen tes/evaluasi teks/soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA terkait materi sumber energi; 6) Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode

make a match;

a) Guru membuka pembelajaran dengan berdoa dan memberi salam;

b) Guru mengecek kehadiran siswa;

(68)

d) Guru menyampaikan materi yang akan di pelajari serta tujuan yang akan dicapai;

e) Guru menggali wawasan dasar atau pengamalan siswa yang berkaitan dengan meteri sumber energi;

f) Guru memberi motivasi siswa dengan memberi semangat untuk tetap mengikuti dan menikmati setiap pembelajaran yang akan dibahas terkai topik.

3) Kegiatan Inti

a) Guru meminta siswa melihat cuaca hari ini (yang berkaitan dengan panas maupun cahaya);

b) Guru menggali rasa ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan terkait cuaca hari ini (komunikasi);

c) Guru menjelaskan materi pelajaran secara runtut tentang materi sumber energi yang dapat berguna/bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan penggunaan bahasa dan intonasi suara secara jelas dan mudah dipahami. Berdasarkan kegiatan inti dari pelaksanaan Siklus I berikut materi tentang sumber energi: sumber energi panas, sumber energi cahaya.

(1) Sumber Energi Panas

(69)

Matahari dan api adalah sumber energi panas. Kompor dapat menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan kompor digunakan untuk memasak. Jenis kompor bermacam-macam. Ada kompor minyak tanah dan kompor gas. Selain itu, ada pula kompor listrik.

Minyak tanah merupakan sumber energi panas. Gas elpiji merupakan sumber energi panas. Listrik merupakan sumber energi panas. Kompor minyak tanah menadapatkan energi dari minyak tanah. Kompor gas mendapatkan energi dari gas. Kompor listrik mendapatkan energi dari listrik

Setrika dapat menghasilkan panas. Setrika panas membuat baju menjadi licin. Jenis setrika ada bermacam macam, ada setrika listrik dan setrika arang. Listrik dan arang merupakan sumber energi panas pada setrika.

Roti dapat dipanggang menggunakan pemangga roti listrik. Pemanggang roti dapat menghasilkan panas. Pemanggang roti menggunakan energi listrik. Listrik merupakan sumber energi panas.

(2) Sumber Energi Cahaya

(70)

cahaya, seperti: lilin, lampu hias, senter, televisi, dll. Alat-alat tersebut dapat menghasilkan energi cahaya.

Lampu belajar dan televisi dapat menghasilkan cahaya. Sumber energi cahayanya berasal dari listrik. Lampu senter dapat menghasilkan cahaya. Baterai membuat lampu senter menyala. Sumber energi lampu senter berasal dari baterai.

Lampu minyak tanah juga menghasilkan cahaya. Sumber energinya berasal dari minyak tanah. Lampu sepeda morot dan mobil dapat menghasilkan cahaya. Sumber energinya berasal dari aki. Aki adalah salah satu jenis baterai. Listrik dan baterai merupakan sumber energi cahaya. Minyak tanah dan aki pun termasuk ke dalamnya. d) Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran;

e) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, misalnya kelompok A dan B, kelompok itik dan ayam, dan lain sebagainya tergantung kreasi guru, dan meminta untuk berhadap-hadapan antara 2 kelompok tersebut;

(71)

g) Guru menjelaskan cara mereka bermain sambil belajar yaitu dengan menerapkan metode make a match;

h) Guru menjelaskan kepada semua siswa bahwa mereka harus mencari pasangan/mencocokan kartu yang dipegang dengan kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka;

i) Guru meminta siswa memulai mencocokan kartu sampai batas waktu yang telah ditentukan;

j) Guru mengajak siswa membahas bersama-sama tentang kartu yang telah meraka pasangkan;

k) Guru memberikan tes tertulis kepada siswa;

l) Siswa diminta bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui terkait proses pembelajaran pada hari ini kepada guru;

m) Siswa diberi penguatan dan motivasi untuk terus menerapkan pendidikan yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari; n) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan terkait

materi hari ini. 4) Kegiatan Akhir

(72)

b) Siswa diminta untuk belajar materi selanjutnya, agar minggu depan dapat mengikuti pembelajaran IPA dengan baik;

c) Guru memotivasi siswa untuk mengaplikasikan materi pelajaran tentang sumber-sumber energi dalam kehidupan sehari-hari;

d) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan membaca hamdalah bersama;

e) Guru mengucapkan salam. c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung melakukan pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dan keaktifan siswa, selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode make a match dalam menigkatkan hasil belajar. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan adalah: guru sudah baik dalam media maupun RPP pembelajaran, guru sudah menguasai materi pembelajaran dengan baik, guru telah mengaktifkan rasa ingin tahu siswa berkaitan dengan materi melalui tanya jawab.

d. Refleksi

(73)

berikutnya. Selama pengamatan berlangsung masih ditemukan masalah-masalah, yaitu:

1) Sebagian siswa kurang memerhatikan penjelasan dari guru;

2) Sebagian siswa masih ragu-ragu ketika melakukan pencocokan kartu/ mencari pasangan kartunya;

3) Guru belum bersikap tegas dalam mengkondisikan siswa saat pembelajaran berlangsung;

4) Dalam mengerjakan latihan soal masih ada siswa yang mencontek dan bertanya kepada teman.

Peneliti bersama guru melakukan berbagai ide perbaikan untuk mengatasi kendala pada siklus I. Hal ini dilakukan supaya siklus berikutnya tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide perbaikan tersebut adalah:

1) Guru mengkondisikan kelas sebelum pelajaran dimulai dan memberikan motivasi agar siswa lebih tertib dan fokus dalam menerima pelajaran;

2) Guru menasehati siswa supaya percaya diri saat melakukan pencocokan kartu atau mencari pasangan kartunya;

3) Guru harus bersikap tegas agar pembelajaran lebih kondusif;

(74)

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada semester 2, hari Rabu, 10 Mei 2017 pukul 08.00 sampai 09.10 WIB, selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2x35 menit) di ruang Kelas II MI Al Ma’arif Rowoboni. Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah sumber energi. Adapun rincian tiap tahapan kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:

a. Perencanaan

Peneliti melaksanakan tindakan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

1) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode make a match. Adapaun materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi sumber energi;

2) Guru mengkondisikan kelas dengan baik dengan memberi motivasi agar semangat dalam mengikuti pembelajaran;

3) Guru mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti media pembelajaran (kartu pertanyaan dan kartu jawaban) dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode

make a match;

(75)

5) Guru mengarahkan siswa untuk percaya dengan pekerjaannya sendiri dan tidak bergantung dengan jawaban orang lain;

6) Guru menyiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode make a match;

7) Guru menyiapkan instrumen tes/evaluasi teks/soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA terkait materi sumber energi;

8) Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode

make a match.

b) Guru mengecek kehadiran siswa;

c) Apersepsi dimana guru bertanya pada siswa tentang materi minggu lalu dan materi yang akan dibahas;

(76)

e) Guru menggali wawasan dasar atau pengamalan siswa yang berkaitan dengan meteri sumber energi;

f) Guru memberi motivasi siswa dengan memberi semangat untuk tetap mengikuti dan menikmati setiap pembelajaran yang akan dibahas terkai topik.

3) Kegiatan Inti

a) Guru meminta siswa melihat sekitar kelas (yang berkaitan dengan listrik maupun bunyi);

b) Guru menggali rasa ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan terkait sumber energi listrik ataupun bunyi (komunikasi);

c) Guru menjelaskan materi pelajaran secara runtut tentang materi sumber energi yang dapat berguna/bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan penggunaan bahasa dan intonasi suara secara jelas dan mudah dipahami. Berdasarkan kegiatan inti dari pelaksanaan Siklus II berikut materi tentang sumber energi: sumber energi bunyi, sumber energi listrik. (1) Sumber Energi Bunyi

(77)

Radio dan televisi jika dihubungkan dengan listrik dapat menghasilkan bunyi. Listrik adalah sumber energi bunyi. Jika radio menggunakan baterai, sumber energi bunyi berasal dari baterai.

Alat lain penghasil bunyi ialah seruling dan gitar. Seruling menghasilkan bunyi jika ditiup. Adapun gitar menghasilkan bunyi jika dipetik.

(2) Sumber Energi Listrik

Manusia memanfaatkan energi listrik. Energi listrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Orang menggunakan lampu listrik untuk penerangan. Televisi dan radio dapat menyala karena menggunakan energi listrik.

Terdapat peralatan lain yang menggunakan energi listrik. Sumber energi listrik berasal dari pembangkit listrik. Pembangkit listrik juga disebut generator. Pembangkit listrik menyalurkan listrik ke rumah penduduk.

(78)

d) Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;

e) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, misalnya kelompok A dan B, kelompok itik dan ayam, dan lain sebagainya tergantung kreasi guru, dan meminta untuk berhadap-hadapan antara 2 kelompok tersebut;

f) Guru membagi kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada kelompok, sehingga ada kelompok yang menerima kartu jawaban dan ada kelompok menerima kartu pertanyaan; g) Guru menjelaskan cara mereka bermain sambil belajar yaitu

dengan menerapkan metode make a match;

h) Guru menjelaskan kepada semua siswa bahwa mereka harus mencari pasangan/mencocokan kartu yang dipegang dengan kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka;

i) Guru meminta siswa memulai mencocokan kartu sampai batas waktu yang telah ditentukan;

j) Guru mengajak siswa membahas bersama-sama tentang kartu yang telah meraka pasangkan;

k) Guru memberikan tes tertulis kepada siswa;

(79)

m) Siswa diberi penguatan dan motivasi untuk terus menerapkan pendidikan yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari; n) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesimpulan terkait

materi hari ini. 4) Kegiatan Akhir

a) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada hari ini, yaitu tentang sumber-sumber energi yang dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari; b) Siswa diminta untuk belajar materi selanjutnya, agar minggu

depan dapat mengikuti pembelajaran IPA dengan baik; c) Guru memotivasi siswa untuk mengaplikasikan materi

pelajaran tentang sumber-sumber energi dalam kehidupan sehari-hari;

d) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan membaca hamdalah bersama;

e) Guru mengucapkan salam. c. Pengamatan

(80)

d. Refleksi

Peneliti bersama guru mengadakan refleksi dan evaluasi. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan pembelajaran dengan metode make a match. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan pembelajaaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.

1) Guru kurang bersikap tegas kepada siswa saat pelajaran berlangsung; dan

2) Masih ada siswa yang kurang serius dan percaya diri dalam melakukan permainan mencocokan kartu.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II, seperti:

1) Guru harus bersikap tegas saat pelajaran berlangsung agar kondisi kelas lebih tertata; dan

2) Guru memberi semangat agar tidak ragu-ragu dalam melakukan permainan mencocokan kartu atau mencari pasangan.

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III

(81)

tahapan kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus III sebagai berikut:

a. Perencanaan

Peneliti melaksanakan tindakan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

1) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode make a match. Adapaun materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi sumber energi;

2) Guru mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung seperti media pembelajaran (kartu pertanyaan dan kartu jawaban) dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode

make a match;

3) Guru menyiapkan materi ajar yang berkaiatan dengan materi sumber energi;

4) Guru menyiapkan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode make a match;

(82)

6) Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode

make a match;

7) Guru mengatur kondisi kelas dan memberi motivasi agar siswa serius dan semangat dalam mengikuti pembelajaran.

b. Pelaksanaan

b) Guru mengecek kehadiran siswa;

c) Guru bertanya pada siswa tentang materi minggu lalu dan materi yang akan dibahas;

d) Guru menyampaikan materi yang akan di pelajari serta tujuan yang akan dicapai;

e) Guru menggali wawasan dasar atau pengamalan siswa yang berkaitan dengan meteri sumber energi;

Gambar

Gambar 1.1 Tahapan dalam PTK (Arikunto, 2006: 16)
Gambar 2.2. Benda-benda yang Menghasilkan Panas
Gambar 2.4. Macam-macam Kompor
Gambar 2.6. Pemangang Roti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik,

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media video dapat meningkatkan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil pemecahan masalah matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) tinggi yang

[r]

Hasil saringan tersebut, murid yang mempunyai ciri-ciri berkeperluan khas akan dirujuk kepada Pegawai Perubatan dan pasukan khas Program Outreach LINUS2.0

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah untuk menentukan nilai intesitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan, melakukan pengujian perbandingan nilai

Bila dilihat nilainya yang positif, maka keadaan ini mampu memberikan keuntungan bagi LKM-A Rukun Tani, namun hasil perhitungan tersebut mempunyai nilai yang rendah, maka

[r]