• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Perkembangan Akuifer Ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Tingkat Perkembangan Akuifer Ka"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Tingkat Perkembangan Akuifer Karst di Kaw asan Karst Gunung Sew u,

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Karst Rengel, Tuban, Jaw a Timur Berdasarkan

Analisis Hidrograf

Tjahyo Nugroho Adji, M . Asyroful M ujib, Hendy Fatchurohman, Igor Yoga Bahtiar1

Abstrak

Tingkat perkembangan karst ifikasi (derajat karst ifikasi) suat u akuifer karst mempengaruhi karakt erist ik imbuhan airt anah, besar sedikit nya kapasit as simpanan dan sist em pelepasan air oleh akuif er. Akuifer karst yang m emiliki derajat karst ifikasi tinggi akan memiliki kapasit as simpanan air yang rendah dan sist em pelepasan air yang cepat , sebaliknya pada akuifer karst yang memiliki derajat karst ifikasi rendah akan didominasi oleh t ipe aliran diffuse, kapasit as simpanan akuifer t inggi dan sist em pelepasan simpanan airnya yang perlahan. Tujuan penelit ian ini adalah unt uk mengident ifikasi secara spasial dan t emporal derajat karst ifikasi pada suat u akuif er karst berdasarkan karakt erist ik hidrograf alirannya.

Penelit ian ini dilakukan pada dua mat aair (Bet on dan Pet oyan) dan enam sungai baw ah t anah (Bribin, Gilap, Ngreneng, Seropan, Tot o, dan Ngerong) pada dua kaw asan karst yang berbeda yait u Karst Gunung Sew u, Gunung Kidul, Yogyakart a dan Karst Rengel, Kabupat en Tuban, Jaw a Timur. Dat a ut ama yang digunakan adalah dat a perekaman t inggi mukaair secara t ime series yang kemudian dikonversikan menjadai dat a debit aliran set elah dibuat st age discharge rat i ng cur ve-nya pada ke delapan lokasi pengukuran. M et ode st raight line met hods kemudian dilakukan unt uk m emisahkan komponen aliran dasar, dan analisis hidrograf berdasarkan rumus Rashed (2012) dilakukan unt uk m engukur seluruh komponen hidrograf unt uk menent ukan derajat karst ifikasi akuif er karst nya.

Hasil penelit ian menunjukkan bahw a secara t emporal t erdapat perbedaan derajat karst ifikasi pada aw al musim penghujan berupa darcian aquifer (Dk=1.95-9.27), m eningkat menjadi par t ially dan karst ified aquifer (Dk=10.92-35.99) pada pert engahan musim, dan di akhir musim penghujan derajat karst ifikasi menurun kembali m enjadi darcian aquifer. Secara spasial, t erdapat perbedaan derajat karst ifikasi ant ara di bagian hulu sist em SBT Bribin (Gua Gilap dan M at aair Bet on) yait u pada t ahap part ially dan karst ified akuifer dan di bagian hilir (Gua Bribin, Seropan, dan Tot o) pada t ahap darcian aquifer. Secara umum, perhit ungan pada aw al dan akhir musim hujan m enunjukkan bahw a Karst Gunung Sew u dan Karst Rengel t ermasuk pada derajat karst ifikasi Darcian aquifer, yait u Karst Rengel berada pada darcian aquifer t ahap 1 (muda), sedangkan Karst Gunung Sew u berada pada darcian aquifer t ahap 2 (t ua). Sem ent ara it u, perhit ungan saat banjir pada puncak musi m hujan m enunjukan bahw a karst ifikasi di Karst Gunung Sew u t elah lebih berkembang disbanding dengan Karst Rengel.

Kat a kunci : Derajat karst ifikasi, analisis hidrogr af , akuifer karst

1

(2)

Pendahuluan

Akuifer karst memiliki karakt erist ik hidrogeologi yang kompleks dan khas dibandingkan dengan akuifer yang lain, diant aranya memiliki t iga sif at porosit as (t riple porosit y) yait u diffuse, f issure, dan conduit ; t ingkat het erogenit as yang t inggi dan anisot ropis; sert a kondukt if it as hidraulik yang t inggi (Whit e and Elizabet h, 2003; Ford and William, 2007).

Seiring dengan berkembangnya porosit as sekunder yang berupa lorong-lorong conduit

dalam suat u akuifer karst , akan semakin t ua pula um ur suat u kaw asan karst at au dengan kat a lain semakin lanjut pula derajat karst ifikasinya (Haryono dan Adji, 2004). Proses karst ifikasi ini secara umum dikont rol oleh fakt or geologi, iklim, hidrologi, dan veget asi (Daoxian, 2013), Lebih khusus, karst ifikasi yang berkembang di kaw asan karst t ropis dipengaruhi oleh f akt or curah hujan yang t inggi, t emperat ur hangat , lebat nya veget asi sehingga konsent rasi CO2 t inggi dan besarnya pot ensi aliran airt anah (Nguyet , 2006).

Tingkat perkembangan karst ifikasi ini sangat menent ukan sif at akuifer dalam melepaskan simpanan airnya. Semakin t inggi proses karst ifikasi, saluran conduitakan semakin berkembang dengan kondukt ivit as hidraulik t inggi dan sifat aliran cepat , sedangkan semakin rendah t ingkat perkembangan karst ifikasi, aliran akan didominasi oleh t ipe diffuse dengan kondukt ivit as hidraulik rendah dan sifat aliran lambat (Baena et al., 2009). Oleh karena it u, derajat karst ifikasi berperan secara mendasar unt uk manajemen sumberdaya air berkelanjut an.

Berbagai met ode penelit ian t elah banyak dilakukan unt uk mengklasif ikasi t ingkat perkembangan akuifer karst di ant aranya (1) analisis hidrokemograf, yakni dengan memant au variasi kualit as air di sebuah mat aair karst (Shust er and Whit e, 1971; Raeisi and Karami, 1997; Last ennet and M udry, 1997; Adji, 2005; Adji, 2012) (2) analisis sist em linear (Dreiss, 1989); (3) rasio het erogenit as; (4) analisis resesi hidrograf banjir (Adji and M isqi, 2010; Adji et al, 2009; Adji 2011); dan (5) kecepat an akuifer karst dalam melepaskan air (aquif er flashiness). Diant ara kelima m et ode diat as, analisis resesi hidrograf banjir pada mat aair dan sungai baw ah t anah karst dianggap mampu m emberikan informasi t erkait kondisi int ernal, karakt erist ik, sist em aliran dan mencerminkan kondisi daerah imbuhan akuifer karst (Bonacci, 1993; Kresic dan Bonacci, 2010; M ohammadi, 2013).Rashed (2012) juga m emperkenalkan met ode baru dengan menggunakan seluruh komponen hidrograf (rising and recession limb, t ime t o peak, t ime t o baseflow , and t ime event) dalam menent ukan derajat karst ifikasi suat u akuifer karst .

(3)

Karakteristik Umum Daerah Penelitian

Penelit ian ini dit erapkan pada dua kaw asan karst yang berkembang pada for masi bat uan, umur geologi, dan kenampakan t opografi karst yang berbeda, yait u (1) Kaw asan Karst Gunung Sew u, Kabupat en Gunung Kidul, Yogyakart a; dan (2) Kaw asan Karst Rengel, Kabupat en Tuban, Jaw a Timur. Kaw asan Karst Gunung Sew u berada pada Formasi Wonosari yang t ersusun dari bat ugamping berlapis, bat ugamping masif, dan bat ugamping t erumbu (Brunsch, et al, 2011). Ciri khusus pada f ormasi ini adalah dominasi porosit as sekunder berupa rongga-ronga hasil pelarut an. St rukt ur geologi Kaw asan Karst Gunung Sew u secara umum m erupakan homoklin yang miring ke selat an dengan sudut lereng 5°15°. st rukt ur ret akan m enunjukkan arah jurus umum barat laut t enggara dan t imur laut -barat daya (Kusumayudha, 2005). Kenampakan geomorfologi dalam kaw asan ini diungkapkan lebih komprehensif oleh Haryono and Day (2004) yang t erdiri dari morfologi karst labirin; morfologi karst poligonal yang mendominasi daerah selat an; dan morfologi karst t ow er yang mendominasi daerah ut ara hingga t engah.

M at aair dan sungai baw ah t anah di Karst Gunun g Sew u dalam ruang lingkup penelit ian

ini ant ara lain (a) M ataair Beton (49 M 0469977; 9121249), t erlet ak di Desa

Umbulrejo,Kecamat an Ponjong, mat aair t ipe Perennial ini memiliki debit rat a-rat a 720 lit er/ det ik dan debit minimum 505,9 lit er/ det ik pada t ahun 2009 (Adji, 2010; M isqi, 2010) sert a t elah dimanf aat kan oleh penduduk unt uk keperluan dom est ik, irigasi saw ah, dan t ambak; (b) M ataair Petoyan, t erlet ak di Desa Pet oyan, Kecamat an Purw osari. Tahun 2012-2013 m emiliki debit rat a-rat a 7,6 lit er/ det ik dengan debit minimum 1,9 lit er/ det ik dan maksimum 48,4 lit er/ det ik. M at aair t ipe Perennial ini t elah dimanfaat kan unt uk kebut uhan

(4)

dom est ik; (c) Sungai baw ah tanah Gua Gilap (49 M 472076; 9119137) t erlet ak di Kecamat an Paliyan dengan panjang gua 1090 m et er, berada di bagian hulu daerah t angkapan SBT Bribin dan diasumsikan mew akili SBT Bribin bagian at as, M acDonald and Part ners (1984) m enyebut kkan bahw a Gua Gilap selalu dialiri air sepanjang t ahun dan memiliki debit minimum sebesar sekit ar 6 lit er/ det ik yang t erjadi pada puncak musim kemarau. (d) Sungai baw ah tanah Gua Ngreneng (49 M 463590; 9112961), berdasarkan hasil t racer t est oleh M acDonald and Part ners (1984), diket ahui bahw a SBT Gua Ngreneng merupakan pemunculan sungai baw ah t anah yang diyakini sebagai bocoran dari sungai ut ama Bribin. Gua ini t erlet ak pada suat u cekungan bekas doline yang m empunyai beda t inggi sekit ar 50 m et er ant ara dasar sungai dan perm ukaan lembahnya. SBT t ipe perennial ini pada saat musim hujan debit sungai dapat menjadi sangat t inggi karena pint u masuk gua ini juga berf ungsi sebagai sinkhole aliran permukaan di sekit ar cekungan gua ini yang

mengakibat kan t ingginya pasokan aliran permukaan. (e) Sungai baw ah t anah Gua Seropan

(49 M 0465025; 9113946) t erl et ak di Dusun Semuluh Lor, Desa Ngepohsari, Kecamat an Semanu, berada pada ket inggian 203 mdpal dengan panjang gua 650 met er, Gua seropan selalu berair sepanjang t ahun (Perennial) sert a sist em perguaan yang masih akt if, debit rat a-rat a 875,7 lt / dt , debit minimum 812,4 lt / dt dan debit maksimum 1184,5 lt / dt . pot ensi sumberdaya air didalamnya t elah dimanf aat kan oleh penduduk di desa-desa sekit ar unt uk

kebut uhan dom est ik; (f) Sungai baw ah tanah Gua Toto (49 M 0462421; 9113408) t erlet ak

di Dusun Wediut ah, Desa Ngepohsari, Kecamat an Semanu, berada pada ket inggian 164 mdpal. Gua Tot o selalu berair sepanjang t ahun (perenial) dengan debit rat a-rat a 153,5 lit er/ det ik, debit minimum 124,5 lit er/ det ik dan maksimum 943,5 lit er/ det ik, sayangnya pot ensi sumberdayaair didalamnya hingga saat ini masih belum dimanfaat kan oleh masyarakat sekit ar; (g) Sungai baw ah t anah Gua Bribin (49 M 464666;9111646) t erlet ak di Kecamat an Semanu, mengalir sepanjang t ahun (perennial) dengan debit rat a-rat a 800-900 lit er/ det ik. M emiliki lorong gua sepanjang 3.900 met er, berada di bagian hilir dan dianggap

sebagai pem unculan t erakhir Sungai Bribin sebelum akhirnya muncul sebagai resurgence di

Pant ai Baron.

(5)

berkembang dengan baik di wilayah ini.Karakt erist ik debit selama periode penelit ian di t iap mat aair dan sungai baw ah t anah dit unjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakt erist ik debit mat aair dan sungai baw ah t anah daerah penelit ian

Debit (Q) lit er/ det ik

M ataair dan Sungai Bawah

Tanah

Periode Q min Q max Q mean

M at aair Bet on Januari – Sept em ber 2009 505,90 11111,70 1555,70 M at aair Pet oyan Okt ober 2012-Agust us 2013 1,95 48,49 7,62

SBT Gilap M ei 2006 – April 2007 3,00 380,00 47,31

SBT Ngreneng M ei 2006 – April 2007 60,00 1905,30 180,04

SBT Seropan Februari – Agust us 2009 812,40 1184,50 875,70

SBT Tot o Novem ber 2008-Sept em ber 2009 124,50 943,50 153,50

SBT Bribin M ei 2006 – April 2007 1630,00 2520,00 1771,11

SBT Ngerong Januari – Juli 2014 580,20 6407,90 968,50

Sumber : Hasil analisis dat a primer dan sekunder (2014)

M etode Penelitian

Penelit ian ini menggunakan pendekat an hidrograf aliran unt uk menent ukan derajat karst ifikasi akuifer karst di daerah penelit ian. Dat a yang dibut uhkan dalam penelit ian ini ant ara lain (1) dat a t inggi muka air dari mat aair dan sungai baw ah t anah yang direkam

secara t ime series dengan int erval w akt u perekaman 15 menit dan 30 menit m enggunakan

Hobo Wat er Level; dan (2) dat a debit yang diukur dengan m et ode sudden inject ion, pelampung, dan current met er sebagai dasar dalam pem buat an r at ing curve. Pengukuran debit dengan m et ode sudden inject ion adalah dengan menuangkan larut an dan m encat at perubahan nilai DHL dengan int erval 10 det ik hingga kembali mendekat i nilai daya hant ar list rik (DHL) aw al, diformulasikan dalam Rumus 1.

(1)

dimana Q adalah debit aliran (m3/ det ik), V adalah volume larut an yang dit uang, T adalah w akt u yang dit empuh oleh larut an, C1 merupakan konsent rasi larut an yang dit uang, dan C2 adalah nilai rat a-rat a konsent rasi menuju kondisi aw al.

Pengukuran debit m enggunakan m et ode pelampung menggunakan Rumus 2

(2)

dimana A adalah luas penampang basah (m2), k adalah koefisien pelampung yang nilainya

t ergant ung pada j enis pelampung yang digunakan dan dif ormulasikan pada Rumus 3, sedangkan u adalah kecepat an pelam pung (m/ dt ).

(3)

den

gan λ dihasilkan dari kedalaman tangkai (h) dibagi kedalaman air (d).

(6)

(4) dimana V adalah kecepat an pelampung (m/ dt ); a,b m erupakan koefisien alat ; dan N merupakan jumlah put aran per w akt u

Tahapan-t ahapan analisis unt uk menent ukan derajat karst ifikasi akuifer yait u pert ama, menent ukan debit aliran berdasarkan st age discharge r at ing curve, diart ikan sebagai kurva yang menunjukkan hubungan ant ara t inggi muka air dengan debit t erukur. Pengukuran debit dilakukan beberapa kali saat t inggi muka air rendah, sedang dan t inggi yang diharapkan dapat mew akili variasi debit dalam berbagai kondisi aliran. Rumus dari st age discharge r at ing cur ve ini sebagai rumus dasar dalam m enent uan debit aliran sesuai flukt uasi tinggi muka airnya.

Kedua, adalah pemisahan aliran dasar yang dilakukan dengan met ode st raight line met hod, yakni dengan m enggambar hidrograf pada skala logarit ma, sebagaimana yang disajikan pada Gambar 2.

Ket iga, m enghit ung derajat karst if ikasi (Dk), Derajat karst if ikasi dit ent ukan dengan mengaplikasikan f ormula yang diusulkan oleh Rashed (2012). M et ode ini m enggunakan dat a-dat a yang diambil dari sebuah hidrograf banjir sejak mulai debit naik hingga debit kembali lagi m enjadi aliran dasar (baseflow), t ermasuk dat a w akt u dimulainya banjir, w akt u puncak, dan w akt u kembali menjadi basef low. Komponen hidrograf ini diformulasikan dalam Rumus 5 dan diilust rasikan pada Gambar 3.

Rashed (2012) (5) Sedangkan tevent dan tpeak didapat dari

(6) dan

(7) dimana Qmax adalah debit maksimum di t it ik B; Qmin merupakan debit minimum saat hidrograf mulai naik di t it ikA; tA adalah w akt u ket ika mulai menaiknya hidrograf; tB adalah w akt u ket ika debit maksimum t erekam; dan tC m erupakan w akt u ket ika hidrograf sudah mencapai basef low kembali

(7)

Nilai derajat karst ifikasi (Dk) hasil perhit ungan Rum us 5 diklasifikasikan menjadi 5 kat egori akuifer pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi t ingkat perkem bangan akuifer karst

Dk Klasifikasi

<10 Akuifer yang sist em nya didominasi aliran diff use (Darcian aquifer)

10 – 20 Akuifer yang t elah t erkarst ifikasi sebagian (Part ially karst ified aquifer)

20 – 60 Akuifer yang t elah t erkarst ifikasi (Karst ified aquif er)

>60 Akuifer yang t elah t erkarst ifikasi secar a lanjut (Highly karst ified aquifer)

Sumber : Rashed (2012)

Penelit ian ini mengkaji lebih lanjut derajat karst ifikasi berdasarkan variasi t emporalnya ant ara saat aw al, pert engahan dan akhir musim penghujan pada dua kaw asan karst yang berbeda. Periode perekaman dat a mulai dari 6 bulan hingga 1 t ahun dengan m enggunakan dat a prim er (M at aair Pet oyan dan SBT Ngerong) dan dat a sekunder (Bet on, Bribin, Gilap, Ngreneng, Seropan, dan Tot o). Penent uan periode aw al, pert engahan, dan akhir musim hujan t iap t ahunnya senant iasa t idak sama, sehingga dalam p enelit ian ini aw al musim penghujan diasumsikan ant ara bulan desember-januari; pert engahan ant ara bulan februari-maret ; dan akhir musim penghujan ant ara bulan april-mei. Tiap periode t ersebut dipilih dua hidrograf banjir yang m ew akili kondisi aliran yang berbeda (t inggi, sedang, dan rendah), memiliki kondisi baseflow normal sebelum mulai rising limb, dan w akt u resesi yang cukup lama unt uk kemudian bisa dihit ung nilai derajat karst ifikasinya.

Hasil dan Pembahasan

Hidrograf dan Pemisahan Aliran Dasar

Pengukuran debit mat aair dan sungai baw ah t anah dilakukan pada beberapa variasi t inggi muka air rendah, sedang, hingga t inggi unt uk mendapat kan konst ant a dasar dalam menent ukan debit aliran berdasarkan variasi t inggi muka airnya. Debit dan t inggi mukaair

(8)

yang t erukur dianalisis dengan st age discharge r at ing curve sehingga didapat kan konst ant a pada t iap mat aair dan sungai baw ah t anah (Tabel 3), dimana y adalah debit aliran (lit er/ det ik) dan x adalah t inggi permukaan air (met er). Tinggi muka air yang t elah t erekam dalam sat u periode penelit ian dikonversi menjadi debit aliran menggunakan konst ant a dari rat ing curve t ersebut .

Tabel 3. Hasil analisis st age discharge rat ing curve di t iap lokasi penelit ian

M ataair dan SBT Pengukuran debit Rumus dari Rating Curve M at aair Bet on 17 kali y = 4449,6x2,3324

M at aair Pet oyan 12 kali y = 94.591(x) + 0.6292

SBT Gilap 9 kali y = 7,9129e 2,7173x

SBT Ngreneng 9 kali y = 49,164e 1.343x SBT Ser opan 7 kali y = 1418,9Ln(x) + 557,22

SBT Tot o 9 kali y = 5500,3x2 - 3007,9x + 536,37

SBT Bribin 15 kali y = 1204,5 x 1,0103

SBT Ngerong 20 kali y = 5.0196(x) - 2.0501

Sumber : Hasil analisis dat a primer dan sekunder (2014)

Debit yang t erekam akan dapat m enggambarkan seluruh hidrograf banjir dalam sat u periode pencat at an dat a. Tidak semua hidrograf banjir dapat dianalisis dengan Rumus 5, sehingga dalam set iap periode aw al, t engah, dan akhir musim hujan dipilih beberapa hidrograf banjir yang memenuhi krit eria unt uk dianalisis lebih lanjut .

Bent uk hidrograf banjir t erpilih t iap mat aair dan sungai baw ah t anah dapat dilihat pada Gambar 4 yang diselingi dengan met ode pemisahan aliran dasar menggunakan st raight line met hods. Hidrograf yang dipilih mew akili banjir pada aw al musim penghujan (kode banjir A), pert engahan musim penghujan (kode banjir B), dan akhir musim penghujan (kode banjir C).

Pemisahan aliran dasar menggunakan st raight line met hods pada t iap hidrograf menghasilkan t it ik pada kurva resesi yang m emisahkan resesi quickflow dari resesi baseflow (separat ion point), t it ik ini sebagai bat as dalam menghit ung w akt u dari debit puncak menuju aliran dasar (t ime t o baseflow =Tb) dan w akt u seluruh kejadian hidrograf (t ime

(9)
(10)

M at aair Bet on M at aair Pet oyan

SBT Gilap SBT Ngreneng

SBT Bribin SBT Ngerong

(11)

Tabel 4. Karakt erist ik paramet er hidrograf dan persent ase aliran dasar

Rerata W aktu (Jam) % Baseflow M usim Hujan M ataair dan SBT Hidrograf Banjir

yang diukur Tp Tb T event Aw al Tengah Akhir

M at aair Bet on 23 Banjir 12.9 193.4 154 48.22 51.77 46.94

M at aair Pet oyan 10 Banjir 3.6 9.3 12.9 40.36 22.67 39.56

SBT Gilap 16 Banjir 3 36 37.56 52.78 55.68 72.12

SBT Ngreneng 8 Banjir 4.5 16.8 56.12 45.10 48.75 -

SBT Seropan 7 Banjir 83.6 619.2 702.85 - 70.47 67.09

SBT Tot o 7 Banjir 14.4 910 924.28 73.09 66.64 72.65

SBT Bribi n 12 Banjir 5.5 36 41.45 88.79 87.13 97.27

SBT Ngerong 13 Banjir 10.25 20.54 30.77 50.46 57.26 48.14

Sumber : Hasil analisis dat a primer dan sekunder (2014)

Berdasarkan paramet er w akt u debit m enuju puncak banjir (Tp) dan Wakt u dari debit puncak m enuju aliran dasar (Tb) pada Tabel 4, t ampak bahw a Gua Gilap yang t erlet ak pada SBT Bribin bagian hulu m empunyai respon yang paling cepat t erhadap hujan (Tp=3 jam), karena let aknya berada di bagian hulu. Diikut i oleh M at aair Pet oyan (Tp=3.6 jam) dengan rent ang debit yang signifikan (7-44 lit er/ det ik). M eskipun respon t erhadap input cepat , Gua

Gilap memiliki kapasit as melepaskan air yang lebih lama dibanding Gua Ngreneng (Tb=16.8

jam), hal ini mengindikasikan bahw a Gua Ngreneng mempunyai sifat akuifer yang lebih cepat melepaskan komponen aliran dasar (diffuse) dan f ungsi Gua Ngreneng sebagai

pengat us aliran permukaan langsung (point r echarge) dari cekungan-cekungan di

sekit arnya.

Gua Bribin memiliki lorong gua paling panjang diant ara yang lain sekit ar 3.900 m et er, berpengaruh pada cepat nya konsent rasi aliran (point recharge dan shaft flow) yang masuk dari daerah t angkapan sekit arnya sehingga m emiliki respon yang cepat t erhadap hujan (Tp=5.5 jam), namun demikian kapasit as akuifer dalam melepaskan aliran dasar sama dengan Gua Gilap yang berada di bagian hulu (Tb=36 jam) dan lebih baik daripada Gua Ngerong.

(12)

Kapasit as simpanan aliran dasar paling besar adalah Gua Bribin. Hal ini dit unjukkan dengan persent ase baseflow pada saat musim penghujan berkisar ant ara 87-97%, saat aw al musim penghujan air yang t erinf ilt rasi pada zone epikarst t erlebih dulu memenuhi kapasit as lengas t anah, sehingga aliran dasar berkont ribusi sebesar 88% t erhadap t ot al aliran, sedangkan pada akhir musim penghujan akuifer memiliki kapasit as simpanan air

dalam jumlah yang cukup besar, diikut i t ipe imbuhan melalui ponor dan cekungan (int er nal

runoff) t idak m emiliki kont ribusi yang cukup signifikan karena sedikit nya int ensit as hujan yang t erjadi, sehingga saat banjir t erjadi, t ipe aliran didominasi oleh persent ase aliran dasar sebesar 97%. Selain f akt or t ersebut , infilt rasi diff use melalui zone vadose dari daerah t angkapan bagian hulu dan t engah t erkonsent rasi secara lat eral ke daerah t angkapan Gua Bribin yang berada di bagian hilir sist em SBT Bribin-Baron menambah pasokan aliran dasar yang sangat besar unt uk kebut uhan di musim kemarau.

Variasi Temporal Derajat Karstifikasi (Dk)

Hasil analisis derajat karst if ikasi berdasarkan met ode Rashed (2012) yang diformulasikan dalam Rumus 5 m enghasilkan t ingkat karst ifikasi yang berbeda pada t iap mat aair dan sungai baw ah t anah baik pada saat aw al, pert engahan dan akhir musim penghujan (Tabel 5). Pada saat aw al musim penghujan, derajat karst fikasi akuif er paling t inggi berada di Gua Gilap dan M at aair Bet on (karst ified aquifer). Gua Gilap dan M at aair Bet on yang mew akili bagian hulu sist em SBT Bribin memiliki beberapa point r echarge yan g berdekat an dengan saluran conduit gua, sert a t ingginya int ensit as perkolasi air hujan pada zona vadose yang t idak sebegit u dalam menyebabkan rekahan fissur es lebih dominan. M at aair Bet on m emiliki ciri rising limb yang ekst ri m dan m eningkat t ajam saat t erjadi banjir namun diimbangi dengan lambat nya akuifer dalam melepaskan simpanan air. M at aair Pet oyan, Sungai baw ah t anah Bribin, Ngreneng, Seropan, Tot o dan Ngerong saat aw al musim penghujan memiliki derajat karst ifikasi dominasi diff use (Darcian aquifer) karena saat aw al hujan, air yang t erinfilt rasi masih m em enuhi simpanan air dalam lengas t anah dan epikarst, belum sepenuhnya m enjadi t ot al aliran dalam sungai baw ah t anah.

Pada pert engahan musim penghujan, kapasit as epikarst dalam m enyimpan airt anah sebagian besar t elah t erpenuhi, sehingga saat hujan t erjadi dengan int ensit as dan kurun w akt u t ert ent u t erjadi kelebihan kapasit as simpanan yang mengakibat kan sebagian besar air menjadi aliran permukaan at aupun aliran cepat (quickflow /aliran conduit) melalui sungai baw ah t anah dan mat aair.Hampir seluruh mat aair dan sungai baw ah t anah di lokasi penelit ian pada pert engahan musim penghujan ini mencirikan derajat karst ifikasi yang semakin m eningkat sepert i M at aair Bet on (part ially and highly karst ified aquifer); Pet oyan, Bribin, Ngreneng, dan Ngerong (part ially karst ified aquif er).

Pada akhir musim penghujan, derajat karst if ikasi secara keseluruhan m engalami

penurunan secara dominan berupa darcian aquifer.Int ensit as hujan yang semakin

(13)

baw ah t anah unt uk m emenuhi aliran dasar selama musim kemarau hingga t iba musi m hujan berikut nya.

Variasi Spasial Derajat Karstifikasi (Dk)

Derajat karst ifikasi secara lokal dalam sat u kaw asan karst dari hasil penelit ian ini dapat dibedakan ant ara perkembangan karst ifikasi di bagian hulu dan di bagian hilir.Ist ilah hulu dan hilir dalam penelit ian ini unt uk memudahkan pemahaman variasi spasial dalam sat u sist em sungai baw ah t anah di akuif er karst . Ruang lingkup yang lebih luas, nant inya akan dapat dibedakan derajat karst ifikasi ant ara di Karst Gunung Sew u di bagian selat an Pulau Jaw a dengan Karst Rengel di bagian selat an Jaw a.

Didasari pada konsep aw al, Konsep zona hidrologi di akuif er karst dapat dibedakan ant ara zona t idak jenuh (unsat ur at ed zone) dan zona jenuh (sat urat ed zone), namun ist ilah “unsat urat ed” dan sat ur at ed” ini jarang dipakai dalam ist ilah karst karena memiliki ist ilah yang sama dengan t ingkat kejenuhan kimiaw i, sehingga secara umum dipakai ist ilah Zona Vadose yait u zona diat as muka air t anahdan Zona Phreat ik yait u zona dibaw ah muka air t anah (Ford and William, 2007). Air di zona vadose mengalami inf ilt rasi dan perkolasi ke baw ah oleh daya graf it asi, saat proses ini akan banyak t erjadi proses pelarut an secara vert ikal dan lambat laun t erjadi rekahan hingga menjadi conduit (ponor dan shaf t). Ket ika air t elah mencapai muka air t anah, aliran dikont rol oleh ket inggian dan t ekanan, air di zona phreat ic ini mengalir mengikut i gradient hidraulik menuju out l et yang berada di lembah t erdekat (Audra and Pal mer, 2013). Secara lebih luas, konsep pelarut an secara vert ikal akan banyak t erjadi di daerah t angkapan (recharge area) dengan indikasi banyak dit emukan ponor (sinking st ream), doline, dan cekungan-cekungan lainnya. Pelarut an secara horizont al searah dengan gradient hidraulik akan banyak t erjadi pada daerah hilir dengan indikasi rekahan-rekahan conduit lat eral at aupun lorong-lorong gua memiliki dimensi ukuran yang lebih besar seiring dengan semakin besarnya aliran sungai baw ah t anah.

Daerah hulu dari sist em SBT Bribin di Karst Gunung Sew u dalam penelit ian ini diw akili oleh Gua Gilap dan M at aair Bet on, dan daerah hilir diw akili oleh Gua Seropan, Tot o, dan Bribin, sedangkan Gua Ngreneng meskipun dianggap sebagai bocoran dari sist em SBT Bribin, kit a asumsikan sebagai daerah bagian t engah. M at aair Pet oyan m emiliki sist em yang berbeda dengan SBT Bribin, diindikasikan memiliki derah imbuhan yang lebih sempit dan t erbat as.Karst Rengel hanya dapat diw akili oleh Gua Ngerong sebagai daerah hilir dan menjadi salah sat u out let sist em sungai baw ah t anah di Karst Rengel.

Derajat karst ifikasi di bagian hulu yang dalam penelit ian ini diw akili oleh Gua Gilap dan M at aair Bet on memiliki derajat karst if ikasi paling t inggi (Karst ified aquifer hingga highl y karst ified aquifer) saat aw al dan pert engahan musim penghujan. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya aliran air permukaan set elah kejadian hujan yang masuk ke dalam sist em jaringan sungai baw ah t anah melalui ponor (sw allet hole) dari cekungan-cekungan di sekit arnya. Namun hal ini juga diimbangi dengan t ingginya kapasit as simpanan akuifer dan sist em m elepaskan air yang sif at nya lambat dan perlahan.

Bagian hilir yang diw akili oleh SBT Bribin, Seropan dan Tot o m emiliki derajat karst ifikasi

yang rendah (Darcian aquifer)dengan t ipe imbuhan dominan diffuse. Hal ini karena

(14)

aliran baw ah t anah berasal dari pasokan sist em SBT Bribin bagian t engah dan hulu.Kapasit as simpanan akuifer sangat t inggi dengan sist em pelepasan airnya yang bersifat sangat lambat .

M at aair Pet oyan mew akili sist em sungai baw ah t anah yang berbeda, t ingkat karst ifikasinya didominasi oleh aliran Diffuse namun saat musim penghujan banyak mendapat kan imbuhan dari ponor dan rekahan di sekit arnya. Kapasit as simpanan akuifer dan persent ase aliran dasar paling rendah diant ara yang lain mengindikasikan bahw a daerah imbuhan mat aair ini t idak t erlalu luas.

Bagian hilir Karst Rengel yang diw akili oleh SBT Ngerong m emiliki derajat karst ifikasi yang didominasi oleh aliran diffuse (Darcian aquifer). Tipe imbuhan saat musim hujan banyak dipengaruhi oleh t ipe int ernal runoff dimana air permukaan yang berada di doline masuk m elalui ponor dan gua yang secara t idak langsung m emiliki hubungan dengan sist em jaringan sungai baw ah t anah Ngerong.Kapasit as simpanan akuifernya t inggi dengan sist em pelepasan airnya yang bersifat perlahan.

Secara umum, Derajat karst ifikasi ant ara di Kaw asan Karst Gunung Sew u dan Karst

Rengel sama-sama berada pada t ahap Darcian Aquiferyang dominan alirannya bersifat

diffusedengan kapasit as simpanan akuifer yang t inggi dan sist em pelepasan airnya yang lambat, namun jika dapat diistilahkan disini, Karst Rengel m erupakan Darcian aquifer t ahap 1 (muda) sedangkan Karst Gunung Sew u masuk dalam Darcian aquifer t ahap 2 (t ua) karena dilihat dari kenampakan eksokarst dan endokarst nya Karst Gunung Sew u memiliki keragaman yang lebih kompleks. Karst Rengel di bagian hilir hanya memiliki Gua Ngerong sebagai sat u-sat unya jaringan sungai baw ah t anah yang sudah berkembang, sedangkan di Karst Gunung Sew u bagian hilir t elah banyak dit emukan Gua dan jaringan sungai baw ah t anah lainnya yang mencirikan kompleksnya kenampakan endokarst di kaw asan ini.Karakt erist ik imbuhan, kapasit as simpanan akuifer dan persent ase aliran dasar dari t iap lokasi penelit ian t elah dirangkum pada Tabel 6.

Kesimpulan

Hidrograf aliran dari mat aair dan sungai baw ah yang t erdapat dalam suat u kaw asan karst dapat m enjadi paramet er dalam menent ukan derajat karst if ikasi akuifer. Paramet er hidrograf yang digunakan ant ara lain debit mat aair, bent uk hidrograf, w akt u kejadian hidrograf (Tevent), w akt u dari debit dasar m enuju debit puncak (t ime t o peak), w akt u dari debit puncak m enuju aliran dasar (t ime t o baseflow). Berdasarkan karakt erist ik hidrografnya akan dapat dilakukan analisis aw al t erkait t ipe im buhan airt anah, besar sedikit nya kapasit as simpanan dan sifat pelepasan air oleh akuifer karst .

(15)

zona vadose t erlebih dulu saat aw al musim penghujan, kapasit as simpanan t elah m encapai t it ik jenuh pada pert engahan musim dan mulai melepaskan simpanan air saat musim kemarau.

Secara spasial t erdapat perbedaan derajat karst ifikasi ant ara di bagian hulu dan di bagian hilir dari sat u sist em jaringan sungai baw ah t anah. Bagian hulu yang diw akili oleh M at aair Bet on dan Gua Gilap memiliki derajat karst ifikasi yang lebih t inggi (Part ially dan Karst ified aquifer)karena banyaknya rekahan dan ponor yang berhubungan langsung dengan jaringan sungai baw ah t anah, sedangkan bagi an hilir yang diw akili oleh Gua Bribin, Seropan, Tot o, dan Ngerong memiliki derajat karst ifikasi yang lebih rendah (Darcian aquif er). Karst Gunung Sew u dan Karst Rengel keduanya m emiliki derajat karst if ikasi t ipe Darcian aquifer yang dominan sifat alirannya diffuse, namun Karst Rengel berada pada darcian aquifer t ahap 1 (muda) sedangkan Karst Gunung Sew u berada pada darcian aquifer t ahap 2 (t ua). Sem ent ara it u, perhit ungan derajat karst ifikasi pada saat banjir pada puncak musim hujan m enunjukan bahw a karst ifikasi di Karst Gunung Sew u t elah lebih berkembang pada t ahap lanjut dibanding dengan Karst Rengel. Hal ini t erlihat pula pada kenampakan morfologi endokarst dan eksokarst Karst Gunung Sew u yang lebih kompleks dibandingkan dengan Karst Rengel.

Daftar Pust aka

Adji, T. N. 2010. Spat ial and Tem poral Variat ion of Hydrogeochemist ry and Karst Flow Propert ies t o Charact erize Karst Dynamic Syst em i n Under gr ound River, Gunung Kidul Regency, DIY Province Java, Indonesia. Dissert at ion Geography st udy program. Graduat e School of Geography, Gadjah M ada Universit y, Yogyakart a.

Adji, T.N., 2005, Agresivit as Airt anah Kar st Sungai Baw ah Tanah Bribin, Gunung Sew u, Indonesian Cave and Karst Jour nal, Vol. 1 No1, HIKESPI

Adji, T.N. 2012, Wet Season Hydrochemist ry of Bribin River in Gunung Sew u Karst , Indonesia, Environment al Eart h Sciences , Vol. 67:1563–1572 pp

Adji, T.N., 2010. Variasi Spasial-Temporal Hidrogeokimia dan Sifat Aliran Unt uk Kar akt erisasi Sist em Karst Dinamis di Sungai Baw ah Tanah Bribin, Kabupat en Gunung Kidul, DIY, Disert asi, Fakult as Geografi, Univer sit as Gadjah M ada, Yogyakart a

Adji, T.N., 2011. Pemisahan aliran dasar bagian hul u Sungai Bribin pada alir an Gua Gilap, di Karst Gunung Sew u, Gunung Kidul, Yogyakart a, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 Sept em ber 2011

Adji, T.N., Hendr ayana, H., Sudarmadji, E., Wor o, S, 2009, Diffuse Flow Separat ion Wit hin Karst Underground River at Ngreneng Cave, Proceeding of Int ernat ional Confer ence Eart h Science and Technology, 6-7 Aug 2009, Yogyakart a

Adji, T.N., M isqi, M ., 2010, The Dist ribut ion of Flood Hydrogr aph Recession Const ant f or Char act erizat ion of Karst Spring and Underground River Flow Component s Releasing Wit hi n Gunung Sew u Karst Region, Indonesian Jour nal of Geography, XLII(1)

Audra, P., and Palm er, A.N.,2013.The vert ical dimension of karst : cont rols of vert ical cave pat t ern. In:Shroder,J.(Edit orinchief),Frumkin,A.(Ed.),Treat ise

onGeomorphology.Academi cPr ess,SanDiego,CA,vol.6,Karst Geomorphology,pp.186–206. Baena, CL. B. Andreo, J. M udry, F. Carr asco cant os. 2009. Groundw at er t em perat ure and elect rical

conduct ivit y as t ools t o charact erize flow pat t er ns in car bonat e aquifers: The Si err a de las Nieves karst aquifer, Sout her n Spain. Hydrogeology Journal 17:843-853.

Bemm elen, R.W van. 1949. The Geology of Indonesia (2 vols). Gt v Print Of fice, The Hague

(16)

Brunsch A, Adji, TN, St offel D, Ikhw an M , Oberle P, Nest m ann F (2011) Hydrological assessment of analysis. Wat er Resources Research. 25 (1) pp 126-134.

Ford, D., Williams, P. 2007. Karst Hydrogeology and Geomorphology. John Wiley & Sons, Lt d. Har yono, E. 2008. M odel perkem bangan karst ber dasarkan morfomet ri jaringan lem bah di

Karangbolong, Gunungsew u, Blam bangan dan Rengel. Disert asi t idak di publikasikan. Program Pascasarjana Fakult as Geografi, Universit as Gadjah M ada.

Har yono, E. dan Adji, T.N. 2004. Geomorfologi dan Hidr ologi Karst . Yogyakart a: Kelom pok St udi Karst , Fakult as Geograf i, Universit as Gadjah M ada

Har yono, E., and Day, M ick., 2004. Landf orm dif ferent iat ion w it hin t he Gunung Kidul Kegelkarst , Java, Indonesia.Journal of Cave and Karst St udies, Vol. 66, no. 2, pp 62-69.

Har yono, E., Surat man W., Sriyono, Soenarso, S. 2001. Pemet aan zonasi kaw asan karst di Jaw a Timur bagian ut ara (Kabupat en Tuban).Penelit ian kerjasama ant ar a Dinas Pert am bangan Pr opinsi Jaw a Timur dengan Fakult as Geografi UGM .

Kresic, N. and Ognjen Bonacci. 2010. Spring Discharge Hydrograph. In Kresic, N. and Zoran St evanovic. 2010. Groundw at er Hydrology of Springs: engineering, t heory, management , and sust ainabilit y. But t erw ort h-Heinemann.

Kresic, N. and Zoran, S.. 2010. Groundw at er Hydrology of Springs: engineering, t heory, management , and sust ainabilit y. But t erw ort h-Heinemann

Kusumayudha, S.B., 2005. Hidrogeologi Kars dan Geomet ri Frakt al di Daerah Gunungsew u. Adicit a Karya Nusa, Yogyakart a.

Last ennet , R. and M udry, J., 1997. Role of karst ificat ion and rainfall in t he behavior of het erogeneous karst syst em.Enviroment al Geology 32 (2) Sept em ber 1997: Springer-Verlag, pp 114-123. M acDonalds dan Par t ners. 1984. Gr eat er Yogyakar t a-Groundw at er Resour ces St udy. 3C: Cave

Survey, Yogyakart a. Direct orat e General of Wat er Resources Development Project (P2AT). M isqi, M . 2010. Analisis konst ant a r esesi sungai baw ah t anah unt uk karakt erisasi pelepasan

komponen akuifer karst (st udi kasus mat aair bet on, sungai baw ah t anah seropan, dan sungai baw ah t anah t ot o,Kab Gunung Kidul, Propinsi DIY).Skripsi tidak di publikasikan, Fakult as Geografi, Universit as Gadjah M ada.

M ohammadi, Z. and A. Shoja. 2013. Eff ect of annual rainfall amount on charact er ist ics of karst spr ing hydrograph. Carbonat e Evaporit es

Nguyet , Vu Thi M inh. 2006. Hydrogeological Charact erisat ion and Groundw at er Prot ect ion of Tropical M ount ainous Karst areas in NW Viet nam. VUB-Hydrology series Nr 48. Brussel: Depart ement of Hydr ology and Hydraulic engineering.

Raeisi, E. and Karami, G. 1997. Hydrochemographs of berghan karst spring as Indicat ors of aquif er charact erist ics. Journal of Cave and Karst St udies 59(3): 112-118.

Rashed, Khaled A. 2012. Assessing degree of kar st ificat ion: a new m et hod of classifying karst aquifers.Sixt eent h Int ernat ional Wat er Technology Conference, IWTC 16 2012, Ist anbul, Turkey

Shust er , E. T. and W hit e, W. B. 1971. Seasonal f luct uat ions in t he chemist ry of limest one Springs: a possible m eans for charact erizing Carbonat e aquifers. Journal of hydrology 14: 93-128 Whit e, W. B. and Elizabet h L. W. 2003. Conduit f ragment at ion, Cave pat t erns, and t he localizat ion of

(17)
(18)

18

Tabel 5. Perhitungan Derajat Karstifikasi pada awal, tengah, dan akhir m usim penghujan di lokasi penelitian

Qm ax Qm in T peak T event Dk Klasifikasi Qmax Qmin T peak T event Dk Klasifikasi Qm ax Qm in T peak T event Dk Klasifikasi 1 7216.54 2322.26 8 87 33.79 Kar sti fi ed aqui fer 6478.12 1700.87 7.5 21.5 10.92 Parti al l y Kar sti fi ed aqui fer 2433.12 989.29 2 7 8.61 Dar cian aqui fer 2 7315.67 2234.66 4 58.5 47.88 Kar sti fi ed aqui fer 11111.68 1818.73 2.5 46 112.42 Hi ghl y Kar sti fi ed aqui fer 2207.30 580.97 4.5 14 11.82 Par ti al l y Kar sti fied aqui fer 1 21.16 7.16 2 7 10.34 Dar ci an aqui fer 15.48 5.86 14 77 14.54 Parti al l y Kar sti fi ed aqui fer 2.48 2.09 5 23.5 5.57 Dar cian aqui fer 2 18.03 7.63 4 11 6.50 Dar ci an aqui fer 12.07 5.45 6 15 5.54 Darci an aqui fer 2.99 2.20 6 13 2.95 Dar cian aqui fer 1 1673.90 1611.75 7 46 6.82 Dar ci an aqui fer 2113.17 1892.20 2 25.5 14.24 Parti al l y kar stifi ed aqui fer 1936.13 1851.93 4 17.5 4.57 Dar cian aqui fer 2 2445.62 1782.41 8 35 6.00 Dar ci an aqui fer 1973.97 1756.80 3.5 11.5 3.69 Darci an aqui fer 1930.03 1834.95 3.5 10.5 3.16 Dar cian aqui fer 1 72.70 5.34 2.5 14.5 78.91 Hi ghl y kar sti fi ed aqui fer 98.70 32.44 3 6 6.09 Darci an aqui fer 182.64 89.44 3 7.5 5.11 Dar cian aqui fer 2 197.92 46.13 3.5 20.5 25.13 Kar sti fi ed aqui fer 153.45 70.41 3 9 6.54 Darci an aqui fer 261.61 82.82 4 11.5 9.08 Dar cian aqui fer 1 170.93 83.81 3 6 4.08 Dar ci an aqui fer 163.05 101.87 2 3.5 2.80 Darci an aqui fer 856.09 186.83 4.5 13 13.24 Par ti al l y kar sti fied aqui fer 2 385.01 176.45 3.5 17 10.60 Parti al l y kar stifi ed aqui fer 424.33 201.94 2 26.5 27.84 Kar sti fi ed aqui fer 1 927.30 834.42 6 10 1.85 Dar ci an aqui fer 1044.74 880.63 6.5 23 4.20 Darci an aqui fer 1184.54 845.17 3 45.5 21.26 Kar sti fi ed aqui fer 2 1100.00 890.76 5.5 13.5 3.03 Dar ci an aqui fer

1 150.51 124.49 6 10 2.02 Dar ci an aqui fer 569.66 149.77 6.5 61.5 35.99 Karsti fi ed aquifer 814.02 133.26 17 41.5 14.91 Par ti al l y kar sti fied aqui fer 2 223.85 125.03 6.5 17 4.68 Dar ci an aqui fer 338.00 127.36 10 27 7.17 Darci an aqui fer

1 1860.17 689.60 9.75 33.5 9.27 Dar ci an aqui fer 5735.30 1041.97 4.75 17.75 20.57 Karsti fi ed aquifer 1639.31 1252.80 2.25 12.25 7.12 Dar cian aqui fer 2 3792.71 981.74 8.5 26.75 12.16 Par ti al l y kar sti fi ed aqui fer 5148.01 1117.27 8 24 13.82 Parti al l y kar stifi ed aqui fer 1749.44 1039.75 8.75 27.75 5.34 Dar cian aqui fer

ti dak tersedi a data

Tabel 6.Karakteristik Derajat Karstifikasi akuifer karst berdasarkan parameter hidrograf banjir terpilih di lokasi penelitian Mataair & Sungai

Bawah Tanah Bentuk Hidrograf Karakteristik imbuhan Kapasitas simpanan aquifer Persentase aliran dasar Derajat karstifikasi

Mataair Beton Rising limb meningkat tajam,

recession limb saat awal dan akhir musim penghujan menurun secara lambat, namun saat pertengahan hujan

SBT Gilap Rising limb meningkat cepat, recession limb menurun secara bertahap dan lambat

Dominan internal runoff melalui ponor dan rekahan fissures

Kapasitas simpanan tinggi, lebih bagus daripada Ngreneng Rasio bulanan tinggi (80%), akhir musim penghujan paling tinggi (72%)

Karstified aquifer

SBT Ngreneng Rising limb meningkat tajam, recession limb menurun secara cepat.

Dominan internal runoff dari doline sekitarnya

Kapasitas simpanan sedang, lebih rendah dari Gilap Rasio bulanan tinggi (80%), % baseflow paling tinggi saat pertengahan musim hujan (48%)

Partially Karstified aquifer SBT Seropan Rising limb saat awal dan pertengahan musim hujan

meningkat dengan sangat lambat, namun rising limb di akhir musim penghujan meningkat tajam. Recession limb menurun dengan sangat lambat.

Dominan Diffuse Infiltration Kapasitas simpanan sangat tinggi, namun saat akhir musim penghujan rendah karena kapasitas simpanan sudah penuh

Rasio bulanan tinggi (80%), % baseflow paling tinggi saat pertengahan musim penghujan (70.4%)

Darcian aquifer

SBT Toto Rising limb meningkat secara perlahan, Recession limb menurun dengan sangat lambat

Dominan Diffuse Infiltration Kapasitas simpanan akuifer sangat tinggi Rasio bulanan tinggi (80%), % baseflow paling tinggi dicapai saat awal dan akhir musim penghujan

Darcian aquifer

SBT Bribin Rising limb meningkat cepat, recession limb menurun secara bertahap dan lambat, sama dengan Gilap

Dominan internal runoff dan pasokan dari sistem SBT Bribin hulu dan tengah

Kapasitas simpanan akuifer sangat tinggi Rasio bulanan sangat tinggi (97-99%), % baseflow pada akhir musim penghujan paling tinggi hingga mencapai 97%

Darcian aquifer

SBT Ngerong Rising limb meningkat cepat, namun lebih lambat dari Bribin, Gilap, dan Ngreneng. Recession limb menurun secara bertahap (< Ngreneng)

Dominan internal runoff dari ponor dan aliran permukaan di cekungan (doline).

Kapasitas simpanan tinggi Rasio bulanan tinggi. % baseflow paling tinggi terjadi pada pertengahan musim hujan (57%)

(19)

Gambar

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian (Karst Gunung Sewu, DIY dan Karst Rengel, Kab. Tuban, Jawa Timur)
Tabel 1. Karakteristik debit mataair dan sungai bawah tanah daerah penelitian
Gambar 2. Memisahkan Baseflow dengan straight line method
Gambar 3.Komponen hidrograf mataair karst yang digunakan untuk menghitung derajat karstifikasi  (Rashed, 2012)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan struktur mikro spesimen tanpa treatment, didapatkan struktur dengan butir-butir Si belum merata pada fasa α (matriks Al), spesimen quench didapatkan struktur

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara kami undang untuk hadir pada pembuktian. kualifikasi untuk paket pekerjaan

Transthroracic echocardiography revealed mild to mild-modertae mitral stenosis with severe regurgitation due to mitral valve prolaps, aortic regurgitation, and left atrial

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi Pengadaan Jasa Konsultansi Paket Pekerjaan Pengawasan Teknik Peningkatan Jalan Meranti - Kedama -

Perbedaan respon yang besar antara sawah tadah hujan dan irigasi pada Provinsi Jawa Timur menunjukan bahwa sistem irigasi akan berdampak besar bila dikembangkan pada

Adapun tujuan dari menentukan lokasi perusahaan adalah untuk memberikan kemudahan dan juga kenyamanan kepada para konsumen yang mengunjungi perusahaan dan

Soetomo Surabaya adalah dengan meningkatkan faktor-faktor kepuasan kerja yang lain seperti faktor pekerjaan, rekan kerja, kondisi kerja juga mempunyai pengaruh

Sahrizal: Tinjuan Pemasaran Kredit pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Binjai, 2001... Sahrizal: Tinjuan Pemasaran Kredit pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang