KABUPATEN LEBAK
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu administrasi Negara
Oleh: Erna Maeyasari
NIM. 082037
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
Finger Print Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.2012. 155 halaman + 15 lampiran. Pembimbing I Yeni Widyastuti S.Sos,. M.Si. Pembimbing II Rina Yulianti.,S.IP.,M.Si.
Kata Kunci : Disiplin, Efektivitas, Finger Print.
Kabupaten Lebak. Public Administration Department, Social and Politics Faculty of Sultan Ageng Tirtayasa University. 2012. 155 pages + 15 enclosed. 1stAdvisor : Yeni Widyastuti S.Sos. M.Sc. 2st Advisor : Rina Yulianti., S.IP., M.Sc.
Keywords : Disciplinary, Effectivity, Finger Print.
The purpose of this research is to know Effectivity Influence of Finger Print Implementation towards the Civil Servant’s Disciplinary at Secretariat Daerah Kabupaten Lebak.. The method used in this research is quantitative with associative approach applied on 164 respondents using saturated sampling technique. The instruments used in this research are questionnaire.The result tof this research is find out that Effectivity of Finger Print Implementation 76,9 percent and the level Disciplinary of Civil Servants at Secretariat Daerah Kabupaten Lebak 80,5 percent and there is Effectivity Influence of Finger Print Implementation towards the Civil Servant’s Disciplinary at Secretariat Daerah Kabupaten Lebak about 35,2 percent. Furthermore, that there is a relationship which average and the significant with test of the correlation coefficient t count
0,593 > t table 0,148, than Ho is rejected and Ha is accepted. Thus it can be
Nama : ERNA MAEYASARI
NIM : 6661082037
Judul Proposal : PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ABSENSI FINGER PRINT
TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LEBAK
Serang, 28 Mei 2012
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si Rina Yulianti, S.IP.,M.Si Nip. 19760210 200501 2 003 Nip. 19740705 2006604 2 011
Mengetahui,
Dekan FISIP UNTIRTA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : ERNA MAEYASARI
NIM : 6661082037
Judul Skripsi : PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ABSENSI
FINGER PRINT TERHADAP DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LEBAK Telah diuji dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 03 bulan Juli tahun 2012 dan dinyatakan LULUS.
Serang, 03 Juli 2012
Ketua Penguji
Nama : Drs.H.Oman Supihadi, M.Si ( )
Nip. : 19580606 198603 1 003
Anggota
Nama : Kandung Sapto N., S.Sos.,M.Si ( )
Nip. : 19780918 200501 1 002
Anggota
Nama : Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si ( )
Nip. : 19760210 200501 2 003
Mengetahui,
Dekan FISIP Untirta Ketua Program Studi
Dr.Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Rina Yulianti, S.IP.,M.Si
adalah kemenangan karena belajar dari kejatuhan.
-Mario Teguh-
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Mama, Bapak, Kakak, Adik, seluruh Keluarga besarku,
i
Assalamu’al
Puji syukur kehadirat Allah SWT, limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Efektivitas
Penerapan Absensi Finger Print Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak”.
Skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu
mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,
peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak sebagai berikut:
1. Prof.Dr.H.Soleh Hidayat,M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa;
2. Dr.Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
3. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik;
4. Mia Dwiana, S.Sos.,M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
5. Gandung Ismanto, MM selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
ii
7. Yeni Widyastuti, S.Sos.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa
membimbing dan memberikan saran dengan penuh kesabaran serta
memberikan masukan untuk perbaikan skripsi peneliti;
8. Para dosen dan staff TU Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala sumbangsihnya.
9. Drs. H. Ruswan Effendi, M.Si, selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak;
10.Hj.Titiek Yuniaty, S.Sos, M.Si, selaku Kepala Bagian Organisasi Dan Tata
Laksana Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak;
11.Aripin, S.Pd, M.Pd, selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian Sekretariat
Daerah Kabupaten Lebak;
12.Agus Nugraha, S.STP, selaku Kepala Sub Bagian Ketatalaksanaan selaku
Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang telah banyak memberikan data dan
informasi yang peneliti butuhkan serta arahan dan juga motivasi untuk
peneliti.;
13.M.Dada Wijaya, selaku Operator Komputer Bagian Organisasi Dan Tata
Laksana Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak ;
14.Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan serta
kasih sayang baik bersifat moril maupun materil. Terima kasih atas semua
iii bantuannya;
16.Teman-Teman BEM FISIP Kabinet Dahsyat 2011 terima kasih telah
memberikan pengalaman-pengalaman berharga dan motivasi kalian;
17.Untuk para senior Administrasi Negara dan pihak-pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan dan semua informasi yang
penulis butuhkan dari kalian semua dalam menyusun skripsi.
Mungkin masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini, oleh
karena itu sampaikan saran dan kritik ke arah perbaikkan dan penyempurnaan
skripsi ini, penulis akan dengan senang hati menerimanya. Akhir kata semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Serang, Mei 2012
i ABSTRACT
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR DIAGRAM xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 8
1.3. Batasan dan Perumusan Masalah 9
14. Tujuan Penelitian 9
1.5. Manfaat Penelitian 10
ii
2.3. Mesin Absensi Sidik Jari (Finger Print) 19
2.3.1. Keunggulan Mesin Absensi Fingerprint 24
2.3.2. Tujuan Penggunaan FingerPrint 26
2.4. Teori Disiplin Pegawai 26
2.4.1. Indikator-Indikator Kedisiplian 28
2.4.2. Aturan Pemerintah tentang Disiplin PNS 29
2.5. Kerangka Berfikir 33
2.6. Hipotesis 35
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian 36
3.2. Instrumen Penelitian 36
3.2.1. Sumber Data 40
3.3. Populasi dan Teknik Sampling 41
3.4. Teknik Pengumpulan Data 43
3.5. Teknik Pengolahan Data 45
3.6. Teknik Analisis Data 47
3.6.1. Uji Koefisien Korelasi 47
3.6.2. Uji Koefisien Determinan 49
iii
4.1. Deskripsi Objek Penelitian 52
4.1.1. Gambaran Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak53
4.1.2. Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak 57
4.2. Deskripsi Data 62
4.2.1. Pengujian Persyarat Statistik 62
4.2.1.1. Hasil Uji Validitas 62
4.2.1.2. Hasil Uji Realibilitas 65
4.2.1.3. Hasil Uji Normalitas 67
4.2.2. Identitas Responden 70
4.2.2.1. Karakteristik Jenis Kelamin 72
4.2.2.2. Karakteristik Usia 73
4.2.2.3. Karakteristik Pendidikan Terakhir 74
4.2.2.4. Karakteristik Jabatan 75
4.2.3. Analisis Data 76
4.2.3.1. Penyajian Data Variabel X 77
4.2.3.2. Analisis Variabel X 108
4.2.3.3. Penyajian Data Variabel Y 111
4.2.3.4. Analisis Variabel Y 142
4.3. Pengujian Hipotesis 144
iv
4.5. Pembahasan 151
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan 152
5.2. Saran 153
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
i
Tabel 1.1. Rekapitulasi Kehadiran Pegawai Di Sekretariat Daerah
Kabupaten Lebak 6
Tabel 2.1. Perbandingan Kelemahan dan Kekurangan Beberapa
Sistem Pencatatan Absensi 24
Tabel 2.2. Pelanggaran-Pelanggaran Sanksi Disiplin sesuai PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil 32
Tabel 3.1. Indikator Variabel 37
Tabel 3.2. Skor dalam Penelitian 39
Tabel 3.3. Jumlah Seluruh Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten
Lebak 41
Tabel 3.4. Pedoman untuk memberikan Interprestasi Koefisien
Korelasi 49
Tabel 3.5. Jadwal Penelitian 51
Tabel 4.1. Jumlah Seluruh Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten
Lebak 61
Tabel 4.2. Hasil Perhitungang Uji Validitas Variabel X 63
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Y 64 Tabel 4.4. Reliabilitas Efektivitas Absensi Finger Print (X) 66
Tabel 4.5. Realibilitas Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Y) 66
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas 68
Tabel 4.7. Jumlah Sampel yang Diambil 71
Tabel 4.8. Penerapan Absensi Finger Print Sudah Mengarah Pada Tujuan
ii
Tabel 4.11 Frekuensi Indikator Pencapaian Target 81
Tabel 4.12 Pegawai Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Perubahan
Absensi 82
Tabel 4.13 Pelatihan atau Sosialisasi Bagi Pegawai 83 Tabel 4.14 Absensi Finger Print Sesuai Dengan Perkembangan
Teknologi 84
Tabel 4.15 Frekuensi Indikator Kemampuan Beradaptasi 85
Tabel 4.16 Absensi Finger Print Memotivasi Pegawai 86 Tabel 4.17 Fasilitas Yang Menunjang Pekerjaan Pegawai 87
Tabel 4.18 Kesesuaian Sistem Insentif Dengan Beban Kerja Setiap
Pegawai 88
Tabel 4.19 Frekuensi Indikator Kepuasan Kerja 89
Tabel 4.20 SDM / Pegawai Operator Belum Optimal 90
Tabel 4.21 Pegawai Melaksanakan Pekerjaan Dengan Tepat Waktu 91 Tabel 4.22 Pengambilan Keputusan Selalu Berkoirdinasi Dengan
Pimpinan 92
Tabel 4.23 Pegawai Berinisiatif Mengambil Keputusan Terhadap
Permasalahan 93
Tabel 4.24 Frekuensi Indikator Tanggung Jawab 94
Tabel 4.25 Mesin Absensi Finger Print dan Komputer Terstandarisasi
dengan Baik 95
Tabel 4.26 Jaringan Terkoneksi dengan Baik 96
Tabel 4.27 Frekuensi Indikator Perangkat Keras (Hardware) 97
iii
Tabel 4.31 Penerapan Mesin Absensi Finger Print Sesuai dengan
Prosedur 101
Tabel 4.32 Prosedur Mengenai Absensi Finger Print Mudah
Dipahami 102
Tabel 4.33 Frekuensi Indikator Prosedur 103
Tabel 4.34 Operator Absensi Finger Print dari Pegawai Lingkungan
SEKDA Lebak 104
Tabel 4.35 Operator Absensi Finger Print bekerja sesuai dengan
prosedur 105
Tabel 4.36 Teknisi Secara Rutin Melakukan Perawatan dan
Pemeliharaan Program 106
Tabel 4.37 SDM Khusus Teknisi 107
Tabel 4.38 Frekuensi Indikator Personalia Pengoprasian 108 Tabel 4.39 Pegawai Harus Mengetahui Tujuan Pimpinan 109
Tabel 4.40 Pekerjaan yang diberikan Sesuai dengan Kemampuan 110 Tabel 4.41 Frekuensi Indikator Tujuan dan Kemampuan 111 Tabel 4.42 Pimpinan Selalu Memberikan Contoh Berdisiplin 112
Tabel 4.43 Pimpinan Tidak Melakukan Tindakan KKN 113
Tabel 4.44 Frekuensi Indikator Teladan Pimpinan 114
Tabel 4.45 Pemberian Gaji dan Insentif yang Adil bagi Pegawai 115 Tabel 4.46 Tunjangan Pegawai yang Disiplin akan Mendorong Sikap
Disiplin 116
Tabel 4.47 Frekuensi Indikator Balas Jasa 117
iv
Tabel 4.51 Penilaian & Pegawasan Sudah Diterapkan Instansi 121 Tabel 4.52 Pimpinan Mengetahui Prestasi Kerja dan Kesulitan
Pekerjaan Pegawai 122
Tabel 4.53 Frekuensi Indikator Pengawasan Melekat 123 Tabel 4.54 Pegawai Mengetahui PP No.53 Tahun 2010 124 Tabel 4.55 Sanksi yang Diberikan Berdasarkan PP No.53 Tahun 2010 125
Tabel 4.56 Frekuensi Indikator Sanksi Hukuman 126
Tabel 4.57 Pimpinan Berani Bersikap Tegas dalam Memberikan
Hukuman 127
Tabel 4.58 Pimpinan Harus Tegas Dalam Memberikan Contoh Sikap
Disiplin 128
Tabel 4.59 Frekuensi Indikator Ketegasan 129
Tabel 4.60 Lingkungan dan Suasana Kerja yang Nyaman akan
Membuat Pegawai Disiplin 130
Tabel 4.61 Pegawai Menciptakan Suasana Hubungan Kemanusiaan 131 Tabel 4.62 Frekuensi Indikator Hubungan Kemanusiaan 132
Tabel 4.63 Ketentuan Jam Kerja 133
Tabel 4.64 Pegawai Datang Terlambat dan Pulang Mendahului 134
Tabel 4.65 Frekuensi Indikator Menaati Ketentuan Jam Kerja 135 Tabel 4.66 Pegawai Mengutamakan Kepentingan Organisasi 136 Tabel 4.67 Pegawai Meninggalkan Pekerjaan Untuk Mengurus
Kepentingan Pribadi 137
v
Korelasi 140
Tabel 4.71 Koefisien Determinan 141
Tabel 4.72 Regresi Linear Sederhana 142
Tabel 4.73 Keberartian Regresi 143
Gambar 2.1 Cara Penempatan Sidik Jari 22 Gambar 2.2 Proses input data dari mesin absensi finger print ke komputer23
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berfikir 34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Lebak57
Gambar 4.2 Struktur Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak 68
Gambar 4.3 Kontinum Interprestasi Skor 109
Gambar 4.4 Kategori Penilaian Efektivitas Absensi Finger Print 110
Gambar 4.5 Kontinum Interprestasi Skor 143
Gambar 4.6 Kategori Penilaian Disiplin Pegawai 144
Diagram 4.2 Kurva Normal Variabel Y 70 Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 72
Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia 73 Diagram 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Terakhir 74
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Izin Menyebar Kuisoner Lampiran 3 Kuisoner
Lampiran 4 Jawaban Responden Lampiran 5 Uji Validitas
Lampiran 6 Frequency Table Lampiran 7 Histogram
Lampiran 8 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment
Lampiran 9 Tabel Nilai-Nilai Distribusi F Lampiran 10 Hasil Absensi Finger Print
Lampiran 11 Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Birokrasi sebagai suatu sistem kerja yang berdasarkan atas tata hubungan
kerja sama antara jabatan-jabatan secara langsung mengenai persoalan yang
formil menurut prosedur yang berlaku dan tidak adanya rasa sentimen tanpa emosi
atau pilih kasih, tanpa pamrih dan prasangka. Birokrasi juga dimaksudkan untuk
mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang dilakukan banyak orang. Selain
itu, birokrat dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya harus dilandasi
persepsi dan kesadaran hukum yang tinggi. Adapun ciri-ciri birokrasi, yaitu
adanya pelaksanaan prinsip-prinsip organisasi dengan sepenuhnya, adanya
peraturan yang benar-benar ditaati, para pejabat bekerja dengan penuh perhatian
menurut kemampuan masing-masing, para pejabat terikat oleh disiplin, para
pejabat diangkat berdasarkan syarat-syarat teknis berdasarkan peraturan, dan
adanya pemisahan yang tegas antara urusan dinas dan urusan pribadi.
Untuk memperoleh Pegawai Negeri Sipil yang kuat, kompak dan bersatu
padu, memiliki kepekaan, tanggap dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi,
berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan
abdi masyarakat diperlukan pembinaan jiwa korps dan kode etik Pegawai Negeri
Sipil yang semuanya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004
Berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal (2)
bahwa Pegawai Negeri Sipil terbagi menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
Pegawai Negeri Sipil Daerah. Birokrat yang berada di daerah bila dilihat dari
sistem Pemerintahan Indonesia yaitu Sekretaris Daerah, karena Sekretaris Daerah
merupakan jabatan paling puncak dalam pola karier Pegawai Negeri Sipil di
daerah dan karena kedudukannya sebagai pembina Pegawai Negeri Sipil di
daerahnya, maka citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak
ditentukan oleh kinerja pegawai tersebut terutama mengenai kedisiplinan
pegawainya. Sekretariat Daerah adalah unsur pembantu pimpinan Pemerintah
Daerah yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah diangkat dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah bertugas
membantu Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan
dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya, Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah
menuju kearah profesionalisme dan menunjang terciptanya pemerintahan yang
baik, perlu adanya penyatuan arah dan pandangan bagi pegawai pemerintah yang
dapat dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik
manajerial maupun operasional diseluruh bidang tugas dan unit organisasi instansi
pemerintah secara terpadu. Selain itu, pendisiplinan pegawai sangat perlu untuk
meningkatkan citra, kerja, dan kinerja pegawai. Pendisiplinan adalah usaha-usaha
untuk menaati sebuah peraturan. Sedangkan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS)
adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak pegawai yang
melakukan pelanggaran. Contohnya terlihat di Sekretariat Daerah Provinsi Banten
masih banyak pegawai yang melakukan pelanggaran terutama mengenai disiplin
jam kerja. Padahal Sekretariat Daerah Provinsi Banten telah menerapkan absensi
Finger Print sejak 01 Mei 2009, akan tetapi penerapan absensi finger print tidak
berjalan efektif hingga sekarang karena masih saja banyak pegawai yang tidak
disiplin jam kerjanya atau korupsi waktu. Padahal dengan adanya absensi finger
print harusnya pegawai bisa termotivasi untuk datang tidak terlambat dan lebih
rajin untuk datang ke kantor karena absensi finger print tidak dapat dimanipulasi
kehadirannya.
Sejak tahun 1970-an, beberapa perusahaan sedikitnya sepuluh negara di
dunia sudah menggunakan teknologi ini. Efisiensi menjadi dasar penggunaan
sistem identifikasi sidik jari di perusahaan atau instansi, alat ini mendorong
perusahaan untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus menjamin keamanan.
Dengan demikian, bukti kehadiran pegawai (absensi) bisa didapat melalui alat ini.
Tentu saja hal ini sangat membantu divisi sumber daya manusia untuk
mengevaluasi kinerja para pegawai. Contoh intansi yang berhasil menerapkan
absensi finger print untuk memotivasi kerja pegawainya, yaitu di Institut
diterapkan kepada pegawai sejak tahun 2005 yang berada di masing-masing
fakultas. Dan hasil dari penerapan absensi finger print tersebut memiliki pengaruh
yang baik, sehingga tidak ada lagi pegawai yang datang terlambat atau korupsi
waktu dan tidak lagi menitip absen kepada pegawai lain, karena peralatan ini
hanya merekam sidik jari pegawai yang bersangkutan, selain itu peralatan ini
bekerja secara online dan dapat dipantau dari komputer yang terhubung dengan
peralatan tersebut. Finger print ini juga memudahkan bagi administratornya untuk
merekap absensi para pegawai.
Dalam penelitian ini studi kasus pelanggaran yang diambil peneliti yaitu di
Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak pada bulan Februari 2011. Jenis pelanggaran
yang dilakukan pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, seperti perilaku
pegawai yang tidak sesuai dengan kode etik pegawai yang menunda pekerjaan dan
meninggalkan kantor disaat jam kerja untuk mengurusi kepentingan pribadi dan
terkadang pegawai tidak ijin terlebih dahulu kepada atasan. Sehingga bila pegawai
lain atau atasan membutuhkan pegawai tersebut, akan sulit mencarinya dan
pekerjaan kantor menjadi tertunda. Hal ini terbukti ketika peneliti hendak
melakukan praktek kerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak, pegawai yang
mengurusi siswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau mahasiswa magang sering
tidak ada di tempat karena sedang keluar mengurusi urusan pribadi, sehingga surat
tugas penempatan kerja pun belum dibuat padahal waktu pelaksanaan magang
harus sudah dilakukan.
Selain itu, di Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak masih banyak pegawai
dilaksanakan setiap hari kerja di depan Kantor Sekretariat Daerah,
membolos/tidak masuk tanpa keterangan, istirahat dan pulang mendahului, datang
ke kantor dan pulang tidak sesuai jam kerja, dan kembali dari istirahat mendekati
jam pulang kerja. Padahal dalam Surat Keputusan Bupati Lebak Nomor
800/Kep.432/Ortala/2010 tentang Ketentuan Hari Kerja dan Jam Kerja bagi
Pegawai di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Lebak sudah jelas disebutkan,
dan pegawai yang melakukan pelanggaran jam kerja menurut Kepala Sub Bagian
Kepegawaian sudah mendapatkan sanksi berupa teguran secara lisan dari atasan
dan Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak telah memberikan surat peringatan
kepada pegawai yang melanggar peraturan setelah rekapitulasi absensi selama
satu tahun. Akan tetapi, pegawai yang melakukan pelanggaran masih saja banyak.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan disiplin pegawainya
Pemerintah Kabupaten Lebak menerapkan absensi sidik jari (finger print) yang
mulai berlaku dari tanggal 01 Desember 2010 sampai dengan sekarang. Selain itu,
penerapan absensi sidik jari (finger print) ini dilakukan agar memudahkan atasan
untuk melihat tingkat kedisiplinan dari masing-masing pegawai. Karena selama
ini pada absensi manual, atasan atau pegawai lain yang melihat absensi tidak bisa
melihat tingkat kedisiplinan pegawai, masalahnya pada absensi manual tidak ada
keterangan kapan pegawai tersebut datang dan pulang, pegawai bisa merapel di
hari lain atau menitip absen pada pegawai lain. Sehingga menyulitkan atasan
untuk memberikan sanksi yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun
Berikut ini jumlah pegawai yang melakukan pelanggaran jam kerja dari
masing-masing bagian yang berada di Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak
setelah diterapkannya absensi sidik jari (finger print) pada bulan Desember 2010 :
Tabel 1.1
Rekapitulasi Kehadiran Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak
NO SKPD
KETERANGAN
∑ HARI
KERJA TK L E
1 Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak 21 2 2 10
2 Bagian Administrasi Pemerintahan Umum 21 3 3 10
3 Bagian Hukum dan Perundang-undangan 21 2 8 10
4 Bagian Organisasi dan Tata Laksana 21 1 3 8
5 Bagagian Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam
21 1 6 10
6 Bagagian Administrasi Pembangunan 21 5 4 13
7 Bagagian Umum dan Protokol 21 3 3 10
8 Bagaian Keuangan 21 1 6 11
9 Bagian Perlengkapan dan Aset Daerah 21 3 2 11
10 Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 21 5 8 13
11 Bagian Humas dan Komunikasi 21 5 4 13
Jumlah 31 49 119
(Sumber : Sekretariat Daerah Bagian Organisasi dan Tatalaksana Kabupaten Lebak, Tahun 2010)
Keterangan rekapitulasi kehadiran pegawai : TK : Tanpa keterangan
Dari Tabel 1.1 dapat terlihat jelas bahwa dengan finger print ternyata
masing-masing bagian banyak yang melakukan pelanggaran, tidak seperti
sebelum menggunakan finger print dari masing-masing bagian sulit diketahui
jumlah pegawai yang melakukan pelanggaran jam kerja di Sekretariat Daerah
Kabupaten Lebak.
Masih banyaknya pegawai yang melakukan pelanggaran jam kerja
terutama datang terlambat hal ini dikarenakan menurut Kepala Sub Bagian
Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak sudah menjadi kebiasaan
pegawai dan belum adanya sanksi tegas hanya berupa teguran secara lisan.
Sedangkan untuk pegawai yang melakukan pelanggaran lain diberi sanksi sesuai
Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Ketentuan pelaksanaan absensi melalui mesin sidik jari (Finger Print) baru
dilakukan untuk Asisten Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, Staf Ahli Bupati
Lebak, Sekretaris DPRD Kabupaten Lebak, BAPPEDA Kabupaten Lebak, Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Lebak, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lebak, KPPT Kabupaten Lebak, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Lebak, Kantor Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Lebak, dan
bagian-bagian di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak. Akan tetapi,
akhir tahun 2011 semua Instansi Pemerintahan di Kabupaten Lebak sudah
menggunakan absensi melalui mesin sidik jari (Finger Print) dan hasilnya di
output ke komputer. Masalahnya yang terjadi di lapangan yaitu ketidak mampuan
pegawai dalam menguasai komputer, hal ini terbukti ketika peneliti magang di
sepenuhnya menguasai komputer dalam melakukan pekerjaannya dan masih
sering mengandalkan atau meminta bantuan kepada pegawai yang lain. Hal ini
akan merepotkan pegawai lain, apalagi bila pegawai yang diminta bantuannya
sedang sibuk atau sedang mengerjakan pekerjaannya.
Dari latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui disiplin
Pegawai Negeri Sipil dengan adanya penerapan absensi finger print khususnya di
Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang menjadi locus penelitian. Dan peneliti
memberikan judul pada penelitian ini “Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat
Daerah Kabupaten Lebak”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa
hal yang dapat diidentifikasikan yaitu :
1. Masih ada pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang belum
menguasai komputer yang berkenaan dengan sistem fingerprint;
2. Adanya sikap kurang disiplin yang dilakukan oleh pegawai Sekretariat
Daerah Kabupaten Lebak seperti meninggalkan kantor saat jam kerja tanpa
sepengetahuan atasan, tidak mengikuti apel pagi, istirahat atau pulang
mendahului, datang dan pulang tidak sesuai jam kerja, dan kembali dari
istirahat tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan,terkadang kembali
1.3. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarakan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dalam
bahasan sebelumnya, maka peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini mengenai “Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print terhadap
Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak”. Dan
mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah hubungan yang signifikan antara efektivitas penerapan absensi
finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah
Kabupaten Lebak?
2. Seberapa besar pengaruh efektivitas penerapan absensi finger print
terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten
Lebak?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan yang
ingin dicapai yakni :
1. Untuk mengetahui adakah hubungan positif dan signifikan antara
penerapan absensi finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas penerapan absensi
finger print terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah
1.5. Manfaat Penelitian
Dari judul penelitian Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print
terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak
penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti baik secara
teoritis maupun secara praktis. Berikut ini manfaat yang diharapakan penulis :
1.5.1. Manfaat yang bersifat teoritis
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
pengembangan pengetahuan yang berhubungan dengan organisasi
Pemerintahan;
2. Memberi kesempatan pada penulis untuk mengaplikasikan ilmu dan teori
yang dipelajari selama ini;
3. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan
sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu
administrasi Negara khususnya;
4. Sebagai bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2. Manfaat yang bersifat praktis
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan saran atau masukan guna
mengambil langkah yang tepat dalam rangka meningkatkan disiplin
pegawai, sehingga Sekretariat Daerah dapat meningkatkan kinerja
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai disiplin dan kinerja pegawai di Sekretariat
Daerah Kabupaten Lebak.
1.6. Sistematika Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menerangkan ruang lingkup dan kedudukan
masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum
sehingga menukik kemasalah yang paling spesifik dan menjelaskan mengapa
peneliti mengambil judul penelitian tersebut.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam hal ini mendeteksi aspek permasalahan yang
muncul dan berkaitan dengan judul penelitian atau dengan masalah. Untuk
mengidentifikasi masalah peneliti biasanya melakukan observasi terlebih dahulu.
1.3. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan dan rumusan masalah dari hasil identifikasi tersebut ditetapkan
masalah yang paling berkaitan dengan judul penelitian dan berbentuk dalam
1.4. Tujuan Penelitian
Maksud tujuan penelitian dalam hal ini mengungkapkan tentang sasaran
yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian menjelaskan manfaat yang teoritis dan praktis dari
penelitian yang akan diteliti.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang menjelaskan isi dari bab per bab yang ada
dalam penelitian.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Terdapat deskripsi teori, kerangka berfikir, dan hipotesis. Deskripsi teori
mengkaji tentang berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel
berfikir. Kerangka berfikir menceritakan alur pikiran peneliti dalam penelitian,
sedangkan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang penggunaan metode yang
digunakan dalam penelitian.
3.2. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis
alat pengumpulan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik
penentuan kualitas instrumen (validitas, reliabilitas dan normalitasnya).
3.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam sub ini menjelaskan untuk memilih atau menarik sampel, peneliti
bisa melakukan beberapa cara. Secara umum ada dua metode untuk menarik
sampel dari populasi, yaitu probability dan non-probability sampel.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Sub ini menjelaskan bagaimana peneliti mengumpulan data. Teknik
pengumpulannya bisa melalui observasi, interview (wawancara), dan kuesioner.
3.5. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data. Proses
dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses berikutnya yaitu
analisis data.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data menjelaskan tentang pengkelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Sub ini menjelaskan dimana lokasi penelitian dilakukan dan alasan
memilih lokasi penelitian, terkait tempat dan jadwal penelitian tersebut
dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi obyek penelitian meliputi lokasi penelitian secara jelas,
struktur organisasi dari tempat yang ditentukan dalam penelitian, dan yang
berhubungan dengan objek penelitian.
4.2. Deskripsi Data
Deskripsi data yang menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah
4.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik analisis statistic
yang sudah ditentukan. Hasil akhir dari analisis statistik itu adalah teruji tidaknya
hipotesis nol penelitian.
4.4. Interprestasi Hasil Penelitian
Melakukan penafsiran terhadap hasil akhir pengujian hipotesis yang
dikaitkan dengan rumusan masalah.
4.5. Pembahasan
Sub pembahasan menjelaskan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada
akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang
mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitian terutama sekali untuk penelitian
eksperimen dan keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian
lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan
Simpulan yaitu menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara
singkat, jelas dan mudah dipahami.
5.2. Saran
Saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori
Sugiyono (2010:55) berpendapat teori adalah seperangkat konsep asumsi
generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
perilaku dalam berbagai organisasi. Deskripsi teori ini merupakan acuan dasar
dalam menunjang sebuah penelitian, sebagaimana yang peneliti lakukan.
Pada bagian deskripsi teori ini dimaksudkan untuk menjawab atas
pernyataan dari rumusan masalah sebelumnya dan untuk mengetahui teori-teori
apa saja yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti
mengklasifikasikan teori kedalam beberapa teori, yaitu teori efektivitas, deskripsi
tentang mesin absensi sidik jari (Finger Print), dan teori disiplin pegawai. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
2.2. Teori Efektivitas
Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum menunjukan pada taraf
tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,
meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan
pada hasil yang dicapai, sedangkan efisensi lebih melihat pada bagaimana cara
mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output.
Menurut Miler (Tangkilisan, 2005:138), menjelaskan bahwa arti efektivitas dan
Efektivitas dimaksudkan sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan.
Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan oprasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely) (Mahsun, 2006:182).
Menurut Siagian (2001 : 24) efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich konsep efektivitas terdiri dari
dua pendekatan yaitu pendekatan Tujuan dan pendekatan sistem (1997:27-29).
Dua pendekatan tersebut antara lain :
Pendekatan tujuan untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas didasarkan pada gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Arus masukan (input) dan keluaran (output) merupakan titik tolak dalam uraian organisasi. Dengan kata lain yang lebih sederhana, organisasi mengambil sumber (input) dari sistem yang lebih luas (lingkungan), memproses sumber ini dan mengembalikannya dalam bentuk yang sudah dirubah (output).
Gibson menyimpulkan kriteria efektivitas suatu organisasi dalam lima
indikator,yaitu:
1. Produksi (Production)
2. Efisiensi (Eficiency)
Sebagai angka perbandingan antara output dan input, perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan output dengan waktu merupakan bentuk umum dari ukuran ini.
3. Kepuasan dan Semangat Kerja
Menunjukan sampai seberapa jauh organisasi memenuhi kebutuhan para pegawai / masyarakat.
4. Kemampuan Menyesuaikan Diri
Sampai seberapa jauh organisasi dapat menanggapi perubahan intern dan eksteren. Kriteria ini berhubungan dengan kemampuan manajemen untuk menduga adanya perubahan dalam lingkungan maupun dalam organisasi itu sendiri.
5. Perkembangan
Usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan atau sosialisasi bagi tenaga manajemen / masyarakat dan non manajemen. Tetapi sekarang ini pengembangan organisasi telah bertambah banyak macamnya dan meliputi sejumlah pendekatan psikologi dan sosiologi.
Agris (Tangkilisan, 2005:68) berpendapat bahwa efektivitas organisasi
adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan,
kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia.
Menurut Steer efektivitas pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti
efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang
saling berhubungan yaitu :
1. Paham mengenai optimasi tujuan : efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai;
2. Prespektif sistimatika : tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi; 3. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi bagaimana
tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat menghalangi tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Sharma (Tangkilisan, 2005:64) memberikan kriteria atau ukuran
efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor
eksternal organisasi antara lain:
2. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi;
3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.
Adapun kriteria atau indikator dari pada efektivitas (Tangkilisan, 2005:141)
yakni diantaranya sebagai berikut :
1. Pencapaian Target
Maksud dari pencapaian target disini diartikan sejauh mana target dapat ditetapkan organisasi dapat terealisasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan tujuan organisasi dalam mencapai target sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Kemampuan Adaptasi (Fleksibelitas)
Keberhasilan suatu organisasi dilihat dari sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik dari dalam organisasi dan luar organisasi.
3. Kepuasan Kerja
Suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan kinerja organisasi. Yang menjadi fokus elemen ini adalah antara pekerjaan dan kesesuaian imbalan atau sistem insentif yang diberlakukan bagi anggota organisasi yang berprestasi dan telah melakukan pekerjaan melebihi beban kerja yang ada.
4. Tanggung Jawab
Organisasi dapat melaksanakan mandate yang telah diembannya sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya, dan bias menghadapi serta menyelesaikan masalah yang terjadi dengan pekerjaannya.
Dari pemaparan mengenai efektivitas diatas dapat disimpulkan bahwa
efektivitas adalah tingkat seberapa jauh keseimbangan suatu sistem sosial
terhadap pencapaian tujuan dan pemanfaatan tenaga manusia.
2.3. Mesin Absensi Sidik Jari (Finger Print)
Absensi adalah suatu kegiatan atau rutinitas yang dilakukan oleh pegawai
untuk membuktikan dirinya hadir atau tidak hadir dalam bekerja disuatu instansi.
masing-masing perusahaan atau institusi. Menurut Heriawanto (Faisal, 2006:26),
pelaksanaan pengisian daftar hadir atau absensi secara manual (hanya berupa
buku daftar hadir), akan menjadikan penghambat bagi organisasi untuk memantau
kedisiplinan pegawai dalam hal ketepatan waktu kedatangan dan jam pulang
pegawai setiap hari. Hal tersebut di khawatirkan akan membuat komitmen
pegawai terhadap pekerjaan dan organisasi menjadi berkurang. Berkurangnya
komitmen pegawai dalam bekerja akan berdampak pada motivasi dan kinerja
pegawai yang semakin menurun.
Menurut Cahyana (Faisal, 2006:26), menyatakan bahwa pencatatan
absensi pegawai merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan sumber
daya manusia (SDM atau Human Resources Management). Informasi yang
mendalam dan terperinci mengenai kehadiran seorang pegawai dapat menentukan
prestasi kerja seseorang, gaji/upah, produktivitas, dan kemajuan instansi/lembaga
secara umum. Pada alat pencatatan absensi pegawai yang konvensional
memerlukan banyak intervensi pegawai bagian administrasi SDM maupun
kejujuran pegawai yang sedang dicatat kehadirannya. Hal ini sering memberikan
peluang adanya manipulasi data kehadiran apabila pengawasan yang kontinyu
pada proses ini tidak dilakukan semestinya.
Penerapan teknologi dalam satu Instansi Pemerintahan selalu mengacu
pada sistem lama/tradisional atau dapat disebut sebagai sistem manual, dimana
pada akhirnya sistem manual tersebut sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan dari
suatu organisasi. Salah satu penerapan teknologi guna mencapai tujuan
yaitu dengan menggunakan mesin absensi sidik jari (finger print). Mesin absensi
sidik jari adalah mesin absensi yang menggunakan sidik jari, dimana sidik jari
tiap-tiap orang tidak ada yang sama, oleh karena itu dengan mesin tersebut
otomatis tidak akan dapat dimanipulasi. Proses yang yang dilakukan sehingga
menghasilkan suatu laporan dapat dibuat dengan cepat dan tepat.
Mesin absensi sidik jari (Finger Print) merupakan Sistem Informasi
Manajemen yang mengandung elemen-elemen fisik seperti yang diungkapkan
oleh Davis mengenai Sistem Informasi Manajemen (Widyahartono, 1992:3)
adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Keras Komputer, terdiri atas komputer (pusat pengolahan, unit masukkan/keluaran, unit penyimpanan, file, dan peralatan penyimpanan data.
2. Data Base (data yang tersimpan dalam media penyimpanan computer)
3. Prosedur, komponen fisik karena prosedur disediakan dalam bentuk fisik, seperti buku panduan dan instruksi.
4. Personalian pengoprasian, seperti operator komputer, analisis sistem pembuatan program, personalia penyimpanan data dan pimpinan system informasi.
Teknologi yang digunakan pada mesin sidik jari adalah teknologi
biometrik, ada beberapa teknologi biometrik yang digunakan yaitu sidik jari,
tangan, bentuk wajah, suara, dan retina. Namun yang paling banyak digunakan
adalah teknologi sidik jari, hal ini dikarenakan teknologi sidik jari jauh lebih
murah dan akurat dibanding teknologi lainnya. Berdasarkan survey Kevin Young
dari PC Magazine pada tahun 2000, hampir 85% teknologi biometrik yang
digunakan adalah sidik jari. Berikut ini cara menggunakan absensi sidik jari :
1. Registrasi Sidik Jari Pegawai
dengan benar khususnya penempatan jari saat pendaftaran pada mesin. Berikut ini cara penempatan sidik jari yang benar :
Cara Penempatan Sidik Jari (www.absensisidikjari.com, 2011)
Gambar 2.1
Letakkan jari tepat pada tengah sensor dengan sedikit ditekan agar seluruh sidik jari dapat terbaca. Untuk registrasi jari disarankan meregistrasi lebih dari 1 jari. Atau memberikan jari backup. Hal ini perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah ketika jari utama tidak bisa digunakan untuk scan absensi. Dalam Registrasi pegawai tidak perlu harus berurutan, yang terpenting setiap No. ID pegawai sesuai dengan nama pegawai yang nantinya akan digunakan pada Software Absensi.
2. Download Data dan Sidik Jari Pegawai
Untuk membackup data sidik jari dan memberikan nama pegawai agar muncul pada mesin selanjutnya silahkan mendownload sidik jari dan data pegawai dari mesin absen ke software. Sebelum mendownload tentu saja kondisi mesin dengan software absensi Finger Print harus terkoneksi. Kemudian dilanjutkan mengubah data pegawai dengan mememberikan nama karyawan sesuai dengan No. ID pegawai saat registrasi.
3. Upload Data Pegawai
Untuk mensinkronisasi data, setelah menginputkan nama pegawai pada software silahkan mengupload data pegawai. Dengan sistem ini bisa memastikan kebenaran sidik jari yang digunakan pegawai sesuai dengan pegawai yang bersangkutan.
4. Mengatur Jam Kerja
5. Download Data Presensi
Ketika membutuhkan laporan absensi, hal yang paling penting pertama adalah mendownload data presensi pada mesin ke software. Karena tidak bisa melihat data absensi dari mesin tanpa didownload dari mesin. Untuk mendownload data absensi dari mesin bisa menggunakan keneksi kabel LAN, USB atau Flasdisk sesuai dengan fiturnya.
6. Kalkulasi Laporan
Setelah semua proses dilakukan, proses terakhir membuat Laporan Absensi. Dalam hal ini cukup mengatur instansi/bagian, nama pegawai dan rentang waktu yang akan dibuat laporan. Untuk membuat laporan software absensi pada umumnya sudah dilengkapi dengan pengaturan rentang waktu laporan, bisa diatur sesuai dengan kebutuhan jangka waktu laporan, bisa diatur harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan. (Sumber: http://absensisidikjari.com/7-langkah-praktis-mudah-menggunakan-absensi, 2012)
Installation Diagram:
Proses input data dari mesin absensi finger print ke komputer
(Sumber : www.absensisidikjari.co.id,2011)
2.3.1. Keunggulan Mesin Absensi Sidik Jari (Fingerprint)
Menggunakan mesin absensi sidik jari untuk absensi suatu pilihan yang
tepat dibanding yang lain. Berikut ini perbandingannya :
Tabel 2.1
Dan berikut ini beberapa faktor mengapa memilih mesin absensi
menggunakan mesin absensi sidik jari sebagai pilihan yang tepat dengan berbagai
keunggulannya, yaitu :
1. sidik jari tiap individu adalah unik, belum pernah ditemukan ada persamaannya;
2. tidak ada titip dan rapel absen;
3. objektif (jam masuk dan pulang tercatat); 4. kenyamanan;
Dimulai dari registrasi yang simpel, pegawai tidak perlu repot membawa kartu pegawai maupun kertas atau kartu. Setiap pegawai tidak akan lupa membawa alat absensinya atau jari yang telah di registrasi. Dalam berabsensi kita tidak pelu menekan password atau pin yang merepotkan. Yang dilakukan hanya menaruh jari pegawai tepat diatas sensor sidik jari. Atau tinggal “Place Finger!”
5. keamanan;
Dengan menggunakan mesin absensi sidik jari tingkat keamanan sangat tinggi dikarenakan setiap sidik jari setiap pengguna berbeda-beda atau unik. Jadi pengguna tidak bisa saling menitipkan absensi seperti yang dilakukan ketika kita menggunakan absensi tanda tangan, amano atau menggunakan kartu.
6. menghindari penyalah gunaan daftar hadir;
7. mengurangi pekerjaan administratif secara manual; 8. pegawai lebih tepat waktu;
9. mendukung peningkatan produktivitas; 10.mendukung pembinaan kepegawaian; 11.Efektivitas Waktu
Lihatlah perubahan pertama ketika instansi menggunakan mesin absensi sidik jari. pegawai atau pengguna akan datang lebih tepat waktu beda dengan hari sebelum menggunakan absensi sidik jari. Dalam penggunaan absensi lebih cepat dari pada amano, barcode apalagi tanda tangan manual. Absensi sidik jari pada umumnya mempunyai kecepatan pambacaan kurang dari 0,5 detik. Absensi sidik jari mempunyai tingkat akurasi yang tinggi. Dalam pendataan dapat terpusat dalam satu database. Dengan mesin absensi sidik jari data dapat terpusat walau diluar kota tanpa menunggu terlalu lama karena dalam pembuatan laporan kita tidak perlu repot merekap manual satu persatu. Semuanya bisa di bilang “Just Click!”. Dengan faktor ini kita bisa meningkatkan produktifitas berdasarkan kedisiplinan.
12.Efisiensi Biaya
yang repot. Dengan mesin absensi sidik jari juga dapat mengurangi kecurangan jam kerja yang bisa saja membuat bangkrut instansi.
(www.absensisidikjari.co.id,2011)
2.3.2. Tujuan Penggunaan FingerPrint
Tujuan dari penggunaan fingerprint sebagai mesin absensi, yaitu :
1. Meningkatkan produktifitas pegawai terhadap organisasi yang berawal dari kedisiplinan atas kehadiran pegawai di tempat kerja.
2. Memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam proses absensi pada kapegawaian dan dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan absensi bagi unit kerja, khususnya bagian kepegawaian.
3. Meningkatkan sistem paperless pada organisasi yang dimulai dengan sistem absensi sidik jari yang dapat mengurangi biaya dalam materi maupun operasional.
4. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pimpinan dan bagian kepegawaian yang berhubungan dengan kedisiplinan pegawai berupa absensi kehadiran kerja yang merupakan salah satu dari syarat kerja serta memberikan informasi loyalitas pegawai yang dapat dijadikan dasar dalam penilaian kinerja pegawai (www.absensisidikjari.com,2011).
Dalam rangka meningkatkan disiplin pegawai, maka upaya pengendalian
dan pengawasan disiplin kerja pegawai perlu dilaksanakan secara terus menerus
dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai alat pengawasan dan
pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran pegawai yang secara periodik
dievaluasi. Sistem pelaporan absensi manual yang selama ini dilakukan cenderung
manipulasi dan tidak menyampaikan laporan kehadiran pegawai dengan apa
adanya.
2.4. Teori Disiplin Pegawai
Potensi sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan suatu modal
dasar pembangunan nasional. Namun, selama ini masih dirasakan masih bahwa
Keadaan tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap sikap mental tenaga kerja di
lingkungan kerjanya yang berakibat rendahnya hasil kerjanya. Hal ini berakibat
pada rendahnya tingkat pendapatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu, usaha
kearah peningkatan motivasi dan disiplin kerja bagi pegawai sangat diperlukan
agar dapat meningkatkan produktivitas kerjanya (Muchidarsyah, 2003:133).
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang
dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi
tanggung jawab. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (2005),
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib).
Menurut Muchidarsyah, (2003:133) disiplin adalah sikap kejiwaan dari
seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti
atau mematuhi segala aturan/keputusan yang telah ditetapkan. Kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan instansi dan
norma-norma sosial yang berlaku (Hasibuan, 2002:193).
Disiplin adalah kondisi untuk melakukan koreksi atau hukum pegawai
yang melanggar ketentuan atau prosedur yang telah ditetapakan organisasi.
Disiplin merupakan bentuk pengendalian agar pelaksanaan pekerjaan pegawai
selalu berada dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Sedarmayanti, 2010:381).
Menurut Davis (Mangkunegara, 2001:129), disiplin kerja dapat diartikan
sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi. Ada 2 bentuk disiplin kerja (2001:129), yaitu :
telahditentukan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri.
2. Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerkaan pegawai dalam menyatukan sutu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada instansi tersebut. Pada disiplin korektif pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.4.1. Indikator-Indikator Kedisiplian
Menurut Hasibuan (2002:197) pada dasarnya bayak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplian pegawai suatu organisasi, di antaranya :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja sungguh-sungguh dan displin dalam mengerjakannnya.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan penting dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahanya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.
3. Balas Jasa
Balas jasa sangat berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan pegawai. Artinya semakin besar balas jasa semaikin baik kedisiplinan pegawai. Sebaliknya apabila balas jasa kecil kedisiplinan pegawai menjadi rendah. Pegawai sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi.
4. Keadilan
5. Pengawasan Melekat (Waskat)
Pengawasan melekat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai. Dengan waksat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi bawahannya. Hal ini berarti atasan harus slalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika da bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan instansi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang.
Berat/ringatnya sanksi hukuman yang akan diterapakn ikut mempengaruhi baik-buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlaalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indispliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedispilinan dalam instansi.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap pegawai yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada instansi tersebut.
8. Hubungan kemanusiaan
Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua pegawai. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada instansi. Jadi, kedisiplinan pegawai akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
2.4.2. Aturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipli (PNS) sebagai abdi negara dan masyarakat perlu
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku akan hal ini. Dalam
hal Disiplin PNS, Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia mempunyai Peraturan
Sipil. Selama ini seluruh kewajiban dan larangan bagi PNS mengacu pada
koridor-koridor pada Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1980 tersebut. Pada
tahun 2010, peraturan tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil disempurnakan lagi
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 ini
diberlakukan pada bulan Juni 2010 hingga saat ini, sehingga segala hal yang
berhubungan dengan Disiplin Pegawai Negeri Sipil mengacunya pada peraturan
tersebut. Jadi, bentuk disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil adalah yang mengacu
pada Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 yang berisi 17 kewajiban dan 15
larangan, sebagai penyempurnaan atas 26 kewajiban dan 18 larangan sebagaimana
Pegawai Negeri Sipil pahami dulu dalam Peraturan Pemerintah sebelumnya (PP
No. 30 Tahun 1980).
Pegawai Negeri Sipil dikatakan disiplin apabila melaksanakan kewajiban
sebagai Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai pasal (3), berikut ini kewajiban Pegawai Negeri Sipil :
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS; 2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah,dan martabat PNS; 7. Mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri,
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara;
10.Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan dan materil;
11.Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; 12.Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13.Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dan sebaik-baiknya;
14.memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; 15.Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16.Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan;
17.Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
Perihal tidak masuk kerja, dipertegas dengan definisi tidak masuk kerja
baik terus menerus maupun tidak menerus, dengan rincian sanksi sebagai berikut
Tabel 2.2.
Pelanggaran-Pelanggaran Sanksi Disiplin sesuai Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
No. Kategori Hukuman
1. Hukuman Disiplin Ringan 5 hari Teguran lisan
6 – 10 hari Teguran tertulis (Sumber : PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil)
Catatan:
1. Penghitungan hari kerja selama hitungan masa tidak masuk kerja adalah secara kumulatif dan berkelanjutan (Januari s/d Desember dalam satu tahun) dengan penghitungan dikonversi 1 hari kerja = 7,5 jam;
2. PNS mempunyai hak untuk tidak masuk kerja paling lama 4 hari dalam 1 tahun;
2.5. Kerangka Berfikir
Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi
Finger Print terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah
Kabupaten Lebak. Untuk kepentingan penelitian ini, disiplin pegawai dipandang
sebagai hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Selain itu, penulis ingin menekankan bahwa disiplin yang ada pada setiap
orang/pegawai pada hakikatnya akan berbeda-beda tergantung sifat orang/pegawai
tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan disipin pegawai perlu adanya
sanksi atau peraturan yang tegas. Dalam hal ini, penulis berbicara tentang
penerapan absensi finger print, bahwa absensi finger print digunakan untuk
meningkatkan disiplin pegawai.
Berikut adalah kerangka pemikiran dari Pengaruh Efektivitas Penerapan
Absensi Finger Print terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat
Skema Kerangka Berfikir
8. Hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 2002:197)
Permasalahan Kedisiplinan Pegawai di Sekretariat Daerah Kab. Lebak
1. Tidak mengikuti apel pagi; 2. Membolos / tanpa keterangan;
3. Meninggalkan kantor saat jam kerja tanpa sepengetahuan atasan; 4. Datang ke kantor dan pulang tidak sesuai jam kerja;
5. Kembali dari istirahat tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, bahkan pegawai kembali mendekati waktu pulang.\
Permasalahan Absensi Finger Print dan Kedisiplinan Pegawai di Sekretariat Daerah Kab. Lebak
1. Tidak mengikuti apel pagi; 2. Membolos / tanpa keterangan;
3. Meninggalkan kantor saat jam kerja tanpa sepengetahuan atasan; 4. Datang ke kantor dan pulang tidak sesuai jam kerja;
5. Kembali dari istirahat tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, bahkan pegawai kembali mendekati waktu pulang.
2.6. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan
diteliti dan akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan dasil dari tefleksi
peneliti berdasarkan landasan teori yang digunakan sebagai argumentasi
berdasarkan rumusan masalah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan hipotesis hubungan (asosiatif),
yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua
variable atau lebih. Dimana penulis memiliki hipotesis bahwa :
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara efektivitas
penerapan absensi finger printer terhadap disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.
Selanjutnya hipotesis tersebut diuji secara statistik sehingga bentuknya
menjadi :
Ha : ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara efektivitas
penerapan absensi finger printer terhadap disiplin Pegawai Negeri
Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak.
Ho : = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara
efektivitas penerapan absensi finger printer terhadap disiplin