i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI BERBICARA DENGAN METODE BERMAIN
PERAN PADA SISWA KELAS III MI TARBIYATUL
AULAD JOMBOR KECAMATAN TUNTANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ARUM PANGESTU
NIM 115-12-103
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI BERBICARA DENGAN METODE BERMAIN
PERAN PADA SISWA KELAS III MI TARBIYATUL
AULAD JOMBOR KECAMATAN TUNTANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ARUM PANGESTU
NIM 115-12-103
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vii
Motto
:
ةن ج لا ى لإ اق يرط
ه ب
الله
كل س
مل ع لا
ى لإ اق يرط كل س
نم
Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga
( H.R Muslim)
Persembahan :
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
1.
Allah SWT atas semua kehendakNya aku bisa seperti ini.
2.
Bapakku (alm Bpk Saban) dan Ibuku (alm ibu Mardhiyah) yang
senantiasa memberikan kasih sayang dan doa penuh ketulusan.
3.
Suamiku tercinta Danang Setyono yang selalu setia mendampingiku,
dengan penuh pengertian.
4.
Rekan-rekan seperjuangan di RA Az Zahra Jombor Kecamatan
Tuntang, terima kasih atas dukungan, motivasi dan doa’anya.
viii
KATA PENGANTAR
Sebagai hamba yang beriman sudah sepantasnya penulis bersyukur atas
semua nikmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Materi Berbicara dengan Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI
Tarbiyatul Aulad Jombor Kec. Tuntang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Penelitian
Tindakan Kelas ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar
sarjana pendidikan.
Penyusunan PTK ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan serta
kesulitan-kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan dorongan serta saran-saran
dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambatan dan rintangan serta
kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini,
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan tinggi kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga.
4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan dengan kesabaran serta
pengorbanan waktu maupun tenaga untuk memberikan bimbingan,
ix
6. Bapak Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah MI Tarbiyatul Aulad Jombor yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian.
8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan skripsi
ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal atas kebaikan yang
telah mereka lakukan.
Akhirmya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua.
Salatiga, September 2016
x
ABSTRAK
Pangestu, Arum. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi
Berbicara dengan Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Aulad Jombor Kec. Tuntang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Berbicara, Metode Bermain Peran.
Hasil belajar bahasa Indonesia materi berbicara siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jombor tahun pelajaran 2016/2017 rendah. Permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa karena guru masih menggunakan metode konvensional yang lebih banyak ceramah. Sehingga perlu diadakan tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi berbicara. Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia materi berbicara penulis menggunakan metode bermain peran.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar materi berbicara pada siswa kelas III MI Tarboyatul Aulad Jombor Kecamatan Tuntang tahun pelajaran 2016/217. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar materi berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode bermain peran pada siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jombor, tahun pelajaran 2016/2017.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi. Serangkaian kegiatan ini disebut satu siklus. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tindakan sebanyak dua siklus.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ……….. vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... ……….. xi
DAFTAR TABEL ... ……... xv DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
xii
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 8
G. Metode Penelitian ... 10
1. Rancangan Penelitian ... 10
2. Subjek Penelitian ... 11
3. Langkah-langkah Penelitian ... 11
4. Instrument Penelitian ... 14
5. Metode Pengumpulan Data ... 14
6. Analisis ... 15
H. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 20
1. Pengertian Hasil Belajar ... 20
2. Tipe Hasil Belajar ... 21
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 25
B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 36
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 36
xiii
3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 38
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 41
C. Hakikat Berbicara ... 43
1. Pengertian Berbicara ... 43
2. Prinsip-prinsip dalam Berbicara ... 44
3. Tujuan Berbicara dan Jenis-jenis Berbicara ... 45
D. Metode Bermain Peran ... 46
1. Pengertian Metode Bermain Peran ... 46
2. Langkah-langkah Metode Bermain Peran ... 47
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran ... 51
E. Penelitian yang Relevan ... 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 55
1. Sejarah Berdirinya MI Tarbiyatul Aulad Jombor ... 55
2. Letak Geografis ... 56
3. Profil Sekolah ... 57
4. Visi Misi dan Tujuan Madrasah ... 58
5. Keadaan Guru dan Siswa ... 59
xiv
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ... 63
1. Pra Siklus ... 63
2. Siklus I ... 63
3. Siklus II ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAHAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67
1. Deskripsi Pra Siklus ... 67
2. Deskripsi Hasil Siklus I ... 69
3. Deskripsi Hasil Siklus II ... 77
B. Pembahasan ... 85
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan MI Tarbiyatul Aulad ... 59
3.2 Rekapitulasi Data Siswa MI Tarbiyatul Aulad Jombor ... 60
3.3 Prestasi yang Pernah Diraih Siswa MI Tarbiyatul Aulad Jombor ... 60
4.1 Daftar nilai ulangan harian pra siklus ... 68
4.2. Hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa siklus I ... 73
4.3 Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru siklus I ... 74
4.4. Hasil Belajar Materi Berbicara siklus I ... 75
4.5 Hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa siklus II ... 81
4.6 Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru siklus II ... 82
4.7. Hasil Belajar Materi Berbicara siklus II ... 83
4.8. Rekapitulasi Nilai ... 86
4.9 Perbandingan Nilai Per Siklus ... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 11
4.1 Grafik Rata-rata nilai Pra siklus, siklus I, siklus II ... 87
4.2 Grafik Nilai tertinggi dan Nilai terendah ... 88
4.3 Grafik Ketuntasan ... 89
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 95
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 101
3. Naskah dongeng bermain peran siklus I ... 107
4. Naskah dongeng bermain peran siklus II ... 110
5. Lembar Observasi Guru siklus I ... 113
6. Lembar Observasi Siswa siklus I ... 114
7. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 115
8. Lembar Observasi Anak Siklus II ... 116
9. Nilai Siklus I ... 117
10.Nilai Siklus II ... 118
11.Rekapitulasi Nilai ... 119
12.Dokumentasi Kegiatan ... 120
13.Surat Keterangan Penelitian ... 125
14.Lembar Konsultasi Skripsi ... 126
15.Nilai SKK ... 127
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pembelajaran
Bahasa Indonesia menekankan tentang pentingnya penguasaan empat macam
keterampilan berbahasa oleh subjek didik yang meliputi: keterampilan
berbicara, keterampilan menyimak atau mendengarkan (dengan pemahaman),
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Siswa harus menguasai keempat aspek tesebut agar terampil
berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di
sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk
mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk
berkomunikasi. Sehubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi,
maka setiap pengguna bahasa haruslah terampil berbahasa agar komunikasi
berbahasa dapat berjalan dengan lancar. Seseorang yang terampil berbicara
akan mudah dan lancar dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya.
Dengan demikian, pendengar akan mudah memahami dan menangkap isi atau
2
Menurut Chaer (2006:1) bahasa adalah suatu lambang berupa bunyi
yang digunakan oleh manusia untuk bekerja sama, dan berkomunikasi. Salah
satu bidang aktivitas dan materi pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah yang memegang peranan penting adalah
pembelajaran materi berbicara. Mengingat berbicara merupakan keterampilan
yang sangat penting untuk dimiliki, maka hasil belajar dalam materi ini perlu
dibina dan dikembangkan.
Berbicara sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa
memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Komponen yang paling
penting dalam berkomunikasi adalah berbicara. Berbicara merupakan sebuah
keterampilan yang memerlukan latihan secara terus menerus.
Menurut Tarigan (2008:3) berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh
keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara
atau berujar dipelajari. Hal tersebut senada dengan pendapat Nurgiyantoro
(2010:399) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan
bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar
3
Melihat kondisi yang terdapat di lapangan, pembelajaran bahasa
Indonesia saat ini masih jauh dari kondisi ideal yang sesuai dengan hakikat
pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia masih
terpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan dan menyimak informasi
yang disampaikan guru, tanpa ada suatu kegiatan pengamatan dan lainnya
untuk mengembangkan hasil belajar siswa. Pada umunya siswa mengalami
hambatan ketika mereka diberikan tugas oleh guru untuk mengemukakan
pendapat atau bercerita di depan kelas. Mereka mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan ide, kurang menguasai materi atau cerita yang diberikan oleh
guru, kurang membiasakan diri untuk bercerita di depan umum, kurangnya
rasa percaya diri pada siswa, dan kurang mampu mengembangkan
keterampilan bernalar dalam berbicara. Kesulitan-kesulitan tersebut membuat
mereka tidak mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan dengan baik,
sehingga siswa menjadi enggan untuk berbicara menuangkan ide kreatifnya.
Secara umum keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil
belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar
pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar siswa dan proses
mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses
belajar mengajar. Tujuan proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan
4
Faktor-faktor yang mendukung hasil belajar antara lain faktor internal
dan faktor eksternal. Kenyataannya, berdasarkan hasil observasi peneliti, guru
kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jombor Kecamatan Tuntang Tahun Pelajaran
2016/2017, pembelajaran bahasa Indonesia masih menggunakan metode
ceramah dalam penyampaian materi, sehingga terlihat monoton dan kurang
bervariasi. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar bahasa Indonesia materi
berbicara pada siswa kelas III rendah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai
siswa belum mencapai KKM yaitu 65, 5 siswa mencapai ketuntasan dengan
persentase 29,41%, dan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 12 siswa
dengan persentase 70,59%. Sedangkan rata-rata persentase ketuntasan siswa
adalah 85%, jadi hampir semua siswa belum mencapai ketuntasan sesuai
dengan KKM yang ditentukan di sekolah tersebut.
Dari permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas,
diperlukan adanya solusi yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar
berbicara siswa. Hal tersebut sejalan dengan QS AN Nahl ayat 125:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
5
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. Ayat ini menjelaskan dalam menyampaikan pelajaran,
hendaknya menggunakan cara yang tepat dalam mengajak manusia menuju
kebenaran. Karena semua orang tidak dapat diajak lewat satu cara saja.
Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan metode bermain peran
untuk meningkatkan hasil belajar berbicara siswa. Bermain peran sebagai
suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan
makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan
kelompok (Hamzah B. Uno, 2010:26). Jadi, dengan kata lain, peningkatan
hasil belajar berbicara melalui metode bermain peran ini diharapkan siswa
dapat berlatih komunikasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berharap metode bermain peran ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jombor
Kecamatan Tuntang Tahun Pelajaran 2106/2017, sehingga berefek pada
meningkatkanya nilai mata pelajaran bahasa Indonesia mereka, khususnya
pada materi berbicara. Maka penelitian ini berfokus pada “Peningkatan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Materi Berbicara dengan Metode Bermain Peran
pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Aulad Jombor
6 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : “Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia melalui
metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar materi berbicara
pada siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jombor Kecamatan Tuntang Tahun
Pelajaran 2016/2017?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
untuk meningkatkan hasil belajar materi berbicara dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia dengan metode bermain peran pada siswa kelas III MI
Tarbiyatul Aulad Jombor tahun pelajaran 2016/2017.
D. Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
penggunaan metode bermain peran dapat menigkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia materi berbicara siswa di kelas III MI Tarbiyatul Aulad Jombor,
Kecamatan Tuntang tahun pelajaran 2016/2017. Hipotesis dalam penelitain
ini adalah “penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar
bahasa Indonesia materi berbicara siswa kelas III MI Tarbiyatul Aulad
7 E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan teori pembelajaran materi berbicara di kelas
rendah dengan menerapkan metode bermain peran.
b. Sebagai bahan acuan dalam proses belajar mengajar pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek materi berbicara.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
siswa dan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi berbicara.
b. Bagi siswa, membantu mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia materi berbicara..
c. Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi dalam usaha untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran bahasa
Indonesia materi berbicara siswa di sekolah.
d. Bagi peneliti, melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun
suatu rancangan pembelajaran bahasa Indonesia materi berbicara
dengan metode bermain peran yang dapat sesuai dengan kondisi
sekolah.
e. Bagi peneliti lain, sebagai sumber informasi pengetahuan dalam
8 F. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang
berbeda pada judul di atas, maka peneliti perlu menjelaskan berbagai istilah
sekaligus sebagai batasan penelitian. Adapun istilah-istilah tersebut adalah :
1. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:30) pengertian tentang hasil belajar adalah
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah
dicapai oleh siswa setelah mengalami proses hasil belajar mengajar dalam
mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa
nilai saja,akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap,
kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
2. Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk
meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusateraan, merupakan salah
satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi
9
pengetahuan, ketrampilan bahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa
Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai nilai kemanusiaan.
( Departemen Agama, 2004:103)
Pelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia.
3. Hakikat Berbicara
Yang termasuk dalam keterampilan berbicara : seperti
mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog,
pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga,
masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri,
kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan atau ketidaksukaan,
kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi
dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa
dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair
lagu, pantun dan drama anak (Departemen Agama, 2004:104)
Berbicara adalah suatu kemampuan seseorang untuk
bercakap-bercakap dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk menyampaikan
pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan untuk melahirkan
10
4. Metode Bermain Peran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang
telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Menurut Yamin (2006:17) menyatakan bahwa metode sosiodrama
atau bermain peran adalah metode yang melibatkan dua siswa atau lebih
tentang suatu topik atau situasi siswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka
melakukan peran terbuka.
Metode bermain peran adalah metode yang yang melibatkan siswa
untuk pura-pura melakukan peran tentang suatu topik atau situasi sesuai
dengan peran/tokoh yang dilakoni.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa Inggris
disebut Classroom Action Reseacrch yaitu suatu action research yang
dilakukan di kelas. Munurut Arikunto (2010:8) Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada
kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. PTK tertuju
11
Dalam penelitian ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru
itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang
melakukan tindakan.
Beberapa alasan peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas,
yaitu :
a. Melalui PTK, guru akan menjadi peka dan tanggap terhadap segala
sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya.
b. Dalam melaksanakn tahapan-tahapan PTK, guru akan mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu rangkaian kegiatan
untuk mengkaji secara cermat apa yang terjadi di kelasnya.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian difokuskan pada hasil belajar siswa kelas III MI
Tarbiyatul Aulad Jombor tahun pelajaran 2016/2017 dalam aspek
berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Jumlah siswa kelas III
sebanyak 17 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
3. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto
dkk (2010:16), terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu : (1)
12
Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Dalam tahap ini peneliti membuat perencanaan tentang apa yang
akan ditindaklanjuti.
a. Tahap rencana (planning)
Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum
seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan
adalah :
1) Merupakan skenario pembelajaran (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
2) Menyusun soal test.
13 b. Pelaksanaan (action)
Dalam tahap ini peneliti menerapkan isi rancangan yaitu peneliti
menerapkan metode bermain peran dalam pelajaran Bahasa
Indonesia.
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan.
d. Refleksi (reflection)
Tahap ini peneliti mengemukakan kembali atas apa yang sudah
dilakukan (tindakan yang sudah diterapkan). Tahap ini meliputi:
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi.
3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I dan
seterusnya.
4. Instrument Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan pada penelitian ini,
peneliti menggunakan instrument non tes. Penilaian non tes diperoleh dari
pengamatan guru terhadap hasil belajar siswa pada materi berbicara
menggunakan metode bermain peran. Berikut lembar penilaian tes kinerja
14
Perhitungan : (total skor : skor maksimal) x 100
Skor maksimal : 3 x 5 = 15
5. Metode Pengumpulan Data
Untuk mempermudah menggambarkan perubahan yang terjadi dalam
PTK, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
diantaranya :
a. Observasi
Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan dari kegiatan
15
hasil belajar siswa pada materi berbicara menggunakan metode
bermain peran. Hasilnya ditulis dalam lembar observasi.
b. Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti digunakan untuk
mencari dan menggali keterangan yang jelas dan mendalam terhadap
hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan penelitian, saat
pelaksanaan tindakan penelitian dan setelah pelaksanaan tindakan
penelitian.
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulakn data-data teks atau gambar kemudian
menganalisisnya. Dokumen yang digunakna untuk mengetahui hasil
belajar siswa pada materi berbicara pada saat tindakan berupa RPP,
foto, dan nilai hasil belajar siswa.
6. Analisis Data
Setelah terkumpul data dengan lengkap, maka selanjutnya adalah
menganalisis data tersebut untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian
yang telah dilakukan. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif.
Menurut Arikunto (2010:13) dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu :
16
deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif.
Misalnya, mencari nilai rata-rata, prosentase, keberhasilan belajar dll.
Adapun rumusnya sebagai berikut :
P =
𝑓𝑁
× 100%
Keterangan :
P = Persentase
F = Poin yang diperoleh
N = Jumlah siswa
H. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap
pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika
penelitian sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis
E. Manfaat Penelitian
17 G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
2. Subjek Penelitian
3. Langkah-langkah penelitian
4. Instrument Penelitian
5. Metode Pengumpulan Data
6. Analisis Data
H. Sistematika Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
2. Tipe Hasil Belajar
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Hakikat Berbicara
1. Pengertian Berbicara
2. Prinsip-prinsip dalam Berbicara
18
D. Metode Bermain Peran
1. Pengertian Metode Bermain Peran
2. Langkah-langkah Metode Bermain Peran
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran
E. Penelitian yang Relevan
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Subyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MI Tarbiyatul Aulad Jombor
2. Letak Geografis
3. Profil Sekolah
4. Visi Misi dan Tujuan Madrasah
5. Keadaan Guru dan Siswa
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus
1. Pra Siklus
2. Siklu I
3. Siklus II
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
19 2. Siklus I
3. Siklus II
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
20 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang hasil belajar,
perlu dirumuskan secara jelas dari kata di atas, Karena secara etimologi
terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar.
Menurut Kamu Bahasa Indonesia, hasil adalah suatu yang ada
(terjadi) oleh suatu kerja, berhasil sukses. Sedangkan belajar merupakan
proses manuasia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap (Baharudin&Esa, 2008:11).
Menurut Hamalik (2007:30) pengertian tentang hasil belajar
adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu
menjadi tahu.
Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya
yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang
yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi
21
dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas
dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih
baik (Purwanto, 2010:42).
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah
dicapai oleh siswa setelah mengalami proses hasil belajar mengajar dalam
mempelajari materi pelajaran tetentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa
nilai saja,akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap,
kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
2. Tipe Hasil Belajar
Dalam sistem dunia pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara
garis besar dibagi menjadi tiga ranah antara lain :
a. Ranah Kognitif
Pada ranah kognitif terdapat beberapa tipe hasil belajar di
antaranya adalah :
1) Tipe hasil belajar pengetahuan
Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif yang paling
rendah. Namun, tipe hasil belajar menjadi prasarat bagi tipe hasil
22
Pengetahuan merupakan kemampuan untuk mengingat materi
pelajaran yang sudah dipelajari dari fakta-fakta.
2) Tipe hasil belajar pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Dalam pemahaman dibagi menjadi tiga kategori,
diantaranya yaitu :
a) Pemahaman penterjemah, yakni menterjemahkan materi
verbal dan memahami pernyataan-pernyataan non verbal.
b) Pemahaman penafsiran, yakni kemampuan untuk
mengungkapkan pikiran suatu karya dan menafsirkan
berbagai tipe dan soal.
c) Pemahaman ekstrapolasi, yakni kemampuan untuk
mengungkapkan dibalik pesan tetulis dalam suatu keterangan
atau lisan.
3) Tipe hasil belajar aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstrak pada situasi konkrit atau
situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke adalam situasi baru
23
Tahapan-tahapan dalam tipe belajar kognitif yakni:
a) Hafalan yaitu kemampuan siswa dalam menghafal pelajaran yang
pernah diajarkan.
b) Pemahaman yaitu kemampuan siswa dalam menjelaskan dan
mendefinisikan dengan lisan sendiri terhadap materi pelajaran
yang telah dipelajarinya.
c) Penerapan yaitu kemampuan siswa dalam memberikan contoh
serta menggunakan atau menerapkan dengan cepat apa yang ia
dapat dari materi yang telah dipelajarinya.
d) Analisis yaitu kemampuan siswa untuk mengidentifikasi
unsur-unsur mengenai apa yang tersirat dan apa yang tersurat.
e) Sintetis yaitu kemampuan siswa untuk menyusun kembali
unsur-unsur sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu keseluruhan yang
baru.
f) Evaluasi yaitu kemampuan siswa untuk menilai, menimbang dan
melakukan pilihan yang tepat atau mengambil suatu keputusan .
b. Ranah Afektif
Ranah afektif yang berkenan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil
belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
atensi atau perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
24
Sekalipun pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif
harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak
dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dari
hasil tipe belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari yang paling
sederhana sampai tingkat yang paling kompleks.
1) Receiving/attending, yaitu kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus dari luar yang datang pada siswa)
2) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan seorang
terhadap stimulus yang datang dari luar.
3) Valuing (penilaian), yakni kemampuan siswa dalam menerapkan
norma yang berlaku dalam tingkah laku sehari-hari secara
konsisten.
4) Pengorganisasian/organisasi, termasuk menentukan hubungan
satu nilai dengan nilai yang lain.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadiannya dan tingkah laku.
c. Ranah Psikomotorik
Tipe hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan, kemampuan bertindak individu. Dalam hal ini ada 6
25
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan tidak sadar)
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi
seperti gerakan ekspresi, interpretative.
Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak
berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam
kebersamaan (Sudjana, 1990:22-31) .
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor intern yang berasal dari siswa tersebut, dan faktor ekstern yang
berasal dari luar diri siswa tersebut (Sudjana, 1990:39). Selanjutnya
menurut Slameto (1990:56-74) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
26 a. Faktor Internal
Di dalam membicarakan faktor internal, terdapat tiga faktor,
yaitu :
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh dalam belajarnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan
cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan bekerja,
belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar adalah:
a) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
27
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walaupun begitu
siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum
pasti berhasil dalam belajarnya.
b) Perhatian
Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan
pelajaran selalu menarik perhatian, dengan cara
mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau
bakatnya.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, Karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena ada
daya tarik baginya.
d) Bakat
Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah
lebih giat lagi dalam belajarnya.
e) Motif
Motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar, di dalam
28
adanya latihan-latihan atau kebiasaan itu sangat perlu dalam
belajar.
f) Kematangan
Anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil
jika anak sudah siap dalam (matang) jadi kemajuan baru
untuk memiliki kecakapan baru itu tergantung dari
kematangan dan belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan
berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan dalam proses
belajar. Kesiapan ini perlu diperhatiakn dalam proses belajar,
karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan
maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3) Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Yang termasuk kelelahan jasmani terjadi karenan kekacauan
substansi karena sisa pembakaran di dalam tubuh sehingga
29
faktor rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan sehingga minat dan dorongan menghasilkan sesuatu
hilang.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu, yang berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Dalam faktor
eksternal ini dibedakan lagi menjadi tiga macam diantaranya yaitu :
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa :
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap hasil belajar anaknya. Orang tua yang kurang/tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mau tahu
bagaimanakah kemajuan belajar anaknya,
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain lain, dapat
30
yang didapatkan dan nilai hasil belajarnya tidak memuaskan
bahkan mungkin gagal dalam studinya. Disinilah bimbingan
dan penyuluhan memegang peranan yang penting. Anak
yang mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong
dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya.
Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi
keberhasilan bimbingan tersebut.
b) Relasi antara anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi orang tua dengan anaknya. Wujud relasi itu misalnya
apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan
pengertian ataukah diliputi oleh kebencian dan sebagainya.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak
tersebut.
c) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga
dimana anak berada dan belajar. Agar anak dapat belajar
dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang
dan tenteram selain anak kerasan/betah tinggal di rumah,
31
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin,
kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya
kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga
terganggu. Sebaliknya, keluarga yang kaya raya, orang tua
sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan
anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya,
akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya
kepada belajar. Hal ini juga dapat mengganggu belajar anak.
2) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa di sekolah di antaranya adalah :
a) Metode mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik. Misalnya guru
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran
sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas, akibatnya
siswa kurang senang terhadap pelajaran dan siswa jadi malas
32
b) Kurikukulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang
kurang baik adalah yang terlalu padat, diatas kemampuan
siswa, tidak sesuai dengan bakat dan minat siswa dan
sebagainya.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses pembelajaran terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
siswa itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi
oleh relasinya dengan gurunya. Guru yang kurang
berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses
belajar mengajar terebut kurang lancar dan siswa merasa
jauh dari guru. Sehingga akan timbul rasa segan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam belajar, sebaliknya jika
relasi antara guru dan siswa terjalin dengan baik, maka
siswa akan merasa akrab dan senang pada mata pelajaran
tersebut, dan siswa akan berusaha mempelajarai
33 d) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dalam
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.
Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam
mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan
pegawai, dan lain-lain.
e) Relasi dengan siswa siswi
Mencipakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu
agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
belajar siswa.
f) Alat pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat dapat
memperlancara penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
meguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih baik, giat
dan lebih maju.
g) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, baik pagi hari, siang atau sore hari.
Sebaiknya siswa belajar pagi hari, karena masih segar,
jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah
34
akan mengalami kesulitan. Hal itu disebabkan karena siswa
sukar berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang
lemah.
h) Tugas rumah
Hendaknya seorang guru janganlah terlalu banyak
memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah,
akibatnya siswa idak mempunyai waktu luang untuk
bermain.
3) Faktor lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam
masyarakat. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar anak dalam masyarakat :
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi
jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang
terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial dan lain-lain belajarnya akan terganggu. Lebih-lebih
jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya, jadi siswa
perlu membatasi kegiatannya dalam masyarakat supaya
35
b) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop,
radio, TV, surat kabar, dan lain-lain. Semuanya itu ada dan
beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik akan
memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga
terhadap belajarnya. Sebaliknya, mass media yang jelek juga
berpengaruh jelek terhadap siswa dan belajarnya. Maka
siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup
bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
c) Teman bergaul
Teman bergaul yang baik akan bepengaruh baik
terhadap diri siswa. Sebaliknya teman bergaul yang jelek
pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, maka perlu diusahakan agar
siswa memiliki teman bergaul yang baik serta pengawasan
dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Jika kehidupan
masyarakatnya memberikan pengaruh yang positif maka
36
masyarakat disekitarnya. Sebaliknya jika kehidupan
masyarakatnya memberikan pengaruh yang negatif maka
siswa dengan tidak langsung akan terpengaruh juga dengan
kehidupan masyarakat tersebut.
B. Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain,serta untuk
meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan yang merupakan
salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut (Departemen Agama
RI, 2004:103)
Pembelajaran kebahasaan dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa. Di samping itu, juga
untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa dan meningkatkan
kemampuan berfikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan.
Siswa tidak hanya dihadapkan mampu memahami informasi yang
disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga informasi yang
dilakukan secara terselubung atau tidak secara langsung (Slamet, 2007:80)
Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, terdapat
keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan, yaitu keterampilan-keterampilan reseptif
(keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif
37
pengajaran reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut
tetingkatkan pada tahap-tahap selanjutnya. Seterusnya, peningkatan
keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu (Slamet,
2007:6)
2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesai sebagai bahasa negara
berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan
pemerintahan dan kenegaraan. Selanjutnya, fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebangsaan nasional,
sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasa, sebagai pengembangan kebudayaan, sebagai
pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat
perhubungan dalam kepentingan pemerintah dan kenegaraan (Slamet,
2007:5)
Menurut Keraf, dalam Cahyani (2009:36) bahasa (Indonesia),
memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan
pemakainya, yakni :
a. Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
38
c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkungan atau situasi tertentu
d. Sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial
Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa
b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
pelestarian dan pengembangan budaya
c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
d. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk
berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah
e. Sarana pengembangan penalaran
f. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khasanah
kesusatraan Indonesia (Departemen Agama RI, 2004:103)
3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
39
serta menggunakan kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya.
Bahasa Indonesia adalah sarana komunikasi untuk saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan
kemampuan intelektual dan kesusastraan Indonesia. Adapun harapan
pelajaran Bahasa Indonesia agar para siswa mampu mengembangkan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan bersikap positif terhadap
bahasa Indonesia serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia
Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan
dasar bagi peseta didik untuk memahami dan merespon situasi
40
Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia ini
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara.
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia (Cahyani, 2009:42)
Secara umum tujuan pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik mengahargai dan membanggakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
b. Peserta didik memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna,
dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
41
c. Pesera didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematanagan sosial, dan
kematangan emosional.
d. Peserta didik memliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa
(berbicara dan menulis).
e. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan
kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia
(Departemen Agama RI, 2004:104).
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut ini :
a. Berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi
bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah,
pidato, pembicaraan narasumber, dialog/percakapan, pengumuman
serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat
serta mengapresiasi dan mengekspresikan sastra melalui kegiatan
anak-42
anak, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton
drama anak.
b. Berbicara; seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan,
menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, sesuatu proses,
menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda,
tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan
sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran,
peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa
dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair
lagu, pantun, dan menonton drama anak.
c. Membaca; seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraph,
berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus,
ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, dan pantun. Kompetensi membaca juga
diarahkan menumbuhkan budaya membaca.
d. Menulis; seperti menulis karangan naratif dan non-naratif dengan
tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam
pembaca, pemakaian ejaan, dan tanda baca, dan kosakata yang tepat
dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta
43
sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan
menumbuhkan kebiasaan menulis (Departemen Agama, RI, 2004:104).
C. Hakikat Berbicara 1. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk
berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan
berbicara. Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari.
Beberapa ahli berpendapat tentang arti berbicara. Menurut Tarigan
(2008:16) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Menurut Djago Tarigan
dalam Kundaru Sadhono dan Slamet (2012:34) berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan berbicara adalah suatu
berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat. Dengan berbicara
manusia dapat mengungkapkan ide, gagagasan, perasaan kepada orang
lain sehingga dapat melahirkan suatu interaksi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah suatu kemampuan seseorang untuk bercakap-bercakap
44
berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan untuk melahirkan interaksi
kepada orang lain.
2. Prinsip-prinsip dalam Berbicara
Perlu diketahui dalam berbicara terdapat beberapa prinsip-prinsip
umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain :
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang. Tidak menutup kemungkinan
ada yang berbicara sendirian, tapi yang paling sering ditemukan
dalam kegiatan berbicara adalah pembicaraan yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih.
b. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.
e. Menghubungkan setiap pembicara dengan lainnya dan kepada
lingkungannya dengan segera.
f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
g. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan
dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory
apparatus)
h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa
45
Dari prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, prinsip yang
terkait dengan penelitian ini adalah prinsip nomor 1,4,5, dan 7. Alasannya
adalah karena dalam penelitian ini penulis akan mengajak siswa untuk
memerankan tokoh-tokoh sebuah dongeng. Dalam bermain peran ini akan
terjadi interaksi antar siswa yang bermain peran, interaksi dengan siswa
yang menonton, dan menggunakan alat sederhana sebagai pelengkap
(Sadhono&Slamet,2012:17-18)
3. Tujuan Berbicara dan Jenis Berbicara
Kita lebih banyak berkomunikasi dengan cara berbicara
dibandingkan dengan cara yang lainnya. Lebih dari separuh waktu kita
digunakan untuk berbicara dan menyimak, selebihnya untuk membaca
dan menulis. Seseorang yang sedang melakukan aktivitas berbicara,
pastinya memiliki tujuan tertentu. Menurut Sadhono&Slamet (2012:37)
tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kemampuan secara efektif,
seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan dan mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pendengarnya.
Secara umum, bebicara memiliki tiga tujuan, yakni
memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to
46
persuade). Djago Tarigan menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi:
menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, dan
menggerakkan.
Berbicara merupakan kemampuan seseorang mengucapkan
kata-kata untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sesuai dengan
tujuannya, berbicara terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu persuasif,
instruktif, dan rekreatif. Yang termasuk dalam berbicara yang bersifat
persuasif adalah pembicaraan yang bertujuan untuk mendorong
meyakinkan, dan bertindak. Yang termasuk ke dalam jenis instruktif
adalah pembicaraan yang bertujuan untuk memberitahukan. Dan yang
termasuk ke dalam jenis rekreatif adalah pembicaraan yang bertujuan
untuk menyenangkan orang yang mendengarkan
(Sadhono&Slamet,2012:38).
Dari beberapa tujuan berbicara yang telah penulis jelaskan di atas,
yang berkaitan dengan penelitian adalah tujuan yang bersifat menjamu dan
menghibur. Sebab disini siswa hanya diminta untuk memerankan tokoh
dongeng yang diperankan.
D. Metode Bermain Peran
1. Pengertian Metode Bermain Peran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang
telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
47
bermain peran adalah metode yang melibatkan dua siswa atau lebih
tentang suatu topik atau situasi siswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka
melakukan peran terbuka.
Sedangkan menurut Djamarah (2005:237) metode bermain peran
juga dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan-bahan melalui
pengembangan dan penghayatan anak didik pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan memerankankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini
akan membuat anak didik lebih meresapi perolehannya. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode bermain peran ini
adalah penentuan topik, penentuan anggota pemeran, pembuatan lembar
kerja (kalau perlu), latihan singkat dialog (kalau perlu) dan pelaksanaan
permainan peran.
Berdasarkan pengertian di atas, metode bermain peran adalah
metode yang yang melibatkan siswa untuk pura-pura melakukan peran
tentang suatu topik atau situasi sesuai dengan peran/tokoh yang dilakoni.
2. Langkah-langkah Metode Bermain Peran
Agar penggunaan teknik bermain peran ini berhasil dalam
pembelajaran, sebaiknya guru memperhatikan langkah-langkah di bawah
48
a. Guru memperkenalkan teknik bermain peran ini kepada siswa, bahwa
dengan teknik ini diharapkan siswa dapat memecahkan masalah sosial
yang aktual di masyarakat, kemudian guru menunjuk beberapa siswa
yang akan berperan.
b. Guru harus memilih masalah yang sesuai dengan dunia anak,
sehingga menarik minat anak.
c. Agar siswa memahami jalan ceritanya, maka guru harus bisa
menceritakan sambil mengatur adegan.
d. Bila ada kesediaan dari siswa untuk berperan, sebaiknya guru
menanggapi, tetapi harus dipertimbangkan keserusan untuk perannya.
Bila tidak ada siswa yang bersedia, guru menunjuk saja siswa yang
sesuai dengan karakter yang akan diperankannya.
e. Jelaskan pada siswa yang mendapatkan peran, sehingga mereka tahu
tugas peranannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik dan
berdialog.
f. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan
kalimat pertama dalam dialog.
g. Setelah drama tersebut dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan,
agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat
didiskusikan secara umum. Para penonton ada kesempatan untuk